LP Cholangitis
LP Cholangitis
LP Cholangitis
OLEH:
ZAKIYA ISNAINI FITRI
NIM. 1401100054
A. ANATOMI FISIOLOGI
Kandung empedu merupakan kantong berbentuk alpukat yang
terletak tepat dibawah lobus kanan hati. Kandung empedu mempunyai
fundus, korpus, infundibulum, dan kolum. Fundus bentuknya bulat, ujung
nya buntu dari kandung empedu. Korpus merupakan bagian terbesar dari
kandung empedu. Kolum adalah bagian yang sempit dari kandung empedu
(Brunicardi, 2005).
Empedu yang di sekresi secara terus menerus oleh hati masuk ke
saluran empedu yang kecil dalam hati. Saluran empedu yang kecil bersatu
membentuk dua saluran yang lebih besar yang keluar dari permukaan hati
sebagai duktus hepatikus komunis. Duktus hepatikus bergabung dengan
duktus sistikus membentuk duktus koledokus.
1. DUKTUS SISTIKUS
Duktus sistikus merupakan lanjutan dari vesika fellea, terletak pada
porta hepatis yang mempunyai panjang kira-kira 3-4 cm. Pada porta
hepatis duktus sistikus mulai dari kollum vesika fellea, kemudian
berjalan ke postero-kaudal di sebelah kiri kollum vesika fellea. Lalu
bersatu dengan duktus hepatikus kommunis membentuk duktus
koledokus. Mukosa duktus ini berlipat-lipat terdiri dari 3-12 lipatan,
berbentuk spiral yang pada penampang longitudinal terlihat sebagai
valvula disebut valvula spiralis (Heisteri).
2. DUKTUS HEPATIKUS
Duktus hepatikus berasal dari lobus dexter dan lobus sinister yang
bersatu membentuk duktus hepatikus komunis pada porta hepatis dekat
pada processus papillaris lobus kaudatus. Panjang duktus hepatikus
kommunis kurang lebih 3 cm terletak disebelah ventral arteri hepatika
propria dexter dan ramus dexter vena portae. Bersatu dengan duktus
sistikus menjadi duktus koledokus
3. DUKTUS KOLEDOKUS
Duktus koledokus mempunyai panjang kira kira 7 cm dibentuk oleh
persatuan duktus sistikus dengan duktus hepatikus kommunis pada
porta hepatis, dimana dalam perjalanannya dapat dibagi menjadi tiga
bagian.
Pada kaput pankreas duktus koledokus bersatu dengan duktus
pankreatikus wirsungi membentuk ampulla, kemudian bermuara pada
2
B. DEFINISI CHOLANGITIS
Kolangitis akut merupakan infeksi bakteri yang terjadi pada obstruksi
saluran bilier, terutama yang ditimbulkan oleh batu empedu, namun dapat
pula ditimbulkan oleh neoplasma ataupun striktur.
Cholangitis merupakan infeksi bakteri dari sistem duktus bilier, yang
bervariasi tingkat keparahannya dari ringan dan dapat sembuh sendiri
sampai berat dan dapat mengancam nyawa.
Kolangitis adalah infeksi bakterial yang akut dari saluran empedu
yang tersumbat baik secara parsial atau total; sumbatan dapat disebabkan
oleh penyebab dari dalam lumen saluran empedu misalnya batu
koledokus, askaris yang memasuki duktus koledokus atau dari luar lumen
misalnya karsinoma caput pankreas yang menekan duktus koledokus, atau
dari dinding saluran empedu misalnya kolangio-karsinoma atau striktur
saluran empedu.
C. ETIOLOGI CHOLANGITIS
3
E. PATOFISIOLOGI CHOLANGITIS
Faktor utama dalam patogenesis dari cholangitis akut adalah
obstruksi saluran bilier, peningkatan tekanan intraluminal, dan infeksi
saluran empedu. Saluran bilier yang terkolonisasi oleh bakteri namun tidak
mengalami pada umumnya tidak akan menimbulkan cholangitis. Saat ini
4
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Konservatif
Jika diagnosis klinis kolangitis telah dibuat, penatalaksanaan awal
adalah konservatif. Keseimbangan cairan dan elektrolit harus dikoreksi
dan perlindungan antiobiok dimulai. Pasien yang sakit ringan dapat
diterapi sebagai pasien rawat dengan antibiotik oral. Dengan kolangitis
supuratif dan syok septik mungkin memerlukan terapi di unit perawatan
insentif dengan monitoring invasif dan dukungan vasopresor.
Pemilihan awal perlindungan antibiotika empiris harus
mencerminkan bakteriologi yang diduga. Secara historis, kombinasi
aminoglikosida dan penicillin telah dianjurkan. Kombinasi ini adalah
pilihan yang sangat baik untuk melawan basil gram negatif yang sering
ditemukan dan memberikan antivitas sinergistik melawan enterokokus.
Penambahan metronidazole atau clindamycin memberikan perlindungan
antibakterial terhadap anaerob bakteroides fragilis, jadi melengkapi
perlindungan antibiotik. Perlindungan antibiotik jelas diubah jika hasil
biakan spesifik dan kepekaan telah tersedia.
Satu faktor yang seringkali dipertimbangkan dalam pemilihan
antibiotik untuk terapi kolangitis adalah konsentrasi obat yang terdapat
dalam empedu. Secara teoritis antibiotik saluran biliaris yang ideal
harus merupakan antibiotik yang bukan saja mencakup organisme yang
ditemukan dengan infeksi saluran biliaris, tetapi juga yang dieksresikan
dalam konsentrasi tinggi ke dalam cairan empedu.
b. Dekompresi Biliaris
Sebagian besar pasien (sekitar 70 persen) dengan kolangitis akan
berespon terhadap terapi antibiotik saja. Pada kasus tersebut demam
menghilang dan tes fungsi hati kembali ke normal seringkali dalam 24
sampai 48 jam. Jika pasien tidak menunjukkan perbaikan atau malahan
memburuk dalam 12 sampai 24 jam pertama, dekompresi biliaris
darurat harus dipertimbangkan. Pada sebagian besar kasus, dekompresi
biliaris segera paling baik dilakukan secara non operatif baik dengan
jalur endoskopik maupun perkutan. Yaitu:
Penanggulangan sfingterotomi endoskopik
Apabila setelah tindakan di atas keadaan umum tidak membaik atau
malah semakin buruk, dapat dilakukan sfingterotomi endoskopik,
untuk pengaliran empedu dan nanah serta membersihkan duktus
koledokus dari batu. Kadang dipasang pipa nasobilier. Apabila batu
duktus koledokus besar, yaitu berdiameter lebih dari 2 cm,
sfingterotomi endoskopik mungkin tidak dapat mengeluarkan batu ini.
Pada penderita ini mungkin dianjurkan litotripsi terlebih dahulu
8
Lisis batu
Disolusi batu dengan sediaan garam empedu kolelitolitik mungkin
berhasil pada batu kolesterol. Terapi berhasil pada separuh penderita
dengan pengobatan selama satu sampai dua tahun. Lisis kontak
melalui kateter perkutan kedalam kandung empedu dengan metil
eter berhasil setelah beberapa jam. Terapi ini merupakan terapi
invasif walaupun kerap disertai dengan penyulit
DAFTAR PUSTAKA
Luhulima, JW. 2001. Abdomen, Anatomi II, Bagian Antomi FKUH. Makassar.