Bab I Pendahuluan: Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Bab I Pendahuluan: Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Bab I Pendahuluan: Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
PENDAHULUAN
2
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Banyaknya wisata buatan baru yang diciptakan di Kota Palembang dapat
mengkhawatirkan status BKB yang statusnya hanyalah wisata sejarah. Wisata
sejarah yang kurang diminati untuk kalangan remaja saat ini. Untuk itu perlu
dilakukan pengembangan agar nilai sejarah dan budaya yang ada di BKB tidak
hilang oleh zaman yang semakin maju, serta mampu memberikan podium untuk
BKB dalam wisata yang selalu diminati dari masa ke masa.
Berdasarkan observasi awal penelitian yang dilakukan pada November
2020, beberapa pelaku wisata seperti penyedia cenderamata di sekitar Benteng
Kuto Besak menyatakan bahwa kegiatan pariwisata di kota Palembang sudah
berlangsung baik, pengunjung atau wisatawan selalu ramai di akhir pekan dan hari
libur, tetapi sebagian besar masih berpusat di jantung kota yakni sekitar Benteng
Kuto Besak. Keluhan terkait biaya parkir yang mahal bagi pemilik kendaraan roda
dua dan roda empat, serta keamanan yang belum terjamin, merupakan kasus yang
seringkali tampak di lapangan. Mengacu pada uraian di atas, belum banyak
diketahui bagaimana arah pengelolaan dari destinasi pariwisata yang ada, serta
bagaimana strategi dari pemerintah daerah dalam mengembangkan pariwisata
kota Palembang kiranya menjadi latar belakang mengapa kajian ini dilakukan.
Topik yang penulis ajukan adalah “Analisis Strategi Pengembangan Pariwisata
Kota Palembang, Sumatera Selatan (Studi Kasus di Benteng Kuto Besak)”
sebagai judul untuk penulisan tesis ini.
4
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
a. Pariwisata rekreasi (recreational tourism) Bentuk pariwisata untuk
beristirahat guna memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohani
dan menghilangkan kelelahan.
b. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (pleasure tourism) merupakan
bentuk pariwisata yang dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan
tempat tinggalnya untuk berlibur, untuk mencari udara segar, untuk
memenuhi kehendak keingintahuannya, untuk menikmati hiburan dan
lain-lain.
c. Pariwisata budaya (cultural tourism) merupakan bentuk pariwisata yang
ditandai dengan rangkaian motivasi seperti keinginan untuk belajar adat
istiadat dan cara hidup rakyat negara lain, studi-studi atau riset pada
penemuan-penemuan, mengunjungi tempat-tempat peninggalan
kuno/bersejarah dan lain-lain.
d. Pariwisata olahraga (sports tourism). Bentuk pariwisata ini dapat
dibedakan menjadi 2 kategori: Pertama: Big Sports Events, yaitu
peristiwa-peristiwa olahraga besar yang menarik perhatian, baik
olahragawannya sendiri maupun penggemarnya (supporter). Kedua:
Sporting Tourism of the Practitioners, yaitu bentuk olahraga bagi
mereka yang ingin berlatih atau mempraktikkan sendiri, seperti:
mendaki gunung, olahraga naik kuda, berburu, memancing dan lain-
lain.
e. Pariwisata untuk urusan usaha (business tourism) merupakan bentuk
pariwisata yang dilakukan oleh kaum pengusaha atau industrialis, tetapi
dalam perjalanannya hanya untuk melihat ekshibisi atau pameran dan
sering mengambil dan memanfaatkan waktu untuk menikmati atraksi di
negara yang dikunjungi.
f. Pariwisata untuk tujuan konvensi (convention tourism) merupakan
bentuk pariwisata yang dilakukan oleh orang-orang yang akan
menghadiri pertemuan-pertemuan ilmiah seprofesi dan politik. Tempat
konferensi dituntut tersedia fasilitas yang lengkap, modern dan canggih
baik tempat penyelenggaraan, beserta peralatannya, penginapan dan
6
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
lain-lainnya yang terkait dengan penyelenggaraan tour (kunjungan
wisata).
3. Menurut Waktu Berkunjung.
a. Seasional tourism merupakan pariwisata yang kegiatannya berlangsung
pada musim-musim tertentu. Termasuk dalam kelompok ini musim
panas (summer tourism) dan musim dingin (winter tourism).
b. Occasional tourism merupakan kegiatan pariwisata yang
diselenggarakan dengan mengaitkan kejadian atau event tertentu,
seperti Galungan di Bali dan Sekaten di Jogja.
4. Menurut Objeknya.
a. Cultural tourism merupakan jenis pariwisata yang disebabkan adanya
daya tarik seni dan budaya disuatu daerah atau tempat, seperti
peninggalan nenek moyang, benda-benda kuno dan sebagainya.
b. Recuperational tourism adalah orang-orang yang melakukan perjalanan
wisata bertujuan untuk menyembuhkan suatu penyakit.
c. Commercial tourism merupakan perjalanan yang dikaitkan dengan
perdagangan seperti penyelenggaraan expo, fair, exhibition dan
sebagainya.
d. Political tourism merupakan suatu perjalanan yang dilakukan dengan
tujuan melihat dan menyaksikan peristiwa atau kejadian yang
berhubungan dengan kegiatan suatu negara.
5. Menurut Alat Angkutan.
a. Land tourism merupakan jenis pariwisata yang di dalam melaksanakan
kegiatannya menggunakan kendaraan darat seperti bus, kereta api,
mobil pribadi atau taksi dan kendaraan darat lainnya.
b. Sea or river tourism merupakan kegiatan pariwisata yang menggunakan
sarana transportasi air seperti kapal laut, ferry dan sebagainya.
c. Air tourism merupakan kegiatan pariwisata yang menggunakan sarana
transportasi udara seperti pesawat terbang, helikopter dan sebagainya.
6. Menurut Umur.
7
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
a. Youth tourism atau wisata remaja jenis pariwisata yang dikembangkan
bagi remaja dan pada umumnya dengan harga relatif murah dan
menggunakan sarana akomodasi youth hostel.
b. Adult tourism kegiatan pariwisata yang diikuti oleh orang-orang berusia
lanjut. Pada umumnya orang-orang yang melakukan perjalanan ini
adalah mereka yang menjalani masa pensiun.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah berbagai macam aktivitas
yang terjadi apabila seseorang melakukan perjalanan (mencakup segala sesuatu
mulai dari perencanaan perjalanan, tinggal untuk sementara waktu, hingga
kembali beserta kenangan yang didapat) dengan tujuan-tujuan tertentu akibat
adanya daya tarik wisata dari daerah tujuan wisata tersebut yang didukung dengan
fasilitas penunjang lainnya.
2.1.1.1 Pengembangan Pariwisata
Pengembangan pariwisata mendasarkan pada sifat, kemampuan, fungsi,
ruang jangkauan pemasaran yang akan dicapai. Jangkauan dapat bersifat lokal,
regional, nasional, dan bahkan bersifat internasional (Sujali, 2009). Alasan utama
pengembangan pariwisata pada suatu daerah tujuan wisata, baik wisata lokal,
regional atau ruang lingkup suatu negara sangat erat kaitannya dengan
pembangunan perekonomian daerah atau negara tersebut. Alasan kedua
pengembangan pariwisata itu lebih banyak bersifat non ekonomis. Wisatawan
yang datang berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata, salah satu motivasinya
adalah untuk menyaksikan dan melihat keindahan alam dan termasuk di dalamnya
cagar alam, kebun raya, tempat bersejarah dan candi-candi. Alasan ketiga
pengembangan pariwisata untuk menghilangkan kepicikan berpikir, mengurangi
salah pengertian, terutama bagi masyarakat di objek kepariwisataan itu dibangun
(Yoeti, 2008).
Menurut Barreto dan Giantari (2015) pengembangan pariwisata adalah
suatu usaha untuk mengembangkan atau memajukan objek wisata agar, objek
wisata tersebut lebih baik dan lebih menarik ditinjau dari segi tempat maupun
benda-benda yang ada di dalamnya untuk dapat menarik minat wisatawan untuk
mengunjunginya. Alasan utama dalam pengembangan pariwisata pada suatu
daerah tujuan wisata, baik secara lokal maupun regional atau ruang lingkup
8
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
nasional pada suatu negara sangat erat kaitannya dengan pembangunan
perekonomian daerah atau negara tersebut. Pengembangan kepariwisataan pada
suatu daerah tujuan wisata akan selalu diperhitungkan dengan keuntungan dan
manfaat bagi masyarakat banyak.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengembangan pariwisata merupakan
suatu rangkaian upaya yang dilakukan, dengan tujuan mewujudkan keterpaduan
dalam penggunaan berbagai sumber daya pariwisata, dalam mengintregasikan
segala bentuk aspek di luar pariwisata yang berkaitan secara langsung maupun
tidak langsung guna kelangsungan pengembangan pariwisata. Hal itu adalah
memajukan, memperbaiki, dan meningkatkan kondisi kepariwisataan suatu obyek
dan daya tarik wisata sehingga mampu menjadi mapan dan ramai dikunjungi oleh
wisatawan sehingga mampu memberikan manfaat baik bagi masyarakat di sekitar
obyek dan lebih lanjut akan menjadi sumber pemasukan bagi pemerintah.
Menurut Sastrayuda (2010) dalam perencanaan pengembangan meliputi:
1. Pendekatan Participatory Planning, dimana seluruh unsur yang terlibat
dalam perencanaan dan pengembangan kawasan objek wisata diikutsertakan
baik secara teoritis maupun praktis.
2. Pendekatan potensi dan karakteristik ketersediaan produk budaya yang
dapat mendukung keberlanjutan pengelolaan kawasan objek wisata.
3. Pendekatan pemberdayaan masyarakat, adalah memberikan kesempatan
kepada masyarakat untuk mengembangkan kemampuannya agar tercapai
kemampuan baik yang bersifat pribadi maupun kelompok.
4. Pendekatan kewilayahan, faktor keterkaitan antar wilayah merupakan
kegiatan penting yang dapat memberikan potensinya sebagai bagian yang
harus dimiliki dan diseimbangkan secara berencana.
5. Pendekatan optimalisasi potensi, dalam optimalisasi potensi yang ada
disuatu desa seperti perkembangan potensi kebudayaan masih jarang
disentuh atau digunakan sebagai bagian dari indikator keberhasilan
pengembangan.
Berdasarkan potensi dan peluang yang ada, maka pengembangan
pariwisata perlu dilakukan secara berkelanjutan guna kepentingan masa yang akan
datang untuk melindungi sumber daya dari efek pengembangan yang mungkin
9
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
menyebabkan gangguan budaya dan sosial karena tujuan dari pengembangan
adalah selain untuk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan
pemberdayaan sumber daya yang ada, tetapi dengan tetap memperhatikan
terjaganya lingkungan alam, sosial dan budayanya.
2.1.1.2 Tujuan Pengembangan Pariwisata
Tujuan pengembangan pariwisata adalah guna memperoleh nilai-nilai
ekonomi positif dimana pariwisata dapat sebagai katalisator dalam masa datang.
Ini penting mengingat perencanaan membutuhkan suatu tindak lanjut, baik yang
berupa pekerjaan fisik maupun penanganan yang bersifat sosial ekonomi. Selain
itu perlu diperhatikan bahwa untuk perencanaan seringkali diperlukan suatu unit
besaran tertentu menurut Yoeti (2012).
Peranan pemerintah dalam mengembangkan pariwisata dalam garis
besarnya adalah menyediakan infrastruktur (tidak hanya dalam bentuk fisik),
memperluas berbagai bentuk fasilitaas, kegiatan koordinasi antara aparatur
pemerintah dengan pihak swasta, pengaturan dan promosi umum ke luar negeri
Spillane (2015). Menurut Suwantoro (2017) pengembangan pariwisata yang
dilakukan oleh pemerintah harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
a. Kebijaksanaan Pengembangan Pariwisata
1) Promosi
Promosi pada hakikatnya merupakan pelaksanaan upaya pemasaran.
Promosi pariwisata harus dilaksanakan secara selaras dan terpadu,
baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
2) Aksesibilitas
Aksebilitas merupakan salah satu aspek penting yang mendukung
pengembangan pariwisata, karena menyangkut pengembangan lintas
sektoral.
b. Kawasan Pariwisata
Pengembangan kawasan pariwisata dimaksudkan untuk:
1) Meningkatkan peran serta daerah dan swasta dalam pengembangan
pariwisata.
2) Memperbesar dampak positif pembangunan
c. Wisata Bahari
10
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Wisata bahari merupakan salah satu jenis produk wisata yang sangat
potensial untuk dikembangkan. Jenis wisata ini memiliki keunggulan
komparatif yang sangat tinggi terhadap wisata sejenis luar negeri
d. Produk Wisata
Upaya untuk dapat menampilkan produk wisata yang bervariasi dan
mempunyai kualitas daya saing yang tinggi.
e. Sumber Data Manusia
Sumber daya manusia merupakan salah satu modal dalam pengembangan
pariwisata. Sumber daya manusia ini harus memiliki keahlian dan
keterampilan yang diperlukan untuk memberikan jasa pelayanan pariwisata
f. Kampanye Nasional Sadar Wisata
Kampanye nasional sadar wisata pada hakikatnya adalah upaya
memasyarakatkan Sapta Pesona yang turut menegakkan disiplin nasional
dan jati diri bangsa Indonesia melalui kegiatan kepariwisataan.
Sedangkan menurut Tirtadinata dan Fachruddin dalam Irawan (2010) tujuan
pengembangan dari objek wisata adalah
a. Meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam.
b. Meningkatkan pengembangan objek wisata.
c. Memberikan nilai rekreasi.
d. Meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan.
e. Meningkatkan keuntungan.
Adapun dua keuntungan ekonomi yaitu:
a. Keuntungan ekonomi bagi masyarakat daerah:
1) Membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat pengangguran
2) Meningkatkan pendapatan masyarakat daerah.
3) Meningkatkan popularitas daerah.
4) Meningkatkan produksi.
b. Keuntungan ekonomi bagi objek wisata:
1) Meningkatkan pendapatan objek wisata tersebut.
2) Meningkatkan gaji pegawai pengelola objek wisata.
3) Meningkatkan sarana dan prasarana yang ada pada objek wisata.
11
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
4) Meningkatkan sikap kesediaan dalam berperan serta untuk
melestarikan potensi daerah objek wisata dan lingkungan hidup
serta manfaat yang diperoleh.
5) Meningkatkan sikap, kreasi dan inovasi para pengusaha objek
wisata, serta meningkatkan mutu asesilitas dan bahan-bahan
promosi dalam pengembangan suatu objek wisata.
2.1.1.3 Pariwisata Berkelanjutan
Pariwisata secara langsung tergantung pada kualitas lingkungan alam dan
budaya. Sayangnya, tidak ada bentuk pariwisata yang tidak menyebabkan tekanan
lingkungan. Pariwisata dapat menjadi ancaman bagi lingkungan: tantangannya
adalah menemukan cara menuju pengembangan pariwisata berkelanjutan yang
menyelaraskan manfaat ekonomi dengan perlindungan keanekaragaman alam dan
identitas budaya dari daerah tujuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji
secara kritis dampak multidimensi pariwisata; untuk memperkenalkan definisi,
tujuan dan prinsip pengembangan pariwisata berkelanjutan; dan untuk fokus pada
kebijakan pembangunan dan langkah-langkah pengendalian dampak yang sesuai
untuk mencapai bentuk pembangunan pariwisata berkelanjutan yang
berkelanjutan untuk lingkungan, sosial-budaya dan ekonomi. Kesenjangan antara
pendekatan teoritis untuk pengembangan pariwisata berkelanjutan dan karakter
pengembangan pariwisata saat ini ditekankan, dan tantangan baru penelitian dan
perencanaan dalam pariwisata seringkali diperdebatkan dan diilustrasikan (Taylor
dan Francis, 2013).
Dampak, respons dan indikator sosial dan lingkungan ditinjau untuk sektor
pariwisata arus utama di seluruh dunia, dalam lima kategori: populasi,
perdamaian, kemakmuran, polusi, dan perlindungan. Dari lima ribu publikasi
yang relevan, sangat sedikit upaya untuk mengevaluasi seluruh sektor pariwisata
global dalam hal yang mencerminkan penelitian global dalam pembangunan
berkelanjutan. Industri ini belum dekat dengan keberlanjutan. Penggerak utama
untuk peningkatan adalah regulasi daripada ukuran pasar. Beberapa pendukung
pariwisata masih menggunakan pendekatan politik untuk menghindari
pembatasan lingkungan, dan untuk mendapatkan akses ke sumber daya alam
publik. Prioritas penelitian masa depan meliputi: peran pariwisata dalam perluasan
12
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
kawasan hutan lindung; peningkatan teknik akuntansi lingkungan; dan efek dari
persepsi individu tentang tanggung jawab dalam mengatasi perubahan iklim
(Buckley, 2012)
Konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan berawal dari konsep
pembangunan berkelanjutan. Secara umum, konsep pembangunan mencakup
usaha untuk mempertahankan integritas dan diversifikasi ekologis, memenuhi
kebutuhan dasar manusia, terbukanya pilihan bagi generasi yang akan datang,
pengurangan ketidakadilan, dan peningkatan penentuan nasib sendiri bagi
masyarakat setempat. Dorcey dalam Picard (2006). Djajadiningrat dalam Ardika
(2007) menyebutkan bahwa pembangunan berkelanjutan mengimplikasikan batas
yang ditentukan oleh teknologi dan organisasi masyarakat serta oleh kemampuan
kehidupan bumi menyerap dampak kegiatan manusia. Pariwisata dikembangkan
untuk memenuhi kebutuhan wisatawan, industri pariwisata, dan kebutuhan
masyarakat lokal saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi yang akan
datang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pembangunan berkelanjutan dalam tujuannya harus menganut
tiga prinsip dasar, yaitu: (1) Kelangsungan ekologi; (2) Kelangsungan sosial
budaya; dan (3) Kelangsungan ekonomi dimana pembangunannya mampu
memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi
mendatang untuk memenuhi kebutuhannya.
Jika pariwisata ingin menjadi bagian dari gaya hidup yang lebih
berkelanjutan, perubahan diperlukan untuk pola perilaku yang diadopsi oleh
masyarakat. Penelitian menunjukkan kurangnya kesadaran akan dampak
pariwisata relatif terhadap perilaku sehari-hari, perasaan tidak berdaya dan
keengganan untuk membuat perubahan signifikan terhadap perilaku pariwisata
saat ini (Miller dkk. , 2010).
20
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
21
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
2.4 Kerangka Konseptual
Kerangka Konsep penelitian adalah
Kebijakan Pengelolaaan
Promosi
2.5 Hipotesis
a. Arah kebijakan pengembangan yang diatur secara terarah akan
meningkatkan kualitas kegiatan pariwisata.
b. Persepsi pelaku wisata terhadap pengelolaan dan strategi dalam
pengembangan wisata Benteng Kuto Besak.
c. Strategi pengembangan pariwisata Provinsi Sumatera Selatan yang
mempertimbangkan aspek keberlanjutan dapat menjamin sosial yang lebih
baik, ekonomi dan lingkungan yang dapat dikelola secara optimal.
22
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Publikasi Masalah Penelitian Metodologi Hasil Penelitian
Dewi Potensi yang dimiliki Analisis Kuantitatif, Dari jurnal ini, dapat ditarik kesimpulan
Kusuma masih kurang didukung dan analisis AHP bahwa:
Sari, 2011. oleh kemudahan akses (Analisis Hierarki Biaya perjalanan Pantai Sigandu, biaya
Pengembang untuk mencapai lokasi Proses) perjalanan obyek wisata lain (Pantai
an wisata, dan belum Widuri), penghasilan, pendidikan, umur,
Pariwisata diketahui strategi yang dan jarak, yang berpengaruh secara
Obyek digunakan dalam signifikan pada frekuensi kunjungan ke
Wisata pengembangan Pantai Sigandu ialah variabel biaya
Pantai pariwisata objek wisata perjalanan Pantai Sigandu, biaya
Sigandu pantai sigandu perjalanan obyek wisata lain (Pantai
Kabupaten Kabupaten Batang Widuri), penghasilan, dan jarak pada
Batang tingkat signifikansi 5%. Valuasi ekonomi
untuk Pantai Sigandu ialah Rp
26.739.188.00 dengan nilai surplus
konsumennya per tahun ialah Rp.
353.838,07. Sedangkan pada pendekatan
AHP, menunjukkan bahwa alternatif
yang diambil dalam Pengembangan
Pantai Sigandu secara overall adalah
pengembangan Pantai Sigandu sebagai
obyek wisata primadona Kabupaten
Batang dengan nilai bobot 0,128,
Program Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat Pesisir (PEMP) dengan nilai
bobot 1,108, dan memberikan sarana dan
fasilitas pada investor dengan nilai bobot
0,103
Soebagyo, Belum diketahui strategi Analisis Kualitatif Dalam Jurnal ini dapat ditarik kesimpulan
2012, yang digunakan dalam bahwa:
Strategi pengembangan Pengelolaan yang baik tidak akan
Pengembang pariwisata di Indonesia berjalan sesuai dengan tujuan awal tanpa
an adanya berbagai dukungan yang
Pariwisata di melatarbelakangi pengelolaan tersebut.
Indonesia Salah satu sarana pendukung yang
dimaksud adalah dengan adanya sebuah
sistem informasi pariwisata yang
diharapkan bisa memenuhi kebutuhan
pengguna akan informasi pariwisata yang
diharapkan bisa memenuhi suatu daerah
tujuan wisata, selain itu juga dapat
digunakan sebagai media promosi daerah
tersebut dalam mempromosikan
pariwisatanya.
Dadan Belum diketahui strategi Deskriptif kualitatif Dari jurnal ini dapat ditarik kesimpulan
Mukhsin, yang tepat dalam bahwa:
2016, pengembangan kawasan Strategi pengembangan kawasan
Strategi pariwisata dengan pariwisata dengan hasil menyarankan
pengembang perencanaan terpadu agar dilakukannya perencanaan terpadu
an kawasan antara ODTW agar pertumbuhan dan
Pariwisata perkembangan pertumbuhan dan
dengan perkembangan kegiatan pariwisata
perencanaan pariwisata disana berjalan dengan baik
terpadu secara utuh di seluruh kawasan wisata
Sefira, dkk, Belum diketahui strategi Analisis Deskriptif Dalam jurnal ini dapat ditarik kesimpulan
2017, yang tepat dalam Kualitatif bahwa:
23
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Analisis pengembangan 1. Di Kabupaten Nganjuk sebenarnya
Strategi pariwisata daerah di mempunyai banyak objek wisata
Pengembang Nganjuk. yang berpotensi menarik minat para
an wisatawan dari dalam maupun luar
Pariwisata daerah Kabupaten Nganjuk. Terdapat
Daerah empat objek wisata daerah yang juga
dikelola oleh pemerintah daerah
khususnya di bawah pengawasan
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Nganjuk
2. Keempat objek wisata tersebut
masing-masing mempunyai daya
tarik tersendiri, akan tetapi
pemerintah daerah Kabupaten
Nganjuk masih kurang optimal
dalam mengembangkan potensi yang
dimiliki tiap-tiap objek wisata
tersebut.
3. Belum adanya aturan hukum atau
peraturan daerah yang mengatur
khususnya tentang strategi
pengembangan sektor pariwisata di
daerah Kabupaten Nganjuk sehingga
rencana-rencana atau program yang
telah dibuat oleh Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Daerah Kabupaten
Nganjuk.
4. Terkait dengan pengembangan
pariwisata daerah Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata tetap optimis untuk
bisa menjalankan program-program
yang sudah dibuat.
Afrianti Nur Belum diketahui strategi Deskriptif Analisis Dalam jurnal ini dapat ditarik kesimpulan
Sa’idah, pengembangan bahwa:
2017, pariwisata dari Dinas Upaya pengembangan pariwisata yang
Analisis Pariwisata Kota Bandar dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kota
Strategi Lampung dalam Bandar Lampung dapat dikatakan tidak
Pengembang meningkatkan PAD Kota semua terlaksana dengan maksimal
an Bandar Lampung dan karena saat ini belum ada obyek wisata
Pariwisata belum dilakukan tinjauan yang dikelola secara mandiri oleh Dinas
Dalam perspektif ekonomi islam Pariwisata melainkan masih dikelola
Meningkatka tentang strategi secara pribadi oleh masyarakat. Namun
n pengembangan pendapatan asli daerah (PAD) Kota
Pendapatan pariwisata dalam Bandar Lampung tetap mengalami
Asli Daerah meningkatkan PAD Kota peningkatan karena didukung dari
(PAD) Kota Bandar Lampung kontribusi sektor pariwisata berupa pajak
Bandar hotel, pajak restoran, dan pajak hiburan.
Lampung Secara umum pariwisata di Kota Bandar
Lampung telah sesuai dengan prinsi-
prinsip pariwisata syari‟ah, hal tersebut
dibuktikan dengan adanya pelayanan
yang prima terhadap pengunjung atau
wisatawan, tersedianya makanan dan
minuman yang halal, serta tersedianya
tempat ibadah yang bersih dan nyaman.
Pengembangan pariwisata yang
dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kota
24
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Bandar Lampung, sudah memiliki
beberapa obyek pariwisata yang sesuai
dengan prinsi-prinsip syariah yaitu
sebesar 44% tetapi masih banyak obyek
pariwisata lainnya yang belum sesuai
dengan standar pengukuran pariwisata
syariah dari segi administrasi dan
pengelolaannya yakni sebesar 54%
Jodie Belum diketahui potensi Deskriptif Dalam jurnal ini dapat ditarik kesimpulan
Giovanna yang dimiliki Negeri Kualitatif bahwa:
Abrahmsz, Hutumuri, dan belum Negeri Hutumuri memiliki empat
2017, diketahui strategi yang kelompok potensi wisata (wisata
Strategi digunakan untuk bahari, sejarah, budaya dan seni, serta
Pengembang mengembangkan Negeri agrowisata). Setiap faktor lingkungan
an Hutumuri.
strategis memiliki empat faktor yang
Pariwisata
Berbasis berpengaruh dalam pengembangan
Masyarakat pariwisata berbasis masyarakat, untuk
di Negeri pengembangan pariwisata ini
Hutumuti dibutuhkan 13 strategi alternatif yang
Kecamatan terkelompokkan dalam empat
Leitimur skenario pengembangan meliputi
Selatan Kota skenario mobilisasi (tiga strategi),
Ambon skenario investasi (empat strategi),
skenario diversifikasi (tiga strategi),
dan skenario pengembangan
kapasitas (tiga strategi).
Coridotul Belum diketahui strategi Deskriptif Dalam jurnal ini dapat ditarik kesimpulan
Bahiya, pengembangan potensi Kualitatif bahwa:
2018, pariwisata di Pantai Duta Faktor internal dan eksternal
Strategi Kabupaten Probolinggo. mempengaruhi tingkat kunjungan
Pengembang wisatawan pada objek wisata Pantai
an Potensi Duta. Analisis SWOT merupakan strategi
Pariwisata di perencanaan dan pengembangan yang
Pantai Duta dapat diterapkan pada objek wisata Pantai
Kabupaten Duta. Sedangkan strategi yang bisa
Probolinggo dilakukan dalam pengembangan potensi
pariwisata Pantai Duta di Kabupaten
Probolinggo.
Media Belum diketahui strategi Deskriptif Dalam jurnal ini dapat ditarik kesimpulan
Yurida, yang dilakukan oleh Kualitatif bahwa:
2019. Dinas Pariwisata dalam Strategi dalam upaya peningkatan
Strategi meningkatkan ekonomi yang dilakukan oleh Dinas
Dinas perekonomian Pariwisata melalui program-program
Pariwisata masyarakat melalui pengembangan sarana prasarana berupa
dalam sektor pariwisata dan apa listrik, jalan, home stay, dan
Mengemban saja faktor pendukung pengembangan sumber daya manusia jasa
gkan Potensi dan penghambat dalam pariwisata yang dijalankan dalam
Wisata meningkatkan pelaksanaannya cukup baik dengan
Pulau Pisang perekonomian tersebut. adanya upaya-upaya penyadaran,
di pengkapasitasa (capacity building) dan
Kecamatan pendayaan (empowerment) yang
Pulau Pisang dilakukan oleh Dinas Pariwisata mampu
Kabupaten untuk meningkatkan masyarakat untuk
Pesisir Barat meningkatkan ekonomi keluarga.
Provinsi Masyarakat juga dibuat agar memiliki
25
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Lampung inisiatif dengan kemampuan sediri secara
praktis upaya yang dilakukan melalui
pengarahan sumber daya untuk
mengembangkan potensi yang ada di
sekitar masyarakat. Kemudian potensi-
potensi yang ada dimiliki masyarakat
tersebut dibuat agar dapat dijadikan nilai
tambah untuk keluarga, dengan demikian
masyarakat dengan lingkungan mampu
secara panisiatif menghasilkan dan
menumbuhkan nilai ekonomis
28
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Lingkup Penelitian Topik/ Bidang Penelitian Posisi
Penelitian
Menganalisis strategi
Keselarasan
Kebijakan pengembangan pariwisata terhadap
Pemerintah Kota dalam meningkatkan Rencana dan
Palembang dan Pendapatan Asli Daerah kebijakan
pihak pengelolah (PAD) Kota Bandar pemerintah kota
Lampung (Afrianti Nur
BKB Sa’idah, 2017)
Palembang
dalam
melakukan
strategi
pengembangan
wisata di BKB
dengan aspek 5a
dengan
menggunakan
analisis SWOT
Menganalisis strategi
pengembangan potensi Potensi yang
Presepsi Pihak dimiliki BKB
pariwisata di pantai duta
Pengelola Wisata Kabupaten Probolinggo untuk dijadikan
BKB (Coridotul Bahiya, 2018) sebagai wisata
berkelanjutan
Pengembangan
Strategi Menganalisis strategi wisata BKB
Pengembangan pengembangan pariwisata dengan aspek 5a
Promosi yang berbasis masyarakat di negeri
hutumuti Kecamatan
(aksesibilitas,
digunakan untuk Leitimur Selatan Kota aktivitas,
pengembangan Ambon (Jodie Giovanna akomodasi,
Pariwisata BKB Abrahmsz, 2017) amenitas dan
atraksi)
Gambar 2.4
Diagram Konstribusi Penelitian
29
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
BAB III
METODE PENELITIAN
30
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Gambar 3.2 Peta Lokasi Benteng Kuto Besak
31
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
1. Penelitian Lapangan dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data
yang diperlukan dengan cara melakukan pengamatan langsung
terhadap yang menjadi sampel, baik melalui observasi maupun hasil
wawancara kepada wisatawan dan pelaku pariwisata Kota Palembang,
dilakukan dengan cara:
a. Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses
yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua
di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan
ingatan. Observasi dalam penelitian ini berupa pengamatan yang
dilakukan di lapangan untuk mencari tahu permasalahan yang
ada dalam pengelolaan pariwisata di Kota Palembang.
b. Wawancara, yaitu tanya jawab yang dilakukan dengan pemberi
informasi dari pelaku kegiatan pariwisata Kota Palembang dan
wisatawan. Wawancara juga dilakukan dengan seluruh jajaran
Dinas Pariwisata dan Pemerintah Daerah Provinsi yang terkait
dalam pengelolaan pariwisata di Kota Palembang. Wawancara
dilakukan dengan menggunakan pendekatan Triangulasi yakni
teknik yang dilakukan dengan beberapa narasumber untuk
pertanyaan yang sama. Sehingga akan menemukan jawaban
yang mendalam dan dapat ditarik kesimpulan. Wawancara yang
digunakan adalah bentuk indepth interview atau wawancara
mendalam.
c. Dokumentasi, merupakan teknik yang dilakukan untuk
menyimpan data yang tersimpan dalam bentuk artikel, brosur,
buku terkait pariwisata Kota Palembang. Dalam penelitian ini
bentuk dalam dokumentasi yaitu foto, dokumen dan gambar.
2. Penelitian Pustaka yaitu metode pengumpulan data dengan cara
mempelajari dan mengumpulkan data-data atau materi-materi yang
diperoleh dari penjelasan buku-buku, dokumentasi yang bersifat
tekstual makalah, dan sumber media masa lainnya yang ada
hubungannya dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.
32
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian
3.4.1 Populasi
Metode Kualitatif tidak menggunakan Populasi, tetapi dalam
penelitian ini ditujukan langsung kepada subjek atau inforan yang relevan
dengan masalah penelitian, yaitu:
a. Pemerintah Daerah (Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Selatan) yaitu
informan yang bekerja di Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Selatan.
b. Masyarakat Pelaku Wisata;
adalah beberapa informan yang dipandang mewakili pelaku wisata
sekitar Benteng Kota Besak Palembang;
c. Masyarakat Pengunjung
Beberapa pengunjung atau wisatawan yang mengunjungi lokasi wisata
Benteng Kota Besak.
3.4.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik purposive, yaitu
pemilihan informan terkait dengan kompetensi dan dianggap benar mampu untuk
memberikan informasi adalah:
a. Informan kunci dari Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Selatan
Informan kunci adalah Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sumsel, dengan
informan lainnya yang merupakan Kepala Bagian berjumlah 5 orang.
b. Informan dari masyarakat Pelaku Wisata
Informan yang dipilih mewakili pelaku wisata di sekitar Benteng Kota
Besak, mereka telah berusaha cukup lama dan bersedia diwawancara
untuk keperluan penelitian ini.
c. Informan Masyarakat Pengunjung
Informan diplih dari wisatawan atau pengunjung ke Benteng Kota
Besak, yang memiliki kesediaan diwawancarai untuk keperluan
penelitian ini.
33
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Variabel penelitian adalah dimensi-dimensi yang diangkat untuk
menggambarkan strategi pengembangan Benteng Kota Besak menjadi tujuan
wisata yang berkelanjutan. Variabel penelitian ini adalah:
a. Variabel Kebijakan Pengelolaan
1. Program strategis
2. Peningkatan kapasitas staff pengelola
b. Variabel pelaku wisata
1. Peningkatan kapasitas pelaku usaha
2. Pengembangan produk wisata yang terpadu dengan Benteng Kota Besak
3. Peningkatan keamanan, kenyaman, kegiatan, dan atraksi
c. Variabel promosi
Tabel 3.2 Variabel, Definisi Operasional, Indikator, Alat Ukur
No Variabel Definisi Indikator Alat Ukur
1. Kebijakan Kebijakan pengelolaan adalah 1. Kebijakan Analisis
pengelolaan seluruh kebijakan pengelolaan pemerintah kebijakan
yang terkait dengan pengelolaan dalam pengelolaan
Benteng Kota Besak sebagai RIPPDA dan strategi
objek wisata di Kota Palembang 2. Kebijakan pengembangan
pemerintah wisata BKB
dalam Renstra oleh
Program strategis adalah 3. Kebijakan Pemerintah
program yang direncanakan dan pemerintah Sumatera
dilaksanakan untuk pengelolaan dalam Selatan
Benteng Kota Besak sebagai meningkatkan
tujuan wisata di Kota Palembang SDM
Program peningkatan staf pengelola
pengelola adalah pelatihan atau
seminar atau workshop yang
diikuti oleh staf pengelola
Benteng Kota Besak dengan
tujuan untuk peningkatan
kapasitas staf Pengelola
2. Pelaku Pelaku wisata adalah seluruh 1. Kontribusi Analisis
Wisata masyarakat yang menjadi pelaku masyarakat deskriptif
usaha wisata sekitar Benteng sekitar
Kota Besak 2. Sistem
pembagian
Program peningkatan pelaku dalam
wisata adalah pelatihan atau pengelolaan
seminar atau workshop yang wisata BKB
diikuti oleh pelaku wisata di pada
sekitar Benteng Kota Besak masyarakat
dengan tujuan untuk peningkatan sekitar
pelaku usaha sehingga 3. Faktor-
meningkatkan pelayanan, mutu, faktor
34
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
dan keamanan. penghambat
dalam
Pengembangan produk wisata mengelola
adalah pengembangan produk wisata BKB
wisata yang terintegrasi dengan 4. Faktor-
Benteng Kota Besak faktor
pendukung
Peningkatan keamanan, dalam
kenyamanan, dan atraksi adalah mengelola
program yang dilaksanakan wisata BKB
pelaku wisata untuk memastikan
wisatawan nyaman, aman, dan
mendapatkan kepuasan berwisata
35
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Menurut Wiersma dalam Sugiyono (2013) triangulasi dalam pengujian
kredibilitas diartikan sebagai pengecekan ulang data dari sumber lain dengan
berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi dibedakan menjadi tiga yaitu
triangulasi sumber, triangulasi teknik dan triangulasi waktu. Teknik triangulasi
yang digunakan peneliti adalah triangulasi sumber dan teknik. Triangulasi
sumber dilakukan dengan cara mengecek ulang data yang telah didapatkan
melalui beberapa sumber. Misalnya selain mendapatkan data melalui wawancara,
catatan di lapangan, dokumen pribadi, foto, rekaman audio atau vidoe, serta
dokumen resmi lainnya. Sedangkan triangulasi teknik dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya
dengan observasi, dokumentasi atau kuesioner, Sugiyono (2013).
Dengan demikian peneliti melakukan pengumpulan berbagai data dengan
sumber yang berbeda yaitu yang telah diperoleh dari melakukan pengumpulan
data dari pihak pemerintah Kota Palembang selanjutnya melakukan pemeriksaan
informasi tentang hal yang sama kepada pihak pengelola dan pengunjung Benteng
Kuto Besak. Hal ini dilakukan agar memperoleh data yang konkret dan sesuai di
lapangan. Teknik data triangulasi dalam penelitian ini adalah sebagai langkah uji
keabsahan data yang telah peroleh peneliti. Berikut ini adalah prosedur teknik
triangulasi yang dilakukan oleh peneliti:
Wawancara Mendalam
Sumber data
Observasi (Pemerintahan, Pengelola,
Pengunjung BKB)
Dokumentasi
36
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
3.6.2. Teknik Analisis SWOT dalam Pengembangan Pariwisata Kota
Palembang
Teknik analisis kualitatif digunakan untuk menjelaskan data-data yang
diperoleh dari penelitian dan menghubungkannya dengan teori-teori yang ada.
Untuk analisis strategi pengembangan Pariwisata di Kota Palembang digunakan
analisis SWOT. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang
dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan. Faktor internal
dimasukan ke dalam matrik yang disebut IFAS (Internal Factor Analysis
Summary). Faktor eksternal dimasukkan ke dalam matrik yang disebut EFAS
(External Factor Analysis Summary). Setelah IFAS dan EFAS selesai disusun,
kemudian hasilnya dimasukkan dalam matrik kuadran SWOT untuk merumuskan
strategi kompetitif perusahaan yang disajikan pada Gambar di bawah ini.
Gambar 3.2
Analisis SWOT
Sumber: Sudarmaji dan Hasan (2017)
Strategi umum ini dibuat sebagaipenguatan pada strategi yang sudah
ditentukan pada diagram matriks SWOT agar lebih mendukung strategi
pengembangan, dapat dilihat pada Tabel 3.3 di bawah ini.
Tabel 3.3. Strategi Umum
Faktor Internal Kekuatan Kelemahan
(Strength) S (Weakness)
Faktor Eksternal W
Peluang (Opportunities) O Strategi SO Strategi WO
Ancaman (Threats) T Strategi ST Strategi WT
Sumber: Tityas, Indra (2019)
37
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Tabel 3.4 Hubungan Tujuan Penelitian, Sumber Data, dan Metode Analisis
No Tujuan Penelitian Sumber data/ Jenis data/ Metode
teknik mendapatkan data Analisis
1. Menganalisis kebijakan Sumber: Data Primer Deskripsi
pemerintah Kota Palembang Jenis Data: Kualitatif
terhadap pengembangan tujuan Teknik Pengumpulan Data:
wisata saat ini Studi dokumentasi dan
Wawancara
2. Menganalisis persepsi pelaku Sumber: Data Primer Deskripsi
wisata terhadap pengelolaan Jenis Data: Kualitatif
wisata oleh pemerintah Kota Teknik Pengumpulan Data:
Palembang. Observasi dan Wawancara
3. Strategi pengembangan pariwisata Sumber: Data Primer Analisis
Kota Palembang yang Jenis Data: Kualitatif SWOT
keberlanjutan. Teknik Pengumpulan Data:
Observasi dan Wawancara
38
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 4.1
Pedagang terapung jaman dahulu
Gambar 4.2
Pedagang terapung jaman sekarang
Gambar 4.3
Struktur UPTD Benteng Kuto Besak Palembang
Sumber: UPTD BKB, 2021
1. Kepala UPTD
Mempunyai tugas memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan
sebagian tugas operasional Dinas Pariwisata, khususnya mengelola,
mengatur, memelihara, memberikan pelayanan, mengendalikan, mengawasi
dan melakukan pemungutan retribusi terhadap penggunaan dan pemanfaatan
kawasan sarana dan objek wisata sesuai dengan kewengangan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang- undang yang berlaku. Untuk melaksanakan
tugas tersebut.
2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Mempunyai tugas melaksanakan urusan administrasi umum, kepegawaian
dan keuangan.
3. Petugas Teknis Operasional
4. Mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan, pengaturan, pemeliharaan,
pengendalian dan pengawasan pelaksanaan operasional kawasan sarana dan
objek wisata serta melakukan pungutan retribusi.
5. Kelompok Jabatan Fungsional
a. Mempunyai tugas melaksanaan sebagian tugas dan fungsi UPTD
pengelolaan kawasan dan Sarana Wisata sesuai dengan keahlian yang
dibutuhkan.
44
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
b. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah tenaga dalam jenjang
fungsional yang terbagi dalam kelompok sesuai dengan bidang
tugasnya.
4.1.4 Visi dan Misi Wisata Benteng Kuto Besak Palembang
1. Visi
Menjadi destinasi wisata modern berbasis nilai budaya
2. Misi
1. Mengembangkan destinasi pariwisata di sungai Musi;
2. Melestarikan nilai budaya dan kearifan lokal Kota Palembang;
3. Meningkatkan pemberdayaan ekonom kerakyatan yang berbasis
kepariwisataan dan kebudayaan;
4. Memperkenalkan pariwisata dan budaya palembang ketingkat
nasional dan internasional;
5. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam mewujudkan Sapta
Pesona dan Sadar Wisata.
4.2 Analisis kebijakan pemerintah kota Palembang terhadap pengembangan
tujuan wisata saat ini
Pengembangan pariwisata di Kota Palembang harus searah dan
sejalan dengan rencana yang telah di susun dan dianggap strategis oleh
pemerintah. Penambahan objek wisata dalam pengembangan pariwisata di
Kota Palembang masih belum memberi kesadaran masyarakat akan
pentingnya pariwisata di masa yang akan datang. Untuk itu kebijakan-
kebijakan yang dianggap mampu membantu dalam pengembangan
pariwisata di Kota Palembang masih menjadi pusat perhatian pemerintah,
hal ini agar apa yang sudah direncanakan dapat berjalan dengan semestinya.
Strategi yang digunakan dinas kebudayaan dan pariwista Kota
Palembang dalam pengembangan pariwisata yaitu dengan masyarakat dan
pihak swasta untuk mengembangkan pengelolaan pariwisata, juga
memberikan arahan dan pelatihan kepada masyarakat dalam
mengembangkan destinasi pariwisata. Dalam melaksanakan strategi
pengembangan pariwisata pastinya bertujuan untuk mensejahterakan
masyarakat di sekitarnya serta meningkatkan pendapatan asli daerah.
45
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Dibukanya sebuah destinasi pariwisata akan menarik minat
wisatawan untuk berkunjung yang berdampak pada terkenalnya wisata
tersebut, wisata dengan minat kunjungan wisatawan yang tinggi
memberikan kontribusi bagi pendapatan daerah maupun pendapatan
masyarakat sekitar destinasi wisata melalui pajak retribusi parkir, seperti
contohya BKB. Manfaat lainnya dari banyaknya kunjungan wisatawan
adalah secara tidak langsung wisatawan mempromosikan destinasi wisata
yang dikunjunginya. Agar destinasi pariwisata terus menarik wisatawan
perlu dilakukan pengembangan lebih lanjut, setelah itu barulah dilakukan
strategi pemasaran melalui media sosial agar terus menarik kunjungan
wisatawan.
Dari penjelasan di atas bahwa strategi yang dilakukan Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata dalam meningkatkan pendapatan asli daerah
Kota Palembang di era millenial yaitu dengan memanfaatkan teknologi
dengan website resmi maupun lewat media sosial sebagai media promosi
dalam meningkatkan wisatawan yang nantinya juga akan berimbas dalam
pendapatan asli daerah Kota Palembang. Sehingga penyusunan strategi
pengembangan pariwisata yang ada di Kota Palembang yang sesuai dengan
perubahan zaman sangat di perlukan dalam menghadapi persaingan bisnis di
bidang pariwisata yang semakin ketat.
Kebijakan pariwisata merupakan suatu produk yang sangat kompleks
dan terkait dengan beberapa aspek. Kompleksitas pariwisata disebabkan
oleh berbagai perubahan besar pada level pariwisata lokal, nasional dan
Internasional. Dalam konteks perubahan besar tersebut lingkungan
kebijakan pemerintah pada pariwisata menjadi sarana yang strategis bagi
pemerintah dalam memasarkan potensi wisata yang dimiliki. Kebijakan
Pemerintah dalam pengembangan pariwisata di Kota Palembang telah
sesuai dengan arah kebijakan pemerintah pusat yang tertuang dalam
Rencana Strategis 2020-2024 Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Dengan rencana yang telah disesuaikan diharapkan Pemerintah Kota
Palembang mampu mengimbangi strategi-strategi yang direncanakan oleh
Pemerintah pusat.
46
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Peran pemerintah dan masyarakat sekitar dalam pengembangan
pariwisata juga termasuk kedalam faktor pendukung. Dimana pemerintah
daerah melalui dinas kebudayaan dan pariwisata memberikan pemahaman
kepada masyarakat (baik pengelola maupun investor) terkait pengembangan
destinasi pariwisata sesuai dengan RIPPARDA Kota Palembang. Sehingga
terjalin koordinasi kerjasama antar pihak-pihak terkait (pemerintah-
masyarakat-investor) dalam pengembangan sektor pariwisata di Kota
Palembang. Faktor pendukung lainnya dalam pengembangan destinasi
wisata yaitu sudah terkenalnya objek wisata yang memiliki keunikan
tersendiri. Karena sebagian besar destinasi wisata di Kota Palembang sudah
dikenal dengan baik oleh masyarakat luas karena keunikan yang dimiliki
setiap destinasi wisata sehingga dengan sedikit sentuhan pengembangan
destinasi wisata berupa fasilitas-fasilitas wahana, restoran, villa akan dapat
menarik minat wisatawan berkunjung ke Kota Palembang.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Arif (2019)
yang mengatakan bahwa pembangunan pariwisata tidak terlepas dari
kebijakan pemerintah setempat. Contoh kasus adalah kerjasama Dinas
Kebudayaan, Pariwisata, dan Pemuda Olahraga Kabupaten Sumenep dengan
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sumenep untuk membudayakan
kebersihan dengan cara menyediakan tempat sampah yang cukup banyak
dibeberapa titik dilokasi pantai. Meskipun masih saja banyak sampah yang
berserakan namun banyaknya sampah yang berserakan jauh lebih dapat
diminimalkan.
Strategi merupakan gambaran pengambilan keputusan mengenai
bagaimana suatu institusi dapat digerakkan untuk mencapai tujuan sesuai
dengan visi dan misi yang diembannya. Sedangkan pengembangan adalah
usaha atau cara untuk memajukan serta mengembangkan sesuatu yang
sudah ada. Jadi dapat disimpulkan bahwa strategi pengembangan sektor
pariwisata merupakan serangkaian gambaran atau rencana dari suatu
institusi untuk memajukan serta mengembangkan sesuatu yang sudah ada,
berupa pengembangan sektor pariwisata agar dapat mencapai tujuan sesuai
visi dan misinya.
47
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palembang dalam kegiatan
pengembangan pariwisata telah membuat strategi khusus dalam
pembangunan dan pengembangan pariwisata dengan menerbitkan Rencana
Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah (RIPPARDA) yang telah
dituangkan dalam Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2017. Adanya perda
ini Pemerintah Kota Palembang khususnya Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kota Palembang mendapatkan landasan hukum dalam
pembangunan dan pengembangan objek daya tarik wisata yang ada di Kota
Palembang.
Dalam mengembangkan pariwisatanya terutama Benteng Kuto
Besak (BKB) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palembang
menggunakan beberapa strategi. Berikut ini adalah hasil analisis mengenai
strategi pengembangan pariwisata di Benteng Kuto Besak yang ada dalam
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kota
Palembang:
1) Strategi Pengembangan Destinasi Wisata
Strategi pengembangan destinasi pariwisata merupakan usaha untuk
mengembangkan dan mengelola objek dan daya tarik wisata yang telah
dimiliki oleh suatu daerah. Dalam usaha mengembangkan pariwisata bagi
sebuah institusi, diperlukan sebuah rencana atau strategi untuk beradaptasi
kembali terhadap perubahan zaman sehingga dapat mengambil keputusan
mengenai bagaimana suatu institusi dapat digerakkan sehingga dapat
mencapai tujuan visi dan misi yang diembannya, dengan mengolah faktor-
faktor strategis yang ada.
Dinas kebudayaan dan pariwisata Kota Palembang dalam
mengembangkan Wisata sejarah Benteng Kuto Besak telah membuat
rencana pembangunan dan pengembangan pariwisata Benteng Kuto Besak di
Kota Palembang baik wisata alam, buatan, sejarah dan budaya , dan juga
wisata kuliner. Dinas kebudayaan dan pariwisata Kota Palembang telah
membuat strategi khusus dalam pengembangan pariwisata dengan
menerbitkan Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Daerah
(RIPPARDA).
48
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Dari penjelasan di atas, dijelaskan bahwa strategi pengembangan
pariwisata yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota
Palembang berpedoman sesuai strategi-strategi yang ada di dalam rencana
induk pengembangan pariwisataa (RIPPARDA) Kota Palembang yang telah
sesuai dengan perda nomor 2 tahun 2017. Penerapan dua program dalam
strategi pengembangan destinasi pariwisata telah dilakukan, meskipun
belum diperoleh hasil yang optimal.
Dari segi destinasi pariwisata, keunikan yang menjadi ciri khas atau
ikon Benteng Kuto Besak sebagai lambang supremasi pemerintahan
Kesultanan Palembang Darussalam mampu untuk menarik banyak
wisatawan berkunjung Benteng Kuto Besak. Diperlukan juga
pengembangan lainnya seperti akses jalan, penambahan fasilitas-fasilitas
wisata berupa toilet, mushola, dan jalur evakuasi di lokasi objek wisata yang
rawan berncana yang juga akan menimbulkan kenyamanan saat berwisata.
Penambahan faktor-faktor penunjang pariwisata yang telah
dilakukan oleh DinKebudPar Kota Palembang terdiri dari penambahan spot
foto di pelataran BKB, penambahan fasilitas umum di sekitar Benteng
Kuto Besak berupa toilet serta mushola, penginapan, dan juga restoran.
Pengembangan dalam pariwisata tersebut bertujuan untuk memberikan
kualitas pelayanan untuk menarik minta wisatawan untuk berkunjung dan
berkunjung lagi ke Benteng Kuto Besak. Penambahan spot-spot foto
disebuah destinasi wisata terbukti mampu untuk menarik wisatawan.
Diakui oleh Kabid Pengembangan Pariwisata Kota Palembang,
Pariwisata Benteng Kuto Besak merupakan jenis wisata sejarah yang cukup
diminati dan sangat potensial untuk dikembangkan mengingat kondisi
geografis Benteng Kuto Besak yang berhadapan dengan Sungai Musi.
Pengembangan wisata sejarah terus dilakukan seperti yang dilakukan dalam
membangun wisata Benteng Kuto Besak. Hal ini bertujuan untuk dapat
menarik wisatawan lainnya berkunjung ke Kota Palembang. Wisatawan
dapat memilih sendiri wisata yang akan dikunjungi sesuai dengan minat
wisatawan ke kota Palembang. Selain wisata sejarah, pemerintah Kota perlu
mengingat bahwa Palembang juga memiliki wisata-wisata selain wisata
49
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
sejarah yang sedang dilakukan dengan pengembangan-pengembangan lebih
lanjut, seperti wisata kuliner, wisata budaya, dan wisata lain seperti wisata
kulinernya dengn hidangan seperti mie tek-tek, pempek itu banyak
berjejeran kuliner jajanan. Selain itu Kota Palembang juga memiliki wisata
khusus yang berupa kawasan Kampung Pempek 26 ilir dan river side, juga
adanya dermaga point. Dengan banyaknya jenis pariwisata yang
dikembangkan di Kota Palembang, Kawasan BKB yang masih kental
dengan adat budayanya memiliki potensi untuk terus dipromosikan dan
dikembangkan.
Strategi pengembangan pariwisata yang dilakukan oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palembang ada dua program yang
dilakukan oleh dinas kebudayaan dan pariwista yaitu membuat tema produk
untuk BKB sesuai dengan kluster (Kawasan Strategis Pariwisata) dan
diseminasi citra pariwisata dalam informasi dan promosi pariwisata. Untuk
mengembangkan citra destinasi pariwisata yang perlu dilakukan yaitu
dengan mencari potensi yang unik dan berbeda yang tidak dimiliki oleh
destinasi wisata lain dan juga melakukan pencitraan kawasan serta tematik
pada setiap kluster. Inovasi-inovasi baru dalam produk dan penawaran
paket, setiap tahunnya perlu di evaluasi sebagai bahan untuk penyusunan
strategi tahun berikutnya. Strategi Pengembangan yang harus dilakukan
dalam mengembangkan destinasi wisata dapat dilakukan dengan cara
mencari potensi yang unik dan berbeda yang tidak dimiliki oleh destinasi
wisata lain untuk dijadikan tema dari setiap lokasi wisata dan yang kedua
melakukan pencitraan kawasan dan juga tematik pada setiap kluster.
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hugo Itamar, A.
Samsu Alam, dan Rahmatullah (2014) strategi pengembangan pariwisata
yang diterapkan sudah sesuai dengan RIPPARDA. Namun ada strategi yang
belum berjalan dengan maksimal sehingga belum mencapai hasil yang baik,
seperti akses jalan di sebagian tempat wisata yang baru terkenal, dan
pengelolaan destinasi pariwisata yang belum optimal karena terbatasnya
sumber daya manusia.
2) Strategi Pengembangan Pemasaran
50
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Kegiatan promosi yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata secara langsung dilakukan melalui pameran-pameran yang
diadakan oleh kota-kota besar lainnya di Indonesia. Dengan promosi
melalui pameran-pameran, calon wisatawan akan mendapat pemahaman dan
pengetahuan yang sangat efektif mengenai detail wisata karena mereka
(para wisatawan) mendapat review wisata secara langsung. Hal seperti ini
dapat menarik minat wisatawan dan dengan penjelasan dan penawaran
secara langsung dan mampu meyakinkan wisatawan untuk berkunjung ke
Kota Palembang.
Strategi lain yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kota Palembang dalam meningkatkan pendapatan asli daerah Kota
Palembang adalah dengan melakukan strategi promosi melalui media
sosial. Kebanyakan masyarakat Millenial di berbagai negara dunia,
demikian juga di Indonesia, tidak luput dari perkembangan teknologi yang
semakin meningkat. Millenial cenderung menghabiskan waktunya untuk
bermain smartphone, mengakses sosial media mereka. Sehingga sasaran
dalam mengembangkan pariwisata di era millenial ini adalah generasi muda.
Sasaran dalam strategi pemasaran yang dilakukan oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palembang merupakan generasi millenial.
Generasi millenial yang tidak lepas dari sosial media menjadi sasaran target
dalam mempromosikan sebuah produk maupun target lokasi wisata yang
dikembangkan. Keunikan yang dimiliki oleh sebuah tempat pariwisata akan
menarik minat para millenial hanya dengan melihat gambar dari tempat
pariwisata yang tersebar dimedia sosial. Millenial akan tertarik dan
mengunjungi lokasi pariwisata kemudian berfoto-foto sebagai kegiatan yang
rutin dilakukan dalam travelling. Mereka juga akan memposting di setiap
media sosial. Hal ini yang akan membantu dalam mempromosikan sebuah
produk maupun sebuah destinasi pariwisata.
Strategi pemasaran yang dilakukan oleh dinas kebudayaan dan
pariwisata Kota Palembang memiliki target yang utama yaitu para millenial.
Karena sebagaimana yang dikutip dari buku karangan Mix Marcom,
Millenial memiliki karakter seperti melek digital, konsumtif, suka
51
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
menabung untuk sesuatu yang diimpikan, knowledgeable, menggunakan
digital atau sosmed sebagai media komunikasi, rise of the experiential,
fear of missing out. Selain itu kegiatan promosi yang dilakukan oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palembang yaitu melalui media sosial
seperti website resmi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, facebook
instagram, blog, youtube, sebagai bahan informasi wisatawan sebelum
berkunjung ke BKB.
Berdasarkan hasil penelitian strategi pemasaran dalam meningkatkan
pendapatan asli daerah Kota Palembang yang diterapkan oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palembang dengan menggunakan media
sosial dan media elektronik seperti instagram, facebook, youtube, website,
televisi lokal serta dalam event-event pariwisata sudah cukup baik dan
sesuai. Festival atau event yang diselenggarakan antara lain Creative
Exhibition Festival, Lomba Bidar Tradisional, Festival permainan anak
tradisional serta berbagai tematik festival di destinasi pariwisata yang ada.
Sehingga dengan karakter sedemikian rupa millenial menjadi wisatawan
potensial di era digitalisasi saat ini. Mereka akan menerima atau mencari
informasi mengenai sebuah wisata yang sedang hype dan kemudian melalui
media sosial juga mereka akan berbagi ide, foto, maupun video perjalanan
wisatanya ke destinasi wisata yang sedang hype. Kegiatan ini sangat
membantu dalam mempromosikan pariwisata dan menjadi wadah
pemasaran pariwisata saat ini.
3) Strategi Pengembangan Kelembagaan dan Sumberdaya Manusia
Selain strategi pengembangan destinasi pariwisata, dan strategi
pengembangan pemasaran juga ada strategi kelembagaan dan sumberdaya
manusia yang digunakan dalam pengembangan pariwisata. Berbagai bidang
dalam sebuah organisasi memiliki fungsi-fungsi yang berbeda, contohnya
dinas kebudayaan dan pariwisata yang berfungsi baik sebagai fasilitator
pengembangan destinasi pariwisata, penguatan kapasitas SDM, maupun
pelaksana kegiatan promosi pariwisata.
Tahapan dalam penguatan sumberdaya manusia agar masyarakat di
sekitar destinasi pariwisata sadar akan manfaat dan dampak dari sektor
52
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
pariwisata apabila dikembangkan, telah dibentuk kelompok Sadar Wisata di
Benteng Kuto Besak. Pengelolaan dalam BKB dibagi menjadi tanggung
jawab tiga kelompok yaitu Pihak pengelola, Pemerintah Kota dan juga
masyarakat anggota Pokdarwis.
Langkah kedua adalah dengan menjalin kerjasama antara pihak
pemerintah, masyarakat dan juga Pemkot. Seperti contohnya pengembangan
pada BKB yang berkerjasama dengan berbagai pihak. Penguatan organisasi
tak luput dari kerjasama di antara berbagai pihak yang terlibat yang juga
sesuai dengan bidangnya dalam sebuah pengembangan destinasi pariwisata.
Pengembangan sumberdaya manusia lainnya dalam pengembangan
pariwisata, sebagian kebijakan pemerintah Kota Palembang yang
direncanakan telah dilaksanakan. Pelatihan keterampilan yang diadakan
oleh pemerintah Kota Palembang diharapkan mampu mengurangi angka
pengangguran dan meningkatkan kreativitas masyarakat, sehingga dengan
bekal yang telah diberikan mampu dipergunakan untuk meningkatkan
kegitan usaha pariwisata khususnya di sekitar Benteng Kuto Besak.
Strategi kelembagaan yang dilakukan oleh dinas yaitu dengan
penguatan organisasi kelembagaan yang menjalin kerjasama dengan pihak
investor, dan juga masyarakat (pokdarwis) sebagai sumberdaya manusia
untuk mengembangkan pengelolaan pariwisata sesuai dengan perda.
Dengan memberikan pelatihan-pelatihan dalam mengembangkan destinasi
pariwisata yang sesuai dengan Perda, diharapkan masyarakat sadar akan
pentingnya pengelolaan pariwisata yang juga memiliki dampak bagi
kesejahteraan masyarakat sekitar destinasi pariwisata serta berdampak
terhadap pendapatan daerah.
Gambar 4.4
Jalan menuju BKB
Sumber: UPTD BKB, 2021
Dari gambaran mengenai aksesibilitas di Benteng Kuto Besak, maka
dilakukan analisis SWOT. Berikut adalah hasil analisis yang dilakukan dari aspek
aksesibilitas:
1) Stregh (Kekuatan)
57
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Adapun beberapa kekuatan yang dimiliki oleh Benteng Kuto Besak adalah
sebagai berikut:
a) BKB memiliki pelantaran yang luas, sehingga seringkali pelantaran
BKB dijadikan sebagai tempat pelaksanaan event-event besar di Kota
Palembang.
b) Letak geografis BKB yang berada dijantung kota Palembang
memudahkan masyarakat dalam mengakses BKB.
c) Banyak angkutan umum yang melewati BKB sehingga,
mempermudah masyarakat yang tidak memiliki kendaraan pribadi
tetap dapat berkunjung.
d) Adanya transportasi sungai yang menghubungkan BKB dengan
kampung sebelah Ulu atau desa lainnya yang menggunakan
transportasi sungai, sehingga sering dijadikan sebagai akses
menunggu kapal.
e) Pelataran BKB yang berhadapan langsung dengan sungai Musi
menjadikan BKB sebagai tempat yang diminati masyarakat dalam
berekreasi dan bersantai waktu sore hari.
f) Tempat parkir yang luas membuat wisatawan merasa nyaman dalam
memarkirkan kendaraan.
2) Weakness (Kelemahan)
Dari banyaknya kekuatan yang dimiliki, BKB juga memiliki beberapa
kelemahan. Hal ini jika di biarkan secara terus menerus akan menjadi
hambatan dalam mengembangkan wisata BKB. Beberapa kelemahan yang
ditemukan di BKB adalah:
a) Tarif parkir di sekitar BKB yang dianggap terlalu mahal
b) Tidak adanya penjagaan parkir yang ketat, sehingga sering terjadi
adnya pencurian helm.
c) Jika menggunakan angkutan umum, letak diturunkannya penumpang
terlalu jauh dengan pintu masuk BKB.
3) Opportunity (Peluang)
58
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Dari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh BKB menjadikan peluang
yang dapat digunakan sebagai kekuatan BKB. Beberapa peluang yang dapat
ditemukan di BKB antara lain:
a) Akses jalan yang luas dan terletak di tengah jantung kota sebaiknya
diadakan wahana kereta mini yang mengelilingkan pengunjung ke
beberapa spot jantung kota Palembang.
b) Benteng Kuto Besak sebaiknya menjadikan sungai musi sebagai salah
satu kawasan wisata air, selain menyediakan rumah makan terapung
adanya wisata air akan menambah nilai jual BKB dimata pengunjung.
4) Treath (Ancaman)
Ancaman yang akan terjadi jika aksesibilitas di BKB tidak dikembangkan
adalah:
a) Kerusakan jalan dan sungai akibat penggunaan wisata dan pengelola
yang seenaknya tanpa memperhatikan AMDAL.
b) Kemacetan yang panjang apabila tidak disediakan jalur khusus
pengunjung BKB
c) Terjadi penyempitan ruas jalan umum jika pemerintah tidak menutup
akses jalan menuju BKB.
b. Aktivitas Wisata di Benteng Kuto Besak
Dalam aktivitasnya pengunjung dapat menikmati wisata alam Sungai
Musi, baik menyaksikan segala aktivitas yang ada di sungai tersebut, seperti
adanya perahu terapung yang menyediakan berbagai makanan khas Kota
Palembang, perahu-perahu yang berlalu lalang di Sungai Musi, baik perahu yang
membawa barang dagangan maupun wisatawan yang ingin berkeliling Sungai
Musi, dan kapal-kapal yang melintasi sungai. Pengunjung juga dapat menyewa
kapal dari para nelayan. Dengan harga sewa sebesar Rp.50.000- Rp.100.000
pengunjung sudah bisa berkeliling Sungai Musi dengan menggunakan kapal.
Keindahan pemandangan yang dilihat dari tempat ini, membuat Benteng
Kuto Besak setiap hari ramai dikunjungi warga setempat, mulai dari pagi hari
sampai malam hari terutama pada saat sore dan malam hari. Pada saat pagi hari
pengunjung dapat melakukan olahraga di sekitarnya dan melihat suasana Kota
59
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Palembang dari kejauhan. Pada siang sampai malam hari di sini pengunjung juga
dapat berjalan di sekeliling Plaza Benteng Kuto Besak sambil menikmati berbagai
macam kuliner khas Kota Palembang di sepanjang benteng tersebut yang dipenuhi
oleh para pedagang kaki lima.
Kawasan wisata Benteng Kuto Besak adalah kawasan wisata yang sayang
untuk dilewatkan bagi para wisatawan yang berkunjung ke Kota Palembang,
bagaimana tidak wilayah yang dulu merupakan pasar buah yang kumuh, kini telah
disulap menjadi kawasan objek wisata yang ramai dikunjungi baik wisatawan
lokal maupun wisatawan luar, terutama pada hari libur, puncaknya dari sore hari
hingga malam hari. Dalam rangka memenuhi unsur-unsur di atas kini pemerintah
Kota Palembang telah membangun dan menata kawasan BKB ini, salah satunya
adalah dibangunnya lapangan terbuka Plaza BKB sehingga wisatawan yang
mengunjungi kawasan wisata ini dapat menikmati wisata alam Sungai Musi, baik
menyaksikan segala aktivitas yang ada di sungai tersebut, seperti adanya perahu
terapung yang menyediakan berbagai makanan khas Kota Palembang, perahu-
perahu yang berlalu lalang di Sungai Musi, baik perahu yang membawa barang
dagangan maupun wisatawan yang sekedar ingin berkeliling Sungai Musi, dan
kapal-kapal yang melintasi sungai maupun melihat bangunan yang ada di
sekitarnya.
Kawasan wisata BKB tampil lebih menawan pada malam hari, lampu-
lampu yang berwarna warni mulai menyala dan menghiasi jantung Kota
Palembang. Selain itu pemandangan dari sisi lain sungai juga tidak kalah
mempersona. Lampu yang berkelap-kelip membuat pinggiran Sungai Musi
menjadi sebuah pemandangan yang sayang untuk dilewatkan, selain itu berbagai
acara pertunjukan drama dan musik juga berpartisipasi meramaikan kawasan ini
dan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang akan mengunjunginya.
Sentra kuliner lainnya adalah dermaga point yang merupakan pelabuhan di
dekat Benteng Kuto Besak. Dermaga berlantai dua ini diisi sejumlah tenant yang
menjual aneka franchise food mulai dari ayam goreng, donut, roti, pizza serta
yang lain Karena menjadi tempat keluar masuknya kapal yang oleh warga
Palembang disebut Ketek, wisatawan yang ingin berkeliling Sungai Musi, harus
terlebih dahulu menuju ke dermaga point. Adapun objek wisata dengan suasana
60
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
yang berbeda yaitu pasar terapung, sebutan untuk sarana jual beli yang terletak di
atas perairan sungai Musi, yang mana pedagang menyediakan kuliner khas
Kota Palembang.
Dari gambaran di atas mengenai aktivitas yang ada di BKB, maka analisis
SWOT yang dilakukan mengenai kegiatan di atas adalah sebagai berikut:
1) Strength (Kekuatan)
Kekuatan yang dimiliki dari aspek aktivitas di Benteng Kuto Besak adalah:
a) BKB dikelilingi oleh bangunan-bangunan besar seperti Rumah sakit,
pasar tradisional, sehingga aktivitas masyarakat sekitar selalu dapat
dilihat dan ini menjadikan atraksi wisata tersendiri bagi Pengunjung
atau wsiatawan.
b) Pengunjung dapat menikmati wisata Sungai Musi, dan dapat
menyaksikan segala aktivitas yang ada di sungai tersebut secara alami.
c) Pengunjung dapat menyewa kapal dari para nelayan sehingga dapat
menggerakkanperekonomian masyarakat sekitar..
d) Pelataran BKB dapat dijadikan sebagai aktivitas olahraga masyarakat
sekitar. Demikian juga berbagai event atau Festival-Festival dapat
diselenggarakan sehingga menghidupkan kawasan BKB sebagai
destinasi pariwisata.
e) Aktivitas di BKB mayoritas terjadi di sore dan malam hari, sehingga
keindahan jembatan Ampera menjadikan daya tarik tersendiri.
2) Weakness (Kelemahan)
Kelemahan yang dimiliki dari aktivitas di Benteng Kuto Besak adalah:
61
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
a) Padatnya aktivitas masyarakat di BKB menyebabkan BKB terlihat
kumuh
b) Tidak adanya perlindungan dari pemerintah terhadap aktivitas sungai
di BKB, sehingga jika terjadi kecelakaan akan merusak citra kawasan
BKB.
c) Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan, sehingga
setelah aktivitas terjadi banyak sampah yang ditinggalkan dan
berserakan.
d) Masih banyaknya pengamen jalanan di wilayah BKB, hal ini
seringkali membuat pengunjung tidak nyaman dan merasa terganggu.
e) Pedagang kaki lima masih tidak tertib dalam berdagang, seringkali
mereka mengambil tempat sampai ruas jalan pelataran BKB.
3) Opportunity (Peluang)
Dengan adanya kekuatan dan kelemahan di sekitar BKB, maka ada peluang
yang sebaiknya dikembangkan sehingga menjadi kekuatan bagi aktivitas di
BKB. Adapun peluang yang ditimbulkan dari aktivitas di BKB adalah
masyarakat sekitar dapat dibekali pengetahuan dan keterampilan mengenai
pariwisata, sehingga ketrampilan masyarakat sekitar dapat ditingkatkan,
diharapkan dapat menumbuhkan kreativitas masyarakat guna menciptakan
suvenir berupa kerajinan tangan ataupun bentuk makanan khas yang dapat
menjadi oleh-oleh destinasi pariwisata yang ada.
4) Threat (Ancaman)
Dalam pengembangannya, ancaman selalu ditemukan. Berikut ini adalah
beberapa hal yang dapat menjadi ancaman dalam pengembangan wisata
Benteng Kuto Besak:
a) Kriminalitas semakin tinggi akibat semakin banyaknya aktivitas di
BKB;
b) Kerusakan objek wisata di kawasan BKB, karena ulah pengunjung
yang iseng ataupun karena vandalisme;
c) Banyaknya sampah berserakan di pelataran BKB;
d) Resiko adanya banjir akibat meluapnya sungai Musi.
62
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
c. Amenitas
Amenitas adalah fasilitas pendukung yang diberikan demi kelancaran
kegiatan pariwisata agar wisatawan merasa nyaman saat berkunjung. Amenitas
berkaitan dengan ketersediaan sarana akomodasi untuk menginap dan restoran
atau warung untuk makan dan minum. Kebutuhan-kebutuhan lain yang mungkin
juga diinginkan dan diperlukan oleh wisatawan. Dalam pengembanganya
amenitas yang diberikan di BKB semakin lama semakin membaik. Beberapa
fasilitas yang ada di sekitar BKB adalah: toilet umum yang ada di BKB, ATM
center yang ada di dermaga point BKB, rumah sakit A.K Gani yang berada
terletak di samping BKB, minimarket, pasar 16 Ilir, dan Masjid Agung. Di bawah
ini adalah gambaran amenitas yang diberikan oleh Pemerintah kota Palembang
dalam mengembangan wisata BKB.
1) Masjid Agung
Menurut Nawiyanto et al (2016) dalam buku Kesultanan Palembang
Darussalam, Masjid Agung Palembang Sultan Mahmud Badaruuddin Jaya
Wikrama bin Sultan Muhammad Masnyur Jaya. Ing Laga atau dikenal
dengan nama Sultan Mahmud Badarudin I yang memerintah tahu 1724-
1750. Peletakan batu pertamanya dilakukan pada tanggal 15 September
1738. Masjid Agung sebagai salah satu sentra Kebudayaan Melayu yang
memiliki akar Islam yang kuat, bangunan masjid tidak hanya sebagai
tempat untuk beribadah, namun juga sebagai cerminan dari budaya yang
berkembang pada masa Pemerintahan Kesultanan Palembang Darusalam.
Gambar 4.6
Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin 2
Sumber: Google, 2021
63
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
2) Pasar 16 Ilir Palembang
Pasar 16 Ilir terletak di Kawasan 16 ilir Palembang, yang berdiri di samping
sungai Musi. Tempat yang dijuluki sebagai tanah abangnya kota empek-
empek ini tidak hanya menjadi tujuan wisata namun utuhan historis Pada
sungai dagang l bumi utuhan juga merupakan pusat aneka kebutuhan tekstil.
Pasar 16 Ilir memiliki nilai bagi masyarakat wong kito. Pertengahan abad
ke-19 area tepian Musi mulai berkembang. Para pe dari daerah hulu biasa
membawa hasi seperti buah, sayuran dan kebutuhan lainnya menggunakan
perahu kajang yakni sejenis perahu kayu dengan rumah-rumahan di bagian
belakang sebagai tempat beristirahat. Transaksi jual beli tersebut terus
terjadi dan membentuk kawasan 16 Ilir sebagai pusat perdagangan yang
unik. Pasar yang terdiri dari 4 tingkat bangunan tersebut cukup modern dan
bersih. Berada tak jauh dari Jembatan Ampera membuatnya mudah
dijangkau wisatawan. Bahan-bahan tekstil dan konveksi yang bisa dijumpai
meliputi batik, pakaian dan songket. Selain itu, tempat ini juga digunakan
untuk jual beli emas. Harga barang yang ada di pusat grosir Pasar 16 Ilir juga
relatif lebih murah jika dibandingkan dengan pasar yang lain. Hal ini yang
membuat Pasar 16 Ilir disebut sebagai destinasi belanja murah di Palembang
dan Sumatera Selatan.
Gambar 4.7
Pasar 16 Ilir Palembang
Sumber: Dokumentasi Penulis, 2021
64
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Kekuatan yang dimiliki oleh aspek amenitas di BKB adalah sebagai berikut:
a) Fasilitas-fasilitas yang ada di sekitar BKB sudah lengkap, baik rumah
sakit, pasar, atm center, mini market, dll.
b) Fasilitas yang dibangun oleh pemerintah kota, terawat dan terjaga
dengan baik.
c) Fasilitas yang ada di sekitar BKB dapat dijangkau dengan berjalan
kaki, sehingga pengunjung dapat dengan mudah menikmati fasilitas
yang ada.
2) Weakness (Kelemahan)
Kelemahan yang dimiliki dari aspek amenitas di BKB adalah sebagai
berikut:
a) Adanya pungutan parkir liar, sehingga bagi pengunjung yang
menggunakan motor dalam mengakses fasilitas harus mengeluarkan
biaya parkir lebih.
b) Pengamen jalanan atau pengemis sering menghampiri pengunjung
ketika keluar dari minimarket atau atm center. Hal ini menyebabkan
pengunjung merasa tidak aman dan tidak nyaman.
3) Opportunity (Peluang)
Peluang yang ada dalam amenitas di BKB adalah sebagai berikut:
a) Dengan adanya fasilitas-fasilitas yang ada di sekitar BKB sebaiknya
pemerintah hanya menyediakan satu pintu masuk, hal ini selain
mempermudah pengunjung dalam mengakses pengunjung tidak perlu
lagi membayar jika akan parkir.
b) Menyediakan tempat khusus bagi pengamen jalanan, sehingga mereka
tidak perlu menakuti pengunjung dengan memaksameminta uang di
depan fasilitas-fasilitas yang ada BKB. Secara tidak langsung
pengamen di BKB memiliki tempat khusus untuk mereka
menyalurkan bakat.
4) Threat (Ancaman)
Ancaman yang kemungkinan terjadi pada aspek amenitas BKB adalah
sebagai berikut:
65
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
a) Pengamen dan pengemis bertindak memaksa jika tidak diberi uang.
Hal ini dapat menganggu kenyamanan pengunjung BKB.
b) Tidak tersedianya tempat parkir, dapat mengakibatkan terjadi
kehilangan motor ataupun helm.
Atraksi
66
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
kawasan. Kenyamanan didapatkan dengan melakukan pengaturan dan pemisahan
jalur sirkulasi yang dilalui kendaraan, penjalan kaki dan transportasi air yang
digunakan oleh pengunjung. Pembentukan pola jalur perjalanan yang membentuk
kenyamanan dengan menempatkan fasilitas-fasilitas yang menarik, serta penanda
kawasan sehingga menarik pengunjung untuk melakukan pergerakan ke obyek
wisata di kawasan sehingga dapat memberikan nyaman bagi wisatawan dalam
melakukan aktifitasnya.
Terdapat banyak sekali potensi-potensi wisata yang ada pada kawasan ini.
Dengan didukung oleh keberadaan objek wisata lainnya seperti sungai dan
jembatan, wisatawan tidak hanya dapat menikmati wisata alam saja, namun juga
dapat menikmati jenis wisata lain yang dapat dikembangkan seperti wisata sungai,
wisata kuliner, wisata belanja, sehingga kawasan ini dapat menciptakan
pengalaman tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung.
Dari pemaparan di atas maka hasil analisis SWOT mengenai aspek atraksi
di Benteng Kuto Besak adalah sebagai berikut:
1) Strength (Kekuatan)
Adapun kekuatan yang dimiliki Benteng Kuto Besak pada aspek Atraksi
adalah sebagai berikut:
a) BKB mampu menciptakan karakteristik atraksi wisata tersendiri
seperti wisata sejarah, budaya, religi dan belanja serta sungai.
b) Kegiatan atraksi wisata yang ada di BKB didukung oleh Pemerintah
dan masyarakat sekitar serta pemangku kepentingan lainnya.
c) BKB selalu dipilih sebagai tempat pelaksanaan event-event tahunan,
karena memiliki tempat yang luas.
2) Weakness (Kelemahan)
Dari kekuatan yang dimiliiki, BKB juga memiliki beberapa kelemahan yang
harus segera di atasi agar tidak berkelanjutan. Adapun kelemahan-
kelemahan yang ada di BKB adalah:
a) Atraksi bidar yang selalu ditunggu oleh masyarakat bersifat tahunan,
hanya di adakan dalam satu tahun sekali.
67
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
b) Kegiatan wisata di BKB sehari-hari hanya berfokus pada wisata
kuliner dan pedagang kaki lima. Hal ini menyebabkan sebagian
masyarakat jenuh untuk berkunjung.
3) Opportunity (Peluang)
Dari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, maka Benteng Kuto Besak juga
memiliki peluang dalam mengembangkan wisata Kota Palembang. Adapun
Peluang yang dimiliki oleh Benteng Kuto Besak adalah Benteng Kuto
Besak merupakan salah satu objek wisata sejarah di Kota Palembang
dengan memiliki pelataran yang luas. Sebagai wisata sejarah sebaiknya
dalam satu minggu atau satu bulan sekali pihak pengelola BKB
menyediakan pertunjukan film dokumenter mengenai perjuangan
masyarakat Palembang zaman dahulu atau pertunjukan lainnya untuk
pengunjung dan masyarakat sekitar. Selain menambah wawasan sejarah
masyarakat sekitar dan pengunjung lokal, tetapi juga kebanggaan akan
sejarah kejayaan nenek moyang yaitu Kerajaan Sriwijaya.
4) Threat (Ancaman)
d. Akomodasi
Akomodasi adalah suatu bagunan yang disediakan secara khusus yang
disediakan secara khusus dan setiap orang yang menginap, makan serta
memperoleh pelayanan dan fasilitas lainnya dengan pembayaran. Benteng Kuto
Besak yang terletak di jantung Kota Palembang, dalam pengembangannya
memiliki akomodasi yang sangat mendukung. Selain adanya rumah makan
terapung di sekitar BKB dan Riverside resto sebagai tempat persinggahan
pengunjung untuk memenuhi energi. Hasil pengamatan penulis didapatkan bahwa
Riverside Resto merupakan salah satu tempat makan di Palembang yang cukup
banyak dikunjungi oleh para wisatawan yang datang mengunjungi kota
Palembang. Terletak di tepi Sungai Musi dan tidak jauh dari Jembatan Ampera.
Restoran ini menggunakan sebuah kapal yang sudah tidak dioperasikan lagi yang
68
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
terdapat di tepi Sungai Musi yang dirancang menjadi restoran dengan 2 lantai. Di
luar kapal (di tepi sungai) juga disediakan banyak meja bagi pengunjung yang
ingin makan di luar. Makanan yang disajikan di restoran ini mulai dari sajian khas
Palembang, masakan chinese food dan Eropa. Di Rierside resto selain dapat
menikmati makanannya, pengunjung dapat melihat pemandangan sungai Musi
serta Jembatan Ampera.
Gambar 4.8
Penampakan Riverside Resto pada malam hari
Sumber: Dokumentasi Pribasi, 2021
69
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
b) Hotel-hotel besar ada di jantung kota, sehingga akan sangat mudah
dijumpai bagi wisatawan luar Palembang;
c) Adanya rumah makan terapung menambah suasana baru untuk
pengunjung dengan makan di atas perahu.
2) Weakness (Kelemahan)
Berikut ini adalah kelemahan yang dimiliki dari aspek akomodasi di Benteng
Kuto Besak Palembang:
a) Hotel besar yang ada di sekitar BKB cukup jauh untuk dijangkau
dengan berjalan kaki.
b) Hotel-hotel kecil di sekitar BKB terlihat kumuh dan kurang terawat;
c) Akses menuju rumah makan terapung masih berupa papan, sehingga
ini dapat mencelakai pengunjung atau wisatawan.
3) Opportunity (Peluang)
Dengan adanya kekuatan dan kelemahan yang ada pada aspek akomodasi
maka, adanya peluang yang ditimbulkan pada aspek akomodasi. Peluang
pada aspek akomodasi adalah pemerintah atau investor membangun hotel
atau motel di sekitar BKB dengan pemandangan BKB dan sungai Musi.
Peluang ini akan membantu pengembangan pariwisata di Benteng Kuto
Besak Palembang.
4) Threat (Ancaman)
Adapun ancaman pada aspek akomodasi dalam pengembangan Benteng
Kuto Besak adalah sebagai berikut:
a) Hotel dan motel yang terlihat kumuh memberikan pandangan negatif
di masyarakat sekitar hotel jika pengunjung memasuki hotel.
b) Lokasi hotel besar yang jauh dijangkau dengan berjalan kaki
menyebabkan ancaman kriminalitas yang mungkin terjadi kepada
pengunjung.
1. Strategi Pengembangan Wisata Benteng Kuto Besak
Analisis IFAS dan EFAS merupakan analisis terhadap berbagai macam
faktor strategis pada lingkungan internal dan ekternal dengan cara memberikan
bobot dan rating pada setiap faktor strategis tersebut. Faktor-faktor strategis
adalah faktor-faktor dominan dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
70
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
yang memberikan dampak terhadap situasi dan kondisi yang ada serta
memberikan manfaat bila dilakukan tindakan positif (Dyson, 2004)
Tabel 4.1. Penghitungan Internal Faktors Analysis Summary (IFAS)
Kekuatan Bobot Rating Bobot Kelemahan Bobot Rating Bobot
x X
Rating Rating
Letak geografis 0,17 5 0,88 Tarif parkiran di 0,2 2 0,4
BKB yang sekitar BKB
berada dianggap terlalu
dijantung kota mahal
Palembang
memudahkan
masyarakat
dalam
mengakses
BKB
Parkiran yang 0,11 4 0,47 Jika menggunakan 0,1 2 0,26
luas membuat angkutan umum,
wisawatan letak
merasa nyaman diturunkannya
dalam penumpang terlalu
memarkirkan jauh dengan pintu
kendaraan. masuk BKB
71
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
pengunjung
tidak perlu
repot-repot
keluar BKB
untuk
memperoleh
makanan
72
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
sehingga
dengan
kekreatifan
masyarakat
sekitar dapat
menciptakan
cendera mata
khas BKB.
Dengan adanya 0,1 3 0,5 Pengamen dan 0,21 2 0,42
fasilitas- pengemis
fasilitas yang bertindak
ada di sekitar memaksa jika
BKB tidak diberi uang.
sebaiknya Hal ini dapat
pemerintah menganggu
hanya kenyamanan
menyediakan pengunjung BKB.
satu pintu
masuk, hal ini
selain
mempermudah
pengunjung
dalam
mengakses
pengunjung
tidak perlu lagi
membayar
double jika
akan parkir.
74
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Peluang
Kelemahan Kekuatan
2. Internal
Internal
QIV:Strategi Defensif (WT) QII: Strategi Diversifikasi
(ST)
Ancaman
76
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
1) Mengelola potensi wisata BKB dengan pemadangan Sungai Musi yang
dimiliki sehingga memberikan panorama alam yang indah, sejuk, dan
masih terlihat alami. Dengan otonomi daerah yang memberikan
kewenangan Pemerintah Kota Palembang dalam mengelola potensi
kawasan BKB.
2) Meningkatkan keamanan di kawasan BKB untuk menjaga kenyamanan
dan menarik minat pengunjung.
3) Pengadaan permainan wisata di pelantaran BKB sehingga mampu
menarik investor.
b. Strategi WO (Weaknesses and Opportunities), yaitu strategi yang
meminimalkan kelemahan (weaknesses) untuk memanfaatkan peluang
(opportunities), ialah:
1) Dengan otonomi daerah diharapkan dapat memberikan keluasan
pemerintah daerah untuk mempromosikan potensi yang dimiliki
Benteng Kuto Besak.
2) Aksesibilitas yang mudah menuju BKB dapat dicapai dengan
memperbaiki jalan yang rusak dan pelebaran jalan sehingga
meningkatkan jumlah pengunjung.
3) Meningkatnya investasi swasta dapat membantu membangun fasilitas
yang masih kurang memadai dan obyek-obyek yang belum dikelola
secara professional.
4) Banyaknya wisatawan serta peningkatan produk dan atraksi wisata
mendorong peningkatan kualitas SDM dalam pengelolaan obyek
Benteng Kuto Besak.
c. Strategi ST (Strength and Threats), yaitu strategi yang menggunakan
kekuatan (strength) untuk mengatasi ancaman (threats), ialah:
1) Dengan adanya panorama alam yang indah dan suasana obyek wisata
yang memberikan kenyamanan yang dimiliki Benteng Kuto Besak maka
pengunjung tidak akan bosan dalam berkunjung. Sehingga tidak
terpengaruh dengan munculnya obyek wisata baru serta persaingan antar
obyek wisata.
77
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
2) Kondisi keamanan obyek wisata di BKB yang baik membantu obyek
wisata dari pengunjung yang kurang sadar dalam menjaga keindahan.
3) Sumber daya ada sebaiknya dikembangkan secara hati-hati dan
diupayakan agar tidak merusak lingkungan, terutama masyarakat dan
lingkungan sekitar.
d. Strategi WT (Weaknesses and Threats), yaitu strategi yang
meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan menghindari ancaman
(threats), ialah:
1) Meningkatkan promosi dan memperbaiki program pengembangan yang
lebih bagus untuk menarik pengunjung sehingga siap untuk menghadapi
persaingan antar obyek wisata.
2) Peningkatan kualitas tenaga kerja professional dalam pengelolaan obyek
wisata BKB sehingga mengurangi kerusakan lingkungan akibat
pengembangan yang tidak terencana.
78
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan
hasil-hasil penelitian sebagai berikut:
1. Arahan kebijakan Pemerintah Kota Palembang sudah sesuai dengan arahan
pemerintah pusat yang tertuang dalam Rencana Strategis 2020-2024
Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Dalam pengembangan
pariwisata Benteng Kuto Besak arahan kebijakan Pemerintah Kota
Palembang berfokus pada sembilan destinasi yang akan dikembangkan
salah satunya BKB, dengan pengembangan tiga strategi yaitu strategi
pengembangan destinasi wisata, strategi pengembangan pemasaran dan
strategi kelembagaan dan sumber daya manusia.
2. Persepsi pelaku pariwisata dalam hal mengembangkan pariwisata BKB
perlu memperhatikan beberapa faktor penghambat dan pendukung yang
akan memudahkan dalam pengembangannya. Dalam pengembangan
pariwisata BKB juga memiliki beberapa faktor yang menjadi penghambat
atau kendala diantaranya, kesadaran masyarakat yang kurang baik dalam
pengembangan pariwisata maupun kesdaran masyarakat akan perda tentang
pariwisata, ketersediaan dana yang terbatas, lokasi geografis obyek wisata.
Menurut sebagian pelaku pariwisata perlu adanya pengembangan destinasi
wisata namun tetap memperhatikan faktor penghambat dan pendukung
pengembangan.
3. Strategi pengembangan dalam mempromosikan pariwisata dilakukan
berdasarkan lima aspek pendukung yakni aksesibilitas, atraksi, akomodasi,
amenitas dan aktivitas pengunjung, pengelola, masyarakat sekitar dan
kebijakan pemerintah. Dengan mengelola destinasi pariwisata dan
mengembangkan daya tarik yang ada di kawasan wisata BKB,
mengembangkan potensi yang ada di kawasan BKB, meningkatkan
keamanan di kawasan wisata BKB, meningkatkan investasi investor dalam
pengembangan pariwisata, memperbaiki promosi yang bersifat digital agar
79
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
mempermudah masyarakat mengenal objek wisata terbaru di BKB dan lebih
menarik minat untuk berkunjung ke BKB.
5.2 Saran
1. Kebijakan Pemerintah Kota Palembang
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palembang sebaiknya lebih
mengutamakan pengelolaan dan pengembangan pada Benteng Kuto
Besak mengingat bahwa BKB merupakan salah satu destinasi wisata
yang sangat potensial, sehingga dapat membantu dalam meningkatkan
pengembangan wisata di Kota Palembang. Dinas kebudayaan dan
Pariwisata dan masyarakat juga perlu meningkatkan lagi fasilitas-fasilitas
destinasi wisata yang belum sempat dikembangkan, sehingga dapat
mendongkrak peningkatan jumlah pengunjung, menciptakan aplikasi
mengenai tempat wisata di Kota Palembang agar wisatawan daerah lain
maupun mancanegara menjadi mudah untuk berwisata di Kota Palembang
dengan adanya aplikasi-aplikasi penunjang pariwisata.
Dalam penyusunan RIPPDA sebaiknya pemerintah Kota Palembang
lebih memperhatikan strategi-strategi yang ada dalam Renstra
Kemempekraf 2019-2024 tidak hanya tiga strategi yang digunakan. Hal ini
agar strategi meningkatkan kreativitas masyarakat dapat memberikan
kontribusi di lapangan dan strategi yang telah dirancang oleh pemerintah
pusat sejalan dengan rencana pemerintah daerah. Dengan adanya strategi
dalam meningkatkan ekonomi kreatif, masyarakat kota Palembang dapat
mengembangkan sumber daya alam yang lebih luas lagi dengan
menciptakan produk-produk baru.
82
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
DAFTAR PUSTAKA
Barreto dan Giantari. (2015). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan
Dari Teori Ke Praktik. Jakarta. PT Grafindo Persada
Mill, R. (2000). Tourism the International Bussines. Jakarta: PT. Raja Grafindo
83
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Mujadi. (2009). Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Penerbit Aditya Media
Taylor dan Francis. (2013). Auditor Brand Name and Reputation and Industry
Specialization. Journal of Accounting and Economic vol. 20, pp. 297-322.
85
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti