Buku Pengembangan Sumber Daya Manusia
Buku Pengembangan Sumber Daya Manusia
Buku Pengembangan Sumber Daya Manusia
Diterbitkan oleh:
ZAHIR PUBLISHING
Kadisoka RT. 05 RW. 02, Purwomartani,
Kalasan, Sleman, Yogyakarta 55571
e-mail: zahirpublishing@gmail.com
Anggota IKAPI D.I. Yogyakarta
No. 132/DIY/2020
Penulis
Identifikasi Masalah
Seperti yang dituliskan pada artikel diatas bahwa program
kolaboratif tersebut bertujuan untuk memperkuat pelaksanaan
transformasi di Telkomsel yang kian inklusif sebagai perusahaan
telekomunikasi digital terdepan, yang mencakup transformasi dari
sisi SDM, proses, serta teknologi.
Melalui program inilah Huawei Indonesia bersama Telkomsel
menggelar berbagai kegiatan lokakarya kepemimpinan digital yang
mengupas tren, tantangan dan strategi yang harus diantisipasi
di era transformasi digital saat ini. Melalui pengkajian sejumlah
studi global, program ini diharapkan turut berkontribusi dalam
memperkuat SDM Telkomsel setingkat manajer untuk meningkatkan
kemampuan kepemimpinan digital mereka di berbagai domain,
seperti kepemimpinan strategis, tren bisnis dan teknologi, serta
transformasi organisasi.
Mereka mengadakan pelatihan untuk menguatkan kesiapan
menjelang kehadiran teknologi 5G, Cloud, Internet of Things (IoT),
Pembahasan Kasus
Berdasarkan penjelasan materi yang disampaikan oleh kelompok
1 yang dimana menurut Rozalena dan Dewi 2017; 110. Pelaksanaan
kegiatan pengembangan ini biasanya lebih formal sifatnya dan
konsentrasinya mengarah pada strategi untuk mempersiapkan
kemampuan karyawan pada jabatan yang lebih tinggi. Hal ini
selaras dengan alasan pihak Telkomsel melakukan kerjasama
dengan HUAWEI dalam upaya untuk meningkatkan kompetensi
SDM mereka di bidang digital.
Karena mengingat adanya perkembangan teknologi yang sangat
pesat, melalui program ini, Huawei Indonesia bersama Telkomsel
menggelar berbagai kegiatan lokakarya kepemimpinan digital yang
mengupas tren, tantangan dan strategi yang harus diantisipasi
di era transformasi digital saat ini. Melalui pengkajian sejumlah
studi global, program ini diharapkan turut berkontribusi dalam
memperkuat SDM Telkomsel setingkat manajer untuk meningkatkan
kemampuan kepemimpinan digital mereka di berbagai domain,
seperti kepemimpinan strategis, tren bisnis dan teknologi, serta
transformasi organisasi. Hal ini sesuai dengan manfaat dari
pengembangan yang dimana pengembangan ini dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual dan moral
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya,
maka dapat disimpulkan bahwa program pengembangan biasanya
lebih bersifat formal dan konsentrasinya mengarah pada strategi
untuk mempersiapkan kemampuan karyawan pada jabatan yang
lebih tinggi. Hal ini selaras dengan alasan pihak Telkomsel melakukan
kerjasama dengan Huawei dalam upaya untuk meningkatkan
kompetensi SDM mereka di bidang digital.
Program kolaborasi pengembangkan potensi SDM yang
dilakukan oleh Huawei Indonesia dan Telkomsel memiliki tujuan
dalam meningkatkan kompetensi di bidang digital yang nantinya
berperan penting dalam meningkatkan karir dan kecakapan
karyawan Telkomsel. Selain itu, transformasi yang dilakukan oleh
Telkomsel akan meningkatkan pelayanan sehingga memberikan
manfaat yang baik bagi konsumen.
Terakhir, pengembangan kemampuan dan materi yang diberikan
pada pelatihan karyawan Telkomsel bersifat khusus, yaitu untuk
meningkatkan kemampuan dan keterampilan karyawan Telkomsel
dalam mempersiapkan kehadiran teknologi baru.
Developing an
Monitoring and Evaluation Plan
Evaluating the Selecting Training • Identify learning
Program Method outcomes
• Conduct Evaluation • Training Method • Choose
• Make Canges to • E-Learning Evaluation Design
Improve Program • Plan Cost-Benefit
Analysis
F. Artikel Pendukung
Amazon, Walmart, Target Are Paying For College, But Money
Isn’t Everything In Education
PUBLISHED TUE, SEP 28 20215:49 PM EDT UPDATED WED, SEP 29
20218:34 AM EDT
Writer: Eric Rosenbaum
Major employers of low-wage workers have made the right
decision to offer tuition payment upfront for those who want to
go back to school, as reimbursement programs placed a financial
burden on employees. But education experts are concerned that too
much focus on money misses many of the other reasons workers
don’t go back to school.
The history of employer-sponsored education is one marked by
low participation rates, and more data on improvement in uptake
will be key to judging these efforts, but knee- jerk skepticism
about corporate intentions won’t help employees succeed, the
experts say. Amazon, Walmart, Target and McDonald’s are among
the companies now offering various ways for their employees to
obtain an education for free. It’s not a new idea in the world of
employee benefits — employer-sponsored education has a history
that goes back decades. But the education programs for low-wage
workers are receiving more focus as the companies promote them
in a tight labor market, and that inevitably has led to skepticism
about who benefits more: employer or employee? Claims of lesser
online degrees and a timeline to degree completion that will tie an
employee to a low-wage job for years — if they even stick with the
learning — are easy to make. “They’re doing this because it sounds
great and it’s cheap – almost no one can use them, they are all online/
cut rate degree programs,” said Peter Cappelli, director of Wharton’s
Ulasan Kritis
Artikel Pendukung:
Di dalam artikel CNBC tersebut menyebutkan bahwa Amazon,
Walmart, Target, dan McDonald’s menawarkan program pendidikan
secara gratis untuk karyawan sebagai bentuk pelatihan dan
pengembangan karyawan, dan bukan hanya sebagai ide dalam
dunia tunjangan karyawan saja.
Keterkaitan Teori:
Sebelumnya mengacu pada teori yang ada di buku Raymond
A. Noe mengenai Manajer sumber daya manusia atau personel
memiliki tanggung jawab utama mereka adalah mengawasi fungsi
sumber daya manusia perusahaan (misalnya, penempatan staf,
perekrutan, kompensasi, tunjangan). Selaras dengan kutipan teori
tersebut bahwa program McDonald’s Archways to Opportunity
merupakan tunjangan pendidikan yang disponsori oleh pemberi
kerja bagi karyawan. Dalam mengawasi MacLaff, franchisee
McDonald’s di Lafayette, Louisiana, berada di puncak dari apa
yang telah dicapai, dengan partisipasi karyawan yang terus
meningkat. Charletta Thomas, supervisor pelatihan di MacLaff,
kembali ke perguruan tinggi sebagai pelajar dewasa dan telah
melanjutkan untuk mendapatkan gelar Master dalam administrasi
bisnis tahun ini, sebuah pengalaman yang katanya membantunya
untuk memahami apa yang akan dialami karyawan lain dalam
mencari pendidikan. Hal tersebut menjadi sebuah pengalaman
dan pertimbangan bagi Manajer proyek untuk merencanakan,
memperoleh, dan memantau penyampaian pembelajaran dan solusi
kinerja yang efektif untuk mendukung bisnis. Spesialis profesional
Keterkaitan Teori:
Apabila dikaitkan dengan teori metode pengembangan sumber
daya manusia, maka metode yang digunakan oleh perusahaan-
perusahaan tersebut untuk mengembangkan karyawannya merujuk
pada metode Pendidikan formal. Sesuai dengan penjelasan yang
ada dalam bukunya Raymond A. Noe Program pendidikan formal
termasuk program off-site dan on-site yang dirancang khusus
untuk karyawan perusahaan, kursus singkat yang ditawarkan oleh
konsultan atau universitas, program MBA eksekutif, dan program
Kesimpulan
Berdasarkan artikel dari CNBC tersebut kelompok kami dapat
menyimpulkan bahwa dalam melakukan pengembangan sumber
daya manusia perlu dipersiapkan dengan matang, agar permasalahan-
permasalahan yang timbul seperti kurangnya partisipasi karyawan
dalam menjalankan program dapat diminimalisir. Perlunya langkah-
langkah pengembangan sumber daya yang benar dan tepat, seperti
pemilihan metode pengembangan yang disesuaikan dengan
kebutuhan karyawan itu sendiri maupun dengan tujuan perusahaan.
Terlepas dari pendekatan pengembangan yang digunakan,
kar yawan memerlukan rencana pengembangan untuk
mengidentifikasi jenis pengembangan yang dibutuhkan, tujuan
pengembangan, pendekatan terbaik untuk pengembangan, dan
sarana untuk menentukan apakah tujuan pengembangan telah
tercapai. Agar rencana pengembangan menjadi efektif, karyawan,
perusahaan, dan manajer semuanya memiliki tanggung jawab yang
harus diselesaikan.
Selain itu, hal terpenting yang dapat dilakukan perusahaan untuk
meningkatkan partisipasi dalam program pengembangan sumber
daya manusia adalah dengan secara konsisten memperkuat nilai
program dan menjadikannya bagian integral dari budaya tempat
kerja. Menyediakan ruang di tempat kerja untuk pengembangan
dan waktu dalam jadwal kerja sama pentingnya dengan sumber
daya keuangan.
C. Kebijakan Pelatihan
Pelatihan dan pengembangan SDM pada sebuah perusahaan
sangat erat hubungannya dengan hasil kinerja dari SDM tersebut.
Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah penilaian untuk mengukur
kinerja dan pelatihan SDM dilaksanakan setelah ada hasil dari
penilaian tersebut. Pelatihan karyawan dilakukan dengan tujuan agar
para karyawan memiliki pengetahuan kemampuan dan keterampilan
sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang mereka lakukan.
E. Artikel Pendukung
1.400 Karyawan KB Bukopin (BBKP) Mengundurkan Diri,
Manajemen Tawarkan Program Pelatihan
Bisnis.com, JAKARTA – Sebanyak 1.400 karyawan PT Bank KB
Bukopin telah mengundurkan diri hingga akhir 2021. Langkah
strategi transformasi tersebut sejalan dengan komitmen emiten
bank BBKP untuk membentuk citra baru, pasca rampungnya aksi
korporasi PUT VI.
Presiden Direktur KB Bukopin, Chang Su Choi menjelaskan,
alasan karyawan memutuskan untuk keluar dari KB Bukopin lantaran
saat ini perseroan akan memfokuskan pada pertumbuhan berbasis
teknologi dengan mengembangkan ekosistem IT, yaitu NGBS (New
Generation Banking System).
Teori:
Perusahaan mengalami perubahan besar karena teknologi
baru, perkembangan pengetahuan yang pesat, globalisasi bisnis,
dan perkembangan e-commerce sehingga mengharuskan mereka
mengambil langkah-langkah untuk menarik, mempertahankan,
dan memotivasi tenaga kerja mereka. Pelatihan mempersiapkan
karyawan untuk menggunakan teknologi baru, berfungsi dalam
sistem kerja baru seperti tim virtual, dan berkomunikasi serta bekerja
sama sehingga pelatihan dapat berkontribusi pada daya saing
perusahaan. Daya saing mengacu pada kemampuan perusahaan
untuk mempertahankan dan mendapatkan pangsa pasar dalam
suatu industri dan memperoleh keunggulan kompetitif di pasar
mereka (Konteks Pelatihan dan Pengembangan Karyawan- Noe,
Raymond A. 2017: 4).
Teori:
Tekanan kompetitif oleh keberadaan teknologi tidak dapat
dihindari oleh siapapun, seiring persaingan dan perubahan yang
terjadi dalam organisasi mengharuskan karyawan beradaptasi
dengan berbagai perubahan yang dihadapi organisasi dan strategi
organisasi untuk mengikuti perkembangan tersebut. (Melatih
Sumber Daya Manusia – Mathis L, Robert & John H. Jackson.
2006:300)
Teori:
Baik dalam buku Raymon Noe maupun Robert L. Mathis
dikatakan bahwa pelatihan berkaitan dengan kinerja karyawan
dan organisasi. Keberadaan fasilitas pelatihan dan pengembangan
mampu memperbaiki dan mendorong kinerja karyawan menjadi
lebih baik, dan apabila kinerja karyawan mengalami peningkatan
hal ini juga akan menggerakkan roda organisasi ke arah yang
semakin baik. Sedangkan teori I Komang Ardhana dalam bukunya
F. Mini Games
Pada bagian mini games ini ditujukan guna membantu pembaca
buku ini merefleksikan materi-materi yang telah dipelajari melalui
permainan-permainan yang bisa dimainkan bersama di dalam
ruangan maupun di luar ruangan. Mini games ini mempraktekkan
kegiatan role playing, management game, dan pemodelan perilaku
sebagai bahan refleksi para pembaca. Dengan adanya mini games
ini, pembaca diharapkan dapat meningkatkan sensitifitas pada
lingkungan kerja sehingga dapat membantu dalam mengatasi
persoalan-persoalan pada tempat kerjanya.
Simpul Manusia
1. Tujuan Permainan
~ Melatih kebersamaan dengan sesama kolega
2. Jumlah Peserta 8-10 orang
3. Lama permainan 10-15 menit
4. Instruksi
~ Para peserta diminta untuk membentuk sebuah lingkaran.
Dengan mata tertutup dan kedua tangan terjulur ke
A. Pelatihan
Menurut Widodo (2015:82), pelatihan merupakan serangkaian
aktivitas individu dalam meningkatkan keahlian dan pengetahuan
secara sistematis sehingga mampu memiliki kinerja yang profesional
di bidangnya. Pelatihan adalah proses pembelajaran yang
memungkinkan pegawai melaksanakan pekerjaan yang sekarang
sesuai dengan standar.
Menurut Rachmawati (2008:110), pelatihan merupakan wadah
lingkungan bagi karyawan, di mana mereka memperoleh atau
mempelajari sikap, kemampuan, keahlian, pengetahuan, dan
perilaku spesifik yang berkaitan dengan pekerjaan.
Menurut Rivai dan Sagala (2011:212), pelatihan adalah
proses secara sistematis mengubah tingkah laku pegawai untuk
mencapai tujuan organisasi. Pelatihan berkaitan dengan keahlian
dan kemampuan pegawai untuk melaksanakan pekerjaan saat ini.
Dari beberapa pengertian diatas, pelatihan adalah sebuah proses
untuk meningkatkan kompetensi karyawan dan dapat melatih
kemampuan, keterampilan, keahlian dan pengetahuan karyawan
guna melaksanakan pekerjaan secara efektifitas dan efisien untuk
mencapai tujuan di suatu perusahaan.
Tujuan Pelatihan Menurut Carrel dalam Salinding (2011:15)
mengemukakan delapan tujuan utama program pelatihan antara
lain:
1. Memperbaiki kinerja
2. Meningkatkan keterampilan karyawan
3. Menghindari keusangan manajerial
4. Memecahkan permasalahan
Mengelola Transisi
Taktik untuk mengelola transisi termasuk mengkomunikasikan
gambaran yang jelas tentang masa depan dan menciptakan
pengaturan organisasi untuk transisi (misalnya, contact person, help
line). Mungkin baik untuk membiarkan praktik lama dan praktik baru
ada secara bersamaan (berjalan paralel) sehingga karyawan dapat
melihat manfaat dan keuntungan dari praktik baru. Kemudian, setiap
masalah yang diidentifikasi dapat diselesaikan. Proses paralel ini
biasa dilakukan ketika teknologi baru diperkenalkan di perusahaan.
Intervensi Perubahan
Selain pelatihan, ada beberapa intervensi yang berhasil
digunakan perusahaan untuk membawa perubahan. Ini termasuk
umpan balik survei, konsultasi proses, dan intervensi kelompok.
1. Umpan balik. Survei mengacu pada proses pengumpulan
informasi tentang sikap dan persepsi karyawan menggunakan
survei, meringkas hasil, dan memberikan umpan balik kepada
karyawan untuk merangsang diskusi, mengidentifikasi masalah,
dan merencanakan tindakan untuk memecahkan masalah.
Survei dapat dilakukan melalui Web. Tujuan umpan balik survei
adalah untuk mengidentifikasi masalah, memecahkan masalah,
Kesimpulan
Secara umum, manajemen perubahan selalu dibutuhkan oleh
organisasi untuk menciptakan tata kelola organisasi yang lebih
efektif, produktif, efisien, kreatif, dan berkinerja. Melalui perubahan
C. Artikel Pendukung
Terapkan Smart Farming, Petani Milenial Tingkatkan
Pembangunan Pertanian
Pembangunan pertanian yang dilakukan akan berjalan
lebih optimal jika didukung dengan SDM berkualitas. Untuk itu
Kementerian Pertanian terus mendorong Petani Milenial menerapkan
smart farming dalam menggenjot pembangunan pertanian. Menteri
Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan Kementerian
Pertanian berkomitmen tinggi mencetak 2,5 juta petani milenial.
Untuk itu Mentan SYL terus mendorong generasi muda milenial
untuk mengembangkan dunia agribisnis yang menjanjikan baik
di pasar domestik atau internasional “Karena, keberadaan petani
milenial memiliki dampak yang signifikan terhadap pembangunan
pertanian Indonesia. Ditambah lagi pertanian saat ini dan
kedepannya dihadapkan dengan tantangan besar yakni perubahan
iklim dan pandemi Covid-19,” katanya.
Mendukung hal tersebut, langkah konkret yang dilakukan
Kementan melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM
Pertanian antara lain dengan mengadakan Pelatihan Smart Farming
Program YESS dan Millennial Agriculture Forum (MAF) yang rutin
dilaksanakan setiap pekan bagi generasi milenial. Kegiatan Pelatihan
Agribisnis Smart Farming dilaksanakan 19 hingga 27 Februari 2022,
dengan jumlah peserta pelatihan sebanyak empat puluh (40) orang.
Pelatihan sendiri diikuti 40 orang yang berasal dari lokasi
program YESS. Tujuan dari Pelatihan Agribisnis Smart Farming ini
adalah untuk mencetak pengusaha pertanian milenial di bidang
Ulasan Kritis
Di dalam artikel disebutkan bahwa langkah konkret yang
dilakukan Kementan melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan
SDM Pertanian antara lain dengan mengadakan Pelatihan Smart
Teori:
Menurut Rachmawati (2008:110), pelatihan merupakan wadah
lingkungan bagi karyawan, di mana mereka memperoleh atau
mempelajari sikap, kemampuan, keahlian, pengetahuan, dan
perilaku spesifik yang berkaitan dengan pekerjaan.
Teori:
Tujuan Pelatihan Menurut Carrel dalam Salinding (2011:15)
mengemukakan delapan tujuan utama program pelatihan antara
lain:
1. Memperbaiki kinerja
2. Meningkatkan keterampilan karyawan
3. Menghindari keusangan manajerial
4. Memecahkan permasalahan
5. Orientasi karyawan baru
6. Persiapan promosi dan keberhasilan manajerial
7. Memperbaiki kepuasan untuk kebutuhan pengembangan
personel
8. Bila suatu badan usaha menyelenggarakan pelatihan bagi
karyawannya, maka perlu terlebih dahulu dijelaskan apa yang
menjadi sasaran dari pada pelatihan tersebut. Dalam pelatihan
tersebut ada beberapa sasaran utama yang ingin dicapai
Teori:
Coffman dan Lutes (2007) menjelaskan bahwa manajemen
perubahan adalah pendekatan yang terstruktur dan digunakan
untuk membantu tim, individu ataupun organisasi untuk perubahan
dari kondisi sekarang ke kondisi yang lebih baik.
1. Analisis Organisasi
Karakteristik Orang
Kemampuan dasar Mengacu pada keterampilan yang diperlukan
bagi karyawan untuk berhasil melakukan pekerjaan dan mempelajari
isi program pelatihan. Keterampilan dasar meliputi kemampuan
kognitif dan keterampilan membaca dan menulis. Audit literasi
dapat digunakan untuk menentukan tingkat keterampilan dasar
karyawan. Tabel 5.4 menunjukkan kegiatan yang terlibat dalam
melakukan audit literasi.
Kemampuan Kognitif
Penelitian menunjukkan bahwa kemampuan kognitif
mempengaruhi pembelajaran dan prestasi kerja. Kemampuan
kognitif meliputi tiga dimensi: pemahaman verbal, kemampuan
kuantitatif, dan kemampuan penalaran. Pemahaman verbal mengacu
pada kapasitas seseorang untuk memahami dan menggunakan
bahasa tertulis dan lisan. Kemampuan kuantitatif mengacu pada
seberapa cepat dan akurat seseorang dapat memecahkan masalah
matematika. Kemampuan penalaran mengacu pada kapasitas
seseorang untuk menemukan solusi untuk masalah. Penelitian
menunjukkan bahwa kemampuan kognitif terkait dengan kinerja
yang sukses di semua pekerjaan. Pentingnya kemampuan kognitif
untuk keberhasilan pekerjaan meningkat ketika pekerjaan menjadi
lebih kompleks.
Kemampuan kognitif mempengaruhi prestasi kerja dan
kemampuan belajar dalam program pelatihan. Jika peserta pelatihan
tidak memiliki tingkat kemampuan kognitif yang diperlukan
untuk melakukan tugas pekerjaan, mereka tidak akan berkinerja
baik. Juga, tingkat kemampuan kognitif peserta pelatihan dapat
mempengaruhi seberapa baik mereka dapat belajar dalam program
pelatihan. Peserta pelatihan dengan tingkat kemampuan kognitif
yang rendah lebih mungkin gagal untuk menyelesaikan pelatihan
atau (di akhir pelatihan) menerima nilai yang lebih rendah pada
tes untuk mengukur seberapa banyak yang telah mereka pelajari.
Kemampuan membaca
Kurangnya tingkat membaca yang sesuai dapat menghambat
kinerja dan pembelajaran dalam program pelatihan. Bahan yang
digunakan dalam pelatihan harus dievaluasi untuk memastikan
bahwa tingkat bacaannya tidak melebihi yang dipersyaratkan oleh
pekerjaan. Keterbacaan mengacu pada tingkat kesulitan bahan
Efikasi Diri
Efikasi Diri Adalah keyakinan karyawan bahwa mereka dapat
berhasil melakukan pekerjaan mereka atau mempelajari isi program
pelatihan. Lingkungan kerja dapat mengancam banyak karyawan
yang mungkin tidak pernah menjadi orang yang sukses di masa lalu.
Lingkungan pelatihan juga dapat mengancam orang yang sudah
lama tidak mengikuti pelatihan atau pendidikan formal, kurang
pendidikan, atau tidak berpengalaman dalam materi program
pelatihan. Misalnya, melatih karyawan untuk menggunakan
peralatan untuk manufaktur berbasis komputer dapat menjadi
ancaman potensial, terutama jika mereka terintimidasi oleh teknologi
baru dan kurang percaya diri dalam kemampuan mereka untuk
Input
Persepsi karyawan terhadap dua karakteristik lingkungan kerja,
kendala situasional dan dukungan sosial, merupakan penentu kinerja
dan motivasi belajar. Kendala situasional termasuk kurangnya alat
dan perlengkapan yang tepat, bahan dan persediaan, dukungan
anggaran, dan waktu. Dukungan sosial mengacu pada kesediaan
manajer dan rekan kerja untuk memberikan umpan balik dan
penguatan. Jika karyawan memiliki pengetahuan, keterampilan,
sikap, dan perilaku yang diperlukan untuk melakukan tetapi tidak
memiliki alat dan perlengkapan yang tepat yang dibutuhkan, kinerja
mereka tidak akan memadai.
Untuk memastikan bahwa lingkungan kerja meningkatkan
motivasi peserta pelatihan untuk belajar, manajer harus mengambil
langkah-langkah berikut:
a. Menyediakan bahan, waktu, informasi terkait pekerjaan, dan
bantuan kerja lainnya yang diperlukan bagi karyawan untuk
menggunakan keterampilan atau perilaku baru sebelum
berpartisipasi dalam program pelatihan.
b. Berbicara positif tentang program pelatihan perusahaan kepada
karyawan.
c. Beri tahu karyawan bahwa mereka melakukan pekerjaan dengan
baik ketika mereka menggunakan konten pelatihan di pekerjaan
mereka.
d. Dorong anggota kelompok kerja untuk melibatkan satu
sama lain dalam mencoba menggunakan keterampilan baru
dalam pekerjaan dengan meminta umpan balik dan berbagi
pengalaman pelatihan dan situasi di mana konten pelatihan
telah membantu.
e. Memberikan waktu dan kesempatan kepada karyawan untuk
berlatih dan menerapkan keterampilan atau perilaku baru
dalam pekerjaan mereka.
Konsekuensi
Jika karyawan tidak percaya bahwa penghargaan atau insentif
untuk kinerja memadai, mereka tidak akan mungkin memenuhi
standar kinerja bahkan jika mereka memiliki pengetahuan, perilaku,
keterampilan, atau sikap yang diperlukan. Juga, norma kelompok
kerja dapat mendorong karyawan untuk tidak memenuhi standar
kinerja. Norma mengacu pada standar perilaku yang diterima untuk
anggota kelompok kerja. Misalnya, selama negosiasi kontrak kerja,
penangan bagasi untuk Northwest Airlines bekerja perlahan-lahan
untuk memuat dan menurunkan bagasi dari pesawat terbang.
Akibatnya, banyak keberangkatan dan kedatangan penumpang
tertunda. Para petugas bagasi memiliki pengetahuan, keterampilan,
Masukan
Masalah kinerja dapat terjadi ketika karyawan tidak menerima
umpan balik mengenai sejauh mana mereka memenuhi standar
kinerja. Pelatihan mungkin bukan solusi terbaik Untuk jenis masalah
ini jika karyawan tahu apa yang seharusnya mereka lakukan (output),
tetapi tidak mengerti seberapa dekat kinerja mereka dengan standar.
Karyawan perlu diberikan umpan balik yang spesifik dan terperinci
tentang kinerja yang efektif dan tidak efektif. Agar karyawan
berkinerja sesuai standar, umpan balik perlu sering diberikan, tidak
hanya selama evaluasi kinerja tahunan
4. Analisis Tugas
Analisis tugas menghasilkan deskripsi aktivitas kerja, termasuk
tugas yang dilakukan oleh karyawan dan pengetahuan, keterampilan,
dan kemampuan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.
Pekerjaan adalah posisi tertentu yang membutuhkan penyelesaian
tugas tertentu. Analisis tugas harus dilakukan hanya setelah analisis
organisasi menentukan bahwa perusahaan ingin mencurahkan
waktu dan uang untuk pelatihan. Mengapa? Analisis tugas adalah
proses yang memakan waktu dan membosankan yang melibatkan
komitmen waktu yang besar untuk mengumpulkan dan meringkas
data dari banyak orang yang berbeda di perusahaan, termasuk
manajer, pemegang jabatan pekerjaan, dan pelatih Analisis tugas
melibatkan empat langkah:
a. Pilih pekerjaan atau pekerjaan yang akan dianalisis.
b. Mengembangkan daftar awal tugas yang dilakukan pada
pekerjaan dengan wawancara dan mengamati karyawan ahli
dan manajer mereka dan berbicara dengan orang lain yang
telah melakukan analisis tugas.
c. Validasi atau konfirmasi daftar tugas awal. Langkah ini
melibatkan sekelompok UKM (pemegang pekerjaan, manajer,
dll.) menjawab dalam rapat atau survei tertulis beberapa
E. Model Kompetensi
Dalam lingkungan bisnis global dan kompetitif saat ini, banyak
perusahaan merasa sulit untuk menentukan apakah karyawan
memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk sukses. Kemampuan
yang diperlukan dapat bervariasi dari satu unit bisnis ke unit bisnis
lainnya dan bahkan lintas peran dalam unit bisnis. Akibatnya,
banyak perusahaan menggunakan model kompetensi untuk
membantu mereka mengidentifikasi pengetahuan, keterampilan,
dan karakteristik pribadi (sikap, kepribadian) yang dibutuhkan untuk
kinerja yang sukses dalam suatu pekerjaan. Model kompetensi
juga berguna untuk memastikan bahwa sistem pelatihan dan
pengembangan berkontribusi pada pengembangan pengetahuan,
keterampilan, dan karakteristik pribadi tersebut.
H. Kesimpulan
Langkah pertama dalam upaya pelatihan yang sukses adalah
menentukan bahwa kebutuhan pelatihan ada melalui proses
yang dikenal sebagai penilaian kebutuhan. Penilaian kebutuhan
melibatkan tiga langkah: analisis organisasi, analisis orang, dan
analisis tugas. Berbagai metode—termasuk observasi, wawancara,
dan survei atau kuesioner—digunakan untuk melakukan penilaian
kebutuhan. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Analisis organisasi melibatkan penentuan (1) sejauh mana pelatihan
sesuai dengan strategi bisnis dan sumber daya perusahaan dan (2)
apakah rekan kerja dan manajer cenderung memberikan dukungan
yang diperlukan bagi peserta pelatihan untuk menggunakan konten
pelatihan dalam lingkungan kerja.
Ulasan Kritis
SA: Laode Sulaeman mengatakan bahwa ketersediaan sumber
daya manusia (SDM) yang terampil dan berkualitas merupakan
kunci keberhasilan dalam proses transisi energi Indonesia menuju
netralitas karbon (net zero emission) pada 2060.
J. Mini Games
Pada bagian mini games ini ditujukan guna membantu pembaca
buku ini merefleksikan materi-materi yang telah dipelajari melalui
permainan-permainan yang bisa dimainkan bersama di dalam
ruangan maupun di luar ruangan. Mini games ini mempraktekkan
kegiatan role playing, management game, dan pemodelan perilaku
sebagai bahan refleksi para pembaca. Dengan adanya mini games
ini, pembaca diharapkan dapat meningkatkan sensitifitas pada
lingkungan kerja sehingga dapat membantu dalam mengatasi
persoalan-persoalan pada tempat kerjanya.
Silent Mode
1. Tujuan Permainan
~ Membangun visi kehidupan yang terdiri atas visi pribadi,
visi keluarga dan visi organisasi.
E. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa analisis kebutuhan pelatihan
didefinisikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data
F. Artikel Pendukung
“KARYA TALENTS TAWARKAN PROGRAM PENGEMBANGAN
KARYAWAN”
Ulasan Kritis
1. Mengidentifikasi Kebutuhan Pelatihan
Identifikasi kebutuhan pelatihan merupakan penentuan jenis
program kegiatan yang akan dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan individu yang akan dilatih. Dari artikel tersebut, Karya
Talent menawarkan dua program pelatihan dan pengembangan
SDM, antara lain:
2. Program KT 300 Club
Merupakan program pengembangan SDM yang ditunjukkan
kepada para karyawan lama. Program ini dilatarbelakangi oleh
data yang menunjukkan 80 persen karyawan tidak antusias
terhadap pekerjaannya. Sehingga untuk menentukkan siapa
B. Teori Belajar
1. Teori Penguatan
Teori penguatan menekankan bahwa orang termotivasi untuk
melakukan atau menghindari perilaku tertentu karena hasil masa
lalu yang dihasilkan dari perilaku tersebut. Ada beberapa proses
dalam teori penguatan. Penguatan positif adalah hasil yang
menyenangkan yang dihasilkan dari suatu perilaku. Penguatan
negatif adalah penghapusan hasil yang tidak menyenangkan.
Dari perspektif pelatihan, teori penguatan menyarankan agar
pelajar memperoleh pengetahuan, mengubah perilaku, atau
memodifikasi keterampilan, pelatih perlu mengidentifikasi hasil apa
yang menurut pelajar paling positif (dan negatif). Pelatih kemudian
3. Teori Tujuan
Teori Penetapan Tujuan
Teori penetapan tujuan mengasumsikan bahwa perilaku
dihasilkan dari tujuan dan niat sadar seseorang. Tujuan mempengaruhi
perilaku seseorang dengan mengarahkan energi dan perhatian,
mempertahankan usaha dari waktu ke waktu, dan memotivasi
orang untuk mengembangkan strategi untuk pencapaian tujuan.
Penelitian menunjukkan bahwa tujuan tertentu yang menantang
menghasilkan kinerja yang lebih baik daripada tujuan yang tidak
jelas dan tidak menantang. Tujuan tlah terbukti mengarah pada
kinerja tinggi hanya jika orang-orang berkomitmen pada tujuan.
Karyawan cenderung tidak berkomitmen pada suatu tujuan jika
mereka yakin itu terlalu sulit.
Contoh bagaimana teori penetapan tujuan mempengaruhi
metode pelatihan terlihat dalam program yang dirancang untuk
Orientasi Tujuan
Orientasi tujuan mengacu pada tujuan yang dipegang oleh
peserta pelatihan dalam situasi belajar. Orientasi tujuan dapat
mencakup orientasi belajar atau orientasi kinerja. Orientasi belajar
berkaitan dengan usaha untuk meningkatkan kemampuan atau
kompetensi dalam suatu tugas. Orang-orang dengan orientasi
belajar percaya bahwa keberhasilan pelatihan didefinisikan
sebagai menunjukkan peningkatan dan membuat kemajuan, lebih
memilih pelatih yang lebih tertarik pada bagaimana peserta belajar
daripada bagaimana mereka tampil, dan melihat kesalahan dan
kesalahan sebagai bagian dari proses pembelajaran. Orientasi
kinerja mengacu pada pelajar yang fokus pada kinerja tugas dan
bagaimana mereka membandingkan dengan orang lain. Orang
dengan orientasi kinerja mendefinisikan kesuksesan sebagai kinerja
tinggi relatif terhadap orang lain, menghargai kemampuan tinggi
lebih dari belajar, dan menemukan bahwa kesalahan dan kesalahan
menyebabkan kecemasan dan ingin menghindarinya.
Orientasi tujuan diyakini mempengaruhi jumlah usaha yang
akan dikeluarkan peserta pelatihan dalam belajar (motivasi untuk
belajar). Peserta didik dengan orientasi belajar yang tinggi akan
mengarahkan perhatian yang lebih besar pada tugas dan belajar
untuk kepentingan belajar dibandingkan dengan peserta didik
dengan orientasi kinerja. Pembelajar dengan orientasi kinerja akan
lebih mengarahkan perhatiannya untuk berprestasi dengan baik
dan lebih sedikit usaha untuk belajar. Penelitian telah menunjukkan
bahwa peserta pelatihan dengan orientasi belajar mengerahkan
4. Teori Kebutuhan
Teori kebutuhan membantu menjelaskan nilai yang diberikan
seseorang pada hasil tertentu. Sebuah kebutuhan memotivasi
seseorang untuk berperilaku dengan cara untuk memenuhi
kekurangan. Teori kebutuhan Maslow dan Alderfer berfokus pada
kebutuhan fisiologis, kebutuhan keterkaitan (kebutuhan untuk
berinteraksi dengan orang lain), dan kebutuhan pertumbuhan
(harga diri, aktualisasi diri). Baik Maslow dan Alderfer percaya bahwa
orang mulai dengan mencoba memuaskan kebutuhan pada tingkat
rendah, kemudian naik ke hierarki ketika kebutuhan tingkat yang
lebih rendah terpenuhi. Artinya, jika kebutuhan fisiologis tidak
terpenuhi, perilaku seseorang akan fokus terlebih dahulu untuk
memuaskan kebutuhan tersebut sebelum kebutuhan keterkaitan
atau pertumbuhan mendapat perhatian. Perbedaan utama antara
hirarki Alderfer dan Maslow dari kebutuhan adalah bahwa Alderfer
memungkinkan kemungkinan bahwa jika kebutuhan tingkat yang
lebih tinggi tidak terpenuhi, karyawan akan memfokuskan kembali
pada kebutuhan tingkat yang lebih rendah.
Teori kebutuhan McClelland berfokus terutama pada kebutuhan
akan pencapaian, afiliasi, dan kekuasaan. Menurut McClelland,
kebutuhan ini dapat dipelajari. Need for achievement berkaitan
dengan perhatian untuk mencapai dan mempertahankan standar
keunggulan yang ditetapkan sendiri.
5. Teori Harapan
Teori harapan menunjukkan bahwa perilaku seseorang
didasarkan pada tiga faktor: harapan, instrumentalitas, dan valensi.
Keyakinan tentang hubungan antara mencoba melakukan suatu
perilaku dan benar-benar melakukan dengan baik disebut harapan.
Harapan mirip dengan efikasi diri. Dalam teori harapan, keyakinan
bahwa melakukan perilaku tertentu (misalnya, menghadiri program
pelatihan) dikaitkan dengan hasil tertentu (misalnya, mampu
melakukan pekerjaan Anda dengan lebih baik) disebut perantaraan.
Valensi adalah nilai yang diberikan seseorang pada suatu hasil
(misalnya, betapa pentingnya untuk berkinerja lebih baik dalam
pekerjaan).
C. Proses Pembelajaran
1. Proses Mental dan Fisik
Tabel 4.4 menunjukkan proses pembelajaran yang menekankan
bahwa belajar bergantung pada proses kognitif pembelajar, termasuk
memperhatikan apa yang akan dipelajari (konten pembelajaran),
mengatur konten pembelajaran ke dalam representasi mental,
dan menghubungkan konten pembelajaran dengan pengetahuan
yang ada dari memori jangka panjang. Harapan mengacu pada
keadaan mental yang dibawa pelajar ke proses instruksional. Ini
termasuk faktor-faktor seperti kesiapan untuk pelatihan (motivasi
untuk belajar, keterampilan dasar) serta pemahaman tentang tujuan
instruksi dan kemungkinan manfaat yang mungkin dihasilkan dari
belajar dan menggunakan kemampuan yang dipelajari di tempat
kerja. Persepsi mengacu pada kemampuan untuk mengatur pesan
dari lingkungan sehingga dapat diproses dan ditindaklanjuti. Baik
penyimpanan kerja dan pengkodean semantik berhubungan dengan
2. Siklus Pembelajaran
Belajar dapat dianggap sebagai siklus dinamis yang melibatkan
empat tahap: pengalaman konkret, pengamatan reflektif,
konseptualisasi abstrak, dan eksperimen aktif. Pertama, peserta
pelatihan menghadapi pengalaman konkret (misalnya, masalah
pekerjaan). Ini diikuti dengan pemikiran (pengamatan reflektif)
tentang masalah, yang mengarah pada generasi ide tentang
bagaimana memecahkan masalah (konseptualisasi abstrak) dan
akhirnya implementasi ide- ide langsung ke masalah (eksperimen
aktif).
3. Transfer Pelatihan
D. Desain Pelatihan
Desain pelatihan mengacu pada faktor-faktor yang dibangun
ke dalam program pelatihan untuk meningkatkan kemungkinan
terjadinya transfer pelatihan. Agar transfer pelatihan terjadi, manajer
perlu menerapkan teori transfer pelatihan dan mendorong peserta
pelatihan untuk mengambil tanggung jawab untuk belajar dan
terlibat dalam strategi manajemen diri.
2. Dukungan Manajer
Dukungan manajer mengacu pada sejauh mana manajer
peserta pelatihan (1) menekankan pentingnya menghadiri program
pelatihan dan (2) menekankan penerapan konten pelatihan pada
pekerjaan. Manajer dapat mengkomunikasikan harapan kepada
peserta pelatihan serta memberikan dorongan dan sumber daya
yang dibutuhkan untuk menerapkan pelatihan di tempat kerja.
Satu perusahaan meminta peserta pelatihan dan bos mereka untuk
mempersiapkan dan mengirim memo satu sama lain. Memo tersebut
menggambarkan apa yang orang lain harus “mulai lakukan,” “terus
lakukan,” “kurangi,” atau “berhenti melakukan” untuk meningkatkan
transfer pembelajaran.
3. Dukungan rekan
Transfer pelatihan juga dapat ditingkatkan dengan jaringan
dukungan di antara peserta pelatihan. Sebuah jaringan pendukung
adalah sekelompok dua atau lebih peserta pelatihan yang setuju
untuk bertemu dan mendiskusikan kemajuan mereka dalam
menggunakan kemampuan yang dipelajari dalam pekerjaan. Ini
mungkin melibatkan pertemuan tatap muka atau komunikasi melalui
email. Peserta pelatihan dapat berbagi pengalaman sukses dalam
menggunakan konten pelatihan di tempat kerja. Mereka mungkin
juga mendiskusikan bagaimana mereka memperoleh sumber
daya yang diperlukan untuk menggunakan konten pelatihan atau
bagaimana mereka mengatasi lingkungan kerja yang mengganggu
penggunaan konten pelatihan. Satu perusahaan midwestern
menjadwalkan serangkaian pertemuan dengan setiap kelompok
pelatihan antara 2 dan 12 minggu setelah sesi pelatihan mereka.
Semakin banyak pertemuan sejawat yang dihadiri peserta pelatihan,
terutama peserta pelatihan yang merasa ada dukungan manajemen
yang lemah untuk pelatihan, semakin banyak pembelajaran yang
ditransfer ke tempat kerja.
5. Dukungan Teknologi
Sistem pendukung kinerja elektronik (EPSS) adalah aplikasi
komputer yang dapat memberikan, seperti yang diminta, pelatihan
keterampilan, akses informasi, dan saran ahli. EPSS dapat digunakan
untuk meningkatkan transfer pelatihan dengan menyediakan
sumber informasi elektronik kepada peserta pelatihan yang dapat
mereka rujuk sesuai kebutuhan saat mereka mencoba menerapkan
kemampuan yang dipelajari di tempat kerja. Penggunaan EPSS
dalam pelatihan dibahas secara rinci dalam Bab 8.
Pelatih juga dapat memantau penggunaan EPSS oleh peserta,
yang memberi pelatih informasi berharga tentang transfer
masalah pelatihan yang dihadapi peserta pelatihan. Masalah-
masalah ini mungkin berhubungan dengan desain pelatihan
1. Organisasi Pembelajaran
Sebuah organisasi pembelajaran adalah perusahaan yang
memiliki kapasitas yang ditingkatkan untuk belajar, beradaptasi, dan
berubah. Proses pelatihan secara hati-hati diteliti dan diselaraskan
dengan tujuan perusahaan. Dalam organisasi pembelajaran,
pelatihan dipandang sebagai salah satu bagian dari sistem yang
dirancang untuk menciptakan modal manusia. Perlu diingat dari
Bab 2 bahwa modal manusia mencakup tidak hanya mengajar
kemampuan dasar yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan
mereka saat ini tetapi juga merangsang kreativitas dan inovasi
ditambah memotivasi karyawan untuk memperoleh dan menerapkan
pengetahuan.
Fitur penting dari organisasi pembelajaran muncul pada Tabel
7.9. Perhatikan bahwa organisasi pembelajar menekankan bahwa
pembelajaran terjadi tidak hanya pada tingkat individu karyawan
(seperti yang kita pikirkan tentang pembelajaran secara tradisional),
tetapi juga pada tingkat kelompok dan organisasi. Organisasi
pembelajaran menekankan manajemen pengetahuan.
H. Kesimpulan
Pembelajaran adalah perubahan yang relatif permanen dalam
kemampuan manusia yang bukan merupakan hasil dari proses
pertumbuhan.. Kemampuan ini terkait dengan hasil belajar tertentu,
seperti informasi lisan, keterampilan intelektual, keterampilan
motorik, sikap, dan strategi kognitif. Dalam pembelajaran terdapat
beberapa teori yang harus dipelajari, antara lain teori penguatan,
teori pembelajaran sosial, teori tujuan, teori kebutuhan, teori harapan,
teori belajar orang dewasa, dan teori pemrosesan informasi. Selain
I. Artikel Pendukung
Bangka Island Outdoor Jadi Pusat Pengembangan dan
Pembelajaran SDM BUMN
Rabu, 30 Maret 2022 06:03 WIB
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) Erick Thohir terus mendorong transformasi sumber daya
manusia di Kementerian BUMN dan juga perusahaan-perusahaan
pelat merah.
Kementerian ini menetapkan core value BUMN yang meliputi
amanah, kompeten, harmonis, loyal, adaptif, dan kolaboratif atau
disingkat AKHLAK.
“Transformasi sumber daya manusia (SDM) menjadi salah satu
dari inisiasi yang tidak terpisahkan dalam upaya transformasi BUMN
yang dilakukan oleh Kementerian BUMN,” ucap Erick Thohir, Selasa
(29/3/2022). Untuk menginternalisasikan nilai-nilai AKHLAK di
BUMN, dia mendorong dukungan Holding Pertambangan Indonesia
Mining Industry atau Mind ID.
Mind ID menginisiasi Program Sustainability Terintegrasi dan
Transformasi Nilai melalui internalisasi AKHLAK di Bangka Island
Outdoor (BIO) yang merupakan Learning Center PT Timah yang
terintegrasi dengan pusat Learning dan Research Mind ID.
Ulasan Kritis
Di Dalam artikel disebutkan “Program yang diinisiasi oleh
Direktorat Hubungan Kelembagaan Mind ID ini dapat menjadi
contoh sukses implementasi program sustainability terintegrasi
dan transformasi nilai melalui internalisasi AKHLAK yang dilakukan
grup Mind ID di lokasi BIO PT Timah,” ujar Erick.
TEORI: Dalam teori harapan, keyakinan bahwa melakukan
perilaku tertentu (misalnya, menghadiri program pelatihan) dikaitkan
dengan hasil tertentu (misalnya, mampu melakukan pekerjaan Anda
dengan lebih baik) disebut perantaraan.
J. Mini Games
Pada bagian mini games ini ditujukan guna membantu pembaca
buku ini merefleksikan materi-materi yang telah dipelajari melalui
permainan-permainan yang bisa dimainkan bersama di dalam
ruangan maupun di luar ruangan. Mini games ini mempraktekkan
kegiatan role playing, management game, dan pemodelan perilaku
sebagai bahan refleksi para pembaca. Dengan adanya mini games
ini, pembaca diharapkan dapat meningkatkan sensitifitas pada
lingkungan kerja sehingga dapat membantu dalam mengatasi
persoalan-persoalan pada tempat kerjanya.
Cermin diri
1. Tujuan Permainan
~ Melatih untuk menjadi pemimpin yang dapat diikuti oleh
anggotanya.
~ Melatih untuk menerima instruksi dengan baik.
~ Melatih kemampuan untuk menilai dan menjelaskan
dengan baik.
2. Jumlah peserta minimal 4 orang
3. Lama permainan 15 menit
4. Instruksi
2. Persiapan
Anda perlu mengetahui konten Anda dengan sangat baik.
Gunakan latihan mental dan fisik untuk membantu membangun
kepercayaan diri dan untuk mengevaluasi kecepatan dan waktu
materi. Amati pelatih utama untuk mendapatkan ide-ide baru.
Rancang pelatihan dari sudut pandang audiens—tanyakan “Jadi
apa?” tentang segala sesuatu yang Anda rencanakan untuk
dilakukan. Jika Anda menggunakan komputer, CD-ROM, Internet,
pembelajaran jarak jauh, atau teknologi lainnya, pastikan Anda
mengetahui cara kerja peralatan dan memiliki bahan cadangan jika
teknologi gagal. Pastikan visual Anda tersedia dalam setidaknya dua
format (misalnya, slide PowerPoint dan overhead). Tiba di ruang
pelatihan setidaknya 15 menit lebih awal untuk memastikan ruangan
diatur dengan benar, bahan tersedia, dan teknologi berfungsi.
Sambut peserta pelatihan saat mereka memasuki ruangan.
3. Manajemen Kelas
Pantau ruangan untuk kursi tambahan, tong sampah yang
meluap, dan tumpukan bahan sisa dari sesi pelatihan sebelumnya.
Ruang pelatihan yang berantakan, tidak teratur, dan tidak menarik
menciptakan gangguan belajar. Berikan peserta pelatihan sering
istirahat sehingga mereka dapat meninggalkan ruangan dan
kembali siap untuk belajar.
H. Desain Program
Agar pembelajaran terjadi, program pelatihan memerlukan
materi yang bermakna, tujuan yang jelas, dan kesempatan untuk
latihan dan umpan balik. Namun, bahkan jika program pelatihan
berisi semua kondisi ini, mungkin masih belum menghasilkan
pembelajaran karena beberapa alasan. Peralatan dan bahan yang
tepat mungkin tidak tersedia selama sesi, pelatih mungkin terburu-
buru untuk menyajikan konten dan gagal memberikan waktu yang
cukup untuk berlatih, atau aktivitas aktual yang terjadi dalam sesi
pelatihan mungkin tidak berhubungan dengan tujuan pembelajaran.
Desain program mengacu pada organisasi dan koordinasi program
pelatihan. Sebuah program pelatihan dapat mencakup satu
atau beberapa kursus. Setiap kursus dapat berisi satu atau lebih
pelajaran. Desain program termasuk mempertimbangkan tujuan
program serta merancang pelajaran khusus dalam program. Desain
program yang efektif mencakup template dokumen desain, kursus
atau rencana pelajaran, dan gambaran umum kursus atau rencana
pelajaran.
Perlu diingat bahwa meskipun tanggung jawab untuk merancang
program pelatihan mungkin milik perancang instruksional,
profesional sumber daya manusia, atau manajer, “klien” program
juga harus terlibat dalam desain program. Seperti yang telah dibahas
dalam Bab 3, manajer dan karyawan harus dilibatkan dalam proses
penilaian kebutuhan. Selain itu, peran mereka mungkin termasuk
meninjau prototipe program, memberikan contoh dan konten
program, dan berpartisipasi dalam program sebagai instruktur.
Penjelasan masing-masing fitur desain program yang
efektif berikut ini disertai dengan contoh yang didasarkan pada
program pelatihan yang dikembangkan oleh perusahaan untuk
meningkatkan efektivitas manajernya dalam melakukan wawancara
umpan balik penilaian kinerja. Sesi umpan balik penilaian kinerja
I. Mendesain Dokumen
Mendesain dokumen dapat digunakan untuk memandu
pengembangan pelatihan dan menjelaskan pelatihan kepada
manajer, pakar materi pelajaran, peninjau, atau pelatih lainnya.
Tabel 4.15 menunjukkan template desain dokumen. Informasi
untuk dokumen desain didasarkan pada informasi yang diperoleh
dari penilaian kebutuhan yang dibahas dalam Bab 3.
L. Artikel Pendukung
“Orbit Future Academy buka program pelatihan Cloud
Computing AWS re/Start gratis”
PUBLISHED 07:00:48 | 08 Apr 2022
JAKARTA (IndoTelko) -- Di tengah situasi ketenagakerjaan yang
sarat tantangan di Indonesia akibat pandemi global, Orbit Future
Academy (OFA) berkolaborasi dengan mitra teknologi global demi
terus berupaya menghadirkan solusi nyata dan transformatif bagi
pendidikan Indonesia. OFA adalah inisiatif pendidikan keterampilan
masa depan untuk pekerjaan masa depan dari PT Orbit Ventura
Keterkaitan Teori:
Dari penggalan artikel di atas berkaitan dengan materi penilaian
program pelatihan. Setelah program AWS re/Start diharapkan
peserta dapat terjadi suatu transformasi. Sesuai dengan penjelasan
artikel di atas bahwa penyelesaian program tersebut diharapkan
Artikel Pendukung:
“Program ini selaras dengan visi dan tujuan utama kami, yaitu
menciptakan dampak sosial yang nyata dan transformatif bagi
masyarakat Indonesia.”
Artikel Pendukung:
“Dengan dukungan mentor profesional dan instruktur
terakreditasi, peserta mendapatkan dasar pengetahuan komputasi
awan yang akan mendukung mereka dalam menjalankan
pekerjaan komputasi awan tingkat dasar. Pelatihan ini mencakup
pengembangan keterampilan pemrograman, jaringan, keamanan,
dan basis data relasional melalui proses pembelajaran berbasis
skenario dunia nyata, lab praktek, dan penugasan.”
Teori Bagaimana Mendesain Program Pelatihan yang Efektif
dan Efisien: Pertimbangan dalam merancang program pelatihan
yang efektif adalah seperti memilih dan mempersiapkan tempat
pelatihan, memilih pelatih, menciptakan lingkungan belajar yang
positif dan desain program.
Sumber: Noe, Raymon A. (2017). Employee Training and Development, ME.Graw-
Hill.
Keterkaitan Teori:
Memilih pelatih atau konsultan profesional adalah salah satu
kemungkinan yang jelas bagi perusahaan. Pelatih, baik dari dalam
Artikel Pendukung:
Dr. Sandiaga S. Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Republik Indonesia - “Indonesia sebagai negara berkembang akan
selalu menghadapi kesenjangan antara keterampilan angkatan kerja
dan ketersediaan lapangan kerja. Ini adalah salah satu faktor utama
meningkatnya jumlah pengangguran dan jumlah para pekerja yang
berkarir di luar latar belakang atau keahlian utamanya, di seluruh
Indonesia…”
Kesimpulan
Berdasarkan artikel mengenai Orbit Future Academy yang
membuka program pelatihan Cloud Computing AWS re/Start gratis
dapat kami simpulkan bahwa program ini dapat membantu dalam
membangun keterampilan komputasi awan (Cloud Computing) dan
menghubungkan peserta dengan peluang kerja di perusahaan lokal.
Adanya kesenjangan antara keterampilan angkatan kerja dan
ketersediaan lapangan kerja, menjadi salah satu faktor meningkatnya
jumlah pengangguran dan jumlah para pekerja yang berkarir di luar
latar belakang atau keahlian utamanya. Oleh karena itu, tujuan
utama diadakannya program pelatihan AWS re/Start secara gratis
menjadi sebuah solusi untuk mengatasi permasalahan ini.
Agar program pelatihan dapat berjalan dan dilaksanakan
dengan baik, maka perlu untuk menyusun program pelatihan secara
efektif maupun efisien, mempersiapkan program pelatihan dengan
langkah-langkah yang tepat dan menilai program pekerjaan, dimana
program AWS re/Start ini akan dapat memberikan keuntungan yaitu
memberikan wawasan teknologi dan keterampilan masa depan
kepada angkatan kerja baru yang produktif.
2. Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif mengacu pada evaluasi yang dilakukan untuk
menentukan sejauh mana peserta pelatihan telah berubah sebagai
akibat dari keikutsertaan dalam program pelatihan. Artinya, apakah
peserta pelatihan memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap,
perilaku, atau hasil lain yang diidentifikasi dalam tujuan pelatihan?
2. Keandalan
Keandalan mengacu pada sejauh mana hasil dapat diukur secara
konsisten dari waktu ke waktu. Misalnya, seorang pelatih memberi
karyawan restoran tes tertulis yang mengukur pengetahuan tentang
3. Diskriminasi
Diskriminasi mengacu pada sejauh mana kinerja peserta
pelatihan pada hasil benar-benar mencerminkan perbedaan kinerja
yang sebenarnya. Misalnya, tes kertas dan pensil yang mengukur
pengetahuan ahli listrik tentang prinsip kelistrikan harus mendeteksi
perbedaan yang sebenarnya dalam pengetahuan peserta pelatihan
tentang prinsip kelistrikan. Artinya, tes harus membedakan pada
dasar pengetahuan peserta pelatihan tentang prinsip-prinsip
kelistrikan. (Orang yang mendapat nilai tinggi dalam ujian memiliki
pemahaman yang lebih baik tentang prinsip-prinsip kelistrikan
daripada mereka yang mendapat nilai rendah).
4. Kepraktisan
Kepraktisan mengacu pada kemudahan yang ukuran hasil
dapat dikumpulkan. Salah satu alasan yang diberikan perusahaan
untuk tidak memasukkan hasil pembelajaran, kinerja, dan
perilaku dalam evaluasi program pelatihan mereka adalah karena
mengumpulkannya terlalu membebani. (Dibutuhkan terlalu
banyak waktu dan energi, yang mengurangi bisnis.) Misalnya,
dalam mengevaluasi program pelatihan penjualan, mungkin tidak
praktis untuk meminta pelanggan menilai perilaku tenaga penjual
karena ini akan menempatkan terlalu banyak komitmen waktu pada
E. Desain Evaluasi
Desain evaluasi pelatihan menentukan keyakinan yang dapat
ditempatkan pada hasil, yaitu, seberapa yakin perusahaan bahwa
pelatihan bertanggung jawab atas perubahan hasil evaluasi atau
gagal mempengaruhi hasil. Tidak ada desain evaluasi yang dapat
memastikan bahwa hasil evaluasi sepenuhnya karena pelatihan. Apa
yang diperjuangkan oleh evaluator adalah menggunakan desain
yang paling ketat (mengingat keadaan dimana evaluasi terjadi)
untuk mengesampingkan penjelasan alternatif untuk hasil evaluasi.
Diskusi tentang desain evaluasi ini dimulai dengan mengidentifikasi
“penjelasan alternatif” yang harus coba dikendalikan oleh evaluator.
Selanjutnya, berbagai desain evaluasi dibandingkan. Terakhir, bagian
ini membahas keadaan praktis yang perlu dipertimbangkan pelatih
dalam memilih desain evaluasi.
7. Posttest
Posttest desain mengacu pada desain evaluasi di mana hanya
hasil pascapelatihan yang dikumpulkan. Desain ini dapat diperkuat
dengan menambahkan kelompok pembanding (yang membantu
8. Pretest/Posttest
Pretest/posttest mengacu pada desain evaluasi di mana kedua
ukuran hasil pra-pelatihan dan pascapelatihan dikumpulkan. Tidak
ada kelompok pembanding. Kurangnya kelompok pembanding
membuat sulit untuk mengesampingkan efek dari kondisi bisnis
atau faktor lain sebagai penjelasan untuk perubahan. Desain
ini sering digunakan oleh perusahaan yang ingin mengevaluasi
program pelatihan tetapi tidak nyaman dengan mengecualikan
karyawan tertentu atau yang hanya bermaksud melatih sekelompok
kecil karyawan.
F. Artikel Pendukung
Sebut Program Akal-akalan, Komisi III Minta Pemkab Lebak
Evaluasi Pelatihan Kerja di Disnaker
Kabar6 - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lebak diminta
mengevaluasi program pelatihan kerja yang dilaksanakan oleh Dinas
Tenaga Kerja (Disnaker). Wakil Ketua Komisi III DPRD Lebak Acep
Dimyati menyebut, pelatihan kerja sebagai program akal-akalan
yang menghambur-hamburkan anggaran pemerintah.
Kajian Kritis
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lebak diminta mengevaluasi
program pelatihan kerja yang dilaksanakan oleh Dinas Tenaga
Kerja (Disnaker). Wakil Ketua Komisi III DPRD Lebak Acep Dimyati
menyebut, pelatihan kerja sebagai program akal-akalan yang
menghambur-hamburkan anggaran pemerintah.
Teori:
Perusahaan/organisasi menginvestasikan minimal jutaan dana
mereka dalam program pelatihan untuk membantu mendapatkan
keunggulan kompetitif, khususnya karena pembelajaran dapat
menciptakan pengetahuan yang membawa keberhasilan perusahaan.
Sehingga evaluasi penting dilakukan untuk menyelidiki apakah
investasi yang dilakukan tersebut dapat membawa perubahan atau
tidak.
(Memahami Pentingnya Evaluasi Program Pelatihan - Noe, Raymon A. 2017.
Employee Training and Development. ME.Graw-Hill)
Keterkaitan Teori:
Apa yang disebutkan oleh Wakil Ketua Komisi III DPRD Lebak,
Acep Dimyati tentu bukan tanpa alasan. Mengingat banyaknya
dana yang dikeluarkan untuk sebuah pelatihan sumber daya tentu
diharapkan mampu menunjang kualitas output dari program
pelatihan tersebut. Sehingga kegiatan evaluasi pelatihan sangat
penting untuk dilakukan. Jika realitas di lapangan dari hasil evaluasi
diketahui bahwa banyaknya pengeluaran dana tidak berjalan
seiring dengan output, maka sebaiknya organisasi mengurangi
kegiatan investasi dalam bentuk pelatihan ini karena investasi
yang diharapkan tidak berjalan efektif dan pengembaliannya
justru rendah. Untuk itu kami berpendapat bahwa Pemkab Lebak
sebaiknya melakukan evaluasi sumatif untuk dapat melakukan
pengukuran manfaat moneter (laba/investasi), apakah besarnya
Teori:
Proses evaluasi harus dimulai dengan menentukan kebutuhan
pelatihan, kemudian kembangkan tujuan pembelajaran yang
terukur dan analisis transfer pelatihan, kemudian manajer perlu
mengembangkan pengukuran hasil, baru kemudian memilih
strategi evaluasi, merencanakan evaluasi dan terakhir melaksanakan
implementasi evaluasi.
(Memahami Pentingnya Evaluasi Program Pelatihan - Noe, Raymon A. 2017.
Employee Training and Development. ME.Graw-Hill)
Keterkaitan Teori:
Melihat dari teori proses atau tahapan evaluasi tersebut,
seharusnya dalam MOU yang disusun PT PWI dengan Disnaker
perlu menjelaskan secara detail mengenai rancangan desain dan
strategi evaluasi dengan pertimbangan kebutuhan pelatihan, materi
pembelajaran, hasil output, dan target dari pelatihan. Sehingga
diharapkan tidak terjadi pemborosan akibat jumlah peserta
pelatihan yang tidak seimbang dengan jumlah yang dibutuhkan
organisasi dan kegiatan pelatihan dapat berjalan lebih efektif bagi
seluruh pihak yang terlibat.
Pada artikel dijelaskan bahwa Disnaker akan kembali
menyelenggarakan pelatihan padahal pelatihan sebelumnya hanya
sedikit peserta yang diterima oleh perusahaan. Salah satu politisi
Teori:
Ancaman terhadap validitas mengacu pada faktor yang akan
mengarahkan evaluator untuk mempertanyakan juga (1) kepercayaan
hasil studi atau (2) sejauh mana hasil evaluasi dapat digeneralisasikan
ke kelompok peserta pelatihan dan situasi lainnya. Keterpercayaan
hasil studi mengacu pada validitas internal. Ancaman internal
terhadap validitas berhubungan dengan karakteristik perusahaan
(sejarah), ukuran hasil (instrumentasi, pengujian), dan orang-orang
dalam studi evaluasi. Studi evaluasi memerlukan validitas internal
untuk memberikan keyakinan bahwa hasil evaluasi (terutama jika
positif) disebabkan oleh program pelatihan dan bukan karena faktor
lain. Ancaman terhadap validitas eksternal berhubungan dengan
bagaimana peserta penelitian bereaksi terhadap diikutsertakan
dalam penelitian dan efek dari berbagai jenis pelatihan. Karena
evaluasi biasanya tidak melibatkan semua karyawan yang telah
menyelesaikan suatu program (atau yang mungkin akan mengikuti
pelatihan di masa depan), pelatih ingin dapat mengatakan bahwa
program pelatihan akan efektif di masa depan dengan kelompok
yang sama.
(Memahami Pentingnya Evaluasi Program Pelatihan - Noe, Raymon A. 2017.
Employee Training and Development. ME.Graw-Hill)
Keterkaitan Teori:
Sejalan dengan teori tersebut, untuk mencegah adanya ancaman
internal terhadap validitas program pelatihan, maka perusahaan atau
khususnya pada kasus ini adalah Pemkab Lebak semestinya segera
melakukan evaluasi terhadap program pelatihan yang diberikan
oleh pihak Disnaker. Program pelatihan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan atau seorang pemberi materi yang tidak mumpuni bisa
menghambat proses pemahaman peserta mengenai pelatihan
yang diberikan. Sebelum mengadakan program pelatihan kembali,
Teori:
Desain evaluasi pelatihan menentukan keyakinan yang dapat
ditempatkan pada hasil, yaitu, seberapa yakin perusahaan bahwa
pelatihan bertanggung jawab atas perubahan hasil evaluasi atau
gagal mempengaruhi hasil.
(Memahami Pentingnya Evaluasi Program Pelatihan - Noe, Raymon A. 2017.
Employee Training and Development. ME.Graw-Hill)
Keterkaitan Teori:
Sejalan dengan teori tersebut, desain evaluasi yang digunakan
oleh Pemkab Lebak tidak sesuai dengan program pelatihan yang
diberikan oleh Disnaker. Semestinya setelah dilakukan program
pelatihan yang diberikan oleh Disnaker, Pemkab Lebak memberikan
2. Metode Langsung
Metode langsung adalah metode pelatihan yang menuntut
peserta pelatihan untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Metode ini
meliputi pelatihan di tempat kerja, simulasi, studi kasus, permainan
bisnis, permainan peran, dan pemodelan perilaku. Metode ini
ideal untuk mengembangkan keterampilan khusus, memahami
bagaimana keterampilan dan perilaku dapat ditransfer ke pekerjaan,
mengalami semua aspek menyelesaikan tugas, atau menangani
masalah interpersonal yang muncul di pekerjaan.
a. Pelatihan Kerja atau On the Job Training (OJT)
Pelatihan di tempat kerja (OJT) mengacu pada karyawan baru
atau yang tidak berpengalaman yang belajar di lingkungan
kerja dan selama bekerja dengan mengamati rekan kerja atau
C. Teknik-Teknik Pelatihan
Menurut Cherrington dalam (Ansory & Indrasari, 2018) metode
dalam pelatihan dibagi menjadi dua yaitu on the job training dan
off the job training. On the job training lebih banyak digunakan
dibandingkan dengan off the job training. Hal ini disebabkan
karena metode on the job training lebih berfokus pada peningkatan
produktivitas secara cepat. Pengertian on the job training menurut
Swasto (2011:67) adalah suatu kegiatan pelatihan yang dilakukan
di tempat kerja, dimana seorang mempelajari pekerjaan dengan
melaksanakannya secara aktual dalam pekerjaan.
1. Coaching
Melalui metode coaching, atasan atau karyawan yang
berpengalaman memberikan instruksi kepada karyawan yang
mendapatkan training melalui instruksi-instruksi kerja. Ini adalah
pelatihan one-to-one yang dirancang untuk karyawan agar
dapat menemukan jawaban atas pertanyaan mereka melalui
instruksi dan demonstrasi yang diberikan oleh atasan.
1. Pelatihan Tim
Memberikan pelatihan tim kepada SDM perusahaan merupakan
hal yang sangat dianjurkan karena karyawan di dalam perusahaan
tidak akan bekerja sendirian, mereka harus bisa menyelesaikan
masalah atau pekerjaan secara tim agar tujuan perusahaan bisa
tercapai.
6. Pelatihan Bahasa
Pelatihan dan pengembangan mengenai bahasa juga sebaiknya
harus dipertimbangkan bila perusahaan ingin lebih berkembang.
Jangan menutup mata dengan perbedaan bahasa, karena bisa saja
pasar yang ditargetkan perusahaan ternyata adanya di luar negeri
bukan di Indonesia. Ditambah lagi klien atau rekanan perusahaan
biasanya merekrut ekspatriat dari berbagai negara sebagai salah
satu representatif perusahaannya, maka kemampuan bahasa asing
jadi kunci utama dalam kelancaran komunikasi bisnis dan meraih
peluang-peluang yang mungkin tercipta.
7. Pelatihan Ulang
Perusahaan juga bisa melakukan pelatihan ulang atau disebut
juga retraining agar bisa memberikan keahlian yang benar-
benar dibutuhkan oleh SDM yang ada. Hal ini dilakukan untuk
menghadapi kondisi tuntutan pekerjaan yang akan terus berubah.
E. Artikel Pendukung
Tatanan Baru Ubah Metode Pelatihan BPSDM Dari Tatap
Muka Ke Daring
Jakarta, 4 Agustus 2020 – Sejalan dengan diberlakukannya tatanan
baru dalam kondisi pandemi Covid-19, Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengajukan perubahan metode
pelatihan yang lebih banyak dilakukan secara virtual, dari yang
semula dilakukan secara klasikal.
Selain pelatihan secara daring, untuk pelaksanaan on the
job training (OJT) juga akan dilakukan dengan cara yang sama.
Perubahan metode pembelajaran dari tatap muka ke daring tersebut
berdampak pada perubahan modul/materi pelatihan, dimana salah
satunya melalui pemanfaatan drone untuk pengambilan gambar
di lapangan. Dalam kaitan itu BPSDM PUPR bersama Pusat Data
dan Teknologi Informasi, tim pengajar dan Pusat Pengembangan
Kompetensi BPSDM PUPR mengadakan rapat koordinasi untuk
membahas penggunaan drone pada pelatihan- pelatihan oleh
BPSDM, di Jakarta, Selasa (4/8).
Sekretaris BPSDM PUPR, Herman Suroyo, dalam arahannya
melalui konferensi video, mengatakan perubahan sistem
pembelajaran (dari tatap muka ke daring) merupakan awal dari
perubahan menuju era industri 4.0 serta menjawab tantangan dari
kebutuhan pelatihan. “Kita memang perlu review materi-materi
yang dikonversi, yang punya potensi pembelajaran bagus, agar
bisa jadi rock and roll tadi. Kita tidak boleh menyerah, tetapi ada
tantangan tersendiri bisa menyelesaikan tantangan-tantangan yang
ada”, ungkap Herman.
Kajian Kritis
Sejalan dengan diberlakukannya tatanan baru dalam kondisi
pandemi Covid-19, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
(BPSDM) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(PUPR) mengajukan perubahan metode pelatihan yang lebih banyak
dilakukan secara virtual, dari yang semula dilakukan secara klasikal.
Teori:
Metode pelatihan tradisional, adalah metode yang
tidak memerlukan teknologi baru (misalnya, Internet) untuk
penyampaiannya. Namun, sebagian besar metode yang dibahas
dalam bab ini dapat disampaikan menggunakan CD-ROM atau
Internet. Misalnya, kuliah di kelas dapat dilakukan secara tatap
muka dengan peserta pelatihan (pelatihan tradisional) atau dapat
disampaikan melalui ruang kelas virtual di mana instruktur tidak
berada di ruangan yang sama dengan peserta pelatihan.
Kajian Kritis:
Mengingat kondisi pandemic Covid-19 yang tidak kunjung usai,
mengakibatkan BPSDM Kementerian Pekerja Umum mengajukan
adanya perubahan pada metode pelatihan yang awalnya
Kajian Kritis
Sejalan dengan teori tersebut, BPSDM menggunakan metode On
the Job Training yang awalnya dilakukan secara klasikal diubah menjadi
metode yang sama dengan daring dimana hal ini mengakibatkan
perubahan pada modul dan materi pelatihannya. Untuk mensiasati
pelatihan agar tetap efisien pihak BPSDM menggunakan drone dalam
pelaksanaannya. Pengambilan keputusan ini juga dilandasi dengan
adanya keterbatasan dan penggunaan drone sebagai audiovisual
juga memiliki peran yang penting untuk meningkatkan keterampilan
komunikasi, keterampilan wawancara, dan keterampilan layanan
dan juga dapat menggambarkan bagaimana prosedur pekerjaan
yang harus diikuti. Penggunakan audiovisual ini pelatih juga dapat
meninjau, memperlambat, atau mempercepat pelajaran, yang
memberi mereka fleksibilitas dalam menyesuaikan sesi tergantung
pada keahlian peserta. Penggunaan drone ini juga menandakan
bahwa BPSDM sadar betul akan pentingnya memberikan gambaran
lapangan pekerjaan dan merupakan pengambilan langkah alternatif
yang tidak dapat dilakukan secara offline. Dalam memilih metode
audiovisual ini tentunya juga telah dipertimbangkan dengan
mempertimbangkan sejauh mana metode tersebut memfasilitasi
pembelajaran dan transfer pelatihan, berapa biaya yang terkait
dengan pengembangan dan penggunaan metode, dan sejauh mana
efektivitasnya.
Pemanfaatan aplikasi drone dalam OJT diharapkan memudahkan
proses pembelajaran secara virtual melalui visualisasi dan membantu
Teori:
Pelatihan instruksional pekerjaan
Melalui on the job training ini, seorang pelatih merancang
program pelatihan selangkah demi selangkah. Nantinya, karyawan
akan diberikan instruksi untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan
instruksi. Pertama, akan dijelaskan mengenai gambaran umum
pekerjaan bersama dengan hasil yang diinginkan. Kemudian, akan
ditunjukkan mengenai keterampilan apa saja yang dibutuhkan
untuk pekerjaan tersebut. Setelah itu, akan diizinkan untuk
melakukan pekerjaan sesuai keterampilan atau keahliannya. Pada
akhir pelatihan, akan diminta untuk memberikan umpan balik dan
diperbolehkan untuk bertanya mengenai apapun yang muncul dari
program pelatihan.
Kajian Kritis:
Sejalan dengan teori tersebut, BPSDM menggunakan
metode On The Job Training yang kurang lebih mirip dengan
metode pelatihan instruksional pekerjaan. Pembelajaran secara
virtual dengan visualisasi akan membantu detail di dalam setiap
pelatihan. Detail ini akan menjadi gambaran kepada para peserta
untuk digunakan sebagai instruksi dalam melakukan pekerjaannya
sehingga hal ini akan membantu peserta dalam menyelesaikan
pekerjaannya. Namun perlu diingat Dalam membawakan virtual
learning, fasilitator membutuhkan keterampilan khusus dalam
memfasilitasi pelatihan virtual yang berbeda daripada memfasilitasi
pelatihan tatap muka Karena keterbatasan interaksi, maka fasilitator
perlu memiliki keterampilan komunikasi empatik cukup tinggi.
Untuk dapat membaca suasana dalam kelas virtualnya sehingga
dapat mengelola minat dan partisipasi.
Teori:
Melatih Keahlian Karyawan
Pelatihan dan pengembangan pertama yang bisa dilakukan pada
SDM atau karyawan perusahaan adalah dengan melatih keahliannya
atau bisa disebut juga skill training. Pelatihan ini juga cukup sering
dilakukan oleh beberapa perusahaan. Program pelatihan ini dapat
dimulai dengan dengan menilai apa yang menjadi kebutuhan
ataupun kekurangan yang kemudian bisa diidentifikasikan lewat
penilaian yang lebih teliti.
Kajian Kritis:
Revolusi Industri 4.0 dan Dampaknya Terhadap Bisnis Proses &
Hubungan Industrial merupakan segala bentuk perubahan kemajuan
teknologi yang semakin pesat, mengubah cara berpikir kebiasaan
dan cara kerja dalam seluruh sektor industri hingga pada hubungan
antar manusia. Dalam proses yang “smart” ini melibatkan susunan
algoritma, mengubah proses fisik menjadi susunan kecerdasan
virtual diperlukan tenaga kerja yang dapat meliputi penguasaan
terhadap teknologi. Maka sejalan dengan teori yang ada kondisi
yang ada sekarang menjadi tantangan pada pengembangan SDM
yang masih baru dan mempertahankan tenaga kerja yang sudah
ada dengan penambahan ilmu yang memadai. Perlu adanya sikap
sportif dan bijak untuk mengantisipasi perubahan tersebut yang
telah dilakukan dan dimulai oleh BPSDM PUPR. Karena kebiasaan
yang berbeda dengan generasi sebelumnya melahirkan perubahan
F. Mini Games
Pada bagian mini games ini ditujukan guna membantu pembaca
buku ini merefleksikan materi-materi yang telah dipelajari melalui
permainan-permainan yang bisa dimainkan bersama di dalam
ruangan maupun di luar ruangan. Mini games ini mempraktekkan
kegiatan role playing, management game, dan pemodelan perilaku
sebagai bahan refleksi para pembaca. Dengan adanya mini games
ini, pembaca diharapkan dapat meningkatkan sensitifitas pada
lingkungan kerja sehingga dapat membantu dalam mengatasi
persoalan-persoalan pada tempat kerjanya.
Pelatih/Instruktur Mekanisme
• Penyampaian Isi Penyampaian Teknologi
(Online, Ipod, Simulasi)
• Isi Pelatih/Instruktur
Ahli Bahan
Sumber Daya Situs Web Materi
Ahli
Sumber Daya
2. Video Interaktif
Video interaktif menggabungkan keunggulan video dan
instruksi berbasis komputer. Instruksi diberikan satu-satu kepada
peserta pelatihan melalui monitor yang terhubung ke keyboard.
Peserta pelatihan menggunakan keyboard atau menyentuh monitor
untuk berinteraksi dengan program. Video interaktif digunakan
untuk mengajarkan prosedur teknis dan keterampilan interpersonal.
Program pelatihan dapat disimpan pada video disk atau CD.
Seperti yang ditemukan Federal Express, video interaktif
memiliki banyak keuntungan. Pertama, pelatihan bersifat individual.
Karyawan mengontrol aspek program pelatihan apa yang mereka
lihat. Mereka dapat melompat ke depan ketika mereka merasa
kompeten, atau mereka dapat meninjau topik. Kedua, karyawan
menerima umpan balik langsung mengenai kinerja mereka.
Ketiga, pelatihan dapat diakses selama 24 jam terlepas dari jadwal
kerja karyawan. Dari sudut pandang pemberi kerja, tingginya
biaya pengembangan program video interaktif dan pembelian
peralatan diimbangi dengan pengurangan biaya instruktur dan
biaya perjalanan yang terkait dengan lokasi pelatihan pusat. Di
Federal Express, video interaktif telah memungkinkan untuk melatih
35.000 karyawan yang berhubungan dengan pelanggan di 650
lokasi di seluruh negeri, menghemat jutaan dolar perusahaan. Tanpa
video interaktif, Federal Express tidak dapat memberikan pelatihan
berkualitas tinggi yang konsisten.
Isi
~ Teks
• Vlue
~ Grafik
~ Suara
Administrasi Pengiriman
~ Pemantauan ~ Internet/Intranet
• Pendaftaran • Web
• Penilaian • CD-ROM Pembelajaran
Kemajuan • Jarak Jauh
Gambar 11.3 Fitur Potensi E-Learning
1. Butuh penilaian
Departemen teknologi informasi perlu dilibatkan dalam desain
program berbasis Web untuk memastikan bahwa kemampuan
teknologi jaringan perusahaan dipahami, untuk menjamin bahwa
peserta pelatihan dapat memperoleh akses ke browser dan koneksi
2. Desain
Konten atau pekerjaan asing dapat menghabiskan sumber daya
pemrosesan kognitif peserta yang terbatas, yang mengakibatkan
lebih sedikit pembelajaran.
Tabel 11.6 memberikan beberapa prinsip desain yang harus
diperhatikan dalam desain e-learning. Prinsip-prinsip desain ini
didasarkan pada penelitian tentang pembelajaran multimedia yaitu
pembelajaran yang melibatkan kata-kata (baik teks cetak atau audio)
dan gambar (grafik, diagram, foto, animasi, atau video).
1. Simulasi
1. Sistem Pakar
Sistem pakar mengacu pada teknologi (biasanya perangkat
lunak) yang mengatur dan menerapkan pengetahuan ahli manusia
untuk masalah tertentu. Sistem pakar memiliki tiga elemen:
a. Basis pengetahuan yang berisi fakta, angka, dan aturan tentang
subjek tertentu.
b. Kemampuan mengambil keputusan yang meniru kemampuan
penalaran seorang pakar, menarik kesimpulan dari fakta dan
angka tersebut untuk memecahkan masalah dan menjawab
pertanyaan.
c. Antarmuka pengguna yang mengumpulkan dan memberikan
informasi kepada orang yang menggunakan sistem.
Sistem pakar digunakan sebagai alat pendukung yang dirujuk
oleh karyawan ketika mereka memiliki masalah atau keputusan
yang mereka rasa melebihi pengetahuan dan keterampilan mereka
saat ini. Meskipun sistem pakar dibahas sebagai teknologi yang
mendukung pelatihan, sistem pakar juga dapat digunakan sebagai
mekanisme penyampaian. Sistem pakar dapat digunakan untuk
melatih karyawan dalam aturan pengambilan keputusan para pakar.
Sistem pakar dapat memberikan kualitas tinggi dan biaya yang lebih
rendah. Dengan menggunakan proses keputusan para ahli, sistem
memungkinkan banyak orang untuk sampai pada keputusan yang
mencerminkan pengetahuan para ahli. Sistem pakar membantu
menghindari kesalahan yang dapat diakibatkan oleh kelelahan dan
2. Groupware
Groupware (perangkat lunak rapat elektronik)adalah jenis
khusus dari aplikasi perangkat lunak yang memungkinkan banyak
pengguna untuk melacak, berbagi, dan mengatur informasi dan
bekerja pada dokumen yang sama secara bersamaan.Sistem
groupware menggabungkan elemen-elemen seperti email,
manajemen dokumen, dan papan buletin elektronik. Perusahaan
telah menggunakan groupware untuk meningkatkan proses bisnis
seperti penjualan dan manajemen akun dan untuk meningkatkan
efektivitas pertemuan serta untuk mengidentifikasi dan berbagi
pengetahuan dalam organisasi.
2. Pencitraan
Pencitraan mengacu pada memindai dokumen, menyimpannya
secara elektronik, dan mengambilnya kembali.Pencitraan sangat
berguna karena file kertas memakan banyak ruang dan sulit diakses.
Catatan pelatihan dapat dipindai dan disimpan dalam database
untuk diakses di kemudian hari. Beberapa aplikasi perangkat lunak
memungkinkan pengguna untuk memindai dokumen berdasarkan
kata kunci seperti:riwayat pekerjaan, pendidikan, dan pengalaman. Ini
adalah fitur yang berharga ketika menjawab pertanyaan manajer dan
pelanggan lainnya mengenai pelatihan dan keterampilan karyawan.
Pencitraan juga dapat membantu departemen pelatihan melayani
pelanggannya dengan lebih baik dengan mengurangi waktu yang
dibutuhkan untuk menemukan file atau layanan pertanyaan telepon
dari karyawan, menyediakan kemampuan untuk berbagi catatan
pelatihan karyawan secara bersamaan, menghilangkan kebutuhan
untuk refile, dan mengurangi ruang fisik yang dibutuhkan untuk
menyimpan catatan pelatihan.
Fitur LMS:
Kesimpulan
Dalam pembahasan ini memberikan gambaran umum tentang
penggunaan teknologi baru dalam penyampaian pelatihan,
dukungan, dan administrasi. Banyak teknologi baru memiliki
fitur yang membantu memastikan pembelajaran dan transfer
Artikel Kritis
Artikel Pendukung
Lianawaty Suwono Director BCA mengatakan penerapan sistem
pelatihan teknologi tinggi menjadi andalan utama diterapkan
bank BCA untuk karyawannya. Beberapa metode yang diterapkan,
katanya, terdiri dari beberapa macam misalnya e learning, mobile
learning, menggunakan sarana games, video atau bahkan youtube.
Teori:
1. Simulasi
Jenis simulasi salah satunya berbasis permainan dimana peserta
pelatihan memainkan video game di komputer.
2. Pembelajaran Jarak Jauh
Pembelajaran jarak jauh digunakan oleh perusahaan yang
tersebar secara geografis untuk memberikan informasi tentang
produk, kebijakan, atau prosedur baru serta memberikan
pelatihan keterampilan dan kuliah ahli ke lokasi lapangan.
Pembelajaran jarak jauh menampilkan komunikasi dua arah
antara orang-orang, dan saat ini melibatkan dua jenis teknologi:
Pembahasan:
1. Metode yang diterapkan Bank BCA untuk pelatihan karyawannya
yaitu salah satunya menggunakan sarana games,dengan
menggunakan simulasi ini memberikan peserta pelatihan
bergerak melalui lingkungan simulasi dan berinteraksi dengan
komponennya hal ini disebut realitas visual yakni teknologi
berbasis komputer yang memberikan peserta pelatihan
pengalaman belajar tiga dimensi.Salah satu keuntungan dari
realitas virtual adalah memungkinkan peserta pelatihan untuk
mempraktikkan tugas- tugas berbahaya tanpa menempatkan
diri mereka sendiri atau orang lain dalam bahaya. Selain itu
dengan menggunakan sarana games, peserta pelatihan lebih
bisa enjoy dan tidak tegang sehingga hasil yang didapatkan
dari pelatihan lebih bisa lebih maksimal.
2. Bank BCA juga menggunakan metode berupa e-learning,
mobile learning, video atau bahkan youtube. Dalam hal
E. Tahap Karir
1. Tahap Eksplorasi
Pada tahap eksplorasi, individu berusaha mengidentifikasi
jenis pekerjaan yang diminati mereka. Mereka mempertimbangkan
minat, nilai, dan preferensi pekerjaan mereka, dan mereka mencari
informasi tentang pekerjaan, karir, dan pekerjaan dari rekan kerja,
teman, dan anggota keluarga. Sekali mereka mengidentifikasi jenis
pekerjaan atau pekerjaan yang menarik minat mereka, individu
dapat mulai mengejar pendidikan atau pelatihan yang dibutuhkan.
Eksplorasi berlanjut ketika individu memulai pekerjaan baru. Dalam
2. Tahap Pendirian
Pada tahap pendirian, individu menemukan tempat mereka
di perusahaan, membuat kontribusi independen, mencapai lebih
banyak tanggung jawab dan kesuksesan finansial, dan membangun
gaya hidup yang diinginkan. Karyawan pada tahap ini tertarik
untuk dipandang sebagai kontributor kesuksesan perusahaan dan
telah mencapai tahap pendirian dianggap menjadi rekan kerja.
Rekan kerja adalah karyawan yang dapat bekerja secara mandiri
dan menghasilkan hasil. Mereka belajar bagaimana perusahaan
memandang kontribusi mereka dari interaksi informal dengan
rekan kerja dan manajer dan dari umpan balik formal yang diterima
melalui sistem penilaian kinerja. Untuk karyawan pada tahap ini,
perusahaan perlu mengembangkan kebijakan yang membantu
menyeimbangkan peran kerja dan non kerja. Juga, karyawan
dalam tahap ini perlu menjadi lebih aktif terlibat dalam kegiatan
perencanaan karir.
3. Tahap Pemeliharaan
Pada tahap pemeliharaan, individu bersangkutan dengan
keterampilan menjaga up to date dan dipersepsikan oleh orang
lain sebagai seseorang yang masih berkontribusi pada perusahaan.
Karyawan dalam tahap pemeliharaan dapat menjadi pelatih atau
mentor yang berharga bagi karyawan baru. Seorang mentor adalah
karyawan berpengalaman yang mengajar atau membantu karyawan
4. Tahap Pelepasan
Pada tahap pelepasan, individu mempersiapkan perubahan
keseimbangan antara aktivitas kerja dan non kerja. Mereka mungkin
mengambil peran sebagai sponsor. Sponsor memberikan arahan
kepada karyawan lain, mewakili perusahaan kepada pelanggan,
memulai tindakan, dan membuat keputusan. Disengagement
biasanya mengacu pada karyawan yang lebih tua yang memilih
untuk pensiun dan berkonsentrasi sepenuhnya pada kegiatan non-
kerja seperti olahraga, hobi, bepergian, atau pekerjaan sukarela.
Namun, survei yang dilakukan oleh Watson Wyatt, konsultan sumber
daya manusia internasional perusahaan, menemukan bahwa tiga
dari empat karyawan yang lebih tua lebih suka mengurangi jam
kerja mereka secara bertahap daripada menghadapi jenis pensiun
tradisional yang semuanya bekerja atau tidak bekerja. banyak
karyawan, fase pelepasan berarti pengurangan jam kerja secara
bertahap.
Program pensiun bertahap membantu karyawan dan
perusahaan. Perusahaan mendapatkan untuk mengambil
keuntungan dari pengetahuan dan keterampilan khusus karyawan
yang berpengalaman, yang mungkin sulit untuk diganti, sekaligus
mengurangi biaya yang terkait dengan perekrutan dan pelatihan
karyawan baru karyawan. Bagi karyawan, pensiun bertahap berarti
mereka memiliki kesempatan untuk memilih pensiun dengan cara
yang memenuhi kebutuhan finansial dan emosional mereka. Untuk
memanfaatkan bakat karyawan yang lebih tua, perusahaan harus
1. Self Assessment
Penilaian diri mengacu pada penggunaan informasi oleh
karyawan untuk menentukan minat karir, nilai, bakat, dan
kecenderungan perilaku mereka. Ini sering melibatkan tes psikologis..
Penilaian diri juga dapat melibatkan latihan seperti yang ada di Tabel
12.4. Jenis latihan ini membantu karyawan mempertimbangkan
di mana mereka sekarang dalam karir mereka, mengidentifikasi
rencana masa depan, dan menilai bagaimana karir mereka sesuai
dengan situasi mereka saat ini dan sumber daya yang tersedia.
2. Reality Check
Pengecekan kenyataan mengacu pada informasi yang
diterima karyawan tentang bagaimana perusahaan mengevaluasi
keterampilan dan pengetahuan mereka dan di mana mereka cocok
dengan rencana perusahaan (misalnya, peluang promosi potensial,
gerakan lateral). Biasanya, informasi ini diberikan oleh manajer
karyawan sebagai bagian dari proses penilaian kinerja. Bukan hal
yang aneh dalam sistem perencanaan karir yang dikembangkan
dengan baik bagi manajer untuk mengadakan penilaian kinerja
dan diskusi pengembangan karir yang terpisah. Misalnya, dalam
sistem perencanaan karier Coca-Cola USA, karyawan dan manajer
mengadakan pertemuan terpisah setelah tinjauan kinerja tahunan
untuk membahas minat karier, kekuatan, dan kemungkinan aktivitas
pengembangan karyawan.
3. Goal Setting
Pada bagian goal setting, karyawan mengembangkan tujuan
karir jangka pendek dan jangka panjang. Sasaran ini biasanya
berhubungan dengan posisi yang diinginkan (misalnya, menjadi
manajer penjualan dalam tiga tahun), tingkat penerapan
keterampilan (misalnya, menggunakan keterampilan penganggaran
untuk memperbaiki masalah arus kas unit), pengaturan kerja
(misalnya, pindah ke pemasaran korporat dalam waktu dua tahun),
4. Action Planning
Perencanaan tindakan, karyawan menentukan bagaimana
mereka akan mencapai tujuan karir jangka pendek dan jangka panjang
mereka. Rencana tindakan mungkin melibatkan pendaftaran dalam
kursus pelatihan dan seminar, melakukan wawancara informasi, atau
melamar lowongan pekerjaan di dalam perusahaan. Penugasan
baru memungkinkan karyawan memanfaatkan keterampilan,
pengalaman, dan kontak mereka yang ada sambil membantu
mereka mengembangkan yang baru.
Beberapa perusahaan meminjamkan karyawan ke organisasi
nirlaba dan usaha kecil untuk menyediakan akuntansi, pemasaran,
dan layanan profesional lainnya.Dalam tugas ini, sering disebut
program sukarelawan karyawan,karyawan memiliki kesempatan
untuk menggunakan dan mengembangkan keterampilan mereka
dan pada saat yang sama mencapai tujuan karir dan mengatasi
masalah sosial.
Tabel 12.5 menunjukkan beberapa faktor desain penting yang
harus dipertimbangkan dalam mengembangkan sistem manajemen
karir. Mengikat pengembangan sistem dengan kebutuhan bisnis
dan strategi, memperoleh dukungan dari manajemen puncak,
dan memiliki manajer dan karyawan yang berpartisipasi dalam
membangun sistem merupakan faktor yang sangat penting dalam
mengatasi resistensi terhadap sistem.
2. Peran Manajer
Untuk membantu karyawan menangani masalah karir, manajer
harus efektif dalam empat peran: pelatih, penilai, penasihat, dan agen
rujukan. Tanggung jawab masing-masing peran ini ditunjukkan pada
Tabel 12.7. Manajer bertanggung jawab untuk membantu karyawan
mengelola karir mereka melalui pemenuhan kebutuhan pribadi serta
kebutuhan perusahaan. Pelatihan, menilai, menasihati, dan melayani
sebagai agen rujukan adalah peran penting bagi manajer bagi
karyawan di semua tahap karir mereka. Karyawan di awal karir mereka
mungkin memerlukan informasi yang berkaitan dengan seberapa
baik kinerja mereka memenuhi harapan pelanggan. Karyawan dalam
tahap pendirian dan pemeliharaan dapat menggunakan manajer
sebagai papan suara untuk ide dan perspektif tentang perubahan
pekerjaan dan jalur karir. Manajer perlu memahami minat karyawan
dengan berdiskusi dengan karyawan tentang suka dan tidak suka
pekerjaan mereka. Salah satu cara untuk memulai diskusi ini adalah
4. Peran Perusahaan
Perusahaan bertanggung jawab untuk menyediakan karyawan
dengan sumber daya yang dibutuhkan untuk berhasil dalam
mengelola karir mereka. Sumber daya ini termasuk program khusus
serta proses untuk manajemen karir:
a. Lokakarya karir (seminar tentang topik seperti bagaimana sistem
manajemen karir bekerja, penilaian diri, penetapan tujuan, dan
Kesimpulan
Bab ini menjelaskan tentang konsep karir dan manajemen
karir. Dimulai dengan membahas pentingnya manajemen karir
bagi perusahaan dan karyawan. Bab ini menggambarkan sifat
yang berubah dari konsep karir. Saat ini, karier lebih fleksibel
dan lebih mungkin dievaluasi berdasarkan kesuksesan psikologis
daripada kenaikan gaji atau promosi. Bab ini memperkenalkan
model pengembangan karir berdasarkan konsep karir baru dan
pada siklus hidup, organisasi, dan perspektif pola arah karir. Ini
menyarankan bahwa karyawan menghadapi tugas perkembangan
yang berbeda tergantung pada tahap karir mereka (eksplorasi,
pembentukan, pemeliharaan, pelepasan). Tindakan yang dapat
diambil perusahaan untuk membantu karyawan menangani
tugas perkembangan ini disorot. Proses manajemen karir terdiri
dari penilaian diri, pemeriksaan realitas, penetapan tujuan, dan
perencanaan tindakan. Agar manajemen karir berhasil, karyawan,
manajer, dan perusahaan harus terlibat secara aktif.
I. Artikel Pendukung
“Fokus pada Pengembangan Karir Karyawan, Telkom Puncaki
Peringkat Top Companies 2022”
Published: Jumat 08 Apr 2022 19:34 Wib
Red : Hiru Muhammad
Ulasan Kritis
Artikel Pendukung
Kali ini, Telkom dinobatkan sebagai peringkat pertama LinkedIn
Top Companies 2022, memimpin 14 perusahaan Indonesia lainnya.
Dikutip dari rilis resmi LinkedIn News Asia, LinkedIn Top Companies
2022 adalah daftar pemeringkatan tahunan yang berisikan 15
perusahaan sebagai tempat kerja terbaik untuk mengembangkan
karir karyawan. Disusun berdasarkan data unik LinkedIn, perusahaan-
Keterkaitan Teori
Penggalan artikel dan teori di atas berkaitan dengan adanya retensi
sebagai akibat dari program pengembangan dan manajemen
karir yang optimal. Telkom dinilai mampu merancang sistem
pengembangan karir yang membuat kesepakatan jangka panjang
dengan karyawan dan karena itu membantu menciptakan retensi
serta mempertahankan karyawannya. Pengembangan karir penting
bagi perusahaan untuk menciptakan dan mempertahankan
pembelajaran yang berkelanjutan bagi karyawannya. Hal ini
menjadikan Telkom meraih predikat penghargaan pertama LinkedIn
Top Companies 2022, memimpin 14 perusahaan Indonesia lainnya.
Artikel Pendukung
Direktur Human Capital Management Telkom, Afriwandi menyambut
baik penghargaan yang diberikan oleh LinkedIn sebagai platform
jaringan profesional terbesar di dunia. Menurutnya, penghargaan
ini didapat tak lepas dari kontribusi seluruh karyawan Telkom.
“Terima kasih kepada LinkedIn atas penghargaan Top Companies
2022 bagi Telkom. Menjadi peringkat pertama tentunya menjadi
suatu kebanggaan bagi kami sekaligus bukti dari hasil kerja keras
dan kerja cerdas seluruh insan Telkom. Tentunya ini menjadi motivasi
bagi Telkom untuk terus fokus pada aspek human capital khususnya
talent development,” ujar Afriwandi.
Keterkaitan Teori
Dari cuplikan artikel serta teori di atas, kita dapat melihat bahwasanya
manajemen karir dan pengembangannya dapat membawa dampak
positif berupa peningkatan motivasi karir karyawan perusahaan.
Motivasi karir membawa karyawan Telkom pada pada energi untuk
berinvestasi dalam karir mereka, kesadaran mereka tentang arah
yang mereka inginkan untuk karir mereka, dan kemampuan mereka
untuk mempertahankan energi dan arah meskipun hambatan yang
mungkin mereka hadapi sehingga mereka akan fokus dalam bekerja
keras dan kerja cerdas. Hal itu lah yang membawa Telkom mendapat
penghargaan ini dan akan senantiasa fokus pada aspek human
capital khususnya talent development.
Artikel Pendukung
Sebagai perusahaan telekomunikasi digital yang fokus pada
pengembangan kompetensi dan karir karyawan, PT Telkom
Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) kembali meraih apresiasi dari pihak
eksternal. Kali ini, Telkom dinobatkan sebagai peringkat pertama
LinkedIn Top Companies 2022, memimpin 14 perusahaan Indonesia
lainnya.
Teori:
Sistem Manajemen Karir di Web
Ulasan Kritis:
Telkom yang telah dinobatkan sebagai peringkat pertama LinkedIn
Top Companies 2022, memimpin 14 perusahaan Indonesia lainnya.
Maka, hal tersebut sesuai dengan teori Sistem Manajemen Karir di
Web. Dengan adanya LinkedIn maka data perusahaan mulai dari
database pekerjaan sampai profil database karyawan dapat terlihat.
Telkom telah menggunakan LinkedIn sebagai employer branding
dan rekrutmen karyawan, maka Telkom telah dapat memanfaatkan
LinkedIn tersebut sebagai sarana untuk memposting lowongan
pekerjaan dan menjangkau banyak pencari kerja potensial, serta
situs LinkedIn tersebut telah menyediakan informasi yang dapat
diakses secara rinci tentang pekerjaan dan karir dalam perusahaan.
Sehingga terlihat pengetahuan dan keterampilan apa yang ada di
perusahaan.
Artikel Pendukung:
Lebih lanjut Afriwandi menambahkan, “Selamat kepada seluruh
karyawan Telkom. Tentunya penghargaan ini kami dedikasikan untuk
seluruh karyawan di seluruh Indonesia. Mari kita jadikan semangat
untuk selalu menjadi lebih baik”.
Ulasan Kritis:
Sesuai dengan teori tersebut, karyawan telkom telah berhasil
berpartisipasi dalam manajemen karir perusahaan serta manajemen
karir mereka sendiri sehingga motivasi kerja karyawan dapat
meningkat. Artinya, Telkom sebagai peringkat pertama LinkedIn
Top Companies 2022 didasari oleh karyawan dengan motivasi kerja
yang tinggi dalam pengembangan karir sehingga menghasilkan
prestasi yang tinggi juga. Prestasi tersebut juga bermanfaat dalam
meningkatkan citra perusahaan.
Kesimpulan
Pada hakikatnya karir dan manajemen karir penting bagi perusahaan
dan karyawan. Dalam proses manajemen karir membutuhkan peran
karyawan, manajer, dan perusahaan yang mana antara satu sama
lain perlu saling memberi masukan dan dukungan agar terciptanya
tujuan dari manajemen karir tersebut. Telah dibuktikan dengan
Telkom telah berhasil dalam melaksanakan manajemen karir dengan
perolehan peringkat pertama LinkedIn Top Companies 2022. Tujuan
dari adanya penghargaan ini adalah untuk memberdayakan para
profesional di setiap tahap. Apabila peran karyawan, manajer, dan
perusahaan tidak terlibat secara aktif maka peringkat tersebut tidak
akan dapat diraih oleh Telkom.
2. Pendekatan Penilaian
Penilaian melibatkan pengumpulan informasi dan memberikan
umpan balik kepada karyawan tentang perilaku, gaya komunikasi,
nilai, atau keterampilan mereka. Karyawan, serta rekan kerja, manajer,
dan pelanggan mereka, mungkin diminta untuk memberikan
informasi. Penilaian paling sering digunakan untuk mengidentifikasi
karyawan dengan potensi manajerial dan untuk mengukur kekuatan
dan kelemahan manajer saat ini. Penilaian juga digunakan untuk
mengidentifikasi manajer dengan potensi untuk pindah ke posisi
eksekutif tingkat yang lebih tinggi, dan dapat digunakan dengan
tim kerja untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan masing-
masing anggota tim serta proses keputusan atau gaya komunikasi
yang menghambat produktivitas tim.
Perusahaan bervariasi dalam metode dan sumber informasi
yang digunakan dalam penilaian perkembangan. Banyak perusahaan
memberikan informasi penilaian kinerja kepada karyawan.
Perusahaan dengan sistem pengembangan canggih menggunakan
tes psikologi untuk mengukur keterampilan, tipe kepribadian, dan
gaya komunikasi karyawan. Jenis penilaian ini dapat membantu
karyawan memahami kecenderungan, kebutuhan, jenis lingkungan
kerja yang mereka sukai, dan jenis pekerjaan yang paling cocok untuk
mereka. Jenis informasi ini, bersama dengan informasi yang diterima
dari perusahaan tentang kinerja mereka dan potensi mereka, dapat
membantu karyawan memutuskan jenis tujuan pengembangan apa
yang paling sesuai untuk mereka (misalnya, posisi kepemimpinan
atau peningkatan lingkup posisi mereka saat ini).
3. Pengalaman Kerja
Sebagian besar pengembangan karyawan terjadi melalui
pengalaman kerja. Pengalaman kerja mengacu pada hubungan,
masalah, tuntutan, tugas, atau fitur lain yang dihadapi karyawan
dalam pekerjaan mereka. Asumsi utama menggunakan pengalaman
kerja untuk pengembangan karyawan adalah bahwa pengembangan
Re-asesmen
kebutuhan Fleksibilitas
Operasional
Asesmen
PARTISIPATIF kebutuhan FLEKSIBILITAS
FCP Fleksibilitas
Evaluasi Perencanaan
TRAINING Strategis
MODEL
Implementasi
KOLABORATIF
Tahap perencanaan
Pada tahapan planning memuat perencanaan kegiatan
pelatihan mulai dari menetapkan tujuan pelatihan, sasaran
pelatihan, fungsi pelatihan, manfaat pelatihan, penyelenggara
pelatihan, waktu penyelenggaraan pelatihan, strategi pelatihan,
dan juga unsur-unsur pendukung lainnya yang akan digunakan
dalam mengembangkan rencana kerja. Semua bagian yang
akan direncanakan, jika masih belum lengkap dan masih
membutuhkan adanya identifikasi kebutuhan kembali, maka
masih terbuka untuk dilakukan identifikasi kebutuhan kembali.
Tahap implementasi
Jika tahapan perencanaan sudah dirasa cukup, maka tahapan
berikutnya dapat dilanjutkan pada tahapan implementation
of training. Pada bagian ini, semua unsur yang terlibat dalam
kegiatan pelatihan akan bekerja secara langsung sesuai dengan
tugas pokok dan fungsinya masing-masing dengan tidak lupa
mengedepankan kolaboratif, partisipatif, dan fleksibilitas.
Apabila dalam pelaksanaan masih ada bagian perencanaan
kegiatan yang masih belum lengkap atau belum maksimal,
maka pihak penyelenggara dapat melakukan perencanaan
ulang dengan kembali memperbaiki unsur planning-nya.
Kesimpulan
Empat pendekatan digunakan untuk mengembangkan
karyawan yaitu pendidikan formal, penilaian, pengalaman kerja,
dan hubungan interpersonal. Program pendidikan formal meliputi
program off-site dan on-site, kursus singkat yang ditawarkan oleh
konsultan atau universitas, program MBA eksekutif, dan program
universitas di mana peserta benar-benar tinggal di universitas sambil
mengambil kelas. Penilaian melibatkan pengumpulan informasi
dan memberikan umpan balik kepada karyawan tentang perilaku,
gaya komunikasi, nilai, atau keterampilan mereka. Pengalaman
kerja mengacu pada hubungan, masalah, tuntutan, tugas, atau fitur
lain yang dihadapi karyawan dalam pekerjaan. Karyawan dapat
mengembangkan keterampilan dan meningkatkan pengetahuan
tentang perusahaan dan pelanggannya dengan berinteraksi dengan
anggota organisasi yang lebih berpengalaman. Proses perencanaan
pengembangan mengidentifikasi kebutuhan pengembangan,
memilih tujuan pengembangan, mengidentifikasi tindakan yang
diambil untuk mencapai tujuan, menentukan bagaimana cara
mencapai tujuan, menginvestasikan waktu dan energi untuk tujuan,
dan menetapkan jadwal.
Tidak ada satu teknik pelatihan yang paling baik (Read & Kleiner,
1996) dan metode yang paling baik tergantung pada banyak hal,
dan beberapa diantaranya adalah efektivitas biaya, isi program yang
diinginkan, prinsip-prinsip belajar, fasilitas yang layak, kemampuan
dan preferensi peserta serta kemampuan dan preferensi pelatih.
Berdasarkan gambar tersebut dapat dipahami bahwa seluruh
tahapan kegiatan pelatihan selalu dilakukan secara kolaboratif
dengan mengedepankan kerjasama antar kelompok pada semua
E. Artikel Pendukung
“HYUNDAI Motor Manufacturing Indonesia Lanjutkan
Program Pelatihan R&D Perkuat SDM”
KONTAN.CO.ID - PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia
(HMMI) menyelenggarakan R&D Level Up Training sebagai lanjutan
dari Indonesian Supplier R&D Improvement Program yang telah
diselenggarakan sejak tahun 2021 lalu. Program ini sendiri adalah
bagian dari kontribusi Hyundai Motor untuk semakin meningkatkan
kualitas sumber daya manusia dari mitra pemasok lokal yang
menyuplai komponen kendaraan Hyundai.
Setelah melalui tahapan pelatihan dasar di tahun 2021 yang
menjadi bagian dari proses seleksi, program pelatihan tingkat
lanjutan di tahun ini akan melibatkan lebih dari 80 peserta dari 20
pemasok, program ini akan terselenggara dari bulan Mei hingga
Desember 2022 di Mobility Innovation Center milik Hyundai Motor.
Yoon Seok Choi, President Director PT Hyundai Motor
Manufacturing Indonesia, mengatakan, “Hyundai Motor selalu
berkomitmen untuk tumbuh berkembang bersama mitra pemasok
lokal kami, dan di saat bersamaan, memberikan kontribusi yang
signifikan bagi Indonesia untuk semakin memperkuat sumber
daya manusia-nya. Kami senang dapat menyaksikan bagaimana
pengetahuan yang kami sajikan sesuai dengan kebutuhan para
Ulasan Kritis
Merencanakan dan Memilih Pendekatan Pelatihan
Terdapat beberapa tipe pendekatan dalam pelatihan sumber
daya manusia. Pendekatan yang digunakan PT Hyundai Motor
Manufacturing Indonesia (HMMI) adalah:
1. Menurut Teori Friedman dan Yarbrough (1985)
Kasus pada PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia
(HMMI) menggunakan pendekatan receptive. Pendekatan ini
mendiagnosa terlebih dahulu kebutuhan pelatihan. Dalam
kasus ini kebutuhan pelatihan ditujukan pada sumber daya
manusia dari mitra pemasok lokal yang menyuplai komponen
kendaraan Hyundai. Kegiatan yang dilakukan dalam rangka
memperbaiki, mengembangkan sikap, penyempurnaan tingkah
laku, penambahan pengetahuan, serta peningkatan kemampuan
yang berorientasi pada keinginan individu, masyarakat, maupun
lembaga tertentu.
2. Menurut Sule dan Saefullah (2009)
Kasus pada PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia
(HMMI) menggunakan pendekatan off the job training. Melalui
pendekatan off the job training, pelatihan dilakukan di luar
tempat kerja yang memberikan kesempatan pada pegawai
untuk keluar dari rutinitas pekerjaan dan berkonsentrasi dalam
mempelajari sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan. Pada
umumnya pendekatan pelatihan di luar tempat kerja dilakukan
di tempat-tempat pemusatan pelatihan pegawai seperti Badan
Diklat atau pusat pengembangan pegawai. Sementara pada
studi kasus ini, program terselenggara dari bulan Mei hingga