Model Pelatihan Wirausaha
Model Pelatihan Wirausaha
Model Pelatihan Wirausaha
Wirausaha
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA
Pasal 9
(1) Pencipta atau pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
memiliki Hak Ekonomi untuk melakukan:
a. Penerbitan Ciptaan;
b. Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya;
e. Pendistribusian Ciptaan atau salinannya;
g. Pengumuman Ciptaan;
(2) Setiap orang yang melaksanakan hak ekonomi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib mendapatkan izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta.
(3) Setiap Orang yang tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta dilarang
melakukan penggandaan dan/atau Penggunaan Secara Komersial Ciptaan.
Pasal 113
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau
huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara
paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
yang dilakukan dalam bentuk pembajakan dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp.
4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
ii
Model Pelatihan
Wirausaha
iii
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Dilarang keras memperbanyak, memfotokopi sebagian atau seluruh isi
buku ini, serta memperjualbelikannya tanpa mendapat izin tertulis dari
Penerbit.
iv
KATA PENGANTAR
Tidak ada gading yang tak retak, kami menerima semua komentar,
kritik, saran dan pesan-pesan yang dapat membangun kami untuk lebih
baik dalam mengeluarkan edisi buku yang berikutnya.
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
a. Karakter Wirausaha Milenial di Abad 21 ................ 37
b. Perubahan Paradigma Belajar Kewirausahaan
di Abad 21 ........................................................................... 39
c. Literasi Baru Wirausaha Abad 21 .............................. 42
d. Aktivitas Literasi Big Data Wirausaha ..................... 43
e. Aktivitas Literasi Teknologi Wirausaha ................. 45
f. Aktivitas Literasi Humanity Wirausaha .................. 48
g. Pelatihan Wirausaha dalam Membentuk
Karakter Wirausaha Abad 21 ...................................... 55
vii
b. Pengembangan Model Pelatihan Kewirausahaan di
Perguruan Tinggi.............................................................. 89
c. Rasionalisasi Perkembangan Model Pelatihan
Kewirausahaan ................................................................. 94
d. Kendala Pelatihan Kewirausahaan di Perguruan
Tinggi .................................................................................... 96
viii
a. Tinjauan tentang Model Pelatihan Kewirausahaan
SEM ........................................................................................ 117
b. Tujuan Pelatihan Kewirausahaan SEM .................... 125
c. Capaian (Output) yang diharapkan dari Pelatihan
Kewirausahaan SEM ....................................................... 127
d. Dasar Pengembangan Model Pelatihan
Kewirausahaan SEM ...................................................... 128
e. Permasalahan ................................................................... 134
ix
b. Fase 2: Psikometri Tes ................................................... 186
c. Fase 3: Penetapan Kelompok dan Mentor ............. 188
d. Fase 4: Pelatihan Dasar Kewirausahaan ................. 188
e. Fase 5: Pekerjaan Proyek ............................................ 192
f. Fase 6: Pemantauan Proyek ........................................ 193
g. Fase 7: Seminar dan Laporan ...................................... 193
h. Fase 8: Postest Tes Psikometri ................................... 195
i. Fase 9: Evaluasi Pelatihan ............................................ 198
j. Wirausaha Mandiri Hasil Pelatihan SEM ................ 199
k. Harapan Penerapan Model SEM ................................. 206
x
Bagian 1
Konsep Dasar Pelatihan
Kewirausahaan
Kewirausahaan bermanifestasi dalam aktivitas ekonomi, perilaku dan aktivitas
wirausaha yang mencakup kegiatan formal dan informal dapat menciptakan
kesejahteraan bagi pewirausaha sendiri dan bahkan pada orang-orang yang terlibat
didalam kegiatannya. Pada gilirannya, kewirausahaan dapat berkontribusi pada
pembangunan ekonomi melalui perusahaan-perusahaan yang tumbuh dan berfungsi
sebagai sumber pendapatan dan mendatangkan lapangan pekerjaan bagi suatu populasi.
Beragam potensi manfaat dari kewirausahaan merangsang keputusan individu untuk
menjadi pribadi yang kuat dan tangguh dalam berwirausaha. Untuk itu pendidikan dan
pelatihan kewirausahaan adalah program yang patut didukung oleh segala pihak agar
dapat memberikan outcomes aktivitas wirausaha diberbagai jenis dan tingkat pendidikan
di masyarakat khususnya di perguruan tinggi.
Fokus promosi kewirausahaan diperguruan tinggi saat ini adalah peran pola pikir
dan keterampilan dalam memampukan individu untuk mengenali dan memanfaatkan
peluang wirausaha. Tujuan pendidikan kewirausahaan yang dilaksanakan diperguruan
tinggi pada dasarnya adalah untuk mewujudkan kemampuan bertahan hidup bagi peserta
didik dengan nilai-nilai kreativitas yang dilakukan sesuai dengan kompetensi dan keahlian
mereka.
a. Wirausaha
Wirausaha merupakan subjek dalam melaksanakan aktivitas atau
proses dari kegiatan berwirausaha. Uraian definisi dari istilah
Kewirausahaan dapat dikenali melalui definisi-definisi secara
epistemologi. Dalam makna kata Wirausaha berasal dari dua kata
“wira” dan “swasta”. Kata wira memiliki kesamaan kata dengan
perwira, kesatria atau seseorang yang memiliki keberanian besar.
Sedang istilah swasta berdasarkan arti katanya merupakan suatu
bidang yang tidak dikuasai oleh pemerintah (non government).
outcomes
peserta karakter
program program
b. Pelatihan Kewirausahaan
Pengembangan dalam melaksanakan pendidikan dan pelatihan
Kewirausahaan dibanyak negara seluruh dunia patut menjadi acuan
bagi pendidikan Kewirausahaan di Indonesia, hal ini dilakukan sebagai
tolok ukur dalam melakukan pembelajaran berkualitas bagi peserta
didik dibidang Kewirausahaan. Pendidikan kewirausahaan memiliki
potensi untuk memungkinkan peserta didik mendapatkan
keterampilan dan menciptakan lapangan kerja sendiri, Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa pendidikan kewirausahaan secara
Saat ini kemampuan wirausaha adalah satu hal yang patut dan pantas
dimiliki oleh seorang wirausaha, pelaksanaan kegiatan pelatihan
wirausaha lebih kepada pembentukan karakter unggul yang pantas
bersaing diabad 21. Mahasiswa harus disiapkan untuk mengenai
dunia yang semakin sarat dengan perkembangan teknologi informasi
yang telah mempengaruhi cara berfikir dan bertindak masyarakat
disegala lapisan. Kehadiran internet telah merubah perilaku hidup
manusia, dampak yang ditimbulkan salah satunya adalah dengan
adanya perubahan cara menetapkan keputusan dalam membeli
sesuatu. Hal ini menjadi latar pengembangan program-program
kewirausahaan, pelatihan wirausaha berbasis teknologi dan
wirausaha online yang sebagian besar belum dibaurkan dalam
kurikulum pembelajaran kewirausahaan harus dilakukan melalui
pelatihan kewirausahaan.
6) Keuangan Wirausaha
Pelatihan untuk meningkatkan kemampuan pikir mendapatkan
investasi dari luar. Menangani tantangan keuangan utama yang
dihadapi pendiri ketika mendanai startup khususnya melihat
perusahaan teknologi di tahap awal. Pelatihan ini membahas:
Berapa banyak uang yang dapat hasilkan? Berapa yang harus
kumpulkan? Kapan harus mendapatkan dana dan dari siapa?,
Bagaimana menghasilkan penilaian yang masuk akal untuk
perusahaan?, Bagaimana menyusun pendanaan, kontrak kerja,
dan keputusan keluar?.
d. Profil Wirausaha
Profil individu seorang wirausaha mengacu kepada identifikasi
demografis dasar dan faktor-faktor terkait kepribadian atau sifat-sifat
peserta. Profil disebut juga ciri-ciri khusus yang mengidentifikasi
tentang kepribadian seseorang. Kepribadian wirausaha yang
dikaitkan dengan hasil kewirausahaan yang positif yang seringkali
merupakan cerminan dari sosio-emosional yang ingin dibangun oleh
banyak program pendidikan dan pelatihan wirausaha. Keberhasilan
penerapan suatu program kewirausahaan ditentukan oleh beberapa
profil yaitu:
1) Pendidikan, latar belakang pendidikan peserta, termasuk tingkat
pencapaian dan keterampilan kognitif dasar yang mengalir dari
paparan pendidikan formal yang pernah dilakukannya.
4. Kejujuran.
Konsep sifat kejujuran adalah perilaku utama dari setiap manusia
terutama para pebisnis. Perilaku jujur adalah point penting
untuk seorang wirausaha sukses. Begitu mudah untuk seorang
pelanggan memutuskan untuk memberikan skor reputasi yang
5. Inovatif.
Gagasan yang muncul harus diwujudkan dalam ide dan perilaku
inovatif. Keunikan dan keberbedaan memberikan informasi dan
produk memudahkan wirausaha internet mendapatkan peluang.
Dengan kata kunci unik dan spesifik pada situs dari lapak
perniagaan yang dimiliki maka kemungkinan kunjungan akan
lebih meningkat.
6. Visioner.
Memiliki pemikiran dan keinginan serta cara pandang yang
matang untuk karir wirausaha yang dilakukannya melalui
internet. Hal ini akan memunculkan perilaku kreatif dan tidak
cepat puas dengan keadaan.
7. Fokus.
Memiliki komitmen untuk fokus meskipun wirausaha internet
tidak terikat waktu dan jadwal bekerja, namun mendisiplinkan
diri untuk fokus pada bisnis yang dikerjakan harus dilakukan.
2) Creativity (kreativitas)
Kreativitas penting dalam pendidikan sebagai literasi dan kita
harus memperlakukan nya dengan status yang sama dengan
kompetensi lainnya, kesuksesan seorang individu adalah mereka
yang memiliki keterampilan kreatif, untuk menghasilkan visi
bagaimana mereka berniat menjadikan dunia tempat yang lebih
3) Communication (komunikasi)
Komunikasi dalam konteks abad ke-21 merujuk tidak hanya pada
kemampuan untuk “berkomunikasi secara efektif, lisan, tertulis,
dan dengan berbagai alat digital” tetapi juga terkait dengan
keterampilan mendengarkan (Fullan, 2013). Meskipun saat ini
diketahui bahwa hanya beberapa profesi yang didasari
kemampuan dalam komunikasi (seperti terapis, pembicara
publik, customer service), namun pada dasarnya semua profesi
memerlukan berbagai bentuk aktivitas komunikasi seperti:
negosiasi, memberikan instruksi, memberi nasihat, membangun
hubungan, menyelesaikan konflik, dan sebagainya (Hobbs,
2015).
4) Collaboration (kolaborasi)
Berkolaborasi adalah kebutuhan manusia. Tidak seorang dapat
menghindari diri dapat berhubungan dengan orang lain, hal ini
adalah bagian dimensi yang ada didalam diri manusia yaitu
dimensi sosial. Alber (2012) mengemukakan bahwa kegiatan
kolaborasi dilakukan dengan menetapkan perjanjian kelompok
dan pertanggungjawaban untuk tugas-tugas yang ditugaskan,
menentukan tahapan untuk pembagian kerja dan bersinergi
dalam kelompok sebagai upaya mencapai tujuan bersama.
a. Pengertian Model
Model secara harfiah berarti “bentuk”, dalam pemakaian secara
umum model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan
pengukurannya yang diperoleh dari beberapa sistem. Sedangkan
menurut Suprijono (2012), “Model diartikan sebagai bentuk
representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan
seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan
model itu”.
c. Hakekat Pelatihan
Hakekatnya pelatihan dan pendidikan mempunyai tujuan yang sama
yaitu bertujuan untuk pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
agar dapat memperoleh manfaat dari kegiatan pelatihan atau
pendidikan yang dilakukannya. Menurut Sulchan (2007) Pelatihan
adalah suatu upaya dalam rangka pengembangan sumber daya
manusia, oleh karena itu pelatihan kerja merupakan bagian dari suatu
proses pendidikan yang tujuannya adalah untuk meningkatkan
kemampuan atau keterampilan tertentu pada seseorang atau
kelompok orang.
e. Prinsip-Prinsip Pelatihan
Menurut Sofiyandi (2013) mengemukakan lima prinsip pelatihan
sebagai berikut:
1) Participation, artinya dalam pelaksanaan pelatihan para peserta
harus ikut aktif karena dengan partisipasi peserta akan lebih
f. Metode Pelatihan
Latihan adalah proses belajar dalam organisasi yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan maupun mengubah
perilaku, Hasibuan (2006), pengertian latihan adalah merupakan
suatu usaha meningkatkan pengetahuan dan keahlian seseorang
untuk mengerjakan suatu pekerjaan tertentu.
2) Vestibule.
Metode pelatihan ini dilakukan di dalam kelas yang
biasanya diselenggarakan dalam suatu perusahaan untuk
memperkenalkan pekerjaannya kepada karyawan baru dan
melatih mereka untuk melakukan pekerjaannya.
4) Simulation.
Situasi atau kejadian yang harus ditampilkan semirip
mungkin dengan situasi yang sebenarnya tapi hanya
merupakan tiruan saja.
5) Classroom Methods.
Program latihan di satu ruangan khusus di tempat bekerja
biasa.
6) Apprenticeship.
Suatu cara untuk mengembangkan keahlian sehingga para
karyawan yang bersangkutan dapat mempelajari segala
3) Vestibule Training
Pelatihan ini dilakukan di tempat yang dibuat seperti
tempat kerja yang sesungguhnya dan dilengkapi fasilitas
peralatan yang sama dengan pekerjaan yang sesungguhnya.
5) Studi Kasus
Teknik ini dilakukan dengan memberikan sebuah atau
beberapa kasus manajemen untuk dipecahkan dan
6) Self-Study
Merupakan teknik pembelajaran sendiri oleh peserta
dimana peserta dituntut untuk proaktif melalui media
bacaan, materi, video, kaset, dan lain-lain. Hal ini biasanya
dilakukan karena beberapa faktor, diantaranya
keterbatasan biaya, keterbatasan frekuensi pertemuan, dan
faktor jarak.
7) Program Pembelajaran
Pembelajaran ini seperti self-study, tapi kemudian peserta
diharuskan membuat rangkaian pertanyaan dan jawaban
dalam materi sehingga dalam pertemuan selanjutnya
rangkaian pertanyaan tadi dapat disampaikan pada
penyelia atau pengajar untuk diberikan umpan balik.
8) Laboratory Training
Latihan untuk meningkatkan kemampuan melalui berbagi
pengalaman, perasaan, pandangan dan perilaku di antara
para peserta.
9) Action Learning
Teknik ini dilakukan dengan membentuk kelompok atau tim
kecil dengan memecahkan permasalahan dan dibantu oleh
seorang ahli bisnis dari dalam perusahaan atau luar
perusahaan.
2) Pelatih/Instruktur
Pelatih/instruktur adalah seseorang yang telah diberi tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh untuk
melaksanakan kegiatan pelatihan dan pembelajaran kepada
peserta dibidang tertentu. Pelatih/instruktur yang ahli dan cakap
akan memiliki trik khusus untuk mentransfer pengetahuan
mereka yang sulit didapat.
4) Kurikulum
Kurikulum pelatihan dirancang berdasarkan harapan dari
program dan tujuan yang hendak dicapai. Kurikulum yang
disusun berdasarkan tujuan yang hendak dicapai.
2) Input
Penilaian input (masukan) program pelatihan kewirausahaan
dilakukan untuk melakukan penilaian pada penentuan sumber-
sumber yang ada, alternative apa yang diambil, apa rencana dan
strategi untuk mencapai kebutuhan program pelatihan serta
bagaimana prosedur kerja dalam pelatihan yang dilakukan untuk
mencapai tujuan. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat program
pelatihan kewirausahaan dilaksanakan adalah:
a) Apakah rencana program pelatihan yang disusun pernah
dilaksanakan pada waktu yang lalu?
b) Apakah asumsi-asumsi tujuan pelatihan yang digunakan
akan dapat dicapai?
c) Apakah aspek-aspek sampingan yang dihasilkan program
pelatihan?
d) Bagaimana masyarakat mereaksi program pelatihan?
e) Bagaimana peserta pelatihan mereaksi program pelatihan?
f) Dapatkah program dilakukan dengan berhasil?
3) Proses
Penilaian proses pelatihan kewirausahaan berkaitan pula dengan
hubungan yang baik antar pelaksana dan peserta pelatihan,
media komunikasi, logistik, sumber-sumber, jadwal kegiatan,
Pada awal tahun 2014 diresmikan Sebrae Business School (São Paulo)
lembaga pendidikan publik pertama yang didedikasikan untuk
menawarkan pelatihan kewirausahaan di tingkat teknis, hal ini juga
bertujuan untuk mempromosikan budaya wirausaha.
Pendidikan kewirausahaan di sekolah dan pelatihan kewirausahaan
disponsori oleh pemerintah federal dan lembaga nirlaba. Di dalam
kasus, perlu diperhatikan untuk menyoroti beberapa proyek di Brasil.
SEM telah melalui proses validasi oleh ahli melalui Forum Group
Discussion (FGD) oleh pakar untuk menjaring nilai validitas dan
ketepatan model untuk menjadi satu model pelatihan yang baik dan
benar-benar teruji. Revisi dilaksanakan semenjak awal penemuan dan
rancangan model hingga pada penerapan tahun 2018 dan tahun
2019, yang mengakibatkan model SEM awal mengalami perubahan
pada beberapa bagian terutama pada syntax model. Model SEM
ditargetkan dapat digunakan pada seluruh universitas secara nasional
maupun internasional dengan karakteristik yang sama dengan
populasi mahasiswa Universitas Negeri Padang.
Saat ini model SEM telah diterapkan melalui beberapa riset lanjutan
dan program Pengabdian Kepada Masyarakat di daerah-daerah
khususnya di Sumatera Barat. Dengan menggunakan produk
pendamping penerapan berupa modul pelatihan dan buku panduan
model SEM yang selalu diperbaharui diharapkan model ini mampu
menjadi model yang bermanfaat dalam memudahkan mahasiswa
wirausaha mencapai mindset wirausaha, perubahan karakter
wirausaha, hingga mampu menjadi wirausaha mandiri yang
bermanfaat bagi hidupnya dan masyarakat.
e. Permasalahan
Rendahnya jumlah usaha PMW yang bertahan untuk
mengembangkan usahanya mengindikasi bahwa usaha yang
dilakukan peserta PMW tidak berjalan secara optimal. Berdasarkan
penelusuran dilapangan diketahui bahwa Mahasiswa anggota PMW
yang mengajukan proposal pendanaan hanya sekedar untuk
mendapatkan dana usaha, namun aktivitas usaha tidak dilaksanakan
dengan sifat mental dan kesungguhan sebagai seorang wirausaha.
Mahasiswa membuat laporan pertanggungjawaban yang tidak nyata
namun hanya sebagai pemenuhan kewajiban untuk laporan saja.
Persoalan ini menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi
mahasiswa sendiri, karena pada dasarnya usaha yang dilakukan
dengan baik akan mendatangkan keuntungan secara materil dan
pembinaan sikap mental berwirausaha selama menjadi mahasiswa
dapat menjadi latihan untuk menjadi sukses berwirausaha setelah
menamatkan pendidikan, sehingga pola pikir sebagai pencari kerja
dapat berubah menjadi pencipta kerja.
a. Langkah I: Analysis
Tujuan dilakukan tahapan Analisis adalah untuk mengidentifikasi
kemungkinan penyebab terjadinya kesenjangan atau masalah-
masalah dalam pendidikan dan pembelajaran. Branch (2009)
menyatakan prosedur umum yang terkait dengan fase Analisis adalah
(a) Memvalidasi kesenjangan kinerja peserta PMW
(b) Menentukan tujuan pelatihan
(c) Analisis peserta pelatihan
(d) Audit sumber daya yang tersedia
(e) Menyusun rencana manajemen proyek pengembangan.
Sedangkan hasil dari fase ini adalah sebuah desain sederhana yang
menyajikan komponen umum dari model pembelajaran berbasis
produksi, dengan ringkasan sebagai berikut: 1) Diagram inventaris
tugas, 2) Satu set lengkap tujuan kinerja, 3) Satu set lengkap item tes,
4) Strategi pengujian, 5) Pengembalian investasi proposal.
e. Langkah V: Evaluation
Tujuan dari tahap Evaluasi adalah untuk menilai kualitas produk yang
telah dikembangkan dan proses pengajaran yang telah diterapkan,
baik sebelum dan sesudah implementasi. Prosedur umum yang
terkait dengan fase Evaluasi dikaitkan dengan menentukan kriteria
evaluasi, memilih alat evaluasi yang tepat, dan melakukan evaluasi.
Setelah menyelesaikan tahap Evaluasi peneliti seharusnya dapat
mengidentifikasi keberhasilan pengembangan, merekomendasikan