Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

JUDULTONNY

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

PROPOSAL PENELITIAN

PENILAIAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI


DENGAN MANAGEMENT EFFECTIVENESS TRACKING TOOLS TRACKING
(METT) CAGAR ALAM TELUK CENDERAWASIH

Diajukan oleh :

Toni hiji

201950049

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PAPUA
MANOKWARI
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu hotspot keragaman hayati penting di dunia. Untuk
melestarikan karagaman hayati tersebut Pemerintah Indonesia telah menetapkan sejumlah
kawasan konservasi yang tersebar di seluruh Indonesia. Hal ini menunjukkan komitmen
Indonesia dalam upaya pelestarian sumberdaya alam untuk keperluan umat manusia.

Kondisi pelestarian keragaman hayati di dunia menghadapi tantangan yang berat.


Laju kepunahan yang di era 80-an diketahui 1 spesies per hari, kemudian di tahun 2000-an
ini telah meningkat pesat menjadi 100 jenis perhari. Tidak menutup kemungkinan laju
tersebut akan semakin meningkat di kemudian hari. Menjaga keberadaan jenis-jenis
sumberdaya alam yang penting merupakan salah satu mandat dari pengelolaan kawasan
konservasi yang ada. Untuk itu perlu senantiasa dilakukan pemantauan terhadap kondisi
pengelolaan kawasan konservasi yang ada. Hal ini selain untuk memastikan bahwa kawasan
dikelola sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, juga sebagai alat untuk memperbaiki
kelemahan - kelemahan yang ada.

Upaya pemantauan terhadap kondisi pengelolaan kawasan konservasi telah


dkembangkan oleh beberapa lembaga di dunia ini, dengan mengacu pada pedoman
pemantauan Efektivitas pengelolaan yang dikeluarkan oleh IUCN. Salah satu perangkat
yang telah digunakan secara luas adalah METT Management Effectiveness Tracking Tool
(METT) yang dihasilkan oleh Bank Dunia dan WWF pada tahun 2007.

Dengan mempertimbangkan beberapa hal, antara lain pengalaman implementasi,


sederhana, dan menghasilkan gambaran yang terukur, Direktorat Jenderal Konservasi
Sumber Daya Alam dan Ekosistem mempertimbangkan untuk menggunakan METT sebagai
perangkat yang digunakan dalam memantau tingkat pengelolaan kawasan konservasi di
Indonesia. Namun demikian penggunaan METT dilakukan dengan beberapa penyesuaian
yang didasari atas situasi pengelolaan kawasan konservasi di Indonesia. (Direktur
Jenderal,Dr. Ir. Tachrir Fathoni, M.Sc, 2015).
Kawasan konservasi memiliki peran yang tidak tergantikan sebagai benteng
perlindungan spesies dan bagi upaya konservasi keragaman hayati. Saat ini terdapat lebih
dari 150.000 kawasan konservasi di dunia dengan luasan mencapai sekitar 19 juta km² atau
12,7% permukaan bumi.

METT awalnya merupakan perangkat yang didesain untuk digunakan pengelola


kawasan konservasi secara mandiri. Namun demikian dalam perkembangannya dirasakan
perlu melibatkan pihak-pihak lain yang terkait dengan pengelolaan untuk memberikan hasil
yang lebih akurat dan obyektif.

Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) merupakan taman nasional perairan


laut terluas diIndonesia. Penetapan TNTC melalui sejarah yang panjang. Tahun 1990,
TNTC ditunjuk sebagai Cagar Alam Laut (SK Menhut No 58/Kpts-II/1990). Tahun 1990
dinyatakan sebagai Taman Nasional Laut (Pernyataan Menhut Nomor 448/Menhut VI/1990.
Tahun 1993 ditunjuk sebagai Taman Nasional Laut (SK Menhut No. 472/Menhut-II/1993).
Tahun 2002 ditetapkan sebagai Taman Nasional Laut seluas 1.453.500 Ha (SK. Menhut No.
8009/Menhut-II/2002). Kawasan ini terdiri dari daratan dan pesisir pantai (0,9 %), daratan
pulau - pulau (3,8 %), terumbu karang (5,5 %), dan perairan lautan (89,8 %).
(BBTNTC,2009).

Penilaian ini mesti dilakukan bersama dengan maksud untuk memberikan pemahaman
dan kesamaan persepsi tentang pengelolaan kawasan konservasi TNTC”. (Zeth Parinding)
Penilaian Efektivitas Pengelolaan Kawasan TNTC ini bertujuan untuk mengidentifikasi
permasalahan, gangguan dan ancaman sehingga pengelolaan TNTC kedepan dilakukan
penerapan managemen adaptive sesuai jenis permasalahan dan menetapkan nilai METT
pengelolaan TNTC tahun 2017. Hasil Penilaian Efektivitas Pengelolaan Kawasan TNTC
tahun 2017 diperoleh efektivitas pengelolaan sebesar 74 %, nilai ini meningkat dari tahun
2015 sebesar 66,67 %. Peningkatan ini menjadi tantangan kedepan Balai Besar TNTC
sebagai lembaga pengelola. Perlu strategi dalam menjawab semua permasalahan. Adanya
stakeholder yang bekerja sama dapat membantu menjawab tantangan tersebut. Dalam
penilaian pada tahun-tahun berikutnya diharapkan dapat melibatkan masyarakat yang berada
di dalam kawasan TNTC sehingga penilaian akan lebih objektif.
Taman Nasional Teluk Cendrawasih (TNTC) merupakan perwakilan ekosistem
terumbu karang, pantai, mangrove dan hutan tropika daratan pulau di Papua. TNTC
memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi, termasuk terumbu karang. Keberadaan
ekosistem terumbu karang yang ada di kawasan TNTC belakangan ini telah mengalami
kemunduran fungsi baik secara ekologis maupun fisik. Kemunduran ini diakibatkan oleh
aktivitas manusia dalam memanfaatkan sumberdaya di terumbu karang yang bersifat
merusak, seperti penangkapan dengan cara yang tidak ramah lingkungan (bom dan racun),
dan penangkapan biota yang berlebihan.

tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata,


dan rekreasi. Selain upaya tersebut, pemerintah juga melakukan kerjasama dengan WWF
untuk konservasi TNTC. WWF bekerja untuk menstabilkan perencanaan dan pemanfaatan
wilayah dengan mendukung sepenuhnya implementasi monitoring terhadap keseluruhan
aspek-aspek biologi dan pemanfaatan sumberdaya alam.

Manfaat dari kawasan konservasi perairan dalam sistem alam dan sosial, menurut
(Indrajaya et al,2011), yaitu:

a. Perlindungan biota laut pada tahap tertentu dalam siklus hidupnya,


b. Perlindungan habitat yang kritis dan tetap,
c. Menjamin tersedianya tempat yang memungkinkan bagi perubahan distribusi spesies
sebagai respon perubahan iklim atau linkungan lainnya.
d. Menjamin suatu tempat perlindungan (refugia) bagi pengkayaan stok ikan-ikan
ekonomis penting.

Penduduk merupakan faktor penting yang harus diperhatikan karena sumber daya
alam yang tersedia akan mungkin dapat dimanfaatkan tanpa adanya peran dari manusia.
Dengan adanya manusia, sumber daya alam tersebut dapat dikelola untuk memenuhi
kebutuhan hidup bagi pemerintah daerah dan berkelanjutan. Bertambahnya jumlah
penduduk suatu wilayah maka akan berdampak pada bertambahnya kebutuhan masyarakat
diwilayah tersebut. Peningkatan kebutuhan ini akan Nampak pada semua sisi kehidupan,
seperti kebutuhan akan tempat tinggal, pendidikan, kesehatan, pangan dan sebagainya.
Kabupaten Manokwari adalah sebuah Kabupaten Di Provinsi Papua Barat, Indonesia.
Kabupaten ini memiliki luas wilayah 3.168,28km² dan berdasarkan Data Badan Pusat
Statistik Kabupaten Manokwari tahun 2023, jumlah Penduduk Kabupaten ini Sebanyak
236.096 Jiwa. Jumlah penduduk di Kabupaten Manokwari dapat dilihat pada tabel 1 di
bawah ini. (BPS Kabupaten Manokwari, 2023).

Tabel 1.1
Jumlah Penduduk Kabupaten Manokwari Tahun 2019- 2023

Jumlah Penduduk Pertumbuhan Penduduk


Tahun (jiwa) (%)
2019 188.932 1,07
2020 192.663 1,05
2021 192.427 1,05
2022 200.785 1,01
2023 236.096 0,86

(Sumber: BPS,Kabupaten Mankowari, 2023)

Berdasarkan kasus diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan


mengambil judul “Penilaian Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Dengan
Management Effectiveness Tracking Tools Tracking (MEET) Cagar Alam Teluk
Cenderawasi”.

1.1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang sudah dijelaskan maka rumusan masalah
yang diajukan dalam penelitian ini adalah bagaimana pemanfaatan dan penilaian
efektivitas pengelolaan kawasan konservasi dengan management effectiveness tracking
(MEET) cagar alam teluk cenderawasi

1.2. Tujuan Peneltian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan
dan penilaian efektivitas pengelolaan kawasan konservasi dengan management
effectiveness tracking (MEET) cagar alam teluk cenderawasi
1.3. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi :
1. Sebagai masukan bagi pemerintah lebih efektifitas dalam pengelolaan kawasan
konservasi cagar alam teluk cenderawasi
2. Bagi pihak lain, dapat digunakan sebagai sumber informasi dan referensi bagi
penelitian selanjutnya.
3. Sebagai syarat mencapai gelar sarjana Ekonomi di Universitas Papua.
BAB II

TINJAUN PUSTAKA

2.1. Konservasi
2.1.1. Pengertian Konservasi

Indonesia yang terletak di kawasan peralihan benua Asia dan Australia, serta iklim
tropis yang dimiliki oleh Indonesia membuat Indonesia memiliki tingkat keanekaragaman
hayati yang terbesar di dunia, begitu pula dengan kekayaan sumber daya alam nya (SDA) .
SDA Indonesia yang melimpah, sudah sejak lama dimanfaatkan oleh berbagai macam
pihak, baik dari dalam negeri, maupun pihak asing melalui perusahaan-perusahaan MNC’s.
Terjadinya eksploitasi SDA Indonesia, serta kerusakan lingkungan yang terjadi, membuat
timbulnya kekhawatiran akan habisnya SDA Indonesia, serta semakin parahnya kerusakan
lingkungan yang ditimbulkan, oleh karena itu pemerintah mulai mencanangkan tentang
wilayah konservasi. Menurut Kamus Kehutanan Umum Departemen Kehutanan Republik
Indonesia, Konsevasi adalah “Upaya pengelolaan sumber daya alam secara bijaksana
dengan berpedoman kepada azas-azas pelestarian”.

Anda mungkin juga menyukai