Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Makalah Kelompok 6 - B21 - Teknik-Teknik Dalam Konseling Naratif

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 10

TEKNIK-TEKNIK DALAM KONSELING NARATIF

MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Konseling Postmodern
Yang Diampu Oleh:
Bapak Dr. Diniy Hidayatur Rahman, M.Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 6 Offering B21

1. Agnes Stevanny Nainggolan (210111600031)


2. Aprilia Kholifatul Amri (210111600098)
3. Farras Asma Zahra’ni (210111600021)
4. Nahdiyanna Mardhiyatillah (210111600090)
5. Nilna Maulidya Kamila (210111600088)
6. Salsabila Melati Sukma (210111600074)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
DEPARTEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING
MARET 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Teknik-teknik dalam Konseling Naratif” yang
disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Konseling Postmodern di offering B21 Departemen
Bimbingan dan Konseling dengan tepat waktu meskipun terdapat beberapa hambatan dikarenakan
terbatasnya pengetahuan kami akan materi yang diangkat.
Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Diniy Hidayatur Rahman, M.Pd selaku dosen
pengampu pada mata kuliah Konseling Postmodern. Kami sampaikan terima kasih juga kepada
seluruh pihak yang turut berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini jauh dari kata sempurna. maka dari itu,
kami berharap akan kritik dan saran dari teman-teman sekalian supaya dapat memperbaiki makalah
dengan lebih baik lagi kedepannya. Kami berharap makalah yang kami buat ini dapat menambah
pengetahuan dari pembaca sekalian serta dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Malang, 07 Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………….... i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………... ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………………. 1
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………………... 2
2.1 Teknik Pendekatan Konseling Naratif…………………………………………………………. 2
2.1.1 Menceritakan Kisah Seseorang (Menyusun Narasi)................................................. 2
2.1.2 Teknik Eksternalisasi……………………………………………………………………... 3
2.1.3 Teknik Dekonstruksi………………………………………………………………………. 3
2.1.4 Teknik Hasil yang Unik…………………………………………………………………….4
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………………... 6
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………………. 6
3.2 Saran……………………………………………………………………………………………... 6
DAFTAR RUJUKAN………………………………………………………………………………... 7

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konseling adalah bentuk bantuan yang diberikan kepada individu yang membutuhkan
bantuan yang biasa disebut dengan konseli. Konseli tersebut dibantu oleh orang ahli yang biasa
disebut oleh konselor. Konseling dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. Konseling
memiliki beberapa pendekatan yang dapat digunakan pada proses konseling. Salah satu
pendekatan yang ada yaitu Konseling Naratif.
Konseling Naratif adalah salah satu pendekatan konseling yang memiliki tujuan untuk
membantu konseli tersebut dapat memahami cerita hidupnya sendiri. Pendekatan konseling
naratif menggunakan pendekatan yang menekankan kerjasama antara konselor dan konseli dan
berfokus kepada cerita hidup konseli yang membentuk pengalaman dan lingkungan sekitarnya.
Konseling Naratif seperti halnya pendekatan lain juga terdapat teknik khusus yang dapat
digunakan untuk memfasilitasi dan menunjang jalannya konseling agar berjalan lancar. Teknik
tersebut wajib dipelajari dan dikuasai oleh konselor. Teknik konseling Naratif digunakan
bersamaan dengan teknik-teknik Keterampilan Dasar Komunikasi yang wajib diimplementasikan
saat konseling berlangsung.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja teknik-teknik yang terdapat di dalam pendekatan Konseling Naratif?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui teknik-teknik yang terdapat di dalam pendekatan Konseling Naratif.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teknik Pendekatan Konseling Naratif

Penerapan yang efektif dari terapi naratif lebih bergantung pada sikap atau perspektif konselor
dari pada teknik. Dalam praktek terapi naratif,tidak ada resep, tidak ada agenda yang ditetapkan,
dan formula bahwa konselor dapat mengikuti untuk memastikan hasil yang positif. Jika konseling
dilakukan dengan menggunakan pendekatan formula, konseli akan merasa bahwa segala sesuatu
dilakukan terhadap mereka dan merasa ditinggalkan dalam percakapan (Monk, 1997). Sebagai
suatu pendekatan, konseling naratif lebih dari penerapan keterampilan; itu didasarkan pada
karakteristik pribadi konselor yang menciptakan iklim yang mendorong konseli untuk melihat
kisah-kisah mereka dari berbagai perspektif. pendekatan ini juga merupakan ekspresi sikap etis,
yang didasarkan kerangka filosofis. kerangka konseptual adalah praktek-praktek yang diterapkan
untuk membantu konseli dalam menemukan makna-makna baru dan kemungkinan-kemungkinan
baru dalam hidup mereka (Winslade&Monk,1999). Kerangka konseptual yang diterapkan
membantu konseli dalam menemukan makna baru dan kemungkinan baru dalam hidupnya.
Namun, untuk menguatkan pencapaian yang telah konseli dapatkan bisa menggunakan teknik
“menulis surat”. Inti surat adalah perjuangan yang dilakukan konseli atas problematika yang
dialami dengan penggambaran sebuah cerita yang baru dan lebih baik. Biasanya surat-surat ini
dikirimkan kepada konseli setiap sesinya.
Setiap pendekatan konseling masing-masing memiliki teknik khusus yang digunakan yang
sudah menjadi karakteristik bagi konseling itu sendiri. Dalam konseling naratif sendiri memiliki
teknik khusus yang paling sering digunakan dalam proses konseling. Beberapa keterampilan
yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah melalui konseling naratif adalah keterampilan
yang mungkin sudah kita miliki dan Michael White and David Epston mengemukakan bahwa
terdapat beberapa teknik konseling naratif yang paling umum digunakan dalam konseling
naratif, antara lain:

2.1.1 Menceritakan Kisah Seseorang (Menyusun Narasi)

Sebagai seorang konselor, tugas yang perlu dikuasai dalam konseling naratif ini adalah
membantu konseli untuk menceritakan kisah mereka dengan kata-kata mereka sendiri.
Menurut filosofi di balik terapi naratif, bercerita adalah cara kita membuat makna dan
menemukan tujuan dalam pengalaman kita sendiri (Standish, 2013).
2
Dalam teknik ini, konselor atau terapis membantu konseli untuk mengembangkan cerita
mereka dan memberi mereka kesempatan untuk menemukan makna, menemukan solusi, dan
membangun kembali identitas, semua faktor tersebut berkaitan untuk sukses dalam
konseling.
Teknik ini juga dikenal sebagai “Menulis ulang” atau “Menceritakan kembali”, karena
di sini konseli mengeksplorasi pengalaman mereka untuk menemukan perubahan pada cerita
mereka atau membuat cerita yang sama sekali baru. Peristiwa yang sama dapat
menceritakan seratus cerita yang berbeda karena semua orang menafsirkan pengalaman
secara berbeda dan menemukan makna yang berbeda pula (Dulwich Centre, n.d.).

2.1.2 Teknik Eksternalisasi

Teknik eksternalisasi ini mengarahkan konseli untuk melihat masalah atau perilaku
mereka sebagai sesuatu yang berasal dari luar, dan bukan bagian dari diri mereka sendiri
yang tidak dapat diubah. ini merupakan teknik yang lebih mudah untuk dideskripsikan
daripada diterapkan, tetapi dapat memberikan dampak positif yang sangat besar pada
identitas diri dan kepercayaan diri. Gagasan umum dari teknik ini adalah lebih mudah untuk
mengubah perilaku yang dilakukan oleh konseli daripada mengubah karakteristik
kepribadian inti.
Seperti contohnya, ketika Anda cepat marah atau Anda menganggap diri Anda sebagai
orang yang pemarah, maka Anda harus mengubah sesuatu pada diri Anda secara mendasar
untuk mengatasi masalah tersebut. Namun, jika Anda adalah orang yang bertindak agresif
dan mudah marah, maka Anda perlu mengubah situasi dan perilaku yang mengelilingi
masalah tersebut.
Mungkin sulit bagi konseli untuk menyerap ide aneh ini pada awalnya. Salah satu
langkah pertama adalah mendorong konseli untuk tidak terlalu mementingkan diagnosis
yang mereka buat sendiri. Beritahu mereka betapa susahnya memisahkan diri dari masalah
mereka, dan membiarkan diri mereka memiliki kendali yang lebih besar dalam identitas
mereka (Bishop, 2011).

2.1.3 Teknik Dekonstruksi

Teknik dekonstruksi ini mengacu pada pengurangan masalah yang dialami oleh konseli,
sehingga membuat konseli lebih mudah untuk memahami gambaran keseluruhan dari cerita
yang dikembangkan tersebut. Masalah yang dialami konseli dapat terasa berat,
membingungkan, atau tidak dapat dipecahkan, namun tidak benar-benar tidak dapat

3
dipecahkan (Bishop, 2011). Dekonstruksi membuat permasalahan menjadi lebih spesifik dan
mengurangi generalisasi yang berlebihan, dekonstruksi juga memperjelas apa yang
sebenarnya inti dari permasalahan yang ada.
Sebagai contoh teknik dekonstruksi, bayangkan dua orang dalam hubungan jangka
panjang yang sedang mengalami masalah. salah satu dari pasangannya merasa frustasi
dengan pasangannya yang tidak pernah berbagi perasaan, pikiran, atau ide dengannya.
berdasarkan deskripsi singkat ini tidak ada gambaran yang jelas mengenai apa masalahnya,
terutama untuk solusinya. Seorang konselor dapat mendekonstruksi masalah dengan konseli
ini dengan meminta konseli untuk lebih menjelaskan secara spesifik tentang apa yang
mengganggu mereka, daripada menerima pernyataan seperti “pasangan saya tidak
memahami saya lagi”.
Hal ini dapat memberikan gambaran yang lebih baik tentang apa yang mengganggu
konseli, seperti perasaan tentang kesepian atau kehilangan keromantisan. Mungkin konseli
telah menafsirkan sebuah narasi di mana mereka adalah korban dari hubungan yang
bermasalah ini, dari pada seseorang yang memiliki masalah dalam mengatasi kesepian dan
mengomunikasikan kerentetan ini dengan pasangannya. mendekonstruksi masalah
membantu orang memahami apa akar dari permasalahan yang sedang dialami (dalam hal ini,
seperti pasangan mereka tidak menginginkan mereka lagi atau tidak mau berkomitmen pada
hubungan apa adanya). Teknik dekonstruksi ini merupakan cara yang sangat baik untuk
membantu konseli menggali masalah dan memahami dasar dari peristiwa dalam hidupnya.

2.1.4 Teknik Hasil yang Unik

Dalam teknik hasil yang unik melibatkan pengubahan alur cerita seseorang. dalam
konseling naratif, konseli bertujuan untuk membangun sebuah alur cerita dari pengalaman
mereka yang memberikan makna, atau memberikan identitas yang positif dan fungsional.
hal ini tidak mengarah seperti “berpikir positif”, tetapi lebih kepada teknik khusus bagi
konseli untuk emngembangkan cerita yang dialaminya.
Dalam pendekatan naratif, eksternalisasi adalah pertanyaan yang diikuti dengan hasil
yang unik. Konselor berbicara kepada konseli tentang saat-saat pilihan atau kesuksesan
mengenai masalah. apakah ini dilakukan dengan memilih untuk perhatian setiap pengalaman
yang terpisah dari cerita masalah, terlepas bagaimana hal itu mungkin tampak tidak penting
bagi konseli. Konselor mungkin bertanya “Apakah pernah ada waktu dimana kemarahan
ingin membawa Anda selesai, dan Anda melawannya? Apakah itu seperti Anda? Bagaimana
kau melakukannya?”. Pertanyaan-pertanyaan ini ditujukan untuk menyoroti masalah

4
saat-saat ketika tidak terjadi atau ketika masalah telah ditangani dengan sukses. hasil unik
yang sering bisa ditemukan di masa lalu atau masa kini, tetapi mereka juga dapat membuat
hipotesis untuk masa depan.

Selain teknik yang sudah disebutkan diatas, ada pula teknik yang dapat digunakan pada
pendekatan konseling naratif ini, diantaranya adalah:
● Self stories. menceritakan kisah-kisah improvisasi hidup kepada orang lain.
● Familiar ground. konselor menanggapi orang yang baru saja melakukan pertemuan konselor
untuk pertama kalinya dengan meminta orang untuk berbicara tentang apa yang membawa dia
untuk terapi, jika masih ragu memberinya waktu.
● Mendorong account yang lebih lengkap. konselor mendorong konseli untuk
mendeskripsikan masalah dan mengeksplorasi.
● Mengundang orang atas nama masalah. tujuannya adalah mendapatkan kembali kontrol
atas hidupnya, penamaan adalah mengambil inisiatif,memaksakan identifikasi yang dipilih
pada sesuatu, atau seseorang yang mengancam.
● Eksternalisasi dan dekonstruksi masalah. Eksternalisasi merupakan satu proses untuk
mendekonstruksi kekuatan narasi. Dalam hal ini berarti menjaga sikap, khususnya tercermin
pada bentuk verbal ketika mengacu pada masalah, di mana kesulitan dibawa ke terapi secara
implisit ditandai sebagai sesuatu yang mempengaruhi orang tersebut, bukan sebagai intrinsik
karakteristik atau kualitas. Eksternalisasi diwujudkan salah satunya melalui penggunaan
metafora.
● Pertanyaan dan pertanyaan lebih, pertanyaan yang bertujuan untuk mengeksplorasi cerita
dari konseli.
● Metafora bahasa, penggunaan kalimat yang membawa sebuah eksternalisasi. misalnya:
“kapan mimpi buruk ini mulai muncul?” bukan “kapan anda mulai bermimpi buruk?”.
● Memeriksa tekanan budaya, untuk melihat masalah sebagai ‘internal”.
● Wacana/Discourses, menurut Michel Foucault discourses adalah sebuah sistem berpikir,
ide-ide, pemikiran, dan gambaran yang kemudian membangun konsep suatu budaya.
Discourses terbentuk atas dasar asumsi umum yang kemudian menjadi ciri khas dalam
pembicaraan baik oleh suatu kelompok tertentu maupun dalam suatu periode sejarah. Wacana
ini melihat percakapan dalam konteks sosialnya.

5
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam Pendekatan Konseling Naratif memiliki teknik khusus yang sering digunakan dalam
proses konseling. Beberapa keterampilan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah melalui
konseling naratif adalah keterampilan yang mungkin sudah kita miliki. Michael White dan David
Epston mengemukakan bahwa terdapat beberapa teknik konseling naratif yang paling umum
digunakan dalam konseling naratif diantaranya menceritakan kisah seseorang (menyusun narasi),
teknik ekternalisasi, teknik dekonstruksi, dan teknik hasil yang unik. Pada teknik menyusun narasi,
konselor membantu konseli untuk mengembangkan cerita mereka dan memberi mereka kesempatan
untuk menemukan makna, menemukan solusi, dan membangun kembali identitas, semua faktor
tersebut berkaitan untuk sukses dalam konseling.
Pada teknik ekternalisasi, mengarahkan konseli untuk melihat masalah mereka sebagai
sesuatu yang berasal dari luar, bukan bagian dari diri mereka sendiri yang tidak dapat diubah.
Kemudian pada teknik dekonstruksi, mengacu pada pengurangan masalah yang dialami oleh konseli,
sehingga membuat konseli lebih mudah untuk memahami gambaran keseluruhan dari cerita yang
dikembangkan tersebut. Dan pada teknik hasil yang unik, membangun sebuah alur cerita dari
pengalaman mereka yang memberikan makna, atau memberikan identitas yang positif dan fungsional.

3.2 Saran

Setelah menyelesaikan makalah ini, kami dari tim penyusun menyadari sepenuhnya jika
makalah ini masih banyak kesalahan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, untuk memperbaiki
makalah tersebut kami meminta kritik yang membangun dari para pembaca. Dan diharapkan dapat
menambah pengetahuan bagi para pembaca sehingga dapat berguna nantinya.

6
DAFTAR RUJUKAN

Ackerman, C. E. (2017). 19 Best Narrative Therapy Techniques & Worksheets. Retrieved Maret,

2023, from https://positivepsychology.com/narrative-therapy/#techniques-narrative-therapy

Andieni, V. D. (2016). PENERAPAN KONSELING NARATIF UNTUK MEREDUKSI

KECEMASAN KOMUNIKASI (COMMUNICATION APPREHENSION) PADA SISWA

KELAS VIII DI SMPN 40 SURABAYA. Unesa jurnal mahasiswa Bimbingan dan Konseling,

Vol 6 No 1.

Epston, D., & White, M. (1990). Narrative Means To Therapeutic Ends. WW Norton.

Anda mungkin juga menyukai