Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Kesadaran Dan Kepercayaan Diri Modul

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 10

7.

Kesadaraan dan
Kepercayaan Diri

Disusun oleh : Elvita Bellani, Ira Taskirawati, Ashry Sallatu, Amidah


Amrawati

Kesadaran Diri (Self-awareness)

Intrapersonal skills adalah keterampilan untuk mengenal dan


mengelola diri sendiri. Materi kesadaran dan kepercayaan diri
akan menjadi materi pembuka yang kemudian akan dilanjutkan
dengan materi motivasi diri dan adaptabilitas, serta
kepemimpina diri.

Self-awareness adalah kemampuan untuk mengenali diri, yaitu


untuk memahami siapa diri kita, bagaimana orang lain
memandang diri kita, dan bagaimana kesesuaian kita dengan
lingkungan kita (Eurich, 2017). Kemampuan ini didasari oleh
kapasitas untuk melihat diri sebagai objek, atau yang dikenal
sebagai objective Self-awareness (Morin, 2011; Wicklund, 1975).

Eurich mengajukan (2017) dua kategori Self-awareness, yaitu:


1. Internal Self-awareness. Yaitu kemampuan untuk melihat
diri sendiri dengan jelas. Orang yang memiliki internal Self-
awareness memiliki pemahaman mengenai dirinya yang
terdiri dari:
- Apa nilai yang dipegang - seperti apa yang menjadi
prinsip atau motto saya. Nilai ini mengarahkan tingkah
laku karena itu menjadi standar dalam mengevaluasi
tingkah laku.
Apa yang menjadi prinsip hidupku? Sejauh mana saya
sudah menjalani hidupku sesuai dengan prinsip tersebut?
Contoh value: Pencapaian, kerja sama, kerendahan hati,
status, intuisi, toleransi, dll
- Apa passion-ku – apa yang senang saya lakukan?
- Apa cita-citaku – Apa yang ingin saya capai atau yang
ingin saya lakukan atau saya alami dalam hidup?
- Apa sifatku – apa yang saya pikirkan, saya rasakan dan
saya lakukan pada situasi-situasi tertentu

1
- Apa kelemahan apa kegagalan-kegagalan yang pernah
saya alami? Apa kesamaan dari kegagalan-kegagalan
tersebut? Apa umpan balik konstruktif yang sering saya
peroleh
- Apa kelebihanku – Hal apakah yang dengan mudah dan
cepat dapat saya lakukan? Apa pencapaian-pencapaian
yang pernah saya lakukan?
- Lingkungan apa yang aku sukai – Lingkungan ideal seperti
apa yang membuat saja bahagia dan produktif

Orang yang memiliki internal Self-awareness cenderung


akan membuat pilihan yang konsisten dengan diri mereka,
yang membuat mereka hidup lebih bahagia. Sebaliknya,
tanpa internal Self-awareness, individu cenderung akan
bingung dalam membuat pilihan, mudah terpengaruh oleh
lingkungan sehingga membuat pilihan yang tidak sesuai
dengan diri mereka. Akibatnya, mereka tidak bisa menjadi
versi terbaik dari diri mereka, dan cenderung menjadi
kurang bahagia

2. External Self-awareness. Yaitu kemampuan untuk


memahami pandangan orang lain terhadap diri. Orang yang
memiliki external Self-awareness dapat secara akurat
mengetahui pandangan orang lain mengenai diri mereka.
Dengan pemahaman ini, Ia mampu untuk membangun
relasi yang kuat dan bermakna. Sebaliknya, orang dengan
external Self-awareness yang rendah akan cenderung
„dibutakan“ oleh pandangan mereka terhadap diri mereka
sendiri dan enggan menerima umoan balik.

Untuk dapat dikaatakan sebagai aware, individu perlu untuk


memiliki external self awareness dan internal Self-awareness.
Eurich (2017) mengemukakan bahwa memiliki hanya salah
satunya saja (internal self-awareness atau external self-
awareness saja) justru dapat membahayakan bagi individu.
Lebih lanjut Eurich (2018) mengemukakan model Self-
awareness yang merupakan kombinasi antara internal dan
external Self-awareness.

2
External Self-awarness
Rendah Tinggi
Introspectors Aware
Memiliki pemahaman yang jelas Memiliki
tentang diri, tetapi tidak pemahaman
berusaha untuk mencari tahu tentang diri,
apakah orang lain berpandangan mengetahui
sama atau tidak. Cenderung apa yang ingin

Tinggi
menghindari umpan balik dari dicapai, dan
orang lain. mencari tahu
serta
menghargai
pendapat
orang lain
tentang dirinya

Seekers Pleasers
Tidak tahu apa siapa dirinya, apa Sangat sadar
yang mereka yakini, dan dengan apa
Internal Self-awareness

bagaimana orang lain yang orang lain


memandang diri mereka. pikirkan
Mereka cenderung merasa tentang dirinya
terjebak dan frustrasi dengan tetapi memiliki
prestasi dan hubungan sosial pemahaman
mereka yang kurang
mengenai
siapa diri
mereka.
Cenderung
Rendah

terlalu
mementingkan
pendapat
orang lain
tentang diri
mereka, dan
membuat
keputusan
untuk
menyenangkan
orang lain
daripada yang
sesuai dengan
diri mereka
Diterjemahkan dari What Self-awareness really is (Eurich, 2018)

3
Video tetang anak elang dan ayam menunjukkan pentingnya
self-Awareness. Pada video ini terlihat bagaimana anak elang
yang berusaha ayam. Anak elang berusaha untuk hanya terbang
beberapa meter saja. Ia pun berusaha untuk makan cacing,
walaupun itu tidak membuatnya kenyang. Ia terus berusaha
untuk menjadi ayam, karena Ia tidak mengetahui bahwa dirinya
adalah elang. Bagaimana pun Ia berusaha, Ia tetap tidak akan
menjadi ayam yang terbaik, karena Ia adalah elang. Sampai pada
akhirnya Ia sadar bahwa Ia adalah elang, dan bukan ayam.

Jika dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, orang yang tidak


mengenal dirinya akan terus menjadi orang lain, sehingga
akibatnya Ia tidak bisa menjadi versi terbaik dari dirinya.
Terkadang individu haya terus meniru apa yang dilakukan oleh
lingkungannya, tanpa berusaha menanyakan pada diri siapa
saya? Apa yang saya inginkan?

Seperti yang telah diuraikan di atas, self awareness tidak saja


terkait dengan kemampuan untuk melihat diri dari sudut
pandang diri sendiri (internal self awareness) tetapi juga
mengenal diri dengan memadukannya dengan pandangan orang
lain terhadap diri (external self awareness). Tidak jarang, orang
terlalu fokus tentang bagaimana Ia memandang dirinya dan
menjadi ‘buta’ mengenai apa dampak dari apa yang Ia lakukan
terhadap orang lain, dan bagaimana pandangan orang lain
terhadap dirinya. Tidak jarang, individu melakukan beberapa
hal secara otomatis, karena sudah merupakan kebiasaan,
sehingga menjadi tidak sadar bahwa apa yang Ia lakukan tetap
memiliki dampak pada orang lain, dan berdampak pada
penilaian orang lain terhadap diri mereka.

Pada salah satu simulasi mahasiswa diminta untuk membacakan


kalimat pujian kepada orang di sebelahnya untuk menyadarkan
mereka kembali bahwa apa yang Ia lakukan berdampak pada
orang lain. Dampak tersebut bisa positif dan negative, bisa pula
kecil, tetapi bisa pula besar sampai bisa mengubah hidup orang
lain. Dampak yang individu lakukan juga akan mempengaruhi
bagaimana orang memandang individu tersebut.

Semakin kenal individu pada dirinya akan semakin Ia dapat


mengembangkan potensi yang Ia miliki. Orang yang sadar akan
dirinya kelemahan dan kelebihannya, paham apa yang menjadi
kekuatannya dan menggunakan kekuatan tersebut untuk
mencapai tujuannya. Ia pun paham aspek apa yang masih perlu
pengembangan. Ia pun tahu jelas apa yang ingin dicapainya,
sehingga ketika tantangan menghadangnya, Ia akan tetap
termotivasi untuk mengatasi tantangan tersebut, demi mencapai
tujuannya.

4
Individu dengan Self-awareness juga sadar dengan dampak dari
apa yang Ia lakukan terhadap orang lain, serta bagaimana orang
lain memandang diri mereka sehingga dapat membangun
hubungan yang lebih kuat dengan orang lain. Sebagai contoh,
ketika individu paham bahwa ketika Ia bicara sering menyakiti
orang lain, Ia akan berusaha lebih baik untuk menjaga tutur
katanya. Berdasarkan hal tersebut, individu dapat menjalin
hubungan yang lebih bermakna dengan orang lain

Kepercayaan diri (Self-Confidence)

Secara harfiah, confidence berarti keyakinan untuk melakukan


sesuatu. Lawan katanya adalah keraguan dan ketidakyakinan
untuk melakukan sesuatu. Kepercayaan diri atau Self-
confidence adalah keyakinan terhadap penilaian, kemampuan
dan kekuatan yang dimiliki oleh diri (Bryant & Kazan, 2013).
Self-confidence dianggap sebagai suatu trait yang bersifat relatif
stabil dan general mengenai kompetensi yang dimiliki oleh diri
khususnya dalam menghadapi situasi-situasi yang menantang
(Scholz, Gutiérrez Doña, Sud, & Schwarzer, 2002).

Self-confidence adalah kepercayaan pada diri yang sangat


membantu individu untuk menghadapi masalah hidup. Individu
dengan self-confidence memiliki keberanian untuk
mengandalkan dirinya sendiri. Akan tetapi terlalu percaya diri
juga dapat berdampak negatif. Orang yang terlalu percaya diri
akan mengambil pilihan berisiko yang tidak sesuai dengan
kemampuannya, atau cenderung meremehkan tantangan yang
ada di depan mata sehingga mengurangi usahanya. Oleh karena
itu, self-confidence yang optimal adalah bukan yang berada pada
level yang terlalu tinggi sehingga menjadi over-confidence, juga
bukan pada level yang rendah sehingga menjadi minder dan
membatasi diri untuk melakukan hal-hal yang ingin dilakukan,
tetapi berdasarkan pada penilaian objektif terhadap diri. Oleh
karena itu, self-confidence yang optimal adalah yang didasarkan
pada Self-awareness.

Menurut Stajkovic, (Stajkovic, 2006) Self-confidence tidaklah


berdiri sendiri, tetapi disusun berdasarkan beberapa aspek,
yaitu:
- Harapan, yaitu pikiran untuk sukses yang berasal dari
penetapan tujuan yang jelas dan perencanaan untuk
mencapai tujuan tersebut.
- Efikasi diri yaitu kepercayaan akan kemampuan untuk
melakukan hal spesifik, misalnya kepercayaan akan
kemampuan untuk menyelesaikan tugas kuliah
- Optimisme, yaitu perasaan dan sikap mengenai ekspektasi
yang menyenangkan di masa yang akan datang. Berbeda

5
dengan harapan yang bersifat kognitif, optimisme
melibatkan perasaan.
- Resiliensi, yaitu kemampuan untuk menghadapi masalah
dan kemunduran dengan baik.

Berdasarkan uraian di atas, confidence adalah kepercayaan


terhadap kemampuan diri untuk menghadapi masalah atau
mencapai tujuan yang didasarkan pada kemampuan, usaha dan
perasaan positif yang mengarah pada pencapaian tujuan, serta
kemampuan untuk bangkit ketika dihadapkan pada berbagai
tantangan.

Self-cofidence tidaklah harus didasarkan pada kemampuan


aktual yang dimiliki oleh diri (Warell, n.d.). Artinya, individu
dengan self-confidence mungkin saja belum memilki
kemampuan yang dibutuhkan, tetapi Ia percaya bahwa Ia akan
dapat menguasai kemampuan yang dibutuhkan. Kemampuan ini
dapat diperoleh melalui usaha yang terarah. Individu yang
memiliki self-confidence juga bukan berarti tidak pernah gagal,
tetapi Ia mampu bangkit dari kegagalan, bahkan belajar dari
kegagalan yang Ia hadapi.

Mahasiswa dengan self-confidence akan lebih mau untuk


mengambil tantangan dengan risiko yang telah diperhitungkan.
Ia tahu kemampuan yang Ia miliki, dan juga percaya dengan
kemampuan yang ia miliki. Dengan kepercayaan tersebut, Ia
mau untuk mengambil berkontribusi dalam kelompok. Ia juga
mau mengambil risiko untuk mencoba hal-hal baru untuk
melatih kemampuannya. karena Ia percaya pada dirinya, Ia pun
berani untuk memegang prinsip-prinsip yang Ia percayai. Ia
memiliki pendirian sehingga Ia tidak mudah terpengaruh oleh
lingkungan yang buruk. Selain itu, individu dengan kepercayaan
diri yang memadai juga akan menjadi lebih kreatif. Kreatif
adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru atau
memperbaruhi apa yang telah ada, yang berarti akan
menciptakan sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada.
Individu dengan kepercayaan diri, berani untuk tampil beda. Ia
tidak malu untuk memiliki ide yang berbeda dari kelompoknya,
yang merupakan modal utama untuk menjadi kreatif.

Keterkaitan Self-awareness dan Self-Confidence

Self-Awareness memberikan gambaran objektif mengenai


dirinya. Orang dengan memiliki self awareness mengenal dirinya
dengan sangat baik, baik dari sudut padangnya sendiri (internal
self-awarreness) dan dari sudut pandang orang lain (external
self-awareness). Ia mengetahu apa nilai yang menjadi pegangan
dalam hidupnya, tahu apa yang Ia sukai dan apa yang Ia inginkan.

6
Selain itu, Ia pun tahu apa kekuatan yang bisa Ia manfaatkan
untuk mencapai apa yang diinginkan, disaat yang sama, Ia tahu
pada aspek apa yang masih harus Ia kembangkan.

Dengan gambaran objektfif tersebut, individu dapat


mengembangkan self-confidencenya. Karena didasarkan pada
gambaran objektif, Self-confidence yang Ia bangun juga pada
level yang optimal, sehingga Ia tidak menjadi minder (low
confidence) ataupun menjadi overconfidence. Self confidence
yang Ia bangun didasarkan pada pertimbangan rasional
mengenai kelemahan dan kekuatannya. Ia percaya bahwa
kekuatannya akan membantu Ia mencapai tujuan yang Ia
inginkan, tetapi di saat yang sama pun Ia sadar bahwa Ia
memiliki keterbatasan, dan Ia pun masih memiliki aspek-aspek
yang masih perlu dikembangkan. Seperti yang telah dijabarkan
di atas, bahwa self confidence dibangun berdasarkan efikasi diri,
yaitu kepercayaan terhadap kemampuan diri untuk melakukan
hal-hal spesifik. Dengan meningkatkan kemampuan diri, maka
efikasi diri akan meningkat. Sehingga, dengan terus
meningkatkan kemampuan diri, seseorang juga akan dapat
meningkatkan kepercayaan dirinya.

Sebagai mahasiswa, self-awareness dan self-confidence


sangatlah dibutuhkan. Sebagai mahasiswa, tantangan adalah
sesuatu yang tidak bisa dihindarkan. Tantangan ini dapat berupa
tantangan akademik maupun tantangan non akademik. Dengan
memiliki self-awarenss dan self-confidence maka mahasiswa
dapat mengatasi masalah tersebut secara adaptif. Ia tidak
menghindari tantangan, Ia menghadapinya, bahkan mencari
tantangan. Tantangan dapat membuat individu semakin
mengenal dirinya, juga melatih dirinya. Ia juga sadar aspek-
aspek apa yang masih perlu pengembangan, sehingga Ia akan
terus mengembangkan diri. Ia pun tahu di mana batas
kemampuannya sehingga Ia tahu kapan harus meminta bantuan.
Mahasiswa dengan self-awareness juga akan lebih baik dalam
menjalin hubungan dengan orang lain. Ia mampu mengenali
emosi-emosi yang sedang Ia rasakan, sehingga Ia lebih mampu
untuk mengendalikannya. Selain itu, Ia pun sadar akan dampak
dari tingkah lakunya terhadap orang lain sehingga Ia pun lebih
berhati-hati dalam bertingkah laku.

Cara-cara mengembangkan self-awareness dan self-


conficence

„when the winds of change rage, some build shelters, while others
build windmills“

7
(Ketika akngin berhembus kencang, beberapa orang
membangun tempat berlindung, beberapa lainnya membangun
kincir angin)
pepatah Cina

Self-awareness dapat dikembangkan melalui refleksi dari


pengalaman-pengalaman hidup. Tidak semua dari hal ini
menyenangkan. Eurich (2017) mengajukan kejadian ini sebagai
alarm clock events (kejadian yang menggelisahkan). Ketika
memperoleh umpan balik dari orang lain, tidak jarang hal
tersebut menyakitkan. Demikian halnya ketika berdasarkan
refleksi diri, individu menyadari fakta yang tidak terlalu
menyenangkan, misalnya mengetaui kelemahannya.
Menghadapi situasi seperti ini, individu dihadapkan pada dua
pilihan, lari dan berlindung dari kenyataan yang pahit, atau
menggunakan pengalaman tersebut untuk semakin mengenal
dirinya, dan menjadi individu yang lebih kuat. Kejadian ini
meliputi:
- new roles or rules (Peran atau aturan baru). Ketika
dihadapkan pada peran atau aturan baru, individu
diharuskan untuk keluar dari zona nyamannya. Dengan
mengambil peran baru atau berada pada lingkungan baru,
Individu menguji kembal pengetahuan yang selama ini Ia
miliki, dengan demikian, Ia dapat memperoleh
pengetahuan baru mengenia dirinya.
- Earthquake (Gempa Bumi). Gempa bumi dalam hal ini
bukan gempa bumi sebenarnya, tetapi merupakan
metafora. Gempa bumi dalam hal ini adalah kejadian luar
biasa yang dialami oleh individu, seperti penyakit serius,
atau kematian orang yang dicintai. Kejadian seperti ini
dapat membuat orang terpuruk. Akan tetapi kejadian ini
juga bisa menjadi titik balik untuk menjadi orang yang lebih
baik. yang perlu dilakukan adalah berusaha menerima dan
memahami apa yang terjadi kemudian mengambil tindakan
konstruktif terhadap kejadian luar biasa yang terjadi dalam
hidup.
- Everyday Insight (Insight sehari-hari). Kejadian untuk
yang meningkatkan self awareness tidak selalu harus
merupakan kejadian yang dramatis. Insight juga dapat
muncul dalam kejadian sehari-hari. Dari umpan balik yang
diberikan oleh teman, atau bahkan kejadian-kejadian rutin
yang dilakukan sehari-hari.

Pengalaman-pengalaman yang dilalui tidaklah serta merta dapat


meningkatkan self awareness. Akan tetapi pengalaman-
pengalaman tersebut haruslah dapat dihadapi dengan baik,
salah satunya dengan senantiasa berefleksi. Selain itu, adapula
beberapa hal yang dapat dilakukan yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan Self-awareness dan self-confidence yaitu:

8
- Meningkatkan Internal Self-awareness
 Mindfullness.
Perhatikan apa yang sedang terjadi pada diri. Apa yang
sedang Anda rasakan, Apa yang sedang Anda pikirkan,
Apa yang sedang Anda lakukan, tanpa ada penilaian
mengenai baik atau buruk.
 Tanyakan pada diri:
 Apa nilai yang saya yakini?
 Apa kegiatan yang saya sukai?
 Apa cita-cita ku?
 Lingkungan seperti apa yang membuatku bahagia
 Apa sifatku?
 Apa kelemahan dan kelebihanku?
 Apa dampak dari apa yang saya lakukan pada orang
lain?
- Meningkatkan External Self-awareness
 Mencari umpan balik konstruktif dari orang lain
- Berani mencoba hal-hal baru
- Terus mengembangkan diri

Yang perlu untuk diperhatikan bahwa self-awareness dan self


confidence adalah suatu proses berkelanjutan. Perjalanan hidup
yang dialami oleh individu dapat dijadikan sebagai kesempatan
bagi individu untuk terus mengenal dirinya. Karena diri adalah
sesuatu yang dinamis, maka proses mengenal diri pun akan terus
berlangsung selama hidup

Further Reading
Eurich, T. (2017). Insight : why we’re not as self-aware as we
think, and how seeing ourselves clearly helps us succeed
at work and in life.

Personal Asessment
- https://www.insight-book.com/Quiz.aspx

REFERENSI
Bryant, A., & Kazan, A. L. (2013). Self-Leadership: How to Become
a More Successful, Efficient, and Effective ... - Andrew
Bryant, Ana Lucia Kazan - Google Buku. McGraw-Hill.
Retrieved from
https://books.google.co.id/books?id=pUsxOmhIdGQC&p
rintsec=frontcover&dq=self-
leadership&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwi_3eeH58_cAhXG
fX0KHfa_A8UQ6AEIMTAB#v=onepage&q=self-
leadership&f=false
Eurich, T. (2017). Insight : why we’re not as self-aware as we
think, and how seeing ourselves clearly helps us succeed
at work and in life.

9
Eurich, T. (2018, January). What Self-awareness Really Is (and
How to Cultivate it. Harvard Business Review. Retrieved
from https://hbr.org/2018/01/what-self-awareness-
really-is-and-how-to-cultivate-it
Morin, A. (2011). Self-awareness Part 1: Definition, Measures,
Effects, Functions, and Antecedents. Social and Personality
Psychology Compass, 5(10), 807–823.
https://doi.org/10.1111/j.1751-9004.2011.00387.x
Scholz, U., Gutiérrez Doña, B., Sud, S., & Schwarzer, R. (2002). Is
General Self-Efficacy a UniversalC onstruct. European
Journal of Psychological Assessment, 18(3), 242–251.
https://doi.org/10.1027//1015-5759.18.3.242
Stajkovic, A. D. (2006). Development of a core confidence-higher
order construct. Journal of Applied Psychology, 91(6),
1208–1224. https://doi.org/10.1037/0021-
9010.91.6.1208
Warell, M. (n.d.). Use It Or Lose It: The Science Behind Self-
confidence. Retrieved August 5, 2018, from
https://www.forbes.com/sites/margiewarrell/2015/02
/26/build-self-confidence-5strategies/#113f03b46ade
Wicklund, R. A. (1975). Objective Self-awareness. Advances in
Experimental Social Psychology, 8, 233–275.
https://doi.org/10.1016/S0065-2601(08)60252-X
Luft, J.; Ingham, H. (1955). "The Johari window, a graphic model
of interpersonal awareness". Los Angeles: University of
California
https://www.businessballs.com/self-awareness/johari-
window-model-and-free-diagrams/

10

Anda mungkin juga menyukai