Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Makalah Permainan Tradisional

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.  Latar Belakang
Interaksi antara manusia dengan lingkungannya merupakan salah satu
proses dalam belajar. Belajar adalah suatu proses belajar yang kompleks yang
terjadi pada diri setiap orang yang hidup. Oleh karena itu belajar dapat terjadi
kapan saja dan dimana saja. Salah satu tanda bahwa seseorang itu telah belajar
adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang tersebut yang mungkin
terjadi oleh perubahan pada pengetahuan, keterampilan atau sikap.
Keberhasilan sebuah pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh tingginya
pendidikan seorang pendidik. Tersedianya sarana dan prasarana pendidikan
merupakan salah satu faktor penunjang berhasilnya pembelajaran. Keterbatasan
sarana dan prasarana pembelajaran dapat diatasi dengan memanfaatkan yang ada
di lingkungan sekitar. Permainan tradisional daerah juga memiliki potensi besar
untuk dimanfaatkan dalam pembelajaran. Pembelajaran di Sekolah diharapkan
tidak hanya bersifat teoritik tetapi juga dapat mengenalkan media pembelajaran
dengan menggunakan permainan tradisonal, karena dalam permaianan tradisional
mempunyai nilai-nilai pengetahuan yang seharusnya dilestarikan oleh guru,
sekalipun pada kenyataannya permainan tradisional sedikit demi sedikit
ditinggalkan.
Permainan tradisional merupakan ciri suatu bangsa, dan hasil suatu
peradaban. Bangsa mana yang tidak bangga pada permainan tradisional.
Karenanya, menggali, melestarikan dan mengembangkan permainan tradisional
adalah suatu hal yang Hrua dilakukan. Selain telah menjadi ciri suatu bangsa,
permainan tradisional adalah salah satu bagian terbesar dalam suatu kerangka
yang lebih luas yaitu kebudayaan. Permainan tempo dulu sebenarnya sangat baik
untuk melatih fisik dan mental anak. Secara tidak langsung anak-anak akan
dirangsang kreatifitas, ketangkasan, jiwa kepemimpinan, kecerdasan, dan
keluasan wawasannya melalui permainan tradisional. Namun sayangnya seiring
kemajuan jaman, permainan yang bermanfaat bagi anak ini mulai ditinggalkan
bahkan dilupakan. Anak-anak terlena oleh televisi dan video game yang ternyata

1
banyak memberi dampak negatif bagi anak-anak, baik dari segi kesehatan,
psikologis maupun penurunan konsentrasi dan semangat belajar.
Permainan tradisional yang semakin hari semakin hilang di telan
perkembangan jaman, sesungguhnya menyimpan sebuah keunikan, kesenian dan
manfaat yang lebih besar seperti kerja sama tim, olahraga, terkadang juga
membantu meningkatkan daya otak. Berbeda dengan permainan anak jaman
sekarang yang hanya duduk diam memainkan permainan dalam layar monitor dan
sebagainya.
Menguatnya arus globalisasi di Indonesia yang membawa perubahan pola
kehidupan dan hiburan baru, mau tidak mau, memberikan dampak tertentu
terhadap kehidupan sosial budaya masyarakat. Termasuk di dalamnya berbagai
macam permainan tradisional anak. Sementara itu, kenyataan dilapangan dewasa
ini memperlihatkan adanya tanda tanda yang kurang menggembirakan yakni
semakin kurangnya permaianan tradisional anak yang ditampilkan, sehingga akan
berakibat pada kepunahan (Sukirman ). Banyaknya kegunaan permaianan bagi
proses pembelajaran perlu adanya pelestarian terhadap keutuhan permainan
tersebut. Mengenal permainan tradisional bermain congklak, engrang, balap
karung, bola bekel dan lain-lain di masa muda, akan mengantarkan mereka pada
permainan yang bermanfaat dalam kegiatan belajar untuk meraih prestasi di masa
yang akan datang. Tanpa mengenalnya di masa muda, sulit bagi anak-anak untuk
menerima hal yang sama yang dahulu mereka mainkan bahkan yang pernah
dimainkan pula oleh ayah, ibu, dan kakek-neneknya.
Operasional pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan permainan
tradisional dapat dilakukan dengan memanfaatkan benda-benda yang ada di
sekitar. misalnya dalam permainan gasingan yang terbuat dari kayu, layangan,
yoyo, parasut dan-lain-lain. Bagi anak permainan dapat dijadikan kegiatan yang
serius, tetapi mengasyikan. Melalui permainan, berbagai pekerjaannya dapat
terwujud dan permainan dapat dipilih oleh anak karena menyenangkan bukan
untuk memperoleh hadiah atau pujian. Permainan tradisional  juga dapat
membantu fisik bisa lebih sehat karena disana kita bisa beraktifitas (mengeluarkan
keringat).

2
2.  Rumusan Masalah
1.      Apa jenis permainan tradisional yang bisa digunakan sebagai media
pembelajaran?
2.      Bagaimana permainan tradisional bisa menjadi media pembentuk karakter
siswa?
3.    Mengapa permainan tradisional tersebut semakin memudar didalam
masyarakat ?
4. Apa saja dampak positif dan negatif permainan tradisional?

3.  Tujuan Penulisan


1.      Kita mengetahui jenis permainan tradisional yang bisa digunakan sebagai
media pembelajaran.
2.      Kita dapat memahami permainan tradisional menjadi media pembentuk
karakter siswa.
3.      Kita mengetahui penyebab memudarnya permainan tradisional.
4. Kita mengetahui dampak positif dan negatif permainan tradisional.

3
BAB II
PEMBAHASAN

1.Pengertian Permainan Tradisional sebagai Media Pembelajaran


Kata media berasal dari bahasa latin yang secara harfiah berarti “tengah”,
perantara” atau dalam bahasa arab media adalah pengantar atau  pengantar pesan
dari pengirim kepada penerima pesan Gerlach & Eli (1971) mengatakan apabila
media dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang
membangun kondisi yang membuat siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan
atau sikap dalam pengertian ini guru, buku teks, dan lingkungan sekolah
merupakan media, secara lebih khusus pengertian media dalam proses belajar
mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photo grafis ,atau elektronis
untuk menangkap, memproses atau menyusun kembali informasi visual dan
verbal.
Secara definisi kata media berasal dari berasa latin medius yang secara
harfiah  “tengah”,  perantara atau pengantar. Dalam bahasa yang lain media
adalah pengantar pesan dari pengirim kepada penerima.  Association for education
and commonication technology  (AECT), mengartikan kata media sebagai segala
bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk menyampaikan  pesan atau
informasi. National education association  (NEA) mendefinisikan media sebagai
segala benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan
beserta instrumen yang dipergunakan untuk kegiatan tersebut.
Maksud dari pernyataan tersebut bahwa media sebagai menyalur informasi
kepada yang menerima. Pembawa informasi ini dapat berupa manusia, termasuk
dalam media ini film, televisi, diagram. Demikian  juga permainan tradisional
yang dapat dijadikan sebagai media dalam pembelajaran. Dalam kegiatan proses
pembelajaran kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam
kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan
menghadirkan media sebagai perantara. Media merupakan alat bantu bisa berupa
apa saja termasuk mainan tradisional yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan
guna mencapai tujuan pembelajaran. Media pembelajaran harus meningkatkan

4
motivasi siswa dan merangsang siswa mengingat yang sudah dipelajari dan
memberikan rangsangan baru. Media yang baik juga dapat mengaktifkan dalam
memberikan tanggapan, merangsang untuk belajar penuh semangat, dan
mendorong siswa lebih giat dalam belajar.

2. Pengertian Permainan Tradisional

            Permainan tradisonal merupakan simbolisasi dari pengetahuan yang turun


temurun dan mempunyai bermacam-macam fungsi atau pesan di baliknya, di
mana pada prinsipnya permainan anak tetap merupakan permainan anak. Dengan
demikian bentuk atau wujudnya tetap menyenangkan dan menggembirakan anak
karena tujuannya sebagai media permainan. Aktivitas permainan yang dapat
mengembangkan aspek-aspek psikologis anak dapat dijadikan sarana belajar
sebagai persiapan menuju dunia orang dewasa. Permainan digunakan sebagai
istilah luas yang mencakup jangkauan kegiatan dan prilaku yang luas serta
mungkin bertindak sebagai ragam tujuan yang sesuai dengan usia anak.
Menurut Mulyadi bermain secara umum sering dikaitkan dengan kegiatan
anak-anak yang dilakukan secara spontan yang terdapat lima pengertian bermain;
(1) sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai intrinsik pada anak (2) tidak
memiliki tujuan ekstrinsik, motivasinya lebih bersifat intrinsik (3) bersifat spontan
dan sukarela, tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas dipilih oleh anak serta
melibatkan peran aktif keikutsertaan anak, dan (4) memiliki hubungan sistematik
yang khusus dengan seuatu yang bukan bermain, seperti kreativitas, pemecahan
masalah, belajar bahasa, perkembangan sosial.
Permainan tradisional merupakan warisan antar generasi yang mempunyai
makna simbolis di balik gerakan, ucapan, maupun alat-alat yang digunakan.Pesan-
pesan tersebut bermanfaat bagi perkembangan kognitif, emosi dan sosial anak
sebagai persiapan atau sarana belajar menuju kehidupan di masa dewasa.Pesatnya
perkembangan permainan elektronik membuat posisi permainan tradisional
semakin tergerus dan nyaris tak dikenal. Memperhatikan hal tersebut perlu usaha-
usaha dari berbagai pihak untuk mengkaji dan melestarikan keberadaannya

5
melalui pembelajaran ulang pada generasi sekarang melalui proses modifikasi
yang disesuaikan dengan kondisi sekarang (Elly Fajarwat, 2008: 2)
Menurut Mulyadi (2004: 30) bermain secara umum sering dikaitkan
dengan kegiatan anak-anak yang dilakukan secara spontan yang terdapat lima
pengertian bermain:
1)  Sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai intrinsik pada anak.
2)  Tidak memiliki tujuan ekstrinsik, motivasinya lebih bersifat intrinsik.
3)   Bersifat spontan dan sukarela, tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas dipilih
oleh anak serta melibatkan peran aktif keikutsertaan anak.
4)  Memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan seuatu yang bukan
bermain, seperti kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa,
perkembangan sosial.
Oleh karena itu, bahwa permainan tradisional disini adalah permainan
anak-anak dari bahan sederhana sesuai aspek budaya dalam kehidupan masyarakat
(Sukirman D, 2008:19). Permainan tradisional juga dikenal sebagai permainan
rakyat merupakan sebuah kegiatan rekreatif yang tidak hanya bertujuan untuk
menghibur diri, tetapi juga sebagai alat untuk memelihara hubungan dan
kenyamanan sosial.
Oleh karena itu, bahwa permainan tradisional disini adalah permainan
anak-anak dari bahan sederhana sesuai aspek budaya dalam kehidupan
masyarakat. Permainan tradisional juga dikenal sebagai permainan rakyat
merupakan sebuah kegiatan rekreatif yang tidak hanya bertujuan untuk menghibur
diri, tetapi juga sebagai alat untuk memelihara hubungan dan kenyamanan sosial.
Jadi bermain bagi anak mempunyai nilai dan ciri yang penting dalam kemajuan
perkembangan kehidupan sehari-hari termasuk dalam permainan tradisional.
Menurut Bennet dengan ini diharapkan bahwa permainan dalam pendidikan untuk
anak usia dini ataupun anak sekolah terdapat pandangan yang jelas tentang
kualitas belajar, hal ini diindikasikan sebagai berikut: (1) gagasan dan minat anak
merupakan sesuatu yang utama dalam permainan, (2) permainan menyediakan
kondisi yang ideal untuk mempelajari dan meningkatkan mutu pembelajaran, (3)
rasa memiliki merupakan hal yang pokok bagi pembelajaran yang diperoleh

6
melalui permainan, (4) anak akan mempelajari cara belajar dengan permainan
serta cara mengingat pelajaran dengan baik, (5) pembelajaran dengan permainan
terjadi dengan gampang, tanpa ketakutan, (6) permainan mumudahkan para guru
untuk mengamati pembelajaran yang sesungguhnya dan siswa akan mengalami
berkurangnya frustasi belajar.
Permainan tradisional menurut James Danandjaja (1987) adalah salah satu
bentuk yang berupa permainan anak-anak, yang beredar secara lisan di antara
anggota kolektif tertentu, berbentuk tradisional dan diwarisi turun temurun serta
banyak mempunyai variasi. Sifat atau ciri dari permainan tradisional anak adalah
sudah tua usianya, tidak diketahui asal-usulnya, siapa penciptanya dan darimana
asalnya. Biasanya disebarkan dari mulut ke mulut dan kadang-kadang mengalami
perubahan nama atau bentuk meskipun dasarnya sama. Jika dilihat dari akar
katanya, permainan tradisional tidak lain adalah kegiatan yang diatur oleh suatu
peraturan permainan yang merupakan pewarisan dari generasi terdahulu yang
dilakukan manusia (anak-anak) dengan tujuan mendapat kegembiraan.
Permainan tradisional ini bisa dikategorikan dalam tiga golongan, yaitu :
permainan untuk bermain (rekreatif), permainan untuk bertanding (kompetitif)
dan permainan yang bersifat edukatif.
3. Permainan Tradisional dan Perkembangannya
Jika  dilihat dari akar katanya, permainan tradisional tidak lain adalah
kegiatan yang  diatur oleh suatu peraturan permainan  yang merupakan pewarisan
dari generasi  terdahulu yang dilakukan manusia (anak-anak) dengan tujuan
mendapat  kegembiraan (James Danandjaja dalam Misbach, 2007).  Permainan
tradisional anak ini juga dianggap  sebagai salah satu unsur kebudayaan  yang
memberi ciri khas pada suatu kebudayaan tertentu. Oleh karena itu,  permainan
tradisional merupakan aset budaya, yaitu modal bagi suatu masyarakat untuk
mempertahankan eksistensi dan identitasnya di tengah masyarakat lain. 
Permainan tradisonal bisa bertahan  atau dipertahankan karena pada umumnya
mengandung unsur-unsur budaya  dan nilai-nilai moral yang tinggi, seperti:
kejujuran, kecakapan, solidaritas, kesatuan dan persatuan, keterampilan dan
keberanian. Sehingga, dapat pula dikatakan bahwa permainan tradisional dapat

7
dijadikan alat pembinaan nilai budaya pembangunan kebudayaan nasional
Indonesia. (Depdikbud, 1996). Keberadaan permainan tradisional, semakin hari
semakin tergeser dengan adanya permainan modern, seperti video game dan
virtual game lainnya. Kehadiran teknologi pada permainan, di satu pihak mungkin
dapat menstimulasi perkembangan kognitif anak, namun di sisi lain, permainan ini
dapat mengkerdilkan potensi anak untuk berkembang pada aspek lain, dan
mungkin tidak disadari hal tersebut justru menggiring anak untuk mengasingkan
diri dari lingkungannya, bahkan cenderung bertindak kekerasan. Kasus
mengejutkan terjadi pada tahun 1999 di dua orang anak Eric Haris (18) dan Dylan
Klebod (17), dua pelajar Columbine High School di Littleton, Colorado, USA,
yang menewaskan 11 rekan dan seorang gurunya. Keterangan yang diperoleh dari
kawan-kawan Eric dan Dylan, kedua anak tersebut bisa berjam-jam main  video
game  yang tergolong kekerasan seperti  “Doom”, “Quake”,  dan “Redneck
Rampage”. Kekhawatiran serupa juga terjadi di Cina, sehingga pemerintah Cina
secara selektif telah melarang sekitar 50  game  bertema kekerasan. Akan tetapi
perkembangan teknologi di industri permainan anak tidak melulu bisa dijadikan
alasan penyebab tergesernya permainan  tradisional, karena kadang masyarakat
sendiri yang kurang peduli dengan adanya permainan tradisional. Terlebih,
penguasaan teknologi di era globalisasi ini menjadi tuntutan bagi semua orang, tak
terkecuali anak-anak.
4. Nilai –nilai dalam Permainan Tradisional
Menurut Misbach (2006), permainan tradisional yang ada di Nusantara ini
dapat menstimulasi berbagai aspek perkembangan anak, seperti :
1. Aspek motorik: Melatih daya tahan, daya lentur, sensorimotorik, motorik kasar,
motorik halus.
2. Aspek kognitif: Mengembangkan maginasi, kreativitas, problem solving,
strategi, antisipatif,     pemahaman   kontekstual.
3. Aspek emosi: Katarsis emosional, mengasah empati, pengendalian diri
4. Aspek bahasa: Pemahaman konsep-konsep nilai

8
5. Aspek sosial: Menjalin relasi, kerjasama, melatih kematangan sosial dengan
teman sebaya dan meletakkan pondasi untuk melatih keterampilan sosialisasi
berlatih peran dengan orang yang lebih dewasa/masyarakat.
6. Aspek spiritual: Menyadari keterhubungan dengan sesuatu yang bersifat Agung
(transcendental).
7. Aspek ekologis: Memahami pemanfaatan elemen-elemen alam sekitar secara
bijaksana.
8. Aspek nilai-nilai/moral : Menghayati nilai-nilai moral yang diwariskan dari
generasi terdahulu kepada generasi selanjutnya.
Jika digali lebih dalam, ternyata makna di balik nilai-nilai permainan
tradisional mengandung pesan-pesan moral dengan muatan kearifan lokal (local
wisdom) yang luhur dan sangat sayang jika generasi sekarang tidak mengenal dan
menghayati nilai-nilai yang diangkat dari keanekaragaman suku-suku bangsa di
Indonesia. Kurniati (2006) mengidentifikasi 30 permainan tradisional yang saat
ini masih dapat ditemukan di lapangan. Beberapa contoh permainan tradisional
yang dilakukan oleh anak-anak adalah Anjang-anjangan, Sonlah, Congkak,
Orayorayan, Tetemute, dan Sepdur”. Permainan tradisional tersebut akan
memberikan dampak yang lebih baik bagi pengembangan potensi anak. Hasil
penelitiannya menyebutkan bahwa permainan tradisional mampu
mengembangkan keterampilan sosial anak. Yaitu keterampilan dalam
bekerjasama, menyesuaikan diri, berinteraksi, mengontrol diri, empati, menaati
aturan serta menghargai orang lain. Interaksi yang terjadi pada saat  anak
melakukan permainan tradisonal memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengembangkan keterampilan sosial, melatih kemampuan bahasa, dan
kemampuan emosi.

5.Permainan Tradisional Yang Edukatif


Dapat dikatakan bahwa permainan tradisional yang dimiliki masyarakat
indonesia secara kearifan lokal masing-masing daerah di indonesia yang
beraneka-ragam permainan tradisional didalamnya, setiap permainan tentunya
memiliki nilai edukasi didalamnya. Kita sadari atau tidak nilai edukasi yang

9
tersimpan didalamnya, adalah nilai yang timbul dalam masyrakat itu sendiri. Nilai
edukasi itu sendiri terbentuk, karena masyarakat indonesia cenderung menjunjung
tinggi nilai kebersamaan dan memupuk semangat kerjasama membentuk karakter
masyarakat indonesia yang ramah dan terkenal tinggi akan kemauan dan kerja
kerasnya untuk menggapai harapan dan cita-cita bangsa indonesia, melalui
permainan/olahraga tradisionalnya. Dari penelitian yang dilakukan para ilmuan,
diperoleh bahwa bermain mempunyai manfaat yang besar bagi perkembangan
anak dalam hidupnya. Tujuan Permaian Edukatif sebenarnya untuk
mengembangkan konsep diri (self concept), untuk mengembangkan kreativitas,
untuk mengembangkan kopmunikasi, untuk mengembangkan aspek fisik dan
motorik, mengemabngkan aspek sosial, mengembangkan aspek emosi atau
kepribadian, mengembangkan aspek kognitif, mengasah ketajaman pengindraan,
mengembangkan keterampilan olahraga dan menari.
6. Manfaat permainan edukatif
Permainan edukatif itu dapat berfungsi sebagai berikut:
1. Memberikan ilmu pengetahuan kepada anak melalui proses pembelajaran
sambil belajar
2.  Merangsang pengembangan daya pikir, daya cipta, dan bahasa, agar dapat
menumbuhkan sikap, mental serta akhlak yang baik.
3.  Menciptakan lingkungan bermain yang menarik, memberikan rasa aman dan
menyenangkan.
4.   Meningkatkan kualitas pembelajaran anak-anak

7. Peran Permainan Tradisional


Didalam masyarakat peran penting dalam permainan tradisional, perlu kita
kembangkan demi ketahanan budaya bangsa, karena kita menyadari bahwa
kebudayaan merupakan nilai-nilai luhur bagi bangsa indonesia, untuk diketahui
dan dihayati tata cara kehidupannya sejak dahulu. Bangsa indonesia merupakan
bangsa yang besar dalam keaneka ragaman kebudayaan didalamnya, termasuk
permainan tradisional didalamnya, keanekaragaman permainan tradisional adalah
karena banyaknya daerah di Indonesia memiliki kearifan lokal kebudayaan

10
masing-masing, sehingga membentuk masyarakat melakukan aktivitas kebugaran
jasmani yang berbeda satu daerah dengan yang lainnya. 
 Permainan tradisional memang sudah seharusnya mendapatkan perhatian
khusus dan mendapatkan prioritas yang utama untuk dilindungi, dibina,
dikembangkan, diberdayakan dan selanjutnya diwariskan. Hal seperti itu
diperlukan agar permainan tradisional dapat memiliki ketahanan dalam
menghadapi unsur budaya lain di luar kebudayaannya.
8. Jenis-jenis Permainan Tradisional
Banyak sekali permainan tradisional di Indonesia, hampir di seluruh
daerah-daerah telah mengenalnya bahkan pernah mengalami masa-masa bermain
permainan tradisional ketika kecil. Beberapa contoh permainan tradisional akan
dijelaskan secara lebih rinci sebagai berikut :
1. Galasin
Galah asin atau galasin yang juga sibeut gobak sodor adalah sejenis
permainan daerah asli dari Indonesia. Permainan ini adalah sebuah permainan
grup yang terdiri dari dua grup, di mana masing-masing tim terdiri dari 3 - 5
orang. Inti permainannya adalah menghadang lawan agar tidak bisa lolos
melewati garis ke baris terakhir secara bolak-balik, dan untuk meraih kemenangan
seluruh anggota grup harus secara lengkap melakukan proses bolak-balik dalam
area lapangan yang telah ditentukan.
Permainan ini biasanya dimainkan di lapangan bulu tangkis dengan acuan
garis-garis yang ada atau bisa juga dengan menggunakan lapangan segi empat
dengan ukuran 9 x 4 m yang dibagi menjadi 6 bagian. Garis batas dari setiap
bagian biasanya diberi tanda dengan kapur. Anggota grup yang mendapat giliran
untuk menjaga lapangan ini terbagi dua, yaitu anggota grup yang menjaga garis
batas horisontal dan garis batas vertikal. Bagi anggota grup yang mendapatkan
tugas untuk menjaga garis batas horisontal, maka mereka akan berusaha untuk
menghalangi lawan mereka yang juga berusaha untuk melewati garis batas yang
sudah ditentukan sebagai garis batas bebas. Bagi anggota grup yang mendapatkan
tugas untuk menjaga garis batas vertikal (umumnya hanya satu orang), maka
orang ini mempunyai akses untuk keseluruhan garis batas vertikal yang terletak di

11
tengah lapangan. Permainan ini sangat mengasyikkan sekaligus sangat sulit
karena setiap orang harus selalu berjaga dan berlari secepat mungkin jika
diperlukan untuk meraih kemenangan.

2. Congklak
Congklak adalah suatu jenis permainan tradisional yang dikenal dengan
berbagai macam nama di seluruh indonesia. Biasanya dalam permainan, sejenis
cangkang kerang digunakan sebagai biji congklak dan jika tidak ada, kadangkala
digunakan juga biji-bijian dari tumbuh-tumbuhan.
Di malaysia permainan ini juga lebih dikenal dengan nama congklak dan
istilah ini juga dikenal di beberapa daerah di Sumatera dengan kebudayaan
melayu. Di jawa, permainan ini lebih dikenal dengan nama dakon. Selain itu di
lampung permainan ini lebih dikenal dengan nama dentuman lamban sedangkan
di Sulawesi permainan ini lebih dikenal dengan nama mokaotan, maggaleceng,
aggalacang dan nogarata. Dalam bahasa Inggris, permainan ini disebut mancala.

3. Petak Umpet
Permainan ini bisa dimainkan oleh minimal 2 orang, namun jika semakin
banyak yang bermain maka akan menjadi semakin seru. Cara bermain cukup
mudah, dimulai dengan hompimpa untuk menentukan siapa yang menjadi
"kucing" (berperan sebagai pencari teman-temannya yang bersembunyi). Si
kucing ini nantinya akan memejamkan mata atau berbalik sambil berhitung
sampai 10, biasanya dia menghadap tembok, pohon atau apa saja supaya dia tidak
melihat teman-temannya bergerak untuk bersembunyi (tempat jaga ini memiliki
sebutan yang berbeda di setiap daerah, contohnya di beberapa daerah di jakarta
ada yang menyebutnya inglo, di daerah lain menyebutnya bon dan ada juga yang
menamai tempat itu hong). Setelah hitungan sepuluh (atau hitungan yang telah
disepakati bersama, misalnya jika wilayahnya terbuka, hitungan biasanya
ditambah menjadi 15 atau 20) dan setelah teman-temannya bersembunyi, mulailah
si "kucing" beraksi mencari teman-temannya tersebut.

12
4. Gasing
Gasing adalah mainan yang bisa berputar pada poros dan berkeseimbangan
pada suatu titik. Gasing merupakan mainan tertua yang ditemukan di berbagai
situs arkeologi dan masih bisa dikenali. Selain merupakan mainan anak-anak dan
orang dewasa, gasing juga digunakan untuk berjudi dan ramalan nasib. Sebagian
besar gasing dibuat dari kayu, walaupun sering dibuat dari plastik, atau bahan-
bahan lain. Kayu diukir dan dibentuk hingga menjadi bagian badan gasing. Tali
gasing umumnya dibuat dari nilon, sedangkan tali gasing tradisional dibuat dari
kulit pohon. Panjang tali gasing berbeda-beda bergantung pada panjang lengan
orang yang memainkan.
Gerakan gasing berdasarkan efek giroskopik. Gasing biasanya berputar
terhuyung-huyung untuk beberapa saat hingga interaksi bagian kaki (paksi)
dengan permukaan tanah membuatnya tegak. Setelah gasing berputar tegak untuk
sementara waktu, momentum sudut dan efek giroskopik berkurang sedikit demi
sedikit hingga akhirnya bagian badan terjatuh secara kasar ke permukaan tanah.

5. Kelereng
Kelereng (atau dalam bahasa jawa disebut nèkeran) adalah mainan kecil
berbentuk bulat yang terbuat dari kaca, tanah liat, atau agate. Ukuran kelereng
sangat bermacam-macam. Umumnya ½ inci (1.25 cm) dari ujung ke ujung.
Kelereng dapat dimainkan sebagai permainan anak, dan kadang dikoleksi, untuk
tujuan nostalgia dan warnanya yang estetik.

9. Pengimplementasian Permainan Tradisional Sebagai Wahana Dalam


Pendidikan Karakter Yang Menyenangkan
Begitu pentingnya permainan tradisional dalam memberi pendidikan
karakter dan memberikan nilai moral yang positif bagi pertumbuhan anak.
Melalui permainan tradisional juga dapat menjadi sarana belajar untuk
mengembangkan nilai EQ pada anak. Tetapi, tentu saja harus dalam pengawasan
dan memberi batasan waktu yang jelas agar tidak semua waktu digunakan untuk
bermain. Implementasi dari permaninan tradisional sebagai wahana pendidikan

13
karakter yang menyenangkan dapat diaplikasikan baik di lingkungan keluarga
(informal), sekolah (formal) maupun di masyarakat (nonformal).
Pendidikan karakter dapat dimulai dari lingkungan yang terkecil yakni,
Keluarga. Keluarga merupakan bagian dari sebuah masyarakat. Unsur-unsur yang
ada dalam sebuah keluarga baik budaya, agama, ekonomi bahkan  jumlah anggota
keluarga sangat mempengaruhi perlakuan dan pemikiran anak khususnya ayah
dan ibu. Pengaruh keluarga dalam pendidikan anak sangat besar dalam berbagai
macam sisi. Keluargalah yang menyiapkan  potensi pertumbuhan dan
pembentukan kepribadian anak. Lebih jelasnya, kepribadian anak tergantung pada
pemikiran dan tingkah laku kedua orang tua serta lingkungannya. Dalam
hubungannya dengan pendidikan karakter, keluarga memiliki andil yang cukup
besar, karena mulai dari sinilah  penanaman nilai-nilai moral dapat dikembangkan
sehingga permasalahan kenakalan remaja dapat dihindari.
Secara garis besar, pendidikan karakter  bertujuan untuk membimbing
anak ke arah kedewasaan supaya anak dapat memperoleh keseimbangan antara
perasaan dan akal budaya serta dapat mewujudkan keseimbangan dalam
perbuatannya kelak. Oleh karena itu, langkah pasti yang dapat dtempuh oleh
orang tua yakni, mampu memberikan stimulus yang positif serta menyenangkan
kepada anaknya, salah satunya melalui permainan tradisional. Pengembangan
permaninan tradisional sebagai wahana pendidikakan karakter yang
menyenangkan tidak begitu sulit. Perlu kesabaran serta keseriusan dari pihak
orang tua. Orang tua juga dapat menyusun rancangan kegiatan yang menarik
kepada anaknya. Seperti setiap akhir pekan atau pertemuan keluarga, orang tua
bisa mengajak si anak untuk  berekreasi serta mengajak buah hatinya untuk
memainkan permainan tradisional. Disinilah peran orang tua yang paling penting
yakni, dapat menjelaskan makna yang terkandung dalam permainan tersebut.
Penanaman  pendidikan karakter semacam ini sangat efektif, akan tetapi tetap
diimbangi oleh kemauan anak tersebut, sehingga tidak terjadi kesalah pahaman
atau benturan.

14
10. Memudarnya permainan Tradisional di Masyarakat
Dari uraian penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa keberagaman
permainan tradisional yang dimiliki masyarakat Indonesia, merupakan aset
kebudayaan bangsa kita yang seharusnya kita jaga dan lestarikan agar tidak hilang
ditelan kemajuan zaman dengan pesatnya kemajuan dunia IT di era global.
Permainan Tradisional sudah seharusnya mendapatkan perhatian khusus dari
pemerintah sebagai penyelenggara negara, dan masyarakat sebagai pembentuk
kebudayaan itu sendiri, perlu adanya pemberdayaan permainan tradisional yang
pernah ada di indonesia, caranya dengan mengajak tokoh masyarakat yang
mengenal permainan tersebut untuk terus memberikan pengetahuan dan
memainkan permainan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. 
Tujuan permainan tradisional yang memiliki nilai kebersamaan dan
memupuk semangat nasionalisme bangsa merupakan nilai yang seharusnya tidak
boleh dihilangkan dalam masyarakat Indonesia. Perubahan sosial yang mencakup
unsur-unsur kebudayaan baik material maupun non material akan berpendapat
budaya material berubah lebih cepat dibandingkan dengan budaya non material,
permainan tradisional salah satu didalamnya yang ikut terkena dampak perubahan
sosial oleh arus globalisasi.  Perkembangan IT sudah sepatutnya kita apreasiasi
akan tetapi perkembangan IT jangan sampai menghilangkan kebudayaan lokal
masyarakat itu sendiri, terlebih dalam dunia olahraga seperti permainan
tradisional.
Lebih banyak lagi dampak yang ditimbulkan terhadap perkembangan IT
bagi anak-anak dan remaja adalah akibat tidak dapat dibendungnya kemajuan IT
didunia tidak seimbang dengan kesiapan masyrakat menerimanya, sehingga
terkadang nilai-nilai lokal masyrakat memudar atau ditinggalkan karena dianggap
kurang menarik lagi, dan hanya mengahbiskan waktu saja. Pada permainan
tradisional yang cenderung menggunakan waktu dan fisik memang terlihat
membosankan, karena apabila ada yg lebih praktis atau mudah sebagai hiburan,
bahasa kasarnya mengapa kita harus mempersulit dengan adanya kemajuan IT .
Pemikiran seperti itu seharusnya jangan sampai terfikirkan, oleh kita.
Sejatinya permainan tradisional membentuk semangat kerjasama dan sikap saling

15
komunikasi antar pemain didalamnya sehingga dapat melatih kita berinteraksi
sosial, apabila nilai dasar seperti ini dihilangkan maka kita akan menjadi
masyrakat yang tidak mampu memelihara kearifan lokal masyrakatnya sendiri,
terutama menjaga nilai-nilai edukasi kelestarian permainan tradisional itu sendiri .
Permainan tradisonal memang sudah seharusnya mendapatkan perhatian
khusus dan mendapatkan prioritas yang utama untuk dilindungi, dibina,
dikembangkan, diberdayakan dan selanjutnya diwariskan. Hal seperti itu
diperlukan agar permaina tradisional dapat memiliki ketahanan dalam
menghadapi unsur budaya lain di luar kebudayaannya. Selain itu, permainan
tradisional telah membantu mengembangkan kreativitas seorang anak. Dimana hal
tersebut akan memberikan dampak yang positif dan negative pada seorang anak di
waktu yang akan mendatang.

11. Dampak Positif Dan Negatif Permainan Tradisional


            Beberapa solusi untuk mengatasi masalah permainan tradisional tidak
hilang dan atau tidak tergusur oleh game modern yaitu, pelestarian permainan
tradisional dalam dunia pendidikan, melalui pelajaran sekolah, misalnya:
pendidikan olah raga. Guru dapat memadukan permainan tradisional dengan
materi lainnya. Juga penerapan permainan tradisional dengan cara mengadakan
perlombaan baik di dunia pendidikan maupun dunia luar.

16
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Permainan tradisional tidak hanya sekedar permainan yang mengandung
kesenangan semata. Namun permainan tradisional dapat melatih kemampuan
motorik anak, sikap anak, dan juga ketrampilan anak. Serta dapat membentuk
karakter anak yang luhur. Dalam menerima sikap perubahan sosial didalam
masyarakat kita memang harus bersifat terbuka dan dinamis terhadap
perkembangan zaman, perkembangan dunia IT. Perubahan sosial akan terjadi
apabila masyarakat menerima masuknya perubahan itu sendiri, maka dari itu kita
perlu yang namanya kesadaran sejak dini untuk menjaga dan melestarikan
kebudayaan lokal masyarakat kita sendiri, kalau bukan kita yang menjaga
kebudayaan tersebut, siapa lagi dan tidak akan menutup kemungkinan
memudarnya permainan tradisional, sebagai salah satu contoh penulisan diatas,
dapat terjadi bila kita sendiri tidak memelihara kebudayaan kita sendiri.

2. Saran
Kita sebagai generasi muda sudah saatnya kita melestarikan permainan
tradisional. Kita seharusnya perkenalkan dulu pada anak kita tentang permainan
tradisional walaupun di zaman globalisasi saat ini. Karena pada usia dini,
perkembangan anak sangat dibutuh demi perkembangan fisik dan motorik anak.
Selain itu permainan tradisional sangat menguntungkan daripada permainan di
zaman sekarang seperti game online. Game online sangat tidak baik bagi
perkembangan anak karena akan membawa dampak negatif bagi seorang anak.
Tidak dipungkiri saat ini banyak orang tua yang malah membelikan anaknya
barang-barang canggih. Maka dari itu, peran orang tua untuk mendampingi
anaknya sangatlah penting demi masa depan seorang anak.

           

17
DAFTAR PUSTAKA

Azhar Arsyad,  2011. Media Pembelajaran Jakarta, PT RajaGrafindo Persada


http://longsani.blogspot.com/2014/07/makalah-permanina-tradisional.html
http://abdulkudus.staff.unisba.ac.id/files/2012/01/PKM-GT-2011-IPB-Irma-
Inovasi-Media-Pembelajaran.pdf
http://www.academia.edu/6245754/
PERMAINAN_TRADISIONAL_SEBAGAI_WAHANA_PENDIDIKAN_K
ARAKTER_YANG_MENYENANGKAN

18

Anda mungkin juga menyukai