Makalah Pspi Kel. 9
Makalah Pspi Kel. 9
Makalah Pspi Kel. 9
Tentang
Dosen Pengampu :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga makalah ilmiah dengan judul “Filsafat Islam Pasca Ibnu
Rusd dan Kotemporer. (Al Isyraqiyah, Al Muta‟aliyah, Muhammad Iqbal dan
Sayyid Husein Nasr)” dapat terselesaikan dengan baik, makalah ini disusun dalam
rangka memenuhi tugas pada mata kuliah Pengantar Studi Pemikiran Islam.
Selesainya makalah ini tak lepas dari bimbingan dan dukungan yang
sangat membantu dari banyak pihak khususnya dosen Pengampu dan teman-
teman yang selalu setia mendampingi tim Penyusun dalam mengerjakan makalah
ini. Untuk itulah tim Penyusun mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah
ini.
Penyusun berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan sebagai pembelajaran bagi penyusun. Semoga tulisan ini dapat
menjadi bahan acuan bagi karya tulis yang lain.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Daftar Isi...................................................................................................................3
C. Tujuan……………………………………………………………………..5
2. BAB II PEMBAHASAN……………………………………...............….6
A. Filosofi dan Pemikiran Al Isyraqiyah ………………………………….....6
B. Filosofi dan Pemikiran Al Muta‟aliyah ……………….………………....10
C. Filosofi dan Pemikiran Muhammad Iqbal …………………………….…16
D. Filosofi dan Pemikiran Sayyid Husein Nasr ………………………..…...17
3. BAB III PENUTUP……………………………….…………………….21
A. Kesimpulan…………………………………………………………..21
B. Saran……………………………………………………………….…21
DAFTAR PUSTAKA………………………………………...…………22
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dominasi pengaruh filsafat Yunani kian menimbulkan masalah dan
tantangan tersendiri terhadap eksistensi filsafat Islam. Secara internal
munculnya kritisisme dan bahkan tuduhan negatif oleh kalangan ulama
orthodok terhadap pemikiran filsafat dalam Islam. Secara eksternal ada
sanggahan bahwa sebenarnya filsafat Islam tidak ada, yang ada hanyalah
umat Islam memfilsafatkan filsafat Yunani agar sesuai dengan ajaran
Islam. Persoalannya adalah apakah benar filsafat telah menyelewengkan
keyakinan Islam? Dengan demikian, benarkah para filosof Muslim adalah
ahli bid’ah dan kufr? Seperti terlihat dalam tuduhan-tuduhan kaum
orthodok. Karena itu persoalan ini diangkat dalam makalah ini dengan
tema sentralnya Ibnu Rusyd.
Berfilsafat adalah bagian dari peradaban manusia. Semua
peradaban yang pernah timbul didunia pasti memiliki filsafat masing-
masing. Kenyataan ini juga sekaligus membantah pandangan bahwa yang
berfilsafat hanya orang barat saja, khususnya orang yunani. Diantara
filsafat yang pernah berkembang, selain filsafat yunani adalah filsafat
Persia, cina, India, dan tentu saja filsafat islam.
Tokoh yang paling popular dan dianggap paling berjasa dalam
membuka mata barat adalah Ibn-Rusyd. Dalam dunia intelektual barat,
tokoh ini lebih dikenal dengan nama averros. Begitu populernya Ibnu
Rusyd dikalangan barat, sehingga pada tahun 1200-1650 terdapat sebuah
gerakan yang disebut viorrisme yang berusaha mengembangkan
pemikiranpemikiran Ibnu Rusyd. Dari Ibnu Rusydlah mereka mempelajari
Fisafat yunani Aristoteles (384-322 s.M), karena Ibnu Rusyd terkenal
sangat konsisten pada filsafat Aristoteles.
Persoalan ini sangat urgen untuk diselesaikan karena sudah
menyangkut persoalan sensitif keimanan dan karena ternyata ikhtilaf
4
dalam metode keilmuan untuk memahami ajaran agama sampai pada
klaim-klaim kebenaran tentang status agama seseorang.
Penyusunan makalah ini berawal dari tugas yang diberikan oleh
Bpk. Duski Samad, M. Ag selaku dosen pembimbing mata kuliah
Pengantar Studi Pemikiran Islam kepada kami. Dan makalah ini akan kami
jadikan sebagai bahan belajar kelompok atau diskusi. Jadikanlah makalah
ini sebagai penambah wawasan dalam peningakatan kegiatan belajar.
B. Rumusan Masalah
Masalah yang penulis tarik dari latar belakang di atas yaitu :
1. Bagaimana Filosofi dan Pemikiran Al Isyraqiyah?
2. Bagaimana Filosofi dan Pemikiran Al Muta‟aliyah?
3. Bagaimana Filosofi dan Pemikiran Muhammad Iqbal?
4. Bagaimana Filosofi dan Pemikiran Sayyid Husein Nasr?
C. Tujuan Masalah
Tujuan dari rumusan masalah tersebut yaitu:
1. Untuk mengetahui Filosofi dan Pemikiran Al Isyraqiyah
2. Untuk mengetahui Filosofi dan Pemikiran Al Muta‟aliyah
3. Untuk mengetahui Filosofi dan Pemikiran Iqbal
4. Untuk mengetahui Filosofi dan Pemikiran Sayyid Husein Nasr
5
BAB II
PEMBAHASAN
1
Hasyim Nasution, Filsafat Islam, (Gaya Media Pratama, 1999), hal..144
6
Sebagaimana halnya suatu bangunan ilmu tidak muncul sempurna
secara tiba-tiba di tangan seorang pemiks, demikian pula halnya dengan
illuminasionisme yang memiliki akar panjang.
b. Epistemologi
2
Ibid, hal. 146
7
karena meringkik hanya dijumpai pada benda yang didefinisikan dengan
sifat meringkik itu. Definisi biasa tentang kuda jadi tidak bermakna bagi
orang yang tidak tahu sama sekali. Definisi Aristoteles sebegai suatu
prinsip ilmiah benar benar tidak berlaku. Suhrawardi bependapat bahwa
suatu prinsip definisi yang benar nyebutkan satu demi satu atribut esensial
yang kolektif terdapat pada benda yang didefinisikan.
8
c. Kosmologi
9
berbeda. Alam semesta adalah manifestasi (perwujudan) kekuatan
penerangan yang membentuk sebagaimana karakter esensial.
d. Psikologi
3
ibid, hal. 149
10
Qawami al-Syirazy salah seorang yang berilmu dan saleh, dan dikatakan
pernah menjabat sebagai Gubernur Propinsi Fars. Secara sosial- politik, ia
memiliki kekuasaan yang istimewa di kota asalnya, Syiraz.
11
Maksud (al-ashalah al-wujud) dalam filsafat Mulla Shadra adalah
bahwa setiap wujud kontingen (mumkin al-wujud) terjadi atas dua modus
(pola perwujudan); eksistensi dan kuiditas (esensi). Dari kedua modus itu
yang benar-benar hakiki (real) secara mendasar adalah eksistensi,
sedangkan kuaditas (esensi) tidak lebih dari “penampakan” (apperiance)
belaka.
12
seutuhnya yang bisa mengalaminya, yaitu ketika pikiran telah terintegrasi
ke dalam keseluruhan diri manusia, yang terpusat pada kalbu.
c. Filsafat jiwa
13
diartikan sebagai suatu relasi dimana seolah-olah jiwa memiliki eksistensi
bebas, maka tidak mungkin untuk meyatukan jiwa dengan badan.
Bagi sadra filsafat dapat dibedakan menjadi dua bagian utama: (1)
bersifat teoritis, yang mengacu pada pengetahuan tentang segala sesuatu
sebagaimana adanya. (2) bersifat praktis, yang mengacu pada pencapaian
kesempurnaan yang cocok bagi jiwa. Mullu Sadra memandang adanya
14
titik temu antara filsafat dan agama sebagai satu bangunan kebenaran ia
membuktikannya melalui pelacakan atas jejak-jejak kesejarahan manusia
dan membentangkan seluruh faktanya. Menurut sadra ditiap tempat dalam
kurun waktu tertentu selalu ada sosok yang bertanggung jawab dalam.
menyebarkan kebijakan (hikmah). Jika dikaitkan dengan teori
pengetahuannya tampak bahwa titik pusat flsafat mulla sadra ialah
pengalaman makrifat (al-irfan) tentang wujud sebagai hakikat atau
kenyataan tertinggi. Bagi Mulla Sadra bukan keberadaan benda itu yang
penting, melainkan penglihatan bathin subjek yang mengamati alam
keberadaan atau kewujudan.
4
Sayyed Hossein Nasr, Theology, Philosophy, and Spirituality, dalam Sayyed Hossein Nasr, (ed.), Islamic Spirituality:
Manifestation, Jilid II (London: SCM Press,1991), hal. 435.
15
C. Filosofi dan Pemikiran Muhammad Iqbal
1. Biografi
Muhammad Iqbal dilahirkan di Sialkot, Punjab Barat Laut (yang
sekarang bernama wilayah Pakistan). Mengenai waktu kelahiran secara. tepat,
terdapat perselisihan, seperti dikemukakan oleh A. Schinmel dalam. The Date
of M. Iqball's Birth, bahwa kelahiran Iqbal tanggal 22 februari 1873, tetapi
dalam tesisnya, penyair (Iqbal) itu sendiri menuliskan tanggal kelahiran 2
Dzul al-qaidah 1294 H/1876 M. mengingat tahun 1294 Hijriah dimulai
bersamaan dengan Januari 1877 M. bersesuaian dengan 2 Dzul al-qaidah 1294
M, maka tanggal 9 November 1872. bersesuaian dengan perbedaan fase
kehidupan Iqbal di callege dan. Universitas dibandingkan tahun 1973.
Mengenai kekeliruan tanggal kelahiran Muhammad Iqbal yang menyamakan
tahun 1294 dengan 1876 dapat terjadi karena kemungkinan reformasi yang ia
terima dari bapaknya memang telah keliru, kekeliruan bapaknya itu
tampaknya karena itu lebih memperhatikan tanggal Hijriah dibandingkan
dengan tanggal Masehi, sehingga penulisan tanggal hijriah lengkap sedangkan
untuk masehinya hanya tahun saja yang tertulis. Ia adalah seorang penyiar,
filsuf, danpolitisi yang menguasai bahasa Urdu, Arab, dan Persia. Muhammad
Iqbal juga seorang inspirator kemerdekaan bangsa India menjadi Pakistan.5
Iqbal merupakan sosok yang memiliki aspek spritualitas yang tinggi.
Muhammad Iqbal merupakan filsuf dan pemikir islam, pemikiran yang
berkontributif bagi agama dan filsafat.6
2. Pemikiran Filsafat Muhammad Iqbal
a. Ego dalam pemikiran Muhammad Iqbal
5
Supriyadi Dedi, Pengantar Filsafat Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hal. 260
6
Khairul Walid and Mohamad Salik, Rekonstruksi Pemikiran Agama Dalam Mencegah
Kemunduran Moralitas Pemuda (Telaah Pemikiran Sir Muhammad Iqbal), (Filsafat Indonesia 5, no. 1
(2022).
16
adalah Tuhan. Berdasarkan asumsi tersebut, pertanyaan secara filosofis
adalah tidakkah invdividu atau diri manusia itu memiliki keterbatasan ?
Jika tuhan merupakan suatu ego dan dengan demikian suatu individu,
dapatkah kita menganggapnya sebagai sesuatu yang terbatas? Jawabnya,
adalah bahwa tuhan dapat dianggap tak terbatas, dalam arti tak terbatas
secara ruang. Dalam persoalan penilaiaan ruhaniah, besar bentuk saja tak
ada artinya.7
Sayyed Hussein Nasr lahir lahir pada tanggal 17 April 1933 di kota
Teheran Republik Islam Iran. Ayahnya bernama Sayyed Waliullah Nasr
7
Muhammad Iqbal, Rekonstruksi Pemikiran Agama Dalam Islam,ed. (Yogyakarta: Penerbit Qalam, 2002).
8
Karen Amstrong, “A History of God : The 4,000 Tahun-Year Quest of Judaisme and Islam”
(New York: Ballatine, 1993).
9
Suhermanto Ja‟far, “Panenteisme Dalam Pemikiran Teologi Metafisik Moh.Iqbal,” Jurnal
Kalam; Studi Agama dan Pemikiran Islam, 6, no. 2 Desember (2012).
17
berprofesi sebagai ulama, dokter dan pendidik. Seyyed Hossein Nasr
mengecap pendidikan dasar di kota kelahirannya Teheran. Kemudian beliau
dikirim ke kota Qum oleh ayahnya untuk belajar pada sejumlah ulama besar
dalam berbagai bidang pengetahuan seperti filsafat, ilmu kalam, tasawuf dan
menghafal Al-Quran dan syait-syair klasik.10
Nama “Nasr” yang berarti “kejayaan” adalah nama yang diambl dari
gelar “Nasr Al Thibb” (kejayaan para dokter) yang merupakan gelar yang
diberikan oleh raja persia kepada kakeknya”.11
10
Lihat Mun‟im A. Siry (ed), Fiqh Lintas Agama,(Jakarta: Paramadina, 2004), hal. 26 - 30
11
Abu Muhammad Iqbal, Pemikiran Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), hal. 81–82
18
sebagai Professor Islamic Studies di Temple University, Philadelphia dan
bekerja sampai tahun 1984.12
12
Sudibyo, P. Pemikiran Pendidikan IslamSeyyed Hossein Nasr, hal. 12
19
Kritikan Seyyed Hossein Nasr terhadap Sains
ModernBeberapa pemikir yang beraliran perenial dan pengacu pada
shopia perennis, yaitu Guenon, Burckhardt, Schuon dan Nasr.
Mereka mengkritisi fondasiepistemologis dan ontologis Barat yang
terkait dengan sains modern, dan juga mempertanyakan kembali
bahwa yang mereduksikan realitas hanya pada materi inderawi atau
fisik. Nasr mulai mengkritisi pemikiran modern, dimana menurut
modern, yang menjadi sumberpengetahuan modern secara
epistemologis terbatas hanya pada pancaindera dan rasio (akal).
Pengetahuan yang seperti ini yang membuat Nasr mengkritisinya,
menurut Nasr, senantiasa memiliki akses kepada yang suci dan
pengetahuan suci tersebut menandakan sebagai jalan yang tertinggi
penyatuan dengan realitas, dimana pengetahuan, wujud dan juga
kebahagiaan disatukan.
Nasr mengingatkan kita sebagai kaum sarjana dan manusia
modern ini betapa perlunya menghadirkan kembali dimensi spiritulitas
ke dalam kehidupan global apabila kita sudah berkomitmen untuk
mencintai bumi ini dengan penuh tangggung jawab. Menurut
pandangan Nasr, krisis ekologi dan pelbagai jenis kerusakan bumi
yang berakar dari krisis spiritualdan eksistensi manusia modern pada
umumnya. Melalui pelbagai karyanya, salah satunya yaitu Man and
Nature(1976) dan Religion and the Order of Nature (1996), dimana
Nasr mendedahkan sebab-sebab utama serta mandasar munculnya
krisis lingkungan pada beradaban modern seraya menekankan
pentingnya perumusan kembali hubungan manusia, alam dan Tuhan
dengan harmonis berdasarkan wawasan spiritualitas serta kearifan
perenial.13
13
Supriatna, F. S., & Husain, S. Kontribusi Filsafat Perenial Sayyed Hossein Nasr Terhadap Sains Modern. Prosiding
Konferensi Integrasi Interkoneksi Islam dan Sains, 2, 2020, hal. 177-183.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah Filsafat Islam Pasca - Ibn Rusyd ialah tradisi ke filsafatan
yang berkembang di daerah teritorial Islam di masa setelah wafatnya Ibn
Rusyd. Dan filsafat Islam pasca Ibnu Rusyd telah melahirkan tokoh-tokoh
yang hebat dan cerdas dalam segala bidang khususnya dalam bidang
keagamaan.
Dari keempat tokoh yang hidup dan mengembangkan filsafat Islam
pasca Ibnu Rusyd telah berhasil membantahkan anggapan bahwa filsafat
hilang karena Ibnu Rusyd wafat. Mereka berempat yakni: Al-Isyraqiyah,
Mulla Sadra, Muhammad Iqbal dan Sayyid Hussein Nasr membuktikan
bahwa filsafat Islam pasca wafatnya Ibnu Rusyd masih ada dan selalu
berkembang dengan hadirnya para tokoh-tokoh setelahnya, keempata
tokoh ini telah memiliki banyak karya yang asih di manfaatkan sampai
hari ini oleh umat muslim di seluruh dunia.
B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami buat dan kami menyadari
bahwa makalah ini sangatlah jauh dari kata sempurna sebagai bahan acuan
dalam pembenahan kami harap kritik dan saran dari para pembaca.
21
DAFTAR PUSTAKA
Khairul Walid and Mohamad Salik. 2022. Rekonstruksi Pemikiran Agama Dalam
Mencegah Kemunduran Moralitas Pemuda (Telaah Pemikiran Sir
Muhammad Iqbal), Filsafat Indonesia 5, no. 1.
Lihat Mun‟im A. Siry (ed). 2004. Fiqh Lintas Agama, Jakarta: Paramadina.
Supriatna, F. S., & Husain, S. 2020. Kontribusi Filsafat Perenial Sayyed Hossein
Nasr Terhadap Sains Modern. Prosiding Konferensi Integrasi Interkoneksi
Islam dan Sains, 2.
22
23