Makalah Analisis Laporan Keuangan Pertemuan III Kelompok IV
Makalah Analisis Laporan Keuangan Pertemuan III Kelompok IV
Makalah Analisis Laporan Keuangan Pertemuan III Kelompok IV
Disusun Oleh :
Kelompok 3
Aah Koriah NIM.211011900005
Guntur Ramadan NIM. 211011900001
i
KATA PENGANTAR
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
b. Laporan Keuangan
Pengumuman laba tersedia untuk para pelaku pasar modal melalui publikasi
keuangan seperti the wall street journal. Pengumuman laba rugi memberikan
ringkasan informasi pernting mengenai posisi keuangan dan kinerja perusahaan
2
baik untuk periode kuartalan maupun tahunan. Untuk menghindari kejutan negatif
yang tidak menyenangkan saat mereka melaporkan kinerja yang buruk maka
banayak perusahaan yang mengeluarkan pengumuman atas laba.
3
badan pemerintah yang mengeluarkan undang-undang pasar modal tahun
1933 dan 1934.
4. International Financing Reporting Standard. Standar Pelaporan
Keuangan Internasional (International Financing Reporting Standard)
merupakan standar yang dikeluarkan oleh International Accounting
Standards Boards (IASB).
g. Manajer
Manajer yaitu pihak yang paling bertanggung jawab atas laporan keuangan
yang wajar dan akurat. Disini manajer mempunyai control utama atas intergritas
atas sistem akuntansi dan catatan yang digunakan untuk membuat laporan keuangan.
Penilaian atau judgement diperlukan dalam penentuan angka pada laporan
keuangan.
4
i. Sumber informasi alternatif
5
2. Biaya Historis dan Penilaian Wajar. Nilai dari transaksi aktual
perusahaan dimasa lalu, sehingga akuntansi biaya historis disebut juga
dengan akuntansi berdasarkan transaksi
3. Materialitas. Sejauh mana kelalaian mencantumkan atau salah saji
informasi akuntansi dengan memperhatikan situasi.
4. Konservatisme. Terkait dengan melaporkan pandangan yang paling
penting tidak optimis saat menghadapi ketidak pastian pengukuran.
b. Relevansi dan Keterbatasan Akuntansi
1. Relevansi Informasi Akuntansi Keuangan
1. Akuntansi Akrual
6
2. Konsep Akuntansi Akrual
a. Konsep Akrual
1. Akrual dan Arus Kas. Akrual menurut definisi yaitu jumlah penyesuaian
yang membuat laba bersih berbeda dari arus kas bersih.penyesuaian ini
mencakup penyesuaian yang mempengaruhi laba saat tidak terdapat
dampak arus kas.
2. Akuntansi Akrual Mengurangi Masalah Ketepatan Waktu dan
Pengaitan. Akuntansi akrual ini mengatasi masalah tepat waktu maupun
pengaitan yang selalu terdapat pda akuntansi kas. Masalah tepat waktu
mengacu pada arus kas yang tidak selalu terjadi bersamaan dengan aktivitas
usahayang menghasilkan kas tersebut.
3. Proses Akrual— Pengakuan Pendapatan dan Pengaitan Beban. Proses
akrual sampai pengakua pendapatan dan pengaitan beban, terdiri atas dua
prinsip dasar sampai pengakuan pendapatan dan pengaitan beban:
1) Pengakuan pendapatan. Mengakuinya pendapatan saat diperoleh
maupun saat direalisasikan atau saat dapat direalisasika.
2) Pengaitan beban. Diharuskannya pengaitan beban pendapatan,
proses ini berbeda untuk dua jenis beban yaitu beban yang berasal
dari produksi atau jasa dan diakui saat produk dan jasa diserahkan.
4. Akrual Jangka Pendek dan Jangka Panjang. Akrual jangka pendek
mengacu pada perbedaan waktu pendek antara laba dan arus kas. Akrual
jangka panjang disebabkan oleh kapitalisasi.
3. Relevansi dan Keterbatasan Akuntansi Akrual
7
Relevansi akrual menyajikan penilaian kritis atas dampak akuntansi akrual
terhadap laporan keuangan.
Perbedaan antara akrual dan arus kas yaitu ketepatan waktu pengakuan
aktivitas usaha, laba akrual mengakui dampak aktivitas usaha pada waktu yang
lebih tepat.
8
4. Mitos dan Fakta mengenai Akrual dan Arus Kas
Mitos akrual dan Arus kas. Terdapat beberapa mitos dan kesalahpahaman
mengenai akuntansi akrual,laba, dan arus kas :
1. Mitos : karena nilai perusahaan bergantung pada arus kas masa depan,
hanya arus kas kni yang relevan untuk penilaian. Meskipun nilai perusahan
hanya tergantung dari arus kas masa depan, tidak ada alasan untuk
mengaitkan arus kas kini dengan arus kas masa depan.
2. Mitos : semua arus kas memiliki nilai relevan. Banyak jenis arus kas yang
tidak memengaruhi nilai perusahaan—misalnya, kas dari pelunasan piutang
pelanggan.
3. Mitos : semua penyesuaian akuntansi akrual tidak relevan dalam hal nilai.
4. Mitos : arus kas tidak dapat dimanipulasi. Pernyataan ini bukan hanya salah,
bahakan arus kas lebih mudah dimanipulasi dibandingkan dengan laba.
Misalnya, arus kas dapat ditingkatkan dengan menunda pengeluaran modal
atau pembayaran beban.
5. Mitos : semua laba dimanipulasi.
6. Mitos : tidak mungkin untuk terus-menerus meningkatkan laba untuk jangka
waktu yang panjang.
5. Fakta Akrual dan Arus Kas
1. Fakta : akuntansi (laba) akrual lebih relevan dibandingkan arus kas. Baik
secara konseptual maupun praktis, laba akrual lebih relevan dibandingkan
arus kas dalam menguukur kondisi keuangan dan kinerja serta dalam
penilaian.
2. Fakta : arus kas lebih andal dibandingkan akrual. Pernyataan ini benar dan
menyarankan bahwa arus kas dapat memainkan peran pelengkap atas akrual.
3. Fakta : angka akuntansi akrual dapat menyebabkan distorsi akuntansi.
4. Fakta : nilai perusahaan dapa ditentukan dengan angka akuntansi akrual.
6. Haruskah Kita Mengganti Akrual dengan Arus Kas?
9
Akuntansi akrual memang tidak sempurna, banyak aturan yang berubah-
ubah, kesalahan estimasi dan adanya manajemen laba yang mendistorsi kegunaanya.
Meskipun memiliki kelemahan, akrual berguna dan penting untuk analisis
keuangan.
1. Laba Ekonomi
Laba ekonomi mengukur perubahan nilai pemegang saham. Oleh karena itu,
laba ekonomi berguna jia tujuan analisis adalah menentukan tingkat pengembalian
yang tepat kepada pemegang saham untuk eriode tertentu.
2. Laba Permanen
10
rata stabil yang ditaksir dapat diperoeh perusahaan sepanjang umurnya, dengan
kondisi usaha masa sekarang.
3. Laba operasi
Laba operasi (operating income) yang merujuk pada laba yang timbul dari
kegiatan operasi perusahaan. Buku teks keuangan sering menganggap pengukuran
laba ini sebagai laba usaha bersih setelah pajak (net operating income after tax—
NOPAT ). Fitur kunci dari laba operasi bahwa ia tidak termasuk semua beban (atau
laba) yang timbul dari kegiatan keuangan perusahaan (fungsi treasury), setiap beban
bunga dan laba investasi, yang secara kolektif disebut dengan laba non
operas(nonoperating income).
11
Laba Akuntansi dan Laba Ekonomi
12
yang terjadi satu kali (one time event). Komponen ini memiliki dampak dolar
(dollar -for -dollar) terhadap nilai perusahaan.
3. Komponen yang tidak relevan dengan nilai. Komponen yang tidak relevan
dengan nilai (value irrelevant component) tidak memiliki konten ekonomi –
komponen ini adalah distorsi akuntansi. Komponen ini timbul karena
ketidaksempurnaan akuntansi.
13
2.6 AKUNTANSI PENILAIAN WAJAR
Akuntansi secara perlahan, tetapi pasti akan bergerak menuju modl
akuntansi penilaian wajar. Meskipum model penilaian akuntansi penilaian wajar ini
hanya diaplikasikan secara terbatas sejak 20 tahun terakhir, terdapat kemajuan yang
signifikan menuju adopsi yang lebih luas. SFAS 157 menediakan pedoman dasar
dalam mengadopsi model akuntansi penilaian wajar dan SFAS 159
merekomendasikan adopsi sukarela bagi kelas aset dan kewajiban yang lebih luas.
Meskipun penggunaan akuntansi penilaian wajarmasih terbatas pada aset
kewajiban keuangan—seperti surat berharga atau instrumen utang—terdapat
indikasi bahwa adopsi yang komprehensif dari akuntansi penilaian wajar untuk
semua aset dan kewajiban—termasuk aset dan kewajiban operasi—mungkin
dilakukan dimasa depan.
14
periode berjalan, yaitu kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan
yang lebih besar daripada biaya.
15
2. Input yang tidak dapat diobservasi (unobservable inputs), yaitu ketika harga
pasar diperoleh berdasarkan asumsi perusahaan karena aset atau
kewajibannya tidak diperdagangkan.
1. Input tingkat 1. ini dikutip dari harga dalam pasar aktif untuk aset atau
kewajiban tertentu yang sedang dinilai, lebih disukai pada saat tanggal harga.
2. Input tingkat 2. Input ini diperoleh dari :
1) Kutipan harga dalam pasar aktif untuk aset atau kewajiban
yang mirip, tetapi tidak identik.
2) Kutipan harga untuk aset atau kewajiban yang identik,
tetapi tidak dalam pasar aktif (jarang diperdagangkan).
3. Input tingkat 3. Merupakan input yang tak dapat di observasi
(unobservable inputs) dan digunakan ketia aset atau kewajiban tidak
diperdagangkan atau ketika subtitusi perdagangannya tidak dapat
diidentifikasi.
Teknik Valuasi
16
3. Pendekatan Biaya. Pendekatan biaya digunakan untuk menentukan biaya
penggantian aset periode berjalan, yaitu menentukan biaya penggantian
kapasitas yang tersisa dari suatu aset.
17
3. Penggunaan input tingkat 3. Karena input 3 kurang objektif, masalah
krusial yang akan menentukan kendala akuntansi penilaian wajar adalah
sampai sejauh mana input tingkat 3 akan digunakan.
4. Tidak adanya unsur konservatif. Pendukung akuntansi konservatif
diingatkan pengunaan model penilaian wajar—dengan tujuan
menghiklangkan bias –akan menyebabkan laporan keuangan dibuat lebih
agresif, sehingga mengurangi manfaatnya untuk kreditor, sebagai salah satu
dari pengguna yang utama dari informasi keuangan.
5. Fluktuasi yang berlebihan. Perubahan nilai wajar dari aset dapat
menyebabkan laba yang dilaporkan sangat rentan. Kerentanan ini sangat
mungkin menyebabkan perubahan nilai wajar aset dan kewajiban daripada
perubahan dasar tingkat profitabilitas operasi perusahaan, sehingga
ditakutkan laba menjadi kurang berguna untuk dianalisis.
Implikasi Analisis
18
4. Menganalisis kewajiban finansial. Nilai wajar surat utang menurun
dengan menurunnya kelayakan kredit dari peminjam. Hal ini merupakan hal
yang tidak masuk akal (counterintuitive) sehubungan dengan penilaian
kewajiban keuangan perusahaan (yaitu kewajiban melunasi hutang).
Akuntansi penilaian wajar diadopsi untuk seluruh aset dan kewajiban dalam
laporan keuangan. Perlu diperhatikan bahwa akuntansi penilaian wajar tidak dapat
diaplikasikan pada aset dan kewajiban untuk masa sekarang. Pada saat sekarang,
akuntansi penilaian wajar dapat diterapkan terutama pada aset dan kewajiban yang
bersifat keuangan dalam artian luas.
FASB (dan IASB) saat ini terlibat dalam memeriksa bagaimana penerapan
akuntansi penilaian wajar yang lebih kompeherensif dapat dilaksanakan, termasuk
menggunakan akuntansi penilaian wajar untuk aset dan kewajiban operasi.
Distorsi Akuntansi.
19
Distorsi akuntansi merupakan penyimpangan dari informasi yang
dilaporkan pada laporan keuangan terhadap realitas usaha sebenarnya. Berikut
adalah alasan mengapa distorsi bisa terjadi :
Manajemen Laba
20
Manajemen laba dapat didefinisikan sebagai “intervensi manajemen dengan
sengaja dalam proses penentuan laba, biasanya untuk memenuhi kebutuhan pribadi”
(Schipper, 1989).
21
2. Dampak Harga Saham. Misalnya, manajer dapat meningkatkan laba untuk
menaikkan harga saham perusahaan sementara sepanjang satu kejadian
tertentu seperti merger yang akan dilakukan atau penawaran surat berharga,
atau rencana untuk menjual saham atau melaksanakan opsi.
3. Insentif Lain. Laba sering kali diturunkan untuk menghindari biaya politik
dan penelitian yang dilakukan badan pemerintah, misalnya untuk ketaatan
undang-undang antimonopoly dan IRS.
22
Implikasi Manajemen Laba terhadap Analisis Laporan Keuangan
Kualitas laba (atau tepatnya, kualitas akuntansi) memiliki arti berbeda untuk
berbagai pihak. Banyak analis mendefinisikan kualitas laba sebagai sejauh mana
perusahaaan mengaplikasi konservatisme—perusahaan dengan kualitas laba tinggi
diharapkan memiliki rasio harga terhadap laba (price-earning ratio) yang lebih
tinggi dibandingkan perusahaan dengan kualitas laba rendah. Tahap evaluasi
kualitas laba adalah sebagai berikut :
23
2. Evaluasi tingkat fleksibilitas akuntansi. Penting untuk menilai tingkat
fleksibilitas yang tersedia pada saar pembuatan laporan keuangan.
3. Tentukan strategi pelaporan. Menentukan strategi pelaporan yang
digunakan oleh perusahaan.
4. Identifikasi dan menilai tanda bahaya. Tanda bahaya merupakan pos
yang memberikan peringatan bagi analis akan adanya potensi masalah yang
serius. Contoh tanda bahaya adalah :
Kinerja keuangan yang buruk—perusahaan yang putus asa biasanya
melakukan segala cara.
Secara konsisten laba yang dilaporkan selalu lebih tinggi
dibandingkan arus kas operasi.
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
25
Daftar Pustaka
26