Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

KTI

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 146

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BERAT LAHIR

RENDAH DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HIPOTERMI


DI RUANG AL-INSAN RUMAH SAKIT BAKTI TIMAH
PANGKALPINANG

LAPORAN TUGAS AKHIR

Selvany
Nomor Induk Mahasiswa: 18.01.0046

AKADEMI KEPERAWATAN PANGKALPINANG


PANGKALPINANG
AGUSTUS 2021
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BERAT LAHIR
RENDAH DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HIPOTERMI
RUANG AL-INSAN RUMAH SAKIT BAKTI TIMAH
PANGKALPINANG

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh


Gelar Ahli Madya Keperawatan

Oleh :
Selvany
Nomor Induk Mahasiswa: 18.01.0046

AKADEMI KEPERAWATAN PANGKALPINANG


PANGKALPINANG
AGUSTUS 2021
i
Akper Pangkalpinang
BIOGRAFI

A. Identitas Penulis
Nama : Selvany
Nim : 18.01.0046
Tempat/Tanggal Lahir : Pangkal Pinang/ 21 September 2000

Agama : Islam

Alamat : Jalan Baong Gabek II Kec. Gabek

B. Riwayat Pendidikan Penulis

1. TK Trisula Pangkalpinang tamat tahun

2. SDN 18 Pangkalpinang tamat tahun

3. SMPN 07 Pangkalpinang tamat tahun 2015

4. SMAN 04 Pangkalpinang tamat tahun 2018

ii
Akper Pangkalpinang
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Laporan Tugas Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah

saya nyatakan dengan benar.

Nama : Selvany
NIM : 18.01.0046
Tanda Tangan :

Tanggal : Agustus 2021

iii
Akper Pangkalpinang
PERNYATAAN PERSETUJUAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Nama Mahasiswa : Selvany

NIM : 18.01.0046

Judul : Asuhan Keperawatan Pada Bayi Berat Lahir

Rendah Dengan Masalah Keperawatan Hipotermi

Di Ruang Al-Insan Rumah Sakit Bakti Timah

Pangkalpinang

Pembimbing Utama : Erna Julianti,M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.An

Pembimbing Pendamping : Elni, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Laporan Tugas Akhir ini telah diperiksa dan disetujui untuk disajikan dihadapan tim
penguji Ujian Akhir Program Akper Pangkalpinang
Pangkalpinang, Agustus 2021
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Erna Julianti, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.An Elni, S.kep.,Ns.,M.kep


NIDN. 0208078915026 NIDN. 0206038107010

Mengetahui,
Direktur Akademi Keperawatan Pangkalpinang

H. Zamziri, S.Kep.,Ners.,M.Kes
NIK. 0212127799004
iv
Akper Pangkalpinang
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Tugas Akhir ini diajukan oleh:

Nama : Selvany
NIM : 18.01.0046
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Bayi Berat Lahir Rendah Dengan

Masalah Keperawatan Hipotermi Di Ruang Al-Insan Rumah Sakit

Bakti Timah Pangkalpinang

Laporan tugas akhir ini telah disetujui tim penguji Ujian Akhir Program dan

diterima sebagai bagian dari persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli

Madya Keperawatan di Akper Pangkalpinang Tahun 2021.

DEWAN PENGUJI

Ketua Penguji : H. Muchtarul Fadhal, S.Kep.,Ns ( )


Anggota Penguji : H. Zamziri, S.Kep.,Ners.,M.Kes ( )

Mengetahui,
Direktur Akademi Keperawatan Pangkalpinang

H. Zamziri, S.Kep.,Ners.,M.Kes
NIK. 0212127799004

v
Akper Pangkalpinang
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah, rahmat
dan hidayahNya, maka selesailah penulisan Laporan Tugas Akhir ini dengan judul
“ASUHAH KEPERAWATAN PADA BAYI BERAT LAHIR RENDAH DENGAN
MASALAH KEPERAWATAN HIPOTERMI DI RUANG AL-INSAN RUMAH
SAKIT BAKTI TIMAH PANGKALPINANG”
Laporan Tugas Akhir ini disusun guna melengkapi dan memenuhi salah satu
syarat dalam menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan Akademi
Keperawatan Pangkalpinang
Dalam penyusunan proposal tugas akhir ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis sampaikan rasa
terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Drs. M. Lutfi selaku Ketua Yayasan Pendidikan Pangkalpinang.
2. Bapak H. Zamziri, S. kep.,Ners.,M.Kes selaku Direktur Akademi Keperawatan
Pangkalpinang.
3. Ibu Erna Julianti, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.An selaku Pembimbing I Laporan Tugas
Akhir ini.
4. Ibu Elni, S.kep.,Ns.,M.kep selaku Pembimbing II Laporan Tugas Akhir ini.
5. Bapak H. Muchtarul Fadhal, S.Kep.,Ns selaku Penguji I Laporan Tugas Akhir ini.
6. Bapak H. Zamziri, S.Kep.,Ners.,M.Kes selaku Penguji II Laporan Tugas Akhir
ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Akademi Keperawatan Pangkalpinang yang telah
memberikan ilmu pengetahuan serta keterampilan pada penulis selama mengikuti
pendidikan.
8. Terimakasih untuk Kedua Orang Tua Tercinta, Bapak Edwar dan Ibu Tasmiana
serta Kakak saya Reza, Keluarga Terdekat atas dukungan dan motivasi selama ini.
Penulis sangat bersyukur karena telah membantu secara Moril dan Materil,
Perhatian, Kasih Sayang dan Pengorbanan yang tak ternilai harganya. Dengan
dukungan kalian lah membuat penulis bisa menyelesaikan semuanya.
9. Terimakasih untuk Sahabat-Sahabat seperjuangan saya yaitu Desti Dwi Rahma

vi
Akper Pangkalpinang
Dea, Hadiva Aulia, Rahmita Fajirati Adha , Rini Larasati, Suci Rahayu atas
dukungan serta perjuangan yang dilalui bersama-sama.
10. Terimakasih untuk sahabat sekolah saya yaitu, Fhio, Shella, Winda, Yunita atas
motivasi dan dukungan nya selama ini.
11. Kepada rekan-rekan angkatan XXV Akademi Keperawatan Pangkalpinang yang
telah berjuang bersama-sama selama tiga tahun ini.
Penulis menyadari bahwa penulis Laporan Tugas Akhir ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis berharap kritikan dan
saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan penyempurnaan isi Laporan Tugas
Akhir ini.
Akhir kata penulis mengharapkan tulisan yang sederhana ini dapat bermanfaat
bagi semua yang membacanya dan menambah pengetahuan. Semoga Allah SWT selalu
tetap memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua.

Pangkalpinang, Agustus 2021

Selvany

vii
Akper Pangkalpinang
Asuhan Keperawatan Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) Dengan Masalah Keperawatan
Hipotermi

Selvany
Akper Pangkalpinang
Dosen Pembimbing
Erna Julianti,M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.An
Elni, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan Bayi Berat Lahir Rendah, Hipotermi

ABSTRAK

AKB akan berkurang kejadiannya apabila kebutuhan gizi setiap masyarakat dapat

terpenuhi sejak berada dalam kandungan atau mulai dari masa konsepsi hingga seribu

hari kelahiran hidup. Bayi Berat lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan

berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi. Kemungkinan

faktor penyebabnya adalah faktor kongentinal, adanya infeksi dan umumnya terjadi

gangguan aliran darah ke janin. Rancangan studi kasus yang digunakan pada Karya

Tulis Ilmiah ini adalah deskriptif.data disajikan secara narasi dan deskriptif hingga

dapat disertai dengan ungkapan verbal dari orang tua/keluarga pasien dengan Bayi

Berat Lahir Rendah. Saat dilakukan perumusan diagnosa keperawatan penulis

merumuskan tiga diagnosa keperawatan yaitu hipotermi, ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh dan ketidakefektifan menyusui. Pada diagnosa hipotermi

intervensi yang dilakukan adalah Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3×24

jam, diharapkam hipotermi dapat teratasi dengan kriteria hasil tubuh teraba hangat, suhu

viii
Akper Pangkalpinang
tubuh dalam batas normal, dilakukan pemanantauan suhu aksila bayi secara teratur,

dilalukan pendekatan melalui metode kanguru agar ada perpindahan panas dari ibu ke

bayi melalui perawatan metode kanguru. Dari semua masalah yang diambil. Semua

teratasi berdasarkan waktu yang telah ditentukan. Berdasarkan hasil asuhan

keperawatan yang telah dijelaskan, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

pembelajaran dan bahan acuan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien

Bayi Berat Lahir Rendah.

ix
Akper Pangkalpinang
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

HALAMAN ORISINALITAS ................................................................................ i

BIOGRAFI................................................................................................................ ii

HALAMAN PERNYATAAN.................................................................................. iii

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ iv

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. v

KATA PENGANTAR ............................................................................................. vi

ABSTRAK................................................................................................................ viii

DAFTAR ISI............................................................................................................. x

DAFTAR TABEL .................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 5

1.3 Tujuan Studi Kasus ....................................................................... 5

1.4 Manfaat Studi Kasus ..................................................................... 6

BAB 2 KONSEP DASAR ................................................................................. 8

2.1 Konsep Dasar Teori BBLR ........................................................... 8

2.1.1 Definisi ................................................................................ 8

2.1.2 Etiologi ................................................................................ 8

2.1.3 Patofisiologi ......................................................................... 10

2.1.4 Klasifikasi BBLR ................................................................ 13

x
Akper Pangkalpinang
2.1.5 Manifestasi Klinis BBLR .................................................... 13

2.1.6 Komplikasi .......................................................................... 15

2.1.7 Penatalaksanaan ................................................................... 18

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang ....................................................... 27

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan ....................................................... 28

2.2.1 Pengkajian ........................................................................... 28

2.2.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................ 35

2.2.3 Intervensi Keperawatan ....................................................... 37

2.2.4 Implementasi Keperawatan ................................................. 43

2.2.5 Evaluasi Keperawatan ......................................................... 44

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 45

3.1 Rancangan Studi Kasus ................................................................ 45

3.2 Subyek Studi Kasus ...................................................................... 45

3.3 Fokus Studi ................................................................................... 45

3.4 Definisi Operasional ..................................................................... 45

3.5 Lokasi dan Waktu ......................................................................... 46

3.6 Pengumpulan Data ........................................................................ 46

3.7 Penyajian Data .............................................................................. 47

3.8 Etika Studi Kasus .......................................................................... 47

BAB 4 HASIL STUDI KASUS......................................................................... 49

4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang ....... 49

4.2 Karakteristik Subyek Penelitian/Identitas Pasien............................ 52

xi
Akper Pangkalpinang
4.3 Data Asuhan Keperawatan.............................................................. 54

4.4 Pengumpulan Data.......................................................................... 54

4.5 Pemeriksaan Fisik........................................................................... 57

4.6 Pemeriksaan Penunjang................................................................... 59

4.7 Terapi.............................................................................................. 60

4.8 Analisa Data.................................................................................... 61

4.9 Diagnosa Keperawatan.................................................................... 64

4.10 Rencana Keperawatan .................................................................... 65

4.11 Catatan Perkembangan ……………............................................... 69

BAB 5 PEMBAHASAN.................................................................................... 113

5.1 Pengkajian Keperawatan................................................................ 113

5.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................. 115

5.3 Intervensi Keperawatan................................................................. 116

5.4 Pelaksanaan/ Implementasi Keperawatan...................................... 119

5.5 Evaluasi.......................................................................................... 120

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 121

6.1 Kesimpulan.................................................................................... 121

6.2 Saran.............................................................................................. 122

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xii
Akper Pangkalpinang
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan ..................................................................... 38

Tabel 4.2 Identitas pasien dan penanggung jawab............................................. 54

Tabel 4.3 Hasil Anamnesis pasien Bayi Berat Lahir Rendah............................. 54

Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Fisik Pada Bayi Berat Lahir Rendah................... 57

Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Bayi Berat Lahir Rendah

Pasien 1............................................................................................... 59

Tabel 4.6 Hasil Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Bayi Berat Lahir Rendah

Pasien 2................................................................................................. 59

Tabel 4.7 Hasil Terapi Bayi Berat Lahir Rendah .................................................60

Tabel 4.8 Analisa Data..........................................................................................61

Tabel 4.9 Rencana Keperawatan Pasien 1 dan 2..................................................65

Tabel 4.10 Implementasi dan Evaluasi Pada Pasien 1............................................69

Tabel 4.11 Implementasi dan Evaluasi Pasien 2.....................................................91

xiii
Akper Pangkalpinang
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pathway ............................................................................................. 10

xiv
Akper Pangkalpinang
DAFTAR SINGKATAN

ACTH : Adrenocorticotropic Hormone


AKB : Angka Kematian Bayi
ASI : Air Susu Ibu
BAB : Buang Air Besar
BAK : Buang Air Kecil
BB : Berat Badan
BBLR : Berat Badan Lahir Rendah
BBLER : Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah
BBLSR : Bayi Berat Lahir Sangat Rendah
BUN : Blood Urea Nitrogen
CPAP : Continous Positive Airway Pressure
CRP : C- reactive Protein
DINKES : Dinas Kesehatan
Hb : Hemoglobin
Hb A : Hemoglobin A
Hb F : Hemoglobin F
HCT : Hematokrit
HIV/ AIDS : Acquired Immune Deficiency Syndrome
IgG : Immunoglobulin G
IPPA : Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi
IUGR : Intra Uterine Growth Restriction
IWL : Insensibel Water Loss
KEMENKES : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
MmHg : Milimeter Air Raksa
MTBS : Manajemen Terpadu Balita Sakit
NCPAP : Nasal Continuous Positive Airway Pressure

xv
Akper Pangkalpinang
NEC : Necrotizing Enterocolitis
OGT : Orogastric Tube
pH : Power of Hydrogen
PMK : Perawatan Metode Kanguru
RDS : Respiratory Distress Syndrome
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
SD : Sekolah Dasar
SDM : Sumber Daya Manusia
SMA : Sekolah Menengah Atas
SMP : Sekolah Menengah Pertama
TK : Taman Kanak-Kanak
TTV : Tanda-Tanda Vital
USG : Ultrasonografi
WHO : World Health Organization

xvi
Akper Pangkalpinang
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Informed Content

Lampiran 2 Format Pengkajian Bayi

Lampiran 3 Lembar Konsul Bimbingan Proposal LTA

Lampiran 4 Lembar Konsul Bimbingan LTA

xvii
Akper Pangkalpinang
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

BBLR merupakan salah satu masalah kesehatan yang memerlukan

perhatian di berbagai negara terutama pada negara berkembang atau negara

dengan sosio-ekonomi rendah. World Health Organization (WHO)

mendefinisikan BBLR sebagai bayi yang lahir dengan berat ≤ 2500 gr.). WHO

(2018) juga mengatakan bahwa sebesar 60–80% dari Angka Kematian Bayi

(AKB) yang terjadi disebabkan karena BBLR. BBLR memiliki risiko lebih besar

untuk mengalami morbiditas dan mortalitas dari pada bayi lahir yang memiliki

berat badan normal. BBLR dapat menyebabkan terjadinya komplikasi pada bayi

karena pertumbuhan organ-organ yang berada dalam tubuhnya belum sempurna.

Kemungkinan yang terjadi akan lebih buruk bila berat bayi semakin rendah.

Semakin rendah berat badan bayi, maka semakin penting untuk memantau

perkembangannya pada minggu-minggu setelah kelahiran (Hartiningrum &

Fitriyah, 2018).

BBLR dapat disebabkan oleh 2 hal yaitu kelahiran prematur atau kelahiran

saat usia kehamilan ≤ 37 minggu dan IUGR (Intra Uterine Growth Restriction)

yang biasa disebut terganggunya pertumbuhan janin. BBLR dapat menyebabkan

kesakitan bahkan kematian. Menetapkan penyebab BBLR antara prematur atau

IUGR merupakan hal yang penting karena tingkat kematian antara kedua kondisi

tersebut berbeda secara signifikan (Astria, 2016). Sutan (2014) dalam penelitian

1
Akper Pangkalpinang
menyatakan bahwa faktor penyebab lain BBLR adalah faktor ibu (status gizi,

umur, paritas, status ekonomi), riwayat kehamilan buruk (pernah melahirkan

BBLR, aborsi), asuhan antenatal care yang buruk, keadaan janin. Sementara itu,

bayi yang lahir prematur dengan IUGR memiliki kondisi fisik yang lemah dan

biasanya mengalami gangguan pertumbuhan (Mendri & Prayogi, 2017).

Data WHO (2019) Berat badan lahir rendah terus menjadi masalah

kesehatan masyarakat yang signifikan secara global, dan dikaitkan dengan

serangkaian konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang. Secara keseluruhan

diperkirakan bahwa 15-20% dari semua kelahiran di seluruh dunia adalah berat

badan lahir rendah, mewakili lebih dari 20 juta kelahiran per tahun. Berat Badan

Lahir Rendah (BBLR) sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan

masyarakat yang utama, diperkirakan 15-20% dari semua kelahiran di seluruh

dunia adalah BBLR yang mewakili lebih dari 20 juta kelahiran per tahun.

Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, proporsi berat badan lahir < 2500

gram (BBLR) pada bayi dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia sebesar 6,2%

(Persentase ini merupakan hasil rata-rata dari seluruh kassus BBLR yang terjadi

diseluruh penjuru Indonesia (Kemenkes RI, 2018).

Data Profil Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Kematian bayi

(0–12 bulan) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2019 berjumlah 188

kasus meningkat dari tahun 2018 sejumlah 166 kasus Jumlah kematian bayi pada

tahun 2019 terbanyak terdapat di Kabupaten Belitung (27,65% dari total kematian

bayi) dan paling sedikit terdapat di Kabupaten Bangka Tengah (5,85% dari total

2
Akper Pangkalpinang
kematian bayi). Kematian tertinggi terjadi pada usia neonatal (0-28 hari) sebanyak

143 kasus 76,06% ( Dinkes Prov. Kepulauan. Bangka Belitung. 2019).

Masalah yang sering terjadi pada BBLR adalah ketidakstabilan suhu

tubuh, masalah pencernaan dan imunitas, dan masalah pernafasan (Hockenberry

& Wilson, 2009). Ketidakstabilan suhu tubuh terjadi karena peningkatan

hilangnya panas, kurangnya lemak subkutan, rasio luas permukaan terhadap berat

badan yang besar, produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak

memadai dan ketidakmampuan untuk menggigil (Wong, Hockenberry, Wilson &

Schwartz, 2008 dalam Oktiawati & Julianti 2019).

Masalah gastrointestinal dan nutrisi akibat reflek hisap dan menelan yang

buruk sebelum 34 minggu, motalitas usus yang menurun, pengosongan lambung

yang tertunda, serta pencernaan dan absorbsi vitamin yang larut dalam lemak

kurang. BBLR juga mengalami imanuritas imonologis atau resiko tinggi infeksi.

Masalah imunitas akibat tidak banyak transfer IgG maternal melalui plasenta

selama trimester ke tiga, fagositosis terganggu dan penuruna faktor komplemen

(Kosim, Yunanto, Dewi, Saroso & Usma, 2014; Hockenberry & Wilson, 2009

dalam Oktiawati & Julianti 2019).

Masalah pernafasan akibat defisiensi surfaktan paru, resiko aspirasi karena

belum terkoordinasinya refleks batuk, reflek menghisap dan reflek menelan, otot

pembantu respirasi yang lemah, serta pernafasan yang periodik dan apnea.

Gangguan nafas merupakan masalah yang sering dijumpai pada hari pertama

3
Akper Pangkalpinang
kehidupan bayi baru lahir, ditandai dengan takipnea, nafas cuping hidung, retraksi

intercostal, sianosis dan henti nafas (Oktiawati & Julianti, 2019).

Adapun masalah keperawatan yang sering muncul pada BBLR adalah

Hipotermi. Menurut Herdman dan Kamitsuru (2018) menyatakan hipotermi

adalah suhu inti tubuh dibawah kisaran normal karena kegagalan termoregulasi.

Adapun penyebab hipotermi yaitu: kekurangan lemak subkutan, berat badan

ekstrem, transfer panas(Herdman & Kamitsuru, 2018).

Tingginya angka kejadian dan banyaknya masalah yang terjadi pada

BBLR, maka peran perawat sebagai advokasi sangat penting. Upaya yang

dilakukan dalam rangka penurunan kematian bayi adalah advokasi ke stakeholder

terkait; koordinasi lintas program dan lintas sektor; meningkatkan kapasitas teknis

SDM kesehatan, mengembangkan sistem rujukan di semua fasyankes baik

fasyankes pemerintah maupun swasta; Audit Maternal Perinatal terintegrasi dalam

SKI; optimalisasi penerapan pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit

(MTBS) pada bayi muda dan usia 2 bulan sampai dengan 5 tahun. Peran Perawat

sebagai edukator yaitu memberikan edukasi dalam program perencanaan pulang

untuk membantu ibu mengatasi kecemasan, stres, ketidakpercayaan diri ibu serta

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu merawat bayinya

(Beheshtipaour, Baharlu, Montaseri, & Ardakani, 2004). Hasil penelitian Shieh, et

al. (2010) menyatakan bahwa edukasi terstruktur dalam perencanaan pulang pada

ibu secara signifikan meningkatkan kepercayaaan diri dan pengetahuan ibu

merawat bayinya sehari sebelum dipulangkan, selain itu juga didapatkan berat

4
Akper Pangkalpinang
badan bayi prematur meningkat secara signifikan. Hal ini sejalan dengan

penelitian Mianaei, et al. (2014) yang menyatakan bahwa intervensi pendidikan

yang diberikan pada orang tua dapat meningkatkan kesehatan mental dan interaksi

orang tua dengan bayi, menurunkan risiko rawat ulang dan mengurangi waktu

lama rawat. Program edukasi yang dilakukan secara teratur dan

berkesinambungan dapat memberikan informasi sesuai dengan kebutuhan orang

tua sehingga dapat membantu orang tua untuk memahami informasi yang

disampaikan (Lantz, 2017). Selain itu, perawat sebagai care giver yaitu dalam

memberikan asuhan keperawatan dengan pendekatan pemecahan masalah sesuai

dengan metode dan proses keperawatan. Berdasarkan latar belakang diatas maka

penulis tertarik melakukan asuhan keperawatan pada BBLR dengan masalah

keperawatan hipotermi.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Bayi Berat Lahir Rendah

dengan Masalah Keperawatan Hipotermi?

1.3 Tujuan Studi Kasus

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk Menggambarkan Asuhan keperawatan Pada Bayi Berat Lahir Rendah

Rendah dengan Masalah Keperawatan Hipotermi

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian pada bayi berat lahir rendah

5
Akper Pangkalpinang
2. Menetapkan diagnosis keperawatan pada bayi berat lahir rendah

3. Merencanakan tindakan keperawatan pada bayi berat lahir rendah dengan

masalah keperawatan hipotermi

4. Melakukan tindakan keperawatan pada bayi berat lahir rendah dengan masalah

keperawatan hipotermi

5. Melakukan evaluasi keperawatan pada bayi berat lahir rendah dengan masalah

keperawatan hipotermi

1.4 Manfaat Studi Kasus

1.4.1 Manfaat untuk Pasien

Dapat memberikan informasi yang benar kepada pasien, keluarga, masyarakat

sehingga mengetahui gambaran tentang perawatan, pencegahan dan penanganan

Bayi Berat Lahir Rendah dengan Masalah Keperawatan Hipotermi

1.4.2 Manfaat untuk Perawat

Sebagai bahan masukan dan sumber pengetahuan bagi tenaga perawat dalam

rangka meningkatkan mutu dan kualitas asuhan keperawatan.

1.4.3 Manfaat untuk Institusi Pendidikan

Sebagai bahan acuan bagi pengembangan kurikulum pendidikan kesehatan dalam

rangka meningkatkan mutu pendidikan keperawatan di Akademi Keperawatan

Pengkalpinang.

1.4.4 Manfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan

Sebagai referensi bagi institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada bayi berat lahir rendah

6
Akper Pangkalpinang
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Teori BBLR

2.1.1 Definisi

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat

badan kurang dari 2500 gram (Maryuni, 2009 dalam Haryani, Hardiani &

Thoyibah 2020 ). Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang

berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram)

(Saiffudin, 2009 dalam Haryani, Hardiani & Thoyibah 2020). Bayi Berat Lahir

Rendah (BBLR) adalah bayi yang berat badan kurang dari 2500 gram tanpa

memandang masa kehamilan (Proverawati & Ismawati, 2010 dalam Haryani,

Hardiani & Thoyibah, 2020).

Berat Badan Lahir Rendah merupakan bayi yang dilahirkan dengan berat

badan kurang dari 2500 gram (Royyan, 2012 dalam Haryani, Hardiani &

Thoyibah 2020). Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan

badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Kosim et al,

2014 dalam Oktiawati & Julianti, 2019)

2.1.2 Etiologi

Penyebab terjadinya bayi BBLR secara umum bersifat multifaktoral,

sehingga kadang mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan

pencegahan.

7
Akper Pangkalpinang
8

Namun penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran premature

(Proverawati&Ismawati, 2010 dalam Haryani, Hardiani & Thoyibah 2020).

Menurut Proverawati, 2010 dalam Haryani, Hardiani & Thoyibah, 2020)

mengatakan faktor-faktor yang berhubungan dengan BBLR adalah:

1) Penyakit

Mengalami komplikasi kehamilan seperti: anemia berat, perdarahan

antepartum, hipertensi, preeklamsia berat, eklampsia, infeksi selama hamil

(infeksi kandung kemih dan ginjal). Menderita penyakit seperti: malaria infeksi

menular seksual, HIV/ AIDS

2) Ibu

(1) Kehamilan pada usia < 20 tahun atau lebih dari usia 35 tahun

(2) Jarak kelahiran terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun)

(3) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya

(4) Ibu perokok

(5) Keadaan gizi kurang yang baik

3) Faktor Janin

(1) Kelainan kromosom

(2) Infeksi janin kronik

(3) Radiasi

(4) Kehamilan ganda/kembar (gameli)

4) Faktor Plasenta

(1) Plasenta yang terlepas sebelum waktunya

(2) Sindrom tranfusi bayi kembar

Akper Pangkalpinang
9

(3) Tumor (korioangioma, mola hidatidosa)

Ridha, (2014) mengatakan adapun penyebab lain terjadinya bayi dengan BBLR

antara lain Sosial ekonomi rendah, Narkotik, Ibu pendek, Radiasi, Bahan bahan

teratogen, Gangguan metabolisme pada janin.

2.1.3 Patofisiologi

Berat badan lahir rendah dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu,

faktor ibu, faktor janin, dan faktor lingkungan. Faktor ibu meliputi penyakit yang

diderita ibu, usia ibu saat hamil kurang dari 16 tahun atau lebih dari 35 tahun,

keadaan sosial ekonomi. Faktor janin meliputi hidramnion, kehamilan ganda,

kelainan kromosom. Faktor lingkungan meliputi tempat tinggal, radiasi, dan zat-

zat beracun. Dimana faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan pertumbuhan dan

perkembangan janin dalam rahim sehingga mengalami gangguan dan suplai

makanan ke bayi jadi berkurang. Hal tersebut dapat mengakibatkan bayi lahir

prematur atau dismatur dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram. Jika hal

tersebut terjadi, maka bayi dituntut beradaptasi pada kehidupan ekstrauterin

sebelum organ dalam tubuhnya berkembang secara optimal. (Proverawati,

Lismawati, 2010 & Pantiwati, 2011, dalam Haryani, Hardiani & Thoyibah, 2020

Akper Pangkalpinang
10

Gambar 2.1 Pathway

Akper Pangkalpinang
11
12

2.1.4 Klasifikasi BBLR menurut Proverawati (2010) dalam Haryani, Hardiani &

Thoyibah, 2020) mengatakan antara lain:

1) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) berat lahir 1500-2500 gram

2) Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) berat lahir 1000-1500 gram

3) Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER) berat lahir kurang dari1000 gram

2.1.5 Manifestasi Klinis BBLR menurut Proverawati & Ismawati, Haryani,

Hardiani & Thoyibah, (2020) adalah:

1) Berat kurang dari 2500 gram

2) Panjang kurang dari 45 cm

3) Lingkar dada kurang dari 30 cm

4) Lingkar kepala kurang dari 33 cm

5) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu

6) Kepala lebih besar

7) Kulit tipis, transparan, rambut rontok lanugo banyak, lemak kurang

8) Otot hipotonik lemah

9) Ekstremitas: paha abduksi. Sendi lutut/kaki fleksi lurus

10) Pernafasan 40-50 kali per menit

11) Nadi 100-140 kali per menit

BBLR menunjukkan belum sempurnanya fungsi organ tubuh dengan

keadaannya lemah yaitu:

Tanda-tanda bayi kurang bulan (Haryani, Hardiani & Thoyibah, 2020).

1) Kulit tipis dan mengkilap

2) Tulang rawan telinga sangat lunak, karena belum terbentuk dengan sempurna

Akper Pangkalpinang
13

3) Lanugo ( rambut halus atau lembut) masih banyak ditemukan terutama pada

punggung

4) Jaringan payudara belum terlihat, putting masih berupa titik

5) Pada bayi perempuan, labiya mayor belum menutupi labiya minor

6) Pada bayi laki-laki , skrotum belum banyak lipatan, testis kadang belum turun

7) Kadang disertai dengan pernafasan yang tidak teratur

8) Aktivitas dan tangisannya lemah

9) Reflek menghisap dan menelan tidak efektif atau lemah

Tanda-tanda bayi kecil untuk masa kehamilan [KMK) menurut Haryani,

Hardiani & Thoyibah (2020)

1) Umur bayi dapat cukup, kurang atau lebih bulan, tetapi berat badan kurang

dari 2500 gram

2) Gerakannya cukup aktif, tangisan cukup kuat

3) Kulit keriput, lemak dari kulit tipis

4) Bila kurang bulan jaringan payudara kecil, putting susu kecil, sedangkan bila

cukup bulan payudara sesuai masa kehamilan

5) Bayi perempuan bila cukup bulan labiya mayora menutupi labiya minora

6) Bayi laki-laki testis mungkin lebih turun

7) Rajah telapak kaki lebih dari 1/3 bagian

8) Menghisap cukup kuat

Akper Pangkalpinang
14

2.1.6 Komplikasi

1) Hipotermia

Hipotermia dapat terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan panas dan

dari kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas karena

pertumbuhan otot-otot yang belum cukup memadai, lemak subkutan yang

sedikit, belum matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh, luas permukaan

tubuh relatif lebih besar dibanding dengan berat badan sehingga mudah

kehilangan panas (Haryani, Hardiani & Thoyibah, 2020).

2) Sindroma gangguan pernafasan idiopatik

Disebut juga penyakit membran hialin. Kesukaran pernafasan pada bayi berat

lahir rendah dapat disebabkan belum sempurnanya pembentukan membran

hialain surfaktan paru yang merupakan suatu zat yang dapat menurunkan

tegangan dindimg alveoli paru. Pertumbuhan surfaktan paru mencapai

maksimum pada minggu ke-35 kehamilan (Haryani, Hardiani & Thoyibah,

2020).

3) Aspirasi pneumonia

Keadaan ini disebabkan karena flek menelan dan batuk pada bayi lahir rendah

belum sempurna (Haryani, Hardiani & Thoyibah, 2020).

4) Perdarahan intraventrikuler

Hal ini disebabkan oleh karena bayi berat lahir rendah sering menderita apnea,

asfiksia berat dan sindroma gangguan pernafasan. Akibatnya bayi menjadi

hipoksia, hipertensi dan hiperkapnia. Keadaan ini menyebankan aliran darah ke

otak bertambah. Penambahan aliran darah ke otak akan lebih banyak lagi

Akper Pangkalpinang
15

karena tidak adanya otoregulasi serebral pada bayi premature, sehingga mudah

terjadi perdarahan dari pembuluh darah kapiler yang rapuh dan iskemia di

lapisan germinal yang terletak didasar ventrikel lateralis antara nucleus

kaudatus dan ependim. Luasnya perdarahan intraventrikel ini dapat di

diagnosis dengan ultrasonografi atau CT scan (Haryani, Hardiani & Thoyibah,

2020).

5) Fibropasia retrorental

Penyakit ini disebabkan oleh gangguan oksigen yang berlebihan, dengan

menggunakan oksigen dalam konsentrasi tinggi, akan menyebabkan

vasokontraksi pembuluh darah retina. Kemudian setelah bayi bernafas dengan

udara biasa lagi, pembuluh darah ini mengalami vasodilitasi yang selanjutnya

akan disusul dengan proloferasi pembuluh darah baru secara tidak teratur.

Kelainan ini dapat dilihat pada bayi yang berat badannya kurang dari 2000

gram. Stadium akut penyakit ini dapat terlihat pada umur 3-6 minggu dalam

bentuk dilatasi arteri dan vena retina. Pengobatan pada stadium dini dapat

dicoba dengan memberikan ACTH atau kortikosteroid. Dalam hal ini yang

paling penting adalah pemasukan oksigen yang diberikan tidak melebihi 40%

hal ini dapat dicapai dengan memberikan oksigen dengan kecepatan dua liter

per menit (Haryani, Hardiani & Thoyibah, 2020).

6) Hiperbilirubinemia

Hal ini dapat terjadi karena belum maturnya fungsi hepar. Kurangnya enzim

glukorinil transferase sehingga konjugasi bilirubin inderek menjadi bilirubin

direk belum sempurna dan kadar albumin darah yang berperan dalam

Akper Pangkalpinang
16

transportasi bilirubin dari jaringan ke hepar kurang. Kadar bilirubin normal

pada bayi premature 10 mg% (Haryani, Hardiani & Thoyibah, 2020).

7) Sindroma aspirasi mekonium

Hipoksia intrauteri akan mengakibatkan janin mengalami gaspin dalam uterus.

Selain itu mekonium akan dilepaskan dan bercampur dengan cairan amnion.

Cairan amnion yang mengandung mekonium akan masuk ke dalam paru janin

karena inhalasi. Ketika bayi lahir akan menderita gangguan pernafasan karena

melekatnya mekonium dalam saluran pernafasan (Haryani, Hardiani &

Thoyibah, 2020).

8) Hipoglikemia

Glukosa merupakan sumber utama energi selama masa janin. Kecepatan

glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu karena

terputusnya hubungan plasenta dan janin menyebabkan terhentinya pemberian

glukosa. Bayi aterm dapat mempertahankan kadar darah 50-60 mg/dL selama

72 jam pertama, sedangkan bayi berat badan lahir rendah dalam kadar 40

mg/dL. Hal ini disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi.

Hipoglikemia bila kadar gula darah sama dengan atau kurang dari 20 mg/dL

(Haryani, Hardiani & Thoyibah, 2020).

9) Gangguan imonologik

Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadal igG

gamma glubolin. Bayi relatif belum sanggup membentuk antibody dan daya

fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih belum baik (Haryani,

Hardiani & Thoyibah, 2020).

Akper Pangkalpinang
17

2.1.7 Penatalaksanaan pada BBLR

Pantiwati (2010) dalam Haryani, Hardiani & Thoyibah (2020). Penatalaksanaan

BBLR antara lain:

1. Pemberian ASI

Mengutamakan pemberian ASI adalah hal yang penting karena:

1) ASI mempunyai keuntungan yaitu kadar protein tinggi laktal albumin, zat

kekebalan tubuh, lipase dan asam lemak esensial, laktosa dan oligosakarida.

2) ASI mempunyai faktor pertumbuhan usus ologosakarida untuk memacu

motilitas usus dan perlindungan terhadap penyakit.

3) Dari psikologis, pemberian ASI dapat meningkatkan ikatan dari ibu dan

bayi.

4) Bayi kecil/berat rendah rentan terhadap kekurangan-kekurangan nutrisi

fungsi organnya belum matang, kebutuhan nutrisinya besar dan mudah sakit

sehingga pemberian ASI atau nutrisi yang tepat penting untuk tumbuh

kembang yang optimal bagi bayi.

2. Pengaturan suhu badan/thermogulasi

Bayi Dengan Berat Lahir Rendah (BBLR) terutama yang kurang bulan

membutuhkan suatu thermogulasi yaitu suatu pengontrolan suhu badan secara:

1) Fisiologis mengatur pembentukan atau pendistribusian panas

2) Pengaturan terhadap suhu keliling dengan mengontrol kehilangan dan

pertumbuhan panas

Terlebih dahulu akan dibahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kehilangan

panas pada bayi secara umum yang penting diketahui bagi bidan/perawat seperti

Akper Pangkalpinang
18

beberapa cara kehilangan panas, stress dingin pada bayi, efek klinis hipotermi,

faktor penghambat non-shivering thermologis, pencegahan kehilangan panas,

pencegahan hipotermi (Haryani, Hardiani & Thoyibah, 2020).

1. Kehilangan panas (Haryani, Hardiani & Thoyibah, 2020).

Kehilangan panas pada bayi dengan berat rendah ada 4 cara yaitu:

1) Konduksi yaitu panas tubuh akan hilang bila bayi ditidurkan diatas

permukaan yang dingin. Seperti menidurkan bayi ditimbangan yang dingin

tangan perawat yang dingin atau stetoskop yang dingin

2) Konveksi yaitu panas tubuh akan hilang bila ada udara dingin bertiup sekitar

bayi. Perhatian agar bayi tidak kehilangan suhunya, bayi tidak berikan

oksigen yang dingin

3) Evavorasi yaitu panas tubuh akan hilang dengan adanya penguapan cairan

yang ada dipermukaan tubuh bayi

4) Radiasi yaitu panas tubuh akan hilang bila dekat dengan benda-benda yang

dingin, sehingga panas tubuh akan memancar ke benda-benda dingin

disekitarnya

2. Faktor predisposisi (Haryani, Hardiani & Thoyibah, 2020).

Beberapa hal berikut ini merupakan faktor predisposisi kehilangan panas pada

bayi, yaitu:

1) Luas permukaan tubuh yang besar dibanding dengan berat badan.

Kehilangan suhu tubuh 4 kali lebih besar pada bayi neonatus cukup bulan

dan 5 kali lebih besar pada bayi prematur/BBLR dibanding dengan orang

dewasa

Akper Pangkalpinang
19

2) Lemak subkutan yang lebih tipis terutama pada bayi premature/BBLR

dibanding. Suhu inti tubuh lebih cepat ditransfer kepermukaan

3) Postur bayi mempengaruhi kehilangan panas tubuh. Fleksi ekstremitas

mengurangi area ekspose/paparan terhadap lingkungan. Kemampuan untuk

fleksi akan meningkatkan sesuai dengan pertambahan masa kehamilan

4) Bayi terutama bayi premature/BBLR tidak biasa memproduksi panas

dengan mekanisme menggigil orang dewasa

5) Hipotalamus bayu premature/BBLR sudah berkembang baik tetapi baru

lahir mempunyai (range rentan) yang lebih sempit dibanding dengan

manusia biasa

3. Bayi yang beresiko (Haryani, Hardiani & Thoyibah, 2020).

Berikut ini adalah bayi yang berisiko kehilangan panas (termasuk bayi dengan

berat lahir rendah) yaitu:

1) Bayi yang disedasi, bayi yang ibunya diberikan anestesi atau mendapat

analgesik, karena:

(1) Gangguan pada konservasi panas oleh vasokontriksi dan respon postural

dari bayi

(2) Gangguan produksi panas sebagai respon terhadap dingin, metabolisme

yang lambat, terjadi penundaan ekskresi obat-obatan

2) Bayi asfiksia, lebih cepat timbul dingin karena tidak terjadi vasokontriksi

segera setelah lahir

3) Bayi IUGR ( intra uterine growth retardation/pertumbuhan janin terhambat),

yaitu bayi:

Akper Pangkalpinang
20

(1) Cenderung asfiksia

(2) Tidak mempunyai cadangan glikogen untuk metabolisme dan dapat timbul

hipoglikemia segera

(3) Insulasi jaringan yang sedikit, lemak subkutan berkurang

(4) Luas permukaan tubuh lebih besar dibanding berat badan

4) Bayi premature BBLR biasanya:

(1) Luas permukaan tubuhnya luas dibanding berat badan

(2) Predisposisi asfiksia

(3) Metabolisme dan pernafasan yang tidak baik

(4) Hipotermi dan gangguan aktivitas surfaktan meningkatkan bahaya dari

sindrom gawat nafas (RDS) yang berat

(5) Brown fat belum ada sampai usia kehamilan 26-30 minggu

5) Brown fat, penyimpanannya:

(1) Terdapat di skapula, sekitar leher, di belakang sternum, sekitar ginjal

kelenjar adrenal, kartorid dan aorta

(2) Terdiri 2-6% dari berat badan lahir

(3) Primitif brown fat muncul pada kehamilan 26-30 minggu

(4) Semakin banyak pada minggu ke 3- ke 5 setelah lahir kecuali terjadi stres

dingin

(5) Mengandung trigliserida yang dapat dipecah menjadi gliserol dan non

ester fatty acid yang berlomba dengan albumin untuk meningkat bilirubin

Akper Pangkalpinang
21

6) Stress dingin

Bayi BBLR yang kurang bulan yang tiba-tiba dihadapkan pada suhu dingin

akan mengalami hipotermi. Sebagai respon terhadap udara atau suhu dingin

akan terjadi vasokontriksi yang akan menyebabkan timbulnya metabolisme

anaerob dan asidosis metabolic. Hal ini akan menyebabkan vasokontriksi

pembuluh darah paru yang akan makin menyebabkan bertambahnya

hypoxia anaerob metabolisme dan asidosis metabolic. Keadaan ini akan

memperburuk respon bayi yang lahir rendah terhadap dingin. Oleh sebab itu

bayi berat lahir rendah yang kurang bulan mempunyai resiko tinggi terhadap

hipotermi dan gejalanya sisanya (Haryani, Hardiani & Thoyibah, 2020).

7) Efek klinis hipotermi

Bayi baru lahir dengan berat lahir rendah yang telah mengalami hipotermi

dapat mempunyai efek klinis sebagai berikut: penurunan kadar pH,

penurunan tekanan oksigen, terjadi hipoglisemia, peningkatan konsumsi

oksigen, peningkatan cadangan kalori, kenaikan berat badan lambat,

peningkatan kematian bayi dapat terjadi gangguan faktor pembekuan darah

(Haryani, Hardiani & Thoyibah, 2020).

8) Faktor penghambat non shivering thermogenesis

Berikut ini adalah beberapa faktor yang menghambat nonshivering

thermogenesis pada bayi BBLR menurut (Haryani, Hardiani & Thoyibah,

2020). Antara lain:

Akper Pangkalpinang
22

(1) Stres dingin yang terjadi pada BBLR secara terus menerus (berlarut-larut)

dapat menghabiskan cadangan brown fat dan membuat suhu tubuh bayi

turun

(2) Bayi mengalami hipoksia yang menyebabkan dalam tubuhnya terjadi

metabolisme anaerob, sehingga suplai oksigen digunakan secara cepat.

Glikogen dimetabolisme sehingga tebentuk asam piruvic dan asam laktat

yang pada akhirnya menyebabkan asidosis metabolik

(3) Bayi bisa mengalami apnea berulang

(4) Bayi bisa mengalami gangguan fungsi serebral karena adanya perdarahan

intrakranial

(5) Bayi mengalami hipoglikemia karena cadangan glikogen berkurang

(6) Bayi bisa mengalami gagal jantung

(7) Bayi bisa mengalami masalah pernafasan (RDS)

9) Pencegahan kehilangan panas menurut (Haryani, Hardiani & Thoyibah,

2020).

Beberapa pencegahan panas pada bayi berat lahir rendah yang sehat, antara

lain:

(1) Segera setelah lahir, bayi dikeringkan dan dibedong dengan popok hangat

(2) Pemeriksaan dikamar bersalin dilakukan di bawah radiant warmer (box

bayi hangat)

(3) Topi dipakaikan untuk mencegah kehilangan panas melalui kulit kepala

(4) Bila suhu bayi stabil, bayi dapat dirawat di box terbuka dan diselimuti

Akper Pangkalpinang
23

Sedangkan pada bayi berat lahir rendah yang sakit, cara untuk mencegah

kehilangan panas, antara lain:

(1) bayi harus segera dikeringkan

(2) Untuk menstranportasi bayi, digunakan transpot inkubator yang sudah

hangat

(3) Tindakan terhadap bayi dilakukan di bawah radiant warmer

(4) Suhu lingkungan netral dipertahankan

10) Pencegahan hipotermi menurut (Haryani, Hardiani & Thoyibah, 2020).

Untuk mencegah pada bayi hipotermi pada bayi berat lahir rendah maka

perlu pengaturan suhu tubuh badan pada neonatus, yang biasanya dilakukan

diruang perawatan bayi atau ruang perawatan intensif bayi, dengan

melaksanakan pemberian lingkungan di area thermal zona netral pada bayi

dalam posisi suhu keliling yang sempit, sehingga kehilangan panas pada

suhu 37º C. Sedangkan kelebihan energinya yang didapat dari makanan

dapat dimanfaatkan untuk petumbuhan/peningkatan berat badan bayi dan

penyembuhan bayi apabila bayi sakit. Ada dua alat yang dapat melakukan

thermogulasi atau membuat zona netral thermal ini yaitu: radiant warmer

dan inkubator. Untuk menentukan apakah bayi berat lahir rendah

digunakann warmer atau inkubator adalah berdasarkan situasi dan kondisi

bayi. Ada dokter bayi yang lebih suka menggunakan warmer karena warmer

memberikan peluang lebih dekat dengan bayi sementara dokter bayi lebih

suka menggunakan inkubator karena inkubator:

Akper Pangkalpinang
24

(1) Dapat mempertahankan suhu udara

(2) Dapat mengatur kelembapan udara

(3) Dapat memberikan lingkungan dengan oksigen yang cukup

Pada fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak memiliki radiant warmer

atau inkubator untuk mencegah terjadinya hipotermi, maka tindakan-

tindakan umum yang dapat dilakukan untuk mencegah hipotermi antara

lain:

(1) Mengeringkan tubuh bayi, segera setelah lahir dengan menggunakan

handuk atau kain yang hangat

(2) Menyelimuti bayi terutama bagian kepala dengan kain yang kering

( bayi dibungkus kain hangat dan kepalanya diberi topi)

(3) Meletakkan bayi dilingkungan/ ruang yang hangat (suhu ruangan tidak

kurang dari 25ºC) dan di inkubator dengan suhu 33-35ºC

(4) Memastikan tangan selalu hangat pada saat memegang bayi

(5) Mengganti handuk, selimut, kain, popok, bedong, yang basah dengan

yang bersih, kering dan hangat

11) Metode kanguru

Metode ini merupakan salah satu metode perawatan bayi berat lahir rendah

untuk mencegah hipotermi pada bayi baru lahir. Prinsip dasar dari metode

kanguru ini adalah mengganti perawatan bayi berat lahir rendah (BBLR)

dalam inkubator dengan metode kanguru. Hal ini disebabkan karena

kurangnya fasilitas terutama inkubator dan tenaga kesehatan dalam

perawatan bayi BBLR, penggunaan inkubator memiliki beberapa

Akper Pangkalpinang
25

keterbatasan antara lain memerlukan tenaga listrik dan memudahkan infeksi

nosokomial, rujukan ke rumah sakit untuk bayi BBLR samgat tinggi

sebelum dilakukan metode kanguru (Haryani, Hardiani & Thoyibah, 2020).

12) Nutrisi bayi

Pada bayi BBLR reflek hisap, menelan dan reflek batuk belum sempurna,

kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase

masih kurang. Pada umumnya bayi dengan berat badan 2000 gram atau

lebih dapat menyusu pada ibunya. Bayi dengan berat kurang dari 1500

gram, kurang mampu menghisap pada susu ibu maupun susu melalui botol

terutama pada hari-hari pertama. Dalam hal ini bayi diberi minum melalui

sonde lambung. Setelah hari kelima bayi dicoba menyusu pada ibunya bila

daya hisap cukup dapat diteruskan, bila tidak lebih baik melalui dot

dibandingkan dengan susu ibu. Pada keadaan ini air susu ibu dapat dipompa

dan dimasukkan dalam botol steril. Cara pemberian oral melalui botol

adalah dengan frekuensi yang lebih sering dalam jumlah susu yang sedikit.

Jumlah cairan yang diberikan pertama kali adalah 1-5 mililiter per jam dan

jumlah dapat ditambahkan sedikit demi sedikit setiap 12 jam. Bila air susu

tidak ada maka dapat diberikan susu buatan mengandung lemak yang

mudah dicerna oleh bayi dan rendah lactose serta mengandung 20 kalori tiap

30 mililiter air (Haryani, Hardiani & Thoyibah, 2020).

Akper Pangkalpinang
26

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang menurut Lestari, (2016)

1) Radiologi

(1) Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan usia kehamilan kurang

bulan, dapat dimulai pada umur 8 jam. Gambaran foto thorkas pada bayi

dengan penyakit membran hyalin karena kekurangan surfaktan berupa

terdapatnya retikulogranular pada parenkim dan bronkogram udara. Pada

kondisi berat hanya tampak gambaran white lung.

(2) USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu dimulai

pada umur 2 hari untuk mengetahui adanya hidrosefalus atau perdarahan

intraknial dengan memvisualisasi ventrikel dan struktur otak garis tengah

dengan fontanel anterior yang terbuka

(3) Laboratorium meliputi Darah rutin yang terdiri dari:

1) Hematokrit (HCT), Hemoglobin (Hb), Hb A, Hb F, Jumlah leukosit.

2) Bilirubin

3) Analisa gas darah

4) Elektrolit darah (k/p)

(4) Tes kocok/shake test

Sebaliknya dilakukan pada bayi yang berusia < 1 jam dengan mengambil

cairan amnion yang tertelan di lambung dan bayi belum diberikan makanan.

Cairan amnion 0,5 cc ditambah garam faal 0,5 c, kemudian ditambah 1 cc

alkohol 95% dicampur dalam tabung kemudian di kocok 15 detik, setelah

Akper Pangkalpinang
27

1) (+) : Bila terdapat gelembung-gelembung yang membentuk cincin artinya

surfaktan terdapat dalam paru dengan jumlah cukup

2) (-) : Bila tidak ada gelembung atau gelembung sebanyak ½ permukaan

artinya paru-paru belum matang/tidak ada surfaktan

3) Ragu : Bila terdapat gelembung tapi tidak ada cincin, jika hasil

menunjukkan ragu maka tes harus diulang

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan

mengumpulkan data-data yang akurat dari pasien, sehingga akan diketahui

berbagai permasalahan yang ada. Untuk melakukan langkah pertama ini

diperlukan pengetahuan tentang kebutuhan atau sistem biopsikososial dan

spiritual bagi manusia yang memandang manusia dari aspek biologis,

psikologis, sosial dan spiriual, juga pengetahuan akan kebutuhan perkembangan

manusia (tumbuh kembang dari kebutuhan dasarnya) pengetahuan tentang

konsep sehat dan sakit, pengetahuan tentang patofisiologi dari penyakit yang

dialami pasien, pengetahuan tentang sistem keluarga dan kultur budaya serta

nilai-nilai keyakinan yang dimiliki pasien (Haryani, Hardiani & Thoyibah

(2020).

Akper Pangkalpinang
28

Langkah-langkah pengkajian keperawatan menurut Hidayat, 2011, dalam

Haryani, Hardiani & Thoyibah 2020) meliputi:

1) Pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan upaya untuk mendapatkan data yang digunakan

sebagai informasi tentang pasien.

2) Validasi data

Validasi data merupakan upaya untuk memberikan justifikasi pada data yang

dikumpulkan dengan melakukan perbandingan data subjektif dan data objiektif

yang didapatkan dari berbagai sumber dengan berdasarkan standar nilai normal

untuk diketahui kemungkinan tambahan atau pengkajian ulang tentang data

yang ada.

3) Identifikasi pola/masalah

Identifikasi pola/masalah merupakan kegiatan terakhir dari tahap pengkajian

setelah dilakukan validasi data dengan mengidentifikasi pola atau masalah

yang mengalami gangguan yang ada dimulai dari pengkajian pola fungsi

kesehatan

Adapun pengkajian keperawatan yang dilakukan pada pasien BBLR, antara

lain:

Data demografi, meliputi:

(1) Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat

(2) Identitas penanggung jawab meliputi nama, umur, alamat dan hubungan

dengan pasien

Akper Pangkalpinang
29

Riwayat kesehatan

(1) Keluhan utama

Berat badan bayi < 2500 gram

(2) Riwayat penyakit sekarang

Kaji berapa berat badan bayi, biasanya bayi berat lahir rendah mempunyai

berat badan < 2500 gram, pasien juga biasanya mengalami hipotermi (suhu

tubuh di bawah normal). Selain itu, karena belum maturnya organ-organ

tubuh mengakibatkan berbagai masalah di antaranya masalah kekurangan

nutrisi, risiko kekurangan volume cairan, resiko infeksi (Haryani, Hardiani

& Thoyibah, 2020).

(3) Riwayat penyakit keluarga

Tanyakan kepada keluarga ada tidak anggota keluraga yang mempunyai

riwayat hamil kembar, tanyakan juga kepada ibu apakah menderita penyakit

kronis selama kehamilan (Haryani, Hardiani & Thoyibah, 2020).

Kebutuhan Bio-Psiko-sosial-spiritual

1) Kebutuhan respirasi

Mungkin dangkal, tidak teratur dan pernafasan diafragmatik intermiten

atau periodik ( 40-60 kali/menit), pernafasan cuping hidung, retraksi

suprasternal atau substernal, juga derajat sianosis yang mungkin ada.

Adanya bunyi ampela pada auskuktasi, menandakan sindrom distres

pernafasan (RDS).

Akper Pangkalpinang
30

2) Nutrisi

Disproporsi berat badan dibandingkan dengan panjang dan lingkar kepala.

Kulit kering pecah-pecah dan terkelupas dan tidak adanya jaringan

subkutan. Penurunan massa otot, khususnya pada pipi, bokong dan paha.

Ketidakstabilan metabolik dan hipoglikemia/hipokalsemia (Haryani,

Hardiani & Thoyibah, 2020).

3) Eliminasi

Tekstur feses bervariasi mulai dari bentuk padat, lunak atau berair

4) Aktivitas

Status sadar, bayi tampak semi koma saat tidur malam, meringis atau

tersenyum adalah bukti tidur dengan gerakan mata cepat (REM), tidur

sehari rata-rata 20 jam

5) Istirahat tidur

Umumnya bayi BBLR tidak mengalami gangguan dalam istirahat dan

tidurnya kecuali ketika saat bayi lapar

6) Kebutuhan aman dan nyaman

Biasanya bayi akan menangis bila lapar atau pokokmya basah/kotor karena

BAK dan BAB

7) Kebutuhan personal hygine

Biasanya bayi pola kebersihan dibantu sepenuhnya oleh perawat dan

keluarganya

Akper Pangkalpinang
31

8) Mempertahankan temperatur tubuh

Biasanya bayi BBLR mengalami gangguan dalam temperatur tubuh

sehingga di rawat di inkubator dengan suhu 33-35ºC

9) Komunikasi

Bayi belum mampu berkomunikasi

10) Kebutuhan bekerja

Biasanya bayi belum mampu untuk bekerja

11) Kebutuhan bermain

Biasanya bayi belum mampu untuk bermain

12) Kebutuhan berpakaian

Biasanya bayi belum mampu di dalam berpakaian dan dibantu oleh

perawat dan keluarganya

13) Kebutuhan belajar

Bayi belum mampu untuk belajar

14) Kebutuhan spiritual

Bayi belum mampu melakukan kegiatan beribadah

Pemeriksaan fisik

1) Kepala

Inspeksi : kepala lebih besar dari pada badan, lanugo (bulu halus)

banyak terutama pada dahi, pelipis,ubun-ubun dan sutura

melebar

Palpasi : Palpasi adanya edema pada area kepala,ada tidaknya nyeri

tekan pada kepala

Akper Pangkalpinang
32

2) Mata

Inspeksi : Keadaan sclera biasanya ikterus, konjungtiva anemis

Palpasi : Ada tidaknya edema disekitar mata, ada tidaknya nyeri tekan

3) Hidung

Inspeksi : Lubang dan septum hidung utuh, tidak ada polop pada

hidung, ada pernafasan cuping hidung

Palpasi : Tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan

4) Telinga

Inspeksi : Biasanya bentuk telinga kanan dan telinga kiri simetris,

terdapat lanugo pada telinga

Palpasi : Tidak ada pembengkakan pada telinga

5) Leher

Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada distensi vena

jugularis

Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan distensi vena

jugularis

6) Dada

Inspeksi : Simetris, ada retraksi dinding dada payudara tampak belum

terlihat puting masih tampak titik

Palpasi : Tidak ada edema disekitar dada, simetris dikedua paru

Perkusi : Pekak pada area paru

Auskultasi : Tidak ada suara napas tambahan ronchi/whezing

Akper Pangkalpinang
33

7) Abdomen

Inspeksi : Tidak ada lesi atau luka disekitar abdomen

Auskultasi : Bising usus ,6x/menit

Perkusi : Bagaimana suara perkusi di semua kuadran abdomen

Palpasi : Tidak ada edema atau asites pada abdomen

8) Genetalia

Inspeksi : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora

dengan klitoris menonjol. Testis pria mungkin tidak turun,

ruge mungkin banyak atau tidak pada skrotum

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan disekitar alat genentalia

9) Kulit

Inspeksi : Kaji adanya perubahan warna, daerah yang memerah, tanda

iritasi, lepuh, abrasi, atau daerah terkelupas, terutama dimana

peralatan pemantau, infuse atau alat lain bersentuhan dengan

kulit; periks, dan tempat juga dan catat setiap preparat kulit

yang di pakai (misal; plester povidone-iodine). Observasi

adanya ruam, lesi kulit atau tanda lahir. Observasi apakah

kateter infuse IV atau jarum terpasang dengan benar, dan

periksa adanya tanda infiltrasi

Palpasi : Palpasi bagaimana tekstur dan turgor kulit apakah kering,

lembut, berisik, terkelupas

Akper Pangkalpinang
34

10) Pemeriksaan reflek

(1) Reflek berkedip : Dijumpai namun belum sempurna

(2) Ekstruksi : Lidah ekstensi kearah luar saat dengan spatel

lidah

(3) Morro : Dijumpai namum belum sempurna

(4) Menggenggam : Bayi menunjukkan refleks menggenggam namun

belum sempurna

(5) Rooting : Bayi memperlihatkan gerakan memutar ke arah

pipi yang diberikan sedikit goresan

(6) Kaget (stratle) : Bayi memberikan respon ekstensi dan fleksi

lengan yang belum sempurna

(7) Menghisap : Bayi memperlihatkan respon menghisap yang

belum sempurna

(Haryani, Hardiani & Thoyibah, 2020).

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1) Analisa Data

Analisa data adalah kemampuan meningkatkan data dan menghubungkan data

tersebut dengan konsep teori dan prinsip yang relevan untuk membuat

kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien. Data

yang telah dikelompokkan selanjutnya dianalisa sehingga didapatkan masalah

yang dirumuskan kedalam bentuk diagnosa keperawatan (Haryani, Hardiani &

Thoyibah, 2020).

Akper Pangkalpinang
35

2) Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon aktual

atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin

dan berkompeten untuk mengatasinya. Respon aktual dan potensial klien

didapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan literatur yang berkaitan, catatan

media klien masa lalu dan kosultasi dengan profesional lain, yang semuanya

dikumpulkan selama pengkajian , Potter & Perry, 2009 dalam buku Oktiawati

& Julianti 2019). Masalah keperawatan yang sering terjadi pada bayi BBLR

yaitu pola nafas tidak efektif, ketidakefektifan pengaturan suhu tubuh,

perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, nyeri, risiko kekurangan

volume cairan, risiko kerusakan integritas kulit, gangguan pertumbuhan dan

perkembangan, serta risiko infeksi (Oktiawati & Julianti, 2019). Adapun

diagnosa yang muncul pada kasus bayi berat lahir rendah (Oktiawati & Julianti,

2019) antara lain:

1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret

2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi

3) Risiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan imaturitas fungsi

ginjal

4) Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan imaturitas saluran gastrointestinal

5) Risiko ketidakefektifan termogulasi berhubungan dengan kurangnya lemak

coklat, peningkatan luas permukaan tubuh, immaturitas pusat pengaturan

suhu tubuh

Akper Pangkalpinang
36

6) Risiko kerusakan integritas kulit

7) Risiko infeksi berhubungan dengan immaturitas sistem imun

8) Risiko keterlambatan perkembangan

9) Risiko gangguan perlekatan bayi berhubungan dengan dampak dari

hospitalisasi

2.2.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah proses penyusunan berbagai intervensi

keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan, mengurangi

masalah-masalah klien. Perencanaan ini merupakan langkah ketiga dalam

membuat suatu proses keperawatan (Oktiawati & Julianti, 2019).

Pada tahap perencanaan ada 4 hal yang harus diperhatikan antara lain:

1) Menentukan prioritas masalah

Berbagai cara dalam memprioritaskan masalah diantaranya:

(1) berdasarkan Maslow yaitu fisiologis, keamanan/keselamatan, mencintai dan

memiliki, harga diri dan aktualisasi diri

(2) Berdasarkan Griffth-Kenney Christensen dengan urutan: ancaman kehidupan

dan kesehatan, sumber daya yang tersedia, peran serta klien, prinsip ilmiah

dan praktik keperawatan

2) Menentukan tujuan

Dalam menentukan tujuan digambarkan kondisi yang diharapkan disertai

jangka waktu

(3) Menentukan kriteria hasil

Akper Pangkalpinang
37

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan (Oktiawati & Julianti, 2019)


No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Keperawatan Hasil
1 Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan 1. Kaji status pernafasan: frekuensi

efektif berhubungan dengan tindakan keperawatan pernafasan, bunyi nafas, irama dan

penumpukan sekret selama 3×24 jam retraksi dada

menunjukksn bersihan 2. Pantau saturasi oksigen

jalan nafas efekif kriteria 3. Monitor TTV tiap jam

hasil: 4. Monitor kemajuan pasien dalam

1. Pernafasan= penggunaan CPAP yang digunakan

30-60×/menit 5. Lakukan penghisapan atau suction pada

2. SaO2 88-92% mulut untuk mempertahankan kepatenan

3. Kepatenan jalan nafas jalan nafas

tidak ada akumulasi 6. Posisikan fleksi atau midline position

secret dan sentuhan (facilitated tucking

4. Tidak ada dispnue positioning) saat bayi dilakukan

5. Pergerakan dada penghisapan lendir guna untuk

simetris memberikan kenyamanan, menurunkan

6. Ekspansi dinding dada nyeri dan stress (Peyropi et al, 2014)

simetris

2 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan 1.Kaji status pernafasan: frekuensi

beehubungan dengan tindakan keperawatan pernafasan, bunyi nafas, irama dan retraksi

hipoventilasi selama 3×24 jam dada

menunjukkan pola nafas 2. Pantau saturasi oksigen

efektif kriteria hasil: 3. Monitor TTV tiap jam

1. Tidak ada sianosis, 4. Monitor kemajuan pasien dalam

retraksi dada, irama nafas penggunaan NCPAP yang digunakan

Akper Pangkalpinang
38

teratur dan suara nafas 5. Posisikan bayi untuk memaksimalkan

vesikuler ventilasi dengan posisi pronasi untuk

2. Pernafasan= meningkatkan oksigenasi, kapasitas fungsi

30-60×/menit residual, sinkron torakabdominal,

3. Nadi= 120-160×/menit rasioventilasi perfusi, menurunkan apnue

4. SaO2 88-92% dan mendukung tidur dalam ( Yin et al,

5. Kesadaran kompos 2016). Posisi quarter prone untuk

mentis meningkatkan saturasi oksigen, mendukung

6. Kepatenan jalan nafas gerakan sikron antara pernafasan dada dan

tidak ada akumulasi sekret pernafasan perut, menyeimbangkan fungsi

paru ( Montgomery, Choy, Steele, &

Hough, 2014)

6. Kolaborasi dengan dokter pemberian

aminofilin

3 Risiko ketidakesimbangan Setelah dilakukan 1. Monitor berat badan


cairan berhubungan dengan tindakan keperawatan 2. Monitor intake dan output
imaturitas fungsi ginjal 3×24jam, menunjukkan 3. Monitor serum elektrolit
ketidakseimbangan cairan 4. Monitor serum albumin dan protein total
dan elektrolit 5. Monitor tekanan darah. Frekuensi nadi,
kriteria hasil: dan status respirasi
1. Turgor kulit elatis 6. Monitor membran mukosa, turgor kulit
2. Membran mukosa 7. Catat dan hitung balance cairan
lembab 8. Monitor warna dan jumlah urin
3. Intakr cairan normal 9. Monitor ketat cairan dan elektrolit jika
4. Perfusi jaringan baik bayi menjalani terapi yang meningkatkan
5. Urine tidak pekat IWL seperti fototerapi, pemakaian randiant
6. Kadar narium dalam warmer
darah normal (135-145 10. Lakukan upaya untuk meminimalkan
mEg/L) IWL seperti penutup plastik atau
7. Tekanan darah dalam meingkatkan kelembapan
batas normal ( 80/45 11. Monitor dan hitung kebutuhan cairan
mmHg) 12. Kolaborasi dengan dokter pemberian
8. Nadi dalam batas cairan parenteral
normal (36,5- 37,5ºC)
9. Tidak ada peningkatan

Akper Pangkalpinang
39

Ht dan BUN
10. Mata tidak cekung

4. Risiko ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1. Minimalkan kehilngan kalor melalui


nutrisi kurang dari kebutuhan tindakan keperawatan proses konduksi, konveksi, evaporasi dan
tubuh berhubungan dengan 3×24 jam menunjukkan radiasi untuk mencegah kehilangan kalori
imaturitas saluran pemenuhan kebutuhan 2. Kolaborasi dengan dokter pemberian
gastrointestinal nutrisi yang adekuat nutrisi enteral berupa trofic feeding,
dengan lanjutkan priming feeding dan fullfeeding
kriteria hasil: (leaf,2013)
1.Pada minggu pertama 3. Pemberian trofic feeding ASI dapat
kehidupan bayi, berat memfasilitasi adaptasi saluran cerna melalui
badan menurun 10% dan stimulasi peningkatan aktivitas enzim
kembali ke berat badan laktase, pengeluaran hormon usus yang
saat lahir pada minggu mendorong efek trofik sel-sel proliferatif
kedua. Peningkatan berat usus dan peningkatan aliran darah sehingga
badan bayi BBLR setaip atrofi usus dapat dicegah dan maturasi
hari 15 gram/kg BB/hari saluran cerna dapat tercapai ( Arnon et al,.
2. Bayi tidak mengalami 2013). Selain itu, nutrisi enteral lebih awal
distensi abdomen dapat menurunkan kejadian sepsis, NEC,
3. Bayi tidak mengalami meningkatkan toleransi menyusui,
muntah pertumbuhan dan memperpendek hari rawat
4. Bayi tidak terjadi ( Hamilton, Massey, Ross & Taylor, 2014)
aspirasi saat pemberian 4. Pengaturan posisi prone, miring kanan
nutrisi per OGT dan supine dengan kepala 40º setelah
5. Terbebas dari pemberian nutrisi enteral untuk menurunkan
hipoglikemi dengan kadar GER ( Vanderplas, 2014). Vanjwik et al
gula bayi diatas 35 mg/dl (2007) menyatakan bahwa posisi miring
6. Bayi menunjukkan kanan setelah menyusui selama 1 jam
rentang hemoglobin pertama kemudian merubah posisi miring
normal ( 15,0-24,0 gr/dl) kiri dapa mempercepat pengosongan
7. Albumin normal lambung dan menurunkan liquid GER.
Selain itu, meminimalkan regurgitasi,
aspirasi, mempercepat pencernaan,
mencegah regurgutasi dan distensi karena
posisi miring kanan tidak adanya tekanan
lambung dan memungkinkan susu mengalir
keujung bawah lambung naik ke atas cairan
dan ke esofagus
5. Kolaborasi dengan dokter pemberian
nutrisi parenteral, berikan edukasi kepada
orang tua untuk persiapan pemberian ASI:

Akper Pangkalpinang
40

cara memompa dan menyimpan ASI.


Teknik menyusui bayi atau memberikan asi
melalui cawan jika bayi sudah ada
koordinasi reflek hisap, menelan dan
bernafas

5. Risiko ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Letakkan bayi dalam inkubator untuk


termogulasi berhubungan tindakan keperawatan mempertahankan kestabilan suhu tubuh
dengan kurangnya lemak selama 3×24 jam bayi 2. Pantau tanda dan gejala terjadinya
coklat, peningkatan luas tidak mengalami hipotermia seperti akral dingit, peningkatan
permukaan tubuh, imaturitas instabilitas suhu dengan denyut jantung, penurunan saturasi oksigen,
pusat pengaturan suhu tubuh kriteria hasil: pucat dan pengisian kapiler > 3 detik
1. Suhu aksila 36,5- 3. Ukur suhu aksila bayi secara teratur
37-,5ºC 4. Minimalkan kehilangan cairan melalui
2. Frekuensi nafas 40- proses konduksi, konveksi, evaporasi dan
60×/menit radiasi
3. Denyut jantung 120- 5. Pantau suhu raidant warmer
160×/menit 6. Tutup kepala bayi dengan topi untuk
4. Warna kulit bayi coklat menghindari kehilangan panas akibat radiasi
kemerahan 7. Lakukan menutup bayi dengan plastik
5. Akrar hangat wrap
6. Pengisian kapiler < 3 8. Mekanisme oleh lapisan kantong yang
detik dapat meningkatkan kelembapan dan
tekanan uap air di udara antara lapisan udara
dan kulit sehingga dapat menurunkan
kehilangan panas secara evaporasi ( Torres,
Licona, Campos & Mendoza, 2012)
9. Lakukan perawatan bayi dalam inkubator
bukan radiant warmer karena radiant
warmer terjadi kehilangan panas karena
radiasi, konveksi, peningkatan IWL pada
bayi serta menimbulkan dihidrasi
10. Berikan edukasi kepada ibu tentang cara
menghangatkan suhu tubuh bayi, tanda-
tanda penurunan suhu tubuh dan PMK.
Libatkan orang tua untuk melakukan
perawatan metode kanguru jika kondisi
bayi stabil
11. Perawatan metode kanguru dapat
mentstabilkan suhu tubuh karena terjadi
pemindahan panas ibu ke tubuh bayi
( Santhi & Kokilavani, 2013)

Akper Pangkalpinang
41

6 Risiko kerusakan Setelah dilakukan 1. Kaji daerah kulit akibat penggunaan

integritas kulit tindakan keperawatan plester dan kulit hidung pada ujung hidung,

selama 3×24 jam bayi lubang hidung. Philtrum dan septum

menunjukkan integritas penggunaan NCPAP

kulit yang adekuat dengan 2. Pastikan pemempatan yang tepat nasal

Kriteria hasil: prong pada lubang hidung

1. Warna kulit bayi coklat 3. Pastikan jarak sekitar 2 mm antara

kemerahan septum hidung dengan cabang prong

2. Turgor kulit bayi elastis 4. Lakukan perawatan kebersihan pada area

3. Kulit bayi lembab mata, mulut dan daerah popol

4. Tidak terjadi nasal 5. Lakukan gentle massage pada nasal untuk

injury mencegah kerusakan kulit nasal

6. Lakukan perubahan posisi bayi pronasi

tiap 3 jam sehingga tidak ada tekanan nasal

septum dari tubbing bergelombang dan

mulut akan tertutup, tekanan akan adekuat

sehingga kurang mengubah nasal prong

serta untuk mencegah lesi kulit ( McCoskey,

2008; Sahni, Schiaratura & Polin, 2016)

7. Berikan duoderem pada daerah hidung

7 Risiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan 1, Monitor tanda-tanda vital (kesadaran,

dengan imaturitas sistem tindakan selama 3×24 jam suhu tubuh, frekuensi nafas, frekuensi nadi,

imun bayi menunjukkan status diuresis, saturasi oksigen, nyeri)

imunitas yang adekuat 2. Monitor hasil laboratorium leukosit, it

terhadap infeksi dengan ratio, CRP dan kultur darah

kriteria hasil: 3. Terapkan standar universal cuci tangan

1. Bayi bebas dari tanda- pada lima waktu cuci tangan

tanda inflamasi ( Rubbor 4. Tingkatkan intake nutrisi (tinggi protein

Akper Pangkalpinang
42

Kalor Tumor dan Dolor dan tinggi kalori)

fungsilaesa) 5. Jaga personal hygiene pada bayi

2. Bayi menunjukkan 6. Melakukan oral hygiene 2-3×/ hari

tanda-tanda vital dalam 7. Ajarkan orang tua cuci tangan 6 langkah

batas normal (suhu 36,5- 8. Batasi pengunjung hanya orang tua

37-5ºC) frekuensi nadi kandung

120-160×/menit, frekuensi

nafas 40-60×/menit,

kesadaran komposmetis,

diuresis 2-3 ml/kg/BB/jam

dan tidak nyeri

3. Bayi menunjukkan

angka leukosit 9.10-34.0

ribu/uL, CRP <0,6, IT

Ratio 0,00- 0,2

8 Risiko keterlambatan Setelah dilakukan 1. Lakukan pemberian posisi midine dalam

perkembangan tindakan keperawatan nesting

selama 3× 24 jam keluarga 2. Lakukan intervensi non farmakologis

dapat meminimalkan seperti bedong, atau facilitated tucking

risiko keterlambatan positioning selama prosedur invasive

perkembangan dengan 3. Lakukan untuk meminimalkan cahaya

kriteria hasil: dengan menutup inkubator, mengecilkan

1. Bayi tidak suara untuk meminimalkan kebisingan dan

menimbulkan perilaku minimal hadling

stress dari 4. Anjurkan oramg tua untuk berbicara

ketidaknyamanan selama kepada bayi saat menjenguk bayinya

perawatan 5. Ajarkan pada orang tua tentang isyarat

2. Keluarga mengetahui

Akper Pangkalpinang
43

dampak jarak panjang ketidaknyamanan pada bayi

gangguan perkembangan

pada bayi

3. Keluarga dapat

melakukan stimulaasi

perkembangan pada bayi

9 Risiko gangguan perlekatan Setelah dilakukan 1. Kaji pemahaman orang tua terhadap

bayi berhubungan dengan tindakan keperawatan kondisi bayinya untuk memfasilitasi orang

dampak dar1i hospitalisasi selama 3× 24 jam keluaga tua untuk dapat berinteraksi dengan bayinya

menunjukkan perlekatan 2. Anjurkan orang tua untuk mengunjungi

orang tua bayi dengan bayinya untuk memfasilitasi interaksi orang

kriteria hasil: tua bayi

1. Pernyataan positif orang 3. Ajarkan dan anjurkan orang tua untuk

tua terhadap paratisipasi melakukan perawatan metode kanguru

perawatan bayi untuk memfasilitasi kedekatan bayi dengan

2. Terjadi interkaksi antara orang tuanya

orang tua bayi 4. Berikan edukasi dan libatkan orang tua

dalam perawatan BBLR untuk memfasilitasi

peningkatan kemampuan orang tua

memenuhi kebutuhan bayinya

5. Jelaskan kepada keluarga tentang kondisi

bayinya dan alasan kenapa harus dirawat di

ruang khusus atau intensif

2.2.4 Implementasi Keperawatan

Tahap pelaksanaan merupakan langkah keempat dalam proses keperawatan

dengan melaksanakan berbagai strategi keperaatan (tindakan keperawatan) yang

Akper Pangkalpinang
44

telah direncanakan dalam tindakan keperawatan. Jenis tindakan keperawatan yang

tercantum dalam keperawatan mandiri atau independent dan tindakan

keperawatan kolaboratif atau interdependent (Haryani, Hardiani & Thoyibah,

2020).

2.2.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara

melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau

tidak, pada tahap evaluasi ini terdiri dari kedua kegiatan yaitu kegiatan yang

dilakukan dengan mengevaluasi selama proses keperawatan berlangsung atau

menilai dari respon pasien disebut evaluasi proses dan kegiatan melakukan

evaluasi dengan target tujuan yang diharapkana disebut evaluasi hasil (Haryani,

Hardiani & Thoyibah, 2020).

Akper Pangkalpinang
63

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Studi Kasus

Rancangan studi kasus yang dipakai untuk penelitian ini adalah deskriptif

untuk menggambarkan Asuhan Keperawatan Pada Bayi Berat Lahir Rendah

dengan Masalah Keperawatan Hipotermi dengan pendekatan asuhan keperawatan

yang meliputi pengkajian, daignosis keperawatan, intervensi keperawatan,

implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.

3.2 Subyek Studi Kasus

Subyek yang digunakan dalam studi kasus ini adalah dua pasien dengan

kasus dan masalah keperawatan yang sama , yaitu Asuhan Keperawatan Pada

Bayi Berat Lahir Rendah dengan Masalah Keperawatan Hipotermi.

3.3 Fokus Studi Kasus

Fokus studi pada kasus ini adalah Asuhan Keperawatan Pada Bayi Berat

Lahir Rendah dengan Masalah Keperawatan Hipotermi.

3.4 Definisi Operasional

3.4.1 Definisi

BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa

memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1

(satu) jam setelah lahir.

45 Akper Pangkalpinang
46

BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badan saat lahir kurang dari 2500

gram (Naufal, 2015).

Hipotermi adalah suhu inti tubuh dibawah kisaran normal karena

kegagalan termoregulasi (Herdman & Kamitsuru, 2018).

3.5 Lokasi dan Waktu

Studi kasus ini dilakukan di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang

pada dua pasien dengan kasus dan masalah keperawatan yang sama dan waktu

yang digunakan tanggal 12 juni - 18 juni 2021.

3.6 Pengumpulan Data

3.6.1 Wawancara

Peneliti akan melakukan wawancara secara verbal dan non verbal tentang

hasil anamnesis yang berisi tentang identitas pasien, keluhan utama, riwayat

penyakit, dahulu dan keluarga. Sumber data dari pasien, rekam medik dan

perawatan lainnya.

3.6.2 Observasi dan Pemeriksaan Fisik

Peneliti akan melakukan observasi dengan cara pengumpulan data dengan

melakukan pengamatan secara langsung dan pemeriksaan fisik dengan pendekatan

IPPA: inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi, juga riwayat kesehatan keluarga

dan riwayat terdahulu (Hidayat, 2007).

3.6.3 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data menggunakan format pengkajian Asuhan

Keperawatan Pada Bayi Berat Lahir Rendah yang berlaku di Akper di

Pangkalpinang.

Akper Pangkalpinang
47

3.7 Penyajian Data

Teknik penyajian data merupakan cara bagaimana untuk menyajikan data

sebaik-baiknya agar mudah dipahami oleh pembaca. Data disajikan secara narasi

dan deskriptif hingga dapat disertai dengan ungkapan verbal dari keluarga pasien

3.8 Etika Studi Kasus

Masalah etika dalam keperawatan merupakan masalah yang sangat penting

dalam studi kasus mengingat studi kasus keperawatan akan berhubungan langsung

dengan manusia, maka segi etika studi kasus harus diperhatikan karena manusia

mempunyai hak asasi dalam kegiatan studi kasus.

3.8.1 Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Informed consent diberikan sebelum melakukan penelitian. Informed

consent ini berupa lembar persetujuan untuk menjadi responden. Pemberian

informed consent ini bertujuan agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian

dan mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus

menandatangani lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia, maka

peneliti harus menghormati keputusan tersebut (Hidayat, 2007).

3.8.2 Tanpa Nama (Anonimity)

Anonomity berarti tidak perlu mencantumkan nama pada lembar

pengumpulan dara (kuesioner). Peneliti hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data tersebut. Masalah yang memberikan jaminan dalam

penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan

nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan dijelaskan (Hidayat, 2007).

Akper Pangkalpinang
48

3.8.3 Kerahasiaan (Convidentiality)

Sub bab ini menjelaskan masalah-masalah responden yang harus

dirahasiakan dalam penelitian. Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan

dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan dalam hasil penelitian. Memberikan jaminan kerahasiaan hasil

penelitian baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi

yang dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2007).

Akper Pangkalpinang
BAB 4

HASIL STUDI KASUS

4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang

4.1.1 Sejarah Singkat Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang

Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang  adalah Rumah Sakit yang tertua

di kota Pangkalpinang dan telah lama dikenal oleh masyarakat baik di kota

Pangkalpinang maupun pulau Bangka sejak zaman Belanda dahulu. Rumah Sakit

ini berawal dari sebuah Balai Pengobatan yang didirikan oleh Perushaan

Pertambangan Timah Hindia Belanda Banka Tin Winnen Bedryf sekitar tahun

1900.  Balai Pengobatan ini khusus diperuntukan bagi karyawan perusahaan

tersebut. Pada tahun 1953 setelah Belanda meninggalkan Indonesa. Perusahaan

Belanda tersebut di Nasionalisasi oleh Pemerintah  Indonesa menjadi Perusahaan

Milik Negara pada tahun 1969. Balai Pengobatan tersebut berada dibawah

pengelolaan Unit  Penambangan Timah Bangka yang digunakan untuk

pangobatan para karyawan nya. Balai Pengobatan tesebut berkembang menjadi

sebuah Rumah Sakit dan menjadi  bagian dari unit usaha PT. Tambang Timah

yang merupakan Unit Pelayanan Kesehatan yang berada di bawah Divisi

Kesehatan PT. Tambang Timah. Pada masa itu Unit Pelayanan Kesehatan

Tersebut bernama Rumah Sakit Unit Penambangan Timah Bangka.

Pada tahun 1990. PT. Timah melaksanakan Restrukturisasi yang di

maksud untuk mengefisiensikan perusahaan. Salah satu program yang di lakukan

yaitu Program pelepasan Aset yang tidak berhubungan dengan bisnis inti PT.

49 Akper Pangkalpinang
50

Timah sehingga Rumah sakit ini menjadi salah satu dari sekian banyak Aset PT.

timah yang dilepaskan. Pelepasan dilakukan dengan kebijakan agar tidak

menghentikan fungsinya sebeagai institusi pelayanan kesehatan Rumah Sakit dan

agar tetap bermanfaat bagi masyarakat umum. Isi kebijakan pelepasan asset

tersebut meliputi hibah kepemilikan dan pengelolaan dari segala sarana prasarana,

dan fasilitas serta obat-obatan milik PT. Timah Pangkalpinang kepada para

Dokter dan karyawan Rumah Sakit yang masih bersedia bekerja di Rumah Sakit

tersebut. Subsidi hanya diberikan kepada karyawan selama satu tahun berupa gaji

sesuai pendaapatan terakhirnya dan selanjutnya Rumah Sakit harus dapat

dikelolah secara mandiri. Pengelolaan secara mandiri ini dilaksanakan pada

tanggal 1 Februari 1993 dan rumah sakit ini menjadi Rumah Sakit Swakelola

Pangkalpinang.

April 1994 – 2014 menjadi milik Yayasan Bakti Timah dan berganti nama

“Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang”. Pada tanggal 18 Desember 2014, PT

RUMAH SAKIT BAKTI TIMAH (PT RSBT) didirikan dan mulai beroperasi

mengelola Rumah Sakit dan Klinik (pengalihan dari Yayasan Bakti Timah dan

Pusyandik) sejak 7 Agustus 2015. Awalnya PT RUMAH SAKIT BAKTI TIMAH

merupakan Anak Perusahaan dari PT TIMAH Tbk, namun sejak tanggal 7

Agustus 2020 mayoritas saham (67%) menjadi milik PT Pertamina Bina Medika

IHC dan PT RSBT resmi bergabung di bawah bendera IHC (Indonesia Healthcare

Corporation) yang diinisiasi oleh kementerian BUMN, dimana semua unit usaha

pelayanan kesehatan yang dimiliki perusahaan BUMN digabungkan dan

bersinergi menciptakan jaringan pelayanan kesehatan terbesar di Indonesia. Proses

Akper Pangkalpinang
51

pembentukan holding RS BUMN ini sudah dimulai sejak tahun 2016 dan PT

Pertamina Bina Medika IHC ditunjuk sebagai pengelolanya.

Fasilitas pelayanan yang ada di Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang

terdiri dari Poli Klinik Rawat Jalan yaitu ada Klinik Spesialis Bedah, Klinik

Spesialis Bedah Mulut, Klinik Spesialis Anak, Klinik Spesialis Internis, Spesialis

Jantung, Spesialis Obgyn,Spesialis THT, Spesialis Paru, Spesialis Mata, Spesialis

Orthopaedi, Spesialis Saraf, Spesialis Kesehatan Jiwa, Spesialis Kulit & Kelamin,

Spesialis Rehabilitasi Medis, Spesialis Patologi Anatomi, Spesialis Patologi

Klinis, Spesialis Radiologi, Klinik Urologi, Klinik Gigi, Klinik Terapi Wicara,

Klinik Akupuntur, Klinik Umum, Klinik KIA (ANC, Senam Hamil &

Hipnobreathing, Pijat Bayi, Imunisasi, Manajemen Laktasi & KB). Sedangkan

Fasilitas Rawat Inap terdiri dari VVIP PONDOK BARIN, VIP MELATI, VIP

NUSA INDAH (Khusus Anak-anak), VIP CENDRAWASIH, VIP ANDRIANI,

KELAS UTAMA A, KELAS UTAMA B, Kelas 1, Kelas 2, Kelas 3, Pelayanan

Rawat Gabung, IGD, ICU, Instalasi Bedah, Laparascopy, Hemodialisa, Farmasi,

Laboratorium & PCR, CT Scan, ESWL, Endoscopy THT, Endoscopy Gatroscopy

Colonoscopy, Funduscopy, Terapi Wicara, Laser Mata, Uroflowmetri, MCU

(EKG, Treadmill, Audiometri, Spirometri), USG 4D, Fisioterapi, Instalasi Gizi,

Yoga Hamil, Pijat Bayi, Ambulance.

4.1.2 Visi Misi

1. Visi

1. Menjadikan Rumah Sakit Andalan Sebagai Rujukan di Provinsi Bangka

Belitung.

Akper Pangkalpinang
52

2. Misi

Menjadikan lananan kesehatan terpercaya :

1. Menyediakan jasa layanan kesehatan unggulan.

2. Mengembangkan dan menyiapkan tenaga professional.

3. Mengembangkan system layanan terpadu yang handal.

4.1.3 Moto Budaya

Melayani dengan sepenuh hati.

4.1.4 Tujuan

1. Menjadikan Rumah Sakit yang terpandang dan guna membangitkan

kesehatan masyarakat Bangka Belitung

2. Menjadikan Rumah Sakit yang Mandiri dan dikelola dengan baik ( Good

Corparato Governance)

3. Menjadikan organisasi yang mengedepankan kesejahteraan melalui

peningkatan profesionalisme

4.2 Karakteristik Subyek Penelitian/Identitas Pasien

4.2.1 Pasien Pertama

Pasien Pertama yang menjadi responden penelitian adalah By. Ny. EJ lahir

pada tanggal 10 juni 2021 secara sectio caesaria atas indikasi ketuban pecah 3

hari, usia gestasi 37 minggu, dan berat badan lahir 1350 gram. Faktor resiko ibu

yaitu ketuban pecah dini dan leukosit 12.200/ uL. APGAR Score menit pertama 8

dan menit kelima 9. Diagnosis medis yaitu NCB KMK ( 37 minggu, 1350 gram).

Nama kedua orang tuanya Tn. Z dan Ny. EJ. Umur Tn. Z 35 tahun, pekerjaan

buruh harian. Umur Ny. EJ 31 tahun pekerjaan Ibu Rumah Tangga.

Akper Pangkalpinang
53

4.2.2 Pasien Kedua

Pasien Kedua yang menjadi responden penelitian adalah By. Ny. LS lahir

pada tanggal 15 juni 2021 secara sectio caesaria atas indikasi gawat janin, CTG

kategori III, APGAR Score menit pertama 6 dan menit kelima 8, dengan usia

gestasi 37 minggu dan berat badan lahir 1850 gram. Faktor resiko ibu PEB,

riwayat perdarahan dari jalan lahir ± 4 hari SMRS dan jumlahna sedikit- sedikit.

Diagnosis medis yaitu NCB KMK( 37 minggu, 1850 gram). Nama kedua orang

tuanya Tn. A dan Ny. LS. Umur Tn. A 29 tahun, pekerjaan wiraswasta. Umur Ny.

LS 27 tahun pekerjaan Ibu Rumah Tangga.

Akper Pangkalpinang
54

4.3 Data Asuhan Keperawatan

4.3.1 Pengkajian

1) Identitas pasien dan Penanggung jawab

Tabel 4.2 Identitas pasien dan penanggung jawab

Identitas Pasien dan Penanggung Pasien Satu Pasien Dua


Jawab
1. Identitas Pasien
Nama By. Ny. EJ By. Ny. LS
Hari/tanggal lahir 10 Juni 2021 15 juni 2021
Berat lahir 1350 gram 1850 gram
Tanggal Pengkajian 12 juni 2021 16 juni 2021
2. Identitas Penanggung Jawab
Ayah
Nama Tn. Z Tn. A
Umur 35 tahun 29 tahun
Pekerjaan buruh harian wiraswasta

Ibu
Nama Ny. EJ Ny. LS
Umur 31 tahun 27 tahun
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga

Dari Tabel 4.2 Identitas dan Penanggung jawab diatas dapat disimpulkan bahwa pada

pasien pertama yaitu lahir pada tanggal 10 juni 2021 dengan berat lahir 1350 gram dan

Pasien Kedua yaitu lahir pada tanggal 15 juni 2021 dengan berat lahir 1850 gram.

4.4 Pengumpulan Data

4.4.1 Anamnesa

Tabel 4.3 Hasil Anamnesis pasien Bayi Berat Lahir Rendah

Format Pengkajian Pasien 1 Pasien 2


1. Riwayat Kehamilan
Usia kehamilan 37 minggu 37 minggu

Akper Pangkalpinang
55

Komplikasi kehamilan ketuban pecah dini gawat janin

2. Riwayat persalinan
Penolong persalinan Dokter Dokter
Jenis persalinan sectio caesaria sectio caesaria
Air ketuban ketuban pecah 3 hari Ketuban pecah saat persalinan
Keadaan ibu Ibu tampak cemas terhadap Ibu tampak cemas, menangis saat
kondisi bayinya dan hanya pertama melihat bayinya, dan
melihat di depan inkubator. hanya melihat di depan inkubator.
Selain itu ibu juga tidak mengerti Selain itu, ibu tidak mengerti cara
cara menyusui bayinya menyusui pada bayinya

3. Keadaan bayi saat lahir


Nilai APGAR saat menit menit pertama score 8 menit pertama score 6
pertama dan menit ke lima menit kelima score 9. menit kelima score 8
tidak ada distensi abdomen dan koordinasi refleks mengisap,
muntah, refleks mengisap lemah menelan dan bernapas ada tapi
refleks mengisap lemah
Berat badan saat pengkajian 1265 gram 1640 gram
Time/suhu badan 36,0°C 36,2°C
Obat-obatan/terapi - aliran OGT 1 cc dan - Optiflow dengan FiO2
mendapatkan primming 21% dan aliran 5
ASI 8x10 ml per OGT L/menit
dan oral – - nutrisi enteral ASI 8 x 5
- mendapatkan cairan ml melalui OGT dan
parenteral PG2(2) 3,5 nutrisi parenteral
cc/jam, Il20(1) 0,3 PG2(1,8) 3,2 cc/jam
cc/jam - Ceftazidin 60 mg/8 jam
- Ampicilin 50mg/12 jam (iv)
(iv) - Farmadol 20 mg/8 jam
- Gentamicin 5 mg/48 jam (iv) k/p
(iv) - Aminofilin 4 mg/12 jam
- Farmadol 1 mg/8 jam (iv)
(iv) k/p - Mystatin 3 x1 ml : 0,5
- Aminofilin 2,5 mg/12 ml oral dan 0,5 ml OGT

Akper Pangkalpinang
56

jam (iv) - Apialis 1x 0,5 ml

Keluhan utama saat pengkajian Saat dilakukan palpasi, bayi Saat dilakukan palpasi, bayi
teraba dingin dengan suhu 36ºC, teraba dingin dengan suhu
kedua ujung jari tangan dan kaki 36,2ºC, kedua ujung jari tangan
tampak sianosis karena dan kaki tampak sianosis karena
kedinginan. Saat jendela kedinginan. Saat jendela
inkubator terbuka dan pasien inkubator terbuka dan pasien
tampak kedinginan tampak kedinginan

Keadaan umum saat pengkajian Tanda-tanda vital: suhu 36,0°C, bayi tidak lagi menggunakan alat
nadi 150 kali per menit, bantu nafas, kondisi stabil, suhu
pernafasan 50 kali per menit, 36,2°C, nadi 148 kali per menit,
skala nyeri 5, ada produksi OGT 1 pernafasan 48 kali per menit,
cc, tidak ada distensi abdomen saturasi oksigen 98, skala nyeri 5,
dan muntah, refleks mengisap tidak ada apnue dan desaturasi
lemah
Intake nutrisi pemenuhan kalori 103,86 pemenuhan kalori 134,1
kkal/hari dan kebutuhan kalori kkal/kg/hari dan kebutuhan kalori
berdasarkan berat badan 101,2 berdasarkan berat badan 128,7
kkal/hari kkal/hari

Berdasarkan Tabel 4.3 hasil anamnesa pada pasien Bayi Berat Lahir Rendah pada By.

Ny. EJ dan By. Ny. LS bisa disimpulkan bahwa riwayat komplikasi yang dialami Ny.

EJ adalah ketuban pecah dini dan riwayat komplikasi Ny. LS adalah karena keadaan

Gawat Janin yang membuat mereka harus dilakukan sectio Caesaria. Keadaan mereka

berdua sama yaitu merasa cemas melihat keadaan bayinya juga mereka tidak mengerti

cara menyusui anaknya. By. Ny. EJ memiliki keadaan umum tanda-tanda vital: Tanda-

tanda vital: suhu 36,0°C, nadi 150 kali per menit, pernafasan 50 kali per menit, skala

nyeri 5, ada produksi OGT 1 cc, tidak ada distensi abdomen dan muntah, refleks

mengisap lemah. By. Ny. LS memiliki keadaan umum bayi tidak lagi menggunakan alat

Akper Pangkalpinang
57

bantu nafas, kondisi stabil, suhu 36,2°C, nadi 140-148 kali per menit, pernafasan 48 kali

per menit, saturasi oksigen 98, skala nyeri 5, tidak ada apnue dan desaturasi.

4.5 Pemeriksaan Fisik

Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Fisik Pada Bayi Berat Lahir Rendah

Pemeriksaan Fisik Pasien 1 Pasien 2


1. Reflek - Reflek menghisap pada - Reflek menghisap pada
saat memasukkan jari saat memasukkan jari
kedalam mulut bayi kedalam mulut bayi
terlihat kemampuan terlihat kemampuan
reflek menghisap lemah. reflek menghisap lemah.
- Reflek genggaman pada - Reflek genggaman pada
saat mendekatkan jari saat mendekatkan jari
telunjuk ditangan bayi, telunjuk ditangan bayi,
terasa genggaman bayi terasa genggaman bayi
yang kuat. yang kuat.
- Reflek moto - Reflek moto
Pada saat menutup jendela Pada saat menutup jendela
inkubator tampak inkubator tampak
bayi terkejut bayi terkejut
menekuk kakinya menekuk kakinya
merasakan gerakan merasakan gerakan
yang tiba-tiba. yang tiba-tiba.
2. Tonus/ aktivitas Pada saat pengkajian gerakan Pada saat pengkajian gerakan
bayi aktif, genggaman bayi saat bayi aktif, genggaman bayi saat
melakukan jari ditangan bayi melakukan jari ditangan bayi
sedikit kuat. sedikit kuat
3. Kepala/leher
a. Fontanel anterior Pada saat pengkajian fontanel Pada saat pengkajian fontanel
bayi terlihat lunak dan masih bayi terlihat lunak dan masih
b. Sutura sagitalis berdenyut berdenyut
Pada saat pengkajian sutura pada Pada saat pengkajian sutura pada
c. Gambaran wajah bayi berjarak lebar bayi berjarak lebar
Bentuk wajah simetris, tidak ada Bentuk wajah simetris, tidak ada

d. Molding pembengkakan, semua lengkap pembengkakan, semua lengkap

Akper Pangkalpinang
58

Pada saat dilakukan inspeksi Pada saat dilakukan inspeksi


tidak ada molding tidak ada molding
4. Mata Terlihat mata ada reflek cahaya, Terlihat mata ada reflek cahaya,
sklera an ikterik sklera an ikterik
5. THT
a. Telinga Pada saat pengkajian keadaan Pada saat pengkajian keadaan
telinga bayi bersih tidak ada telinga bayi bersih tidak ada
b. Hidung kotoran kotoran
Bentuk hidung normal dan tidak Bentuk hidung normal dan tidak
ada sumbatan pada hidung dan ada sumbatan pada hidung dan

c. Platum tidak menggunakan alat bantu tidak menggunakan alat bantu


nafas nafas
Tidak ada celah pada bibir atau Tidak ada celah pada bibir atau
langit-langit pada bayi langit-langit pada bayi
6. Abdomen Pada saat pengkajian tidak ada Pada saat pengkajian tidak ada
distensi abdomen lingkar perut distensi abdomen lingkar perut
bayi 21 cm bayi 23 cm
7. Thorax
a. Klavikula Pada saat pengkajian bentuk Pada saat pengkajian bentuk
klavikula bayi normal, simetris klavikula bayi normal, simetris
antara kanan dan kiri, tidak ada antara kanan dan kiri, tidak ada
retraksi dinding dada dan suara retraksi dinding dada dan suara
paru vesikuler paru vesikuler
8. Jantung Pada saat pengkajian bunyi Pada saat pengkajian bunyi
jantung normal sinus rytem/ lup- jantung normal sinus rytem/ lup-
lup lup
9. Ekstremitas
a. Nadi perifer Pada saat pengkajian nadi teraba Pada saat pengkajian nadi teraba
b. Brakial kanan Nadi teraba kuat Nadi teraba kuat
c. Brakial kiri Nadi brakial kiri teraba kuat Nadi brakial kiri teraba kuat
d. Femoral kanan Nadi femoral kanan teraba Nadi femoral kanan teraba
e. Femoral kiri Nadi femoral kiri teraba Nadi femoral kiri teraba
10. Umbilikus Terlihat tidak ada tanda gejala Tidak ada tanda gejala inflamasi
inflamasi
11. Panggul Keadaan panggul bayi normal Keadaan panggul bayi normal
12. Genetalia Pada saat pengkajian jenis Pada saat pengkajian jenis
kelamin laki-laki dan alat kelamin laki-laki dan alat

Akper Pangkalpinang
59

kelamin lengkap kelamin lengkap


13. Anus Saat dilakukan colok anus dengan Saat dilakukan colok anus dengan
termometer terdapat lubang anus termometer terdapat lubang anus
14. Kulit Kulit tipis dan transparan warna Kulit tipis dan transparan warna
kulit kemerahan dan ada tanda kulit kemerahan dan ada tanda
sianosis di ekstremitas sianosis di ekstremitas
15. Suhu Menggunakan suhu inkubator Menggunakan suhu inkubator
dan suhu aksila 36,0ºC dan suhu aksila 36,2ºC

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa keadaan fisik By. Ny. EJ dan By. Ny.

LS yaitu reflek pada kedua bayi yaitu reflek menghisap yang lemah. Kemudian keadaan

mata, telinga, jantung, abdomen, umbilikus, ekstremitas, genetalia, anus dan warna kulit

semua nya lengkap dan normal.

4.6 Pemeriksaan Penunjang

4.6.1 Pemeriksaan Laboratorium

Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Bayi Berat Lahir Rendah

Pasien 1

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


1. Hemoglobin 19,3 gr/dl 15 - 24 gr/dl
2. Hematokrit 54,9 % 44-70 %
3. Leukosit 7140/uL 9,10-34 x 103/ul
4. Trombosit 170.000 / ul 150-400 ribu
5. CRP 0,2 mg/dl <0,6 mg/dl
6. IT ratio 0,08 0,00-0,2
7. Gula darah 79 mg/dl

Tabel 4.6 Hasil Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Bayi Berat Lahir Rendah

Pasien 2

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


1. Hemoglobin 16,2 gr/dl ↑(8,8 gr/dl) 15 - 24 gr/dl

Akper Pangkalpinang
60

46,8%
2. Hematokrit 7430/uL 44-70 %
3. Leukosit 227.000 / ul 9,10-34 x 103/ul
4. Trombosit 1,7 mg/dl (0,2 mg/dl) 150-400 ribu
5. CRP 0,03 <0,6 mg/dl
6. IT ratio 133 mmol/l 0,00-0,2
7. Natrium 3,39 mmol/l
8. Kalium 96 mmol/l
9. Klorida 1,36 mmol/l
10. Ca ion 1,9 3-6,8
11. P 3,15 1,7-2,55
12. Magnesium

4.7 Terapi

Tabel 4.7 Hasil Terapi Bayi Berat Lahir Rendah

Jenis Terapi Pasien 1 Pasien 2


Farmakologi Ampicilin 50mg/12 jam (iv) Ceftazidin 60 mg/8 jam (iv)
Gentamicin 5 mg/48 jam (iv) Farmadol 20 mg/8 jam (iv) k/p
Farmadol 1 mg/8 jam (iv) k/p Aminofilin 4 mg/12 jam (iv)
Aminofilin 2,5 mg/12 jam (iv) Mystatin 3 x1 ml : 0,5 ml oral
dan 0,5 ml OGT
Apialis 1x 0,5 ml

Akper Pangkalpinang
61

4.8 Analisa Data

Tabel 4.8 Analisa Data

No Pasien Satu Pasien Dua

Data Etiologi Masalah Data Etiologi Masalah

1 DS : - Immaturitas sistem Hipotermia DS : - Immaturitas sistem Hipotermia

DO : termoregulasi DO : termoregulasi

1. ↓ 1. Saturasi oksigen ↓

Suhu 36ºC Lemak coklat minumal, 98 Lemak coklat minumal,

2. Didalam kulit tipis, transparan, 2. Suhu 36,2ºC kulit tipis, transparan,

inkubator ketidakmampuan 3. Didalam inkubator ketidakmampuan

3. Pernafasan 50 menggigil, area 4. Pernafasan 48 kali menggigil, area permukaan

kali permenit permukaan tubuh lebih permenit tubuh lebih luas

4. Nadi 150 kali luas 5. Nadi 148 kali ↓

permenit ↓ permenit Rentang mengalami

5. Ekstremitas Rentang mengalami 6. Ekstremitas terlihat kehilangan panas

terlihat siamosis kehilangan panas siamosis ↓

Akper Pangkalpinang
62

6. Hipotermia 7. Akrar dingin Hipotermia

Akrar

dingin

2. DS: - Immaturitas sistem Ketidakseimbang DS: - Immaturitas sistem Ketidakseimban

DO: gastrointestinal an nutrisi kurang DO: gastrointestinal gan nutrisi

1. Berat badan bayi ↓ dari kebutuhan 1. Berat badan bayi ↓ kurang dari

lahir 1350 gram Belum berkembangnya tubuh lahir 1850 gram Belum berkembangnya kebutuhan tubuh

2. Berat badan bayi kematangan dan 2. Berat badan bayi kematangan dan

saat pengkajian koordinasi kemampuan saat pengkajian koordinasi kemampuan

1265 gram menghisap dan menelan 1550 gram menghisap dan menelan

3. Reflek ↓ 3. Reflek menghisap ↓

menghisap Risiko tinggi aspirasi lemah Risiko tinggi aspirasi

lemah ↓ 4. Lingkar perut 23 ↓

4. Lingkar perut 21 Asupan oral tidak cm Asupan oral tidak adekuat

cm adekuat 5. Terpasang aliran ↓

5. Terpasang aliran ↓ OGT Ketidakseimbangan nutrisi

OGT 1 cc Ketidakseimbangan kurang dari kebutuhan

Akper Pangkalpinang
63

nutrisi kurang dari tubuh

kebutuhan tubuh

3. DS: Kelahiran anak pertama Ketidakefektifan DS: Kelahiran anak pertama Ketidakefektifan

1. Ibu mengatakan ↓ menyusui 1. Ibu mengatakan ↓ menyusui

tidak mengerti Kecemasan pada ibu tidak mengerti Kecemasan pada ibu

cara menyusui ↓ cara menyusui ↓

bayinya. Tidak mengetahui/ bayinya. Tidak mengetahui/

2. Ibu mengatakan mengerti cara menyusui 2. Ibu mengatakan mengerti cara menyusui

ini adalah anak ↓ ini adalah anak ↓

pertamanya Ketidakefektifan pertamanya Ketidakefektifan menyusui

menyusui

DO:

1. Ibu klien tampak DO:

cemas 1. Ibu klien tampak

2. Terpasang OGT cemas

1 cc 2. Terpasang OGT

3. Mendapat

Akper Pangkalpinang
64

primming ASI 1 cc

8x10 ml 3. mendapat nutrisi

4. Tampak reflek enteral ASI 8 x

menghisap 5 ml

lemah 4. Tampak reflek

menghisap

lemah

Berdasarkan Tabel 4.8 Hasil Analisa Data yang saya dapat dari pasien pertama By. Ny. EJ masalah keperawatan yang muncul ada

tiga yaitu:hipotermia, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, ketidakefektifan menyusui. Dari masing masing

masalah keperawatan yang ditemukan terdapat data fokus dengan penyebab munculnya masalah keperawatan. By. Ny. LS masalah

keperawatan yang muncul ada tiga yaitu: hipotermia, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, ketidakefektifan

menyusui. Dari masing masing masalah keperawatan yang ditemukan terdapat data fokus dengan penyebab munculnya masalah

keperawatan.

4.9 Diagnosa Keperawatan

Akper Pangkalpinang
65

4.8.1 Hipotemia berhubungan dengan Lemak coklat minumal, kulit tipis, transparan, ketidakmampuan menggigil, area

permukaan tubuh lebih luas

4.8.2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan immaturitas saluran gastrointestinal

4.8.3 Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan ketidaktahuan cara menyusui

4.10 Rencana Keperawatan


Tabel 4.9 Rencana Keperawatan Pasien 1 dan 2
No Diagnosa Keperawatan Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Hipotemia berhubungan dengan Lemak Setelah dilakukan asuhan 1. Pantau suhu aksila bayi secara 1. Untuk mengetahui suhu
coklat minumal, kulit tipis, transparan, keperawatan selama 3×24 jam, teratur tubuh bayi
ketidakmampuan menggigil, area permukaan diharapkam hipotermi dapat 2. Letakkan bayi dalam 2. Untuk mempertahankan
tubuh lebih luas teratasi dengan kriteria hasil: inkubator kestabilan suhu tubuh
1. Tubuh teraba hangat 3. Tutup kepala bayi dengan topi 3. Untuk menghindari
2. Suhu tubuh dalam batas 4. Pantau suhu inkubator kehilangan panas akibat
normal (36,5-37,5ºC) 5. Lakukan perawatan bayi radiasi
dalam inkubator 4. Untuk mengetahui suhu
6. Libatkan orang tua untuk pada inkubator
melakukan metode kangguru 5. Untuk menghindari
terjadinya resiko infeksi
6. Perawatan metode
kanguru dapat

Akper Pangkalpinang
66

mentstabilkan suhu
tubuh karena terjadi
pemindahan panas ibu
ke tubuh bayi

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau berat badan bayi 1. Untuk mengetahui
kebutuhan tubuh berhubungan dengan keperawatan selama 3×24 jam sekarang perkembangan berat
immaturitas saluran gastrointestinal bayi menunjukkan pemenuhan 2. Kaji kadar gula darah badan bayi
nutrisi yang adekuat dengan 3. Kaji koordinasi reflek hisap, 2. Untuk mengetahui kadar
kriteria hasil: reflek menelan dan gula bayi
1. Peningkatan berat badan bayi pernafasan 3. Untuk mengetahui
berat lahir rendah setiap hari 4. Pantau aliran OGT perkembangan reflek
15 gram/Kg BB/hari 5. Pantau adanya muntah dan hisap, menelan dan
2. Bayi tidak mengalami distensi abdomen pernafasan bayi
distensi abdomen 6. Kolaborasi dengan dokter 4. Untuk mengetahui asupan
3. Bayi tidak mengalami muntah pemberian nutrisi enteral OGT tidak terjadi
4. Bayi tidak terjadi aspirasi saat berupa trofic feeding, obstruksi
pemberian nutrisi per OGT lanjutkan priming feeding 5. Untuk mengetahui adanya
5. Terbebas dari hipoglikemi dan fullfeeding distensi abdomen
dengan kadar gula bayi diatas 7. Pengaturan posisi prone, 6. Mempercepat
45 mg/dl miring kanan dan supine pengosongan lambung
dengan kepala 40º setelah dan menurunkan liquid
pemberian nutrisi enteral GER. Selain itu,
untuk menurunkan GER meminimlakan

Akper Pangkalpinang
67

8. Berikan edukasi kepada orang regurgitasi aspirasi,


tua untuk persiapan mempercepat
pemberian asi: cara pencernaan, mencegah
memompa dan menyimpan regurgitasi dan distensi
asi. Teknik menyusui bayi 7. Agar orang tua
atau memberikan asi melalui mengetahui cara
cawan jika bayi sudah ada pemberian asi dan teknik
koordinasi reflek hisap, menyusui dengan benar
menelan dan bernafas

3. Ketidakefektifan menyusui berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pemahaman orang tua 1. Untuk memfasilitasi
dengan ketidaktahuan cara menyusui keperawatan selama 3×24 jam terhadap kondisi bayinya orang tua untuk dapat
ibu bayi cara menyusui dan 2. anjurkan orang tua untuk berinteraksi dengan
tindakan apa saja yang harus mengunjungi bayinya bayinya
dilakukan pada bayi dengan 3. Ajarkan teknik perawatan 2. Untuk memfasilitasi
kriteria hasil: metode kanguru interaksi orang tua bayi
1. Ibu bayi mengetahui cara 4. Berikan edukasi dan libatkan 3. Untuk memfasilitasi
perawatan pada bayinya orang tua dalam perawatan kedekatan bayi dengan
2. Ibu tidak cemas lagi bayi berat lahir rendah orang tuanya
3. Ibu mengetahui cara 5.Jelaskan kepada orang tua 4. Untuk memfasilitasi
menyusui anaknya dengan tentang kondisi bayinya dan peningkatan kemampuan
benar alasan kenapa harus dirawat orang tua memenuhi
diruang khusus atau intensif kebutuhan bayinya
6. Ajarkan ibu cara menyusui 5. Untuk mengurangi

Akper Pangkalpinang
68

dengan benar kecemasan orang tua


7. Ajarkan persiapan dalam terhadap bayinya
penyiapan pemberian asi 6. Agar ibu mengerti teknik
menyusui yang benar
7. Untuk meningkatkan
pemahaman dalam
persiapan pemberian asi

Pada Tabel 4.9 rencana keperawatan pada pasien 1 dan 2 didapatkan tujuan dan kriteria hasil diagnosa pertama yaitu Tubuh teraba

hangat, Suhu tubuh dalam batas normal (36,5-37,5ºC) . Diagnosa kedua dengan tujuan dan kriteria hasil yaitu Peningkatan berat

badan bayi berat lahir rendah setiap hari 15 gram/Kg BB/hari. Diagnosa ketiga dengan tujuan dan kriteria hasil Ibu bayi mengetahui

cara perawatan pada bayinya, Ibu tidak cemas lagi. Tujuan dari rencana tindakan keperawatan adalah untuk mendapatkan hasil yang

maksimal untuk mencapai keberhasilan dan kesembuhan pada bayi.

Akper Pangkalpinang
69

4.11 Catatan Perkembangan

Tabel 4.10 Implementasi dan Evaluasi Pada Pasien 1

No Diagnosa Keperawatan Hari/Tanggal/Jam Implementasi Paraf Evaluasi


1. Hipotemia berhubungan dengan Sabtu, 12 juni 2021 Pukul 14.00 WIB Shift pagi
Lemak coklat minumal, kulit 07.00 WIB - Memantau suhu aksila bayi secara S:-
tipis, transparan, teratur O:
ketidakmampuan menggigil, area R/: 36,0ºC a) T: 36, 4ºC
permukaan tubuh lebih luas 07.15 WIB - Melakukan perawatan bayi dalam b) Bayi tampak sianosis
inkubator c) Akrar dingin
R/: Mengganti pampers bayi

07.30 WIB - Menutup kepala bayi dengan topi A: Masalah hipotermia belum

07.35 WIB - Memantau suhu inkubator teratasi


R/: Suhu inkubstor 33ºC P: Intervensi di lanjutkan
- Pantau suhu aksila bayi secara
teratur
- Letakkan bayi dalam inkubator
- Tutup kepala bayi dengan topi
- Pantau suhu inkubator
- Lakukan perawatan bayi dalam

Akper Pangkalpinang
70

inkubator

Ketidakseimbangan nutrisi 08.30 WIB - Memantau berat badan bayi Pukul 14.00 WIB Shift pagi
kurang dari kebutuhan tubuh R/: 1265 gram S:-
berhubungan dengan immaturitas 08.40 WIB - Mengkaji kadar gula darah O:
saluran gastrointestinal R/: 45 mg/dl a) Berat badan bayi

08.50 WIB - Memantau aliran OGT meningkat 1265 gram


R/: Aliran OGT kosong b) Tidak ada distensi
Tidak ada obstruksi abdomen
- Memberikan nutrisi c) Reflek hisap lemah
09.00 WIB
R/: Memberikan primming ASI 8x10
ml A: Masalah ketidakseimbangan
Memberikan asi nutrisi belum teratasi
melalui OGT P: Intervensi dilanjutkan
09. 10 WIB
- Memonitor distensi abdomen dan - Pantau berat badan bayi
muntah - Kaji koordinasi reflek hisap,
R/: tidak ada distensi abdomen dan reflek menelan dan pernafasan
muntah - Pantau aliran OGT
- Pantau adanya muntah dan
distensi abdomen
- Kolaborasi dengan dokter
pemberian nutrisi

Ketidakefektifan menyusui 11.00 WIB - Memberikan edukasi tentang Pukul 14.00 WIB shift pagi

Akper Pangkalpinang
71

berhubungan dengan perawatan bayi berat lahir rendah S: Ibu mengatakan masih belum
ketidaktahuan cara menyusui R/: Memberikan asi untuk nutrisi paham tentang perawatan bayi
bayi O:
Memberikan kehangatan pada a) Terlihat ibu menyusui
bayi bayinya
11.20 WIB
- Mengajarkan ibu cara menyusui b) Terlihat kesusahan saat
dengan benar menggendong dan
R/: Posisi yang benar saat menyusui menyusui
bayi A: Masalah ketidakefektifan
Perlekatan mulut bayi terhadap menyusui belum teratasi
putting ibu P: Intervensi dilanjutkan
11.45 WIB - Mengajarkan teknik perawatan - Berikan edukasi dalam perawatan
metode kanguru bayi berat lahir rendah
R/: Keaktifan bayi dalam mencari - Ajarkan teknik perawatan
puting ibu metode kanguru
Kedekatan ibu dan bayi - Libatkan orang tua dalam
- Mengajarkan persiapan dalam perawatan dan pemberian asi
penyiapan pemberian asi
11.50 WIB
R/: Ibu tau cara menyimpan asi yang
benar

Hipotemia berhubungan dengan 14.10 WIB - Memantau suhu aksila bayi secara Pukul 21.00 WIB Shift sore
Lemak coklat minumal, kulit teratur S:-
tipis, transparan, R/: 36,1ºC O:

Akper Pangkalpinang
72

ketidakmampuan menggigil, area 14.20 WIB - Melakukan perawatan bayi dalam a) T: 36,0ºC
permukaan tubuh lebih luas inkubator b) Bayi tampak sianosis
15.15 WIB - Menutup kepala bayi dengan topi c) Akrar dingin
15.20 WIB - Memantau suhu inkubator
R/: Suhu inkubstor 33ºC A: Masalah hipotermia belum teratasi
P: Intervensi di lanjutkan
- Pantau suhu aksila bayi secara
teratur
- Letakkan bayi dalam inkubator
- Tutup kepala bayi dengan topi
- Pantau suhu inkubator
- Lakukan perawatan bayi dalam
inkubator

Ketidakseimbangan nutrisi 16.20 WIB - Memantau berat badan bayi Pukul 21.00 WIB Shift sore
kurang dari kebutuhan tubuh R/: 1280 gram S:-
berhubungan dengan immaturitas 16.30 WIB - Memantau aliran OGT O:
saluran gastrointestinal R/: Tidak ada obstruksi a) Berat badan bayi meningkat
Aliran OGT kosong 1282 gram
- Mengatur posisi pemberian nutrisi b) Tidak ada distensi abdomen
16.40 WIB
- Memberikan nutrisi c) Reflek hisap lemah
17.00 WIB
R/: Memberikan primming ASI 8x10
ml A: Masalah ketidakseimbangan
Memberikan asi melalui OGT nutrisi belum teratasi

Akper Pangkalpinang
73

- Memonitor distensi abdomen dan P: Intervensi dilanjutkan


17.10 WIB muntah - Pantau berat badan bayi
R/: tidak ada distensi abdomen dan - Kaji koordinasi reflek hisap,
muntah reflek menelan dan pernafasan
- Pantau aliran OGT
- Pantau adanya muntah dan
distensi abdomen
- Atur posisi saat pemberian nutrisi
- Kolaborasi dengan dokter
pemberian nutrisi

Ketidakefektifan menyusui 19.15 WIB - Memberikan edukasi tentang Pukul 21.00 WIB shift sore
berhubungan dengan perawatan bayi berat lahir rendah S: Ibu mengatakan masih belum
ketidaktahuan cara menyusui R/: Memberikan asi untuk nutrisi paham tentang perawatan bayi dan
bayi cara menyusui yang benar
Memberikan kehangatan pada O:
bayi a) Terlihat ibu menyusui bayinya
- Mengajarkan ibu cara menyusui b) Terlihat kesusahan saat
20.00 WIB
dengan benar menggendong dan menyusui
R/: Posisi yang benar saat menyusui c) Terlihat tenang
bayi A: Masalah ketidakefektifan
Perlekatan mulut bayi terhadap menyusui belum teratasi
putting ibu P: Intervensi dilanjutkan
- Mengajarkan teknik perawatan - Berikan edukasi dalam perawatan

Akper Pangkalpinang
74

20.15 WIB metode kanguru bayi berat lahir rendah


R/: Keaktifan bayi dalam mencari - Ajarkan teknik perawatan
puting ibu metode kanguru
Kedekatan ibu dan anak - Libatkan orang tua dalam
- Mengajarkan persiapan dalam perawatan dan pemberian asi
penyiapan pemberian asi
20.30 WIB
R/: Ibu tau cara menyimpan asi yang
benar

Hipotemia berhubungan dengan 21.00 WIB - Memantau suhu aksila bayi secara Pukul 07.00 WIB Shift malam
Lemak coklat minumal, kulit teratur S:-
tipis, transparan, R/: 36,2ºC O:
ketidakmampuan menggigil, area 22.15 WIB - Melakukan perawatan bayi dalam a) rr: 55×/menit
permukaan tubuh lebih luas inkubator P: 150×/menit

22.20 WIB - Menutup kepala bayi dengan topi T: 36ºC

22.25 WIB - Memantau suhu inkubator b) Bayi tampak sianosis


R/: Suhu inkubstor 33ºC c) Akrar dingin

A: Masalah hipotermia belum teratasi


P: Intervensi di lanjutkan
- Pantau suhu aksila bayi secara
teratur
- Letakkan bayi dalam inkubator
- Tutup kepala bayi dengan topi

Akper Pangkalpinang
75

- Pantau suhu inkubator


- Lakukan perawatan bayi dalam
inkubator

Ketidakseimbangan nutrisi 23.00 WIB - Memantau berat badan bayi Pukul 07.00 WIB Shift malam
kurang dari kebutuhan tubuh R/: 1300 gram S:-
berhubungan dengan immaturitas 23.30 WIB - Memantau aliran OGT O:
saluran gastrointestinal R/: Tidak ada obstruksi a) Ada kenaikan berat badan bayi
Aliran OGT kosong 1300 gram

01.30 WIB - Mengatur posisi pemberian nutrisi b) Tidak ada distensi abdomen

01.35 WIB - Memberikan nutrisi c) Reflek hisap masih lemah


R/: Memberikan primming ASI 8x10
ml A: Masalah ketidakseimbangan
Memberikan asi melalui OGT nutrisi belum teratasi
- Memonitor distensi abdomen dan P: Intervensi dilanjutkan
01.45 WIB
muntah - Pantau berat badan bayi
R/: tidak ada distensi abdomen dan - Kaji koordinasi reflek hisap,
muntah reflek menelan dan pernafasan
- Pantau aliran OGT
- Pantau adanya muntah dan
distensi abdomen
- Atur posisi saat pemberian nutrisi
- Kolaborasi dengan dokter
pemberian nutrisi

Akper Pangkalpinang
76

Ketidakefektifan menyusui 03.00 WIB - Memberikan edukasi tentang Pukul 07.00 WIB shift malam
berhubungan dengan perawatan bayi berat lahir rendah S: Ibu mengatakan masih belum
ketidaktahuan cara menyusui R/: Memberikan asi untuk nutrisi paham tentang perawatan bayi dan
bayi cara menyusui yang benar
Memberikan kehangatan pada O:
bayi a) Terlihat ibu menyusui bayinya
- Mengajarkan ibu cara menyusui b) Terlihat belum bisa menyusui
05.00 WIB
dengan benar bayinya
R/: Posisi yang benar saat menyusui c) Terlihat tenang
bayi A: Masalah ketidakefektifan
Perlekatan mulut bayi terhadap menyusui belum teratasi
putting ibu P: Intervensi dilanjutkan
- Mengajarkan teknik perawatan - Berikan edukasi dalam perawatan
06.30 WIB metode kanguru bayi berat lahir rendah
R/: Keaktifan bayi dalam mencari - Ajarkan teknik perawatan
puting ibu metode kanguru
Kedekatan ibu dan anak - Libatkan orang tua dalam
- Mengajarkan persiapan dalam perawatan dan pemberian asi
penyiapan pemberian asi
06.50 WIB
R/: Ibu tau cara menyimpan asi yang
benar

2 Hipotemia berhubungan dengan Minggu 13 juni 2021 Pukul 14.05 WIB Shift pagi

Akper Pangkalpinang
77

Lemak coklat minumal, kulit 07.00 WIB - Memantau suhu aksila bayi secara S:-
tipis, transparan, teratur O:
ketidakmampuan menggigil, area R/: 36,0ºC a) T: 36, 3ºC
permukaan tubuh lebih luas 07.25 WIB - Melakukan perawatan bayi dalam b) Bayi tampak sianosis
inkubator c) Akrar dingin
- Menutup kepala bayi dengan topi
07.30 WIB
- Memantau suhu inkubator A: Masalah hipotermia belum teratasi
07.45 WIB
R/: Suhu inkubstor 34ºC P: Intervensi di lanjutkan
- Pantau suhu aksila bayi secara
teratur
- Letakkan bayi dalam inkubator
- Tutup kepala bayi dengan topi
- Pantau suhu inkubator
- Lakukan perawatan bayi dalam
inkubator

Ketidakseimbangan nutrisi 09.10 WIB - Memantau berat badan bayi Pukul 14.05 WIB Shift pagi
kurang dari kebutuhan tubuh R/: 1310 gram S:-
berhubungan dengan immaturitas 09.20 WIB - Memantau aliran OGT O:
saluran gastrointestinal R/: Tidak ada obstruksi a) peningkatan berat badan bayi 1310
Aliran OGT kosong gram
- Mengatur posisi pemberian nutrisi b) Tidak ada distensi abdomen
09.30 WIB
- Memberikan nutrisi c) Reflek hisap masih lemah
09.40 WIB
R/: Memberikan primming ASI 8x10

Akper Pangkalpinang
78

ml A: Masalah ketidakseimbangan
Memberikan asi melalui OGT nutrisi belum teratasi
- Memonitor distensi abdomen dan P: Intervensi dilanjutkan
muntah - Pantau berat badan bayi
09.45 WIB
R/: tidak ada distensi abdomen dan - Kaji koordinasi reflek hisap,
muntah reflek menelan dan pernafasan
- Pantau aliran OGT
- Pantau adanya muntah dan
distensi abdomen
- Atur posisi saat pemberian nutrisi
- Kolaborasi dengan dokter
pemberian nutrisi

Ketidakefektifan menyusui 11.00 WIB - Memberikan edukasi tentang Pukul 14.05 WIB shift pagi
berhubungan dengan perawatan bayi berat lahir rendah S: -Ibu mengatakan sedikit
ketidaktahuan cara menyusui R/: Memberikan asi untuk nutrisi mengeluarkan asi
bayi - ibu mengatakan masih kaku
Memberikan kehangatan pada menggendong bayinya
bayi O:
- Mengajarkan ibu cara menyusui a) Terlihat ibu menggendong bayinya
11.30 WIB
dengan benar b) Terlihat ibu masih kaku menyusui
R/: Posisi yang benar saat menyusui bayinya
bayi A: Masalah ketidakefektifan
Perlekatan mulut bayi terhadap menyusui belum teratasi

Akper Pangkalpinang
79

putting ibu P: Intervensi dilanjutkan


- Mengajarkan teknik perawatan - Berikan edukasi dalam perawatan

12.30 WIB metode kanguru bayi berat lahir rendah


R/: Keaktifan bayi dalam mencari - Ajarkan teknik perawatan
puting ibu metode kanguru
Kedekatan ibu dan anak - Libatkan orang tua dalam
- Mengajarkan persiapan dalam perawatan dan pemberian asi
penyiapan pemberian asi
13.00 WIB
R/: Ibu tau cara menyimpan asi yang
benar

Hipotemia berhubungan dengan 14.30 WIB - Memantau suhu aksila bayi secara Pukul 21.00 WIB Shift sore
Lemak coklat minumal, kulit teratur S:-
tipis, transparan, R/: 36,4ºC O:
ketidakmampuan menggigil, area 14.40 WIB - Melakukan perawatan bayi dalam a T: 36, 7ºC
permukaan tubuh lebih luas inkubator b) Bayi tampak sianosis

14.50 WIB - Menutup kepala bayi dengan topi c) Akrar dingin

15.00 WIB - Memantau suhu inkubator


R/: Suhu inkubstor 34ºC A: Masalah hipotermia belum teratasi
P: Intervensi di lanjutkan
- Pantau suhu aksila bayi secara
teratur
- Letakkan bayi dalam inkubator
- Tutup kepala bayi dengan topi

Akper Pangkalpinang
80

- Pantau suhu inkubator


- Lakukan perawatan bayi dalam
inkubator

Ketidakseimbangan nutrisi 15.40 WIB - Memantau berat badan bayi Pukul 21.00 WIB Shift sore
kurang dari kebutuhan tubuh R/: 1310 gram S:-
berhubungan dengan immaturitas 16.00 WIB - Memantau aliran OGT O:
saluran gastrointestinal R/: Tidak ada obstruksi a) peningkatan berat badan bayi 1310
Aliran OGT kosong gram

16.30 WIB - Mengatur posisi pemberian nutrisi b) Tidak ada distensi abdomen

17.00 WIB - Memberikan nutrisi c) Reflek hisap masih lemah


R/: Memberikan primming ASI 8x10
ml A: Masalah ketidakeimbangan nutrisi
Memberikan asi melalui OGT belum teratasi
- Memonitor distensi abdomen dan P: Intervensi dilanjutkan
17.05 WIB
muntah - Pantau berat badan bayi
R/: tidak ada distensi abdomen dan - Kaji koordinasi reflek hisap,
muntah reflek menelan dan pernafasan
- Pantau aliran OGT
- Pantau adanya muntah dan
distensi abdomen
- Atur posisi saat pemberian nutrisi
- Kolaborasi dengan dokter
pemberian nutrisi

Akper Pangkalpinang
81

Ketidakefektifan menyusui 18.15 WIB - Memberikan edukasi tentang Pukul 21.00 WIB shift sore
berhubungan dengan perawatan bayi berat lahir rendah S: -Ibu mengatakan sedikit
ketidaktahuan cara menyusui R/: Memberikan asi untuk nutrisi mengeluarkan asi
bayi - ibu mengatakan masih kaku
Memberikan kehangatan pada menggendong bayinya
bayi O:
19.00 WIB
- Mengajarkan ibu cara menyusui a) Terlihat ibu menggendong bayinya
dengan benar b) Terlihat ibu masih kaku menyusui
R/: Posisi yang benar saat menyusui bayinya
bayi A: Masalah ketidakefektifan
Perlekatan mulut bayi terhadap menyusui belum teratasi
putting ibu P: Intervensi dilanjutkan
- Mengajarkan teknik perawatan - Berikan edukasi dalam perawatan
19. 30 WIB metode kanguru bayi berat lahir rendah
R/: Keaktifan bayi dalam mencari - Ajarkan teknik perawatan metode
puting ibu kanguru
Kedekatan ibu dan anak - Libatkan orang tua dalam
- Mengajarkan persiapan dalam perawatan dan pemberian asi
penyiapan pemberian asi
20.00 WIB
R/: Ibu tau cara menyimpan asi yang
benar

Hipotemia berhubungan dengan 21.15 WIB - Memantau suhu aksila bayi secara Pukul 07.30 WIB Shift malam

Akper Pangkalpinang
82

Lemak coklat minumal, kulit teratur S:-


tipis, transparan, R/: 36,4ºC O:
ketidakmampuan menggigil, area 21.20 WIB - Melakukan perawatan bayi dalam a) T: 37ºC
permukaan tubuh lebih luas inkubator b) Bayi tampak sianosis
- Menutup kepala bayi dengan topi c) Akrar hangat
21.25 WIB
- Memantau suhu inkubator
21.30 WIB
R/: Suhu inkubstor 34ºC A: Masalah hipotermia belum
teratasi
P: Intervensi di lanjutkan
- Pantau suhu aksila bayi secara
teratur
- Letakkan bayi dalam incubator
- Tutup kepala bayi dengan topi
- Pantau suhu inkubator
- Lakukan perawatan bayi dalam
inkubator

Ketidakseimbangan nutrisi 22.00 WIB - Memantau berat badan bayi Pukul 07.00 WIB Shift sore
kurang dari kebutuhan tubuh R/: 1320 gram S:-
berhubungan dengan immaturitas 22.15 WIB - Memantau aliran OGT O:
saluran gastrointestinal R/: Tidak ada obstruksi a) peningkatan berat badan bayi 1320
Aliran OGT kosong gram
- Mengatur posisi pemberian nutrisi b) Tidak ada distensi abdomen
22.45 WIB
- Memberikan nutrisi c) Reflek hisap masih lemah
23.00 WIB

Akper Pangkalpinang
83

R/: Memberikan primming ASI 8x10


ml A: Masalah ketidakeimbangan nutrisi
Memberikan asi melalui OGT belum teratasi
- Memonitor distensi abdomen dan P: Intervensi dilanjutkan
23.05 WIB
muntah - Pantau berat badan bayi
R/: tidak ada distensi abdomen dan - Kaji koordinasi reflek hisap,
muntah reflek menelan dan pernafasan
- Pantau aliran OGT
- Pantau adanya muntah dan
distensi abdomen
- Atur posisi saat pemberian nutrisi
- Kolaborasi dengan dokter
pemberian nutrisi

Ketidakefektifan menyusui 06.00 WIB - Memberikan edukasi tentang Pukul 07.30 WIB shift malam
berhubungan dengan perawatan bayi berat lahir rendah S: - Ibu mengatakan sedikit
ketidaktahuan cara menyusui R/: Memberikan asi untuk nutrisi mengeluarkan asi
bayi - ibu mengatakan masih kaku
Memberikan kehangatan pada menggendong bayinya
bayi O:
- Mengajarkan ibu cara menyusui a) Ibu tampak tenang
06.15 WIB
dengan benar b) Terlihat ibu masih kaku menyusui
R/: Posisi yang benar saat menyusui bayinya
bayi A: Masalah ketidakefektifan

Akper Pangkalpinang
84

Perlekatan mulut bayi terhadap menyusui belum teratasi


putting ibu P: Intervensi dilanjutkan
- Mengajarkan teknik perawatan - Berikan edukasi dalam perawatan
metode kanguru bayi berat lahir rendah
06.25 WIB
R/: Keaktifan bayi dalam mencari - Ajarkan teknik perawatan
puting ibu metode kanguru
Kedekatan ibu dan anak - Libatkan orang tua dalam
- Mengajarkan persiapan dalam perawatan dan pemberian asi
penyiapan pemberian asi
07.00 WIB
R/: Ibu tau cara menyimpan asi yang
benar

3. Hipotemia berhubungan dengan Senin 14 juni 2021 Pukul 14.00 WIB Shift pagi
Lemak coklat minumal, kulit 07.00 WIB - Memantau suhu aksila bayi secara S:-
tipis, transparan, teratur O:
ketidakmampuan menggigil, area R/: 36,5ºC a) T: 37ºC
permukaan tubuh lebih luas 07.20 WIB - Melakukan perawatan bayi dalam b) Bayi tampak sianosis
inkubator c) Akrar dingin

07.30 WIB - Menutup kepala bayi dengan topi

07.50 WIB - Memantau suhu inkubator A: Masalah hipotermia belum teratasi


R/: Suhu inkubstor 33,5ºC P: Intervensi di lanjutkan
- Pantau suhu aksila bayi secara
teratur
- Letakkan bayi dalam incubator

Akper Pangkalpinang
85

- Tutup kepala bayi dengan topi


- Pantau suhu inkubator
- Lakukan perawatan bayi dalam
inkubator

Ketidakseimbangan nutrisi 08.15 WIB - Memantau berat badan bayi Pukul 14.00 WIB Shift pagi
kurang dari kebutuhan tubuh R/: 1325 gram S:-
berhubungan dengan immaturitas 08.20 WIB - Memantau aliran OGT O:
saluran gastrointestinal R/: Tidak ada obstruksi a) peningkatan berat badan bayi 1325
Aliran OGT kosong gram

09.00 WIB - Mengatur posisi pemberian nutrisi b) Tidak ada distensi abdomen

09.10 WIB - Memberikan nutrisi c) Nutrisi telah terpenuhi


R/: Memberikan primming ASI 8x10 A: Masalah ketidakseimbangan
ml nurtisi belum teratasi
Memberikan asi P: Intervensi dilanjutkan
melalui OGT - Pantau berat badan bayi
09.15 WIB
- Memonitor distensi abdomen dan - Kaji koordinasi reflek hisap,
muntah reflek menelan dan pernafasan
R/: tidak ada distensi abdomen dan - Pantau aliran OGT
muntah - Pantau adanya muntah dan
distensi abdomen
- Atur posisi saat pemberian nutrisi
- Kolaborasi dengan dokter
pemberian nutrisi

Akper Pangkalpinang
86

Ketidakefektifan menyusui 10.00 WIB - Memberikan edukasi tentang Pukul 14.00 WIB shift pagi
berhubungan dengan perawatan bayi berat lahir rendah S: - Ibu mengatakan sudah tau
ketidaktahuan cara menyusui R/: Memberikan asi untuk nutrisi tentang
bayi perawatan bayi berat lahir rendah
Memberikan kehangatan pada - ibu mengatakan sudah tau teknik
bayi menyusui bayi dengan benar
- Mengajarkan ibu cara menyusui - Ibu mengatakan masih kaku
11.15 WIB
dengan benar menyusui bayinya
R/: Posisi yang benar saat menyusui O:
bayi a) Ibu tampak tenang
Perlekatan mulut bayi terhadap b) Terlihat ibu masih kaku menyusui
putting ibu bayinya
- Mengajarkan teknik perawatan A: Masalah ketidakefektifan
11.35 WIB metode kanguru menyusui belum teratasi
R/: Keaktifan bayi dalam mencari P: Intervensi dilanjutkan
puting ibu - Ajarkan cara menyusui yang
Kedekatan ibu dan anak benar
- Libatkan orang tua dalam
perawatan dan pemberian asi

Hipotemia berhubungan dengan 14.00 WIB - Memantau suhu aksila bayi secara Pukul 21.00 WIB Shift sore
Lemak coklat minumal, kulit teratur S:-
tipis, transparan, R/: 36,5ºC O:

Akper Pangkalpinang
87

ketidakmampuan menggigil, area 14.30 WIB - Melakukan perawatan bayi dalam a) T: 36,5ºC
permukaan tubuh lebih luas inkubator b) Akrar dingin
14.40 WIB - Menutup kepala bayi dengan topi
15.00 WIB - Memantau suhu inkubator A: Masalah hipotermia belum teratasi
R/: Suhu inkubstor 33,5ºC P: Intervensi di lanjutkan
- Pantau suhu aksila bayi secara
teratur
- Letakkan bayi dalam inkubator
- Tutup kepala bayi dengan topi
- Pantau suhu inkubator
- Lakukan perawatan bayi dalam
inkubator

Ketidakseimbangan nutrisi 15.30 WIB - Memantau berat badan bayi Pukul 21.00 WIB Shift sore
kurang dari kebutuhan tubuh R/: 1330 gram S:-
berhubungan dengan immaturitas 15.35 WIB - Memantau aliran OGT O:
saluran gastrointestinal R/: Tidak ada obstruksi a) peningkatan berat badan bayi 1330
Aliran OGT kosong gram
- Mengatur posisi pemberian nutrisi b) Tidak ada distensi abdomen
15.40 WIB
- Memberikan nutrisi c) Nutrisi telah terpenuhi
16.10 WIB
R/: Memberikan primming ASI 8x10 A: Masalah ketidakeimbangan nutrisi
ml belum teratasi
Memberikan asi P: Intervensi dilanjutkan
melalui OGT - Pantau berat badan bayi

Akper Pangkalpinang
88

16.15 WIB - Memonitor distensi abdomen dan - Kaji koordinasi reflek hisap,
muntah reflek menelan dan pernafasan
R/: tidak ada distensi abdomen dan - Pantau aliran OGT
muntah - Pantau adanya muntah dan
distensi abdomen
- Atur posisi saat pemberian nutrisi
- Kolaborasi dengan dokter
pemberian nutrisi

Ketidakefektifan menyusui 16.25 WIB - Mengajarkan cara menyusui yang Pukul 21.00 WIB shift sore
berhubungan dengan benar S: - ibu mengatakan sudah tau teknik
ketidaktahuan cara menyusui R/: Memberikan asi untuk nutrisi menyusui bayi dengan benar
bayi - Ibu mengatakan merasa kaku
Memberikan kehangatan pada saat menggendong dan menyusui
bayi bayinya
- Melibatkan orang tua dalam O:
17.30 WIB
perawatan dan pemberian asi a) Ibu tampak tenang
R/: Keaktifan bayi dalam mencari b) Terlihat sudah bisa menyusui
puting ibu dengan benar
Kedekatan ibu dan anak A: Masalah ketidakefektifan
menyusui belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
- Ajarkan cara
menyusui yang benar

Akper Pangkalpinang
89

- Libatkan orang tua dalam


perawatan dan pemberian asi

Hipotemia berhubungan dengan 21.15 WIB - Memantau suhu aksila bayi secara Pukul 08.00 WIB Shift malam
Lemak coklat minumal, kulit teratur S:-
tipis, transparan, R/: 36,5ºC O:
ketidakmampuan menggigil, area 21.30 WIB - Melakukan perawatan bayi dalam a) T: 37ºC
permukaan tubuh lebih luas inkubator b) Akrar hangat

21.40 WIB - Menutup kepala bayi dengan topi

21.45 WIB - Memantau suhu inkubator A: Masalah hipotermia teratasi


R/: Suhu inkubstor 33,5ºC P: Intervensi dihentikan

Ketidakseimbangan nutrisi 22.30 WIB - Memantau berat badan bayi Pukul 08.00 WIB Shift malam
kurang dari kebutuhan tubuh R/: 1337 gram S:-
berhubungan dengan immaturitas 22.35 WIB - Memantau aliran OGT O:
saluran gastrointestinal R/: Tidak ada obstruksi a) peningkatan berat badan bayi
Aliran OGT kosong 1337 gram
- Mengatur posisi pemberian nutrisi b) Tidak ada distensi abdomen
22.40 WIB
- Memberikan nutrisi c) Nutrisi telah terpenuhi
23.10 WIB
R/: Memberikan primming ASI 8x10 A: Masalah ketidakseimbangan
ml nutrisi teratasi
Memberikan asi P: Intervensi dihentikan
melalui OGT
23.13 WIB
- Memonitor distensi abdomen dan

Akper Pangkalpinang
90

muntah
R/: tidak ada distensi abdomen dan
muntah

Ketidakefektifan menyusui 05.25 WIB - Mengajarkan cara menyusui yang Pukul 08.00 WIB shift malam
berhubungan dengan benar S: - ibu mengatakan sudah tau teknik
ketidaktahuan cara menyusui R/: Memberikan asi untuk nutrisi menyusui bayi dengan benar
bayi - Ibu mengatakan bisa menyusui
Memberikan kehangatan pada bayinya dan tidak merasa kaku
bayi saat menggendong dan menyusui
- Melibatkan orang tua dalam bayinya
06.30 WIB
perawatan dan pemberian asi O:
R/: Keaktifan bayi dalam mencari a) Ibu tampak
puting ibu tenang
Kedekatan ibu dan anak b) Terlihat sudah bisa menyusui
dengan benar
A: Masalah ketidakefektifan
menyusui teratasi
P: Intervensi dihentikan

Akper Pangkalpinang
91

Berdasarkan Tabel 4.10 Implementasi Keperawatan By. Ny EJ dapat disimpulkan bahwa Pada hari pertama untuk diagnosa

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan immaturitas saluran gastrointestinal pada saat evaluasi

sudah ada kenaikan berat badan, reflek menghisap sudah kuat dan bayi tetap terjaga kehangatannya didalam inkubator. Untuk

ketidakefektifan menyusui bagi ibu sudah teratasi setelah dilakukan tindakan selama 3×24 jam.

Tabel 4.11 Implementasi dan Evaluasi Pasien 2

No Diagnosa Keperawatan Hari/Tanggal/Jam Implementasi paraf Evaluasi


1. Hipotemia berhubungan Rabu, 16 juni 2021 Pukul 15.00 WIB Shift pagi
dengan Lemak coklat 07.00 WIB - Memantau suhu aksila bayi secara S:-
minumal, kulit tipis, teratur O:
transparan, R/: 36ºC a) T: 36,2ºC
ketidakmampuan 07.15 WIB - Melakukan perawatan bayi dalam b) Bayi tampak sianosis
menggigil, area permukaan inkubator c) Akrar dingin
tubuh lebih luas - Menutup kepala bayi dengan topi
07.30 WIB
07.35 WIB - Memantau suhu inkubator A: Masalah hipotermia belum teratasi
R/: Suhu inkubstor 30ºC P: Intervensi di lanjutkan
- Pantau suhu aksila bayi secara

Akper Pangkalpinang
92

teratur
- Letakkan bayi dalam inkubator
- Tutup kepala bayi
dengan topi
- Pantau suhu inkubator
- Lakukan perawatan bayi dalam
inkubator

Ketidakseimbangan nutrisi 08.30 WIB - Memantau berat badan bayi Pukul 15.00 WIB Shift pagi
kurang dari kebutuhan R/: 1640 gram S:-
tubuh berhubungan dengan 08.40 WIB - Mengkaji kadar gula darah O:
immaturitas saluran R/: 45 mg/dl a) Berat badan bayi tidak ada
gastrointestinal 08.50 WIB - Memantau aliran OGT peningkatan 1640 gram
R/: Tidak ada obstruksi b) Tidak ada distensi abdomen
Aliran OGT kosong c) Reflek hisap lemah
- Memberikan nutrisi A: Masalah ketidakeimbangan nutrisi
09.00 WIB
R/: Bayi mendapatkan ASI ditambah belum teratasi
HMF sebanyak 8x10 ml P: Intervensi dilanjutkan
Memberikan asi melalui OGT - Pantau berat badan bayi
- Memonitor distensi abdomen dan - Kaji koordinasi reflek hisap, reflek
09.05 WIB
muntah menelan dan pernafasan
R/: tidak ada distensi abdomen dan - Pantau aliran OGT
muntah - Pantau adanya muntah dan distensi
abdomen

Akper Pangkalpinang
93

- Kolaborasi dengan dokter pemberian


nutrisi

Ketidakefektifan menyusui 11.00 WIB - Memberikan edukasi tentang Pukul 15.00 WIB shift pagi
berhubungan dengan perawatan bayi berat lahir rendah S: Ibu mengatakan masih belum paham
ketidaktahuan cara R/: Memberikan asi untuk nutrisi tentang perawatan bayi
menyusui bayi O:
Memberikan kehangatan pada a) Terlihat ibu menyusui
bayi bayinya
- Mengajarkan ibu cara menyusui b) Terlihat kesusahan saat
11.20 WIB
dengan benar menggendong dan menyusui
R/: Posisi yang benar saat menyusui A: Masalah ketidakefektifan menyusui
bayi belum teratasi
Perlekatan mulut bayi terhadap P: Intervensi dilanjutkan
putting ibu - Berikan edukasi dalam perawatan
- Mengajarkan teknik perawatan bayi berat lahir rendah
11. 30 WIB metode kanguru - Ajarkan teknik perawatan metode
R/: Keaktifan bayi dalam mencari kanguru
puting ibu - Libatkan orang tua dalam perawatan
Kedekatan ibu dan anak dan pemberian asi
- Mengajarkan persiapan dalam
penyiapan pemberian asi
11.45 WIB
R/: Ibu tau cara menyimpan asi yang
benar

Akper Pangkalpinang
94

Hipotemia berhubungan 14.00 WIB - Memantau suhu aksila bayi secara Pukul 21.00 WIB Shift sore
dengan Lemak coklat teratur
minumal, kulit tipis, R/: 36,4ºC S:-
transparan, 14.20 WIB - Melakukan perawatan bayi dalam O:
ketidakmampuan inkubator a) T: 36, 5ºC
menggigil, area permukaan 15.00 WIB - Menutup kepala bayi dengan topi b) Bayi tampak sianosis
tubuh lebih luas 15.05 WIB - Memantau suhu inkubator c) Akrar dingin
R/: Suhu inkubstor 29ºC

A: Masalah hipotermia belum teratasi


P: Intervensi di lanjutkan
- Pantau suhu aksila bayi secara teratur
- Letakkan bayi dalam incubator
- Tutup kepala bayi dengan topi
- Pantau suhu inkubator
- Lakukan perawatan bayi dalam
inkubator

Ketidakseimbangan nutrisi 16.00 WIB - Memantau berat badan bayi Pukul 21.00 WIB Shift sore
kurang dari kebutuhan R/: 1640 gram S:-
tubuh berhubungan dengan 16.10 WIB - Memantau aliran OGT O:
immaturitas saluran R/: Tidak ada obstruksi a) Berat badan bayi tidak mengalami
gastrointestinal Aliran OGT kosong peningkatan
- Mengatur posisi pemberian nutrisi b) Tidak ada distensi abdomen

Akper Pangkalpinang
95

16.20 WIB - Memberikan nutrisi c) Reflek hisap lemah


17.00 WIB R/: Bayi mendapatkan ASI ditambah A: Masalah ketidakseimbangan nutrisi
HMF sebanyak 8x10 ml belum teratasi
Memberikan asi P: Intervensi dilanjutkan
melalui OGT - Pantau berat badan bayi
- Memonitor distensi abdomen dan - Kaji koordinasi reflek hisap, reflek
17.05 WIB
muntah menelan dan pernafasan
R/: tidak ada distensi abdomen dan - Pantau aliran OGT
muntah - Pantau adanya muntah dan distensi
abdomen
- Atur posisi saat pemberian nutrisi
- Kolaborasi dengan dokter pemberian
nutrisi

Ketidakefektifan menyusui 19.10 WIB - Memberikan edukasi tentang Pukul 21.00 WIB shift sore
berhubungan dengan perawatan bayi berat lahir rendah
ketidaktahuan cara R/: Memberikan asi untuk nutrisi S: Ibu mengatakan masih belum paham
menyusui bayi tentang perawatan bayi dan cara
Memberikan kehangatan pada menyusui yang benar
bayi O:
- Mengajarkan ibu cara menyusui a) Terlihat ibu menyusui bayinya
19.30 WIB
dengan benar b) Terlihat kesusahan saat menggendong
R/: Posisi yang benar saat menyusui dan menyusui
bayi c) Terlihat tenang

Akper Pangkalpinang
96

Perlekatan mulut bayi terhadap A: Masalah ketidakefektifan menyusui


putting ibu belum teratasi
- Mengajarkan teknik perawatan P: Intervensi dilanjutkan
metode kanguru - Berikan edukasi dalam perawatan
20.15 WIB
R/: Keaktifan bayi dalam mencari bayi berat lahir rendah
puting ibu - Ajarkan teknik perawatan metode
Kedekatan ibu dan anak kanguru
- Mengajarkan persiapan dalam - Libatkan orang tua dalam perawatan
penyiapan pemberian asi dan pemberian asi
20.30 WIB
R/: Ibu tau cara menyimpan asi yang
benar

Hipotemia berhubungan 21.00 WIB - Memantau suhu aksila bayi secara Pukul 08.00 WIB Shift malam
dengan Lemak coklat teratur S:-
minumal, kulit tipis, R/: 36,4ºC O:
transparan, 22.15 WIB - Melakukan perawatan bayi dalam a T: 36ºC
ketidakmampuan inkubator b) Bayi tampak sianosis
menggigil, area permukaan 22.20 WIB - Menutup kepala bayi dengan topi c) Akrar dingin
tubuh lebih luas 22.25 WIB - Memantau suhu inkubator
R/: Suhu inkubstor 29ºC A: Masalah hipotermia belum teratasi
P: Intervensi di lanjutkan
- Pantau suhu aksila bayi secara teratur
- Letakkan bayi dalam inkubator
- Tutup kepala bayi dengan topi

Akper Pangkalpinang
97

- Pantau suhu inkubator


- Lakukan perawatan bayi dalam
inkubator

Ketidakseimbangan nutrisi 23.00 WIB - Memantau berat badan bayi Pukul 08.00 WIB Shift malam
kurang dari kebutuhan R/: 1640 gram S:-
tubuh berhubungan dengan 23.10 WIB - Memantau aliran OGT O:
immaturitas saluran R/: Tidak ada obstruksi a) Berat badan bayi tidak mengalami
gastrointestinal Aliran OGT kosong peningkatan

01.30 WIB - Mengatur posisi pemberian nutrisi b) Tidak ada distensi abdomen

01.50 WIB - Memberikan nutrisi c) Reflek hisap masih lemah


R/: Memberikan primming ASI
8x10 ml A: Masalah ketidakseimbangan nutrisi
Memberikan asi melalui OGT belum teratasi
- Memonitor distensi abdomen dan P: Intervensi dilanjutkan
01.55 WIB
muntah - Pantau berat badan bayi
R/: tidak ada distensi abdomen dan - Kaji koordinasi reflek hisap, reflek
muntah menelan dan pernafasan
- Pantau aliran OGT
- Pantau adanya muntah dan distensi
abdomen
- Atur posisi saat pemberian nutrisi
- Kolaborasi dengan dokter pemberian
nutrisi

Akper Pangkalpinang
98

Ketidakefektifan menyusui 06.00 WIB - Memberikan edukasi tentang Pukul 08.00 WIB shift malam
berhubungan dengan perawatan bayi berat lahir rendah S: Ibu mengatakan masih belum paham
ketidaktahuan cara R/: Memberikan asi untuk nutrisi tentang perawatan bayi dan cara
menyusui bayi menyusui yang benar
Memberikan kehangatan pada O:
bayi a) Terlihat ibu menyusui bayinya
- Mengajarkan ibu cara menyusui b) Terlihat belum bisa menyusui bayinya
07.00 WIB
dengan benar c) Terlihat tenang
R/: Posisi yang benar saat menyusui A: Masalah ketidakefektifan menyusui
bayi belum teratasi
Perlekatan mulut bayi terhadap P: Intervensi dilanjutkan
putting ibu - Berikan edukasi dalam perawatan
- Mengajarkan teknik perawatan bayi berat lahir rendah
07.30 WIB metode kanguru - Ajarkan teknik perawatan metode
R/: Keaktifan bayi dalam mencari kanguru
puting ibu - Libatkan orang tua dalam perawatan
Kedekatan ibu dan anak dan pemberian asi
- Mengajarkan persiapan dalam
penyiapan pemberian asi
06.50 WIB
R/: Ibu tau cara menyimpan asi yang
benar

2. Hipotemia berhubungan Kamis 17 juni 2021 Pukul 14.10 WIB Shift pagi

Akper Pangkalpinang
99

dengan Lemak coklat 07.10 WIB - Memantau suhu aksila bayi secara S:-
minumal, kulit tipis, teratur O:
transparan, R/: 36ºC a) T: 36, 3ºC
ketidakmampuan 07.25 WIB - Melakukan perawatan bayi dalam b) Bayi tampak sianosis
menggigil, area permukaan inkubator c) Akrar dingin
tubuh lebih luas - Menutup kepala bayi dengan topi
07.30 WIB
- Memantau suhu inkubator A: Masalah hipotermia belum teratasi
07.45 WIB
R/: Suhu inkubstor 30ºC P: Intervensi di lanjutkan
Pantau suhu aksila bayi secara teratur
- Letakkan bayi dalam inkubator
- Tutup kepala bayi dengan topi
- Pantau suhu inkubator
- Lakukan perawatan bayi dalam
inkubator

Ketidakseimbangan nutrisi 09.00 WIB - Memantau berat badan bayi Pukul 14.10 WIB Shift pagi
kurang dari kebutuhan R/: 1650 gram S:-
tubuh berhubungan dengan 09.20 WIB - Memantau aliran OGT O:
immaturitas saluran R/: Tidak ada obstruksi a) Ada peningkatan berat badan bayi
gastrointestinal Aliran OGT kosong 1650 gram
- Mengatur posisi pemberian nutrisi b) Tidak ada distensi abdomen
09.30 WIB
- Memberikan nutrisi c) Reflek hisap masih lemah
09.40 WIB
R/: Memberikan primming ASI
8x10 ml A: Masalah ketidakseimbangan nutrisi

Akper Pangkalpinang
100

Memberikan asi belum teratasi


melalui OGT P: Intervensi dilanjutkan

09.45 WIB - Memonitor distensi abdomen dan - Pantau berat badan bayi
muntah - Kaji koordinasi reflek hisap, reflek
R/: tidak ada distensi abdomen dan menelan dan pernafasan
muntah - Pantau aliran OGT
- Pantau adanya muntah dan distensi
abdomen
- Atur posisi saat pemberian nutrisi
- Kolaborasi dengan dokter pemberian
nutrisi

Ketidakefektifan menyusui 11.00 WIB - Memberikan edukasi tentang Pukul 14.10 WIB shift pagi
berhubungan dengan perawatan bayi berat lahir rendah S: - Ibu mengatakan masih belum paham
ketidaktahuan cara R/: Memberikan asi untuk nutrisi cara menggendong dan cara
menyusui bayi menyusui bayinya
Memberikan kehangatan pada -Ibu mengatakan sedikit mengeluarkan
bayi asi
- Mengajarkan ibu cara menyusui - ibu mengatakan masih kaku
11.30 WIB
dengan benar menggendong bayinya
R/: Posisi yang benar saat menyusui O:
bayi a) Terlihat ibu menggendong bayinya
Perlekatan mulut bayi terhadap b) Terlihat ibu masih kaku menyusui
putting ibu bayinya

Akper Pangkalpinang
101

- Mengajarkan teknik perawatan A: Masalah ketidakefektifan menyusui


12.30 WIB metode kanguru belum teratasi
R/: Keaktifan bayi dalam mencari P: Intervensi dilanjutkan
puting ibu - Berikan edukasi dalam perawatan
Kedekatan ibu dan anak bayi berat lahir rendah
- Mengajarkan persiapan dalam - Ajarkan teknik perawatan metode
penyiapan pemberian asi kanguru
13.00 WIB
R/: Ibu tau cara menyimpan asi yang - Libatkan orang tua dalam perawatan
benar dan pemberian asi

Hipotemia berhubungan 14.10 WIB - Memantau suhu aksila bayi secara Pukul 21.20 WIB Shift sore
dengan Lemak coklat teratur S:-
minumal, kulit tipis, R/: 36,2ºC O:
transparan, 14.30 WIB - Melakukan perawatan bayi dalam a) T: 36, 7ºC
ketidakmampuan inkubator b) Bayi tampak sianosis
menggigil, area permukaan - Menutup kepala bayi dengan topi c) Akrar dingin
14.50 WIB
tubuh lebih luas - Memantau suhu inkubator
15.00 WIB
R/: Suhu inkubstor 30ºC A: Masalah hipotermia belum teratasi
P: Intervensi di lanjutkan
- Letakkan bayi dalam inkubator
- Tutup kepala bayi dengan topi
- Pantau suhu inkubator
- Lakukan perawatan bayi dalam

Akper Pangkalpinang
102

inkubator

Ketidakseimbangan nutrisi 15.30 WIB - Memantau berat badan bayi Pukul 21.20 WIB Shift sore
kurang dari kebutuhan R/: 1650 gram S:-
tubuh berhubungan dengan 16.10 WIB - Memantau aliran OGT O:
immaturitas saluran R/: Tidak ada obstruksi a) Tidak ada peningkatan berat badan
gastrointestinal Aliran OGT kosong bayi

16.20 WIB - Mengatur posisi pemberian nutrisi c) Tidak ada distensi abdomen

17.00 WIB - Memberikan nutrisi d) Reflek hisap masih lemah


R/: Memberikan primming ASI
8x10 ml A: Masalah ketidakseimbangan nutrisi
Memberikan asi belum teratasi
melalui OGT P: Intervensi dilanjutkan
17.05 WIB
- Memonitor distensi abdomen dan - Pantau berat badan bayi
muntah - Kaji koordinasi reflek hisap, reflek
R/: tidak ada distensi abdomen dan menelan dan pernafasan
muntah - Pantau aliran OGT
- Pantau adanya muntah dan distensi
abdomen
- Atur posisi saat pemberian nutrisi
- Kolaborasi dengan dokter pemberian
nutrisi

Ketidakefektifan menyusui 18.30 WIB - Memberikan edukasi tentang Pukul 21.20 WIB shift sore

Akper Pangkalpinang
103

berhubungan dengan perawatan bayi berat lahir rendah S: -Ibu mengatakan sedikit
ketidaktahuan cara R/: Memberikan asi untuk nutrisi mengeluarkan asi
menyusui bayi - ibu mengatakan masih kaku
Memberikan kehangatan pada menggendong bayinya
bayi - Ibu mengatakan masih belum
- Mengajarkan ibu cara menyusui mengerti cara menyusui bayinya
19.00 WIB
dengan benar O:
R/: Posisi yang benar saat menyusui a) Terlihat ibu menggendong bayinya
bayi b) Terlihat ibu masih kaku menyusui
Perlekatan mulut bayi terhadap bayinya
putting ibu A: Masalah ketidakefektifan menyusui
- Mengajarkan teknik perawatan belum teratasi
19. 30 WIB metode kanguru P: Intervensi dilanjutkan
R/: Keaktifan bayi dalam mencari - Berikan edukasi dalam perawatan
puting ibu bayi berat lahir rendah
Kedekatan ibu dan anak - Ajarkan teknik perawatan metode
- Mengajarkan persiapan dalam kanguru
penyiapan pemberian asi - Libatkan orang tua dalam perawatan
20.00 WIB
R/: Ibu tau cara menyimpan asi yang dan pemberian asi
benar

Hipotemia berhubungan 21.00 WIB - Memantau suhu aksila bayi secara Pukul 08.00 WIB Shift malam
dengan Lemak coklat teratur S:-
minumal, kulit tipis, R/: 36,3ºC O:

Akper Pangkalpinang
104

transparan, 21.20 WIB - Melakukan perawatan bayi dalam a) T: 36ºC


ketidakmampuan inkubator b) Bayi tampak sianosis
menggigil, area permukaan 21.25 WIB - Menutup kepala bayi dengan topi c) Akrar hangat
tubuh lebih luas 22.00 WIB - Memantau suhu inkubator
R/: Suhu inkubstor 30ºC A: Masalah hipotermia belum teratasi
P: Intervensi di lanjutkan
- Letakkan bayi dalam inkubator
- Tutup kepala bayi dengan topi
- Pantau suhu inkubator
- Lakukan perawatan bayi dalam
inkubator

Ketidakseimbangan nutrisi 22.10 WIB - Memantau berat badan bayi Pukul 08.00 WIB Shift malam
kurang dari kebutuhan R/: 1655 gram S:-
tubuh berhubungan dengan 22.25 WIB - Memantau aliran OGT O:
immaturitas saluran R/: Tidak ada obstruksi a) peningkatan berat badan bayi 1655
gastrointestinal Aliran OGT kosong gram
- Mengatur posisi pemberian nutrisi b) Tidak ada distensi abdomen
22.35 WIB
- Memberikan nutrisi c) Reflek hisap masih lemah
23.40 WIB
R/: Memberikan primming ASI
8x10 ml A: Masalah ketidakseimbangan nutrisi
Memberikan asi belum teratasi
melalui OGT P: Intervensi dilanjutkan
23.45 WIB
- Memonitor distensi abdomen dan - Pantau berat badan bayi

Akper Pangkalpinang
105

muntah - Kaji koordinasi reflek hisap, reflek


R/: tidak ada distensi abdomen dan menelan dan pernafasan
muntah - Pantau aliran OGT
- Pantau adanya muntah dan distensi
abdomen
- Atur posisi saat pemberian nutrisi
- Kolaborasi dengan dokter pemberian
nutrisi

Ketidakefektifan menyusui 06.00 WIB - Memberikan edukasi tentang Pukul 08.00 WIB shift malam
berhubungan dengan perawatan bayi berat lahir rendah S: -Ibu mengatakan sedikit
ketidaktahuan cara R/: Memberikan asi untuk nutrisi mengeluarkan asi
menyusui bayi - ibu mengatakan masih kaku
Memberikan kehangatan pada menggendong bayinya
bayi - Ibu mengatakan belum paham cara
- Mengajarkan ibu cara menyusui perawatan bayinya dan menyusui
06.15 WIB
dengan benar bayinya
R/: Posisi yang benar saat menyusui O:
bayi a) Ibu tampak tenang
Perlekatan mulut bayi terhadap b) Terlihat ibu kaku menyusui bayinya
putting ibu A: Masalah ketidakefektifan menyusui
- Mengajarkan teknik perawatan

Akper Pangkalpinang
106

metode kanguru belum teratasi


06.25 WIB R/: Keaktifan bayi dalam mencari P: Intervensi dilanjutkan
puting ibu - Berikan edukasi dalam perawatan
Kedekatan ibu dan anak bayi berat lahir rendah
- Mengajarkan persiapan dalam - Ajarkan teknik perawatan metode
penyiapan pemberian asi kanguru
R/: Ibu tau cara menyimpan asi yang - Libatkan orang tua dalam perawatan
07.00 WIB
benar dan pemberian asi

3. Hipotemia berhubungan Jumat 18 juni 2021 Pukul 14.00 WIB Shift pagi
dengan Lemak coklat 07.15 WIB - Memantau suhu aksila bayi secara S:-
minumal, kulit tipis, teratur O:
transparan, R/: 36,3ºC a) rr: 50×/menit
ketidakmampuan 07.20 WIB - Melakukan perawatan bayi dalam P: 148×/menit
menggigil, area permukaan inkubator T: 36ºC
tubuh lebih luas 07.30 WIB - Menutup kepala bayi dengan topi b) Bayi tampak sianosis

07.50 WIB - Memantau suhu inkubator c) Akrar hangat


R/: Suhu inkubstor 31ºC
A: Masalah hipotermia belum teratasi
P: Intervensi di lanjutkan
- Letakkan bayi dalam inkubator
- Tutup kepala bayi dengan topi
- Pantau suhu inkubator
- Lakukan perawatan bayi dalam

Akper Pangkalpinang
107

inkubator

Ketidakseimbangan nutrisi 08.15 WIB - Memantau berat badan bayi Pukul 14.20 WIB Shift pagi
kurang dari kebutuhan R/: 1655 gram S:-
tubuh berhubungan dengan 08.20 WIB - Memantau aliran OGT O:
immaturitas saluran R/: Tidak ada obstruksi a) Tidak ada peningkatan berat badan
gastrointestinal Aliran OGT kosong bayi

09.00 WIB - Mengatur posisi pemberian nutrisi b) Tidak ada distensi abdomen

09.10 WIB - Memberikan nutrisi c) Nutrisi telah terpenuhi


R/: Memberikan primming ASI A: Masalah ketidakseimbangan nutrisi
8x10 ml belum teratasi
Memberikan asi P: Intervensi dilanjutkan
melalui OGT - Pantau berat badan bayi
09.15 WIB
- Memonitor distensi abdomen dan - Kaji koordinasi reflek hisap, reflek
muntah menelan dan pernafasan
R/: tidak ada distensi abdomen dan - Pantau aliran OGT
muntah - Pantau adanya muntah dan distensi
abdomen
- Atur posisi saat pemberian nutrisi
- Kolaborasi dengan dokter pemberian
nutrisi

Ketidakefektifan menyusui 10.00 WIB - Memberikan edukasi tentang Pukul 14.00 WIB shift pagi
berhubungan dengan perawatan bayi berat lahir rendah S: - Ibu mengatakan sudah tau tentang

Akper Pangkalpinang
108

ketidaktahuan cara R/: Memberikan asi untuk nutrisi perawatan bayi berat lahir rendah
menyusui bayi - ibu mengatakan sudah tau teknik
Memberikan kehangatan pada menyusui bayi dengan benar
bayi - Ibu mengatakan masih kaku
- Mengajarkan ibu cara menyusui menyusui bayinya
11.15 WIB
dengan benar O:
R/: Posisi yang benar saat menyusui a) Ibu tampak tenang
bayi b) Terlihat ibu masih kaku menyusui
Perlekatan mulut bayi terhadap bayinya
putting ibu A: Masalah keetidakefektifan menyusui
- Mengajarkan teknik perawatan belum teratasi
11.35 WIB metode kanguru P: Intervensi dilanjutkan
R/: Keaktifan bayi dalam mencari - Ajarkan cara menyusui yang benar
puting ibu - Libatkan orang tua dalam perawatan
Kedekatan ibu dan bayi dan pemberian asi

Hipotemia berhubungan 14.10 WIB - Memantau suhu aksila bayi secara Pukul 21.00 WIB Shift sore
dengan Lemak coklat teratur S:-
minumal, kulit tipis, R/: 36,3ºC O:
transparan, 14.30 WIB - Melakukan perawatan bayi dalam a) rr: 48×/menit
ketidakmampuan inkubator P: 150×/menit
menggigil, area permukaan 14.40 WIB - Menutup kepala bayi dengan topi T: 36ºC
tubuh lebih luas 15.00 WIB - Memantau suhu inkubator b) Akrar hangat
R/: Suhu inkubstor 31ºC

Akper Pangkalpinang
109

A: Masalah hipotermia belum teratasi


P: Intervensi di lanjutkan
- Letakkan bayi dalam inkubator
- Tutup kepala bayi dengan topi
- Pantau suhu inkubator
- Lakukan perawatan bayi dalam
inkubator

Ketidakseimbangan nutrisi 15.40 WIB - Memantau berat badan bayi Pukul 21.00 WIB Shift sore
kurang dari kebutuhan R/: 1660 gram S:-
tubuh berhubungan dengan 16.00 WIB - Memantau aliran OGT O:
immaturitas saluran R/: Tidak ada obstruksi a) peningkatan berat badan bayi 1660
gastrointestinal Aliran OGT kosong gram

16.30 WIB - Mengatur posisi pemberian nutrisi b) Tidak ada distensi abdomen

17.00 WIB - Memberikan nutrisi c) Reflek hisap masih lemah


R/: Memberikan primming ASI
8x10 ml A: Masalah ketidakseimbangan nutrisi
Memberikan asi melalui OGT belum teratasi
- Memonitor distensi abdomen dan P: Intervensi dilanjutkan
17.05 WIB
muntah - Pantau berat badan bayi
R/: tidak ada distensi abdomen dan - Kaji koordinasi reflek hisap, reflek
muntah menelan dan pernafasan
- Pantau aliran OGT
- Pantau adanya muntah dan distensi

Akper Pangkalpinang
110

abdomen
- Atur posisi saat pemberian nutrisi
- Kolaborasi dengan dokter pemberian
nutrisi

Ketidakefektifan menyusui 17.25 WIB - Mengajarkan cara menyusui yang Pukul 21.00 WIB shift sore
berhubungan dengan benar S: - ibu mengatakan belum begitu
ketidaktahuan cara R/: Memberikan asi untuk nutrisi paham teknik menyusui bayi
menyusui bayi dengan benar
Memberikan kehangatan pada - Ibu mengatakan bisa menyusui
bayi bayinya dan masih merasa kaku saat
- Melibatkan orang tua dalam menggendong dan menyusui bayinya
17.30 WIB
perawatan dan pemberian asi O:
R/: Keaktifan bayi dalam mencari a) Ibu tampak tenang
puting ibu b) Terlihat sedikit kaku menggendong
Kedekatan ibu dan bayi bayinya
- Mengajarkan teknik perawatan A: Masalah ketidakefektifan menyusui
18.00 WIB metode kanguru belum teratasi
R/: Keaktifan bayi dalam mencari P: Intervensi dilanjutkan
puting ibu - Ajarkan cara menyusui yang benar
Kedekatan ibu dan anak - Libatkan orang tua dalam perawatan
- Mengajarkan persiapan dalam dan pemberian asi

Akper Pangkalpinang
111

18.20 WIB penyiapan pemberian asi


R/: Ibu tau cara menyimpan asi yang
benar

Hipotemia berhubungan 21.15 WIB - Memantau suhu aksila bayi secara Pukul 08.00 WIB Shift malam
dengan Lemak coklat teratur S:-
minumal, kulit tipis, R/: 36,5ºC O:
transparan, 21.30 WIB - Melakukan perawatan bayi dalam a T: 37ºC
ketidakmampuan inkubator b) Akrar hangat
menggigil, area permukaan - Menutup kepala bayi dengan topi
21.40 WIB
tubuh lebih luas - Memantau suhu inkubator A: Masalah hipotermia teratasi
22.00 WIB
R/: Suhu inkubstor 30,5ºC P: Intervensi dihentikan

Ketidakseimbangan nutrisi 22.30 WIB - Memantau berat badan bayi Pukul 08.00 WIB Shift malam
kurang dari kebutuhan R/: 1665 gram S:-
tubuh berhubungan dengan 22.35 WIB - Memantau aliran OGT O:
immaturitas saluran R/: Tidak ada obstruksi a) peningkatan berat badan bayi 1665
gastrointestinal Aliran OGT kosong gram
- Mengatur posisi pemberian nutrisi b) Tidak ada distensi abdomen
22.40 WIB
- Memberikan nutrisi c) Nutrisi telah terpenuhi
23.10 WIB
R/: Memberikan primming ASI

Akper Pangkalpinang
112

8x10 ml A: Masalah ketidakseimbangan nutrisi


Memberikan asi melalui OGT teratasi

23.15 WIB - Memonitor distensi abdomen dan P: Intervensi dihentikan


muntah
R/: tidak ada distensi abdomen dan
muntah

Ketidakefektifan menyusui 05.25 WIB - Mengajarkan cara menyusui yang Pukul 08.00 WIB shift malam
berhubungan dengan benar S: - ibu mengatakan sudah tau teknik
ketidaktahuan cara R/: Memberikan asi untuk nutrisi menyusui bayi dengan benar
menyusui bayi - Ibu mengatakan bisa menyusui
Memberikan kehangatan pada bayinya dan tidak merasa kaku saat
bayi menggendong dan menyusui bayinya
- Melibatkan orang tua dalam
06.30 WIB
perawatan dan pemberian asi O:
R/: Keaktifan bayi dalam mencari a) Ibu tampak tenang
puting ibu b) Terlihat sudah bisa menyusui dengan
Kedekatan ibu dan bayi benar
- Mengajarkan teknik perawatan A: Masalah ketidakefektifan menyusui
07.00 WIB metode kanguru teratasi
R/: Keaktifan bayi dalam mencari P: Intervensi dihentikan
puting ibu
Kedekatan ibu dan anak
- Mengajarkan persiapan dalam

Akper Pangkalpinang
113

07.20 WIB penyiapan pemberian asi


R/: Ibu tau cara menyimpan asi yang
benar

Berdasarkan Tabel 4.11 Implementasi Keperawatan By. Ny. LS untuk diagnosa pertama yaitu Hipotemia berhubungan dengan

Lemak coklat minumal, kulit tipis, transparan, ketidakmampuan menggigil, area permukaan tubuh lebih luas pada saat evaluasi hari

pertama bayi tampak sianosis dan akrar teraba dingin setelah dilakukan evaluasi selama 3×24 jam akrar teraba hangat, tubub bayi

37ºC dan bayi tetap terjaga kehangatannya didalam inkubator. Untuk ketidakefektifan menyusui bagi ibu sudah teratasi setelah

dilakukan tindakan selama 3×24 jam.

Akper Pangkalpinang
95

BAB 5

PEMBAHASAN

Pada Bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan

antara Asuhan keperawatan Teoritis dan Asuhan Keperawatan yang

diberikan secara langsung kepada pasien 1 pada tanggal 12-14 juni

2021 dan pasien 2 tanggal 16-18 juni 2021. Selain membahas

kesenjangan penulis juga akan mengemukakan beberapa masalah

selama melakukan Asuhan Keperawatan serta pemecahannya. Sesuai

dengan tahapan proses keperawatan, maka penulis akan

mengemukakan pembahasan mulai dari pengkajian, penentuan

diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Dalam

pembahasan ini penulis akan membahas tahap demi tahap proses

keperawatan sebagai berikut:

5.1 Pengkajian Keperawatan

Penulis telah melakukam Asuhan Keperawatan pada dua pasien dengan

kasus Bayi Berat Lahir Rendah yang dirawat di Rumah sakit. Pasien pertama

adalah By. Ny. EJ lahir tanggal 10 Juni 2021 secara sectio caesaria atas indikasi

ketuban pecah 3 hari, dan By. Ny. LS lahir tanggal 15 Juni 2021 secara sectio

caesaria di RSBT atas indikasi gawat janin. Kedua kasus sesuai dengan teori

menurut ( Ridha, 2014) yaitu kemungkinan faktor penyebab terjadinya bayi

dengan BBLR adalah faktor kongential, adanya infeksi dan umumnya terjadi

gangguan aliran darah ke janin atau keadaan gawat janin.

113 Akper Pangkalpinang


96

Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik teraba akrar dingin pada bayi

pertama dan bayi kedua, terlihat adanya kehilangan panas pada kedua bayi. Pada

113 Akper Pangkalpinang


114

kedua kasus tersebut terdapat permasalahan yang terjadi yaitu Hipotemia yang

dibuktikan pada bayi pertama dengan suhu 36ºC dan bayi kedua 36,2ºC

menunjukkan bahwa kedua bayi tersebut mudah kehilangan panas atau hipotermia

dapat terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan panas dan dari

kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas karena pertumbuhan otot-

otot yang belum cukup memadai, lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya

sistem saraf pengatur suhu tubuh, luas permukaan tubuh relatif lebih besar

dibanding dengan berat badan sehingga mudah kehilangan panas. Proses

kehilangan panas pada bayi dengan berat rendah ada 4 cara yaitu konduksi,

konveksi, evaporasi, radiasi sesuai dengan teori menurut (Haryani., Hardiani &

Thoyibah, 2019) Oleh sebab itu suhu bayi harus dipertahankan dengan ketat.

Pada kasus dilihat dari reflek menghisap pada By. Ny. EJ dan By. Ny.LS masih

lemah sehingga kesulitan memberikan nutrisi. Menurut teori dalam buku ( Julianti

& Oktiawati, 2019) mengatakan kelainan gatrointestinal dan nutrisi akibat reflek

hisap dan menelan yang buruk, motalitas usus yang menurun, pengosongan

lambung yang tertunda serta pencernaan dan absorbsi vitamin larut dalam lemak

kurang.

Pada saat pengkajian By. Ny. EJ lahir dengan berat 1350 gram

dan By. Ny. LS lahir dengan berat 1850 gram. Dari kedua kasus

tersebut permasalahan juga terdapat pada berat lahir bayi pertama

1350 gram dan bayi kedua 1800 gram. Bayi Berat Lahir Rendah

(BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500

gram tanpa memperhatikan usia gestasi. Sehingga kedua bayi pada

Akper Pangkalpinang
115

kasus merupakan BBLR. Maka semakin rendah berat bayi ketika lahir,

semakin tinggi resiko untuk mengalami komplikasi ( Mendri &

Prayogi, 2017).

5.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan menurut ( Julianti & Oktiawati, 2019) yang sering

muncul adalah pada BBLR yaitu pola nafas tidak efektif, bersihan jalan nafas

tidak efektif, risiko ketidakseimbangan cairan, risiko ketidakeimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh, risiko ketidakefektifan termogulasi, risiko

kerusakan integritas kulit, risiko infeksi, risiko keterlambatan perkembangan.

Berdasarkan hasil pengkajian, tiga diagnosa yang ditemukan pada By. Ny.

EJ dan By. Ny. LS sama dan tidak ada perbedaan diagnosa. Diagnosa yang

muncul yaitu:

1. Hipotemia berhubungan dengan Lemak coklat minumal, kulit tipis, transparan,

ketidakmampuan menggigil, area permukaan tubuh lebih luas. Hipotermia

adalah suhu inti tubuh dibawah kisaran normal diurnal karena kegagalan

termoregulasi, batasan karakteristik yaitu bradikardia, takikardia, kulit dingin,

akrosianosis

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

immaturitas saluran gastrointestinal. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh adalah asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

metabolik, batasan karakteristik yaitu berat badan 20% atau lebih dibawah

rentang berat badan ideal, kelemahan otot untuk menelan, ketidakmampuan

memakan makanan, penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat.

Akper Pangkalpinang
116

3. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan ketidaktahuan cara menyusui.

Ketidakefektifan menyusui adalah kesulitan memberikan susu pada bayi atau anak

secara langsung dari payudara yang dapat memengaruhi status nutrisi

bayi/anak, batasan karakteristik yaitu bayi tidak mampu latch-on pada payudara

secara tepat, bayi menangis pada payudara, ketidakadekuatan defekasi bayi,

kurang pengetahuan orang tua.

Diagnosis diatas dirumuskan berdasarkan batasan karakteristik yang

muncul pada kedua pasien yang sesuai dengan batasan karakteristik yang terdapat

dalam Diagnosis Keperawatan NANDA. Dalam penegakkan diagnosis penulis

tidak mengalami hambatan karena diagnosis yang ditegakkan didapatkan semua

data dari hasiil pengkajian.

5.3 Intervensi Keperawatan

Setelah menegakkan Diagnosa Keperawatan selajutnya adalah

menyusun Rencana Tindakan Keperawatan untuk mengatasi masalah-

masalah keperawatan yang muncul pada kasus Bayi berat lahir rendah.

Perencanaan merupakan suatu proses penyusunan berbagai intervensi

keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan,

mengurangi masalah-masalah klien. Perencanaan ini merupakan

langkah ketiga dalam membuat suatu proses keperawatan dimana

perawat memprioritaskan masalah, menetapkan tujuan hasil. Perawat

merencakan tindakan keperawatan yang akan diberikan kepada bayi

Akper Pangkalpinang
117

sesuai diagnosa keperawatan untuk mengatasi masalah yang terjadi

pada BBLR dan meningkatkan kesehatan yang optimal

( Oktiawati & Julianti, 2019).

Adapun perencanaan keperawatan pada By. Ny EJ dan By. Ny.

LS disesuaikan dengan tujuan dan kriteria hasil berdasarkan data

subjektif dan data objektif yang ada.

5.3.1 Hipotemia berhubungan dengan Lemak coklat minumal, kulit tipis,

transparan, ketidakmampuan menggigil, area permukaan tubuh

lebih luas.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3×24 jam, diharapkam

hipotermi dapat teratasi dengan kriteria hasil: Tubuh teraba hangat,

Suhu tubuh dalam batas normal (36,5-37,5ºC). Intervensi yang

dilakukan pada pasien antara lain: Pantau suhu aksila bayi secara

teratur, Letakkan bayi dalam inkubator, Tutup kepala bayi dengan

topi, Pantau suhu inkubator, Lakukan perawatan bayi dalam

inkubator, Libatkan orang tua untuk melakukan metode kangguru.

5.3.2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan immaturitas saluran gastrointestinal.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam bayi

menunjukkan pemenuhan nutrisi yang adekuat dengan kriteria hasil:

Peningkatan berat badan bayi berat lahir rendah setiap hari 15

gram/Kg BB/hari, Bayi tidak mengalami distensi abdomen, Bayi

tidak mengalami muntah, Bayi tidak terjadi aspirasi saat pemberian

Akper Pangkalpinang
118

nutrisi per OGT, Terbebas dari hipoglikemi dengan kadar gula bayi

diatas 45 mg/d. Intervensi yang dilakukan pada pasien antara lain:

Pantau berat badan bayi sekarang, Kaji kadar gula darah, Kaji

koordinasi reflek hisap, reflek menelan dan pernafasan, Pantau aliran

OGT, Pantau adanya muntah dan distensi abdomen, Kolaborasi

dengan dokter pemberian nutrisi, Berikan edukasi kepada orang tua

untuk persiapan pemberian asi: cara memompa dan menyimpan asi.

Teknik menyusui bayi atau memberikan asi melalui cawan jika bayi

sudah ada koordinasi reflek hisap, menelan dan bernafas.

5.3.3 Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan ketidaktahuan cara

menyusui

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam ibu bayi

cara menyusui dan tindakan apa saja yang harus dilakukan pada bayi

dengan kriteria hasil: Ibu bayi mengetahui cara perawatan pada

bayinya, Ibu tidak cemas lagi, Ibu mengetahui cara menyusui

anaknya dengan benar. Intervensi yang dilakukan pada pasien antara

lain: Kaji pemahaman orang tua terhadap kondisi bayinya, Anjurkan

orang tua untuk mengunjungi bayinya, Ajarkan teknik perawatan

metode kanguru, Berikan edukasi dan libatkan orang tua dalam

perawatan bayi berat lahir rendah, Ajarkan ibu cara menyusui

dengan benar, Ajarkan persiapan dalam penyiapan pemberian asi.

Akper Pangkalpinang
119

5.4 Pelaksanaan/ Implementasi Keperawatan

Pada tahap pelaksanaan yang dilakukan sesuai dengan tahap perencanaan.

Adapun pembahasan pelaksanaan yang telah dilakukan berdasarka

Diagnosa Keperawatan

5.4.1 Hipotemia berhubungan dengan Lemak coklat minumal, kulit tipis,

transparan, ketidakmampuan menggigil, area permukaan tubuh

lebih luas.

Tindakan yang dilakukan antara lain: Memantau suhu aksila bayi

secara teratur, Melakukan perawatan bayi dalam inkubator,

Menutup kepala bayi dengan topi, Memantau suhu inkubator.

5.4.2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan immaturitas saluran gastrointestinal.

Tindakan yang dilakukan antara lain: Memantau berat badan bayi,

Memantau aliran OGT, Mengatur posisi pemberian nutrisi,

Memberikan nutrisi, Memonitor distensi abdomen dan muntah.

5.4.3 Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan ketidaktahuan cara

menyusui

Tindakan yang dilakukan antara lain: Memberikan edukasi tentang

perawatan bayi berat lahir rendah, Mengajarkan ibu cara menyusui

dengan benar, Mengajarkan teknik perawatan metode kanguru,

Mengajarkan persiapan dalam penyiapan pemberian asi.

Akper Pangkalpinang
120

5.5 Evaluasi

Pada kasus ini penulis menggunakan evaluasi SOAP hal ini untuk

memudahkan hasil yang didapatkan dari pelaksanaan tindakan keperawatan yang

dilakukan. Pada evaluasi juga didapatkan perkembangan pasien sehingga dapat

digunakan dalam mencari pemecahan masalah keperawatan yang muncul. Dari

ketiga diagnosa yang didapatkan perkembangan dari masalah hipotermia yaitu

pasien dengan suhu 37ºC, akrar teraba hangat, untuk masalah ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yaitu perkembangan berat badan bayi

meningkat nutrisi terpenuhi. Untuk diagnosa ketidakefektifan menyusui setelah

dilakukan tindakan ibu mengetahui cara menyusui bayinya, ibu terlihat bisa

menyusui bayinya dan ibu terlihat tenang melihat bayinya.

Akper Pangkalpinang
121

Akper Pangkalpinang
131

BAB 6

KESIMPULAN SARAN

Setelah penulis melakukan Asuhan Keperawatan pada By. Ny. EJ dan By.

Ny. LS dengan kelahiran Sectio Caesaria pada kasus bayi Berat Lahir Rendah,

penulis akan menyimpulkan dan memberikan saran guna untuk perbaikan asuhan

keperawatan dimasa yang akan datang.

6.1 Kesimpulan

Pada kesimpulan penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan pada

By. Ny. EJ dan By. Ny. LS yang meliputi pengkajian fisik yang diperoleh

berdasarkan observasi dan wawancara secara langsung dengan keluarga. Penulis

tidak menemukan hambatan dalam pengumpulan data karena keluarga sangat

kooperatif saat wawancara memberikan informasi dan penulis melakukan

pengkajian fisik secara langsung terhadap pasien.

Dari data yang didapat penulis mendapatkan diagnosa 3 pada pasien 1 dan

pasien 2 yaitu:

Hipotemia berhubungan dengan lemak coklat minumal, kulit tipis, transparan,

Ketidakmampuan menggigil, area permukaan tubuh lebih luas,

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

immaturitas saluran gastrointestinal dan Ketidakefektifan menyusui berhubungan

dengan ketidaktahuan cara menyusui.

Pembuatan rencana keperawatan pada By. Ny. EJ dan By. Ny. LS

disesuaikan dengan teoritis pada BAB 2 konsep dasar. Pada tahap menyusun

121 Akper Pangkalpinang


122

rencana keperawatan dan menentapkan kriteria hasil serta tujuan yang dicapai

yaitu disesuaikan dengan kondisi pasien. Dalam melakukan Asuhan Keperawatan

penulis mendapat persetujuan dari keluarga pasien yang mendukung semua

Asuhan keperawatan yang diberikan dan didokumentasikan dalam catatan

keperawatan. Pada implementasi keperawatan penulis menghentikan tindakan

keperawatan pada tanggal 14 juni 2021 untuk By. Ny. EJ dan pada tanggal 18 juni

2021 untuk By. Ny. LS. Semua diagnosa pada pasien dapat teratasi dan waktu

yang telah di tentukan tetapi belum bisa di pulangkan sampai benar- benar kondisi

stabil dan tidak terjadi penurunan kesadaran lagi.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil pemberian Asuhan Keperawatan pada By. Ny. EJ dan

By. Ny. LS selama tiga hari di rumah sakit maka penulis menyarankan:

6.2.1 Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Diharapkan untuk selalu meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang

berfokus pada kasus Bayi Berat Lahir Rendah dalam melakukan tindakan

keperawatan.

6.2.2 Bagi Mahasiswa

Untuk mahasiswa Akademi Keperawatan Pangkalpinang termasuk

mahasiswa kesehatan lainnya sebagai calon perawat dan tenaga kesehatan, untuk

lebih meningkatkan pelayanan dalam memberikan asuhan keperawatan dengan

memperbanyak penkes/konseling/seminat kesehatan dan perbanyak membaca

buku-buku kesehatan untuk memperdalam pengetahuan yang mengacu pada

kondisi dan keadaan terhadap kasus Bayi Berat Lahir Rendah.

Akper Pangkalpinang
123

6.2.3 Bagi Orang Tua

1. Diharapkan orang tua memprakikan cara menyusui dan menggendong

bayinya dengan benar.

2. Diharapkan orang tua harus tau cara perawatan Bayinya dalam

perawatan tali pusat, BAB/BAK dan perawatan lainnya.

3. Nutrisi bayi harus ditingkatkan terutama dalam pemberian ASI eksklusif

selama 6 bulan.

Akper Pangkalpinang
139

DAFTAR PUSTAKA

Astria, Y., Christopher, S.S., Benedicta, M.S., Felix, F.W., Rinawati, R. 2016.
Low Birth Weight Profiles at H. Boejasin Hospital South Borneo,
Indonesia in 2010–2012. Paediatrica Indonesiana, [e-journal] 56 (3):
pp. 155–161.

Beheshtipaour, N., Baharlu, S.M., Montaseri, S., & Ardakani, R.S.M. (2004). The
effect of the educational program on iranian premature infants’
parenteral stress in a neonatal intersive care unit: A Double-Blind
Randomized Controlled Trial. International Journal of Community
Based Nursing and Midwifery, 2 (4), 240-250

Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. (2019). Profil Dinas


Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung: Dinkes

Ferinawati:, Sari, S. (2020). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian


BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Jeumpa Kabupaten Bireuen:
Journal of Healthcare Technology and Medicine, 6 (1)

Haryani., Hardiani, S., & Thoyibah, Z. (2020). Asuhan keperawatan pada bayi
dengan risiko tinggi. Jakarta: CV. Trans Info Media

Hartiningrum, I & Fitriyah, N. (2018). Bayi berat lahir rendah di Provinsi Jawa
Timur Tahun 2016-2018: Jurnal Biometrika dan Kependudukan, 7 (2)

Herdman, H., & Kamitsuru, S. (2018). NANDA-I diagnosa keperawatan, definisi


dan klasifikasi 2018-2020. Jakarta : Kedokteran EGC

Hidayat, A, (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:


Penerbit Salemba Medika

Julianti, E:, Rustina, Y & Efendi, D. (2019). Program perencanaan pulang dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu yang melahirkan
bayi prematur merawat ibunya: Jurnal Keperawatan Indonesia, 0 (0)

Kemenkes, (2018). Health Statistics & Health Information Systems. Jakarta :


Kemenkes RI

Lantz, B. (2017). Information to parents in the neonatal unit. Journal of Neonatal


Nursing, 23 (4), 180-184

Lestari, T. (2016). Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika

Mendri, N, K., Prayogi, A, S. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit Dan
Bayi Resiko Tinggi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

124 Akper Pangkalpinang


125

Mianaei, S.j., Karahroudy, F.A., Rassouli, M., & Tafreshi, M.Z. (2014). The
effect of Creating Opportunities for Parent Emprowement program on
material stress, anxiety, and participation in NICU wards in Iran.
Iranian Journal of Nursing & Midwifery Research 19 (1), 94-100

Naufal (2015). Konsep Dasar Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR).


www.http.naskahpublikasi//pdf.id.

Oktiawati, A., & Julianti, E. (2019). Konsep dan Aplikasi Keperawatan Anak.
Jakarta: CV. Trans Info Media

Ridha, H, N. (2014). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka pelajar

Shieh, S. J., Chen, H. L., Liu, F. C., Liou, C. C., Lin, Y., Tseng, H. I., & Wang, R.
H. (2010). The effectiveness of structured discharge education on
material confidence, caring know ledge and growth of premature
newborns. Journal of Clinial Nursing, 19 (23-24), 3307-3313

Sutan, R., Mazlina, M., Aimi, N.M., Azmi, M.T. 2014. Determinant of Low Birth
Weight Infants: A Matched Case Control Study. Open Journal of
Preventive Medicine, [e-journal] 4 (3): pp. 91–99.

WHO. (2019). Global nutrition targets 2025 low birth weight policy brief.
Geneva:WHO

Akper Pangkalpinang

Anda mungkin juga menyukai