Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

2117 4905 1 SM

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

http://journal.trunojoyo.ac.

id/rekayasa Jurnal Rekayasa


Volume 5, No. 2, Oktober 2012
ISSN: 0216-9495

MODEL PENENTUAN KAWASAN EKOWISATA BAHARI DENGAN PEMANFAATAN


DATA CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Maulinna Kusumo Wardhani 1, Zainul Hidayah 1

1
Program Studi Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura

Abstrak: Pulau Gili Timur Bawean terletak di Kabupaten Gresik yang memiliki 3 ekosistem khas pesisir
secara bersama-sama (ekosistem mangrove, lamun dan terumbu karang). Tujuan dari penelitian ini
adalah memetakan potensi sumber daya alam pesisir Pulau Gili Timur Bawean dan menganalisa
kesesuaian wilayah pesisir Pulau Bawean untuk dikembangkan sebagai obyek ekowisata bahari.
Metodologi penelitian ini mengunakan metode survei dengan analisis kesesuaian kawasan ekowisata
menggunakan skoring dan pembobotan. Potensi sumberdaya pesisir dan lautan Pulau Gili Timur Bawean
Kabupaten Gresik antara lain persentase tutupan terumbu karang hidup mencapai 60% pada kedalaman
5 meter dan 37.70% pada kedalaman 10 meter, vegetasi mangrove dengan tegakan sekitar 300-400
pohon dengan luas kurang lebih sekitar 14.887,255 m2 (1.488 Ha), dan ekosistem lamun dengan
persentase penutupan lamun kuran lebih 20%. Potensi ekowisata selam dan rekreasi pantai berada di
sebelah barat, timur atau selatan pulau. Parameter yang paling mendukung daerah ini adalah terumbu
karang yang indah dengan persentase tutupan karang dengan kategori baik, yaitu 50-65 %.
Kata Kunci: ekowisata, kesesuaian lahan

PENDAHULUAN
Ekowisata merupakan kegiatan wisata yang berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan
perlindungan sumberdaya alam dan industri pariwisata (Yulianda 2010). Kegiatan ini dapat dikembangkan
di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dengan membangun konsep ekowisata bahari. Ekowisata bahari
merupakan konsep wisata yang memanfaatkan karakteristik sumberdaya pesisir dan laut termasuk
sumberdaya manusia yang dapat diintegrasikan menjadi komponen terpadu pada pemanfaatan wisata
(Hidayah 2011). Selanjutnya, Hutabarat et al (2009) menyatakan bahwa kegiatan wisata tersebut
berkembang di daerah-daerah konservasi atau daerah-daerah yang masih memiliki sumberdaya alami
dengan tetap mempertahankan keseimbangan alam. Konsep ini memberikan manfaat positif bagi kelestarian
alam dan keberadaan kawasan konservasi.
Penentukan kesesuaian suatu wilayah untuk aktivitas tertentu mulai diterapkan secara komprehensif,
terutama dalam pembangunan wilayah pesisir. Hal ini dimungkinkan karena teknologi ini memiliki
kemampuan analisa dengan memperhitungkan faktor-faktor bio-geo-fisik lingkungan sekaligus juga data-
data sosial masyarakat, yang dihimpun dalam sebuah basis data spasial. Selanjutnya, melalui pembobotan
dan perhitungan nilai dari masing-masing parameter lingkungan dapat dihasilkan nilai indeks untuk
mengukur kesesuaian suatu wilayah. Visualisasi hasil analisa dapat ditampilkan dalam bentuk peta digital
dilengkapi pula dengan basis data. Hal ini akan memudahkan dalam upaya pembaharuan data (up date)
pada masa yang akan datang.
Untuk keperluan ekowisata bahari, adanya model informasi kesesuaian wilayah pulau-pulau kecil tentu saja
sangat diperlukan, terutama dalam penentuan potensi wisata suatu kawasan. Adanya sebuah Decission
Support System (DSS) khusus untuk ekowisata bahari akan mempermudah dan mempercepat para
pengambil kebijakan dalam menilai kesesuaian wilayah. Selain itu, kondisi wilayah khususnya pulau-pulau
kecil dapat dipetakan secara detail dilihat dari berbagai faktor alam dan sosial, terutama dengan penggunaan
data-data citra satelit sebagai salah satu sumber data utama.

Upaya pemetaan potensi sumberdaya pulau-pulau kecil akan berguna dalam memberikan informasi awal
mengenai arah pemanfaatan ruang pulau yang rasional dan berkelanjutan sebagaimana yang termaktub

87
http://journal.trunojoyo.ac.id/rekayasa Jurnal Rekayasa
Volume 5, No. 2, Oktober 2012
ISSN: 0216-9495

dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Lebih jauh, pentingnya penyediaan data dan informasi sumber daya alam juga merupakan amanat yang
diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial. Salah satu metode
pengumpulan data dan informasi sumber daya alam yang direkomendasikan oleh pemerintah adalah
penggunaan Sistem Informasi Geografis (SIG). Metode ini dapat mengkombinasikan berbagai macam tipe
informasi keruangan (spasial) dari berbagai macam sumber dan jenis kedalam sebuah pangkalan data
(database) terpadu dalam visualisasi peta.
Salah satu dari pulau tersebut adalah Pulau Gili Timur Bawean. Secara administratif, Pulau Gili Timur
Bawean terletak di Kabupaten Gresik. Pulau seluas kurang lebih 10,40 km2 ini dihuni sekitar 1.535 jiwa
(Kabupaten Gresik dalam angka, 2009). Pulau Gili Timur Bawean cukup terkenal di Jawa Timur karena
merupakan salah satu dari sedikit pulau yang memiliki 3 ekosistem khas pesisir secara bersama-sama
(ekosistem mangrove, lamun dan terumbu karang). Fenomena alam pesisir yang unik ini membuat Pulau
Gili Timur Bawean diprediksi memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi.
Oleh sebab itu, sebuah penelitian yang komprehensif diperlukan untuk mendapatkan informasi secara detail
tentang potensi sumber daya alam pesisir Pulau Gili Timur Bawean. Informasi yang didapat selanjutnya
bisa digunakan sebagai indikator analisa kesesuaian wilayah untuk pengembangan ekowisata bahari.
Analisa kesesuaian wilayah ini bersifat rinci untuk setiap bagian pulau, artinya disesuaikan dengan potensi
yang ditemui pada setiap bagian pulau. Hal ini dilakukan mengingat cukup luasnya wilayah pulau dan
tersebarnya potensi lokasi ekowisata bahari. Tujuan dari penelitian ini adalah Memetakan potensi sumber
daya alam pesisir Pulau Gili Timur Bawean sehingga menghasilkan informasi yang detail, up to date dan
siap pakai. Selain itu juga menganalisa kesesuaian wilayah pesisir Pulau Bawean untuk dikembangkan
sebagai obyek ekowisata bahari.

METODE
Penelitian ini dilakukan pada Bulan Juni-November 2012 di Pulau Gili Timur Bawean Kabupaten Gresik
Jawa Timur. Pulau Gili Timur Bawean ini terletak pada koordinat 05O47’59.63’’ LS ; 112o46’14.086’’ BT.
Penelitian ini menggunakan beberapa peralatan, antara lain perangkat lunak ArcGIS 9.3, perangkat lunak
ENVI 4.4, GPS (Global Positioning System) E-Trex Summit, Digital Water Quality Sample, Digital
Current Meter, alat Selam Self Containt Underwater Breathing Apparatus (SCUBA), kuisioner.
Bahan dan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Peta LPI (Lingkungan Pantai Indonesia) atau LLN (Lingkungan Laut Nasional) daerah perairan Laut
Jawa dan Pulau Bawean dan sekitarnya skala 1:50.000 dari BAKOSURTANAL.
2. Peta RBI (Rupa Bumi Indonesia) daerah Pulau Bawean dan sekitarnya skala 1:25.000 dari
BAKOSURTANAL.
3. Citra Quickbird yang mencakup kawasan perairan pesisir Pulau Bawean dan sekitarnya.
Tahapan Analisa Data
Secara garis besar ada lima tahapan yang akan diaplikasikan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Analisa citra satelit resolusi tinggi : analisa ini dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai
bentang alam Pulau Gili Timur Bawean dan perairan sekitarnya, termasuk keberadaan dan luasan
ekosistem pesisir seperti mangrove, lamun dan terumbu karang.
2. Analisa Kesesuaian (Suitability Analysis) : analisa kesesuaian wilayah ekowisata pada penelitian ini
mengacu pada parameter kesesuaian wisata bahari untuk wisata selam dan snorkling (Yulianda, 2007),
kesesuaian lahan untuk rekreasi pantai (Yulianda, 2007).
3. Wawancara mendalam (Indepth Interview) : wawancara mendalam dimaksudkan untuk mendapatkan
informasi yang lebih rinci dan mendalam dengan mengkombinasikan antara informasi yang telah
diperoleh dari survei lapangan, terutama yang berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat
pendapatan masyarakat di sekitar kawasan dari wisata bahari, pengelolaan kawasan dan sebagainya.
4. Penyusunan basis data spasial : bertujuan untuk menghimpun seluruh data dan informasi kedalam
sebuah basis data dan dilakukan pengkelasan sesuai dengan hasil analisa kesesuaian. Penyusunan basis
data spasial ini menggunakan metode SIG sebagai alat analisa utama.

88
http://journal.trunojoyo.ac.id/rekayasa Jurnal Rekayasa
Volume 5, No. 2, Oktober 2012
ISSN: 0216-9495

Pemetaan spasial : data dan informasi yang didapatkan dari survey lapangan yang sudah dianalisis dengan
analisa kesesuaian kemudian dipetakan secara spasial dengan menggunakan perangkat lunak ArcGIS 9.3.
Pemetaan secara spasial ini akan menunjukkan lokasi-lokasi di Pulau Bawean yang sesuai untuk wisata
bahari dan berpotensi dikembangkan untuk kegiatan wisata penyelaman, snorkling, rekreasi pantai, maupun
pemancingan.
Parameter Kesesuaian Ekowisata Bahari
Pengukuran tingkat kesesuaian untuk aktivitas ekowisata terdiri dari berbagai parameter lingkungan yang
ditampilkan dalam tabel-tabel berikut ini.

Tabel 1: Kesesuaian Ekowisata Diving (Penyelaman)

Tingkat Kesesuaian
No Parameter Bobot
S1 S2 S3 N
1 Kecerahan Perairan (%) 5 >80 50-80 20-<50 <20
2 Tutupan Komunitas Karang (%) 5 >75 >50-75 25-50 <25
3 Jenis lifeform 3 >12 <7-12 4-7 <4
4 Jenis Ikan Karang 3 >100 50-100 20-<50 <20
5 Kecepatan Arus (cm/det) 1 0-15 >15-30 >30-50 >50
6 Kedalaman Terumbu Karang (m) 1 6-15 >15-20, 3-<6 >20-30 >30 dan <3
Sumber: Modifikasi Yulianda (2007)

Tabel 2: Kesesuaian Ekowisata Snorkling


Tingkat Kesesuaian
No Parameter Bobot
S1 S2 S3 N
1 Kecerahan perairan (%) 5 100 80 - <100 20 - <50% <20
2 Tutupan komunitas karang (%) 5 >75 >50-75 25 – 50 <25
3 Jenis life form 3 >12 <7-12 4–7 <4
4 Jenis ikan karang 3 >50 30-50 10 - <30 <10
5 Kecepatan arus (cm/dt) 1 0-15 >15-30 >30 - 50 >50
6 Kedalaman terumbu karang (m) 1 >1 dan <3 >3-6 >6 -10 >10 dan <1
7 Lebar hamparan datar karang (m) 1 >500 >100-500 20-100 <20
Sumber: Modifikasi Yulianda (2007)

89
http://journal.trunojoyo.ac.id/rekayasa Jurnal Rekayasa
Volume 5, No. 2, Oktober 2012
ISSN: 0216-9495

Tabel 3: Kesesuaian Ekowisata Pantai

Tingkat Kesesuaian
No Parameter Bobot
S1 S2 S3 N
Kedalaman Dasar
1. 5 0-5 6-10 11-15 > 15
perairan (m)
Pasir putih, Pasir hitam, Lumpur,
Pasir
2. Tipe Pantai 5 sedikit berkarang, berbatu,
putih
karang sedikit terjal terjal
3. Lebar Pantai (m) 5 > 15 10-15 3-<10 <3
Karang Pasir
4. Material Dasar Perairan 3 Pasir Lumpur,batu
berpasir berlumpur
Kecepatan Arus
5. 3 0-0.17 0.17-0.34 0.34-0.51 > 0.51
(cm/dtk)
6. Kemiringan Pantai (˚) 3 <10 10-25 >25-45 >45
7. Kecerahan Perairan (m) 1 >10 >5-10 3-5 <2
Semak
Kelapa, Hutan bakau,
Penutupan Lahan Belukar Belukar
8. 1 lahan pemukiman,
Pantai rendah, tinggi
terbuka pelabuhan
savana
Tidak Bulu babi,
Bulu babi Bulu babi,
9. Biota Berbahaya 1 ada ikan pari,
ikan pari
lepu, hiu
Ketersediaan Air
10. 1 <0.5 >0.5-1 >1-2 >2
Tawar (jarak/km)
Sumber: Modifikasi Yulianda (2007)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Potensi Ekosistem Terumbu Karang
Persentase tutupan karang hidup pada kedalaman 5 meter di perairan Pulau Gili Timur Pulau Bawean
sebelah selatan dikategorikan dalam kondisi baik mencapai 60%. Persentase tersebut termasuk pada
kategori terumbu karang yang baik, persentase tutupan karang mati sebesar 18.5%, biota lain 9.8% dan
abiotik sebesar 10.3, serta algae 1.3% persen, sedangkan indek mortalitas karang mencapai 24%.
Dominansi Hard Coral berupa Coral Branching (CB) dengan persentase tutupan terumbu karang sebesar
12%, Coral Massif (CM) dengan persentase tutupan terumbu karang sebesar 11,2%, Coral Foliose (CF)
dengan persentase tutupan terumbu karang sebesar 8%, dan Acropora Branching (ACB) dengan persentase
tutupan terumbu karang sebesar 7.9%.
Pengamatan dan pengukuran pada kedalaman 10 meter memperlihatkan bahwa penutupan terumbu karang
mencapai 34,80%, persentase tersebut di kategorikan sedang. Persentase karang mati mencapai 24%, Biota
lain 16.60%, Abiotik 24,15% dan Algae 0.4% serta Indeks Mortalitas (IM) mencapai 40%. Selain karang
hidup, substrat di kedalaman 10 meter ditutupi oleh karang mati. Karang mati yang ditemukan kebanyakan
berbentuk bercabang atau massif, dan kematian diperkirakan disebabkan oleh persaingan tempat dan
shading. Karang Acropora, terutama berbentuk bercabang, mampu tumbuh dengan cepat baik secara
vertikal maupun horizontal. Hal ini menyebabkan karang-karang yang berukuran lebih kecil seringkali
kalah dalam kompetisi ruang dengan karang yang lebih besar ataupun mendapatkan lebih sedikit cahaya
matahari akibat tertutup oleh struktur jejaring karang diatasnya. Besarnya kompleksitas 3 dimensi substrat
yang dibentuk oleh karang bercabang menyebabkan sedikitnya biota lain yang teramati di sepanjang garis
transek. Namun beragam biota pada dasarnya dapat terlihat dengan tersembunyi dibawah karang bercabang.
Potensi Ekosistem Mangrove
Ekosistem mangrove atau hutan bakau di Pulau Gili Timur dapat ditemukan di beberapa titik. Secara
umum, vegetasi mangrove yang ada di pulau ini terdapat di kawasan pantai yang berbatu. Pantai dengan
karakteristik berbatu dapat timbul akibat proses-proses geologi yang menyertai pembentukan pulau dan
cenderung tidak terpapar oleh gelombang atau arus air laut yang kuat. Akibatnya, perairan pada pantai
90
http://journal.trunojoyo.ac.id/rekayasa Jurnal Rekayasa
Volume 5, No. 2, Oktober 2012
ISSN: 0216-9495

berbatu cenderung lebih tenang, sehingga sesuai sebagai habitat dari ekosistem mangrove. Kemungkinan
dan prediksi inilah yang dapat menjelaskan keberadaan vegetasi mangrove di wilayah dengan pantai
berbatu yang dapat dijumpai di Pulau Gili Timur ini. Akan tetapi tidak semua kawasan pantai berbatu di
Pulau Gili Timur dapat dijumpai vegetasi mangrove. Berdasarkan hasil observasi, vegetasi mangrove hanya
terdapat di kawasan pantai berbatu di bagian selatan pulau.
Vegetasi mangrove yang ditemui di pulau ini terdari dari 2 jenis spesies yaitu dari spesies Rhizopora dan
Avicennia. Vegetasi-vegetasi mengrove yang ada tampak tumbuh secara alami, hal ini dapat terlihat dari
pola persebarannya yang tidak teratur dan cenderung tumbuh bergerombol. Tingkat kerapatan vegetasi
mangrove berdasarkan hasil pengamatan secara kualitatif dapat dikategorikan termasuk dalam tingkat
kerapatan jarang sampai dengan sedang, dengan jumlah tegakan vegetasi sekitar 300-400 pohon dengan
luas kurang lebih sekitar 14.887,255 m2 (1.488 Ha).
Potensi Ekosistem Padang Lamun
Ekosistem padang lamun di kawasan Pulau Gili Timur Bawean tidak ditemukan di pulau utamanya. Namun
dapat ditemukan di sepanjang sisi Pulau Gili Noko yang berada di sebelah selatan pulau yaitu pada
koordinat 05o48’.692 S dan 112o46’.088 E sampai dengan koordinat 05o48’.389 S dan 112o46’.225 E.
Hanya terdapat dua jenis lamun yaitu Thalassia hemprechii sebagai jenis dominan dan Halophila ovalis.
Persentase penutupan lamun kira-kira 20%. Kondisi padang lamun termasuk buruk/tidak sehat yang
dipengaruhi oleh kondisi substrat yang sangat labil, dimana ekosistem padang lamun dipengaruhi oleh
berpindah-pindahnya lidah pasir di barat laut Pulau Gili Noko.
Potensi Vegetasi Pantai
Ekosistem terestrial Pulau Tabuhan secara keseluruhan identik dengan ekosistem pantai. Berdasarkan
susunan vegetasinya, vegetasi Pulau Tabuhan dapat dibedakan menjadi dua yaitu formasi pes-caprae, dan
formasi Baringtonia. Fomasi pes-caprae dicirikan substrat berpasir, tumbuhan yang dominan kangkung
laut (Ipomoea pes-caprae). Tumbuhan lainnya adalah rumput lari (Spinifex littoreus), gambir laut
(Clerodendron inerme) dan biduri (Calotropis gingantea). Formasi pes-caprae ini mempunyai peran
penting dalam menjaga kestabilan sedimen pantai (pasir), baik oleh pengaruh ombak, angin maupun aliran
air hujan permukaan.
Formasi Baringtonia adalah vegetasi pantai yang didominasi oleh pohon Baringtonia (butun). Vegetasi
lainnya adalah waru laut (Thesfesia populnea), ketapang (Terminalia catappa), bogonala (Hermandia
feltata), intaran (Azadichrata sp.), santen (Lannea coramandalica), kaktus laut (Opuntia vulgaris), gelang
laut (Sesuvium portulacastrum), daruju (Acanthus ilicifolius, pepare (Cardiosfermum), gambir laut
(Clerodendron inerme) dan biduri (Calotropis gingantea), sentigi (Pemphis ocidula), bujang laut (Turnera
ulmifolia), ambung (Slaevola sericca), bakung (Crinum asiaticum), ki ara tapok (Ficus indica), seruni laut
(Wedelia bifloa), bogonala (Hermandia feltata) dan kibolot (Guetfordu spesiosa).
Kesesuaian Lahan Ekowisata Bahari
Kesesuaian Lahan Ekowisata Rekreasi Pantai
Potensi ekowisata rekreasi pantai di pesisir Pulau Gili Timur Bawean Kabupaten Gresik menawarkan
keindahan matahari terbit maupun terbenam dengan pemandangan pulau utama dan gugusan pulau lainnya.
Berdasarkan parameter-parameter penilaian kesesuaian ekowisata bahari dalam penelitian ini dibedakan
menjadi dua, yaitu pengaruh manusia dan bukan pengaruh manusia (Arifin et al 2002). Pengamatan di 5
stasiun di sebelah utara, barat, timur dan selatan diperoleh kelas kesesuaian untuk kegiatan ekowisata
rekreasi pantai yang tersaji pada Tabel 4 dan 5.
Kesesuaian Lahan Ekowisata Selam dan Snorkling
Berdasarkan pengamatan pada 5 stasiun di kawasan Pulau Gili Timur Bawean dan sekitarnya, diperoleh
kelas kesesuaian kawasan untuk kegiatan ekowisata selam (diving) dan snorkling sebagaimana tersaji pada
Tabel 6, Tabel 7, Tabel 8 dan Tabel 9.
Hasil perhitungan kesesuaian lahan diketahui bahwa sebelah barat, timur dan selatan Pulau Gili Timur
sesuai (S2) untuk dikembangkan ekowisata rekreasi pantai, selam (diving) dan snorkling. Berdasarkan
analisis kesesuaian lahan, stasiun pengamatan di sebelah barat pulau Gili-Kepulauan Bawean ini sesuai
untuk ekowisata snorkling karena memiliki hamparan karang yang paling luas. Namun, faktor pembatasnya
91
http://journal.trunojoyo.ac.id/rekayasa Jurnal Rekayasa
Volume 5, No. 2, Oktober 2012
ISSN: 0216-9495

adalah kecerahan perairan hanya 75 % dan tutupan karang yang rendah (50 %). Potensi ekowisata selam
dan rekreasi pantai berada di sebelah barat, timur atau selatan pulau. Parameter yang paling mendukung
daerah ini adalah terumbu karang yang indah dengan persentase tutupan karang dengan kategori baik, yaitu
50-65 %. Berbeda dengan tutupan terumbu karang di utara yang masuk dalam kategori sedang, yaitu 35%.
Selain itu juga jenis lifeform dan jenis ikan karang yang beragam dengan kecepatan arus yang cukup kuat
sekitar antara 10-12 cm/detik. Parameter lain yang mendukung adalah hamparan lebar terumbu 25 m.

Tabel 4: Data Parameter Kesesuaian Lahan Ekowisata Rekreasi Pantai

STASIUN
PARAMETER
Utara Barat Timur Selatan 1 Selatan 2
Kedalamann perairan (m) 25 4 5 5 3
Tipe Pantai Berbatu Pasir Pasir Pasir Berbatu
Lebar pantai (m) 5 5 5 5 3
Tipe substrat Batu Pasir Pasir Pasir Batu
Kecepatan arus (cm/dt) 45 10 12 12 35
Kemiringan pantai (derajat) 8 2 2 2 3
Kecerahan Perairan (%) 65 75 85 85 50
Kelapa, Kelapa, Kelapa,
Lahan Lahan Lahan
Penutupan Lahan Pantai Belukar Terbuka Terbuka Terbuka Belukar
Biota berbahaya Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Ketersediaan air tawar (km) 1 0,5 0,5 0,5 0,5

Tabel 5: Hasil Analisis Kesesuaian Lahan Ekowisata Rekreasi Pantai

STASIUN
PARAMETER BOBOT
Utara Barat Timur Selatan 1 Selatan 2
Kedalamann perairan (m) 5 0 15 15 15 15
Tipe Pantai 5 0 15 15 15 0
Lebar pantai (m) 5 5 5 5 5 5
Tipe substrat 3 0 9 9 9 0
Kecepatan arus (cm/dt) 3 0 0 0 0 0
Kemiringan pantai (derajat) 3 9 9 9 9 9
Kecerahan Perairan (%) 1 3 3 3 3 3
Penutupan Lahan Pantai 1 1 0 0 0 1
Biota berbahaya 1 3 3 3 3 3
Ketersediaan air tawar (km) 1 2 2 2 2 2
TOTAL 23 61 61 61 38
IKW (%) 27,38 72,62 72,62 72,62 45,24
Sesuai Sesuai
Kelas Kesesuaian Sesuai Sesuai Sesuai
Bersyarat Bersyarat

92
http://journal.trunojoyo.ac.id/rekayasa Jurnal Rekayasa
Volume 5, No. 2, Oktober 2012
ISSN: 0216-9495

Tabel 6: Data Parameter Kesesuaian Lahan Ekowisata Selam (Diving)

STASIUN
PARAMETER
Utara Barat Timur Selatan 1 Selatan 2
Kecerahan Perairan (%) 65 75 85 85 50
Tutupan Komunitas Karang (%) 35 50 65 65 45
Jenis lifeform 8 10 12 12 10
Jenis Ikan Karang 15 20 20 20 15
Kecepatan Arus (cm/det) 45 10 12 12 35
Kedalaman Terumbu Karang (m) 10 3 4 4 4

Tabel 7: Hasil Analisis Kesesuaian Lahan Ekowisata Selam (Diving)

Stasiun
Parameter Bobot
Utara Barat Timur Selatan 1 Selatan 2
Kecerahan Perairan (%) 5 10 10 15 15 10
Tutupan Komunitas Karang
5 5 10 10 10 5
(%)
Jenis lifeform 3 6 6 6 6 6
Jenis Ikan Karang 3 0 3 3 3 0
Kecepatan Arus (cm/det) 1 1 3 3 3 3
Kedalaman Terumbu Karang
1 3 2 2 2 2
(m)
TOTAL 10 10 15 15 10
IKW (%) 46,30 62,96 72,22 72,22 48,15
Sesuai Sesuai
Kelas Kesesuaian Sesuai Sesuai Sesuai
bersyarat bersyarat

Tabel 8: Data Parameter Kesesuaian Lahan Ekowisata Snorkling

Stasiun
Parameter Bobot
Utara Barat Timur Selatan 1 Selatan 2
Kecerahan perairan (%) 5 65 75 85 85 50
Tutupan komunitas karang (%) 5 35 50 65 65 45
Jenis life form 3 8 10 12 12 10
Jenis ikan karang 3 15 20 20 20 15
Kecepatan arus (cm/dt) 1 45 10 12 12 35
Kedalaman terumbu karang (m) 1 10 3 4 4 4
Lebar hamparan datar karang (m) 1 20 25 15 15 15

93
http://journal.trunojoyo.ac.id/rekayasa Jurnal Rekayasa
Volume 5, No. 2, Oktober 2012
ISSN: 0216-9495

Tabel 9: Hasil Analisis Kesesuaian Lahan Ekowisata Snorkling

Stasiun
Parameter Bobot
Utara Barat Timur Selatan 1 Selatan 2
Kecerahan perairan (%) 5 5 5 10 10 5
Tutupan komunitas karang (%) 5 5 5 10 10 5
Jenis life form 3 6 6 6 6 6
Jenis ikan karang 3 3 3 3 3 3
Kecepatan arus (cm/dt) 1 1 3 3 3 3
Kedalaman terumbu karang (m) 1 1 2 2 2 2
Lebar hamparan datar karang (m) 1 1 1 0 0 0
TOTAL 22 25 34 34 24
IKW (%) 28,60 43,86 59,65 59,65 42,11
Sesuai
Tidak Sesuai
Kelas Kesesuaian Bersyar Sesuai Sesuai
Sesuai Bersyarat
at

KESIMPULAN
1. Potensi sumberdaya pesisir dan lautan Pulau Gili Timur Bawean Kabupaten Gresik antara lain
persentase tutupan terumbu karang hidup mencapai 60% pada kedalaman 5 meter dan 37.70% pada
kedalaman 10 meter, vegetasi mangrove dengan tegakan sekitar 300-400 pohon dengan luas kurang
lebih sekitar 14.887,255 m2 (1.488 Ha), dan ekosistem lamun dengan persentase penutupan lamun kuran
lebih 20%.
2. Potensi ekowisata selam dan rekreasi pantai berada di sebelah barat, timur atau selatan pulau. Parameter
yang paling mendukung daerah ini adalah terumbu karang yang indah dengan persentase tutupan karang
dengan kategori baik, yaitu 50-65%.

SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan perlu dikaji lebih dalam mengenai prioritas pengelolaan
kawasan khususnya pada kegiatan ekowisata di kawasan pesisir dan lautan Pulau Gili Timur Bawean.

Daftar Pustaka

Arifin T, D G Bengen, J I Pariwono. 2002. Evaluasi Kesesuaian Kawasan Pesisir Teluk Palu untuk
Pengembangan Pariwisata Bahari. Jurnal Pesisir dan Lautan 4 (2): 25-35 hal.
Hidayah Z 2011. Pengolahan Basis Data Spasial dan Informasi Pesisir Jawa Timur Untuk Menunjang
Wisata Pantai. Jurnal Kelautan Vol.4. No.1. Universitas Trunojoyo Madura. Bangkalan.
Hutabarat A.,Retraubun,A.W., dan Murad, S. 2009. Pulau-Pulau Kecil di Indonesia : Data dan
Masalahnya. Makalah Lokakarya Penetapan Batas Garis Terluar Indonesia. COREMAP-LIPI.
Jakarta.
Yulianda F. 2007. Konsep Ekowisata Bahari Sebagai Alternatif Pengelolaan Pesisir Berbasis Konservasi.
Bahan Kuliah Program Master Pengelolaan Sumberdaya Pesisir. Institut Pertanian Bogor.

Corresponding authors email address: maulinna@gmail.com

94

Anda mungkin juga menyukai