BAB II SIG Kelautan
BAB II SIG Kelautan
BAB II SIG Kelautan
PEMBAHASAN
3. Mendeksi Klorofil-a
Melalui Sistem Informasi Geografis dalam penerapannya dari data
penginderaan jauh kelautan, dapat dilakukan pemetaan keberadaan kandungan
pigmen-pigmen fitoplankton (klorofil-a) Klorofil yang berwarna hijau
yang pada dasarnya menjadi sumber informasi perikanan laut karena
keterkaitannya yang erat dengan produktivitas primer perikanan, sehingga
dapat disimpulkan dimana terdapat konsentrasi klorofil yang tinggi disitu
terdapat juga konsentrasi biota atau ikan laut yang tinggi.
4. Kesesuaian Lahan
a. Kedalaman Dan Kecerahan Antar Perairan
Informasi kedalaman maupun kecerahan perairan selalu
digunakan dalam menentukan pemilihan lokasi pemenfaatan pada
wilayah laut, baik untuk keramba maupun untuk budidaya.
Informasi kedalaman dan kecerahan bisa di dapatkan dengan
memanfaatkan Sistem Informasi Geografis melalui data
penginderaan jauh,
b. Keterlindungan Antar Lokasi
Keterlindungan lokasi baik dari arus, ombak maupun
sedimentasi dari daratan dapat didapat dengan melakukan interpretasi
Sistem Informasi Geografis. Dalam pemanfaatan wilayah laut untuk
kerambah maupun budidaya lain, informasi keterlindungan lokasi
sangat penting, lokasi kerambah dan budidaya yang baik biasanya
merupakan lokasi yang memiliki arus yang relatif tenang dan
terlindung dari ombak dan sedimentasi.
5. Mengidentifikasi Ekosistem Pesisir
c. Menemukan Ekosistem Mangrove, Padang Lamun, dan Terumbu
Karang
Ekosistem Mangrove, Padang Lamun Dan Terumbu karang
adalah salah satu obyek yang bisa di indentifikasi dengan
menggunakan Sistem Informasi Geografis melalui analisis data
penginderaan jauh. Letak Geografi ekosistem mangrove, lamun, dan
terumbu karang yang berada pada daerah peralihan darat dan laut
memberikan efek perekaman yang khas jika dibandingkan obyek
vegetasi darat lainnya. Efek perekaman tersebut sangat erat kaitannya
dengan karakteritik spektral ekosistem mangrove.
SIG merupakan salah satu sistem informasi yang sedang berkembang pesat
saat ini dan banyak dimanfaatkan untuk analisis dan pemetaan sumberdaya alam,
termasuk di dalamnya melakukan penyajian data potensi perikanan berbasis data
spasial.Star dan Estes (1990). Oleh karena pengkajian potensi perikanan setiap
wilayah belum dilakukan dan belum menggambarkan seluruh potensi perikanan di
Indonesia masih dalam bentuk data statistik sehingga belum tentu dapat dipahami
oleh semua kalangan maka perlu dilakukan pengkajian dan penyajian potensi
perikanan suatu wilayah dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG)
dengan model survei akustik maupun metode hasil tangkap tangan dan dapat di
manfaatkan dalam bentuk informasi yang bereferensi geografis
Dari penelitian yang dilakukan oleh Surya Gentha Akmal, Achmad Fahrudin,
dan Syamsul Bahri Agus dalam Distribusi Spasial Kelimpahan Sumberdaya Ikan di
Perairan Selat Sunda dengan metode akuistik SIG dapat menghasikan data
pendugaan prioritas wilayah penangkapan yang digambarkan secara kasar, namun
penelitian ini telah memberikan gambaran tentang fluktuasi kelimpahan ikan dalam
suatu wilayah pada waktu tertentu yang bisa dilihat pada gambar berikut
Gambar 2.4. Sebaran Densitas rata-rata ikan di bulan Mei pada ke dalaman 4–84 m di
selat sunda.
Daftar Pustaka
YUSUP, Ari et al. Potential Fish Catch Zone Pemanfaatan Sistem Informasi
Geografis dan Penginderaan Jauh Untuk Model Pemetaan Zona Potensial
Penangkapan Ikan di Perairan Geopark Ciletuh-Palabuhan Ratu. Jurnal
Georafflesia: Artikel Ilmiah Pendidikan Geografi, [S.l.], v. 5, n. 2, p. 136-142, jan.
2021. ISSN 2615-4781. Available at:
<https://journals.unihaz.ac.id/index.php/georafflesia/article/view/1535>. Date
accessed: 04 oct. 2021. doi: https://doi.org/10.32663/georaf.v5i2.1535. [Online]
URL:https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwiHqa2L7LDzAhWJXCs
KHVFjCpUQFnoECAkQAQ&url=https%3A%2F%2Fjournals.unihaz.ac.id
%2Findex.php%2Fgeorafflesia%2Farticle%2Fview
%2F1535&usg=AOvVaw3mkDviHwru9nem_3NyLrBF diakses pada 3 Oktober
2021