Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Askep KLP Anak Padmanaba Timur

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 64

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

A DENGAN CHRONIC KIDNEY


DISEASE (CKD) DI RUANG PADMANABA TIMUR RSUP DR.
SARDJITO

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Anak


Pembimbing Akademik :
Dr. Atik Badi’ah, S.Pd., S.Kp.,M.Kes.
Pembimbing Klinik :
Budi Winarti, S.Kep., Ns

Disusun Oleh :
Aly Sahid Saifullah (P07120220026)
Nur Aini (P07120220025)
Semester V

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2022
Lembar Pengesahan

Laporan asuhan keperawatan anak yang berjudul “Asuhan Keperawatan


pada An. A dengan Chronic Kidney Disease (CKD) di Ruang Padmanaba Timur
RSUP Dr. Sardjito” ini disusun untuk memenuhi tugas praktik keperawatan anak
yang disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Tempat : Ruang Padmanaba Timur RSUP Dr. Sardjito

Mengetahui
Clinical Instructor (CI) Pembimbing Akademik

Budi Winarti, S.Kep., Ns Dr. Atik Badi’ah, S.Pd.,S.Kp.,M.Kes


Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan asuhan keperawatan dengan judul “Asuhan Keperawatan pada An. A
dengan Chronic Kidney Disease (CKD) di Ruang Padmanaba Timur RSUP Dr.
Sardjito”. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Keperawatan
Anak. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada :
1. Bondan Palestin, SKM., M.Kep., Sp.Kom. selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
2. Ns. Maryana S.SiT., S.Psi., S.Kep., M.Kep. selaku Ka.Prodi Sarjana
Terapan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
3. Dra. Ni Ketut Mendri, S.Kep.,Ns.,M.Sc. selaku pembimbing akademik
yang telah memberikan bimbingan demi terselesaikannya laporan ini.
4. Budi Winarti, S.Kep., Ns. selaku pembimbing lapangan yang telah
memberikan bimbingan demi terselesainya laporan ini.
5. Semua pihak yang telah memberikan sumbangsih dalam penyusunan
lapuran ini
Kami berharap semoga laporan ini dapat membantu pembaca untuk lebih
mengetahui tentang “Asuhan Keperawatan pada An. A dengan Chronic Kidney
Disease (CKD) di Ruang Padmanaba Timur RSUP Dr. Sardjito”. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini, masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharap dan saran dari berbagai pihak agar laporan ini
lebih sempurna.

Yogyakarta, 5 November 2022

Penulis
Daftar isi

Halaman Judul .........................................................................................................1


Lembar Pengesahan.................................................................................................2
Kata Pengantar.........................................................................................................3
Daftar isi...................................................................................................................4
BAB I.......................................................................................................................5
LAPORAN PENDAHULUAN................................................................................5
A. Konsep Dasar Chronic Kidney Disease (CKD).............................................5
B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien Anak dengan Chronic Kidney
Disease (CKD)...................................................................................................17
BAB II....................................................................................................................34
ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................34
A. Pengkajian....................................................................................................34
B. Analisa Data.................................................................................................44
C. Diagnosis Keperawatan Berdasarkan Prioritas.............................................47
D. Perencanaan Asuhan Keperawatan...............................................................47
E. Implementasi dan Evaluasi Asuhan Keperawatan........................................52
BAB III..................................................................................................................63
PENUTUP..............................................................................................................63
A. Kesimpulan...................................................................................................63
B. Saran.............................................................................................................63
Daftar Pustaka........................................................................................................64
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Chronic Kidney Disease (CKD)


1. Definisi
Chronic Kidney Disease (CKD) muncul dari banyak jalur penyakit
heterogen yang mengubah fungsi dan struktur ginjal secara permanen,
selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Diagnosis CKD didasarkan
pada penurunan fungsi ginjal kronis dan kerusakan struktural ginjal.
Indikator terbaik yang tersedia untuk fungsi ginjal secara keseluruhan
adalah laju filtrasi glomerulus (GFR), yang sama dengan jumlah total
cairan yang disaring melalui semua nefron yang berfungsi per unit waktu
(Webster et al., 2017 dalam Setiani 2021).
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu kondisi gagalnya ginjal
dalam menjalankan fungsinya mempertahankan metabolisme serta
keseimbangan cairan dan elektrolit karena rusaknya struktur ginjal yang
progresif ditandai 10 dengan penumpukan sisa metabolik (toksik uremik)
dalam darah (Parwati, 2019)
Chronic Kidney Disease didefinisikan sebagai fungsi ekskresi,
pengaturan, dan endokrin yang tidak memadai dari ginjal yang tidak dapat
dijelaskan oleh gangguan volume ekstraseluler, konsentrasi ion anorganik,
atau kurangnya produk sintetis ginjal yang diketahui. Uremia atau sindrom
uremik adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kelainan
klinis, metabolik, dan hormonal yang menyertai gagal ginjal. Sindrom
uremik didiagnosis ketika laju filtrasi glomerulus ginjal (GFR) menjadi
sama atau kurang dari 15 ml / menit. Pada penyakit ginjal stadium akhir
(ESRD), GFR sama atau kurang dari 7% dari nilai normal yang
memerlukan terapi penggantian ginjal dengan dialisis atau transplantasi
ginjal secara teratur (Hamed, 2019 dalam Setiani, 2021).
2. Etiologi
Menurut Chen et al (2017) dalam Setiani (2021) penyebab CKD di
klasifikasikan berdasarkan ada atau tidaknya penyakit sistemik dan lokasi
kelainan anatomi karena penyebab CKD sendiri sulit untuk dilihat. Contoh
penyakit sistemik termasuk diabetes, gangguan autoimun, infeksi kronis,
keganasan, dan kelainan genetik di mana ginjal bukan satu-satunya organ
yang terpengaruh. Lokasi anatomi dibagi menjadi penyakit glomerulus,
tubulointerstitial, vaskular, dan kistik / kongenital.
CKD bisa terjadi karena berbagai kondisi klinis seperti penyakit
komplikasi yang bisa menyebabkan penurunan fungsi pada ginjal.
Menurut Robinson (2013) dalam Prabowo dan Pranata (2014) penyebab
CKD, yaitu:
a. Penyakit glomerular kronis (glomerulonephritis)
b. Infeksi kronis (pyelonephritis kronis, tuberculosis)
c. Kelainan vaskuler (renal nephrosclerosis)
d. Penyakit kolagen (Systemic Lupus Erythematosus) f) Obat-obatan
nefrotoksik (aminoglikosida)
Sedangkan menurut Romagnani (2017) penyebab Chronic Kidney
Disease (CKD) sebagai berikut :
a. Genetika
Orang dengan penyebab genetik CKD mewakili sedikit dari jumlah
total pasien CKD. Faktor genetik lain berkontribusi pada kerentanan
yang diturunkan terhadap CKD dan perkembangannya, didukung oleh
pengelompokan keluarga penyakit ginjal, perbedaan prevalensi
beberapa penyebab CKD di seluruh kelompok ras atau etnis, dan
variasi dalam agregasi keluarga berdasarkan ras.
b. Diabetes.
Diabetes adalah kondisi umum yang terkait dengan hiperfiltrasi
glomerulus masif, terbukti dari peningkatan GFR total dan renomegali.
Hiperglikemia mendorong reabsorpsi natrium / glukosa yang
digerakkan oleh kotransporter 2 (SGLT2) di dalam tubulus proksimal,
suatu proses yang kemudian menonaktifkan umpan balik
tubuloglomerular dan mengaktifkan RAS di makula densa di tubulus
ginjal. Hasilnya adalah induksi dilatasi permanen arteriol aferen dan
vasokonstriksi arteriol eferen - meningkatkan GFR (nefron tunggal)
dan GFR total.
c. Kegemukan.
Secara umum, hubungan antara obesitas dan hasil ginjal yang
buruk tetap ada bahkan setelah penyesuaian untuk tekanan darah tinggi
dan diabetes, menunjukkan bahwa hiperfiltrasi glomerulus yang
didorong oleh obesitas secara langsung berkontribusi pada hilangnya
nefron. Berbagai hormon yang berasal dari jaringan lemak serta
peradangan sistemik yang berhubungan dengan obesitas juga dapat
berkontribusi. Obesitas morbid (BMI> 35kg per m2) atau obesitas
sedang yang dikombinasikan dengan faktor lain (seperti varian
genetik, jumlah nefron rendah atau usia lanjut) dapat menyebabkan
perkembangan proteinuria, FSGS sekunder dan CKD progresif
d. Kehamilan.
Trimester terakhir kehamilan melibatkan ekspansi volume (yaitu
peningkatan volume darah) yang meningkatkan GFR total sebesar
50%, yang menunjukkan peningkatan GFR (nefron tunggal). Adaptasi
fisiologis ini bersifat sementara dan tanpa konsekuensi pada wanita
dengan nomor nefron normal. Namun, pada wanita dengan endowment
nefron rendah atau cedera sebelumnya terkait CKD (seperti pada
wanita dengan lupus nephritis), hiperfiltrasi glomerulus terkait
kehamilan memperburuk hiperfiltrasi glomerulus nefron sisa dan
hipertrofi glomerulus. Pada beberapa pasien, hiperfiltrasi glomerulus
terkait kehamilan pada trimester akhir melewati ambang kompensasi
dan memicu perkembangan CKD yang cepat, yang muncul dengan
proteinuria dan hipertensi arteri - suatu kondisi yang dikenal sebagai
preeklamsia. CKD yang sudah ada sebelumnya selama kehamilan
merupakan faktor risiko yang terkenal untuk preeklamsia, eklamsia (di
mana terjadi kejang), kelahiran prematur, hambatan pertumbuhan
intrauterin, dan kematian neonatal.
e. Acute Kidney Injury (AKI)
AKI adalah sindrom klinis yang didefinisikan oleh kerusakan akut
fungsi ginjal baik karena gangguan prerenal (misalnya, syok
hipovolemik), intrarenal (cedera parenkim ginjal langsung) atau
postrenal (obstruksi saluran kemih). AKI mengakibatkan akumulasi
limbah metabolik dan racun, komplikasi uremik berikutnya, dan
kemungkinan kegagalan organ lain. AKI sangat lazim pada pasien
rawat inap dan dapat menyiratkan kehilangan jumlah nefron yang
ireversibel.
f. Penuaan.
Penurunan GFR seiring bertambahnya usia mungkin terkait dengan
penuaan fisiologis, faktor genetik, hipertensi arteri, penyakit yang
menyiratkan cedera ginjal, peningkatan berat badan atau kombinasi
dari faktor-faktor ini. Secara histologis, penuaan ginjal muncul sebagai
glomerulosklerosis global, atrofi masing-masing nefron dan fibrosis
interstisial berikutnya

Obstruksi saluran kemih (nephrolithiasis)


3. Patofisiologi
CKD diawali dengan menurunnya fungsi ginjal, sebagian nefron
(termasuk glomerulus dan tubulus) ada yang utuh dan yang lainnya rusak.
Akibatnya nefron yang utuh atau sehat mengambil ahli tugas nefron yang
rusak. Nefron yang sehat akhirnya meningkatkan kecepatan filtrasi,
reabsorpsinya dan ekskresinya meski GFR mengalami penurunan, serta
mengalami hipertropi. Semakin banyak nefron yang rusak maka beban
kerja pada nefron yang sehat semakin berat yang pada akhirnya akan mati.
Fungsi renal menurun akibatnya produk akhir metabolisme dari protein
yang seharusnya diekskresikan kedalam urin menjadi tertimbun dalam
darah dan terjadi uremia yang mempengaruhi semua sistem tubuh. Salah
satunya yaitu sistem integumen karena adanya gangguan pada reabsorbsi
sisa-sisa metabolisme yang tidak dapat dieksresikan oleh ginjal sehingga
terjadi peningkatan natrium dan ureum yang seharusnya dikeluarkan
bersama urine tetapi tetap berada dalam darah pada akhirnya akan
diekskresikan melalui kapiler kulit yang bisa membuat pigmen kulit juga
berubah. Sisa limbah dari tubuh yang seharusnya dibuang melalui urine
terserap oleh kulit maka dapat menyebabkan pruritus, perubahan warna
kulit, uremic frosts dan kulit kering karena sering melakukan hemodialisa
(LeMone dkk, 2015).
Sindrom uremia juga bisa menyebabkan respon pada muskuloskeletal
yaitu terdapat ureum pada jaringan otot yang bisa menyebabkan otot
mengalami kelemahan, kelumpuhan, mengecil dan kram. Akibatnya bisa
menyebabkan terjadi miopati, kram otot dan kelemahan fisik (Muttaqin &
Sari, 2014). Saat seseorang mengalami gangguan pada jaringan otot bisa
membuat kesulitan dalam beraktivitas hingga tirah baring yang lama
hingga bisa menyebabkan penekanan pada area tulang yang menonjol dan
akan terjadi luka tekan. Sehingga terjadilah gangguan integritas kulit pada
penderita CKD.
4. Pathway
5. Manifestasi Klinis
Karena kemampuan kompensasi ginjal, gejala muncul secara bertahap
dan mungkin tidak menjadi jelas sampai CKD berlanjut. Pada tahap awal
(1 hingga 3), pasien mungkin asimtomatik atau memiliki gejala
nonspesifik yang halus yang dikaitkan dengan kondisi lain. Pada saat
pasien mengalami gejala yang jelas (stadium 3 hingga 5), biasanya 80%
hingga 90% fungsi ginjal telah rusak. (Stadium 3 CKD dapat
dipertimbangkan secara dini atau terlambat tergantung pada banyak faktor,
termasuk hasil tes diagnostik dan bagaimana keluhan pasien) (Chicca,
2020). CKD memiliki tanda dan gejala sebagai berikut:
a. Ginjal dan gastrointestinal biasanya muncul hiponatremi maka
akan muncul hipotensi karena ginjal tidak bisa mengatur
keseimbangan cairan dan elektrolit dan gangguan reabsorpsi
menyebabkan sebagian zat ikut terbuang bersama urine sehingga
tidak bisa menyimpan garam dan air dengan baik. Saat terjadi
uremia maka akan merangsang reflek muntah pada otak.
b. Kardiovaskuler biasanya terjadi aritmia, hipertensi, kardiomiopati,
pitting edema, pembesaran vena leher
c. Respiratory system akan terjadi edema pleura, sesak napas, nyeri
pleura, nafas dangkal, kusmaull, sputum kental dan liat
d. Integumen maka pada kulit akan tampak pucat, kekuning-kuningan
kecoklatan,biasanya juga terdapat purpura, petechie, timbunan urea
pada kulit, warna kulit abu-abu mengilat, pruritus, kulit kering
bersisik, ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar
e. Neurologis biasanya ada neuropathy perifer, nyeri, gatal pada
lengan dan kaki, daya memori menurun, apatis, rasa kantuk
meningkat.
f. Endokrin maka terjadi infertilitas dan penurunan libido, gangguan
siklus menstruasi pada wanita, impoten, kerusakan metabolisme
karbohidrat.
g. Sistem muskulosekeletal: kram otot, kehilangan kekuatan otot,
fraktur tulang.
h. Sistem reproduksi: amenore, atrofi testis.
6. Komplikasi
Pada pasien dengan kondisi CKD, dapat menimbulkan berbagai
macam komplikasi diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Anemia
Penyebab anemia pada CKD adalah multifaktorial dan termasuk
penurunan produksi eritropoietin ginjal, berkurangnya umur sel darah
merah, gangguan penyerapan zat besi usus yang dimediasi oleh
hepcidin (pengatur utama sirkulasi zat besi) dan kehilangan darah
berulang pada pasien pada hemodialisis. Oleh karena itu, anemia CKD
biasanya normositik (dengan sel darah merah berukuran normal) dan
normokromik (dengan kadar hemoglobin normal di dalam sel darah
merah.
b. Mineral Bone Disorder
Chronic kidney disease–mineral bone disorder (CKD-MBD)
meliputi kelainan dalam metabolisme mineral, struktur tulang dan
kalsifikasi ekstraskeletal yang terjadi dengan CKD progresif. Pasien
dengan CKD ringan (CKD G2) dapat mengalami penurunan serum 25
hydroxyvitamin D dan / atau 1,25 dihydroxyvitamin D₃ level, dan
peningkatan serum parathyroid hormone (PTH) dan fibroblast growth
factor 23 (FGF23) level - hormon utama yang mengatur tulang
integritas dan homeostasis mineral (kalsium dan fosfat). Pasien dengan
CKD-MBD lanjut mungkin mengalami nyeri tulang, kesulitan berjalan
dan / atau kelainan bentuk tulang serta risiko patah tulang yang lebih
tinggi. Pada anak-anak, retardasi pertumbuhan adalah manifestasi
umum dari MBD serta perubahan terkait CKD pada sistem hormonal
(Romagnani et al., 2017).
c. Hyperkalemia
Pasien dengan penyakit ginjal kronis (CKD) berisiko lebih besar
mengalami hiperkalemia, yang berkontribusi pada peningkatan risiko
aritmia jantung dan henti jantung. Ginjal memainkan peran penting
dalam mempertahankan homeostasis kalium. Asupan kalium diet rata-
rata 50-100 mEq setiap hari dalam diet Barat. Karena ekskresi feses
mewakili 10% dari asupan ini, ekskresi ginjal merupakan mekanisme
utama untuk menjaga keseimbangan kalium. Dalam keadaan sehat, 80-
90% dari beban kalium yang disaring diserap kembali di tubulus
proksimal dan lengkung Henle, dengan ekskresi kalium urin total
ditentukan terutama oleh sekresi luminal di nefron distal. Untuk alasan
ini, pasien dengan CKD dapat mempertahankan fungsi ekskresi kalium
normal sampai perkiraan laju filtrasi glomerulus (eGFR) sangat
terganggu. Namun, pasien dengan CKD yang lebih lanjut, dengan
komplikasi asidosis metabolik dan mereka yang diobati dengan
penghambat sistem renin-angiotensinaldosteron (RAASis) mungkin
mengalami penurunan ekskresi kalium akut dan / atau kronis, dengan
risiko selanjutnya untuk mengembangkan hiperkalemia (Seliger,
2019).
d. Metabolic Acidosis
Asidosis metabolik terkait dengan penurunan ekskresi amonium
ginjal total yang terjadi ketika GFR menurun menjadi <450 –
50ml/menit per 1,73m2 (CKD G3). Selain itu, ekskresi asam yang
dapat dititrasi (terutama sebagai fosfat) dan reabsorpsi bikarbonat
berkurang. Saat pasien mendekati ESRD, konsentrasi bikarbonat
serum menjadi stabil (menjadi 12-20mEq / l), yang diperkirakan
berkontribusi pada demineralisasi tulang, pengecilan otot dan
perkembangan CKD. Pada anak-anak, asidosis metabolik berdampak
negatif pada pertumbuhan (Romagnani et al., 2017).
e. Hipertensi
Hipertensi tetap menjadi salah satu komplikasi CKD yang paling
merusak dan diperkirakan berkontribusi pada percepatan penurunan
progresif fungsi ginjal, penyakit kardiovaskular (CVD), dan kematian
terkait. Deteksi dan kontrol tekanan darah tinggi seringkali kurang
optimal dan perbaikan dapat secara langsung membantu pasien (Bello
et al., 2017).
f. Cardiovascular Disease
Komplikasi kardiovaskular: CVD merupakan penyebab utama
kematian pada pasien CKD, dan prevalensi serta beban komplikasi ini
meningkat dengan menurunnya fungsi ginjal. Misalnya, risiko
kematian akibat CVD 8,1 kali lipat lebih besar pada pasien dengan
CKD stadium G5 A3 (eGFR 300 mg/g) dibandingkan pada populasi
referensi tanpa penyakit ginjal. Sementara risiko kejadian
kardiovaskular aterosklerotik konvensional meningkat dengan CKD,
sebagian besar peningkatan risiko disebabkan oleh patologi non-
aterosklerotik, seperti hipertrofi ventrikel kiri dengan disfungsi
diastolik dan sistolik, penyakit katup, dan kalsifikasi arteri (Bello et al.,
2017).
7. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan penyakit ginjal kronik meliputi (Abdurrahim et al,
2018) :
a. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya
b. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid ( comorbid
condition )
c. Memperlambat perburukkan fungsi ginjal.
d. Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular
e. Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi
f. Terapi pengganti ginjal berupa dialysis atau transplantasi ginjal.
Penatalaksanaan medis pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu (I
Prasadha ,2021) :
a. Konservatif
1) Melakukan pemeriksaan lab darah dan urine
2) Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam.
Biasanya diusahakan agar tekanan vena jugularis sedikit
meningkat dan terdapat edema betis ringan. Pengawasan
dilakukan melalui pemantauan berat badan, urine serta
pencatatan keseimbangan cairan.
3) Diet TKRP (Tinggi Kalori Rendah Protein). Diet rendah
protein (20-240 gr/hr) dan tinggi kalori menghilangkan gejala
anoreksia dan nausea dari uremia serta menurunkan kadar
ereum. Hindari pemasukan berlebih dari kalium dan garam.
4) Kontrol hipertensi. Pada pasien hipertensi dengan penyakit
ginjal, keseimbangan garam dan cairan diatur tersendiri tanpa
tergantung pada tekanan darah. Sering diperlukan diuretik loop
selain obat anti hipertensi.
5) Kontrol ketidak seimbangan elektrolit. Yang sering ditemukan
adalah hiperkalemia dan asidosis berat. Untuk mencegah
hiperkalemia hindari pemasukan kalium yang banyak (batasi
hingga 60 mmol/hr), diuretik hemat kalium, obat-obat yang
berhubungan dengan ekskresi kalium (penghambat ACE dan
obat anti inflamasi nonsteroid), asidosis berat, atau kekurangan
garam yang menyebabkan pelepasan kalium dari sel dan ikut
dalam kaliuresis. Deteksi melalui kalium plasma dan EKG.
b. Dialysis
1) Peritoneal dialysis Biasanya dilakukan pada kasus – kasus
emergency. Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana
saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD (Continues
Ambulatori Peritonial Dialysis).
2) Hemodialisis Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan
infasif di vena dengan menggunakan mesin.
c. Operasi
1) Pengambilan batu
2) Transplantasi ginjal

8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien CKD, yaitu:
a. Pemeriksaan pada urine yang meliputi:
1) Volume urine pada orang normal yaitu 500-3000 ml/24 jam
atau 1.200 ml selama siang hari sedangkan pada orang CKD
produksi urine kurang dari 400 ml/24 jam atau sama sekali
tidak ada produksi urine (anuria) (Debora, 2017).
2) Warna urine pada temuan normal transparan atau jernih dan
temuan pada orang CKD didapatkan warna urine keruh karena
disebabkan oleh pus, bakteri, lemak, fosfat atau urat sedimen
kotor, kecoklatan karena ada darah, Hb, myoglobin, porfirin
(Nuari & Widayati, 2017).
3) Berat jenis untuk urine normal yaitu 1.010-1.025 dan jika <
1.01. menunjukan kerusakan ginjal berat (Nuari & Widayati,
2017).
4) Klirens kreatinin kemungkinan menurun dan untuk nilai
normalnya menurut Verdiansah (2016), yaitu:
5) Laki-laki : 97 mL/menit – 137 mL/menit per 1,73 m2
6) Perempuan : 88 mL/menit – 128 mL/menit per 1,73 m2
7) Protein: derajat tinggi proteinuria (3-4+) menunjukkan
kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen ada. Normalnnya
pada urine tidak ditemukan kandungan protein.
b. Pemeriksaan darah pada penderita CKD menurut Nuari &
Widayati (2017) :
1) BUN meningkat dari keadaan normal 10.0-20.0 mg/dL,
kreatinin meningkat dari nilai normal <0,95mg/dL, ureum lebih
dari nilai normal 21 – 43 mg/dL
2) Hemoglobin biasanya < 7-8 gr/dl
3) SDM menurun dari nilai normal 4.00-5.00, defisiensi
eritopoetin
4) BGA menunjukkan asidosis metabolik, pH <7,2
5) Natrium serum rendah dari nilai normal 136-145 mmol/L
6) Kalium meningkat dari nilai normal 3,5-5 mEq/L atau 3,5-5
mmol/L
7) Magnesium meningkat dari nilai normal 1,8-2,2 mg/dL
8) Kalsium menurun dari nilai normal 8,8-10,4 mg/dL
9) Protein (albumin) menurun dari nilai normal 3,5-4,5 mg/dL
c. Pielografi intravena bisa menunjukkan adanya abnormalitas pelvis
ginjal dan ureter. Pielografi retrograde dilakukan bila muncul
kecurigaan adanya obstruksi yang reversibel. Arteriogram ginjal
digunakan untuk mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskular massa (Haryono, 2013).
d. Ultrasono ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal serta
ada atau tidaknya massa, kista, obstruksi pada saluran perkemihan
bagian atas (Nuari & Widayati, 2017)
e. Biopsi ginjal dilakukan secara endoskopi untuk menentukan sel
jaringan untuk diagnosis histologis (Haryono, 2013).

B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien Anak dengan Chronic


Kidney Disease (CKD)
Keperawatan merupakan kegiatan pemberian asuhan kepada individu,
keluarga, kelompok, atau masyarakat, yang diberikan pun sepanjang rentang
sehat-sakit. Pemberi asuhan keperawatan dilakukan berdasrkan keadaan
kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan, pemberian pelayanan keperawatan
dilakukan dengan menggunakan proses keperawatan. Proses keperawatan
dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia meliputi : pengkajian, diagnosis
keperawatan, rencana keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi
(Kasiati & Rosmalawati, 2016).
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan bagian dari asuhan keperawatan
pada klien baik individu, keluarga, atau kelompok. Pengkajian
keperawatan digunakan sebagai acuan dalam pemenuhan kebutuhan dasar
manusia (Rahayu & Harnanto, 2016). Berikut ini adalah pengkajian
keperawatan :
a. Identitas
Tidak ada spesifikasi khusus untuk kejadian gagal ginjal, namun
laki – laki sering memiliki risiko lebih tinggi terkait dengan pekerjaan
dan pola hidup sehat. Gagal ginjal kronis merupakan periode lanjut
dari insidensi gagal ginjal akut, sehingga tidak berdiri sendiri.
b. Keluhan utama
Keluhan sangat bervariasi, terlebih jika terdapat penyakit skunder
yang menyertai. Keluhan bisa berupa urine output yang menurun
(oliguria) sampai pada anuria, penurunan kesadaran karena komplikasi
pada sistem sirkulasiventilasi, anoreksia, mual dan muntah, napas
berbau urea. Kondisi ini dipicu oleh penumpukan zat sisa metabolisme
toksin dalam tubuh karena ginjal mengalami kegagalan filtrasi.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien CKD biasanya mengalami penurunan output urin,
penurunan kesadaran, perubahan pola napas karena komplikasi dari
gangguan sistem ventilasi, fatigue, perubahan fisiologi kulit, nafas bau
urea. Pada kondisi yang sudah memburuk seperti pada gagal ginjal
tahap akhir yang diperlukan terapi hemodialisa atau transplantasi
ginjal, pasien sering didapati mengalami perubahan dalam segi
psikologinya seperti depresi, cemas merasa tidak berdaya, putus asa.
d. Riwayat penyakit dahulu
Kemungkinan adanya riwayat penyakit DM, nefrosklerosis,
hipertensi, gagal ginjal akut yang tidak tertangani dengan baik,
obstruksi atau infeksi urinarius, penyalahgunaan analgesik.
e. Riwayat penyakit keluarga
Gagal ginjal kronik bukan merupakan penyakit menular dan
menurun, sehingga silsilah keluarga tidak terlalu berpengaruh pada
penyakit ini. Namun penyakit diabetes melitus dan hipertensi memiliki
pengaruh terhadap kejadian penyakit gagal ginjal kronik karena
penyakit tersebut bersifat herediter.
f. Riwayat psikososial
Kondisi ini tidak selalu ada gangguan jika pasien memiliki koping
adaptif. Namun biasanya, perubahan stuktur fungsi tubuh dan
menjalani proses dialisis. Rutinnya tindakan terapi dialisis ini juga
dapat menggangu psikososial pasien yaitu pasien dapat merasakan
keputusasaan dan ketidakberdayaaan akibat ketergantungan pada alat
dialisis. Selain itu, kondisi ini juga dipicu oleh biaya yang dikeluarkan
selama proses pengobatan sehingga klien mengalami kecemasan.
g. Pola fungsi kesehatan
1) Pola aktivitas latihan
Biasanya pasien dengan gagal ginjal kronik mengalami
gangguan aktivitas karena adanya kelemahan otot.
2) Pola nutrisi metabolik
Biasanya pasien dengan CKD mengalami gangguan pada pola
nutrisi, yaitu mual, muntah, anoreksia, yang disertai penurunan
berat badan.
3) Pola eliminasi
Biasanya pasien dengan CKD mengalami gangguan eliminasi,
misalnya oliguria, diare atau konstipasi, dan perut kembung.
4) Pola istrahat tidur
Biasanya pasien dengan CKD mengalami gangguan pola tidur,
sulit tidur dan kadang sering terbangun dimalam hari.
5) Pola Kognitif perseptual
Biasanya pasien dengan CKD memilki komunikasi yang baik
dengan orang lain, pendengaran dan penglihatan baik, dan tidak
menggunakan alat bantu.
6) Pola toleransi-koping stress
Biasanya pasien dengan CKD, dapat menerima keadaan
penyakitnya.
7) Persepsi diri atau konsep diri
Biasanya pasien dengan CKD tidak mengalami gangguan
konsep diri.
8) Pola seksual reproduksi
Biasanya pasien dengan CKD mengalami gangguan ini
sehubungan dengan kelemahan tubuh.
9) Pola hubungan dan peran
Biasanya pasien dengan CKD, memiliki komunikasi yang baik
dengan keluarga, perawat, dokter, dan lingkungan sekitar.
10) Pola nilai dan keyakinan
Biasanya pasien dengan CKD tidak mengalami gangguan
dalam pola nilai dan keyakinan.
h. Pemeriksaan Fisik
1) Kondisi umum dan tanda-tanda vital
2) Kondisi klien CKD biasnaya lemah, tingkat kesadaran
bergantung pada tingkat toksisitas. Pada pemeriksaan tanda-
tanda vital sering didapatkan Respiratory Rate (RR) meningkat
(takipnea), hipertensi atau hipotensi sesuai dengan kondisi
fluktuatif.
3) Pemeriksaan Fisik
a) Kulit, rambut dan kuku
Inspeksi : warna kulit, jar ingan parut, lesi, dan
vaskularisasi. Amati adanya pruritus, dan abnormalitas
lainnya.
Palpasi : palpasi kulit untuk mengetahuin suhu, turgor,
tekstur, edema, dan massa.
b) Kepala
Inpeksi : kesimetrisan muka. Tengkorak, kulit kepala (lesi,
massa).
Palpasi : dengan cara merotasi dengan lembut ujung jari
kebawah dari tengah-tengah garis kepala ke samping.
Untuk mengetahui adanya bentuk kepala pembengkakan,
massa, dan nyeri tekan, kekuatan akar rambut.
c) Mata
Inspeksi : kelopak mata, perhatikan kesimetrisannya. Amati
daerah orbital ada tidaknya edema, kemerahan atau jaringan
lunak dibawah bidang orbital, amati konjungtiva dan sklera
(untuk mengetahui adanya anemis atau tidak) dengan
menarik/membuka kelopak mata. Perhatikan warna, edema,
dan lesi. Inspeksi kornea (kejernihan dan tekstur kornea)
dengan berdiri disamping klien dengan menggunakan sinar
cahaya tidak langsung. Inspeksi pupil, iris.
Palpasi : ada tidaknya pembengkakan pada orbital dan
kelenjar lakrimal.
d) Hidung
Inspeksi : kesimetrisan bentuk, adanya deformitas atau lesi
dan cairan yang keluar.
Palpasi : bentuk dan jaringan lunak hidung adanya nyeri,
massa, penyimpangan bentuk.
e) Telinga
Inspeksi : amati kesimetrisan bentuk, dan letak telinga,
warna, dan lesi.
Palpasi : kartilago telinga untuk mengetahui jaringan lunak,
tulang teling ada nyeri atau tidak.
f) Mulut dan faring
Inspeksi : warna dan mukosa bibir, lesi dan kelainan
kongenital, kebersihan mulut, faring.
g) Leher
Inspeksi : bentuk leher, kesimetrisan, warna kulit, adanya
pembengkakan, jaringan parut atau massa.
Palpasi : kelenjar limfa/kelenjar getah bening, kelenjar
tiroid.
h) Thorak dan tulang belakang
Inspeksi : kelainan bentuk thorak, kelainan bentuk tulang
belakang, pada wanita (inspeksi payudara: bentuk dan
ukuran).
Palpasi : ada tidaknya krepitus pada kusta, pada wanita
(palpasi payudara: massa)
i) Paru posterior, lateral, inferior
Inspeksi : kesimetrisan paru, ada tidaknya lesi.
Palpasi : dengan meminta pasien menyebutkan angka misal
7777. Bandingkan paru kanan dan kiri. Pengembangan paru
dengan meletakkan kedua ibu jari tangan ke prosesus
xifoideus dan minta pasien bernapas panjang.
Perkusi : dari puncak paru kebawah (suprakapularis/3-4 jari
dari pundak sampai dengan torakal 10), catat suara perkusi:
sonor/hipersonor/redup.
Auskultasi : bunyi paru saat inspirasi dan aspirasi
(vesikuler, bronchovesikuler, bronchial, tracheal: suara
abnormal wheezing, ronchi, krekels).
j) Jantung dan pembuluh darah
Inspeksi : titik impuls maksimal, denyutan apikal
Palpasi : area orta pada intercostae ke-2 kiri, dan pindah
jarijari ke intercostae 3, dan 4 kiri daerah trikuspidalis, dan
mitral pada intercostae 5 kiri. Kemudian pindah jari dari
mitral 5-7 cm ke garis midklavikula kiri.
Perkusi : untuk mengetahui batas jantung (atas-bawah,
kanankiri).
Auskultasi : bunyi jantung I dan II untuk mengetahui
adanya bunyi jantung tambahan
k) Abdomen
Inspeksi : ada tidaknya pembesaran, datar,
cekung/cembung, kebersihan umbilikus.
Palpasi : epigastrium, lien, hepar, ginjal
Perkusi : 4 kuadran (timpani, hipertimpani, pekak)
Auskultasi : 4 kuadaran (peristaltik usus diukur dalam 1
meni, bising usus)
l) Genitalia
Inspeksi : inspeksi anus (kebersihan, lesi, massa
perdarahan) dan lakukan tindakan rectal touch (khusus laki-
laki untuk mengetahui pembesaran prostat), perdarahan,
cairan, dan bau.
Palpasi : skrotum dan testis sudah turun atau belum.
m) Ekstremitas
Inspeksi : kesimetrisan, lesi, massa. Palpasi : tonus otot,
kekuatan otot. Kaji sirkulasi : akral hangat/dingin, warna,
Capillary Refiil Time (CRT). Kaji kemampuan pergerakan
sendi.
Kaji reflek fisiologis : bisep, trisep, patela, arcilles.
Kaji reflek patologis : reflek plantar. Palpasi adanya edema
pada ekstremitas
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial (PPNI, 2017).
Diagnosis kepewatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
penyakit CKD berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI) yaitu :
a. Diagnosis gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan
ventilasi – perfusi d.d dispnea, PCO2 meningkat/menurun, PO2
menurun, takikardia, pH arteri meningkat/menurun, bunyi napas
tambahan
b. Diagnosis hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi d.d
ortopnea, dispnea, paroxysmal nocturnal dyspnea, edema anasarka
dan/atau edema perifer, berat badan meningkat dalam waktu
singkat, JVP dan atau CVP meningkat, reflek hepatojugular positif.
c. Diagnosis perfusi perifer tidak efektif d.d penurunan konsentrasi
hemoglobin
d. Diagnosis gangguan integritas kulit dan jaringan b.d perubahan
sirkulasi
e. Diagnosis nausea b.d ganguan biokimia (uremia)
f. Diagnosis defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien
g. Diagnosis ketidakpatuhan b.d program terapi kompleks dan/atau
lama
h. Diagnosis gangguan mobilitas fisik b.d perubahan metabolisme
i. Diagnosis resiko gangguan perfusi renal d.d hiperglikemia
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan SLKI (Standar Luaran
Keperawatan Idonesia) sebagai tujuan dan kriteria hasil . Perencanaan
disusun juga berdasarkan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan) .
Intervensi adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran
(outcome) yang diharapkan (PPNI, 2018).
DIAGNOSA PERENCANAAN
KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA TINDAKAN
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan asuhan TERAPI OKSIGEN (I.01026)
b.d ketidakseimbangan keperawatan dalam waktu Observasi
ventilasi – perfusi d.d tertentu diharapkan - Monitor kecepatan aliran oksigen
dispnea, PCO2 pertukaran gas pasien - Monitor posisi alat terapi oksigen
meningkat/menurun, PO2 dapat meningkat dengan - Monitor aliran oksigen secara periodic dan pastikan fraksi yang diberikan
menurun, takikardia, pH kriteria hasil cukup
arteri meningkat/menurun, - Dyspnea menurun - Monitor efektifitas terapi oksigen (mis. oksimetri, analisa gas darah ),
bunyi napas tambahan - Bunyi napas jika perlu
tambahan menurun - Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat makan
- Pusing menurun - Monitor tanda-tanda hipoventilasi
- Gelisah menurun - Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan atelektasis
- PCO2 membaik - Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
- P02 membaik - Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen
- Pola napas membaik Terapeutik
- Bersihkan secret pada mulut, hidung dan trachea, jika perlu
- Pertahankan kepatenan jalan nafas
- Berikan oksigen tambahan, jika perlu
- Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi
- Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengat tingkat mobilisasi pasien
Edukasi
- Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen dirumah
Kolaborasi
- Kolaborasi penentuan dosis oksigen
- Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau tidur
Hipervolemia b.d gangguan Setelah dilakukan asuhan MANAJEMEN HIPERVOLEMIA (I.03114)
mekanisme regulasi d.d keperawatan dalam waktu Observasi
ortopnea, dispnea, tertentu diharapkan - Periksa tanda dan gejala hypervolemia
paroxysmal nocturnal Keseimbangan Cairan - Identifikasi penyebab hypervolemia
dyspnea, edema anasarka pasien dapat meningkat - Monitor status hemodinamik, tekanan darah, MAP, CVP, PAP, PCWP,
dan/atau edema perifer, dengan kriteria hasil : CO jika tersedia
berat badan meningkat - Asupan cairan - Monitor intaje dan output cairan
dalam waktu singkat, JVP menurun (1) - Monitor tanda hemokonsentrasi ( kadar Natrium, BUN, hematocrit, berat
dan atau CVP meningkat, - Haluaran urin jenis urine)
reflek hepatojugular positif. meningkat (5) - Monitor tanda peningkatan tekanan onkotik plasma
- Kelembapan membran - Monitor kecepatan infus secara ketat
mukosa meningkat (5) - Monitor efek samping diuretik
- Asupan makanan Therapeutik
meningkat (5) - Timbang berat bada setiap hari pada waktu yang sama
- Edema menurun(5) - Batasi asupan cairan dan garam
- Tekanan darah - Tinggikan kepala tempat tidur 30-40 derajat
membaik (5) Edukasi
- Denyut nadi radial - Anjurkan melapor jika haluaran urine <0.5 ml/kg/jam dalam 6 jam
membaik (5) - Anjurkan melapor jika BB bertambah > 1 kg dalam sehari
- Turgor kulit membaik - Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluaran cairan
(5) - Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian diuritik
- Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuretic
- Kolaborasi pemberian continuous renal replacement therapy
Perfusi perifer tidak efektif Setelah dilakukan asuhan Transusi Darah (I.02089)
d.d penurunan konsentrasi keperawatan dalam waktu Observasi
hemoglobin tertentu diharapkan - Identifikasi rencana transfusi
perfusi perifer pasien - Monitor tanda – tanda vital sebelum, selama, dan sesudah transfusi
dapat meningkat dengan - Monitor tanda dan kelebihan cairan
kriteria hasil : Terapeutik
- Denyut nadi perifer - Double check label darah
meningkat - Periksa kepatenan akses intravena, flebitis, dan identitas pasien
- Warna kulit pucat - Hentikan transfuse jikka terdapat reksi transfuse
menurun - Dokumentasikan tanggal, wkatu, jumlah darah, durasi, dan respon
- Edema perifer transfusi.
menurun Edukasi
- Parastesia menurun - Jelaskan tujuan dan prosedur transfusi
- Pengisian kapiler - Jelaskan tanda dan gejala reaksi transfuse yang perlu dilaporkan seperti
membaik gatal, pusing, sesak nafas, atau nyeri dada
- Akral memaik
- Turgor kulit membaik
Nausea b.d ganguan Setelah dilakukan asuhan MENEJEMEN MUAL (I. 03117)
biokimia (uremia) keperawatan dalam waktu Observasi
tertentu diharapkan - Identifikasi pengalaman mual
tingkat nausea pasien - Identifikasi isyarat nonverbal ketidak nyamanan (mis. Bayi, anak-anak,
dapat menurun dengan dan mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif)
kriteria hasil : - Identifikasi dampak mual terhadapkualitas hidup (mis. Nafsu makan,
- Nafsu makan aktivitas, kinerja, tanggung jawab peran, dan tidur)
meningkat - Identifikasi faktor penyebab mual (mis. Pengobatan dan prosedur)
- Keluhan mual - Identifikasi antiemetik untuk mencegah mual (kecuali mual pada
menurun kehamilan)
- Perasaan ingin muntah - Monitor mual (mis. Frekuensi, durasi, dan tingkat keparahan)
menurun - Monitor asupan nutrisi dan kalori
- Perasaan sensasi asam Terapeutik
di mulut menurun - Kendalikan faktor lingkungan penyebab mual (mis. Bau tak sedap,
- Diaphoresis menurun suara, dan rangsangan visual yang tidak menyenangkan)
- Pucat membaik - Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual (mis. Kecemasan,
ketakutan, kelelahan)
- Berikan makan dalam jumlah kecil dan menarik
- Berikan makanan dingin, cairan bening, tidak berbau dan tidak
berwarna, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
- Anjurkan sering membersihkan mulut, kecuali jika merangsang mual
- Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendah lemak
- Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi mual
(mis. Biofeedback, hipnosis, relaksasi, terapi musik, akupresur)
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan
intervensi keperawatan yang telah direncanakan berdasarkan diagnosis
yang dirumuskan.
5. Evaluasi Keperawatan
Tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaanya sudah berhasil dicapai. Meskipun tahap evaluasi diletakkan
pada akhir proses keperawatan, evaluasi merupakan bagian integral pada
setiap tahap proses keperawatan.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : Senin 31 Oktober 2022
Waktu : 13.00
Sumber Data : Pasien, Keluarga, dan Rekam Medik
Metode : Wawancara, observasi, dan studi dokumen
Tempat : Padmanaba Timur RSUP Dr. Sardjito
Dikaji oleh : Aly Sahid Saifullah dan Nur Aini
1. Identitas Pasien
Nama : An. A
Tanggal Lahir : 21 Oktober 2006
Umur : 16 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan :-
Suku Bangsa : Jawa
Diagnosis Medis : CKD (Chronic Kidney Disease)
Tanggal Masuk RS : 15 Oktober 2022 (19.50 WIB)
Alamat : Bumi Ayu Brebes
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. B
Umur : 42 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Bumi Ayu Brebes
Hubungan dengan Pasien : Ayah kandung
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Pasien
1) Keluhan Utama saat Pengkajian
Klien mengeluh Pegal pada leher dan badan karena belum bisa
bangun, klien juga mengeluh batuk dan lemas. Ayah pasien mengatakan
apakah anaknya bisa sembuh agar bisa cepat pulang karena ibu dan adik
nya yang berusia 1 tahun dan 5 tahun di tinggal di rumah, ayah pasien
juga memikirkan biaya kehidupan karena selama anak sakit ayah tidak
bekerja karena mendampingi anak dirumah sakit.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Alasan masuk RS
Klien di rujuk dari RSUD Banyumas dengan keluhan kaki
bengkak, pusing, dan sesak napas.
b) Riwayat kesehatan pasien
Pasien mengatakan telah dirawat kurang lebih 15 hari di RSUP
Dr. Sardjito, bengkak di kakinya belum menyusut.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Ayah klien mengatakan klien sebelumnya sehat dan tidak pernah
dirawat di rumah sakit sebelumnya.
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
1) Genogram
2) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ayah klien mengatakan keluarganya tidak ada yang memiliki
penyakit serupa dengan klien.
1. Kesehatan Fungsional
a. Nutrisi-Metabolic
Sebelum masuk RS klien makan 3x/hari dengan porsi sedang dan selalu
habis. Selama dirawat di RS pasien mau makan dan minum sesuai dengan
makanan yang diberikan dan porsi makan tidak habis, ¼ porsi karena tidak
nafsu makan
b. Eliminasi
Sebelum masuk RS, BAB klien lancer dengan frekuensi 1-2 kali sehari,
BAK lancar dengan frekuensi 3-4 kali sehari berwarna kuning.
Saat dirawat di RS, klien BAB dan BAK sama seperti sebelum sakit (lancar)
c. Aktivitas/latihan
1) Keadaan aktivitas sehari-hari
Sebelum masuk RS, pasien melakukan aktivitas sehari-harinya di
rumah dan disekolah mengikuti ekstrakulikuler yang ada disekolah. Saat
dirawat di RS klien lebih sering tidur di kasur karena lemah dan kaki
bengkak
2) Keadaan pernafasan
Pasien mengtakan tidak merasa sesak napas. Ayah pasien
mengatakan tidak ada masalah dengan pernapasan pasien. Frekuemnsi
napas 21x/menit
3) Keadaan kardiovaskuler
Ayah pasien mengatakan sebelum dan selama sakit pasien tidak ada
didiagnosis mengalami gangguan pada jantungnya.
4) Skala ketergantungan
No Item yang dinilai Skor Nilai
31 Okt 2022
1 Makan 0 = Tidak mampu 0
1 = Butuh bantuan (memotong lauk)
2 = Mandiri
2 Mandi 0 = Tergabtung orang lain 0
1 = Mandiri
3 Perawatan diri 0 = Membutuhkan bantuan 0
1 = Mandiri
4 Berpakaian 0 = Tergantung orang lain 0
1 = Sebagian dibantu
2 = Mandiri
5 BAK 0=Inkontenensia pakai kateter dan 2
tidak terkontrol
1= Kadang inkontenensia
2=Kontenensia/teratur
6 BAB 0 = Inkontenensia 2
1= Kadang inkontenensia
2 = Kontenensia
7 Penggunaan toilet 0= Tergantung bantuan orang lain 0
1 = Membutuhkan bantuan sebagian
2 = Mandiri
8 Transfer 0 = Tidak mampu 2
1 = Butuh bantuan untuk bisa duduk
(2 orang)
2 = Bantuam kecil (1 orang)
3 = Mandiri
9 Mobilitas 0 = Tidak mampu 0
1=Menggunakan kursi roda
2 = Berjalan dengan bantuan 1
orang
3 = Mandiri
10 Naik turun tangga 0 = Tidak mampu 0
1 = Membutuhna alat bantu
2 = Mandiri
Total skor 6
Keterangan : Ketergantungan total
d. Keyakinan dan Nilai
Klien beragama Islam, apabila akan makan dan tidur dibimbing
berdoa oleh ayahnya
e. Reproduksi dan Kesehatan
Ayah pasien mengatakan sebelum dan selama sakit pasien tidak
ada didiagnosis mengalami gangguan pada organ reproduksinya
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran : Compos mentis
2) Status Gizi
TB:151 cm, BB:51 kg, IMT:22,4 (Baik)
3) Tanda Vital
TD:130/70, N:105x/menit, RR:20x/menit, SpO2 : 99%, S:36
b. Pemeriksaan Sacara Sistemik
1) Kepala
Bentuk kepala bulat, kulit kepala bersih dan tidak terdapat
benjolan, dan rambut panjang
2) Leher
Tampak simetris dan tidak ada otot bantu pernapasan
3) Dada
Inspeksi : Dada simetris, tidak ada lesi,tidak ada retaksi
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Suara sonor di area pari-paru
Auskultasi : Suara napas vesikuler
4) Punggung
Kulit sawo matang sedikit pucat, tidak ada lesi dan tidak ada
dekubitus
5) Abdomen
Inspeksi : Simetris, sedikit kembung
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Bising usus terdengar 13x
Auskultasi : Suara tympani
6) Ekstermitas
Atas : ekstermitas lengkap, sedkit bengkak, CRT < 2 detik, ada
edema dan terpasang infus di tangan kanan
Bawah : ekstermitas lengkap, CRT < 2 detik, bengkak pada kedua
kaki, tidak ada luka
Pengkajian Resiko Jatuh
Parameter Kriteria Nilai Skor
Usia < 3 tahun 4
3 – 7 tahun 3 1
7 – 13 tahun 2
≥ 13 tahun 1
Jenis Kelamin Laki-laki 2 1
Perempuan 1
Diagnosis Diagnosis neurologi 4
Perubahan oksigenasi (diagnosis 3 1
respiratorik, dehidrasi, anemia,
anoreksia, sinkop, pusing dsb)
Gangguan perilaku / psikiatri 2
Diagnosis lainnya 1
Gangguan Tidak menyadari keterbatasan 3
kognitif dirinya

Lupa akan adanya keterbatasan 2 1


Orientasi baik terhadap diri sendiri 1
Faktor Riwayat jatuh / bayi diletakkan di 4
lingkungan tempat tidur dewasa
Pasien menggunakan alat bantu / 3 2
bayi diletakkan dalam tempat tidur
bayi / perabot rumah
Pasien diletakkan di tempat tidur 2
Area di luar rumah sakit 1
Pembedahan/ Dalam 24 jam 3
Sedasi/ anestesi
Dalam 48 jam 2 3
> 48 jam atau tidak menjalani 1
pembedahan/sedasi/anestesi
Penggunaan Penggunaan multipel: sedatif, obat 3
medikamentosa hipnosis, barbiturat, fenotiazin,
antidepresan, pencahar, diuretik,
narkose
Penggunaan salah satu obat di atas 2 2
Penggunaan medikasi lainnya / tidak 1
ada medikasi
Jumlah skor 11
Skor asesment risiko jatuh : (skor minimun 7, skor maksimum 23)
Skor 7-11 : risiko rendah
Skor >12 : risiko tinggi
Jadi, hasil pengkajian humty dumpty diperoleh skor 11 yaitu risiko
tinggi rendah
3. Pemeriksaan Penunjang
Tgl.
Jenis Pemeriksaan Hasil Normal
Pemeriksaan
30-10-2022 Hematologi
Darah lengkap :
Eritrosit 3.99 10^6/µL 4.00-5.40
Hemoglobin 11,3 g/dL 12.0-15.0
Hematokrit 34,4 .0 % 35.0-49.0
MCV 86,2 fl 80.0-94.0
MCH 28,3 pg 26.0-32.0
MCHC 32,8g/dL 32.0-36.0
RDW-SD 45,6 fl 335.0-47.0
RDW-CV 14,5 % 11.0-14.5
NRBC#% 0,0% 0.0-0.0
NRBC# 0,00 10^3/µL 0.00-0.00
Leukosit 1,8 10^3/µL 4.50-11.50
Trombosit 131 10^3/µL 150-450
MPV 11,7 Fl 7.2-11.1
PDW 12,4 Fl 9.0-13.0
PCT 0,15% 0.17-0.35
P-LCR 35,5% 15.0-25.0
Fungsi hati
SGOT/AST 19 U/L
SPGT/ALT 5 U/L
Fungsi ginjal
BUN 19 mg/dl
Kreatinin 2,54 mg/dl
Analisa Gas Darah
Temperatur 37
FIO2 0.21
Ph 7.377 7.350 – 7.450
PCO2 45.8 mmHg 32.0 – 48.0
Po2 47.2 mmHg 83.0 – 108.0
SO2% 81.4 % 94.0 – 98.0
CHC03- 26.3 mmil/L 22.0 – 26.0

4. Rencana Program Terapi


Hari/Tgl Obat Dosis dan Satuan Rute
31-10-2022 Fluconazole inf 2 mg/mL, 100 mL iv
Ceftriaxon 1 g (400 mg/12 jam) iv
Bactoderm cr 2%, 10 g 2 dd ue obat luar

1-11-2022 Fluconazole inf 2 mg/mL, 100 mL iv


Ceftriaxon 1 g (400 mg/12 jam) iv
Bactoderm cr 2%, 10 g 2 dd ue Obat luar
2-11-2022 Fluconazole inf 2 mg/mL, 100 mL iv
Ceftriaxon 1 g (400 mg/12 jam) iv
Bactoderm cr 2%, 10 g 2 dd ue Obat luar
B. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
DS : Kelemahan Defisit Perawatan Diri
- Pasien mengatakan tidak mampu melakukan perawatan diri seperti
mandi secara mandiri
- Ayah pasien mengatakan bahwa pasien kadang mandi kadang tidak
DO :
- Pasien tampak lemah
- Di tubuh pasien terdapat beberapa bekas tempelan plester yang
mengering karena lamanya pasien di RS
DS : Ketidakbugaran fisik Gangguan Mobilitas Fisik
- Pasien mengatakan badannya kaku dan pegal
- Pasien mengatakan sulit bangun dari posisi tidur karena kaki dan
tangannya bengkak
DO :
- Pasien tampak lemas
DS: Krisis situasional Ansietas
- pasien mengatakan cemas karena sudah 1 minggu tidak masuk kelas
- ayah pasien mengatakan bisakah anaknya sembuh agar bisa pulang
- ayah pasien mengatakan pusing
DO:
- pasien tampak gelisah
- ayah pasien tampak khawatir dengan kondisi anaknya
- muka pasien tampak pucat
DS: Kurang terpapar informasi Defisit Pengetahuan tentang
- Pasien mengatakan bahwa dia di sekolah sering jajan cilor, cilok, batagor proses penyakit dan pola
dan sejenisnya hampir setiap hari nutrisi yang baik dan seimbang
- Pasien mengatakan bahwa penyakit yang dialaminya salah satunya pada orang dengan CKD
disebabkan oleh kebiasaannya yang sering jajan sembarangan hampir
setiap hari di sekolah
- Pasien bertanya tentang proses terjadinya penyakit yang dia alami dan
hubungannya dengan kebiasaan jajannya
DO:
- pasien tampak gelisah
- pasien tampak bingung
DS : Gangguan mekanisme Hipervolemia
- Pasien mengatakan kaki dan tangannya bengkak regulasi
DO :
- Ada edema dibagian ektremitas atas dan bawah
- Hb pasien turun ke 11,3 g/dL
- BUN 19 mg/dL
- Kreatinin 2,54 mg/dL
C. Diagnosis Keperawatan Berdasarkan Prioritas
1. Hipervolemia b.d. Gangguan mekanisme regulasi
2. Defisit Perawatan Diri b.d. Kelemahan
3. Gangguan Mobilitas Fisik b.d. Ketidakbugaran fisik
4. Ansietas b.d. Krisis situasional
5. Defisit Pengetahuan tentang proses penyakit dan pola nutrisi yang baik dan seimbang pada orang dengan CKD b.d. Kurang
terpapar informasi
D. Perencanaan Asuhan Keperawatan
Perencanaan
Hari/Tanggal Diagnosis Keperawatan
Tujuan Rencana Intervensi
Senin, 31 Oktober Hipervolemia b.d. Setelah dilakukan perawatan Manajemen Hipervolemia
2022 Gangguan mekanisme selama 3x24 jam diharapkan Observasi
regulasi keseimbangan cairan pasien - Periksa tanda dan gejala
membaik dengan kriteria hasil : hipervolemi
- Asupan cairan cukup - Identifikasi penyebab
- Haluaran urine meningkat hipervolemia
- Kelembaban membran - Monitor status hemodinamik
mukosa meningkat - Monitor intake dan output cairan
- Edema menurun - Monitor kecepatan infus secara
- Turgor kulit membaik ketat
Terapeutik
- Batasi asupan cairan dan garam
- Tinggikan kepala tempat tidur
Edukasi
- Ajarkan cara mengukur dan
mencatat asupan dan haluaran
cairan
- Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian diuretik
Ansietas b.d. Krisis Setelah dilakukan perawatan Reduksi Ansietas
situasional selama 1x8 jam diharapkan tingkat Observasi
ansietas pasien dan keluarga - Identifikasi saat tingkat ansietas
menurun dengan kriteria hasil : berubah
- Verbalisasi kebingungan - Identifikasi kemampuan
menurun mengambil keputusan
- Verbalisasi khawatir dengan - Monitor tanda ansietas
kondisi yang dihadapi Terapeutik
menurun - Ciptakan suasana terapeutik
- Perilaku gelisah menurun untuk menumbuhkan
kepercayaan
- Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan
- Pahami situasi yang membuat
ansietas
- Dengarkan dengan penuh
perhatian
- Diskusikan perencanaan realistis
tentang peristiwa yang akan
datang
Edukasi
- Latih teknik relaksasi
- Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
- Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien
- Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
Defisit Pengetahuan tentang Setelah dilakukan perawatan Edukasi Kesehatan
proses penyakit dan pola selama 1x8 jam diharapkan tingkat Observasi
nutrisi yang baik dan pengetahuan pasien membaik - Identifikasi kesiapan menerima
seimbang pada orang dengan kriteria hasil : informasi
dengan CKD b.d. Kurang - Verbalisasi minat dalam Terapeutik
terpapar informasi belajar meningkat - Sediakan materi pendidikan
- Kemampuan menjelaskan kesehatan
pengetahuan tentang suatu - Berikan kesempatan bertanya
topik meningkat Edukasi
- Pertanyaan tentang masalah - Jelaskan tentang penyakit CKD
yang dihadapi menurun serta perjalanan penyakitnya
- Kemampuan menggambarkan - Jelaskan nutrisi yang dibutuhkan
pengalaman sebelumnya yang maupaun dibatasi untuk anak
sesuai dengan topik meningkat dengan CKD
Selasa, 1 Gangguan Mobilitas Fisik Setelah dilakukan perawatan Dukungan Mobilisasi
November 2022 b.d. Ketidakbugaran fisik selama 3x24 jam diharapkan - Mengidentifikasi adanya nyeri
mobilitas fisik pasien meningkaat atau kebutuhan fisik lainya
dengan kriteria hasil : - Memonitor kondisi umum selama
- Pergerakan ekstremitas melakukan mobilisasi
meningkat - Memfasilitasi aktivitas mobilisasi
- Rentang gerak meningkat dengan alat bantu (pagar tempat
- Kelemahan fisik menurun tidur)
- Kaku sendi menurun - Memfasilitasi melakukan
pergerakan
- Melibatkan keluarga dalam
membantu pasien melakukan
pergerakan
- Menjelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi
- Mengajarkan mobilisasi
sederhana setiap hari (miring
kanan-kiri, duduk ditempat tidur)
Defisit Perawatan Diri b.d. Dukungan Perawatan Diri
Kelemahan - Mengidentifikasi kebiasaan
aktivitas perawatan diri sesuai
usia
- Mengidentifikasi kebutuhan
pserawatan diri
(berpakaian,berhias,berhias,
keramas, dan mandi)
- Menyediakan lingkungan yang
aman dan nyaman
- Menyediakan keperluan
perawatan diri (mandi: sabun,
handuk, baskom,air hangar)
- Memberikan bantuan sesuai
kebutuhan
- Menganjurkan melakukan
perawatab diri secara konsisten
sesuai kemampuan
- Mengajarkan keluarga
memandikan pasien

E. Implementasi dan Evaluasi Asuhan Keperawatan


No Hari/Tanggal Diagnosis Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1 Senin, 31 Oktober Defisit - Mengidentifikasi kesiapan S : Pasien dan keluarga mengatakan paham dengan apa yang telah
2022 Pengetahuan menerima informasi diedukasikan serta bersedia pelan-pelan beradaptasi dengan pola
14.00 WIB tentang proses - Menyediakan materi hidup yang harus dijalani oleh anak dengan CKD
penyakit CKD pendidikan kesehatan O : Pasien dan keluarga dpat menyebutkan scara garis besar tentang
dan kebutuhan - Memberikan kesempatan proses penyakit CKD dan kebutuhan nutisinya
nutrisinya bertanya A : Masalah defisit pengetahuan teratasi
- Menjelaskan tentang P : Hentikan intervensi
penyakit CKD serta
perjalanan penyakitnya TTD
- Menjelaskan nutrisi yang Aly
dibutuhkan maupaun
dibatasi untuk anak dengan
CKD
2 Selasa, 1 Ansietas - Mengidentifikasi saat S :
November 2022 tingkat ansietas berubah - Pasien mengatakan rasa khawatir dengan kondisi anaknya
- Mengidentifikasi sudah berkurang
kemampuan mengambil - Pasien mengatakan sudah tau teknik relaksasi
keputusan O:
- Memonitor tanda ansietas - Pasien tampak tidak gelisah
- Menciptakan suasana - Pasien mampu mengambil keputusan dengan baik
terapeutik untuk A : Masalah ansietas teratasi
menumbuhkan P : Hentikan intervensi
kepercayaan TTD
- Menemani pasien untuk Aini
mengurangi kecemasan
- Memahami situasi yang
membuat ansietas
- Mendengarkan dengan
penuh perhatian
- Mendiskusikan
perencanaan realistis
tentang peristiwa yang
akan datang
- Melatih teknik relaksasi
- Menganjurkan
mengungkapkan perasaan
dan persepsi
3 Senin, 31 Oktober Hipervolemia - Periksa tanda dan gejala S :
2022 hipervolemi - Pasien mengatakan kaki dan tangannya masih bengkak
08.30 WIB - Identifikasi penyebab - Pasien mengatakan sudah bisa mengukur dan mencatat asupan
hipervolemia dan haluaran cairan
- Monitor status O :
hemodinamik - Terdapat edema di kaki dan tangan pasien
- Monitor kecepatan infus - Posisi kepala ditinggikan
secara ketat - Hb pasien turun ke 11,3 g/dL
- Tinggikan kepala tempat - BUN 19 mg/dL
tidur - Kreatinin 2,54 mg/dL
- Ajarkan cara mengukur dan A : Masalah Hipervolemia teratasi sebagian
mencatat asupan dan P : Lanjutkan intervensi
haluaran cairan - Monitor kecepatan infus secara ketat
- Ajarkan cara membatasi - Monitor intake dan output cairan pasien
cairan TTD
Aly
Selasa, Hipervolemia - Periksa tanda dan gejala S :
1 November 2022 hipervolemi - Pasien mengatakan kaki dan tangannya masih bengkak dan
15.00 WIB - Monitor kecepatan infus seperti tidak berkurang
secara ketat O:
- Monitor intake dan output - Terdapat edema di kaki dan tangan pasien
cairan - Intake cairan 350 ml dan Output 191 ml (24 jam)
- IWL : 410 cc/24 jam
- Terpasang syringe pump masuk cairan furosemide 3.7 ml per
jam
A : Masalah Hipervolemia teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor kecepatan infus secara ketat
- Monitor intake dan output cairan pasien
TTD
Aly
Rabu, Hipervolemia - Periksa tanda dan gejala S :
3 November 2022 hipervolemi - Pasien mengatakan kaki dan tangannya masih bengkak tapi
10.00 WIB - Monitor kecepatan infus sudah berkurang sedikit
secara ketat O:
- Monitor intake dan output - Edema sedikit berkurang
cairan - Intake Cairan : 500 cc Output : 252 cc (24 jam)
- IWL : 510 cc/24 jam
- Terpasang syringe pump masuk cairan furosemide 3.7 ml per
jam
A : Masalah Hipervolemia teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor kecepatan infus secara ketat
- Monitor intake dan output cairan pasien
TTD
Aly
Kamis, Hipervolemia - Periksa tanda dan gejala S :
3 November 2022 hipervolemi - Pasien mengatakan kaki dan tangannya belum berkurang lagi
21.30 WIB - Monitor kecepatan infus bengkaknya
secara ketat O:
- Monitor intake dan output - Edema masih ada pada ekstremitas
cairan - Intake Cairan : 952 cc Output : 121 cc (24 jam)
- IWL : 510 cc/24 jam
- Terpasang syringe pump masuk cairan furosemide 3.7 ml per
jam
A : Masalah Hipervolemia teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor kecepatan infus secara ketat
- Monitor intake dan output cairan pasien
TTD
Aly
4 Selasa, Defisit - Mengidentifikasi kebiasaan S :
1 November 2022 Perawatan Diri aktivitas perawatan diri - Ayah pasien mengatakan senang dibantu melakukan
06.30 WIB sesuai usia perawatan diri (mandi) pasien
- Mengidentifikasi kebutuhan - Ayah pasien mengatakan belum bisa melakukan perawatan
pserawatan diri diri pasien sendiri
(berpakaian,berhias,berhias, - Ayah pasien mengatakan akan melakukan perawatan diri
keramas, dan mandi) pasien (mandi) satu kali sehari
- Menyediakan lingkungan O :
yang aman dan nyaman - Tubuh pasien bersih
- Menyediakan keperluan - Tubuh pasien harum
perawatan diri (mandi: - Pasien tampak lebih rileks dan nyaman setelah dimandikan
sabun, handuk, baskom,air A : Masalah perawatan diri pasien teratasi sebagian
hangar) P:
- Memberikan bantuan sesuai - Melakukan perawatan diri (cuci rambut)
kebutuhan - Mempertahankan kebersihan diri
- Menganjurkan melakukan TTD
perawatab diri secara Aini
konsisten sesuai
kemampuan
- Mengajarkan keluarga
memandikan pasien

Kamis, Defisit - Mengidentifikasi kebiasaan S :


3 November 2022 Perawatan Diri aktivitas perawatan diri - Ayah pasien mengatakan senang dibantu melakukan
09.00 WIB sesuai usia perawatan diri (keramas) pasien
- Mengidentifikasi kebutuhan - Ayah pasien mengatakan belum bisa melakukan perawatan
pserawatan diri diri pasien sendiri
(berpakaian,berhias,berhias, - Ayah pasien mengatakan akan melakukan perawatan diri
keramas, dan mandi) pasien (keramas) satu kali dua hari
- Menyediakan lingkungan O :
yang aman dan nyaman - Rambut pasien bersih
- Menyediakan keperluan - Rambut pasien harum
perawatan diri (keramas - Pasien tampak lebih rileks dan nyaman setelah di keramas
shampo, handuk kecil, A : Masalah perawatan diri pasien teratasi
perlak, sisir) P: Lanjutkan intervensi
- Memberikan bantuan sesuai Mempertahankan kebersihan diri
kebutuhan
- Menganjurkan melakukan
TTD
perawatab diri secara
Aini
konsisten sesuai
kemampuan
- Mengajarkan keluarga cara
cuci rambut pasien

5 Selasa, Gangguan Dukungan Mobilisasi S:


1 November 2022 Mobilitas Fisik - Mengidentifikasi adanya - An.A mengatakan kaki serasa kebas
07.30 WIB nyeri atau kebutuhan fisik - Klien mengatakan belum bisa miring kanan-kiri, duduk secara
lainya sendiri
- Memonitor kondisi umum - Ayah pasien megatakan akan melatih anak mobilisasi
selama melakukan sederhana setiap hari
mobilisasi O:
- Memfasilitasi aktivitas - Pasien tampak belum bisa melakukan mobilisasi secara
mobilisasi dengan alat mandiri
bantu (pagar tempat tidur) - Pasien tampak meringis ketika melakukan pergerakan
- Memfasilitasi melakukan - Pasien tampak berusaha melakukan mobilisasi
pergerakan A: Masalah gangguan mobilitas fisik belum teratasi
- Melibatkan keluarga dalam P: Lanjutkan intervensi
membantu pasien - Mengidentifikasi adanya nyeri atau kebutuhan fisik lainya
melakukan pergerakan - Memonitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
- Menjelaskan tujuan dan - Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (pagar
prosedur mobilisasi tempat tidur)
- Mengajarkan mobilisasi - Memfasilitasi melakukan pergerakan
sederhana setiap hari - Menjelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
(miring kanan-kiri, duduk - Mengajarkan mobilisasi sederhana setiap hari (miring kanan-
ditempat tidur) kiri, duduk ditempat tidur)
TTD
Aini
Rabu, Gangguan - Mengidentifikasi adanya S :
2 November 2022 mobilitas fisik nyeri atau kebutuhan fisik - An.A mengatakan kaki serasa kebas
07.30 WIB lainya - Klien mengatakan bisa miring kanan-kiri secara sendiri
- Memonitor kondisi umum - Ayah pasien megatakan akan melatih anak mobilisasi
selama melakukan sederhana setiap hari
mobilisasi O:
- Memfasilitasi aktivitas - Pasien tampak bisa melakukan mobilisasi sederhana (miring
mobilisasi dengan alat kanan kiri sendiri)
bantu (pagar tempat tidur) - Pasien tampak sedikit meringis ketika melakukan
- Memfasilitasi melakukan pergerakan
pergerakan - Pasien tampak berusaha melakukan mobilisasi
- Menjelaskan tujuan dan A: Masalah gangguan mobilitas fisik teratasi sebagian
prosedur mobilisasi P: Lanjutkan intervensi
- Mengajarkan mobilisasi - Mengidentifikasi adanya nyeri atau kebutuhan fisik lainya
sederhana setiap hari - Memonitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
(miring kanan-kiri, duduk - Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (pagar
ditempat tidur) tempat tidur)
- Memfasilitasi melakukan pergerakan
- Mengajarkan mobilisasi sederhana setiap hari (miring kanan-
kiri, duduk ditempat tidur)
TTD
Aini
Kamis, Gangguan - Mengidentifikasi adanya S :
3 November 202 mobilitas fisik nyeri atau kebutuhan fisik - An.A mengatakan kaki serasa kebas
10.00 WIB lainya - Klien mengatakan bisa miring kanan-kiri secara sendiri
- Memosnitor kondisi umum - Ayah pasien megatakan akan melatih anak mobilisasi
selama melakukan sederhana setiap hari
mobilisasi O:
- Memfasilitasi aktivitas - Pasien tampak bisa melakukan mobilisasi sederhana (miring
mobilisasi dengan alat kanan kiri, duduk sendiri)
bantu (pagar tempat tidur) - Pasien tampak sedikit meringis ketika melakukan
- Memfasilitasi melakukan pergerakan
pergerakan - Pasien tampak berusaha melakukan mobilisasi
- Mengajarkan mobilisasi A: Masalah gangguan mobilitas fisik teratasi sebagian
sederhana setiap hari P: Lanjutkan intervensi
(miring kanan-kiri, duduk Memonitor tingkat mobilisasi
ditempat tidur) TTD
- Aini
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan asuhan keperawatan yang diberikan kepada An.A dengan
diagnosa medis Chronic Kidney Disease (CKD) di Ruang Padmanaba Timur
RSUP Dr. Sardjito diperoleh hasil bahwa dari ketiga diagnosis keperawatan
yaitu Hipervolemia b.d. Gangguan mekanisme regulasi, Defisit Perawatan
Diri b.d. Kelemahan, Gangguan Mobilitas Fisik b.d. Ketidakbugaran fisik,
Ansietas b.d. Krisis situasional, Defisit Pengetahuan tentang proses penyakit
dan pola nutrisi yang baik dan seimbang pada orang dengan CKD b.d. Kurang
terpapar informasi dengan dua masalah teratasi dan tiga masalah teratasi
sebagian setelah dilakukannya intervensi yang telah direncanakan dan
kemudian diimplementasikan.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Dianjurkan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam
memberikan asuhan keperawatan yang optimal dan komprehensif serta
bertanggung jawab kepada klien khususnya pada anak dengan CKD.
2. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan untuk mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dalam
proses pembelajaran dengan asuhan keperawatan pada klien anak dengan
CKD
Daftar Pustaka

Dewi, Ni Made Ari Julianita (2021) ASUHAN KEPERAWATAN


HIPERVOLEMIA PADA PASIEN DENGAN CKD STAGE V DI IGD
RSUP SANGLAH TAHUN 2021. Diploma thesis, Poltekkes
Kemenkes Denpasar Jurusan Keperawatan 2021.
Lubis, R Abdurrahim et al (2018) PEDOMAN PENATALAKSANAAN GAGAL
GINJAL KROIK. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Parwati, Ida (2019) ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN CHRONIC
KIDNEY DISEASE DENGAN MASLAAH RISIKO GANGGUAN
INTEGRITAS KULIT DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYA SAWAHAN
MALANG. Karya Tulis Ilmiah, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panti
Waluya Malang 2019.
Setiani, Winda Husnatul (2021) ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
CHRONIC KIDNEY DISEASE DENGAN FAKTOR RESIKO DIABETES
MELLITUS DI RUANG DIPONEGORO RSUD KANJURUHAN
KABUPATEN MALANG. Professional thesis, Universitas Muhammadiyah
Malang.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. “Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Indikator Diagnosis”. Jakarta Selatan: DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. “Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia Definisi Dan Tindakan Keperawatan”. Jakarta Selatan: DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. “Standar Luaran Keperawatan
Indonesia Definisi Dan Kriteria Hasil”. Jakarta Selatan: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai