Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Widan Agung Pangestu - Bab 1

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 5

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pembelajaran matematika, kemampuan memecahkan masalah dianggap

menjadi hal penting yang harus dilatihkan pendidik kepada para siswa. Melalui

kegiatan memecahkan masalah, siswa dapat menemukan aturan baru yang lebih tinggi

tarafnya sekalipun ia mungkin tidak dapat merumuskannya secara verbal. Biasanya

hal dihadapi pada masalah matematika yang menuntut untuk segera ditemukan

penyelesaiannya, mungkin saja siswa dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan

segera. Hal ini dapat terjadi apabila mereka telah memiliki pengetahuan dan

pengalaman yang baik mengenai masalah tersebut. Sebaliknya ketika mereka

mengalami kebuntuan dalam menyelesaikannya, tentu mereka akan cenderung

berusaha menyajikannya dengan perantara atau model (yang berupa gambar, grafik,

atau coretan-coretan lainnya) agar secara intuitif masalah tersebut mudah diterima dan

dipahami.

Siswa dalam pembelajaran matematika biasanya dihadapkan dengan masalah

matematika dan diharapkan dapat menyelesaikan masalah tersebut. Dengan demikian,

diperlukan proses mental sadar yang berupa proses berpikir analitik dan logika dalam

menyelesaikan masalah matematika. Akan tetapi, terkadang siswa dalam

menyelesaikan masalah matematika mereka menggunakan dugaan atau klaim suatu

pernyataan tanpa harus dengan membuktikan. Dalam hal ini berarti mereka tidak

menggunakan proses berpikir analitik dan logika dalam menyelesaikan masalah. Oleh

karena itu, ada aktivitas mental yang berbeda dari kognisi formal (berpikir analitik

dan logika) dalam mengoperasikan kegiatan matematika, termasuk pula dalam

Deskripsi Kemampuan Berpikir…, Widan Agung Pangestu, FKIP UMP, 2019


2

memecahkan masalah matematika. Aktivitas matematika yang berbeda dari kognisi

formal tersebut disebut intuitive cognition (kognisi intuitif), atau intuition (intuisi).

Menurut Fischbein (1987) kemempuan berpikir intuitif adalah kognisi dengan

karakteristik yang dapat diterima secara langsung tanpa menggunakan

pembuktian,pemikiran ,bersifat memaksa dan menyeluruh. Fischbein juga

menyatakan bahwa berpikir intuitif memiliki karakteristik-karakteristik, antara lain:

self-evidence, intrinsic certainty, perseverance, coerciveness, theory status,

extrapolativeness, globality, dan implicitness.

Beberapa hasil peneltian mendukung pentingnya kemampuan berpikir intuitif

dalam mtematika dan potensinya dalam meningkatan pemahaman terhadap

matematika serta dalam pemecahan masalah matematika. Salah satu peneltian yang

menyatakan hal tersebut adalah penelitian yang dilakukan oleh Burton (1999) berpikir

intuitf mempunyai peran dalam matematika sebagai upaya menghubungkan atau

membuat lompatan ketika mereka tidak atau belum menemukan adanya jalur logis

yang menghubungkan beberapa fakta atau gagasan teoritis. Kemampuan berpikir

intuitif sangatlah dibutuhkan bagi setiap siswa untuk memecahkan suatu masalah

matematis karena dalam kegiatan ini siswa harus dapat segera memprediksi jawaban

yang benar sehingga mereka dapat mengeksplorsi masalah dengan konsep atau rumus

matematika untuk mengidentifikasi masalah tersebut.

Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir intuitif matematika

siswa, salah satunya adalah kecerdasan. Kecerdasan erat kaitannya dengan

kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu. Perlu disadari bahwa setiap manusia

lahir dengan dibekali perangkat berpikir yaitu otak. Otak manusia memiliki wilayah-

wilayah kecerdasan, ini berarti setiap manusia terlahir dengan memiliki potensi untuk

menjadi cerdas. Akan tetapi yang membuat setiap orang memiliki kemampuan yang

Deskripsi Kemampuan Berpikir…, Widan Agung Pangestu, FKIP UMP, 2019


3

berbeda adalah pemberian perlakuan atau stimulus positif pada masing-masing

wilayah kecerdasan (DePorter, 1999). Salah satu alat ukur yang erat kaitanya dengan

kemampuan kognitif seseorang adalah tes Intelligece Quotient (IQ). Menurut H.H

Goddard (Azwar 1996) mendefinisikan bahwa intelegensi adalah tingkatan

kemampuan pengalaman seseorang untuk menyelesaikan masalah –masalah yang

langsung dihadapi untuk mengantisipasi masalah yang akan datang. Stein & Howard

E. Book (2000) juga mengatakan bahwa salah satu karakteristik dalam Intelligence

Quotient (IQ) adalah melakukan pemecahan masalah dengan menerapkan

pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Dari uraian diatas maka ada hubungan antara

proses berpikir Ituitif dan Itelligence Quotiet (IQ). Dalam proses berpikir intuiif

seseorang harus dapat segera memprediksi jawaban yang benar sehingga mereka

dapat mengeksplorsi masalah dengan konsep atau rumus maematika yang sudah ada

atau sudah mereka miliki sebelumnya. Dengan kata lain keduanya sama-sama

membutuhkan (pengetahuan yang telah ada sebelumnya ) untuk menyelesaikan

masalah yang sedang mereka hadapi.

Itelligence Quotient (IQ) dalam bahasa indonesia dikenal dengan kecerdasaan

intelektual adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang

mencakup sejumlah kemampuan menalar, merencanakan, mengunakan

bahasa,berpikir abstrak, memecahkan masalah, memahami gagasan dan belajar.

Kecerdasaan erat kaitanya dengan kemamuan kognitif yang dimiliki individu.

Kecerdasaan dapat diukur dengan alat psikometri yang biasa disebut dengan tes IQ

(Anastasi, 2007)

SMP Negri 8 Purwokerto adalah salah satu sekolah yang menyelenggarkan tes IQ

bagi siswa baru. Tes IQ ini dilakukan oleh lembaga pendidikan dan pengembang

sumber daya insani yayasasn Cipta Daya Husada yang berasal sari Yogyakarta dengan

Deskripsi Kemampuan Berpikir…, Widan Agung Pangestu, FKIP UMP, 2019


4

tujuan untuk membantu para pendidik atau orang tua dalam menentukan pemberian

arah bimbingan belajar kepada siswa dalam proses belajarnya serta memilih jurusan

yang sesuai dengan kemampuan, bakat khusus, minat kepribadian atau intelegensi

emosinya sehingga mencapai prestasi belajar yang optimal secara mandiri. Sealin itu

pemeriksaan psiklogi berguna mengumpulkan data seseorang atau siswa, baik tingkat

kecerdasaan, bakat khuusus, minat dan kepribadian atau intelegensi emosinya untuk

siswa dalam rangka bimbingan belajar atau menentukan pilihan jurusan dalam

menempuh pendidikan lebih lanjut.

Berdasarkan uraian di atas dapat diasumsikan bahwa Intelligence Qutient (IQ)

dapat menunjukan kemampuan berpikir intuitif dalam matematika siswa. Sehingga

peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana kemampuan

berpikir intuitif dalam matemtika ditinjau dari Intelligence Quotient (IQ) siswa SMP

Negeri 8 Purwokwerto.

B. Fokus Penelitian

Agar penelitian ini dapat terarah dan mendalam serta tidak terlalu luas

jangkauannya, maka penelitian ini terfokus pada deskripsi kemampuan berpikir intuitif

dalam matematika ditinjau dari Intelligence Quotient (IQ) siswa SMP Negeri 8

Purwokerto

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan fokus penelitian di atas, Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini

adalah untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir intuitif dalam matematika ditinjau

Intelligence Quotient (IQ) siswa SMP Negeri 8 Purwokerto

Deskripsi Kemampuan Berpikir…, Widan Agung Pangestu, FKIP UMP, 2019


5

D. Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan memberi masukan bagi dunia

pendidikan matematika. Beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara

lain:

1. Bagi Guru

Dapat dijadikan alat evaluasi terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan,

sehingga kekurangan-kekurangan dalam mengajar dapat diperbaiki untuk pelajaran

yang akan datang.

2. Bagi Sekolah

Dapat dijadikan referensi untuk melakukan bimbingan yang terkait dengan siswa

terutama dalam pembelajaran matematika sehingga dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran.

3. Bagi Peneliti

Dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam mendeskripsirpikirkan

atau menggambarkan kemampuan berpikir intuitif siwa dalam matematika ditinjau

dari Intelligence Quotient (IQ)

4. .Bagi Siswa

Mengetahui gambaran kemampuan berpikir intuitif masing-masing siswa dalam

matematika.

Deskripsi Kemampuan Berpikir…, Widan Agung Pangestu, FKIP UMP, 2019

Anda mungkin juga menyukai