KTI
KTI
KTI
Selvany
Nomor Induk Mahasiswa: 18.01.0046
Oleh :
Selvany
Nomor Induk Mahasiswa: 18.01.0046
A. Identitas Penulis
Nama : Selvany
Nim : 18.01.0046
Tempat/Tanggal Lahir : Pangkal Pinang/ 21 September 2000
Agama : Islam
ii
Akper Pangkalpinang
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Nama : Selvany
NIM : 18.01.0046
Tanda Tangan :
iii
Akper Pangkalpinang
PERNYATAAN PERSETUJUAN
NIM : 18.01.0046
Pangkalpinang
Laporan Tugas Akhir ini telah diperiksa dan disetujui untuk disajikan dihadapan tim
penguji Ujian Akhir Program Akper Pangkalpinang
Pangkalpinang, Agustus 2021
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Mengetahui,
Direktur Akademi Keperawatan Pangkalpinang
H. Zamziri, S.Kep.,Ners.,M.Kes
NIK. 0212127799004
iv
Akper Pangkalpinang
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Selvany
NIM : 18.01.0046
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Bayi Berat Lahir Rendah Dengan
Laporan tugas akhir ini telah disetujui tim penguji Ujian Akhir Program dan
diterima sebagai bagian dari persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli
DEWAN PENGUJI
Mengetahui,
Direktur Akademi Keperawatan Pangkalpinang
H. Zamziri, S.Kep.,Ners.,M.Kes
NIK. 0212127799004
v
Akper Pangkalpinang
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah, rahmat
dan hidayahNya, maka selesailah penulisan Laporan Tugas Akhir ini dengan judul
“ASUHAH KEPERAWATAN PADA BAYI BERAT LAHIR RENDAH DENGAN
MASALAH KEPERAWATAN HIPOTERMI DI RUANG AL-INSAN RUMAH
SAKIT BAKTI TIMAH PANGKALPINANG”
Laporan Tugas Akhir ini disusun guna melengkapi dan memenuhi salah satu
syarat dalam menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan Akademi
Keperawatan Pangkalpinang
Dalam penyusunan proposal tugas akhir ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis sampaikan rasa
terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Drs. M. Lutfi selaku Ketua Yayasan Pendidikan Pangkalpinang.
2. Bapak H. Zamziri, S. kep.,Ners.,M.Kes selaku Direktur Akademi Keperawatan
Pangkalpinang.
3. Ibu Erna Julianti, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.An selaku Pembimbing I Laporan Tugas
Akhir ini.
4. Ibu Elni, S.kep.,Ns.,M.kep selaku Pembimbing II Laporan Tugas Akhir ini.
5. Bapak H. Muchtarul Fadhal, S.Kep.,Ns selaku Penguji I Laporan Tugas Akhir ini.
6. Bapak H. Zamziri, S.Kep.,Ners.,M.Kes selaku Penguji II Laporan Tugas Akhir
ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Akademi Keperawatan Pangkalpinang yang telah
memberikan ilmu pengetahuan serta keterampilan pada penulis selama mengikuti
pendidikan.
8. Terimakasih untuk Kedua Orang Tua Tercinta, Bapak Edwar dan Ibu Tasmiana
serta Kakak saya Reza, Keluarga Terdekat atas dukungan dan motivasi selama ini.
Penulis sangat bersyukur karena telah membantu secara Moril dan Materil,
Perhatian, Kasih Sayang dan Pengorbanan yang tak ternilai harganya. Dengan
dukungan kalian lah membuat penulis bisa menyelesaikan semuanya.
9. Terimakasih untuk Sahabat-Sahabat seperjuangan saya yaitu Desti Dwi Rahma
vi
Akper Pangkalpinang
Dea, Hadiva Aulia, Rahmita Fajirati Adha , Rini Larasati, Suci Rahayu atas
dukungan serta perjuangan yang dilalui bersama-sama.
10. Terimakasih untuk sahabat sekolah saya yaitu, Fhio, Shella, Winda, Yunita atas
motivasi dan dukungan nya selama ini.
11. Kepada rekan-rekan angkatan XXV Akademi Keperawatan Pangkalpinang yang
telah berjuang bersama-sama selama tiga tahun ini.
Penulis menyadari bahwa penulis Laporan Tugas Akhir ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis berharap kritikan dan
saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan penyempurnaan isi Laporan Tugas
Akhir ini.
Akhir kata penulis mengharapkan tulisan yang sederhana ini dapat bermanfaat
bagi semua yang membacanya dan menambah pengetahuan. Semoga Allah SWT selalu
tetap memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua.
Selvany
vii
Akper Pangkalpinang
Asuhan Keperawatan Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) Dengan Masalah Keperawatan
Hipotermi
Selvany
Akper Pangkalpinang
Dosen Pembimbing
Erna Julianti,M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.An
Elni, S.Kep.,Ns.,M.Kep
ABSTRAK
AKB akan berkurang kejadiannya apabila kebutuhan gizi setiap masyarakat dapat
terpenuhi sejak berada dalam kandungan atau mulai dari masa konsepsi hingga seribu
hari kelahiran hidup. Bayi Berat lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi. Kemungkinan
faktor penyebabnya adalah faktor kongentinal, adanya infeksi dan umumnya terjadi
gangguan aliran darah ke janin. Rancangan studi kasus yang digunakan pada Karya
Tulis Ilmiah ini adalah deskriptif.data disajikan secara narasi dan deskriptif hingga
dapat disertai dengan ungkapan verbal dari orang tua/keluarga pasien dengan Bayi
kurang dari kebutuhan tubuh dan ketidakefektifan menyusui. Pada diagnosa hipotermi
intervensi yang dilakukan adalah Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3×24
jam, diharapkam hipotermi dapat teratasi dengan kriteria hasil tubuh teraba hangat, suhu
viii
Akper Pangkalpinang
tubuh dalam batas normal, dilakukan pemanantauan suhu aksila bayi secara teratur,
dilalukan pendekatan melalui metode kanguru agar ada perpindahan panas dari ibu ke
bayi melalui perawatan metode kanguru. Dari semua masalah yang diambil. Semua
pembelajaran dan bahan acuan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
ix
Akper Pangkalpinang
DAFTAR ISI
BIOGRAFI................................................................................................................ ii
ABSTRAK................................................................................................................ viii
DAFTAR ISI............................................................................................................. x
x
Akper Pangkalpinang
2.1.5 Manifestasi Klinis BBLR .................................................... 13
xi
Akper Pangkalpinang
4.3 Data Asuhan Keperawatan.............................................................. 54
4.7 Terapi.............................................................................................. 60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
Akper Pangkalpinang
DAFTAR TABEL
Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Fisik Pada Bayi Berat Lahir Rendah................... 57
Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Bayi Berat Lahir Rendah
Pasien 1............................................................................................... 59
Tabel 4.6 Hasil Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Bayi Berat Lahir Rendah
Pasien 2................................................................................................. 59
xiii
Akper Pangkalpinang
DAFTAR GAMBAR
xiv
Akper Pangkalpinang
DAFTAR SINGKATAN
xv
Akper Pangkalpinang
NEC : Necrotizing Enterocolitis
OGT : Orogastric Tube
pH : Power of Hydrogen
PMK : Perawatan Metode Kanguru
RDS : Respiratory Distress Syndrome
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
SD : Sekolah Dasar
SDM : Sumber Daya Manusia
SMA : Sekolah Menengah Atas
SMP : Sekolah Menengah Pertama
TK : Taman Kanak-Kanak
TTV : Tanda-Tanda Vital
USG : Ultrasonografi
WHO : World Health Organization
xvi
Akper Pangkalpinang
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
Akper Pangkalpinang
BAB 1
PENDAHULUAN
mendefinisikan BBLR sebagai bayi yang lahir dengan berat ≤ 2500 gr.). WHO
(2018) juga mengatakan bahwa sebesar 60–80% dari Angka Kematian Bayi
(AKB) yang terjadi disebabkan karena BBLR. BBLR memiliki risiko lebih besar
untuk mengalami morbiditas dan mortalitas dari pada bayi lahir yang memiliki
berat badan normal. BBLR dapat menyebabkan terjadinya komplikasi pada bayi
Kemungkinan yang terjadi akan lebih buruk bila berat bayi semakin rendah.
Semakin rendah berat badan bayi, maka semakin penting untuk memantau
Fitriyah, 2018).
BBLR dapat disebabkan oleh 2 hal yaitu kelahiran prematur atau kelahiran
saat usia kehamilan ≤ 37 minggu dan IUGR (Intra Uterine Growth Restriction)
IUGR merupakan hal yang penting karena tingkat kematian antara kedua kondisi
tersebut berbeda secara signifikan (Astria, 2016). Sutan (2014) dalam penelitian
1
Akper Pangkalpinang
menyatakan bahwa faktor penyebab lain BBLR adalah faktor ibu (status gizi,
BBLR, aborsi), asuhan antenatal care yang buruk, keadaan janin. Sementara itu,
bayi yang lahir prematur dengan IUGR memiliki kondisi fisik yang lemah dan
Data WHO (2019) Berat badan lahir rendah terus menjadi masalah
diperkirakan bahwa 15-20% dari semua kelahiran di seluruh dunia adalah berat
badan lahir rendah, mewakili lebih dari 20 juta kelahiran per tahun. Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan
dunia adalah BBLR yang mewakili lebih dari 20 juta kelahiran per tahun.
Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, proporsi berat badan lahir < 2500
gram (BBLR) pada bayi dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia sebesar 6,2%
(Persentase ini merupakan hasil rata-rata dari seluruh kassus BBLR yang terjadi
(0–12 bulan) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2019 berjumlah 188
kasus meningkat dari tahun 2018 sejumlah 166 kasus Jumlah kematian bayi pada
tahun 2019 terbanyak terdapat di Kabupaten Belitung (27,65% dari total kematian
bayi) dan paling sedikit terdapat di Kabupaten Bangka Tengah (5,85% dari total
2
Akper Pangkalpinang
kematian bayi). Kematian tertinggi terjadi pada usia neonatal (0-28 hari) sebanyak
hilangnya panas, kurangnya lemak subkutan, rasio luas permukaan terhadap berat
badan yang besar, produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak
Masalah gastrointestinal dan nutrisi akibat reflek hisap dan menelan yang
yang tertunda, serta pencernaan dan absorbsi vitamin yang larut dalam lemak
kurang. BBLR juga mengalami imanuritas imonologis atau resiko tinggi infeksi.
Masalah imunitas akibat tidak banyak transfer IgG maternal melalui plasenta
(Kosim, Yunanto, Dewi, Saroso & Usma, 2014; Hockenberry & Wilson, 2009
belum terkoordinasinya refleks batuk, reflek menghisap dan reflek menelan, otot
pembantu respirasi yang lemah, serta pernafasan yang periodik dan apnea.
Gangguan nafas merupakan masalah yang sering dijumpai pada hari pertama
3
Akper Pangkalpinang
kehidupan bayi baru lahir, ditandai dengan takipnea, nafas cuping hidung, retraksi
adalah suhu inti tubuh dibawah kisaran normal karena kegagalan termoregulasi.
BBLR, maka peran perawat sebagai advokasi sangat penting. Upaya yang
terkait; koordinasi lintas program dan lintas sektor; meningkatkan kapasitas teknis
(MTBS) pada bayi muda dan usia 2 bulan sampai dengan 5 tahun. Peran Perawat
untuk membantu ibu mengatasi kecemasan, stres, ketidakpercayaan diri ibu serta
al. (2010) menyatakan bahwa edukasi terstruktur dalam perencanaan pulang pada
merawat bayinya sehari sebelum dipulangkan, selain itu juga didapatkan berat
4
Akper Pangkalpinang
badan bayi prematur meningkat secara signifikan. Hal ini sejalan dengan
yang diberikan pada orang tua dapat meningkatkan kesehatan mental dan interaksi
orang tua dengan bayi, menurunkan risiko rawat ulang dan mengurangi waktu
tua sehingga dapat membantu orang tua untuk memahami informasi yang
disampaikan (Lantz, 2017). Selain itu, perawat sebagai care giver yaitu dalam
keperawatan hipotermi.
5
Akper Pangkalpinang
2. Menetapkan diagnosis keperawatan pada bayi berat lahir rendah
4. Melakukan tindakan keperawatan pada bayi berat lahir rendah dengan masalah
keperawatan hipotermi
5. Melakukan evaluasi keperawatan pada bayi berat lahir rendah dengan masalah
keperawatan hipotermi
Sebagai bahan masukan dan sumber pengetahuan bagi tenaga perawat dalam
Pengkalpinang.
6
Akper Pangkalpinang
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 2500 gram (Maryuni, 2009 dalam Haryani, Hardiani &
Thoyibah 2020 ). Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang
berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram)
(Saiffudin, 2009 dalam Haryani, Hardiani & Thoyibah 2020). Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) adalah bayi yang berat badan kurang dari 2500 gram tanpa
Berat Badan Lahir Rendah merupakan bayi yang dilahirkan dengan berat
badan kurang dari 2500 gram (Royyan, 2012 dalam Haryani, Hardiani &
Thoyibah 2020). Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan
badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Kosim et al,
2.1.2 Etiologi
pencegahan.
7
Akper Pangkalpinang
8
1) Penyakit
(infeksi kandung kemih dan ginjal). Menderita penyakit seperti: malaria infeksi
2) Ibu
(1) Kehamilan pada usia < 20 tahun atau lebih dari usia 35 tahun
(2) Jarak kelahiran terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun)
3) Faktor Janin
(3) Radiasi
4) Faktor Plasenta
Akper Pangkalpinang
9
Ridha, (2014) mengatakan adapun penyebab lain terjadinya bayi dengan BBLR
antara lain Sosial ekonomi rendah, Narkotik, Ibu pendek, Radiasi, Bahan bahan
2.1.3 Patofisiologi
Berat badan lahir rendah dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu,
faktor ibu, faktor janin, dan faktor lingkungan. Faktor ibu meliputi penyakit yang
diderita ibu, usia ibu saat hamil kurang dari 16 tahun atau lebih dari 35 tahun,
kelainan kromosom. Faktor lingkungan meliputi tempat tinggal, radiasi, dan zat-
makanan ke bayi jadi berkurang. Hal tersebut dapat mengakibatkan bayi lahir
prematur atau dismatur dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram. Jika hal
Lismawati, 2010 & Pantiwati, 2011, dalam Haryani, Hardiani & Thoyibah, 2020
Akper Pangkalpinang
10
Akper Pangkalpinang
11
12
2.1.4 Klasifikasi BBLR menurut Proverawati (2010) dalam Haryani, Hardiani &
2) Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) berat lahir 1000-1500 gram
3) Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER) berat lahir kurang dari1000 gram
2) Tulang rawan telinga sangat lunak, karena belum terbentuk dengan sempurna
Akper Pangkalpinang
13
3) Lanugo ( rambut halus atau lembut) masih banyak ditemukan terutama pada
punggung
6) Pada bayi laki-laki , skrotum belum banyak lipatan, testis kadang belum turun
1) Umur bayi dapat cukup, kurang atau lebih bulan, tetapi berat badan kurang
4) Bila kurang bulan jaringan payudara kecil, putting susu kecil, sedangkan bila
5) Bayi perempuan bila cukup bulan labiya mayora menutupi labiya minora
Akper Pangkalpinang
14
2.1.6 Komplikasi
1) Hipotermia
sedikit, belum matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh, luas permukaan
tubuh relatif lebih besar dibanding dengan berat badan sehingga mudah
Disebut juga penyakit membran hialin. Kesukaran pernafasan pada bayi berat
hialain surfaktan paru yang merupakan suatu zat yang dapat menurunkan
2020).
3) Aspirasi pneumonia
Keadaan ini disebabkan karena flek menelan dan batuk pada bayi lahir rendah
4) Perdarahan intraventrikuler
Hal ini disebabkan oleh karena bayi berat lahir rendah sering menderita apnea,
otak bertambah. Penambahan aliran darah ke otak akan lebih banyak lagi
Akper Pangkalpinang
15
karena tidak adanya otoregulasi serebral pada bayi premature, sehingga mudah
terjadi perdarahan dari pembuluh darah kapiler yang rapuh dan iskemia di
2020).
5) Fibropasia retrorental
udara biasa lagi, pembuluh darah ini mengalami vasodilitasi yang selanjutnya
akan disusul dengan proloferasi pembuluh darah baru secara tidak teratur.
Kelainan ini dapat dilihat pada bayi yang berat badannya kurang dari 2000
gram. Stadium akut penyakit ini dapat terlihat pada umur 3-6 minggu dalam
bentuk dilatasi arteri dan vena retina. Pengobatan pada stadium dini dapat
dicoba dengan memberikan ACTH atau kortikosteroid. Dalam hal ini yang
paling penting adalah pemasukan oksigen yang diberikan tidak melebihi 40%
hal ini dapat dicapai dengan memberikan oksigen dengan kecepatan dua liter
6) Hiperbilirubinemia
Hal ini dapat terjadi karena belum maturnya fungsi hepar. Kurangnya enzim
direk belum sempurna dan kadar albumin darah yang berperan dalam
Akper Pangkalpinang
16
Selain itu mekonium akan dilepaskan dan bercampur dengan cairan amnion.
Cairan amnion yang mengandung mekonium akan masuk ke dalam paru janin
karena inhalasi. Ketika bayi lahir akan menderita gangguan pernafasan karena
Thoyibah, 2020).
8) Hipoglikemia
glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu karena
glukosa. Bayi aterm dapat mempertahankan kadar darah 50-60 mg/dL selama
72 jam pertama, sedangkan bayi berat badan lahir rendah dalam kadar 40
Hipoglikemia bila kadar gula darah sama dengan atau kurang dari 20 mg/dL
9) Gangguan imonologik
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadal igG
gamma glubolin. Bayi relatif belum sanggup membentuk antibody dan daya
Akper Pangkalpinang
17
1. Pemberian ASI
1) ASI mempunyai keuntungan yaitu kadar protein tinggi laktal albumin, zat
kekebalan tubuh, lipase dan asam lemak esensial, laktosa dan oligosakarida.
3) Dari psikologis, pemberian ASI dapat meningkatkan ikatan dari ibu dan
bayi.
fungsi organnya belum matang, kebutuhan nutrisinya besar dan mudah sakit
sehingga pemberian ASI atau nutrisi yang tepat penting untuk tumbuh
Bayi Dengan Berat Lahir Rendah (BBLR) terutama yang kurang bulan
pertumbuhan panas
Terlebih dahulu akan dibahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kehilangan
panas pada bayi secara umum yang penting diketahui bagi bidan/perawat seperti
Akper Pangkalpinang
18
beberapa cara kehilangan panas, stress dingin pada bayi, efek klinis hipotermi,
Kehilangan panas pada bayi dengan berat rendah ada 4 cara yaitu:
1) Konduksi yaitu panas tubuh akan hilang bila bayi ditidurkan diatas
2) Konveksi yaitu panas tubuh akan hilang bila ada udara dingin bertiup sekitar
bayi. Perhatian agar bayi tidak kehilangan suhunya, bayi tidak berikan
3) Evavorasi yaitu panas tubuh akan hilang dengan adanya penguapan cairan
4) Radiasi yaitu panas tubuh akan hilang bila dekat dengan benda-benda yang
disekitarnya
Beberapa hal berikut ini merupakan faktor predisposisi kehilangan panas pada
bayi, yaitu:
Kehilangan suhu tubuh 4 kali lebih besar pada bayi neonatus cukup bulan
dan 5 kali lebih besar pada bayi prematur/BBLR dibanding dengan orang
dewasa
Akper Pangkalpinang
19
manusia biasa
Berikut ini adalah bayi yang berisiko kehilangan panas (termasuk bayi dengan
1) Bayi yang disedasi, bayi yang ibunya diberikan anestesi atau mendapat
analgesik, karena:
(1) Gangguan pada konservasi panas oleh vasokontriksi dan respon postural
dari bayi
2) Bayi asfiksia, lebih cepat timbul dingin karena tidak terjadi vasokontriksi
yaitu bayi:
Akper Pangkalpinang
20
(2) Tidak mempunyai cadangan glikogen untuk metabolisme dan dapat timbul
hipoglikemia segera
(5) Brown fat belum ada sampai usia kehamilan 26-30 minggu
(4) Semakin banyak pada minggu ke 3- ke 5 setelah lahir kecuali terjadi stres
dingin
(5) Mengandung trigliserida yang dapat dipecah menjadi gliserol dan non
ester fatty acid yang berlomba dengan albumin untuk meningkat bilirubin
Akper Pangkalpinang
21
6) Stress dingin
Bayi BBLR yang kurang bulan yang tiba-tiba dihadapkan pada suhu dingin
akan mengalami hipotermi. Sebagai respon terhadap udara atau suhu dingin
memperburuk respon bayi yang lahir rendah terhadap dingin. Oleh sebab itu
bayi berat lahir rendah yang kurang bulan mempunyai resiko tinggi terhadap
Bayi baru lahir dengan berat lahir rendah yang telah mengalami hipotermi
Akper Pangkalpinang
22
(1) Stres dingin yang terjadi pada BBLR secara terus menerus (berlarut-larut)
dapat menghabiskan cadangan brown fat dan membuat suhu tubuh bayi
turun
(4) Bayi bisa mengalami gangguan fungsi serebral karena adanya perdarahan
intrakranial
2020).
Beberapa pencegahan panas pada bayi berat lahir rendah yang sehat, antara
lain:
(1) Segera setelah lahir, bayi dikeringkan dan dibedong dengan popok hangat
bayi hangat)
(3) Topi dipakaikan untuk mencegah kehilangan panas melalui kulit kepala
(4) Bila suhu bayi stabil, bayi dapat dirawat di box terbuka dan diselimuti
Akper Pangkalpinang
23
Sedangkan pada bayi berat lahir rendah yang sakit, cara untuk mencegah
hangat
Untuk mencegah pada bayi hipotermi pada bayi berat lahir rendah maka
perlu pengaturan suhu tubuh badan pada neonatus, yang biasanya dilakukan
dalam posisi suhu keliling yang sempit, sehingga kehilangan panas pada
penyembuhan bayi apabila bayi sakit. Ada dua alat yang dapat melakukan
thermogulasi atau membuat zona netral thermal ini yaitu: radiant warmer
bayi. Ada dokter bayi yang lebih suka menggunakan warmer karena warmer
memberikan peluang lebih dekat dengan bayi sementara dokter bayi lebih
Akper Pangkalpinang
24
lain:
(2) Menyelimuti bayi terutama bagian kepala dengan kain yang kering
(3) Meletakkan bayi dilingkungan/ ruang yang hangat (suhu ruangan tidak
(5) Mengganti handuk, selimut, kain, popok, bedong, yang basah dengan
Metode ini merupakan salah satu metode perawatan bayi berat lahir rendah
untuk mencegah hipotermi pada bayi baru lahir. Prinsip dasar dari metode
kanguru ini adalah mengganti perawatan bayi berat lahir rendah (BBLR)
Akper Pangkalpinang
25
Pada bayi BBLR reflek hisap, menelan dan reflek batuk belum sempurna,
masih kurang. Pada umumnya bayi dengan berat badan 2000 gram atau
lebih dapat menyusu pada ibunya. Bayi dengan berat kurang dari 1500
gram, kurang mampu menghisap pada susu ibu maupun susu melalui botol
terutama pada hari-hari pertama. Dalam hal ini bayi diberi minum melalui
sonde lambung. Setelah hari kelima bayi dicoba menyusu pada ibunya bila
daya hisap cukup dapat diteruskan, bila tidak lebih baik melalui dot
dibandingkan dengan susu ibu. Pada keadaan ini air susu ibu dapat dipompa
dan dimasukkan dalam botol steril. Cara pemberian oral melalui botol
adalah dengan frekuensi yang lebih sering dalam jumlah susu yang sedikit.
Jumlah cairan yang diberikan pertama kali adalah 1-5 mililiter per jam dan
jumlah dapat ditambahkan sedikit demi sedikit setiap 12 jam. Bila air susu
tidak ada maka dapat diberikan susu buatan mengandung lemak yang
mudah dicerna oleh bayi dan rendah lactose serta mengandung 20 kalori tiap
Akper Pangkalpinang
26
1) Radiologi
(1) Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan usia kehamilan kurang
bulan, dapat dimulai pada umur 8 jam. Gambaran foto thorkas pada bayi
(2) USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu dimulai
2) Bilirubin
Sebaliknya dilakukan pada bayi yang berusia < 1 jam dengan mengambil
cairan amnion yang tertelan di lambung dan bayi belum diberikan makanan.
Akper Pangkalpinang
27
3) Ragu : Bila terdapat gelembung tapi tidak ada cincin, jika hasil
2.2.1 Pengkajian
konsep sehat dan sakit, pengetahuan tentang patofisiologi dari penyakit yang
dialami pasien, pengetahuan tentang sistem keluarga dan kultur budaya serta
(2020).
Akper Pangkalpinang
28
1) Pengumpulan data
2) Validasi data
Validasi data merupakan upaya untuk memberikan justifikasi pada data yang
yang didapatkan dari berbagai sumber dengan berdasarkan standar nilai normal
yang ada.
3) Identifikasi pola/masalah
yang mengalami gangguan yang ada dimulai dari pengkajian pola fungsi
kesehatan
lain:
(2) Identitas penanggung jawab meliputi nama, umur, alamat dan hubungan
dengan pasien
Akper Pangkalpinang
29
Riwayat kesehatan
Kaji berapa berat badan bayi, biasanya bayi berat lahir rendah mempunyai
berat badan < 2500 gram, pasien juga biasanya mengalami hipotermi (suhu
riwayat hamil kembar, tanyakan juga kepada ibu apakah menderita penyakit
Kebutuhan Bio-Psiko-sosial-spiritual
1) Kebutuhan respirasi
pernafasan (RDS).
Akper Pangkalpinang
30
2) Nutrisi
subkutan. Penurunan massa otot, khususnya pada pipi, bokong dan paha.
3) Eliminasi
Tekstur feses bervariasi mulai dari bentuk padat, lunak atau berair
4) Aktivitas
Status sadar, bayi tampak semi koma saat tidur malam, meringis atau
tersenyum adalah bukti tidur dengan gerakan mata cepat (REM), tidur
5) Istirahat tidur
Biasanya bayi akan menangis bila lapar atau pokokmya basah/kotor karena
keluarganya
Akper Pangkalpinang
31
9) Komunikasi
Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Inspeksi : kepala lebih besar dari pada badan, lanugo (bulu halus)
melebar
Akper Pangkalpinang
32
2) Mata
Palpasi : Ada tidaknya edema disekitar mata, ada tidaknya nyeri tekan
3) Hidung
Inspeksi : Lubang dan septum hidung utuh, tidak ada polop pada
4) Telinga
5) Leher
Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada distensi vena
jugularis
jugularis
6) Dada
Akper Pangkalpinang
33
7) Abdomen
8) Genetalia
Inspeksi : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora
9) Kulit
kulit; periks, dan tempat juga dan catat setiap preparat kulit
Akper Pangkalpinang
34
lidah
belum sempurna
belum sempurna
1) Analisa Data
tersebut dengan konsep teori dan prinsip yang relevan untuk membuat
Thoyibah, 2020).
Akper Pangkalpinang
35
2) Diagnosa Keperawatan
atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin
didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan literatur yang berkaitan, catatan
media klien masa lalu dan kosultasi dengan profesional lain, yang semuanya
dikumpulkan selama pengkajian , Potter & Perry, 2009 dalam buku Oktiawati
& Julianti 2019). Masalah keperawatan yang sering terjadi pada bayi BBLR
diagnosa yang muncul pada kasus bayi berat lahir rendah (Oktiawati & Julianti,
ginjal
suhu tubuh
Akper Pangkalpinang
36
hospitalisasi
Pada tahap perencanaan ada 4 hal yang harus diperhatikan antara lain:
dan kesehatan, sumber daya yang tersedia, peran serta klien, prinsip ilmiah
2) Menentukan tujuan
jangka waktu
Akper Pangkalpinang
37
efektif berhubungan dengan tindakan keperawatan pernafasan, bunyi nafas, irama dan
simetris
2 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan 1.Kaji status pernafasan: frekuensi
beehubungan dengan tindakan keperawatan pernafasan, bunyi nafas, irama dan retraksi
Akper Pangkalpinang
38
Hough, 2014)
aminofilin
Akper Pangkalpinang
39
Ht dan BUN
10. Mata tidak cekung
Akper Pangkalpinang
40
Akper Pangkalpinang
41
integritas kulit tindakan keperawatan plester dan kulit hidung pada ujung hidung,
dengan imaturitas sistem tindakan selama 3×24 jam suhu tubuh, frekuensi nafas, frekuensi nadi,
Akper Pangkalpinang
42
120-160×/menit, frekuensi
nafas 40-60×/menit,
kesadaran komposmetis,
3. Bayi menunjukkan
2. Keluarga mengetahui
Akper Pangkalpinang
43
gangguan perkembangan
pada bayi
3. Keluarga dapat
melakukan stimulaasi
9 Risiko gangguan perlekatan Setelah dilakukan 1. Kaji pemahaman orang tua terhadap
bayi berhubungan dengan tindakan keperawatan kondisi bayinya untuk memfasilitasi orang
dampak dar1i hospitalisasi selama 3× 24 jam keluaga tua untuk dapat berinteraksi dengan bayinya
Akper Pangkalpinang
44
2020).
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak, pada tahap evaluasi ini terdiri dari kedua kegiatan yaitu kegiatan yang
menilai dari respon pasien disebut evaluasi proses dan kegiatan melakukan
evaluasi dengan target tujuan yang diharapkana disebut evaluasi hasil (Haryani,
Akper Pangkalpinang
63
BAB 3
METODE PENELITIAN
Rancangan studi kasus yang dipakai untuk penelitian ini adalah deskriptif
Subyek yang digunakan dalam studi kasus ini adalah dua pasien dengan
kasus dan masalah keperawatan yang sama , yaitu Asuhan Keperawatan Pada
Fokus studi pada kasus ini adalah Asuhan Keperawatan Pada Bayi Berat
3.4.1 Definisi
BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa
memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1
45 Akper Pangkalpinang
46
BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badan saat lahir kurang dari 2500
pada dua pasien dengan kasus dan masalah keperawatan yang sama dan waktu
3.6.1 Wawancara
Peneliti akan melakukan wawancara secara verbal dan non verbal tentang
hasil anamnesis yang berisi tentang identitas pasien, keluhan utama, riwayat
penyakit, dahulu dan keluarga. Sumber data dari pasien, rekam medik dan
perawatan lainnya.
IPPA: inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi, juga riwayat kesehatan keluarga
Pangkalpinang.
Akper Pangkalpinang
47
sebaik-baiknya agar mudah dipahami oleh pembaca. Data disajikan secara narasi
dan deskriptif hingga dapat disertai dengan ungkapan verbal dari keluarga pasien
dalam studi kasus mengingat studi kasus keperawatan akan berhubungan langsung
dengan manusia, maka segi etika studi kasus harus diperhatikan karena manusia
informed consent ini bertujuan agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian
nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan dijelaskan (Hidayat, 2007).
Akper Pangkalpinang
48
dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
Akper Pangkalpinang
BAB 4
Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang adalah Rumah Sakit yang tertua
di kota Pangkalpinang dan telah lama dikenal oleh masyarakat baik di kota
Pangkalpinang maupun pulau Bangka sejak zaman Belanda dahulu. Rumah Sakit
ini berawal dari sebuah Balai Pengobatan yang didirikan oleh Perushaan
Pertambangan Timah Hindia Belanda Banka Tin Winnen Bedryf sekitar tahun
Milik Negara pada tahun 1969. Balai Pengobatan tersebut berada dibawah
sebuah Rumah Sakit dan menjadi bagian dari unit usaha PT. Tambang Timah
Kesehatan PT. Tambang Timah. Pada masa itu Unit Pelayanan Kesehatan
yaitu Program pelepasan Aset yang tidak berhubungan dengan bisnis inti PT.
49 Akper Pangkalpinang
50
Timah sehingga Rumah sakit ini menjadi salah satu dari sekian banyak Aset PT.
agar tetap bermanfaat bagi masyarakat umum. Isi kebijakan pelepasan asset
tersebut meliputi hibah kepemilikan dan pengelolaan dari segala sarana prasarana,
dan fasilitas serta obat-obatan milik PT. Timah Pangkalpinang kepada para
Dokter dan karyawan Rumah Sakit yang masih bersedia bekerja di Rumah Sakit
tersebut. Subsidi hanya diberikan kepada karyawan selama satu tahun berupa gaji
tanggal 1 Februari 1993 dan rumah sakit ini menjadi Rumah Sakit Swakelola
Pangkalpinang.
April 1994 – 2014 menjadi milik Yayasan Bakti Timah dan berganti nama
RUMAH SAKIT BAKTI TIMAH (PT RSBT) didirikan dan mulai beroperasi
mengelola Rumah Sakit dan Klinik (pengalihan dari Yayasan Bakti Timah dan
Agustus 2020 mayoritas saham (67%) menjadi milik PT Pertamina Bina Medika
IHC dan PT RSBT resmi bergabung di bawah bendera IHC (Indonesia Healthcare
Corporation) yang diinisiasi oleh kementerian BUMN, dimana semua unit usaha
Akper Pangkalpinang
51
pembentukan holding RS BUMN ini sudah dimulai sejak tahun 2016 dan PT
terdiri dari Poli Klinik Rawat Jalan yaitu ada Klinik Spesialis Bedah, Klinik
Spesialis Bedah Mulut, Klinik Spesialis Anak, Klinik Spesialis Internis, Spesialis
Orthopaedi, Spesialis Saraf, Spesialis Kesehatan Jiwa, Spesialis Kulit & Kelamin,
Klinis, Spesialis Radiologi, Klinik Urologi, Klinik Gigi, Klinik Terapi Wicara,
Klinik Akupuntur, Klinik Umum, Klinik KIA (ANC, Senam Hamil &
Fasilitas Rawat Inap terdiri dari VVIP PONDOK BARIN, VIP MELATI, VIP
1. Visi
Belitung.
Akper Pangkalpinang
52
2. Misi
4.1.4 Tujuan
2. Menjadikan Rumah Sakit yang Mandiri dan dikelola dengan baik ( Good
Corparato Governance)
peningkatan profesionalisme
Pasien Pertama yang menjadi responden penelitian adalah By. Ny. EJ lahir
pada tanggal 10 juni 2021 secara sectio caesaria atas indikasi ketuban pecah 3
hari, usia gestasi 37 minggu, dan berat badan lahir 1350 gram. Faktor resiko ibu
yaitu ketuban pecah dini dan leukosit 12.200/ uL. APGAR Score menit pertama 8
dan menit kelima 9. Diagnosis medis yaitu NCB KMK ( 37 minggu, 1350 gram).
Nama kedua orang tuanya Tn. Z dan Ny. EJ. Umur Tn. Z 35 tahun, pekerjaan
Akper Pangkalpinang
53
Pasien Kedua yang menjadi responden penelitian adalah By. Ny. LS lahir
pada tanggal 15 juni 2021 secara sectio caesaria atas indikasi gawat janin, CTG
kategori III, APGAR Score menit pertama 6 dan menit kelima 8, dengan usia
gestasi 37 minggu dan berat badan lahir 1850 gram. Faktor resiko ibu PEB,
riwayat perdarahan dari jalan lahir ± 4 hari SMRS dan jumlahna sedikit- sedikit.
Diagnosis medis yaitu NCB KMK( 37 minggu, 1850 gram). Nama kedua orang
tuanya Tn. A dan Ny. LS. Umur Tn. A 29 tahun, pekerjaan wiraswasta. Umur Ny.
Akper Pangkalpinang
54
4.3.1 Pengkajian
Ibu
Nama Ny. EJ Ny. LS
Umur 31 tahun 27 tahun
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga
Dari Tabel 4.2 Identitas dan Penanggung jawab diatas dapat disimpulkan bahwa pada
pasien pertama yaitu lahir pada tanggal 10 juni 2021 dengan berat lahir 1350 gram dan
Pasien Kedua yaitu lahir pada tanggal 15 juni 2021 dengan berat lahir 1850 gram.
4.4.1 Anamnesa
Akper Pangkalpinang
55
2. Riwayat persalinan
Penolong persalinan Dokter Dokter
Jenis persalinan sectio caesaria sectio caesaria
Air ketuban ketuban pecah 3 hari Ketuban pecah saat persalinan
Keadaan ibu Ibu tampak cemas terhadap Ibu tampak cemas, menangis saat
kondisi bayinya dan hanya pertama melihat bayinya, dan
melihat di depan inkubator. hanya melihat di depan inkubator.
Selain itu ibu juga tidak mengerti Selain itu, ibu tidak mengerti cara
cara menyusui bayinya menyusui pada bayinya
Akper Pangkalpinang
56
Keluhan utama saat pengkajian Saat dilakukan palpasi, bayi Saat dilakukan palpasi, bayi
teraba dingin dengan suhu 36ºC, teraba dingin dengan suhu
kedua ujung jari tangan dan kaki 36,2ºC, kedua ujung jari tangan
tampak sianosis karena dan kaki tampak sianosis karena
kedinginan. Saat jendela kedinginan. Saat jendela
inkubator terbuka dan pasien inkubator terbuka dan pasien
tampak kedinginan tampak kedinginan
Keadaan umum saat pengkajian Tanda-tanda vital: suhu 36,0°C, bayi tidak lagi menggunakan alat
nadi 150 kali per menit, bantu nafas, kondisi stabil, suhu
pernafasan 50 kali per menit, 36,2°C, nadi 148 kali per menit,
skala nyeri 5, ada produksi OGT 1 pernafasan 48 kali per menit,
cc, tidak ada distensi abdomen saturasi oksigen 98, skala nyeri 5,
dan muntah, refleks mengisap tidak ada apnue dan desaturasi
lemah
Intake nutrisi pemenuhan kalori 103,86 pemenuhan kalori 134,1
kkal/hari dan kebutuhan kalori kkal/kg/hari dan kebutuhan kalori
berdasarkan berat badan 101,2 berdasarkan berat badan 128,7
kkal/hari kkal/hari
Berdasarkan Tabel 4.3 hasil anamnesa pada pasien Bayi Berat Lahir Rendah pada By.
Ny. EJ dan By. Ny. LS bisa disimpulkan bahwa riwayat komplikasi yang dialami Ny.
EJ adalah ketuban pecah dini dan riwayat komplikasi Ny. LS adalah karena keadaan
Gawat Janin yang membuat mereka harus dilakukan sectio Caesaria. Keadaan mereka
berdua sama yaitu merasa cemas melihat keadaan bayinya juga mereka tidak mengerti
cara menyusui anaknya. By. Ny. EJ memiliki keadaan umum tanda-tanda vital: Tanda-
tanda vital: suhu 36,0°C, nadi 150 kali per menit, pernafasan 50 kali per menit, skala
nyeri 5, ada produksi OGT 1 cc, tidak ada distensi abdomen dan muntah, refleks
mengisap lemah. By. Ny. LS memiliki keadaan umum bayi tidak lagi menggunakan alat
Akper Pangkalpinang
57
bantu nafas, kondisi stabil, suhu 36,2°C, nadi 140-148 kali per menit, pernafasan 48 kali
per menit, saturasi oksigen 98, skala nyeri 5, tidak ada apnue dan desaturasi.
Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Fisik Pada Bayi Berat Lahir Rendah
Akper Pangkalpinang
58
Akper Pangkalpinang
59
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa keadaan fisik By. Ny. EJ dan By. Ny.
LS yaitu reflek pada kedua bayi yaitu reflek menghisap yang lemah. Kemudian keadaan
mata, telinga, jantung, abdomen, umbilikus, ekstremitas, genetalia, anus dan warna kulit
Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Bayi Berat Lahir Rendah
Pasien 1
Tabel 4.6 Hasil Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Bayi Berat Lahir Rendah
Pasien 2
Akper Pangkalpinang
60
46,8%
2. Hematokrit 7430/uL 44-70 %
3. Leukosit 227.000 / ul 9,10-34 x 103/ul
4. Trombosit 1,7 mg/dl (0,2 mg/dl) 150-400 ribu
5. CRP 0,03 <0,6 mg/dl
6. IT ratio 133 mmol/l 0,00-0,2
7. Natrium 3,39 mmol/l
8. Kalium 96 mmol/l
9. Klorida 1,36 mmol/l
10. Ca ion 1,9 3-6,8
11. P 3,15 1,7-2,55
12. Magnesium
4.7 Terapi
Akper Pangkalpinang
61
DO : termoregulasi DO : termoregulasi
1. ↓ 1. Saturasi oksigen ↓
Akper Pangkalpinang
62
Akrar
dingin
1. Berat badan bayi ↓ dari kebutuhan 1. Berat badan bayi ↓ kurang dari
lahir 1350 gram Belum berkembangnya tubuh lahir 1850 gram Belum berkembangnya kebutuhan tubuh
2. Berat badan bayi kematangan dan 2. Berat badan bayi kematangan dan
1265 gram menghisap dan menelan 1550 gram menghisap dan menelan
Akper Pangkalpinang
63
kebutuhan tubuh
3. DS: Kelahiran anak pertama Ketidakefektifan DS: Kelahiran anak pertama Ketidakefektifan
tidak mengerti Kecemasan pada ibu tidak mengerti Kecemasan pada ibu
2. Ibu mengatakan mengerti cara menyusui 2. Ibu mengatakan mengerti cara menyusui
menyusui
DO:
1 cc 2. Terpasang OGT
3. Mendapat
Akper Pangkalpinang
64
primming ASI 1 cc
menghisap 5 ml
menghisap
lemah
Berdasarkan Tabel 4.8 Hasil Analisa Data yang saya dapat dari pasien pertama By. Ny. EJ masalah keperawatan yang muncul ada
tiga yaitu:hipotermia, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, ketidakefektifan menyusui. Dari masing masing
masalah keperawatan yang ditemukan terdapat data fokus dengan penyebab munculnya masalah keperawatan. By. Ny. LS masalah
keperawatan yang muncul ada tiga yaitu: hipotermia, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, ketidakefektifan
menyusui. Dari masing masing masalah keperawatan yang ditemukan terdapat data fokus dengan penyebab munculnya masalah
keperawatan.
Akper Pangkalpinang
65
4.8.1 Hipotemia berhubungan dengan Lemak coklat minumal, kulit tipis, transparan, ketidakmampuan menggigil, area
4.8.2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan immaturitas saluran gastrointestinal
Akper Pangkalpinang
66
mentstabilkan suhu
tubuh karena terjadi
pemindahan panas ibu
ke tubuh bayi
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau berat badan bayi 1. Untuk mengetahui
kebutuhan tubuh berhubungan dengan keperawatan selama 3×24 jam sekarang perkembangan berat
immaturitas saluran gastrointestinal bayi menunjukkan pemenuhan 2. Kaji kadar gula darah badan bayi
nutrisi yang adekuat dengan 3. Kaji koordinasi reflek hisap, 2. Untuk mengetahui kadar
kriteria hasil: reflek menelan dan gula bayi
1. Peningkatan berat badan bayi pernafasan 3. Untuk mengetahui
berat lahir rendah setiap hari 4. Pantau aliran OGT perkembangan reflek
15 gram/Kg BB/hari 5. Pantau adanya muntah dan hisap, menelan dan
2. Bayi tidak mengalami distensi abdomen pernafasan bayi
distensi abdomen 6. Kolaborasi dengan dokter 4. Untuk mengetahui asupan
3. Bayi tidak mengalami muntah pemberian nutrisi enteral OGT tidak terjadi
4. Bayi tidak terjadi aspirasi saat berupa trofic feeding, obstruksi
pemberian nutrisi per OGT lanjutkan priming feeding 5. Untuk mengetahui adanya
5. Terbebas dari hipoglikemi dan fullfeeding distensi abdomen
dengan kadar gula bayi diatas 7. Pengaturan posisi prone, 6. Mempercepat
45 mg/dl miring kanan dan supine pengosongan lambung
dengan kepala 40º setelah dan menurunkan liquid
pemberian nutrisi enteral GER. Selain itu,
untuk menurunkan GER meminimlakan
Akper Pangkalpinang
67
3. Ketidakefektifan menyusui berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pemahaman orang tua 1. Untuk memfasilitasi
dengan ketidaktahuan cara menyusui keperawatan selama 3×24 jam terhadap kondisi bayinya orang tua untuk dapat
ibu bayi cara menyusui dan 2. anjurkan orang tua untuk berinteraksi dengan
tindakan apa saja yang harus mengunjungi bayinya bayinya
dilakukan pada bayi dengan 3. Ajarkan teknik perawatan 2. Untuk memfasilitasi
kriteria hasil: metode kanguru interaksi orang tua bayi
1. Ibu bayi mengetahui cara 4. Berikan edukasi dan libatkan 3. Untuk memfasilitasi
perawatan pada bayinya orang tua dalam perawatan kedekatan bayi dengan
2. Ibu tidak cemas lagi bayi berat lahir rendah orang tuanya
3. Ibu mengetahui cara 5.Jelaskan kepada orang tua 4. Untuk memfasilitasi
menyusui anaknya dengan tentang kondisi bayinya dan peningkatan kemampuan
benar alasan kenapa harus dirawat orang tua memenuhi
diruang khusus atau intensif kebutuhan bayinya
6. Ajarkan ibu cara menyusui 5. Untuk mengurangi
Akper Pangkalpinang
68
Pada Tabel 4.9 rencana keperawatan pada pasien 1 dan 2 didapatkan tujuan dan kriteria hasil diagnosa pertama yaitu Tubuh teraba
hangat, Suhu tubuh dalam batas normal (36,5-37,5ºC) . Diagnosa kedua dengan tujuan dan kriteria hasil yaitu Peningkatan berat
badan bayi berat lahir rendah setiap hari 15 gram/Kg BB/hari. Diagnosa ketiga dengan tujuan dan kriteria hasil Ibu bayi mengetahui
cara perawatan pada bayinya, Ibu tidak cemas lagi. Tujuan dari rencana tindakan keperawatan adalah untuk mendapatkan hasil yang
Akper Pangkalpinang
69
07.30 WIB - Menutup kepala bayi dengan topi A: Masalah hipotermia belum
Akper Pangkalpinang
70
inkubator
Ketidakseimbangan nutrisi 08.30 WIB - Memantau berat badan bayi Pukul 14.00 WIB Shift pagi
kurang dari kebutuhan tubuh R/: 1265 gram S:-
berhubungan dengan immaturitas 08.40 WIB - Mengkaji kadar gula darah O:
saluran gastrointestinal R/: 45 mg/dl a) Berat badan bayi
Ketidakefektifan menyusui 11.00 WIB - Memberikan edukasi tentang Pukul 14.00 WIB shift pagi
Akper Pangkalpinang
71
berhubungan dengan perawatan bayi berat lahir rendah S: Ibu mengatakan masih belum
ketidaktahuan cara menyusui R/: Memberikan asi untuk nutrisi paham tentang perawatan bayi
bayi O:
Memberikan kehangatan pada a) Terlihat ibu menyusui
bayi bayinya
11.20 WIB
- Mengajarkan ibu cara menyusui b) Terlihat kesusahan saat
dengan benar menggendong dan
R/: Posisi yang benar saat menyusui menyusui
bayi A: Masalah ketidakefektifan
Perlekatan mulut bayi terhadap menyusui belum teratasi
putting ibu P: Intervensi dilanjutkan
11.45 WIB - Mengajarkan teknik perawatan - Berikan edukasi dalam perawatan
metode kanguru bayi berat lahir rendah
R/: Keaktifan bayi dalam mencari - Ajarkan teknik perawatan
puting ibu metode kanguru
Kedekatan ibu dan bayi - Libatkan orang tua dalam
- Mengajarkan persiapan dalam perawatan dan pemberian asi
penyiapan pemberian asi
11.50 WIB
R/: Ibu tau cara menyimpan asi yang
benar
Hipotemia berhubungan dengan 14.10 WIB - Memantau suhu aksila bayi secara Pukul 21.00 WIB Shift sore
Lemak coklat minumal, kulit teratur S:-
tipis, transparan, R/: 36,1ºC O:
Akper Pangkalpinang
72
ketidakmampuan menggigil, area 14.20 WIB - Melakukan perawatan bayi dalam a) T: 36,0ºC
permukaan tubuh lebih luas inkubator b) Bayi tampak sianosis
15.15 WIB - Menutup kepala bayi dengan topi c) Akrar dingin
15.20 WIB - Memantau suhu inkubator
R/: Suhu inkubstor 33ºC A: Masalah hipotermia belum teratasi
P: Intervensi di lanjutkan
- Pantau suhu aksila bayi secara
teratur
- Letakkan bayi dalam inkubator
- Tutup kepala bayi dengan topi
- Pantau suhu inkubator
- Lakukan perawatan bayi dalam
inkubator
Ketidakseimbangan nutrisi 16.20 WIB - Memantau berat badan bayi Pukul 21.00 WIB Shift sore
kurang dari kebutuhan tubuh R/: 1280 gram S:-
berhubungan dengan immaturitas 16.30 WIB - Memantau aliran OGT O:
saluran gastrointestinal R/: Tidak ada obstruksi a) Berat badan bayi meningkat
Aliran OGT kosong 1282 gram
- Mengatur posisi pemberian nutrisi b) Tidak ada distensi abdomen
16.40 WIB
- Memberikan nutrisi c) Reflek hisap lemah
17.00 WIB
R/: Memberikan primming ASI 8x10
ml A: Masalah ketidakseimbangan
Memberikan asi melalui OGT nutrisi belum teratasi
Akper Pangkalpinang
73
Ketidakefektifan menyusui 19.15 WIB - Memberikan edukasi tentang Pukul 21.00 WIB shift sore
berhubungan dengan perawatan bayi berat lahir rendah S: Ibu mengatakan masih belum
ketidaktahuan cara menyusui R/: Memberikan asi untuk nutrisi paham tentang perawatan bayi dan
bayi cara menyusui yang benar
Memberikan kehangatan pada O:
bayi a) Terlihat ibu menyusui bayinya
- Mengajarkan ibu cara menyusui b) Terlihat kesusahan saat
20.00 WIB
dengan benar menggendong dan menyusui
R/: Posisi yang benar saat menyusui c) Terlihat tenang
bayi A: Masalah ketidakefektifan
Perlekatan mulut bayi terhadap menyusui belum teratasi
putting ibu P: Intervensi dilanjutkan
- Mengajarkan teknik perawatan - Berikan edukasi dalam perawatan
Akper Pangkalpinang
74
Hipotemia berhubungan dengan 21.00 WIB - Memantau suhu aksila bayi secara Pukul 07.00 WIB Shift malam
Lemak coklat minumal, kulit teratur S:-
tipis, transparan, R/: 36,2ºC O:
ketidakmampuan menggigil, area 22.15 WIB - Melakukan perawatan bayi dalam a) rr: 55×/menit
permukaan tubuh lebih luas inkubator P: 150×/menit
Akper Pangkalpinang
75
Ketidakseimbangan nutrisi 23.00 WIB - Memantau berat badan bayi Pukul 07.00 WIB Shift malam
kurang dari kebutuhan tubuh R/: 1300 gram S:-
berhubungan dengan immaturitas 23.30 WIB - Memantau aliran OGT O:
saluran gastrointestinal R/: Tidak ada obstruksi a) Ada kenaikan berat badan bayi
Aliran OGT kosong 1300 gram
01.30 WIB - Mengatur posisi pemberian nutrisi b) Tidak ada distensi abdomen
Akper Pangkalpinang
76
Ketidakefektifan menyusui 03.00 WIB - Memberikan edukasi tentang Pukul 07.00 WIB shift malam
berhubungan dengan perawatan bayi berat lahir rendah S: Ibu mengatakan masih belum
ketidaktahuan cara menyusui R/: Memberikan asi untuk nutrisi paham tentang perawatan bayi dan
bayi cara menyusui yang benar
Memberikan kehangatan pada O:
bayi a) Terlihat ibu menyusui bayinya
- Mengajarkan ibu cara menyusui b) Terlihat belum bisa menyusui
05.00 WIB
dengan benar bayinya
R/: Posisi yang benar saat menyusui c) Terlihat tenang
bayi A: Masalah ketidakefektifan
Perlekatan mulut bayi terhadap menyusui belum teratasi
putting ibu P: Intervensi dilanjutkan
- Mengajarkan teknik perawatan - Berikan edukasi dalam perawatan
06.30 WIB metode kanguru bayi berat lahir rendah
R/: Keaktifan bayi dalam mencari - Ajarkan teknik perawatan
puting ibu metode kanguru
Kedekatan ibu dan anak - Libatkan orang tua dalam
- Mengajarkan persiapan dalam perawatan dan pemberian asi
penyiapan pemberian asi
06.50 WIB
R/: Ibu tau cara menyimpan asi yang
benar
2 Hipotemia berhubungan dengan Minggu 13 juni 2021 Pukul 14.05 WIB Shift pagi
Akper Pangkalpinang
77
Lemak coklat minumal, kulit 07.00 WIB - Memantau suhu aksila bayi secara S:-
tipis, transparan, teratur O:
ketidakmampuan menggigil, area R/: 36,0ºC a) T: 36, 3ºC
permukaan tubuh lebih luas 07.25 WIB - Melakukan perawatan bayi dalam b) Bayi tampak sianosis
inkubator c) Akrar dingin
- Menutup kepala bayi dengan topi
07.30 WIB
- Memantau suhu inkubator A: Masalah hipotermia belum teratasi
07.45 WIB
R/: Suhu inkubstor 34ºC P: Intervensi di lanjutkan
- Pantau suhu aksila bayi secara
teratur
- Letakkan bayi dalam inkubator
- Tutup kepala bayi dengan topi
- Pantau suhu inkubator
- Lakukan perawatan bayi dalam
inkubator
Ketidakseimbangan nutrisi 09.10 WIB - Memantau berat badan bayi Pukul 14.05 WIB Shift pagi
kurang dari kebutuhan tubuh R/: 1310 gram S:-
berhubungan dengan immaturitas 09.20 WIB - Memantau aliran OGT O:
saluran gastrointestinal R/: Tidak ada obstruksi a) peningkatan berat badan bayi 1310
Aliran OGT kosong gram
- Mengatur posisi pemberian nutrisi b) Tidak ada distensi abdomen
09.30 WIB
- Memberikan nutrisi c) Reflek hisap masih lemah
09.40 WIB
R/: Memberikan primming ASI 8x10
Akper Pangkalpinang
78
ml A: Masalah ketidakseimbangan
Memberikan asi melalui OGT nutrisi belum teratasi
- Memonitor distensi abdomen dan P: Intervensi dilanjutkan
muntah - Pantau berat badan bayi
09.45 WIB
R/: tidak ada distensi abdomen dan - Kaji koordinasi reflek hisap,
muntah reflek menelan dan pernafasan
- Pantau aliran OGT
- Pantau adanya muntah dan
distensi abdomen
- Atur posisi saat pemberian nutrisi
- Kolaborasi dengan dokter
pemberian nutrisi
Ketidakefektifan menyusui 11.00 WIB - Memberikan edukasi tentang Pukul 14.05 WIB shift pagi
berhubungan dengan perawatan bayi berat lahir rendah S: -Ibu mengatakan sedikit
ketidaktahuan cara menyusui R/: Memberikan asi untuk nutrisi mengeluarkan asi
bayi - ibu mengatakan masih kaku
Memberikan kehangatan pada menggendong bayinya
bayi O:
- Mengajarkan ibu cara menyusui a) Terlihat ibu menggendong bayinya
11.30 WIB
dengan benar b) Terlihat ibu masih kaku menyusui
R/: Posisi yang benar saat menyusui bayinya
bayi A: Masalah ketidakefektifan
Perlekatan mulut bayi terhadap menyusui belum teratasi
Akper Pangkalpinang
79
Hipotemia berhubungan dengan 14.30 WIB - Memantau suhu aksila bayi secara Pukul 21.00 WIB Shift sore
Lemak coklat minumal, kulit teratur S:-
tipis, transparan, R/: 36,4ºC O:
ketidakmampuan menggigil, area 14.40 WIB - Melakukan perawatan bayi dalam a T: 36, 7ºC
permukaan tubuh lebih luas inkubator b) Bayi tampak sianosis
Akper Pangkalpinang
80
Ketidakseimbangan nutrisi 15.40 WIB - Memantau berat badan bayi Pukul 21.00 WIB Shift sore
kurang dari kebutuhan tubuh R/: 1310 gram S:-
berhubungan dengan immaturitas 16.00 WIB - Memantau aliran OGT O:
saluran gastrointestinal R/: Tidak ada obstruksi a) peningkatan berat badan bayi 1310
Aliran OGT kosong gram
16.30 WIB - Mengatur posisi pemberian nutrisi b) Tidak ada distensi abdomen
Akper Pangkalpinang
81
Ketidakefektifan menyusui 18.15 WIB - Memberikan edukasi tentang Pukul 21.00 WIB shift sore
berhubungan dengan perawatan bayi berat lahir rendah S: -Ibu mengatakan sedikit
ketidaktahuan cara menyusui R/: Memberikan asi untuk nutrisi mengeluarkan asi
bayi - ibu mengatakan masih kaku
Memberikan kehangatan pada menggendong bayinya
bayi O:
19.00 WIB
- Mengajarkan ibu cara menyusui a) Terlihat ibu menggendong bayinya
dengan benar b) Terlihat ibu masih kaku menyusui
R/: Posisi yang benar saat menyusui bayinya
bayi A: Masalah ketidakefektifan
Perlekatan mulut bayi terhadap menyusui belum teratasi
putting ibu P: Intervensi dilanjutkan
- Mengajarkan teknik perawatan - Berikan edukasi dalam perawatan
19. 30 WIB metode kanguru bayi berat lahir rendah
R/: Keaktifan bayi dalam mencari - Ajarkan teknik perawatan metode
puting ibu kanguru
Kedekatan ibu dan anak - Libatkan orang tua dalam
- Mengajarkan persiapan dalam perawatan dan pemberian asi
penyiapan pemberian asi
20.00 WIB
R/: Ibu tau cara menyimpan asi yang
benar
Hipotemia berhubungan dengan 21.15 WIB - Memantau suhu aksila bayi secara Pukul 07.30 WIB Shift malam
Akper Pangkalpinang
82
Ketidakseimbangan nutrisi 22.00 WIB - Memantau berat badan bayi Pukul 07.00 WIB Shift sore
kurang dari kebutuhan tubuh R/: 1320 gram S:-
berhubungan dengan immaturitas 22.15 WIB - Memantau aliran OGT O:
saluran gastrointestinal R/: Tidak ada obstruksi a) peningkatan berat badan bayi 1320
Aliran OGT kosong gram
- Mengatur posisi pemberian nutrisi b) Tidak ada distensi abdomen
22.45 WIB
- Memberikan nutrisi c) Reflek hisap masih lemah
23.00 WIB
Akper Pangkalpinang
83
Ketidakefektifan menyusui 06.00 WIB - Memberikan edukasi tentang Pukul 07.30 WIB shift malam
berhubungan dengan perawatan bayi berat lahir rendah S: - Ibu mengatakan sedikit
ketidaktahuan cara menyusui R/: Memberikan asi untuk nutrisi mengeluarkan asi
bayi - ibu mengatakan masih kaku
Memberikan kehangatan pada menggendong bayinya
bayi O:
- Mengajarkan ibu cara menyusui a) Ibu tampak tenang
06.15 WIB
dengan benar b) Terlihat ibu masih kaku menyusui
R/: Posisi yang benar saat menyusui bayinya
bayi A: Masalah ketidakefektifan
Akper Pangkalpinang
84
3. Hipotemia berhubungan dengan Senin 14 juni 2021 Pukul 14.00 WIB Shift pagi
Lemak coklat minumal, kulit 07.00 WIB - Memantau suhu aksila bayi secara S:-
tipis, transparan, teratur O:
ketidakmampuan menggigil, area R/: 36,5ºC a) T: 37ºC
permukaan tubuh lebih luas 07.20 WIB - Melakukan perawatan bayi dalam b) Bayi tampak sianosis
inkubator c) Akrar dingin
Akper Pangkalpinang
85
Ketidakseimbangan nutrisi 08.15 WIB - Memantau berat badan bayi Pukul 14.00 WIB Shift pagi
kurang dari kebutuhan tubuh R/: 1325 gram S:-
berhubungan dengan immaturitas 08.20 WIB - Memantau aliran OGT O:
saluran gastrointestinal R/: Tidak ada obstruksi a) peningkatan berat badan bayi 1325
Aliran OGT kosong gram
09.00 WIB - Mengatur posisi pemberian nutrisi b) Tidak ada distensi abdomen
Akper Pangkalpinang
86
Ketidakefektifan menyusui 10.00 WIB - Memberikan edukasi tentang Pukul 14.00 WIB shift pagi
berhubungan dengan perawatan bayi berat lahir rendah S: - Ibu mengatakan sudah tau
ketidaktahuan cara menyusui R/: Memberikan asi untuk nutrisi tentang
bayi perawatan bayi berat lahir rendah
Memberikan kehangatan pada - ibu mengatakan sudah tau teknik
bayi menyusui bayi dengan benar
- Mengajarkan ibu cara menyusui - Ibu mengatakan masih kaku
11.15 WIB
dengan benar menyusui bayinya
R/: Posisi yang benar saat menyusui O:
bayi a) Ibu tampak tenang
Perlekatan mulut bayi terhadap b) Terlihat ibu masih kaku menyusui
putting ibu bayinya
- Mengajarkan teknik perawatan A: Masalah ketidakefektifan
11.35 WIB metode kanguru menyusui belum teratasi
R/: Keaktifan bayi dalam mencari P: Intervensi dilanjutkan
puting ibu - Ajarkan cara menyusui yang
Kedekatan ibu dan anak benar
- Libatkan orang tua dalam
perawatan dan pemberian asi
Hipotemia berhubungan dengan 14.00 WIB - Memantau suhu aksila bayi secara Pukul 21.00 WIB Shift sore
Lemak coklat minumal, kulit teratur S:-
tipis, transparan, R/: 36,5ºC O:
Akper Pangkalpinang
87
ketidakmampuan menggigil, area 14.30 WIB - Melakukan perawatan bayi dalam a) T: 36,5ºC
permukaan tubuh lebih luas inkubator b) Akrar dingin
14.40 WIB - Menutup kepala bayi dengan topi
15.00 WIB - Memantau suhu inkubator A: Masalah hipotermia belum teratasi
R/: Suhu inkubstor 33,5ºC P: Intervensi di lanjutkan
- Pantau suhu aksila bayi secara
teratur
- Letakkan bayi dalam inkubator
- Tutup kepala bayi dengan topi
- Pantau suhu inkubator
- Lakukan perawatan bayi dalam
inkubator
Ketidakseimbangan nutrisi 15.30 WIB - Memantau berat badan bayi Pukul 21.00 WIB Shift sore
kurang dari kebutuhan tubuh R/: 1330 gram S:-
berhubungan dengan immaturitas 15.35 WIB - Memantau aliran OGT O:
saluran gastrointestinal R/: Tidak ada obstruksi a) peningkatan berat badan bayi 1330
Aliran OGT kosong gram
- Mengatur posisi pemberian nutrisi b) Tidak ada distensi abdomen
15.40 WIB
- Memberikan nutrisi c) Nutrisi telah terpenuhi
16.10 WIB
R/: Memberikan primming ASI 8x10 A: Masalah ketidakeimbangan nutrisi
ml belum teratasi
Memberikan asi P: Intervensi dilanjutkan
melalui OGT - Pantau berat badan bayi
Akper Pangkalpinang
88
16.15 WIB - Memonitor distensi abdomen dan - Kaji koordinasi reflek hisap,
muntah reflek menelan dan pernafasan
R/: tidak ada distensi abdomen dan - Pantau aliran OGT
muntah - Pantau adanya muntah dan
distensi abdomen
- Atur posisi saat pemberian nutrisi
- Kolaborasi dengan dokter
pemberian nutrisi
Ketidakefektifan menyusui 16.25 WIB - Mengajarkan cara menyusui yang Pukul 21.00 WIB shift sore
berhubungan dengan benar S: - ibu mengatakan sudah tau teknik
ketidaktahuan cara menyusui R/: Memberikan asi untuk nutrisi menyusui bayi dengan benar
bayi - Ibu mengatakan merasa kaku
Memberikan kehangatan pada saat menggendong dan menyusui
bayi bayinya
- Melibatkan orang tua dalam O:
17.30 WIB
perawatan dan pemberian asi a) Ibu tampak tenang
R/: Keaktifan bayi dalam mencari b) Terlihat sudah bisa menyusui
puting ibu dengan benar
Kedekatan ibu dan anak A: Masalah ketidakefektifan
menyusui belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
- Ajarkan cara
menyusui yang benar
Akper Pangkalpinang
89
Hipotemia berhubungan dengan 21.15 WIB - Memantau suhu aksila bayi secara Pukul 08.00 WIB Shift malam
Lemak coklat minumal, kulit teratur S:-
tipis, transparan, R/: 36,5ºC O:
ketidakmampuan menggigil, area 21.30 WIB - Melakukan perawatan bayi dalam a) T: 37ºC
permukaan tubuh lebih luas inkubator b) Akrar hangat
Ketidakseimbangan nutrisi 22.30 WIB - Memantau berat badan bayi Pukul 08.00 WIB Shift malam
kurang dari kebutuhan tubuh R/: 1337 gram S:-
berhubungan dengan immaturitas 22.35 WIB - Memantau aliran OGT O:
saluran gastrointestinal R/: Tidak ada obstruksi a) peningkatan berat badan bayi
Aliran OGT kosong 1337 gram
- Mengatur posisi pemberian nutrisi b) Tidak ada distensi abdomen
22.40 WIB
- Memberikan nutrisi c) Nutrisi telah terpenuhi
23.10 WIB
R/: Memberikan primming ASI 8x10 A: Masalah ketidakseimbangan
ml nutrisi teratasi
Memberikan asi P: Intervensi dihentikan
melalui OGT
23.13 WIB
- Memonitor distensi abdomen dan
Akper Pangkalpinang
90
muntah
R/: tidak ada distensi abdomen dan
muntah
Ketidakefektifan menyusui 05.25 WIB - Mengajarkan cara menyusui yang Pukul 08.00 WIB shift malam
berhubungan dengan benar S: - ibu mengatakan sudah tau teknik
ketidaktahuan cara menyusui R/: Memberikan asi untuk nutrisi menyusui bayi dengan benar
bayi - Ibu mengatakan bisa menyusui
Memberikan kehangatan pada bayinya dan tidak merasa kaku
bayi saat menggendong dan menyusui
- Melibatkan orang tua dalam bayinya
06.30 WIB
perawatan dan pemberian asi O:
R/: Keaktifan bayi dalam mencari a) Ibu tampak
puting ibu tenang
Kedekatan ibu dan anak b) Terlihat sudah bisa menyusui
dengan benar
A: Masalah ketidakefektifan
menyusui teratasi
P: Intervensi dihentikan
Akper Pangkalpinang
91
Berdasarkan Tabel 4.10 Implementasi Keperawatan By. Ny EJ dapat disimpulkan bahwa Pada hari pertama untuk diagnosa
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan immaturitas saluran gastrointestinal pada saat evaluasi
sudah ada kenaikan berat badan, reflek menghisap sudah kuat dan bayi tetap terjaga kehangatannya didalam inkubator. Untuk
ketidakefektifan menyusui bagi ibu sudah teratasi setelah dilakukan tindakan selama 3×24 jam.
Akper Pangkalpinang
92
teratur
- Letakkan bayi dalam inkubator
- Tutup kepala bayi
dengan topi
- Pantau suhu inkubator
- Lakukan perawatan bayi dalam
inkubator
Ketidakseimbangan nutrisi 08.30 WIB - Memantau berat badan bayi Pukul 15.00 WIB Shift pagi
kurang dari kebutuhan R/: 1640 gram S:-
tubuh berhubungan dengan 08.40 WIB - Mengkaji kadar gula darah O:
immaturitas saluran R/: 45 mg/dl a) Berat badan bayi tidak ada
gastrointestinal 08.50 WIB - Memantau aliran OGT peningkatan 1640 gram
R/: Tidak ada obstruksi b) Tidak ada distensi abdomen
Aliran OGT kosong c) Reflek hisap lemah
- Memberikan nutrisi A: Masalah ketidakeimbangan nutrisi
09.00 WIB
R/: Bayi mendapatkan ASI ditambah belum teratasi
HMF sebanyak 8x10 ml P: Intervensi dilanjutkan
Memberikan asi melalui OGT - Pantau berat badan bayi
- Memonitor distensi abdomen dan - Kaji koordinasi reflek hisap, reflek
09.05 WIB
muntah menelan dan pernafasan
R/: tidak ada distensi abdomen dan - Pantau aliran OGT
muntah - Pantau adanya muntah dan distensi
abdomen
Akper Pangkalpinang
93
Ketidakefektifan menyusui 11.00 WIB - Memberikan edukasi tentang Pukul 15.00 WIB shift pagi
berhubungan dengan perawatan bayi berat lahir rendah S: Ibu mengatakan masih belum paham
ketidaktahuan cara R/: Memberikan asi untuk nutrisi tentang perawatan bayi
menyusui bayi O:
Memberikan kehangatan pada a) Terlihat ibu menyusui
bayi bayinya
- Mengajarkan ibu cara menyusui b) Terlihat kesusahan saat
11.20 WIB
dengan benar menggendong dan menyusui
R/: Posisi yang benar saat menyusui A: Masalah ketidakefektifan menyusui
bayi belum teratasi
Perlekatan mulut bayi terhadap P: Intervensi dilanjutkan
putting ibu - Berikan edukasi dalam perawatan
- Mengajarkan teknik perawatan bayi berat lahir rendah
11. 30 WIB metode kanguru - Ajarkan teknik perawatan metode
R/: Keaktifan bayi dalam mencari kanguru
puting ibu - Libatkan orang tua dalam perawatan
Kedekatan ibu dan anak dan pemberian asi
- Mengajarkan persiapan dalam
penyiapan pemberian asi
11.45 WIB
R/: Ibu tau cara menyimpan asi yang
benar
Akper Pangkalpinang
94
Hipotemia berhubungan 14.00 WIB - Memantau suhu aksila bayi secara Pukul 21.00 WIB Shift sore
dengan Lemak coklat teratur
minumal, kulit tipis, R/: 36,4ºC S:-
transparan, 14.20 WIB - Melakukan perawatan bayi dalam O:
ketidakmampuan inkubator a) T: 36, 5ºC
menggigil, area permukaan 15.00 WIB - Menutup kepala bayi dengan topi b) Bayi tampak sianosis
tubuh lebih luas 15.05 WIB - Memantau suhu inkubator c) Akrar dingin
R/: Suhu inkubstor 29ºC
Ketidakseimbangan nutrisi 16.00 WIB - Memantau berat badan bayi Pukul 21.00 WIB Shift sore
kurang dari kebutuhan R/: 1640 gram S:-
tubuh berhubungan dengan 16.10 WIB - Memantau aliran OGT O:
immaturitas saluran R/: Tidak ada obstruksi a) Berat badan bayi tidak mengalami
gastrointestinal Aliran OGT kosong peningkatan
- Mengatur posisi pemberian nutrisi b) Tidak ada distensi abdomen
Akper Pangkalpinang
95
Ketidakefektifan menyusui 19.10 WIB - Memberikan edukasi tentang Pukul 21.00 WIB shift sore
berhubungan dengan perawatan bayi berat lahir rendah
ketidaktahuan cara R/: Memberikan asi untuk nutrisi S: Ibu mengatakan masih belum paham
menyusui bayi tentang perawatan bayi dan cara
Memberikan kehangatan pada menyusui yang benar
bayi O:
- Mengajarkan ibu cara menyusui a) Terlihat ibu menyusui bayinya
19.30 WIB
dengan benar b) Terlihat kesusahan saat menggendong
R/: Posisi yang benar saat menyusui dan menyusui
bayi c) Terlihat tenang
Akper Pangkalpinang
96
Hipotemia berhubungan 21.00 WIB - Memantau suhu aksila bayi secara Pukul 08.00 WIB Shift malam
dengan Lemak coklat teratur S:-
minumal, kulit tipis, R/: 36,4ºC O:
transparan, 22.15 WIB - Melakukan perawatan bayi dalam a T: 36ºC
ketidakmampuan inkubator b) Bayi tampak sianosis
menggigil, area permukaan 22.20 WIB - Menutup kepala bayi dengan topi c) Akrar dingin
tubuh lebih luas 22.25 WIB - Memantau suhu inkubator
R/: Suhu inkubstor 29ºC A: Masalah hipotermia belum teratasi
P: Intervensi di lanjutkan
- Pantau suhu aksila bayi secara teratur
- Letakkan bayi dalam inkubator
- Tutup kepala bayi dengan topi
Akper Pangkalpinang
97
Ketidakseimbangan nutrisi 23.00 WIB - Memantau berat badan bayi Pukul 08.00 WIB Shift malam
kurang dari kebutuhan R/: 1640 gram S:-
tubuh berhubungan dengan 23.10 WIB - Memantau aliran OGT O:
immaturitas saluran R/: Tidak ada obstruksi a) Berat badan bayi tidak mengalami
gastrointestinal Aliran OGT kosong peningkatan
01.30 WIB - Mengatur posisi pemberian nutrisi b) Tidak ada distensi abdomen
Akper Pangkalpinang
98
Ketidakefektifan menyusui 06.00 WIB - Memberikan edukasi tentang Pukul 08.00 WIB shift malam
berhubungan dengan perawatan bayi berat lahir rendah S: Ibu mengatakan masih belum paham
ketidaktahuan cara R/: Memberikan asi untuk nutrisi tentang perawatan bayi dan cara
menyusui bayi menyusui yang benar
Memberikan kehangatan pada O:
bayi a) Terlihat ibu menyusui bayinya
- Mengajarkan ibu cara menyusui b) Terlihat belum bisa menyusui bayinya
07.00 WIB
dengan benar c) Terlihat tenang
R/: Posisi yang benar saat menyusui A: Masalah ketidakefektifan menyusui
bayi belum teratasi
Perlekatan mulut bayi terhadap P: Intervensi dilanjutkan
putting ibu - Berikan edukasi dalam perawatan
- Mengajarkan teknik perawatan bayi berat lahir rendah
07.30 WIB metode kanguru - Ajarkan teknik perawatan metode
R/: Keaktifan bayi dalam mencari kanguru
puting ibu - Libatkan orang tua dalam perawatan
Kedekatan ibu dan anak dan pemberian asi
- Mengajarkan persiapan dalam
penyiapan pemberian asi
06.50 WIB
R/: Ibu tau cara menyimpan asi yang
benar
2. Hipotemia berhubungan Kamis 17 juni 2021 Pukul 14.10 WIB Shift pagi
Akper Pangkalpinang
99
dengan Lemak coklat 07.10 WIB - Memantau suhu aksila bayi secara S:-
minumal, kulit tipis, teratur O:
transparan, R/: 36ºC a) T: 36, 3ºC
ketidakmampuan 07.25 WIB - Melakukan perawatan bayi dalam b) Bayi tampak sianosis
menggigil, area permukaan inkubator c) Akrar dingin
tubuh lebih luas - Menutup kepala bayi dengan topi
07.30 WIB
- Memantau suhu inkubator A: Masalah hipotermia belum teratasi
07.45 WIB
R/: Suhu inkubstor 30ºC P: Intervensi di lanjutkan
Pantau suhu aksila bayi secara teratur
- Letakkan bayi dalam inkubator
- Tutup kepala bayi dengan topi
- Pantau suhu inkubator
- Lakukan perawatan bayi dalam
inkubator
Ketidakseimbangan nutrisi 09.00 WIB - Memantau berat badan bayi Pukul 14.10 WIB Shift pagi
kurang dari kebutuhan R/: 1650 gram S:-
tubuh berhubungan dengan 09.20 WIB - Memantau aliran OGT O:
immaturitas saluran R/: Tidak ada obstruksi a) Ada peningkatan berat badan bayi
gastrointestinal Aliran OGT kosong 1650 gram
- Mengatur posisi pemberian nutrisi b) Tidak ada distensi abdomen
09.30 WIB
- Memberikan nutrisi c) Reflek hisap masih lemah
09.40 WIB
R/: Memberikan primming ASI
8x10 ml A: Masalah ketidakseimbangan nutrisi
Akper Pangkalpinang
100
09.45 WIB - Memonitor distensi abdomen dan - Pantau berat badan bayi
muntah - Kaji koordinasi reflek hisap, reflek
R/: tidak ada distensi abdomen dan menelan dan pernafasan
muntah - Pantau aliran OGT
- Pantau adanya muntah dan distensi
abdomen
- Atur posisi saat pemberian nutrisi
- Kolaborasi dengan dokter pemberian
nutrisi
Ketidakefektifan menyusui 11.00 WIB - Memberikan edukasi tentang Pukul 14.10 WIB shift pagi
berhubungan dengan perawatan bayi berat lahir rendah S: - Ibu mengatakan masih belum paham
ketidaktahuan cara R/: Memberikan asi untuk nutrisi cara menggendong dan cara
menyusui bayi menyusui bayinya
Memberikan kehangatan pada -Ibu mengatakan sedikit mengeluarkan
bayi asi
- Mengajarkan ibu cara menyusui - ibu mengatakan masih kaku
11.30 WIB
dengan benar menggendong bayinya
R/: Posisi yang benar saat menyusui O:
bayi a) Terlihat ibu menggendong bayinya
Perlekatan mulut bayi terhadap b) Terlihat ibu masih kaku menyusui
putting ibu bayinya
Akper Pangkalpinang
101
Hipotemia berhubungan 14.10 WIB - Memantau suhu aksila bayi secara Pukul 21.20 WIB Shift sore
dengan Lemak coklat teratur S:-
minumal, kulit tipis, R/: 36,2ºC O:
transparan, 14.30 WIB - Melakukan perawatan bayi dalam a) T: 36, 7ºC
ketidakmampuan inkubator b) Bayi tampak sianosis
menggigil, area permukaan - Menutup kepala bayi dengan topi c) Akrar dingin
14.50 WIB
tubuh lebih luas - Memantau suhu inkubator
15.00 WIB
R/: Suhu inkubstor 30ºC A: Masalah hipotermia belum teratasi
P: Intervensi di lanjutkan
- Letakkan bayi dalam inkubator
- Tutup kepala bayi dengan topi
- Pantau suhu inkubator
- Lakukan perawatan bayi dalam
Akper Pangkalpinang
102
inkubator
Ketidakseimbangan nutrisi 15.30 WIB - Memantau berat badan bayi Pukul 21.20 WIB Shift sore
kurang dari kebutuhan R/: 1650 gram S:-
tubuh berhubungan dengan 16.10 WIB - Memantau aliran OGT O:
immaturitas saluran R/: Tidak ada obstruksi a) Tidak ada peningkatan berat badan
gastrointestinal Aliran OGT kosong bayi
16.20 WIB - Mengatur posisi pemberian nutrisi c) Tidak ada distensi abdomen
Ketidakefektifan menyusui 18.30 WIB - Memberikan edukasi tentang Pukul 21.20 WIB shift sore
Akper Pangkalpinang
103
berhubungan dengan perawatan bayi berat lahir rendah S: -Ibu mengatakan sedikit
ketidaktahuan cara R/: Memberikan asi untuk nutrisi mengeluarkan asi
menyusui bayi - ibu mengatakan masih kaku
Memberikan kehangatan pada menggendong bayinya
bayi - Ibu mengatakan masih belum
- Mengajarkan ibu cara menyusui mengerti cara menyusui bayinya
19.00 WIB
dengan benar O:
R/: Posisi yang benar saat menyusui a) Terlihat ibu menggendong bayinya
bayi b) Terlihat ibu masih kaku menyusui
Perlekatan mulut bayi terhadap bayinya
putting ibu A: Masalah ketidakefektifan menyusui
- Mengajarkan teknik perawatan belum teratasi
19. 30 WIB metode kanguru P: Intervensi dilanjutkan
R/: Keaktifan bayi dalam mencari - Berikan edukasi dalam perawatan
puting ibu bayi berat lahir rendah
Kedekatan ibu dan anak - Ajarkan teknik perawatan metode
- Mengajarkan persiapan dalam kanguru
penyiapan pemberian asi - Libatkan orang tua dalam perawatan
20.00 WIB
R/: Ibu tau cara menyimpan asi yang dan pemberian asi
benar
Hipotemia berhubungan 21.00 WIB - Memantau suhu aksila bayi secara Pukul 08.00 WIB Shift malam
dengan Lemak coklat teratur S:-
minumal, kulit tipis, R/: 36,3ºC O:
Akper Pangkalpinang
104
Ketidakseimbangan nutrisi 22.10 WIB - Memantau berat badan bayi Pukul 08.00 WIB Shift malam
kurang dari kebutuhan R/: 1655 gram S:-
tubuh berhubungan dengan 22.25 WIB - Memantau aliran OGT O:
immaturitas saluran R/: Tidak ada obstruksi a) peningkatan berat badan bayi 1655
gastrointestinal Aliran OGT kosong gram
- Mengatur posisi pemberian nutrisi b) Tidak ada distensi abdomen
22.35 WIB
- Memberikan nutrisi c) Reflek hisap masih lemah
23.40 WIB
R/: Memberikan primming ASI
8x10 ml A: Masalah ketidakseimbangan nutrisi
Memberikan asi belum teratasi
melalui OGT P: Intervensi dilanjutkan
23.45 WIB
- Memonitor distensi abdomen dan - Pantau berat badan bayi
Akper Pangkalpinang
105
Ketidakefektifan menyusui 06.00 WIB - Memberikan edukasi tentang Pukul 08.00 WIB shift malam
berhubungan dengan perawatan bayi berat lahir rendah S: -Ibu mengatakan sedikit
ketidaktahuan cara R/: Memberikan asi untuk nutrisi mengeluarkan asi
menyusui bayi - ibu mengatakan masih kaku
Memberikan kehangatan pada menggendong bayinya
bayi - Ibu mengatakan belum paham cara
- Mengajarkan ibu cara menyusui perawatan bayinya dan menyusui
06.15 WIB
dengan benar bayinya
R/: Posisi yang benar saat menyusui O:
bayi a) Ibu tampak tenang
Perlekatan mulut bayi terhadap b) Terlihat ibu kaku menyusui bayinya
putting ibu A: Masalah ketidakefektifan menyusui
- Mengajarkan teknik perawatan
Akper Pangkalpinang
106
3. Hipotemia berhubungan Jumat 18 juni 2021 Pukul 14.00 WIB Shift pagi
dengan Lemak coklat 07.15 WIB - Memantau suhu aksila bayi secara S:-
minumal, kulit tipis, teratur O:
transparan, R/: 36,3ºC a) rr: 50×/menit
ketidakmampuan 07.20 WIB - Melakukan perawatan bayi dalam P: 148×/menit
menggigil, area permukaan inkubator T: 36ºC
tubuh lebih luas 07.30 WIB - Menutup kepala bayi dengan topi b) Bayi tampak sianosis
Akper Pangkalpinang
107
inkubator
Ketidakseimbangan nutrisi 08.15 WIB - Memantau berat badan bayi Pukul 14.20 WIB Shift pagi
kurang dari kebutuhan R/: 1655 gram S:-
tubuh berhubungan dengan 08.20 WIB - Memantau aliran OGT O:
immaturitas saluran R/: Tidak ada obstruksi a) Tidak ada peningkatan berat badan
gastrointestinal Aliran OGT kosong bayi
09.00 WIB - Mengatur posisi pemberian nutrisi b) Tidak ada distensi abdomen
Ketidakefektifan menyusui 10.00 WIB - Memberikan edukasi tentang Pukul 14.00 WIB shift pagi
berhubungan dengan perawatan bayi berat lahir rendah S: - Ibu mengatakan sudah tau tentang
Akper Pangkalpinang
108
ketidaktahuan cara R/: Memberikan asi untuk nutrisi perawatan bayi berat lahir rendah
menyusui bayi - ibu mengatakan sudah tau teknik
Memberikan kehangatan pada menyusui bayi dengan benar
bayi - Ibu mengatakan masih kaku
- Mengajarkan ibu cara menyusui menyusui bayinya
11.15 WIB
dengan benar O:
R/: Posisi yang benar saat menyusui a) Ibu tampak tenang
bayi b) Terlihat ibu masih kaku menyusui
Perlekatan mulut bayi terhadap bayinya
putting ibu A: Masalah keetidakefektifan menyusui
- Mengajarkan teknik perawatan belum teratasi
11.35 WIB metode kanguru P: Intervensi dilanjutkan
R/: Keaktifan bayi dalam mencari - Ajarkan cara menyusui yang benar
puting ibu - Libatkan orang tua dalam perawatan
Kedekatan ibu dan bayi dan pemberian asi
Hipotemia berhubungan 14.10 WIB - Memantau suhu aksila bayi secara Pukul 21.00 WIB Shift sore
dengan Lemak coklat teratur S:-
minumal, kulit tipis, R/: 36,3ºC O:
transparan, 14.30 WIB - Melakukan perawatan bayi dalam a) rr: 48×/menit
ketidakmampuan inkubator P: 150×/menit
menggigil, area permukaan 14.40 WIB - Menutup kepala bayi dengan topi T: 36ºC
tubuh lebih luas 15.00 WIB - Memantau suhu inkubator b) Akrar hangat
R/: Suhu inkubstor 31ºC
Akper Pangkalpinang
109
Ketidakseimbangan nutrisi 15.40 WIB - Memantau berat badan bayi Pukul 21.00 WIB Shift sore
kurang dari kebutuhan R/: 1660 gram S:-
tubuh berhubungan dengan 16.00 WIB - Memantau aliran OGT O:
immaturitas saluran R/: Tidak ada obstruksi a) peningkatan berat badan bayi 1660
gastrointestinal Aliran OGT kosong gram
16.30 WIB - Mengatur posisi pemberian nutrisi b) Tidak ada distensi abdomen
Akper Pangkalpinang
110
abdomen
- Atur posisi saat pemberian nutrisi
- Kolaborasi dengan dokter pemberian
nutrisi
Ketidakefektifan menyusui 17.25 WIB - Mengajarkan cara menyusui yang Pukul 21.00 WIB shift sore
berhubungan dengan benar S: - ibu mengatakan belum begitu
ketidaktahuan cara R/: Memberikan asi untuk nutrisi paham teknik menyusui bayi
menyusui bayi dengan benar
Memberikan kehangatan pada - Ibu mengatakan bisa menyusui
bayi bayinya dan masih merasa kaku saat
- Melibatkan orang tua dalam menggendong dan menyusui bayinya
17.30 WIB
perawatan dan pemberian asi O:
R/: Keaktifan bayi dalam mencari a) Ibu tampak tenang
puting ibu b) Terlihat sedikit kaku menggendong
Kedekatan ibu dan bayi bayinya
- Mengajarkan teknik perawatan A: Masalah ketidakefektifan menyusui
18.00 WIB metode kanguru belum teratasi
R/: Keaktifan bayi dalam mencari P: Intervensi dilanjutkan
puting ibu - Ajarkan cara menyusui yang benar
Kedekatan ibu dan anak - Libatkan orang tua dalam perawatan
- Mengajarkan persiapan dalam dan pemberian asi
Akper Pangkalpinang
111
Hipotemia berhubungan 21.15 WIB - Memantau suhu aksila bayi secara Pukul 08.00 WIB Shift malam
dengan Lemak coklat teratur S:-
minumal, kulit tipis, R/: 36,5ºC O:
transparan, 21.30 WIB - Melakukan perawatan bayi dalam a T: 37ºC
ketidakmampuan inkubator b) Akrar hangat
menggigil, area permukaan - Menutup kepala bayi dengan topi
21.40 WIB
tubuh lebih luas - Memantau suhu inkubator A: Masalah hipotermia teratasi
22.00 WIB
R/: Suhu inkubstor 30,5ºC P: Intervensi dihentikan
Ketidakseimbangan nutrisi 22.30 WIB - Memantau berat badan bayi Pukul 08.00 WIB Shift malam
kurang dari kebutuhan R/: 1665 gram S:-
tubuh berhubungan dengan 22.35 WIB - Memantau aliran OGT O:
immaturitas saluran R/: Tidak ada obstruksi a) peningkatan berat badan bayi 1665
gastrointestinal Aliran OGT kosong gram
- Mengatur posisi pemberian nutrisi b) Tidak ada distensi abdomen
22.40 WIB
- Memberikan nutrisi c) Nutrisi telah terpenuhi
23.10 WIB
R/: Memberikan primming ASI
Akper Pangkalpinang
112
Ketidakefektifan menyusui 05.25 WIB - Mengajarkan cara menyusui yang Pukul 08.00 WIB shift malam
berhubungan dengan benar S: - ibu mengatakan sudah tau teknik
ketidaktahuan cara R/: Memberikan asi untuk nutrisi menyusui bayi dengan benar
menyusui bayi - Ibu mengatakan bisa menyusui
Memberikan kehangatan pada bayinya dan tidak merasa kaku saat
bayi menggendong dan menyusui bayinya
- Melibatkan orang tua dalam
06.30 WIB
perawatan dan pemberian asi O:
R/: Keaktifan bayi dalam mencari a) Ibu tampak tenang
puting ibu b) Terlihat sudah bisa menyusui dengan
Kedekatan ibu dan bayi benar
- Mengajarkan teknik perawatan A: Masalah ketidakefektifan menyusui
07.00 WIB metode kanguru teratasi
R/: Keaktifan bayi dalam mencari P: Intervensi dihentikan
puting ibu
Kedekatan ibu dan anak
- Mengajarkan persiapan dalam
Akper Pangkalpinang
113
Berdasarkan Tabel 4.11 Implementasi Keperawatan By. Ny. LS untuk diagnosa pertama yaitu Hipotemia berhubungan dengan
Lemak coklat minumal, kulit tipis, transparan, ketidakmampuan menggigil, area permukaan tubuh lebih luas pada saat evaluasi hari
pertama bayi tampak sianosis dan akrar teraba dingin setelah dilakukan evaluasi selama 3×24 jam akrar teraba hangat, tubub bayi
37ºC dan bayi tetap terjaga kehangatannya didalam inkubator. Untuk ketidakefektifan menyusui bagi ibu sudah teratasi setelah
Akper Pangkalpinang
95
BAB 5
PEMBAHASAN
kasus Bayi Berat Lahir Rendah yang dirawat di Rumah sakit. Pasien pertama
adalah By. Ny. EJ lahir tanggal 10 Juni 2021 secara sectio caesaria atas indikasi
ketuban pecah 3 hari, dan By. Ny. LS lahir tanggal 15 Juni 2021 secara sectio
caesaria di RSBT atas indikasi gawat janin. Kedua kasus sesuai dengan teori
dengan BBLR adalah faktor kongential, adanya infeksi dan umumnya terjadi
Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik teraba akrar dingin pada bayi
pertama dan bayi kedua, terlihat adanya kehilangan panas pada kedua bayi. Pada
kedua kasus tersebut terdapat permasalahan yang terjadi yaitu Hipotemia yang
dibuktikan pada bayi pertama dengan suhu 36ºC dan bayi kedua 36,2ºC
menunjukkan bahwa kedua bayi tersebut mudah kehilangan panas atau hipotermia
otot yang belum cukup memadai, lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya
sistem saraf pengatur suhu tubuh, luas permukaan tubuh relatif lebih besar
kehilangan panas pada bayi dengan berat rendah ada 4 cara yaitu konduksi,
konveksi, evaporasi, radiasi sesuai dengan teori menurut (Haryani., Hardiani &
Thoyibah, 2019) Oleh sebab itu suhu bayi harus dipertahankan dengan ketat.
Pada kasus dilihat dari reflek menghisap pada By. Ny. EJ dan By. Ny.LS masih
lemah sehingga kesulitan memberikan nutrisi. Menurut teori dalam buku ( Julianti
& Oktiawati, 2019) mengatakan kelainan gatrointestinal dan nutrisi akibat reflek
hisap dan menelan yang buruk, motalitas usus yang menurun, pengosongan
lambung yang tertunda serta pencernaan dan absorbsi vitamin larut dalam lemak
kurang.
Pada saat pengkajian By. Ny. EJ lahir dengan berat 1350 gram
dan By. Ny. LS lahir dengan berat 1850 gram. Dari kedua kasus
1350 gram dan bayi kedua 1800 gram. Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500
Akper Pangkalpinang
115
kasus merupakan BBLR. Maka semakin rendah berat bayi ketika lahir,
Prayogi, 2017).
muncul adalah pada BBLR yaitu pola nafas tidak efektif, bersihan jalan nafas
Berdasarkan hasil pengkajian, tiga diagnosa yang ditemukan pada By. Ny.
EJ dan By. Ny. LS sama dan tidak ada perbedaan diagnosa. Diagnosa yang
muncul yaitu:
adalah suhu inti tubuh dibawah kisaran normal diurnal karena kegagalan
akrosianosis
kebutuhan tubuh adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolik, batasan karakteristik yaitu berat badan 20% atau lebih dibawah
Akper Pangkalpinang
116
Ketidakefektifan menyusui adalah kesulitan memberikan susu pada bayi atau anak
bayi/anak, batasan karakteristik yaitu bayi tidak mampu latch-on pada payudara
muncul pada kedua pasien yang sesuai dengan batasan karakteristik yang terdapat
masalah keperawatan yang muncul pada kasus Bayi berat lahir rendah.
Akper Pangkalpinang
117
lebih luas.
dilakukan pada pasien antara lain: Pantau suhu aksila bayi secara
Akper Pangkalpinang
118
nutrisi per OGT, Terbebas dari hipoglikemi dengan kadar gula bayi
Pantau berat badan bayi sekarang, Kaji kadar gula darah, Kaji
Teknik menyusui bayi atau memberikan asi melalui cawan jika bayi
menyusui
cara menyusui dan tindakan apa saja yang harus dilakukan pada bayi
Akper Pangkalpinang
119
Diagnosa Keperawatan
lebih luas.
menyusui
Akper Pangkalpinang
120
5.5 Evaluasi
Pada kasus ini penulis menggunakan evaluasi SOAP hal ini untuk
pasien dengan suhu 37ºC, akrar teraba hangat, untuk masalah ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yaitu perkembangan berat badan bayi
dilakukan tindakan ibu mengetahui cara menyusui bayinya, ibu terlihat bisa
Akper Pangkalpinang
121
Akper Pangkalpinang
131
BAB 6
KESIMPULAN SARAN
Setelah penulis melakukan Asuhan Keperawatan pada By. Ny. EJ dan By.
Ny. LS dengan kelahiran Sectio Caesaria pada kasus bayi Berat Lahir Rendah,
penulis akan menyimpulkan dan memberikan saran guna untuk perbaikan asuhan
6.1 Kesimpulan
By. Ny. EJ dan By. Ny. LS yang meliputi pengkajian fisik yang diperoleh
Dari data yang didapat penulis mendapatkan diagnosa 3 pada pasien 1 dan
pasien 2 yaitu:
disesuaikan dengan teoritis pada BAB 2 konsep dasar. Pada tahap menyusun
rencana keperawatan dan menentapkan kriteria hasil serta tujuan yang dicapai
keperawatan pada tanggal 14 juni 2021 untuk By. Ny. EJ dan pada tanggal 18 juni
2021 untuk By. Ny. LS. Semua diagnosa pada pasien dapat teratasi dan waktu
yang telah di tentukan tetapi belum bisa di pulangkan sampai benar- benar kondisi
6.2 Saran
By. Ny. LS selama tiga hari di rumah sakit maka penulis menyarankan:
berfokus pada kasus Bayi Berat Lahir Rendah dalam melakukan tindakan
keperawatan.
mahasiswa kesehatan lainnya sebagai calon perawat dan tenaga kesehatan, untuk
Akper Pangkalpinang
123
selama 6 bulan.
Akper Pangkalpinang
139
DAFTAR PUSTAKA
Astria, Y., Christopher, S.S., Benedicta, M.S., Felix, F.W., Rinawati, R. 2016.
Low Birth Weight Profiles at H. Boejasin Hospital South Borneo,
Indonesia in 2010–2012. Paediatrica Indonesiana, [e-journal] 56 (3):
pp. 155–161.
Beheshtipaour, N., Baharlu, S.M., Montaseri, S., & Ardakani, R.S.M. (2004). The
effect of the educational program on iranian premature infants’
parenteral stress in a neonatal intersive care unit: A Double-Blind
Randomized Controlled Trial. International Journal of Community
Based Nursing and Midwifery, 2 (4), 240-250
Haryani., Hardiani, S., & Thoyibah, Z. (2020). Asuhan keperawatan pada bayi
dengan risiko tinggi. Jakarta: CV. Trans Info Media
Hartiningrum, I & Fitriyah, N. (2018). Bayi berat lahir rendah di Provinsi Jawa
Timur Tahun 2016-2018: Jurnal Biometrika dan Kependudukan, 7 (2)
Julianti, E:, Rustina, Y & Efendi, D. (2019). Program perencanaan pulang dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu yang melahirkan
bayi prematur merawat ibunya: Jurnal Keperawatan Indonesia, 0 (0)
Mendri, N, K., Prayogi, A, S. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit Dan
Bayi Resiko Tinggi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Mianaei, S.j., Karahroudy, F.A., Rassouli, M., & Tafreshi, M.Z. (2014). The
effect of Creating Opportunities for Parent Emprowement program on
material stress, anxiety, and participation in NICU wards in Iran.
Iranian Journal of Nursing & Midwifery Research 19 (1), 94-100
Oktiawati, A., & Julianti, E. (2019). Konsep dan Aplikasi Keperawatan Anak.
Jakarta: CV. Trans Info Media
Shieh, S. J., Chen, H. L., Liu, F. C., Liou, C. C., Lin, Y., Tseng, H. I., & Wang, R.
H. (2010). The effectiveness of structured discharge education on
material confidence, caring know ledge and growth of premature
newborns. Journal of Clinial Nursing, 19 (23-24), 3307-3313
Sutan, R., Mazlina, M., Aimi, N.M., Azmi, M.T. 2014. Determinant of Low Birth
Weight Infants: A Matched Case Control Study. Open Journal of
Preventive Medicine, [e-journal] 4 (3): pp. 91–99.
WHO. (2019). Global nutrition targets 2025 low birth weight policy brief.
Geneva:WHO
Akper Pangkalpinang