Emulsi
Emulsi
Emulsi
c. Cara Basah
- Emulgator dikembangkan terlebih dahulu
- Korpus emulsi dibuat dengan perbandingan minyak : emulgator : air = 4:2:1
- minyaK, air dan emulgator (yang sudah dikembangkan) dicampurkan dan dikocok dengan menggunakan stirer pada
kecepatan tinggi selama 2 menit.
- Tambahkan eksipien yang sudah dilarutkan dalam fasa luar/pelarut yang sesuai sedikit demi sedikit ke dalam korpus
emulsi sambil diaduk cepat hingga homogen
- tambahkan sisa air sedikit demi sedikit sambil diaduk cepat hingga volume 2500 mL dan diaduk kembali hingga
homogen (zat warna di tambahkan terakhir)
- Sebanyak 61,8 mL emulsi dimasukkan ke dalam wadah botol (coklat) yg telah ditara dan botol ditutup
- Botol diberi etiket, dimasukkan ke wadah sekunder dengan disertakan brosur dan sendok takar
2. Penetapan viskositas
Penetapan viskositas dan sifat aliran dengan Viskosimeter Brookfield (Modul Praktikum Farmasi Fisika, 2002, hal 17-18)
○ Alat : Viskosimeter Brookfield
○ Prinsip : merupakan viskosimeter rotasi yg dapat digunakan untuk mengukur viskositas dan sifat aliran dari sediaan.
Untuk mengetahui sifat aliran dilakukan dg memplot kurva ppm dg usaha yg digunakan untuk memutar spindel.
Viskositas emulsi relatif kecil maka digunakan viskosimeter brookfield jenis RV. Karena pada proses pemakaian
EMULSI terjadi penuangan maka selain mengukur viskositas juga diukur sifat aliran.
○ Prosedur :
1. Penyiapan sampel
Sampel yang akan diukur ditempatkan pada gelas piala dengan permukaan rata (sedapat mungkin penuh) dan
tidak boleh ada gelembung udara didalamnya
2. Orientasi spindel
Jenis spindel : TA, TB, TC, TD, TE, TF (diurut dari yang besar sampai yang kecil). Semakin kental sampel yang
akan diuji, gunakan spindel yang semakin kecil. Salah satu spindel dipilih, dicoba pada 4 kecepatan (rpm) yaitu
0.5 ; 1; 2.5; dan 5 RPM. Jika masing-masing RPM memberikan harga diantara 30-80 maka spindel dapat
digunakan, jika diluar rentang harga tersebut maka spindel diganti dengan yang lain
3. Pengukuran
Dilakukan pada suhu kamar
Pembacaan skala dilakukan pada rentang waktu tertentu misalnya 2 menit. Setiap formula dapat dilakukan 2-3
x pengukuran. Pembacaan dilakukan dengan menyatakan jenis spindel dan kecepatan putarnya
4. Cara kerja :
Kocok emulsi lalu masukkan ke dalam beker gelas sebanyak + 400-500 ml.
Pasang spindel pada gantungan spindel.
Turunkan spindel sedemikian rupa sehingga batas spindel tercelup ke dalam cairan yang akan diukur
viskositasnya.
Pasang stop kontak.
Nyalakan motor sambil menekan tombol.
Biarkan spindel berputar dan lihatlah jarum merah pada skala.
Bacalah angka yang ditunjukkan oleh jarum tersebut. Untuk menghitung viskositas, maka angka pembacaan
tersebut dikalikan dengan suatu faktor yang dapat dilihat pada tabel yang terdapat pada brosur alat.
Dengan mengubah-ubah RPM, maka didapat viskositas pada berbagai RPM.
Untuk mengetahui sifat aliran, dibuat kurva antara RPM dan usaha yang dibutuhkan untuk memutar spindel.
Usaha dapat dihitung dengan mengalikan angka yang terbaca pada skala dengan 7,187 dyne cm (untuk
viskometer Brookfield tipe RV)
3. Penentuan Ukuran Globul (Martin hal 430431; Lachman Practice ed III, hal 531)
Metode ini cukup banyak digunakan untuk evaluasi emulsi. Yang ditetapkan adalah ukuran droplet rata-rata berikut
distribusinya pada selang waktu waktu tertentu. Diasumsikan terjadi pembesaran ukuran droplet. Analisis ukuran droplet
ini dapat dilakukan dengan mikroskop (mengukur diameter) atau penghitung elektronik (electronic counter), yang
mengukur volume droplet.
Prosedur :
untuk mempermudah penentuan ukuran droplet, sediaannya diencerkan dulu dengan gliserin. Dari sediaan yang telah
diencerkan tadi, diambil 1-2 tetes, disimpan di atas kaca objek, lalu diberi beberapa tetes larutan Sudan III, diaduk
sampai rata. Setelah diberi kaca penutup, dilihat di bawah mikroskop bermikrometer. Partikel yang diukur paling sedikit
berjumlah 300.
Studi menggunakan emulsi yang stabil menunjukkan bahwa pada awalnya akan terjadi perubahan ukuran droplet yang
sangat cepat, yang menunjukkan kekurangsempurnaan pelapisan permukaan droplet oleh emulgator selama proses
emulsifikasi. Selanjutnya perubahan ukuran droplet yang lambat menunjukkan adanya koalesensi droplet sampai
tercapai kondisi yang relatif lebih stabil.
4. Penetapan viskositas dan sifat aliran dengan Viskosimeter Brookfield (Modul Praktikum Farmasi Fisika, 2002, hal 17-
18)
○ Alat : Viskosimeter Brookfield
○ Prinsip : merupakan viskosimeter rotasi yg dapat digunakan untuk mengukur viskositas dan sifat aliran dari sediaan.
Untuk mengetahui sifat aliran dilakukan dg memplot kurva ppm dg usaha yg digunakan untuk memutar spindel.
Viskositas emulsi relatif kecil maka digunakan viskosimeter brookfield jenis RV. Karena pada proses pemakaian
emulsi terjadi penuangan maka selain mengukur viskositas juga diukur sifat aliran.
○ Prosedur :
5. Penyiapan sampel
Sampel yang akan diukur ditempatkan pada gelas piala dengan permukaan rata (sedapat mungkin penuh) dan
tidak boleh ada gelembung udara didalamnya
6. Orientasi spindel
Jenis spindel : TA, TB, TC, TD, TE, TF (diurut dari yang besar sampai yang kecil). Semakin kental sampel yang
akan diuji, gunakan spindel yang semakin kecil. Salah satu spindel dipilih, dicoba pada 4 kecepatan (rpm) yaitu
0.5 ; 1; 2.5; dan 5 RPM. Jika masing-masing RPM memberikan harga diantara 30-80 maka spindel dapat
digunakan, jika diluar rentang harga tersebut maka spindel diganti dengan yang lain
7. Pengukuran
Dilakukan pada suhu kamar
Pembacaan skala dilakukan pada rentang waktu tertentu misalnya 2 menit. Setiap formula dapat dilakukan 2-3
x pengukuran. Pembacaan dilakukan dengan menyatakan jenis spindel dan kecepatan putarnya
8. Cara kerja :
Kocok emulsi lalu masukkan ke dalam beker gelas sebanyak + 400-500 ml.
Pasang spindel pada gantungan spindel.
Turunkan spindel sedemikian rupa sehingga batas spindel tercelup ke dalam cairan yang akan diukur
viskositasnya.
Pasang stop kontak.
Nyalakan motor sambil menekan tombol.
Biarkan spindel berputar dan lihatlah jarum merah pada skala.
Bacalah angka yang ditunjukkan oleh jarum tersebut. Untuk menghitung viskositas, maka angka pembacaan
tersebut dikalikan dengan suatu faktor yang dapat dilihat pada tabel yang terdapat pada brosur alat.
Dengan mengubah-ubah RPM, maka didapat viskositas pada berbagai RPM.
Untuk mengetahui sifat aliran, dibuat kurva antara RPM dan usaha yang dibutuhkan untuk memutar spindel.
Usaha dapat dihitung dengan mengalikan angka yang terbaca pada skala dengan 7,187 dyne cm (untuk
viskometer Brookfield tipe RV)
5. Penentuan volume terpindahkan (FI IV <1261>, hal 1089)
Tujuan : sebagai jaminan bahwa larutan oral dan emulsi yg dikemas dalam wadah dosis ganda dengan volume yg
tertera di etiket tidak lebih dari 250 ml, jika dipindahkan dari wadah asli akan memberikan volume sediaan seperti
tertera di etiket.
Alat : gelas ukur kering
Prinsip : melihat kesesuaian volume sediaan, jika dipindahkan dari wadah asli, dengan volume yang tertera pada
etiket
Prosedur :
- Dipilih tidak kurang dari 30 wadah/botol
- Perlakuan awal : 10 botol dipilih dan dikocok satu per satu
- Isi botol dituang perlahan untuk menghindari pembentukan gelembung udara ke dalam gelas ukur berkapasitas
tidak lebih dari 2,5 kali volume yg diukur dan telah dikalibrasi.
- Didiamkan selama 30 menit, jika telah bebas gelembung udara, volume dapat diukur
Penafsiran hasil :
- Volume rata2 campuran emulsi yg diperoleh dari 10 botol tidak kurang dari 100% dan tidak satupun volume
botol yg kurang dari 95% dari volume pada etiket
- Jika A : volume rata2 yg diperoleh dari 10 botol 95-100% dari yg tertera pd etiket
dan jika B : dari 10 wadah tidak lebih dari satu wadah pervolume antara 90-95 % dari yang tertera pada etiket
maka dilakukan uji tambahan terhadap 20 wadah tambahan
Persyaratan : Volume rata2 emulsi yg diperoleh dari 30 botol tidak kurang dari 100% dari yg tertera di etiket dan
tidak lebih dari satu dari 30 wadah bervolume 90-95% dari yg tertera di etiket
6. Penentuan Berat Jenis (FI IV <981>, hal 1030).
Tujuan : menjamin sediaan memiliki bobot jenis yg sesuai dg spesifikasi dari produk th telah ditetapkan
Alat : piknometer
Prinsip : membandingkan bobot zat uji di udara terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama
Prosedur :
- Piknometer bersih dan kering yg telah dikalibrasi ditimbang bobotnya sebagai W1
- Piknometer yg telah diisi air pd suhu 25C ditimbang bobotnya sebagai W2
- Piknometer yg telah diisi larutan uji/sediaan pada suhu 25C ditimbang bobotnya sebagai W3
- Bobot jenis larutan uji/sediaan dapat dihitung dg rumus :
dt = (W3-W1)
(W2-W1)
7. Penetapan pH (FI IV <1071>, hal 1039)
○ Tujuan : mengetahui pH suatu bahan atau sediaan dan untuk mengetahui kesesuaiannya dg persyaratan yg telah
ditentukan
○ Alat : pH meter
○ Prinsip : pengukuran pH cairan uji menggunakan pH meter yg telah dikalibrasi
○ Prosedur :
- larutan dapar dibuat untuk pembakuan pH meter. Larutan dapar baku yg dipilih ada dua, dimana pH larutan uji
diperkirakan berada diantara 2larutan dapar baku tersebut dan mempunyai perbedaan pH tidak lebih dari 4 unit
dg pH larutan uji
- Sel diisi dg salah satu larutan dapar, kendali suhu dipasang pd suhu larutan dan kontrol kalibrasi diatur sehingga
pH larutan dapar baku identik dg pH yg seharusnya.
- Elektroda dan sel dibilas beberapa kali dg larutan dapar untuk pembakuan yg kedua, kemudian sel diisi dg larutan
dapar kedua, pH dikalibrasi sesuai dg pH larutan dapar kedua.
- Jika pH dari kedua larutan dapar baku tsb telah sesuai, maka ph larutan uji dapat diukur.
- Suhu pengukuran larutan dapar baku dan larutan uji harus sama sesuai dg suhu larutan uji yang akan diukur.
2. Penetapan kadar
Metode utama :
Prinsip : mengacu pada bab V... (dijurnal: bagian analisis)
Prosedur: mengacu pada bab V... (dijurnal: bagian analisis)
2. penetapan potensi antibiotika (untuk zat aktif antibiotik) (FI IV <131>, hlm. 891-899) khusus jika zat aktif
adalah antibiotik
Tujuan: untuk memastikan aktivitas antibiotik tidak berubah selama proses pembuatan emulsi. Aktivitas antibiotik
dapat dilihat dengan dua kriteria yaitu konsentrasi hambat minimum (KHM) dan diameter hambat. Harga KHM
berlainan untuk setiap mikroorganisme, tergantung pada kepekaan masing-masing mikroba. Makin rendah harga
KHM, makin kuat potensinya. Pada umumnya antibiotik yang berpotensi tinggi mempunyai KHM yang rendah dan
diameter hambat yang besar.
Ket: KOPTEM dipilih untuk Media, Dapar, Larutan pembanding, mikroba uji & penyiapan inokula. Tidak usah
semuanya!