Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Asesmen

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PEMERIKSAAN

PSIKOLOGIS

LAPORAN PSIKOLOGIS

I. Identifikasi Informasi Klien


A. Nama klien/pasien : Arini Nur Annisa
B. Jenis kelamin : Perempuan
C. Usia/suku : 20 tahun / Suku Jawa
D. Tanggal evaluasi : 28 Mei 2016

II. Pertanyaan penyampai kasus / pertanyaan referal :


“Seberapa mampu klien menyelesaikan konflik-konfliknya dengan orang
tua?”

III. Prosedur Asesmen


A. Alat yang Digunakan
1. Tes Grafis (HTP)
Tes HTP (House Tree Person) adalah salah satu alat tes
kepribadian yang memiliki tujuan untuk mengukur
keseluruhan pribadi. Dari tes HTP dapat ditemukan data
mengenai keseluruhan pribadi individu yang bersangkutan baik
yang umum hingga spesifik. Berdasarkan pada tes ini, dari
aspek kognitif klien tersebut memiliki idealisme tinggi, penuh
dengan dunia ide, serba ingin tahu, namun kurang bisa
mengambil keputusan secara cepat karena tipenya peragu, dan
kurang memiliki dorongan berprestasi. Sedangkan dari aspek
afektif, klien termasuk orang yang sensitive, menekankan pada
etika; norma; dan religi; sopan santun dan ramah, mampu
menyeleksi stimulus yang ada, namun memiliki sifat inferior
dan kurang ketegasan diri, mudah depresif dan tertekan, dan
acceptance kurang. Sedang dari aspek interpersonal individu
terasuk orang yang introvert namun memiliki tendensi
ekspansif, independent, ingin berhubungan sosial teapi merasa
inferior.

2. WWQ
Tes WWQ (Woodworth’s Character Questionnaires) juga
merupakan salah satu tes kepribadian. Terdiri dari 75
pertanyaan dan membagi aspek kepribadian menjadi 8. Aspek-
aspek tersebut yaitu, Kondisi emosional; Psychastenia, Obsesi;
Schizoid, Tendensi; Tendensi Paranoid; Tendensi Paranoid;
Tendensi Depresif; Impulsive; Instabilitas; dan Tendensi Anti-
Sosial. Berdasarkan hasil tes tersebut klien dapat disimpulkan
memiliki tendensi Psychastenia, Obsesi dan Tendensi Depresif.
Hal ini diperkuat dengan hasil tes yang menunjukkan skor
pada Psychastenia 168 (>120) dan pada tendensi depresif 130
(>120). Dari aspek kognitif, individu Psychastenia adalah tipe
neurosis yang ditandai dengan reaksi fikiran yang selalu
menggoda hati dan ketegangan. Suatu ide/pandangan yang
sama sekali tidak berdasar dan secara terus menerus merasuki
pikiran seseorang, sedangkan untuk tendensi depresif adalah
kesulitan berpikir. Sedangkan dari aspek afektif klien
cenderung patah hati, putus asa, kemuraman hati dan
melehmahnya terhadap stimulus tertentu.

3. DISC
DISC adalah sebuah alat pengukuran untuk memahami tipe
perilaku dan gaya kepribadian. DISC merupakan model
perilaku yang membantu setiap manusia memahami “mengapa
seseorang melakukan apa ayang dilakukannya”. Dalam tes ini
membagi 4 tipe perilaku individu, yakni Dominance, Influence,
Steadiness, dan Compliance. Berdasarkan hasil testrsebut,
klien dapat disimpulkan memiliki tipe S(Steadiness). Hal ini
diperkuat dengan hasil tes yang menunjukkan skor tertinggi
pada Strength adalah S dengan total 10 dan pada Weakness
adalah S dengan total 9. Tipe S adalah tipe peramah (amiable)
menangani tekanan dengan tidak menuntut dan melepaskan
emosi mereka. Aspek behavior yang nampak sebagai kekuatan
diantaranya tenang damai, dapat dipercaya, mudah
menyesuaikan diri dan bergaul dengan lingkungan, ramah
sopansantun, menyenangkan walaupun pendiam, baik hati,
cinta damai, senang kemapanan dan kepastian. Sedangkan
kelemahannya adalah kurang percaya diri, pemalu , pesimis
penakut kautir, jarang tertawa lepas, pasif apatis,
kompromistis, dan membenarkan diri sendiri.
4. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mengenali individu tentang
pengalaman masa lalunya dan kejadian-kejadian yang dialami
klien.

IV. Latar Belakang


Arini lahir di Banyuwangi pada tanggal 1 Oktober 1995. Ia
merupakan anak petama dari dua bersaudara. Kedua orangtuanya
termasuk dalam orang yang berpendidikan dan cukup harmonis.
Sejak kecil ia sudah terbiasa terpisah dengan orangtuanya. Ketika
berusia 4 tahun, ia sempat berpisah dengan kedua orangtuanya selama
satu tahun dan tinggal bersama kakek-neneknya. Ia juga sering
dititipkan ke pamannya. Masa kecilnya ia lalui diberbagai tempat,
karena mengikuti orangtuanya yang masih melanjutkan studi.
Ia tidak begitu banyak memiliki teman lama karena pengalaman
sekolahnya yang berpindah-pindah. Mungkin seharusnya ia memiliki
banyak teman, akan tetapi ia merasa tidak begitu memiliki kedekatan
yang lebih dengan mereka. Masa Taman kanak-kanak ia lalui di dua
tempat berbeda, nol kecil ia habiskan di Kalimantan dan nol besar
hingga SD kelas 1 ia habiskan di Banyuwangi. Kemudian ia
berpindah lagi ke Yogyakarta selama 1 tahun mengikuti kedua
orangtuanya. Kemudian kelas 2 SD hingga lulus SD, ia kembali ke
Kalimantan. SMP ia mencoba menjajal pondok pesantren, namun
hanya bertahan selama satu setengah tahun, dan melanjutkan ke SMP
Negeri dekat rumahnya hingga lulus. Memasuki jenjang SMA, ia
lagi-lagi berpisah dengan kedua orangtuanya karena sekolah yang
jauh dari rumah. Ia mengontrak sebuah rumah bersama kakak
sepupunya.
Tingkat kedekatan Arini dengan kedua orangtuanya cukup dekat,
namun tidak begitu intens. Arini terbuka dengan kedua orangtuanya
dan bisa bercanda dengan keduanya. Namun, ketika berada jauh dari
mereka Arini sangat jarang menghubungi, kecuali jika memang
benar-benar senggang atau sedang mendapat masalah. Biasanya yang
menghubungi pertama kali adalah orangtuanya. Orangtuanya cukup
mengerti atas ke-cuekan anaknya. Sering sekali sang ayah sangat
marah karena Arini tidak dapat dihubungi seharian dan tidak ada
kabar. Namun, pernah kejadian sang ayah marah besar karena Arini
tidak dapat dihubungi sama sekali selama satu hari penuh. Arini yang
merasa bersalah, langsung meminta maaf dan menjelaskan kalau dia
ada kegiatan kampus sampai malam dan hp-nya kehabisan baterai.
Untuk masalah otoritas orangtua, ia sangat menghargai pendapat
orangtuanya. Hampir tidak pernah ia membantah atau menolak kata-
kata mereka. Berhubung Arini adalah tipe individu yang cukup sulit
untuk membuat keputusan, ia sering meminta opsi-opsi kepada kedua
orangtuanya. Sejak SD hingga SMA semua pilihan sekolah sudah
ditawaran oleh orangtuanya, Arini hanya cukup memilih dari pilihan
yang sudah disaring oleh orangtuanya. Barulah ketika memilih
jurusan kuliah, ia sempat berbeda pendapat dengan orangtuanya.
Namun akhirnya ia bisa memilih jurusan yang memang ia inginkan
setelah meyakinkan kedua orangtuanya. Ayahnya memang tipe orang
yang demokratis. Sangat jarang memaksakan kehendak pada anak-
anaknya. Asalkan semua hal yang dilakukan anaknya rasional, beliau
tidak pernah melarang anaknya untuk berkegiatan. Sedangkan ibunya,
adalah wanita karir, namun tidak melupakan keluarganya.

V. Ringkasan Data
A. Kekurangan Klien
- Introvert
- Sensitif
- Peragu dan kurang tegas
- Inferior
- tendensi depresif
- memiliki pandangan yang tidak berdasar
- berorientasi pada masa lalu
B. Kelebihan Klien
- Idealism tinggi
- Menekankan etika, norma, dan religi
- Sopan santun dan ramah
- Cinta damai
- Dapat dipercaya
- Mampu menangani tekanan tanpa menuntut dan melepaskan emosi
- Mampu menyeleksi stimulus yang muncul
C. Faktor Lingkungan yang Menghambat
- Intensitas yang kurang dengan orang tua
- Suka menyembunyikan masalah
D. Sumber Daya yang Menguatkan
- Keluarga yang harmonis dan perhatian
- Ayah dan ibu masih lengkap

VI. Kesimpulan Diagnostik


Berdasarkan hasil asesmen yang diperoleh, klien cukup mampu
menyelesaikan konflik-konfliknya dengan orangtua. Klien memiliki
etika dan norma yang baik dan memiliki sopan santun. Akan kecil
kemungkinan ia berani melawan orang tua atau melakukan suatu hal
yang menimbulkan konflik. Ditambah lingkungan keluarga yang
cukup harmonis dan orangtua yang pengertian, akan membut
kemungkinan kecil timbul konflik keluarga.
Sebenarnya masalah kecilpun bisa saja menimbulkan konflik,
karena klien termasuk tipe sensitive dan memiliki imajinasi yang
tidak berdasar, dia bisa membayangkan hal yang tidak-tidak. tetapi
klien cenderung untuk menyembunyikan masalah. Namun, apabila
klien menghadapi konflik dengan orangtuanya, kemungkinan ia akan
lebih memilih mengalah agar tidak menimbulkan konflik yang lebih
besar karena klien adalah pecinta damai, meskipun mungkin klien
akan mengalami sedikit depresi dan sulit untuk melupakan karena
klien cenderung berorientasi pada masa lalu.

VII. Rekomendasi
Rekomendasi yang dapat diberikan kepada subyek yaitu:
1. Menumbuhkan intensitas hubungan dengan kedua orangtuanya.
Sesekali mulailah menghubungi orangtua lebih dulu. Hal tersebut akan
meningkatkan kedekatan dan mengurangi konflik.
2. Lakukan startegi coping yang tepat. Menggunakan problem focusd
coping. Ketika masalah selesai, tidak perlu diingat lagi.
LAMPIRAN

a. Wawancara
1. Bisa kamu ceritakan masa kecilmu seperti apa?
- Lahir di mana?
- Tinggal bersama siapa waktu kecil?
2. Selama ini kamu tinggal di mana?
3. Apakah kamu mempunyai banyak teman?
4. Apakah kamu dekat dengan orangtuamu?
5. Menurutmu, bagaimana orangtuamu di dalam keluarga?
Baikkah?
6. Ayahmu tipe orang seperti apa?
7. Ibumu tipe orang seperti apa?
8. Sering gak bertengkar dengan orang tua? Tentang apa
biasanya?

Anda mungkin juga menyukai