Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

PENDAHULUAN Echinodermata Dan Molusca

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

I.

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Laut merupakan ekosistem yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi.
Hampir setiap phylum hewan dapat ditemukan di laut. Organisme yang hidup di laut
dipengaruhi oleh sifat air laut untuk sekelilingnya, baik berupa tumbuhan ataupun hewan
sehingga banyak bentuk umum yang dijumpai merupakan hasil adaptasi terhadap medium
cair dan perggerakannya
Laut juga merupakan tempat mata pencaharian untuk golongan masyarakat tertentu
yang hidup di sekitar laut, termasuk daerah pasang surut yang berkarang, berlumpur atau
berpasir. Hampir semua wakil dari phylum hewan dapat ditemukan di laut. Phylum
echidonemata ditempatkan pada akhir deretan Phylum dalam invertebrata lainnya. Hal ini
merupakan salah satu alasan banyak Phylum echidonemata lebih dekat dengan Vertebrata
daripada Invertebrata.
Dalam penerapannya antara oseanografi dan biologi khususnya biologi kelautan
mempunyai saling keterkaitan. Seperti contoh suatu ekosistem perairan laut mempunyai suatu
keadaan lingkungan laut yang bisa mempengaruhi jumlah komunitas mahkluk hidup yang
tinggal di laut tersebut. Keadaan laut tersebut bisa dipelajari dalam oseanografi. Keadaan laut
yang dipelajari tidak hanya tentang cuaca di atas laut, tetapi juga keadaan lautnya, bagaimana
kedalaman lautnya, bagaimana arus air lautnya serta bagaimana kandungan zat kimia yang
mungkin terlarut dalam air laut tersebut. Maka dari itu praktikum ini dilakukan.
Avertebrata laut adalah ilmu yang mempelajari semua biota-biota yang hidup dalam
air, terutama biota atau hewan air yang tidak memiliki tulang belakang sebagai penopang
tubuhnya termasuk juga tumbuhan air dan karang. Kelompok hewan avertebrata mempunyai
ciri-ciri tidak bertulang belakang, susunan syaraf terletak dibagian ventral (perut) dibawah
saluran pencernaan, umunya memiliki rangka luar (eksoskleton) dan tidak dilindungi oleh
tengkorak. Avertabrata laut dibagi dalam beberapa filum. Avertebrata air adalah hewan air
yang tidak mempunyai tulang belakang dan susunan pencernaannya terletak dibawah saluran
pencernaan. Avertebrata air tebagi menjadi delapan filum yaitu: Porifera, Coelenterata,
Echinodermata, Mollusca, Plathyhelmanthes, Nemalthelminthes, annelida dan Anthropoda.
Porifera adalah hewan yang tubuhnya berpori-pori. Hewan ini berfungsi sebagai tempat untuk
masuknya air yang mengandung bahan makanan kedalam tubuh. Hewan ini merupakan salah
satu hewan yang menyusun terumbu karang. Semuanya hidup melekat (sessile)  pada substrat
keras(Fitriana Narti.2010).
 Avertebrata berasal dari bahasa latin (A = tanpa, vertebrae = tulang belakang).
Avertebrata air dapat di definisikan sebagai hewan hewan bertulang belakang, yang sebagian
atau seluruh daur hidupnya hidup didalam air. Habitat hidup avertebrata air tersebar dari
ekosistem air laut, ekosistem payau, air tawar dan bahkan pada ekosistem ekstrim seperti
danau garam. Invertebrate mencakup 95% dar seluruh jenis hewan. Diantara kelompok
invertebrate juga terdapat perbedaan-perbedaan. Invertebrata atau Avertebrata adalah sebuah
istilah yang diungkapkan oleh Chevalier de Lamarck untuk menunjuk hewan yang tidak
memiliki tulang belakang serta memiliki struktur morfologi dan anatomi lebih sederhana
dibandingkan dengan kelompok hewan bertulang punggung belakang. Dan sistem
pencernaan, pernapasan, dan peredaran darah lebih sederhana dibandingkan hewan
vertebrata. Invertebrata mencakup semua hewan kecuali hewan vertebrata (pisces, reptil,
amfibia, burung, dan mammalia(Fitriana Narti.2010).

I.2. Tujuan
1. Mempelajari dan mengetahui struktur morfologi echinodermata
2. Mempelajari dan menjelaskan anatomi echinodermata
3. Melakukan identifikasi terhadap echinodermata
4. Mengamati organisme yang tergolong molusca.
5.  Menggambar bagian – bagian dari organisme yang tergolong molusca serta
menuliskan susunan klsifikasinya

2.5 Echinnodermata
Echinodermata berasal dari bahasa Yunani Echinos artinya duri, derma artinya kulit.
Secara umum Echinodermata berarti hewan yang berkulit duri. Filum ini muncul di periode
Kambrium awal dan terdiri dari 7.000 spesies yang masih hidup dan 13.000 spesies yang
sudah punah. Echinodermata adalah filum hewan terbesar yang tidak memiliki anggota yang
hidup di air tawar atau darat. Hewan - hewan ini juga mudah dikenali dari bentuk tubuhnya:
kebanyakan memiliki simetri radial, khususnya simetri radial pentameral (terbagi lima).
Walaupun terlihat primitif, Echinodermata adalah filum yang berkerabat dan relatif dekat
dengan Chordata dan simetri radialnya berevolusi secara sekunder. Larva bintang laut
misalnya, masih menunjukkan keserupaan yang cukup besar dengan larva Hemichordata
(Hariyadi, 2011).
Filum Echinodermata memiliki ciri-ciri sebagai berikut : tubuhnya simetrik radial,
umumnya pentameri (bersegi lima), tidak ada segmentasi, dinding tubuh tersusun dari theka
kapur yang dapat membentuk endoskeleton dan duri-duri eksternal, memiliki saluran
pencernaan yang umumnya lengkap, sistem hidrovaskuler dengan kaki-kaki yang berfungsi
untuk pergerakan (kaki ambulakral), sifat kelamin dieseus, telur biasanya dibuahi di dalam air
laut, larvanya mikroskopis dan mempunyai silia, semua anggotanya hidup di laut, memiliki 5
kelas : kelas Crinoidea, kelas Asteriodea, kelas Ophiuroidea, kelas Echinoidea, kelas
Holothuroidea (Suhardi, 1983).
Echinodermata ditemukan di hampir semua kedalaman laut. Filum ini muncul di periode
Kambrium awal dan terdiri dari 7.000 spesies yang masih hidup dan 13.000 spesies yang
sudah punah. Hewan ini mempunyai kemampuan automi dan regenerasi bagian yang putus,
rusak atau hilang, contohnya timun laut. Apabila timun laut merasa dirinya terancam, maka
timun laut akan menyemprotkan organ tubuhnya agar mendapatkan kesempatan untuk
melarikan diri. Kelak, organ tubuh yang hilang nantinya akan tumbuh kembali.
Echinodermata mempunyai kulit keras yang tersusun dari zat kapur dengan lima lengan
berbentuk seperti jari, dan organ-organ tubuh yang berjumlah/kelipatan lima. Pada umumnya
hewan ini bertubuh kasar karena terdapat tonjolan kerangka dan duri di tubuhnya. Bentuk
tubuh echinodermata umumnya seperti bintang, bulat, pipih, bulat memanjang, dan seperti
tumbuhan. Sedangkan pada bagian tubuhnya oral dan aboral. Pada permukaan tubuh
Echinodermata umumnya berduri, baik pendek tumpul maupun panjang berduri.
Echinodermata tidak mempunyai otak dan memiliki Ambulakral yang berfungsi dalam
mengatur pergerakan (Wirda, 2013).
Echinodermata yang merupakan fauna penghuni karang (Coral reef) yang penting.
Mereka menduduki berbagai mikrohabitat sesuai dengan cara hidup mereka masing - masing.
Echinodermata berkembang biak secara seksual, yaitu hewan jantan dan betina yang
melepaskan sel gametnya ke air laut, dan proses fertilisasi yang berlangsung secara eksternal
(di dalam air laut).  Echinodermata adalah hewan yang hidup secara bebas artinya habitat
hewan ini dapat dimana saja, bisa di laut pantai sampai laut dalam. Makanan tergantung
kepada jenisnya. Contoh makanan adalah plankton, atau organisme organisme yang telah
mati atau membusuk. Echinodermata memiliki sistem peredaran darah yang masih belum.
Jika digambarkan secara sederhana, pembuluh darah berawal dari yang mengelilingi mulut. 
Echinodermata dilakukan engan menggunakan insang atau pupula. Echinodermata terdiri atas
saraf yang berbentuk lingkaran (cincin) yang mempersarafi mulut, dan saraf radial yang mirip
tali mempersarafi pada bagian lengan atau kaki tabung (Wirda, 2013).

2.5.1 Morfologi Echinodermata


Echinodermata berasal dari kata Yunani echinos yang berarti duri dan derma yang
artinya kulit. Jadi echinodermata berarti hewan berkulit duri. Tubuh echinodermata tidak
bersegmen atau beruas-ruas. Pada waktu larva, simetri tubuhnya bilateral, tetapi setelah
dewasa simetrinya radial. Hewan ini mempunyai kaki ambulakral (kaki buluh), tidak
berkepala, dan tidak mempunyai otak. Epidermisnya halus dan diperkuat oleh kepingan kapur
yang disebut laminae(osikula). Mesodermis mengandung endoskeleton yang dapat
digerakkan dan terikat lempengan kalkareus yang biasanya berpola tertentuu dan terdapat
duri-duri. Makananya berupa organisme-organisme yang lebih kecil atau sisa-sisa organism
mati. (Fitriana, 2010. )

Sumber :Google

Gambar 1. Morfologi Echinodermata

Ciri-ciri Echinodermata secara rinci adalah :

 Simetri radial pada hewan yang telah dewasa, memiliki 5 bagian, sedang
larvanya simetri bilateral; memiliki 3 jaringan dasar, sebagian besar alatnya
bersilia, tidak memiliki kepala dan otak, tidak bersegmen.
 Permukaan tubuh yang umumnya simetri radia, memiliki kaki buluh atau kaki
ambulakral.
 Tubuh terbungkus oleh epidermis yang halus dengan disokong oleh penguat
berupa kepingan kapur yang disebut laminae atau ossicula yang mudah
digerakkan atau tidak mudah digerakkan, dengan pola yang tetap, sering memiliki
duri-duri kapur yang halus.
 Saluran pencernaan sederhana, biasanya lengkap (beberapa jenis tidak
memliki anus).
 Memiliki sistem sirkulasi radial yang mengalami reduksi; coelom dilapisi oleh
peritonium bersilia ; rongga coelom biasanya luas dan berisi amoebocyt-
amoebocyt bebas.( Fitriana, 2010.)

Respirasi dilakukan dengan insang kecil atau papulae yang tersembul dari coelom dan
beberapa jenis Echinodermata bernapas dengan menggunakan kaki ambulakral, sedang pada
Holoturoidea menggunakan batang-batang seperti pohon yang terdapat dalam cloaca.Sistem
syaraf dengan batang cincin yang bercabang-cabang kearah radial. Seks terpisah dengan
beberapa perkecualian. Secara umum, Echinodermata tubuh terdiri atas bagian oral dan
aboral, memiliki sistem vaskuler (sistem Ambulakral), umumnya lengan berjumlah 5.
Asterias tubuhnya dilindungi oleh duri-duri. Hewan ini mempunyai bentuk yang khas dan
panjangnya bisa mencapai 1 mm. Berdasarkan bentuk tubuhnya, Echinodermata dibagi 5
kelas yaitu : kelas Asteroidea (bintang laut), kelas Echinoidea (landak laut), kelas
Ophiuroidea (bintang ular), kelas Holoturoidea (timun laut), dan kelas Crinoidea (lili laut).
( Fitriana, 2010.)

2.5.2 Water Vascular System

Menurut Scheer (1969) menyatakan bahwa dari sini orisinalitas organisasi


echinodermata mulai muncul. Sebenarnya, pembagian kompartemen coelomic jarang
dilakukan dengan cara yang sama di sebelah kiri seperti di sebelah kanan. Biasanya
pembagian antimere kanan tidak lengkap: Hydrocoel yang tepat tidak menjadi individual,
atau hanya diwakili oleh kuncup sementara, dan axocoel yang tepat, kekurangan
holothuriadan crinoid, selalu kurang berkembang dari pada ke kiri. Selain itu, axocoel kiri
dan hydrocoel kiri tetap berkomunikasi langsung Atau, seperti pada crinoid, dihubungkan
kemudian oleh kanal. Selain itu, axocoel kiri (tapi tidak kanan) terbuka ke bagian luar oleh
pori-pori, diletakkan di sebelah kiri wajah dorsal. Jadi, dalam pengaturan dan pengembangan
koeloms larva kita menemukan salah satu karakteristik paling dasar dari echinodermata:
asimetri mereka, yang memanifestasikan dirinya dari asal mula pengaturan koelomik atau
bahkan kadang terlihat di dalam telur. Asimetri mempengaruhi semua proses ontogenetik
selanjutnya dan karena itu sangat penting. Meskipun demikian, ini hanya karakteristik
sekunder, karena ada larva dengan simetri terbalik atau yang menunjukkan perpecahan yang
sama sempurna pada sisi kanan dan kiri, yang membuktikan bahwa potensi morfogenetik
pada dasarnya bersifat bilateral. Apakah larva menjadi tetap (crinoid, asteroid tertentu) atau
tetap bebas (echinodermata lainnya), echinoderm mengalami metamorfosis. Melalui mana ia
menjadi lebih dan lebih asimetris dan akhirnya memperoleh simetri radial yang sama sekali
baru.4 Jadi seseorang mengamati:

1. kecenderungan yang sangat mencolok, sejak awal transformasi ini, untuk memusatkan
pembentukan imago di sisi kiri Larva, yang Memodifikasi secara radikal rencana
simetri bilateral;
2. pengurangannya Atau hilangnya kantung antelomial anterior dari antimere kanan;
3. dominannya pertumbuhan larva di sisi kiri Dibandingkan dengan kanan;
4. bulan sabit dan akhirnya bentuk cincin yang diambil oleh hydrocoelom kiri dan tunas
dari cincin lima primer ini. Tentakel yang, seperti yang telah kita lihat, tunas dari lima
sinar organisme dewasa.

Metamorfosis ini unik untuk echinodermata. Mereka menunjukkan bahwa


echinodermata telah mengikuti jalan evolusi secara unik milik mereka dan menjelaskan
pentingnya celah yang memisahkan echinoderms dari kelompok lain, yang antara keduanya
tidak ada perantara (Scheer,1969).

2.5 Molusca
2.5.1 Klasifikasi Molusca
Moluska merupakan filum yang memiliki anggota teerbanyak kedua setelah filum
arthopoda. Jumlah spesiesnya uyaitu sekitar 50.000-110.000 spesies yang masih hidup dan
35.000 spesies fosil. Sebagian besar moluska hidup di wilYh perairan laut. Kelas gastropoda
merupkan kelas terbesar dari filum molussca. Setidaknya dari 80.000 jenis dari anggota kelas
gastropoda, sekitar 1500 jenis diantaranya terdapat di indonesia dan sekitarnya (Ira et al,
2015).
Moluska merupakan kelompok invertebrata terbesar kedua yang sebagian besar
anggotanya hidup di wilayah perairan. Keanekaragaman mencapai lebih dari 50.000 spesies.
Moluska memiliki nilai penting bagi manusia yaitu sebagai bahan perhiasan dan bahan
makanan. Selain itu, keberadaan, kepadatan dan kelimpahan Moluska di suatu daerah dapat
di gunakan sebagai acuan penilaian kualitas ekologi di daerah tersebut (Istiqlal et al., 2013).
Moluska mempunyai bentuk tubuh yang beranekaragam. Berdasarkan bentuk tubuh
jumlah serta keping cangkang filum moluska terbagi kedalam 7 kelas yaitu: Aplacophora,
Monoplacophora, Polyplacophora, Gastropoda, Bivalvia, Schaphopoda, dan Chephalopoda
(Irawan, 2008).
Moluska merupakan kelompok biota laut sebagai komponen penting penyusun ekosistem
perairan. Keberadaan moluska di sekitar perairan masih belum banyak diketahui dengan baik
seperti karang dan ikan. Sehingga diperlukan upaya-upaya untuk mengungkap
keanekaragaman jenis moluska di suatu kawasan. Disamping itu jenis-jenis moluska yang
telah dipublikasikan tersebut juga terbatas pada jenis-jenis yang berasosiasi dengan terumbu
karang. Padahal masih sangat banyak jenis moluska yang belum banyak diungkapkan yang
berasosiasi dengan padang lamun (Arbi, 2012). Menurut Kariono (2013) menyatakan bahwa
Cara mengidentifikasi yaitu dengan mengukur panjang shell, lebar shell, whorls, panjang
aperture, spiral sculpture (transverse sculpture), axial sculpture, bentuk shell dan jumlah spire.
Sedangkan menurut Carpenter (1988) menyatakan bahwa identifikasi gastropoda dapat
berdasarkan perbedaan shell dalam bentuk, umumnya fusiform, dengan puncak menara yang
tinggi. Permukaan luar dengan banyak pola pahatan, terdiri dari spiral atau aksial hingga
rusuk dan tali miring, alur, nodul atau duri. Periostracum sering hadir. Aperture lebih atau
kurang memanjang, kanal siphonal ditandai dengan baik, pendek sampai panjang. Bibir luar
umumnya tipis dan tajam. Sebuah celah karakteristik atau takik di sepanjang bagian posterior
bibir luar, yang tercermin dalam garis pertumbuhan yang dibuat oleh bibir. Bibir bagian
dalam sebagian besar mulus. Operkulum kornea, dengan terminal atau lateral nucleus,
terkadang tidak ada. Kepala dengan moncong panjang dan tentakel yang dipisahkan secara
luas dengan mata di atau di dekat pangkalan mereka. Menyedot menyedot dengan baik.
Sedangkan untuk bivalvia, menurut Carpenter (1988) menyatakan bahwa Untuk
identifikasi spesies bivalvia yang benar, perlu untuk mengorientasikan cangkang dengan
benar dan untuk membedakan katup kanan dari katup kiri. Area dimana lobus mantel
disatukan dengan massa viseral dianggap sebagai dorsal. Ini hampir sama dengan
mempertimbangkan bahwa engsel dan umbones menempati posisi dorsal. Margin anterior
kemudian relatif dekat dengan mulut, dan margin posterior mendekati anus. Dalam shell
bivalve, berguna untuk diingat bahwa:
1. sinus pallial, bila ada, bersifat posterior;
2. Pusat bekas luka adduktor posterior pada spesies dengan hanya satu otot adduktor;
3. Ligamen eksternal, saat membentang di sepanjang satu sisi umbones, berada di
belakang mereka.
Namun, peraturan sederhana ini tidak berlaku untuk semua spesies, dan terkadang
kriteria lainnya harus digunakan. Dalam kasus tersebut, fitur orientasi yang tepat
digambarkan dalam akun keluarga atau spesies.
2.5.2 Ciri-ciri Umum Molusca
Mollusca adalah hewan lunak dan tidak memiliki ruas. Tubuh hewan ini
tripoblastik, bilateral simetri, umumnya memiliki mantel yang dapat menghasilkan bahan
cangkok berupa kalsium karbonat. Cangkok tersebut berfungsi sebagai rumah (rangka luar)
yang terbuat dari zat kapur misalnya kerang, tiram, siput sawah dan bekicot. Namun ada pula
Mollusca yang tidak memiliki cangkok, seperti cumicumi, sotong, gurita atau siput telanjang.
Mollusca memiliki struktur berotot yang disebut kaki yang bentuk dan fungsinya berbeda
untuk setiap kelasnya (Setyobudiandi, 2010).
Sebagian besar Gastropoda mempunyai cangkok (rumah) dan berbentuk kerucut terpilin
(spiral). Bentuk tubuhnya sesuai dengan bentuk cangkok. Padahal waktu larva, bentuk
tubuhnya simetri bilateral. Namun ada pula Gastropoda yang tidak memiliki cangkok,
sehingga sering disebut siput telanjang (vaginula). Hewan ini terdapat di laut dan ada pula
yang hidup di darat (Setyobudiandi, 2010).
III. MATERI DAN METODE

3.1Waktu dan tempat


Hari, tanggal :
Pukul :
Tempat :
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat Praktikum
Tabel 1. Alat Praktikum
No Nama alat Gambar alat Fungsi alat
1. Sarung Untuk melindungi
tangan tangan kita

2. Ember Untuk wadah dari


sampel moluska
yang akan di
identifikasi
3 Nampan Tempat
diletakkannya
moluska yang akan
di identifikasi
4 Penggaris Untuk mengukur
panjang dari sampel

5 Hvs Untuk memperjelas


laminating saat melakukan
pengamatan

6 Kamera Alat untuk


HP dokumentasi

3.2.2 Bahan Praktikum


Tabel 2. Bahan Praktikum
No Nama bahan Gambar Kegunaan
1. Sampel Bahan yang
echinodermata diganakan
untuk
praktikum

2. Sampel Moluska Sebagai bahan


yang
diidentifikasi

3.3 Metode
3.3.1 Metode Echinodermata
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Sampel diambil didalam ember menggunakan saringan ikan
3. Sampel diletakkan di nampan yang telah diberi hvs laminating
4. Sampel diukur dengan penggaris yang memiliki panjang 30 cm
5. Sampel di identifikasi dari bentuk morfologinya, nama bagian bagian tubuhnya, ciri-ciri
fisik dari sampel dan nama spesiesnya
6.Saat sampel diidentifikasi , harus diteliti bagian bagian tubuhnya dan digunakan loop
untuk mempermudah melihat bagian bagiannya dan didampingi dengan buku identifikasi
untuk mempermudah proses identifikasi
7. kemudian dilakukanlah beberapa hal tersebut untuk identikasi sampel yang lain, dengan
cara yang sama
8. hasil identifikasi dicatat dan didokumentasikan
3.3.2 Metode Molusca
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Morfologi tiap sampel diamati
3. Morfologi dan ciri khusus dibandingkan dengan kunci identifikasi
4. Sampel yang telah diidentifikasi di dokumentasikan
5. Hasil pengamatan dan identifikasi dicatat
IV . HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.4 Hasil Echinodermata


1. Linckia Laevigata

Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Kelas : Asteroidae
Order : Valvatida
Family : Ophidiasteridae
Genus : Linckia
Spesies : Linckia Laevigata

2. Genus Asterina
Kingdom              : Animalia
Phylum                 : Echinodermata
Class                     : Asteroidea
Ordo                     : Spinulosida
Genus                   : Asterina
Species                 : Asterina miniata (Brandt, 1835)
3. Diadema Setosum

Kingdom         : Animalia
Phyllum           : Echinodermata
Class                : Echinodea
Ordo                : Cidaroidea
Familly            : Diadematidae
Genus              : Diadema
Spesies             : Echinoidea

4.1.5 Hasil Molusca


Kingom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Bivalvia
Ordo : Acroida
Famili : Acridae
Genus : Barbatia
Spesies : Barbatia foliata

Kingom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Bivalvia
Ordo : Veneroida
Famili : Cardildae
Genus : Plagiocardium
Spesies : Plagiocardium
pseudolahim

Kingom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Famili : Planaxidea
Genus : Planaxis
Spesies : Planaxis
sulcahis

4.2.4 Echinodermata
Pada bintang laut biru, tubuhnya berbentuk bintang dengan 5 lengan, permukaaan
tubuh pada bagian dorsal atau aboral terdapat duri-duri. Pada sekitar duri terdapat modifikasi
duri berupa penjepit yaitu pedicelleria, yang berfungsi melindungi insang dermal, mencegah
serpihan-serpihan dan organism kecil agar tidak tertimbun di permukaan tubuh, juga untuk
menangkap mangsa. Pada bagian lengan memiliki madreporit sebagai tempat masuknya air
dalam sistem vascular air. Di tengah-tengah tubuh sebelah dorsal terdapat lubang anus, pada
bagian ventral terdapat mulut, yang membedakan antara bintang laut dengan bintang laut biru
hanya pada warnanya. Permukaan tubuh bintang laut biru tidak halus karena bertaburan duri-
duri, papula (dermal branchia) dan pedicellaria. Epidermis dilindungi oleh lapisan kutikula
tipis. Di bawah epidermis terdapat lapisan tebal jaringan penghubung dimana terdapat
susunan rangka dalam. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, perut berhubungan dengan
pangkal pyloric caecum, usus dan anus. Anus ini terletak dipermukaan atas tubuh. Makanan
bintang laut biru berupa sampah, ikan kecil, siput dan kerang. Bintang laut bernapas dengan
menggunakan paru-paru kulit atau dermal branchea (papulae) yaitu penonjolon dinding
rongga tubuh (coelom) yang tipis. Pada bagian ini, terjadi pertukaran oksigen dan karbon
dioksida. Reproduksinya itu secara terpisah yakni ada yang jantan dan ada yang betina. Alat
reproduksi strukturnya bercabang-cabang yang berada dibagian dasar permukaan lengan.
Mereka hidup subtidally, atau kadang-kadang intertidally, maka (pasir) halus atau substrat
keras .The Linckia genus dikenal makhluk dengan kekuatan regeneratif yang luar biasa,
mampu bertahan autotomy terhadap pemangsa dan untuk bereproduksi secara aseksual.

Bintang laut memiliki beberapa ciri diantaranya yaitu bintang laut merupakan hewan
yang diketahui memiliki lengan, bintang laut secara umum berbentuk simetri radial yang
terdiri dari lima buah lengan. Bahkan pada jenis tertentu, diketahui jumlah lengannya lebih
dari lima lengan. Tubuh bintang laut yang memiliki lima lengan inilah yang menyebabkan
hewan ini disebut bintang laut. Diameter tubuhnya bisa mencapai 30 cm, dengan permukaan
tubuhya yang berbentuk aboral. Bintang laut juga diketahui memiliki nama Mahkota Duri
karena ditubuhnya ditutupi oleh banyak duri. Warna yang melekat pada tubuh bintang laut
umumnya berwarna oranye atau kemerahan pada bagian ujung duri. Selain itu terdapat warna
kebiru-biruan atau abu-abu pada bagian tubuh lainnya yakni disekitar permukaan lengan.
Bentuk tubuh dengan warna seperti inilah yang menyebabbkan hewab ini mampu berbaur
dengan kondisi lingkungan tempat mereka hidup. Dalam melakukan kegiatan hidupnya
sehari-hari, bintang laut tidak dibantu oleh susunan rangka tubuh yang memudahkannya
untuk melakukan suatu pergerakan. Sehingga, kemudian diketahui bahwa bintang laut
termasuk jenis hewan yang memiliki pergerakan yang sangat lambat. Rangka yang dimiliki
oleh bintang laut hanya difungsikan sebagai pelindung tubuhnya. Dalam mengupayakan
tubuhnya untuk bergerak dari satu posisi ke posisi lain, bintang laut memanfaatkan sistem
vaskular air sehingga memungkinkan tubuhnya untuk bergerak. Bintang laut termasuk
kedalam kelompok hewan Echinodermata, bintang laut mempunyai lima lengan atau bisa
lebih, bintang laut berjalan menggunakan ratusan kaki kecilnya yang berbentuk seperti
tabung. Sebagian bintang laut memiliki lima lengan, tetapi ada juga yang memiliki lebih dari
itu, ada yang mempunyai enam lengan, sepuluh lengan, dua puluh bahkan sampai empat
puluh lengan seperti Sun Star. Dalam keadaan terdesak, bintang laut dapat memutuskan salah
satu lengannya sebagai bentuk perlindungan diri terhadap musuh. Namun, bintang laut
membutuhkan waktu yang lama untuk menumbuhkan lengannya kembali, setidaknya satu
tahun untuk pertumbuhan satu lengan. Makanan bintang laut adalah hewan-hewan laut yang
cukup besar dan keras seperti seperti kerang.

Berbeda dengan bintang laut dan bintang laut biru, bulu babi (Echinoidea) tidak mempunyai
lengan. Tubuh bulu babi umumnya berbentuk agak bulat laut.mulut treletak dibawah seperti
bola dengan cangkang yang keras berkapur dan dipenuhi duri-duri. Duri-duri terletak berderet
dalam garis-garis membujur dan dapat digerakkan. Duri dan kaki tabungnya digunakan untuk
bergerak merayap didasar laut selain itu untuk melindungi dirinua dari predator. Mulut
terletak di bawah menghadap ke dasar laut sedangkan anusnya menghadap ke dasar laut
sedangkan anusnya menghadap ke atas di puncak bulatan cangkang.berada di bawah bagian
tubuhnya berarti ia mencari makan di dasar laut. cangkangnya mengeras seiring dengan
bertambahnya usia mereka, cangkang yang keras ini bertujuan untuk melindungi dirinya
karena dia bergerak dengan lambat sehingga menjadi sasaran para predator. Mulut dan gigi
merapat jadi satu, dilekatkan oleh suatu bagian dari kapur, membentuk struktur yang dikenal
sebagai rentera asistoteles. mulutnya yang relatif kecil berhubungan dengan makanannya
yang berupa alga yang ukurannya kecil juga. Seluruh tubuh berwarna hitam dengan duri-duri
yang panjang, hidup di daerah karang dan pasang surut, memakan alga dan partikel organic.
Membentuk koloni untuk mempertahankan diri dan memudahkan proses fertelisasi.
Warnanya yang hitam menyesuaikan dengan lingkungan dimana ia tinggal yaitu di sela sela
karang dan dasar laut yang umunnya berwarna gelap.

4.2.5 Molusca

4.2.1. Barbatia foliateh


Barbatia foliata terdapat di daerah pesisir pantai dengan vegertasi mangrove,
bivalvia jenis ini biasa hidup berasosiasi deng tumbuhan mangrove. Kerang yang memiliki
tubuh berkisar antara 4-7 cm ini memang sangat rentan dengan predator. Berdasarkan
praktikum dapat diperoleh bahwa barbatia foliata memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. shell ekuivalen atau sedikit tidak seimbang, kebanyakan lebih panjang dari pada
tinggi, sedikit banyak inequilateral.
2. Umbones prosogyrate, di atas area kardinal lebar. Ligamen eksternal, seringkali
dengan alur berbentuk V. Engsel memanjang, hampir lurus, dengan banyak gigi
melintang kecil.Dua bekas luka otot addors serum. Garis panggil tanpa sinus.
4.2.2. Plagiocardium pseudo latum
Secara umum Plagiocardium pseudo latum hidup di pasir di dasar laut. Bentuk
tubuhnya memungkinkannya untuk membenamkan diri di pasir. Plagiocardium pseudo latum
membenamkan diri di pasir untuk mencari makan. Organ Plagiocardium pseudo latum yang
berfungsi untuk menggali pasir disebut siphon. Siphon akan mnjulur keluar dari cangkang
Plagiocardium pseudo latum lalu menerobos kedalam pasir untuk mencari makan, sekaligus
menarik Plagiocardium pseudo latum masuk kedalam pasir.
Warna dari Plagiocardium pseudo latum yang berwarna putih merupakan bentuk
kamuflase dan sistem pertahan diri. Sama hal nya dengan berbagai biota laut lainnya,
Plagiocardium pseudo latum tidak luput dari serangan predator. Apalagi habitat nya di pasir
yang merupakan habitat dari berbagai spesies lainnya, termasuk spesies predator dari
Plagiocardium pseudo latum. Warna Plagiocardium pseudo latum putih, sangat senada
dengan warna pasir sehingga dapat mengecoh para predator nya.
Plagiocardium pseudo latum memiliki kemampuan khusus dalam tubuhnya.
Tubuhnya memiliki kemampuan untuk mengakumulasi racun dalam tubuhnya. Sehingga
Plagiocardium pseudo latum tidak menghasilkan zat buat yang berbahaya yang dapat
merusak ekosistem sekitarnya.
Ada banyak hal yang memengaruhi keberadaan Plagiocardium pseudo latum. Yang
pertama adalah kondisi perairan dan habitatnya. Meskipun Plagiocardium pseudo latum
memiliki sedikit kekebalan lebih terhadap polutan, akan tetapi polutan yang berlebih akan
membuatnya tidak tumbuh dan perkembang. Plagiocardium pseudo latum hidup bergantung
pada makanan yang ada di dalam pasir, oleh karena itu kandungan dalam pasir harus banyak
terdeapat makanan. Makanan nya berupa zat sisa sia organik yang telah mati. Oleh karena itu
jika dihabitatnya tersebut hidup berbagai spesies lainnya, merupakan sebuah keuntungan
Plagiocardium pseudo latum untuk hidup dan berkembang.
4.2.3. Planaxis sulcatus
Secara umum Planaxis sulcatus hidup di terumbu karang. Bentuk dan struktur tubuh
Planaxis sulcatus yang spiral dan keras merupakan salah satu sistem pertahanan dari
Planaxis sulcatus. Ini dikarenakan terumbu karang merupakan habitat dari berbagai macam
spesies. Tentu saja terdapat spesies predator yang dapat mengancam kehidupan Planaxis
sulcatus. Oleh karena itu harus ada sistem pertahanan dari Planaxis sulcatus. Warna dan
corak dari Planaxis sulcatus juga bisa membuatnya berkamuflase di terumbu karang. Sistem
pertahanan terakhir nya yaitu seluruh tubuh dari Planaxis sulcatus dapat masuk ke
cangkangnya. Cangkang yang terbuat dari kalsium karbonat cukup keras untuk menahan
serangan dari predator dari kelas Annelida.
Morfologi dari cangkang Planaxis sulcatus yang terbuat dari kalsium karbonat juga
berfungsi sebagai penyusun pasir didasar laut. Planaxis sulcatus yang sudah mati
cangkangnya akan terurai dan menjadi pasir.
Terumbu karang juga salah satu tempat yang kaya akan makanan. Karena morfolgi
Planaxis sulcatus yang tidak memungkinkan untuk bergerak dengan yang jarak sangat jauh
membuatnya memilih menetap di suatu habitat tertentu. Planaxis sulcatus biasanya memilih
untuk tinggal di celah celah terumbu karang. Air akan masuk ke celah terumbu karang
membawa berbagai materi, salah satunya adalah makanan dari Planaxis sulcatus.
Keberadaan dari Planaxis sulcatus juga dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama
adalah suhu. Suhu yang optimum untuk kehidupan Planaxis sulcatus berkisar pada 28o C
hingga 31oC. Pada suhu tersebut Planaxis sulcatus dapat tumbuh dan berkembang secara
maksimum. Sementara itu untuk nilai pH air laut berkisar antara 6,5 hingga 8,5. Planaxis
sulcatus dapat hidup dan berkembang secara optimum di lingkungan yang airnya netral.
Sama seperti biota laut lain pada umumnya, Planaxis sulcatus tidak dapat hidup di daerah
yang tercemar atau sama saja daerah yang pH nya melebihi pH yang sudah disebutkan diatas.
Kedalaman perairan juga memengaruhi keberadaan Planaxis sulcatus. Semakin dalam
perariran maka semakin susah untuk menemukan Planaxis sulcatus. Karena jika terlalu
dalam sinar matahari tidak akan menembus daerah tersebut. Hal ini dapat memengaruhi
pertumbuhan biota lain dan akan berbuntut juga untuk memengaruhi kehidupan Planaxis
sulcatus. Oleh karena itu Planaxis sulcatus biasa ditemukan di terumbu karang yang dangkal
tidak melibihi kedalaman 5 meter.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
1. Struktur morfologi echinoermata secara umum adalah umumnya kulitnya berduri,
baik itu pendek tumpul atau runcing panjang. Duri berpangkal pada suatu lempeng
kalsium karbonat yang disebut testa. Sistem saluran air dalam rongga tubuhnya
disebut ambulakral. Ambulakral berfungsi untuk mengatur pergerakan bagian yang
menjulur keluar tubuh, yaitu kaki ambulakral atau kaki tabung ambulakral.
2. Anatomi dari echinoermata, echinoermata merupakan hewan yang tidak memiliki
otak. Untuk reproduksi Echinodermata ada yang bersifat hermafrodit dan dioseus,
namun echinodermata tidak memiliki sistem ekskresi.
3. Identifikasi terhadap echinodermata dilakukan dengan cara pengamatan secara
langsung mengamati morfologinya. Berdasarkan praktikum ini, setelah
mengidentifikasi species Mollusca maka setelah diamati dan membaca referensi buku
iden maka diperoleh bahwa species tersebut adalah Barbatia foliata, Plagiocardium
pseudolahim, dan Planaxis sulcatus.
4. Sketsa disesuaikan dengan bentuk cangkang bivalvia dan gastropoda dan hasilnya
sama dengan species yang ditunjukan dengan buku iden.
5.

5.2 SARAN
1. Praktikan diharapkan mengikuti praktikum dengan kondusif
2. praktikan diharapkan aktif saat praktikum
3. praktikan diharapkan belajar terlebih dahulu sebelum praktikum
DAFTAR PUSTAKA

Fitriana narti, 2010. Inventarisasi Bintang Laut (Echinodermata : Astreoida ) Di


Pantai Pulau Pari, Kab, adm. Kepulauan seribu. Universitas Idraprasta

Scheer, Bradley,. 1969. Chemical Zoology : Echinodermata, Nematoda,Acanthocepal.


Academic Press : New York.
Fitriana narti, 2010. Inventarisasi Bintang Laut (Echinodermata : Astreoida ) Di
Pantai Pulau Pari, Kab, adm. Kepulauan seribu. Universitas Idraprasta

Ira; Rachmawati; Irawati, N. 2015. Keanekaragaman dan Kepadatan Gastropoda di


Perairan Desa Morindo Kecamatan Kambowa Kabupaten Buton Utara. Jurnal
Umum Perikanan dan Sumberdaya Perairan.
Kariono,et al., 2013. Kepadatan dan Frekuensi Kehadiran Gastropoda Air Tawar di
Kecamatan Gumbasan Kabupaten Sigi. Jurnal Vol 25-68
Marshall, A. J. dan Beehler, B.M. 2007. Ekologi Papua. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia.
Nontji, A. 2008. Plankton Laut. Jakarta:LIPI Press.

Anda mungkin juga menyukai