Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

BAB II SIG Kelautan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pemanfaatan Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis Di


Bidang Kelautan

Pemanfaatan data penginderaan jauh dan SIG dibidang kelautan telah


banyak dikembangkan di negara-negara berkembang, seiring dengan perkembangan
tersebut tingkat akurasi pemetaan semakin tinggi dan objek-objek kajian semakin
bertambah sehingga dimungkinkan untuk memperoleh data dengan cepat dan
dengan biaya relatif lebih murah agar dapat digunakan untuk pengelolaan dan
pemanfaatan khususnya dibidang kelautan. Berikut beberapa kajian pemanfaatan
data penginderaan jauh dan SIG dalam bidang kelautan terutama pada faktor
biofisik kelautan diantaranya :
1. Menganalisis Perubahan Garis Pantai
Batas air dan daratan dikenal sebagai garis pantai (shore lines),
yang selalu berubah akibat pasang surut, pengikisan daratan (abrasi) dan
penambahan daratan (akresi). Indentifikasi perubahan fisik lahan diwilayah
pesisir dapat dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis dengan
memanfaatkan data citra satelit yaitu membangun citra komposit semu
(False Color Composite) sesuai dengan penonjolan kenampakan yang
akan diinterpretasi. Interpretasi perubahan garis pantai biasanya dilakukan
secara visual dengan melakukan digitasi. Hasil analisis pendigitasian
garis pantai pada citra tahun pertama (T1) dengan tahun kedua (T2) dan
tahun berikutnya (Tn) tentu akan menggambarkan secara jelas perubahan
garis pantai yang terjadi dan dapat diketahui berapa besar perubahan
terjadi dalam periode waktu tertentu berikut dengan jenis perubahan yang
terjadi dapat berupa akresi dan abrasi.
Gambar 2.1. Perubahan Garis Pantai

1. Menentukan Kedalaman Perairan (Bathymetri)


Sistem Informasi Geografis juga dapat dimanfaatkan untuk
memetakan kedalaman laut (bathymetri), pedalaman dapat diketahui dengan
pantulan spektral objek dengan kedalaman perairan melalui data pengindraan
jauh pada kedalaman yang berbeda maka pantulan spektralnya akan
berbeda pula. Ada banyak citra yang dapat digunakan untuk pemetaan ini
misalnya LANDSAT ETM +, ALOS (Advanced Land Observing Satellite),
Quickbird, Rapid Eye, dll

2. Mengukur Suhu Permukaan Laut (SPL)


Siste Informasi Geografis melalui data pengindraan memungkinkan
dilakukannya estimasi suhu permukaan laut. Suhu permukaan laut
merupakan parameter yang berkaitan dengan berbagai fenomena laut,
sehingga dapat digunakan untuk mengidentifikasi daerah upwelling, front,
arus laut, arus eddie, daerah konsentrasi ikan dan kemungkinan kandungan
mineral. Selain itu, data suhu permukaan laut amat penting untuk
mengetahui keseimbangan laut dan atmosfer dari waktu ke waktu.
pengolahan data SPL ini dapat dilakukan dengan menggunakan
perangkat lunak pengolahan citra digital seperti ENVI, ER Mapper, ILWIS,
dll.

3. Mendeksi Klorofil-a
Melalui Sistem Informasi Geografis dalam penerapannya dari data
penginderaan jauh kelautan, dapat dilakukan pemetaan keberadaan kandungan
pigmen-pigmen fitoplankton (klorofil-a) Klorofil yang berwarna hijau
yang pada dasarnya menjadi sumber informasi perikanan laut karena
keterkaitannya yang erat dengan produktivitas primer perikanan, sehingga
dapat disimpulkan dimana terdapat konsentrasi klorofil yang tinggi disitu
terdapat juga konsentrasi biota atau ikan laut yang tinggi.

4. Kesesuaian Lahan
a. Kedalaman Dan Kecerahan Antar Perairan
Informasi kedalaman maupun kecerahan perairan selalu
digunakan dalam menentukan pemilihan lokasi pemenfaatan pada
wilayah laut, baik untuk keramba maupun untuk budidaya.
Informasi kedalaman dan kecerahan bisa di dapatkan dengan
memanfaatkan Sistem Informasi Geografis melalui data
penginderaan jauh,
b. Keterlindungan Antar Lokasi
Keterlindungan lokasi baik dari arus, ombak maupun
sedimentasi dari daratan dapat didapat dengan melakukan interpretasi
Sistem Informasi Geografis. Dalam pemanfaatan wilayah laut untuk
kerambah maupun budidaya lain, informasi keterlindungan lokasi
sangat penting, lokasi kerambah dan budidaya yang baik biasanya
merupakan lokasi yang memiliki arus yang relatif tenang dan
terlindung dari ombak dan sedimentasi.
5. Mengidentifikasi Ekosistem Pesisir
c. Menemukan Ekosistem Mangrove, Padang Lamun, dan Terumbu
Karang
Ekosistem Mangrove, Padang Lamun Dan Terumbu karang
adalah salah satu obyek yang bisa di indentifikasi dengan
menggunakan Sistem Informasi Geografis melalui analisis data
penginderaan jauh. Letak Geografi ekosistem mangrove, lamun, dan
terumbu karang yang berada pada daerah peralihan darat dan laut
memberikan efek perekaman yang khas jika dibandingkan obyek
vegetasi darat lainnya. Efek perekaman tersebut sangat erat kaitannya
dengan karakteritik spektral ekosistem mangrove.

Gambar 2.2. Citra Landsat 7 ETM + Komposit 452,


dimana Mangrove Berwarna Jingga sementara Vegetasi Daratan
Berwarna Kuning.
Gambar 2.3. Interpretasi Visual Lamun dan Terumbu
Karang dari Citra QuickBird
2.2. Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk penyajian data potensi perikanan
berbasis data spasial.

SIG merupakan salah satu sistem informasi yang sedang berkembang pesat
saat ini dan banyak dimanfaatkan untuk analisis dan pemetaan sumberdaya alam,
termasuk di dalamnya melakukan penyajian data potensi perikanan berbasis data
spasial.Star dan Estes (1990). Oleh karena pengkajian potensi perikanan setiap
wilayah belum dilakukan dan belum menggambarkan seluruh potensi perikanan di
Indonesia masih dalam bentuk data statistik sehingga belum tentu dapat dipahami
oleh semua kalangan maka perlu dilakukan pengkajian dan penyajian potensi
perikanan suatu wilayah dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG)
dengan model survei akustik maupun metode hasil tangkap tangan dan dapat di
manfaatkan dalam bentuk informasi yang bereferensi geografis
Dari penelitian yang dilakukan oleh Surya Gentha Akmal, Achmad Fahrudin,
dan Syamsul Bahri Agus dalam Distribusi Spasial Kelimpahan Sumberdaya Ikan di
Perairan Selat Sunda dengan metode akuistik SIG dapat menghasikan data
pendugaan prioritas wilayah penangkapan yang digambarkan secara kasar, namun
penelitian ini telah memberikan gambaran tentang fluktuasi kelimpahan ikan dalam
suatu wilayah pada waktu tertentu yang bisa dilihat pada gambar berikut
Gambar 2.4. Sebaran Densitas rata-rata ikan di bulan Mei pada ke dalaman 4–84 m di
selat sunda.

2.3. Sistem Informasi Geografis Untuk Pemantauan, Konservasi, Pengelolaan,


Pembangunan Berkelanjutan dan Perlindungan Lingkungan Kelautan

Dalam Journal of Aquaculture Engineering and Fisheries Research (2017)


pada sebuah artikel berjudul A Review: Applications Of Geographic Information
Systems (GIS) In Marine Areas yang ditulis oleh Şeyma Merve Kaymaz dan Murat
Yabanlı dijelaskan bahwa dalam GIS atau SIG kita dapat melakukan pemantauan,
konservasi, pengelolaan, pembangunan berkelanjutan dan pelindungan kelautan
dijelaskan oleh contoh peta yang dihasilkan yakni pemantauan jalur penyu dan
kawasan perlindungan pesisir pantai.
Gambar 2.5. Peta Jalur Penyu Laut Gambar 2.6. Analisis pencemaran laut
menggunakan SIG

Disimpulkan Bahwa GIS/SIG dapat menjadi alat utama dalam mengambil


kebijakan kelautan berskala besar termasuk kerjasama organisasi di berbagai
perjanjian internasional untuk manajemen dan pemanfaatan laut daerah transportasi,
perikanan, rekreasi, pembuangan limbah, konservasi dan penelitian. Selain itu GIS
sebagai disiplin ilmu mewakili signifikan alat untuk pengelolaan wilayah pesisir dan
laut khususnya di dalam menyediakan data Ilmiah dasar untuk aturan intervensi
melalui pengembangan produk terintegrasi yang memfasilitasi kurangnya komunikasi
di antara keputusan pembuat dan ilmuwan.

2.4. Sistem Informasi Geografis (SIG) Berbasis Aplikasi Untuk Menyelidiki


Endapan Sedimen

Dr. Hossam El-Sersawy (2020) dalam artikel berjudul Sediment Deposition


Mapping In Reservoir Using Geographic Information System (GIS) National Water
Research Center (NWRC) Egypt. Dijelaskan bahwa SIG dapat dimanfaatkan untuk
mendiferensiasikan sedimen pada Waduk Aswan (AHDR). Waduk ini adalah waaduk
terbesar kedua di dunia, terbentang dari bagian selatan Mesir sampai bagian utara
Sudan, dengan panjang sekitar 500 km. dengan melakukan survei batimetri setiap
tahun dari reservoir menggunakan Sistem Pemosisian Global Diferensial
(DGPS).Data spasial dikumpulkan dari foto udara, data batimetri, dan citra satelit
yang sesuai dengan daerah penelitian. Penelitian ini dilakukan di banyak tahapan
seperti perencanaan survei, pelaksanaan dan penyimpanan survei, persiapan dan pra-
pemrosesan data, data spasial dan pembuatan data atribut, pembuatan basis data, serta
penyajian dan analisis hasil. Hasilnya termasuk database GIS rinci dari mana peta
kontur, peta naungan bukit warna-demi-kedalaman, dan peta perbedaan permukaan
dari ketinggian reservoir. Peta perbedaan permukaan diproduksi dengan setiap survei
berikutnya untuk menggambarkan karakteristik transportasi sedimen musiman dari
sistem. Berdasarkan hasil dari aplikasi GIS, diidentifikasi zona utama mulai dari
endapan sedimen rendah hingga tinggi. Akumulasi endapan sedimen selama
bertahun-tahun, kedalaman terkait, dan distribusi geografisnya diakui oleh
kemampuan GIS.
Disimpulkan bahwa aplikasi GIS, berdasarkan tersedia secara luas dan data
digital yang mudah dikembangkan, memberikan informasi yang realistis dan berharga
dalam waktu singkat dan merupakan alat yang ampuh digunakan untuk
mengembangkan peta sedimentasi untuk Waduk Aswan.

2.5. Sistem Informasi Geografis Untuk Model Pemetaan Zona Potensial


Penangkapan Ikan

Dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh


serta pemakaian Citra Landsat 8, dapat mengidentifikasi sebaran spasial parameter
klorofil-a, arus, suhu permukaan laut atau SPL dan MTP. (Ari Yusup, et. al.2020)
Citra satellite sebagai bahan menjadi fokus dalam menggambarkan zona potensial
tangkapan ikan karena titik berat yang digambarkan untuk memaksimalkan
pemanfaatan Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh untuk memetakan
Zona potensial tangkapan ikan sehingga meningkatkan produktivitas kegiatan
mencari ikan dilepas pantai.
Dengan mengkaji hasil rekaman citra dari empat parameter yaitu parameter
suhu, klorofil-a, kedalaman dan kecerahan air laut yang kemudian keempat parameter
tersebut dioverlaykan maka akan menghasilkan peta zona potensial penangkapan
ikan.
Gambar 2.6. Peta zona potensial penangkapan ikan
Disimpulkan bahwa dengan menggunakan SIG dapat dilakukan pemetaan zonasi
penangkapan ikan yang sangat berguna memaksimalkan potensi tangkapan ikan yang
dapat meningkatkan kegiatan pemanfaatan sumber daya kelautan.

Daftar Pustaka

Frananda, Hedry (2016) Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi


Geografis di Bidang Kelautan. In: Prosiding Seminar Nasional Geografi: Kecerdasan
Spasial dalam Pembelajaran dan Perencanaan Pembangunan, 19 November 2016,
Padang.[Online] URL: https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwjH1POWxrDzAhUo7X
MBHehHDIAQFnoECAMQAQ&url=http%3A%2F%2Frepository.unp.ac.id
%2F14105%2F&usg=AOvVaw1ez_PrumsvQAH6Il7PG-ko
Diakses pada 1 Oktober 2021
Akmal, S. G., Fahrudin, A., & Agus, S. B. (2018). Distribusi Spasial Kelimpahan
Sumberdaya Ikan di Perairan Selat Sunda. Jurnal Pengelolaan Perikanan Tropis
(Journal of Tropical Fisheries Management), 1(1), 25-31.
https://doi.org/10.29244/jppt.v1i1.20150 [Online] URL:https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwjh8dne6bDzAhUEVysK
HeIsDzIQFnoECAsQAQ&url=https%3A%2F%2Fjournal.ipb.ac.id%2Findex.php
%2Fjurnalppt%2Farticle%2Fview
%2F20150&usg=AOvVaw1tzGy9qxIwZngPNKbr_bBt diakses pada 1 Oktober 2021

Şeyma Merve Kaymaz ORCID ID: JOURNAL OF AQUACULTURE


ENGINEERING AND FISHERIES RESEARCH E-ISSN 2149-0236 3(4): 188-198
(2017) doi: 10.3153/JAEFR170021 © 2015-2017 ScientificWebJournals (SWJ)188
0000-0002-1936-0626 , Murat Yabanlı Muğla Sıtkı Koçman University, Fisheries
Faculty Department of Aquatic Sciences, Muğla, Turkey [Online]
URL:https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwiK55me6rDzAhUEb30K
Hbc1CpUQFnoECAYQAQ&url=https%3A%2F%2Fwww.researchgate.net
%2Fpublication
%2F320359499_A_REVIEW_APPLICATIONS_OF_GEOGRAPHIC_INFORMATI
ON_SYSTEMS_GIS_IN_MARINE_AREAS&usg=AOvVaw1JjwXNCXlNpLtC3F
DC_WYi diakses pada 2 Oktober 2021
Dr. Hossam El-Sersawy(2020) SEDIMENT DEPOSITION MAPPING IN
RESERVOIR USING GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM (GIS)
Researcher, Nile Research Institute (NRI), National Water Research Center
(NWRC),P.O. Box 13621, Egypt [Online] URL:https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwjbzM6K67DzAhUPfH0
KHQOTBWUQFnoECAQQAQ&url=https%3A%2F%2Fwww.researchgate.net
%2Fpublication
%2F344387697_SEDIMENT_DEPOSITION_MAPPING_IN_RESERVOIR_USIN
G_GEOGRAPHIC_INFORMATION_SYSTEM_GIS&usg=AOvVaw1hswCuO7U
W5nh5Y9vG-PHu diakses pada 3 Oktober 2021

YUSUP, Ari et al. Potential Fish Catch Zone Pemanfaatan Sistem Informasi
Geografis dan Penginderaan Jauh Untuk Model Pemetaan Zona Potensial
Penangkapan Ikan di Perairan Geopark Ciletuh-Palabuhan Ratu. Jurnal
Georafflesia: Artikel Ilmiah Pendidikan Geografi, [S.l.], v. 5, n. 2, p. 136-142, jan.
2021. ISSN 2615-4781. Available at:
<https://journals.unihaz.ac.id/index.php/georafflesia/article/view/1535>. Date
accessed: 04 oct. 2021. doi: https://doi.org/10.32663/georaf.v5i2.1535. [Online]
URL:https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwiHqa2L7LDzAhWJXCs
KHVFjCpUQFnoECAkQAQ&url=https%3A%2F%2Fjournals.unihaz.ac.id
%2Findex.php%2Fgeorafflesia%2Farticle%2Fview
%2F1535&usg=AOvVaw3mkDviHwru9nem_3NyLrBF diakses pada 3 Oktober
2021

Anda mungkin juga menyukai