Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Emulsi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

III.

Analisis preformulasi, formulasi dan usulan formula


III.1.1 Formula Umum
Emulsi oral
R/ zat aktif
pembawa (air atau minyak)
emulgator
pengawet (multidose)
bahan pembantu : antioksidan
pendapar
pemanis
pewarna
pewangi
anticaplocking
antibusa

IV. 3 Prosedur Pembuatan Sediaan


1. Botol dicuci, dikeringkan dan ditara 61,8 mL.
2. Air sbg pelarut harus dididihkan, kmdn didinginkan (dgn ditutup pake kaca arloji)
3. ZA dan eksipien ditimbang
a. Lanjutkan sesuai metode pembuatan emulsi yang dipilih
b. Cara Kering (Menurut Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquida dan Semisolida)
dibuat korpus emulsi dengan perbandingan minyak : emulgator : air = 4:2:1 perbandingan beda dengan art of
compounding.. jd pake yg metode kontinental ja ya..
- aduk cepat dengan menggunakan stirer selama 2 menit hingga terbentuk massa “opaque” yang menandakan bahwa
korpus emulsi telah terbentuk
- tambahkan air sedikit demi sedikit sambil diaduk cepat hingga homogen
- tambahkan eksipien yang sudah dilarutkan dalam fasa luar/ pelarut yang sesuai sedikit demi sedikit ke dalam korpus
emulsi sambil diaduk cepat hingga homogen (zat warna di tambahkan terakhir)
- tambahkan sisa air sedikit demi sedikit sambil diaduk cepat hingga volume 2500 mL dan diaduk kembali hingga
homogen
- Sebanyak 61,8 mL emulsi dimasukkan ke dalam wadah botol (coklat) yg telah ditara dan botol ditutup
- Botol diberi etiket, dimasukkan ke wadah sekunder dengan disertakan brosur dan sendok takar

Menurut The Art of Coumpounding, Ansel, 1989

c. Cara Basah
- Emulgator dikembangkan terlebih dahulu
- Korpus emulsi dibuat dengan perbandingan minyak : emulgator : air = 4:2:1
- minyaK, air dan emulgator (yang sudah dikembangkan) dicampurkan dan dikocok dengan menggunakan stirer pada
kecepatan tinggi selama 2 menit.
- Tambahkan eksipien yang sudah dilarutkan dalam fasa luar/pelarut yang sesuai sedikit demi sedikit ke dalam korpus
emulsi sambil diaduk cepat hingga homogen
- tambahkan sisa air sedikit demi sedikit sambil diaduk cepat hingga volume 2500 mL dan diaduk kembali hingga
homogen (zat warna di tambahkan terakhir)
- Sebanyak 61,8 mL emulsi dimasukkan ke dalam wadah botol (coklat) yg telah ditara dan botol ditutup
- Botol diberi etiket, dimasukkan ke wadah sekunder dengan disertakan brosur dan sendok takar

Menurut The Art of Coumpounding, Ansel, 1989


d. Pembuatan dengan emulgator surfaktan
- Bahan yang larut minyak dicampur dengan fase minyak dan bahan yang larut air dicampur dengan fase air
- Masing-masing fase dipanaskan pada suhu 60-70C
- Kedua fasa dicampurkan sambil di stirer dengan kecepatan tinggi selama waktu tertentu
- Sebanyak 61,8 mL emulsi dimasukkan ke dalam wadah botol (coklat) yg telah ditara dan botol ditutup
- Botol diberi etiket, dimasukkan ke wadah sekunder dengan disertakan brosur

IV. 4 Pengawasan dalam Proses (IPC)

1. Pemeriksaan pH (FI IV, 1039)


 Tujuan : mengetahui pH suatu bahan atau sediaan dan untuk mengetahui kesesuaiannya dg persyaratan
yg telah ditentukan
 Alat : pH meter
 Prinsip : pengukuran pH cairan uji menggunakan pH meter yg telah dikalibrasi
 Prosedur :
- Elektroda pH meter dicuci menggunakan aquades
- pH meter dikalibrasi dengan larutan dapar baku. Larutan dapar baku yg dipilih ada dua,
dimana pH larutan uji diperkirakan berada diantara 2larutan dapar baku tersebut dan mempunyai perbedaan pH
tidak lebih dari 4 unit dg pH larutan uji.
- Jika pH dari kedua larutan dapar baku tsb telah sesuai, maka ph larutan uji dapat diukur.
- Setiap sebelum dilakukan pengukuran, elektroda pH meter dicuci menggunakan aquades
dan dikeringkan.

2. Penetapan viskositas
Penetapan viskositas dan sifat aliran dengan Viskosimeter Brookfield (Modul Praktikum Farmasi Fisika, 2002, hal 17-18)
○ Alat : Viskosimeter Brookfield
○ Prinsip : merupakan viskosimeter rotasi yg dapat digunakan untuk mengukur viskositas dan sifat aliran dari sediaan.
Untuk mengetahui sifat aliran dilakukan dg memplot kurva ppm dg usaha yg digunakan untuk memutar spindel.
Viskositas emulsi relatif kecil maka digunakan viskosimeter brookfield jenis RV. Karena pada proses pemakaian
EMULSI terjadi penuangan maka selain mengukur viskositas juga diukur sifat aliran.
○ Prosedur :
1. Penyiapan sampel
Sampel yang akan diukur ditempatkan pada gelas piala dengan permukaan rata (sedapat mungkin penuh) dan
tidak boleh ada gelembung udara didalamnya
2. Orientasi spindel
Jenis spindel : TA, TB, TC, TD, TE, TF (diurut dari yang besar sampai yang kecil). Semakin kental sampel yang
akan diuji, gunakan spindel yang semakin kecil. Salah satu spindel dipilih, dicoba pada 4 kecepatan (rpm) yaitu
0.5 ; 1; 2.5; dan 5 RPM. Jika masing-masing RPM memberikan harga diantara 30-80 maka spindel dapat
digunakan, jika diluar rentang harga tersebut maka spindel diganti dengan yang lain
3. Pengukuran
 Dilakukan pada suhu kamar
 Pembacaan skala dilakukan pada rentang waktu tertentu misalnya 2 menit. Setiap formula dapat dilakukan 2-3
x pengukuran. Pembacaan dilakukan dengan menyatakan jenis spindel dan kecepatan putarnya
4. Cara kerja :
 Kocok emulsi lalu masukkan ke dalam beker gelas sebanyak + 400-500 ml.
 Pasang spindel pada gantungan spindel.
 Turunkan spindel sedemikian rupa sehingga batas spindel tercelup ke dalam cairan yang akan diukur
viskositasnya.
 Pasang stop kontak.
 Nyalakan motor sambil menekan tombol.
 Biarkan spindel berputar dan lihatlah jarum merah pada skala.
 Bacalah angka yang ditunjukkan oleh jarum tersebut. Untuk menghitung viskositas, maka angka pembacaan
tersebut dikalikan dengan suatu faktor yang dapat dilihat pada tabel yang terdapat pada brosur alat.
 Dengan mengubah-ubah RPM, maka didapat viskositas pada berbagai RPM.
 Untuk mengetahui sifat aliran, dibuat kurva antara RPM dan usaha yang dibutuhkan untuk memutar spindel.
Usaha dapat dihitung dengan mengalikan angka yang terbaca pada skala dengan 7,187 dyne cm (untuk
viskometer Brookfield tipe RV)

3. Penetapan Bobot jenisJ [FI ed IV <981> hal 1030]


 Tujuan : menjamin sediaan memiliki bobot jenis yg sesuai dg spesifikasi dari produk th telah ditetapkan
 Alat : piknometer
 Prinsip : membandingkan bobot zat uji di udara terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama
 Prosedur :
- Piknometer bersih dan kering yg telah dikalibrasi ditimbang bobotnya sebagai W1
- Piknometer yg telah diisi air pd suhu 25C ditimbang bobotnya sebagai W2
- Piknometer yg telah diisi larutan uji/sediaan pada suhu 25C ditimbang bobotnya sebagai W3
- Bobot jenis larutan uji/sediaan dapat dihitung dg rumus :
dt = (W3-W1)
(W2-W1)

IV. 5 Uji Mutu Farmasetik Sediaan Akhir


IV.5.1 Evaluasi Fisik:
1. Evaluasi organoleptik (Goeswin Agoes, Diktat kuliah Teknologi Farmasi sediaan likuida dan semisolid, hal
127)
Dilakukan pengamatan pada suhu kamar terhadap adanya pemisahan fasa dan pecahnya emulsi, bau tengik, dan
perubahan warna.
2. Penentuan Tipe Emulsi
a. Uji kelarutan zat warna (Martin, Physical Pharmacy, hal 457)
Prosedur :
Sedikit zat warna larut air (ex ; metilen biru, amaranth) diteteskan pada permukaan emulsi diatas kaca objek. Jika
zat warna terlarut dan berdifusi homogen pada fase eksternal berupa air maka tipe emulsi adalah minyak dalam
air.
Jika zat warna tidak mewarnai fase kontinu / pendispersinya maka pengujian diulang dengan menggunakan zat
warna larut minyak (ex: sudan). Apabila zat warna terdistribusi merata pada fase kontinu maka tipe emulsi adalah
air dalam minyak.
b. Uji pengenceran (Martin, Physical Pharmacy, hal 457)
Prosedur :
Dasar penetapan adalah kenyataan bahwa perubahan fase kontinu dapat dilakukan tanpa mengganggu
ketidakcampuran emulsi (emulsi dapat diencerkan sampai batas tertentu. Sebaliknya penambahan fasa pendispersi
akan menambah/menyebabkan ketidakcampuran.
Uji ini dilakukan dengan mengencerkan emulsi dengan air, jika emulsi tercampur baik dengan air tanpa
memperlihatkan ketidakcampuran maka tipe emulsinya adalah minyak dalam air. Hal ini dapat diamati
menggunakan mikroskop untuk untuk memberikan visualisasi yang baik tentang adanya ketidakcampuran.

3. Penentuan Ukuran Globul (Martin hal 430431; Lachman Practice ed III, hal 531)
Metode ini cukup banyak digunakan untuk evaluasi emulsi. Yang ditetapkan adalah ukuran droplet rata-rata berikut
distribusinya pada selang waktu waktu tertentu. Diasumsikan terjadi pembesaran ukuran droplet. Analisis ukuran droplet
ini dapat dilakukan dengan mikroskop (mengukur diameter) atau penghitung elektronik (electronic counter), yang
mengukur volume droplet.
Prosedur :
untuk mempermudah penentuan ukuran droplet, sediaannya diencerkan dulu dengan gliserin. Dari sediaan yang telah
diencerkan tadi, diambil 1-2 tetes, disimpan di atas kaca objek, lalu diberi beberapa tetes larutan Sudan III, diaduk
sampai rata. Setelah diberi kaca penutup, dilihat di bawah mikroskop bermikrometer. Partikel yang diukur paling sedikit
berjumlah 300.
Studi menggunakan emulsi yang stabil menunjukkan bahwa pada awalnya akan terjadi perubahan ukuran droplet yang
sangat cepat, yang menunjukkan kekurangsempurnaan pelapisan permukaan droplet oleh emulgator selama proses
emulsifikasi. Selanjutnya perubahan ukuran droplet yang lambat menunjukkan adanya koalesensi droplet sampai
tercapai kondisi yang relatif lebih stabil.

4. Penetapan viskositas dan sifat aliran dengan Viskosimeter Brookfield (Modul Praktikum Farmasi Fisika, 2002, hal 17-
18)
○ Alat : Viskosimeter Brookfield
○ Prinsip : merupakan viskosimeter rotasi yg dapat digunakan untuk mengukur viskositas dan sifat aliran dari sediaan.
Untuk mengetahui sifat aliran dilakukan dg memplot kurva ppm dg usaha yg digunakan untuk memutar spindel.
Viskositas emulsi relatif kecil maka digunakan viskosimeter brookfield jenis RV. Karena pada proses pemakaian
emulsi terjadi penuangan maka selain mengukur viskositas juga diukur sifat aliran.
○ Prosedur :
5. Penyiapan sampel
Sampel yang akan diukur ditempatkan pada gelas piala dengan permukaan rata (sedapat mungkin penuh) dan
tidak boleh ada gelembung udara didalamnya
6. Orientasi spindel
Jenis spindel : TA, TB, TC, TD, TE, TF (diurut dari yang besar sampai yang kecil). Semakin kental sampel yang
akan diuji, gunakan spindel yang semakin kecil. Salah satu spindel dipilih, dicoba pada 4 kecepatan (rpm) yaitu
0.5 ; 1; 2.5; dan 5 RPM. Jika masing-masing RPM memberikan harga diantara 30-80 maka spindel dapat
digunakan, jika diluar rentang harga tersebut maka spindel diganti dengan yang lain
7. Pengukuran
 Dilakukan pada suhu kamar
 Pembacaan skala dilakukan pada rentang waktu tertentu misalnya 2 menit. Setiap formula dapat dilakukan 2-3
x pengukuran. Pembacaan dilakukan dengan menyatakan jenis spindel dan kecepatan putarnya
8. Cara kerja :
 Kocok emulsi lalu masukkan ke dalam beker gelas sebanyak + 400-500 ml.
 Pasang spindel pada gantungan spindel.
 Turunkan spindel sedemikian rupa sehingga batas spindel tercelup ke dalam cairan yang akan diukur
viskositasnya.
 Pasang stop kontak.
 Nyalakan motor sambil menekan tombol.
 Biarkan spindel berputar dan lihatlah jarum merah pada skala.
 Bacalah angka yang ditunjukkan oleh jarum tersebut. Untuk menghitung viskositas, maka angka pembacaan
tersebut dikalikan dengan suatu faktor yang dapat dilihat pada tabel yang terdapat pada brosur alat.
 Dengan mengubah-ubah RPM, maka didapat viskositas pada berbagai RPM.
 Untuk mengetahui sifat aliran, dibuat kurva antara RPM dan usaha yang dibutuhkan untuk memutar spindel.
Usaha dapat dihitung dengan mengalikan angka yang terbaca pada skala dengan 7,187 dyne cm (untuk
viskometer Brookfield tipe RV)
5. Penentuan volume terpindahkan (FI IV <1261>, hal 1089)
 Tujuan : sebagai jaminan bahwa larutan oral dan emulsi yg dikemas dalam wadah dosis ganda dengan volume yg
tertera di etiket tidak lebih dari 250 ml, jika dipindahkan dari wadah asli akan memberikan volume sediaan seperti
tertera di etiket.
 Alat : gelas ukur kering
 Prinsip : melihat kesesuaian volume sediaan, jika dipindahkan dari wadah asli, dengan volume yang tertera pada
etiket
 Prosedur :
- Dipilih tidak kurang dari 30 wadah/botol
- Perlakuan awal : 10 botol dipilih dan dikocok satu per satu
- Isi botol dituang perlahan untuk menghindari pembentukan gelembung udara ke dalam gelas ukur berkapasitas
tidak lebih dari 2,5 kali volume yg diukur dan telah dikalibrasi.
- Didiamkan selama  30 menit, jika telah bebas gelembung udara, volume dapat diukur
 Penafsiran hasil :
- Volume rata2 campuran emulsi yg diperoleh dari 10 botol tidak kurang dari 100% dan tidak satupun volume
botol yg kurang dari 95% dari volume pada etiket
- Jika A : volume rata2 yg diperoleh dari 10 botol 95-100% dari yg tertera pd etiket
dan jika B : dari 10 wadah tidak lebih dari satu wadah pervolume antara 90-95 % dari yang tertera pada etiket
maka dilakukan uji tambahan terhadap 20 wadah tambahan
 Persyaratan : Volume rata2 emulsi yg diperoleh dari 30 botol tidak kurang dari 100% dari yg tertera di etiket dan
tidak lebih dari satu dari 30 wadah bervolume 90-95% dari yg tertera di etiket
6. Penentuan Berat Jenis (FI IV <981>, hal 1030).
 Tujuan : menjamin sediaan memiliki bobot jenis yg sesuai dg spesifikasi dari produk th telah ditetapkan
 Alat : piknometer
 Prinsip : membandingkan bobot zat uji di udara terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama
 Prosedur :
- Piknometer bersih dan kering yg telah dikalibrasi ditimbang bobotnya sebagai W1
- Piknometer yg telah diisi air pd suhu 25C ditimbang bobotnya sebagai W2
- Piknometer yg telah diisi larutan uji/sediaan pada suhu 25C ditimbang bobotnya sebagai W3
- Bobot jenis larutan uji/sediaan dapat dihitung dg rumus :
dt = (W3-W1)
(W2-W1)
7. Penetapan pH (FI IV <1071>, hal 1039)
○ Tujuan : mengetahui pH suatu bahan atau sediaan dan untuk mengetahui kesesuaiannya dg persyaratan yg telah
ditentukan
○ Alat : pH meter
○ Prinsip : pengukuran pH cairan uji menggunakan pH meter yg telah dikalibrasi
○ Prosedur :
- larutan dapar dibuat untuk pembakuan pH meter. Larutan dapar baku yg dipilih ada dua, dimana pH larutan uji
diperkirakan berada diantara 2larutan dapar baku tersebut dan mempunyai perbedaan pH tidak lebih dari 4 unit
dg pH larutan uji
- Sel diisi dg salah satu larutan dapar, kendali suhu dipasang pd suhu larutan dan kontrol kalibrasi diatur sehingga
pH larutan dapar baku identik dg pH yg seharusnya.
- Elektroda dan sel dibilas beberapa kali dg larutan dapar untuk pembakuan yg kedua, kemudian sel diisi dg larutan
dapar kedua, pH dikalibrasi sesuai dg pH larutan dapar kedua.
- Jika pH dari kedua larutan dapar baku tsb telah sesuai, maka ph larutan uji dapat diukur.
- Suhu pengukuran larutan dapar baku dan larutan uji harus sama sesuai dg suhu larutan uji yang akan diukur.

8. Evaluasi stabilitas fisik emulsi


a. Penentuan Tinggi Sendimentasi
Pengamatan terhadap emulsi akibat pengaruh waktu dan temperatur merupakan hal yang rutin dilakukan untuk
memprediksi shelf life produk emulsi.
Prosedur:
Sediaan emulsi yang diuji disimpan dalam tabung sedimentasi selama beberapa waktu pada temperatur kamar dan
temperatur di atas temperatur kamar. Selang waktu tertentu dilakukan pengamatan terhadap sediaan emulsi yang diuji
dengan melihat terjadinya pembentukan lapisan seperti susu. Stabilitas fisik emulsi ditentukan dengan berdasarkan
perbandingan harga Hu dan Ho selama penyimpanan.
Hu = tinggi lapisan seperti susu
o = tinggi seluruh sediaan
Hu
=
Emulsi dikatakan stabil jika harga Ho 1 atau mendekati satu.
Efek penyimpanan pada temperatur tinggi adalah percepatan laju koalesensi atau creaming, yang lazimnya juga diikuti
dengan berkurangnya viskositas. Kebanyakan emulsi akan menjadi encer jika disimpan pada temperatur tinggi dan akan
menjadi keras jika dikembalikan pada temperatur kamar. Pengerasan ini akan lebih intensif jika pendinginan tersebut
tidak disertai dengan pengadukan.
Umumnya pendinginan akan lebih cepat merusak emulsi dibandingkan dengan pemanasan, karena lazimnya kelarutan
emulsi lebih sensitif terhadap pendinginan.
Beberapa emulsi diketahui sangat stabil pada temperatur 40-45 oC, tetapi tidak dapat mentoleransi temperatur di atas 50
o
C atau di atas 60 oC selama beberapa jam.
Perubahan temperatur dapat menimbulkan efek terhadap: viskositas, partisi emulgator, inversi fasa dan kristalisasi
jenis lipid tertentu.

b. Pengaruh sentrifugasi (lachman, disperse system vol I hal 240)


Cara ini untuk memprediksi shelf life emulsi pada temperatur kamar adalah dengan sentrifugasi, yang akan
menyebabkan terjadinya pemisahan fasa akibat koalesensi atau creaming.
Prosedur : (Modul Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semi Solid, revisi 2003, hal 38)
Sentrifugasi pada 3750 RPM dalam tabung setinggi 10 cm selama 5 jam dikatakan ekivalen dengan pengaruh selama
kurang lebih 1 tahun sedangkan sentrifugasi pada kecepatan yang sangat tinggi (25.000 RPM) dapat memprediksi
ketidakstabialan emulsi yang tidak terlihat pada penyimpanan normal.

IV.5.2 Evaluasi kimia:


Prosedur evaluasi kimia harus mengacu terlebih dahulu pada data monografi sediaan (dibuku FI IV atau buku resmi lainnya)
1. Identifikasi
Metode utama :
Prinsip : mengacu pada bab V... (dijurnal: bagian analisis)
Prosedur: mengacu pada bab V... (dijurnal: bagian analisis)

2. Penetapan kadar
Metode utama :
Prinsip : mengacu pada bab V... (dijurnal: bagian analisis)
Prosedur: mengacu pada bab V... (dijurnal: bagian analisis)

IV.5.3 Evaluasi biologi (untuk antibiotic):


1. uji efektivitas pengawet antimikroba (FI IV <61>, hlm. 854-855)
 Tujuan: untuk menunjukkan efektivitas pengawet antimikroba yg ditambahkan pada sediaan dosis ganda yg
dibuat dg dasar atau bahan pembawa berair seperti produk2 parenteral, telinga, hidung dsb yg dicantumkan pd
etiket produk bersangkutan
 Prinsip: Inokulasi mikroba pada sediaan untuk mengetahui efektivitas pengawet pada sediaan dg cara
menginkubasi tabung bakteri bioligik yg berisi sampel dari inokula pd suhu 20C atau 25C
 Prosedur: Inokulasi menggunakan jarum suntik melalui sumbat karet secara aseptik ke dalam 5 wadah asli
sediaan. Jika wadah tidask dapat ditembus secara aseptik maka pindahkan 20ml sampel masing2 ke dalam 5
tabung bakteriologik bertutup steril lalu inokulasi menggunakan perbandingan 0m1 ml inokula setara dg 20 ml
sediaan dan campur. Inkubasi pd suhu 20C atau 25C lalu amati.
 Penafsiran hasil: Suatu pengawet dikatakan efektif jika:
a. Jumlah bakteri viabel pada hari ke 14 berkurang hingga tidak lebih dari 0,1% dari jumlah awal
b. Jumlah kapang & khamir viabel selama 14 hari pertama adalah tetap atau kurang dari jumlah awal
c. jumlah tiap mikroba uji selama hari sisa dari 28 hari pengujian adalah tetap atau kurang dari bilangan yg
disebutkan pd a dan b.

2. penetapan potensi antibiotika (untuk zat aktif antibiotik) (FI IV <131>, hlm. 891-899) khusus jika zat aktif
adalah antibiotik
Tujuan: untuk memastikan aktivitas antibiotik tidak berubah selama proses pembuatan emulsi. Aktivitas antibiotik
dapat dilihat dengan dua kriteria yaitu konsentrasi hambat minimum (KHM) dan diameter hambat. Harga KHM
berlainan untuk setiap mikroorganisme, tergantung pada kepekaan masing-masing mikroba. Makin rendah harga
KHM, makin kuat potensinya. Pada umumnya antibiotik yang berpotensi tinggi mempunyai KHM yang rendah dan
diameter hambat yang besar.

Ket: KOPTEM dipilih untuk Media, Dapar, Larutan pembanding, mikroba uji & penyiapan inokula. Tidak usah
semuanya!

IV. 6 Pengemasan Sediaan Jadi


Dipilih botol coklat untuk melindungi sediaan dari cahaya. (klo pake botol coklat)

Anda mungkin juga menyukai