Konsep Pendidikan Moral
Konsep Pendidikan Moral
Konsep Pendidikan Moral
Dengan semangat yang tak pernah padam ini para saintis telah
memberikan kontribusi yang besar kepada keseejahteraan umat manusia di
samping kepada sains itu sendiri.Hal ini sesuai dengan identifikasi para saintis
sebagai pecinta kebenaran dan pencarian untuk kebaikan seluruh umat manusia.
Akan tetapi, sekali lagi, dengan perbedaan perspektif terhadap nilai-nilai etika
dan moralitas agama, jargon saintis sebagai pencari kebenaran tampaknya perlu
dipertanyakan.
• Perilaku konsumtif
Sementara itu dikatakan oleh Karl Barth, kata “etika” yang berasal dari
kata “ethos” adalah sebanding dengan kata “moral” dari kata “mos”. Kedua-
duanya merupakan filsafat tentang adat kebiasaan. Di sini Karl Barth secara
tegas memberikan penjajaran yang sama antara kata etika dan moral.
Dalam rangka tujuan membangun akhlak yang baik dalam diri manusia,
al-Ghazali menyarankan agar latihan moral ini dimulai sejak usia dini.
Pribahasa Arab mengatakan bahwa pembelajaran sejak kecil seperti
mengguratkan tulisan di atas batu.Orang tua menurutnya bertanggung jawab
atas diri anak-anaknya. Bahkan ia mengatakan agar seorang anak diasuh dan
disusukan oleh seorang perempuan yang saleh. Makanan berupa susu yang
berasal dari sumber yang tidak halal akan mengarahkan tabiat anak ke arah yang
buruk. Setelah memasuki usia cerdas (tamyiz), seorang anak harus
diperkenalkan dengan nilai-nilai kebaikan yang diajarkan dalam Islam. Seperti
disebutkan di atas, proses ini dapat dilakukan melalui pembiasaan dan melalui
proses logis atas setiap perbuatan , baik yang menyangkut perbuatan baik atau
buruk. Melakukan identifikasi secara rasional atas setiap akibat dari perbuatan
baik dan buruk bagi kehidupan diri dan sosialnya.
Persoalan yang muncul dalam era global ini adalah : pada satu sisi
lembaga-lembaga pendidikan (sekolah atau luar sekolah) lebih mengutamakan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek), dan pada sisi lain lebih
mengutamakan pada segi Ilmu Iman dan Taqwa (Imtaq), sehingga telah terjadi
dikhotomi dimana satu sisi masyarakat peserta didik lebih menguasai ilmu
pengetahuan umum akan tetapi lemah dalam segi ilmu agama. Sebaliknya ilmu
agama sangat menguasai namun ilmu umum sangat lemah.
Pola pendidikan dalam era global tergambar dalam sebuah diagram pola
pikir tantangan pendidikan dalam era globalisasi di bawah ini.
Pada diagram di atas, tergambar bahwa pendidikan terbagi dalam dua hal,
yakni Pendidikan Umum dan Pendidikan Agama. Pendidikan Umum dimotori
oleh akal dan rasio dan banyak dipengaruhi oleh budaya barat yang telah
mengubah pola (nilai) kehidupan.Tujuan pendidikan nasional sebenarnya adalah
untuk menciptakan manusia bermutu dan berkualitas.Begitu juga tentang
Pendidikan Agama (Islam) yang dimotori oleh akal, wahyu dan rasio adalah
juga telah memberikan kontribusi besar dalam pembentukan watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, sehingga tercipta ‘Muslim Sejati’.“Ipoleksosbudhankam dan Agama”
adalah merupakan faktor pendukung sekaligus juga sebagai faktor
penghambat.Oleh karenanya semakin baik perkembangan ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan serta keberagamaan suatu
bangsa, maka semakin teruji keberhasilan proseas pendidikan.Sebaliknya,
semakin banyak gangguan dari aspek kehidupan tersebut, maka semakin sulit
pendidikan untuk menjalankan tujuan, visi dan missinya dalam membantuk
sumber daya manusia disekitarnya.
5. Pentingnya Menumbuhkan Pendidikan Moral Di Era Globalisasi
Globalisasi memiliki sisi positif dan negatif terhadap pendidikan moral.
Disatu sisi, arus globalisasi merupakan harapan yang akan memberikan
berbagai kemudahan bagi kehidupan manusia. Namun disisi lain, era globalisasi
juga memberikan dampak yang sangat merugikan. Dengan perkembangan
sektor teknologi dan informasi, manusia tidak lagi harus menunggu waktu,
untuk bisa mengakses berbagai informasi dari seluruh belahan dunia, bahkan
yang paling pelosok sekalipun. Kondisi ini menjadikan tidak adanya sekat serta
batas yang mampu untuk menghalangi proses transformasi kebudayaan. John
Neisbitt, menyebutkan kondisi seperti ini sebagai “gaya hidup global”, yang
ditandai dengan berbaurnya budaya antar bangsa, seperti terbangunnya tatacara
hidup yang hampir sama, kegemaran yang sama, serta kecenderungan yang
sama pula, baik dalam hal makanan, pakaian, hiburan dan setiap aspek
kehidupan manusia lainnya. Kenyataan semacam ini, akan membawa implikasi
pada hilangnya kepribadian asli, serta terpoles oleh budaya yang cenderung
lebih berkuasa. Dalam konteks ini, kebudayaan barat yang telah melangkah jauh
dalam bidang industri serta teknologi informasi, menjadi satu-satunya pilihan,
sebagai standar modernisasi, yang akan diikuti dan dijadikan kiblat oleh setiap
individu. Globalisasi menyebabkan perubahan sosial yang memunculkan nilai-
nilai yang bersifat pragmatis, materialistis dan individualistik.
Dari gambaran diatas, terlepas dari mana yang paling signifikan, namun
kenyatan tersebut, telah menjadikan pendidikan moral serta agama sebagai salah
satu upaya untuk menanggulangi penyakit serta krisis sosial yang ada ditengah
masyarakat.
Dalam kontek Negara Kesatuan Republik Indonesia, runtuhnya nilai
moralitas serta norma agama dikalangan masyarakat dan para pemimpin bangsa,
sebenarnya sangat pantas untuk kita kemukakan kepermukaan, dalam upaya
menemukan solusi bagi penyelesaian krisis multidimensional yang ada. Karena
ketidak mampuan bangsa ini bangkit dari keterpurukan, lebih diakibatkan oleh
kurangnya kebersamaan serta rasa saling menang dan meraih keuntungan
sendiri, diantara setiap elemen bangsa. Kesadaran dari masing-masing individu
serta kelompok akan kemaslahatan bersama-lah, yang akan menjadi solusi
paling tepat bagi upaya penyembuhan penyakit sosial yang ada. Dengan
demikian, pendidikan moral dan agama, menjadi sangat mutlak bagi
terbangunnya tata kehidupan masyarakat yang damai, adil makmur dan
bermartabat.Terlebih lagi, dalam konteks kehidupan global yang semakin
transparan dan penuh kompetisi, nilai agama dan moralitas merupakan benteng
agar setiap individu tidak terjerumus dalam prakti kesewenag-wenangan dan
ketidak adilan.
Ketika berbicara tentang moral, kita perlu tahu bahwa hal ini erat
kaitannya dengan perilaku masyarakat itu sendiri. Perilaku masyarakat yang
menyimpang dari aturan yang seharusnya membuat moral bangsa kita semakin
buruk di mata negara lain. Kemerosotan moral ini bukanlah suatu hal yang bisa
dibanggakan karena hal itulah yang membuat negara kita tampak kurang
berwibawa di dunia internasional.Ada beberapa hal yang melatarbelakangi
kemerosotan moral bangsa Indonesia dan hal itu perlu diketahui sehingga kita
mampu menemukan solusi yang terbaik dan membantu dalam penyelesaian
masalah tersebut.
Tidak diragukan lagi bahwa sebagian ajaran moral telah dan masih terus
akan disalahgunakan dalam berbagai bentuk dan cara. Mereka yang telah
dirasuki ketamakan, terutama apabila mempunyai kekuatan dan pengaruh, tidak
akan ragu-ragu dalam memakai segala cara untuk mencapai tujuannya.
Penelitian ilmiah, terlepas dari kebenaran landasannya, terkadang di[ergunakan
untuk melakukan penindasan, tirani, menyiksa kelas buruh.
Sama hal nya dengan ajaran moral, konsep-konsep dari moral pun
disalahgunakan. Seringkali ditemui, kemerdekaan ditindas atas nama
kemerdekaan, dan ketidakadilan diterapkan atas nama keadilan dan persamaan.
Setiap hal yang baik dan bermamfaat bisa disalahgunakan. Meskipun demikian,
bagaimanapun nama keadilan itu disalahgunakan tidak akan sama halnya
dengan ketidakadila itu sendiri. Keduanya tetap berbeda. Demikian juga,
bagaimanapun nama kemerdekaan disalahterapkan, tetapi kemerdekaan sejati
tidak akan sama dengan perbudakan.
Jadi tidak diragukan lagi ajaran Islam telah dieksploitasi untuk tujuan
pribadi dan kelompok tertentu.Tetapi tidak berarti bahwa ajaran-ajaran tersebut
palsu atau rancu.Sebaliknya, keadaan tersebut menuntut kewaspadaan sebagian
masyarakat agar ajaran tersebut tdak rusak, dan nilai-nilainya tidak
disalahgunakan.
Solusi
Ada beberapa hal yang harus diperbaiki dalam ahlak kita, untuk menaggulangi
masalah moral ini , diantara lain adalah :
Memiliki harga diri (self-respect) artinya kapan saja dia bekerja untuk
kepentingannya dan untuk memenuhi kebutuhannya, dia harus
memperhitungkan segala sesuatu yang sekiranya bisa memalukan da
merendahkan posisinya, seperti tidak konsisten denga martabatnya sebagai
manusia, dan mempertimbangkan segala tindakan yang akan bisa
mengembangkan kematangan spiritualnya, dan mengangkat posisinya agar bisa
dibanggakan.
Sebagai contoh, setiap orang sadar bahwa sifat cemburu dan iri hati hanya akan
menghina dan memalukan dirinya sendiri. Orang yang iri hati tidak akan tahan
dengan kemajun dan prospek orang lain. Ia tidak senang dengan prestasi-
prestasi mereka. Reaksi satu-satunya adalah bagaimana caranya bisa
menimbulkan bencana bagi orang lain dan mengganggu rencana-rencana
mereka. Da tidak akan merasa puas jika orang lain tidak kehilangan nasib
baiknya, dan tidak seperti dia. Setiap orang saddar akan memiliki sifat seperti
itu hanya merupakan cerminan kepicikan belaka. Seseorang yang tidak
menghargai keberhasilan orang lain adalah manusia yang tak berharga tak
berkepribadian.
Sama halnya dengan sifat iri hati. Orang yang iri hati adalah orang yang
begitu terpesona dengan kekayaanya sehingga ia enggan utuk menyisihkan atau
membelanjakannya, bahkan bukan untuk kepentingan sendiri dan keluarganya.
Dia tidak mau mendermakan kekayaan yang dimilikinya.Nampaknya orang
semacam itu menjadi tawanan dari kekayaannya sendiri.Dia merendahkan
martabat di depa matanya sendiri.
Dengan demikian kita mengetahui bahwa rasa harga diri adalah perasaan
sejati manusia.Kita merasa senag jika memberika amal, bertindak toleran,
sederhana dan bekerja tekun, dan sebagainya. Sedangan sifat munafik, menjilat,
cemburu dan sombong akan menghina dirinya sendir, tanpa terikat pada ajaran
atau kebiasaan dan tradisi yang ada pada masyarakat tertentu. Islam mengutuk
keras sifat-sifat jelek seperti itu, dan melarang eras mengembangkannya.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah, dalam hal ini Menteri
Pendidikan, untuk memperbaiki moral generasi bangsa melalui
pendidikan.Namun keinginan tersebut ternyata belum membuahkan hasil yang
signifikan. Pemerintah dalam melaksanakan pendidikan, masih lebih banyak
menitikberatkan pada kemampuan kognitif siswa, dengan mengesampingkan
kemampuan afektif atau perilaku siswa dan psikomotorik atau keterampilan
Salah satu solusi agar pendidikan moral menjadi efektif adalah dengan
menerapkan pendidikan karakter di setiap jenjang pendidikan, mulai dari
pendidikan dasar sampai pada pendidikan tinggi. Pendidikan karakter adalah
suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang
meliputi konsumen pengetahuan, kesadaran dan kemauan dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama, lingkungan maupun ke bangsa sehingga menjadi insan kamil.
Dengan penerapan pendidikan karakter, maka karakter dari peserta didik akan
terbentuk sejak mereka berada di bangku sekolah dasar, kemudian dilanjutkan
pada sekolah menengah dan perguruan tinggi. Dengan terbentuknya karakter
tersebut, maka akan menjadi perisai atau kontrol dalam diri seseorang, sehingga
akan mengendalikan perilaku orang tersebut. Intinya adalah, jika karakter sudah
terbentuk, maka akan sulit untuk mengubah karakter tersebut.Dengan
menanamkan nilai-nilai kebaikan dalam setiap proses pendidikan, akan
membantu proses pembentukan karakter dari peserta didik yang bermoral dan
bermartabat. Dengan terbentuknya karakter tersebut, maka karakter tersebut
akan sulit hilang sehingga akan menjadi watak perilaku seseorang dalam
menjalani masa yang akan datang. Penerapan pendidikan karakter dalam sistem
kurikulum pendidikan dapat dilaksanakan dengan cara :
Kesimpulan
Pendidikan moral adalah usaha yang dilakukan secara terencana untuk
mengubah sikap, perilaku, tindakan, kelakuan yang dilakukan peserta didik agar
mampu berinteraksi dengan lingkungan masyarakatnya sesuai dengan nilai
moral dan kebudayaan masyarakat setempat.Ada beberapa hal yang
melatarbelakangi kemerosotan moral bangsa Indonesia dan hal itu perlu
diketahui sehingga kita mampu menemukan solusi yang terbaik dan membantu
dalam penyelesaian masalah tersebut.Bagaimana kemerosotan moral di
masyarakat sekarang adalah sebuah hal bahwa masyarakat kuarang
mendekatkan diri kepada Allah SWT.