Aturan Perkalian
Aturan Perkalian
Aturan Perkalian
”ATURAN PERKALIAN”
Oleh Kelompok 04 :
Dosen Pengampu:
2022
KATA PENGANTAR
Kelompok 01
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................... 1
DAFTAR ISI........................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN......................................................................... 6
A. Kesimpulan ......................................................................................... 14
B. Saran ................................................................................................... 14
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan makalah ini, pembaca dapat belajar mengenai kaidah pencacahan secara
signifikan dan sesuai dengan konteks kehidupan yang menjadi bagian dari keseharian
kehidupan mereka. Menanamkan konsep – konsep dari yang ada di sekitar kita
diharapkan dapat membuat pembaca memiliki bekal sehingga kedepannya dapat
memecahkan masalah, merancang dan menghasilkan karya dan inovasi baru.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah dari
makalah ini adalah, sebagai berikut:
4
3. Apa saja cara yang dapat digunakan dalam menyelesaikan persoalan terkait
Aturan Perkalian?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat dirumuskan tujuan dari penulisan
makalah ini adalah, sebagai berikut:
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Aturan Perkalian
6
Ambillah sekeping mata uang logam dan sebuah dadu,
kemudian lambungkan keduanya bersama-sama.
Catatlah hasil-hasil yang mungkin berupa pasangan berurutan.
Misalnya, jika setelah melambungkan uang logam dan dadu
tersebut diperoleh sisi gambar pada uang dan angka 1 pada
dadu, maka ditulis dalam pasangan berurutan (A, 1).
S = {(A, 1), (A, 2), (A, 3), (A, 4), (A, 5), (A, 6), (G, 1), (G, 2), (G, 3),
(G, 4), (G, 5), (G, 6)}
Banyak anggota dari ruang sampel S atau ditulis n(S) = 12. Berarti
banyak hasil yang mungkin dari pelambungan sekeping mata uang
logam dan sebuah dadu adalah 12.
7
Atau n(S) merupakan hasil perkalian antara banyak cara munculnya
hasil yang mungkin pada sekeping mata uang logam dengan banyak
cara munculnya hasil yang mungkin pada sebuah dadu.
“Jika kejadian pertama dapat terjadi dalam m cara dan setiap kejadian
pertama diikuti oleh kejadian kedua yang terjadi dalam n cara, maka
kejadian pertama dan kejadian kedua tersebut secara bersama-sama
terjadi dalam (m × n) cara.”
8
Berdasarkan diagram pohon tersebut, kejadian mata dadu yang muncul
pada pelemparan dua dadu ada 36. Ruang sampelnya dapat dibuat
sebagai berikut. S = {(1, 1), (1, 2), (1, 3), (1, 4), (1, 5), (1, 6), (2, 1), (2,
2), (2, 3), (2, 4), (2, 5), (2, 6), (3, 1), (3, 2), (3, 3), (3, 4), (3, 5), (3, 6),
(4, 1), (4, 2), (4, 3), (4, 4), (4, 5), (4, 6), (5, 1), (5, 2), (5, 3), (5, 4), (5,
5), (5, 6), (6, 1), (6, 2), (6, 3), (6, 4), (6, 5), (6, 6)} dan n(S) = 36.
9
Jawab:
b. Table Silang
Contohnya:
Dalam suatu rapat perusahaan akan dibentuk tim yang terdiri atas dua
orang. Kedua orang tersebut akan ditugaskan meninjau persiapan
pembukaan kantor cabang di kota X. Sebagai calonnya telah dipilih
empat orang, yaitu Pak Hasan, Pak Wiro, Bu Ina, dan Bu Rasti. Ada
berapakah susunan tim yang dapat terbentuk?
Jawab:
Susunan tim yang terbentuk dapat ditentukan menggunakan tabel
silang berikut:
10
Dalam penyusunan tim tersebut tidak ada jabatan, hanya menentukan
kombinasi orang-orang yang terlibat dalam tim sehingga susunan-
susunan berikut memiliki arti yang sama.
(Hasan, Wiro) = (Wiro, Hasan)
(Hasan, Ina) = (Ina, Hasan)
(Hasan, Rasti) = (Rasti, Hasan)
(Ina, Wiro) = (Wiro, Ina)
(Ina, Rasti) = (Rasti, Ina)
(Rasti, Wiro) = (Wiro, Rasti)
Susunan tim tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
c. Pasangan Terurut
Misalkan, A adalah himpunan kejadian yang muncul dari dadu I
B adalah himpunan kejadian yang muncul dari dadu II.
A = {1, 2, 3, 4, 5, 6}
B = {1, 2, 3, 4, 5, 6}
Himpunan pasangan terurut dari himpunan A dan B ditulis sebagai
berikut.
11
A × B = {(1, 1), (1, 2), (1, 3), (1, 4), (1, 5), (1, 6), (2, 1), (2, 2), (2, 3),
(2, 4), (2, 5), (2, 6), (3, 1), (3, 2), (3, 3), (3, 4), (3, 5), (3, 6), (4, 1), (4,
2), (4, 3), (4, 4), (4, 5), (4, 6), (5, 1), (5, 2), (5, 3), (5, 4), (5, 5), (5, 6),
(6, 1), (6, 2), (6, 3), (6, 4), (6, 5), (6, 6)}
Himpunan pasangan terurut tersebut merupakan ruang sampel pada
pelemparan dua dadu.
Selain menggunakan tiga cara tersebut, kita juga bisa menggunakan rumus
aturan perkalian, yaitu:
𝐾 = 𝑘1 × 𝑘2 ×. . .× 𝑘𝑛
Contohnya:
Jawab:
Banyaknya kemungkinan terpilih dari Partai I adalah 4 (n=4),
(n=4), Partai II adalah 3 (n=3) (n=3) dan Partai III adalah 5 (n=5).
(n=5).
4×3×5=60 susunan.
2) Dalam suatu tim terdapat 5 orang kandidat yang akan mengisi posisi
jabatan ketua, sekretris dan bendahara. Berapa cara yang dapat
12
diperoleh untuk pemilihan tersebut jika setiap orang tidak boleh
mengisi jabatan rangkap?
Jawab:
Pada kasus ini memiliki 3 percobaan yang berurutan, yaitu memilih
ketua, memilih sekretaris dan memilih bendahara. Banyaknya cara
untuk memilih masing-masing posisi jabatan adalah
5×4×3=60 cara.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Melalui penulisan makalah ini, penulis berharap bahwa setelah pembaca membaca
makalah ini, maka diharapkan teman-teman pembaca bisa memahami tentang
“Aturan Perkalian” dalam kehidupan sehari-hari.
14
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Asmar (2020) Modul pembelajaran SMA matematika umum kelas XII:
kaidah pencacahan.
Djumanta, Wahyudin. (2007). Buku Pelajaran untuk Kelas VIII Semester 1 Sekolah
Menengah Pertama. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Lind A. Douglas. DKK. (2007). Teknik - teknik Statistika dalam Bisnis dan Ekonomi
Menggunakan Kelompok Data Global, Edisi 13 Buku 1. Jakarta: Salemba
Empat
15