Bab 1-3
Bab 1-3
Bab 1-3
tinggi adalah pelajaran matematika. Sejalan dengan BSNP (2006:8) yang menyatakan bahwa mata pelajaran
pokok di Indonesia salah satunya adalah mata pelajaran matematika. Matematika wajib untuk dipelajari
pola pikir yang sistematis, kritis, logis, cermat, dan konsisten yang ada dalam
Matematika menyebabkan mata pelajaran ini mempunyai struktur yang kokoh dan
harmonis antara suatu hasil dan lainnya (teori) sehingga keduanya tidak saling
sebagai sekolah berpikir bagi para siswa yang mempelajarinya (Martono, Koko,
dkk, 2007:21).
kemampuan logika berpikir berdasarkan akal dan nalar. Oleh karena itu,
matematika digunakan sebagai alat bantu (berkontribusi) untuk mengatasi masalah-masalah pada bidang lainnya, sehingga matematika mempunyai peranan
secara baik perlu ditanamkan pada siswa sejak dini, sehingga konsep-konsep
dasar Matematika dapat diterapkan dengan tepat dalam kehidupan sehari-hari. Hal
manusia sehingga keduanya saling berkaitan satu sama lain dan berlaku seumur
hidup.
Penguasaan matematika yang baik pada siswa tidak terlepas dari besarnya
pengetahuan, pemahaman, dan penguasaan materi ajar yang dimiliki oleh guru.
dari yang paling mudah hingga yang paling rumit (Karno, 2010: 140). Dengan
Mathematic (NCTM, 2009: 67) menetapkan ada lima keterampilan proses yang
masalah (problem solving); (2) penalaran dan pembuktian (reasoning and proof);
dan harus dimiliki oleh siswa. Oleh karena itu, guru diharapkan dapat
keterampilan pemecahan masalah pada siswa. Dengan kata lain, pembelajaran matematika lebih ditekankan pada proses pembentukan konsep daripada hasil atau
produk.
tahap operasional konkret sehingga secara natural cara belajar yang terbaik bagi
anak adalah secara nyata dengan melihat, merasakan, dan melakukan secara
digambar, diucapkan, dan ditulis. Pengalaman secara nyata ini sangat membantu
anak dalam memahami konsep materi yang diajarkan, sehingga siswa dapat
yang sangat dasar dan penting. Dengan demikian, hasil belajar yang diperoleh
sehingga keaktifan dan partisipasi siswa dalam pembelajaran pun sangat minim.
Hal ini didukung dengan hasil observasi yang dilakukan pada hari Selasa, 05
September 2017 tepatnya pukul 08.30 – 09.30 di SD Negeri Nanggulan pada mata
belajar mengajar dengan bentuk ceramah sedangkan siswa pada saat pembelajaran
yang merasa memerlukannya). Latihan-latihan yang diberikan hanya mengikuti contoh yang diberikan oleh guru. meskipun bentuk soal tersebut diubah, siswa
Selain itu, pada saat mencocokan hasil pengerjaan soal secara bersama
kemudian ada siswa mengerjakan dengan langkah yang berbeda dari guru, guru
masalah atau soal yang dihadapi. Hal ini menyebabkan siswa tidak terbiasa untuk
kemampuan ini diperlukan siswa untuk mengembangkan, memahami konsepkonsep, dan menyelesaikan masalah matematis. Dampak lain yang dapat terjadi
ilmu yang benar dan terpercaya dalam diri siswa. Proses pembelajaran seperti ini
menjadi pembelajaran yang pasif dan miskin kreativitas. Salah satu dampak yang
tidak dapat dipungkiri ialah hasil belajar yang didapat oleh siswa kurang optimal.
hari Rabu, 06 September 2017 tepatnya pukul 10.00 - 10.30 di ruang kelas V.
Peneliti mendapatkan informasi mengenai kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki oleh siswa masih rendah dibuktikan dengan hasil atau nilai Ulangan
Harian Matematika siswa kelas VA dan VB yang dilaksanakan pada hari Jumat 24
Maret 2017. Berdasarkan hasil UH tersebut dapat diketahui bahwa dari 28 siswa
yang mengikuti Ulangan Harian hanya 9 siswa (kelas VA) dan 8 siswa (kelas
VB) yang dapat mencapai KKM (tuntas). Dari wawancara tersebut, peneliti juga
materi dan kemampuan pemecahan masalah (soal) yang masih rendah, sehingga
mengakibatkan nilai Ulangan Harian yang didapat siswa tidak memuaskan. Selain
ceramah oleh guru dan pengadaan media pembelajaran dalam proses belajar
pemecahan masalah matematis pada siswa. Selanjutnya dampak yang tidak dapat
dipungkiri ialah hasil belajar yang didapatkan oleh siswa akan rendah. Dengan
oleh siswa dalam pembelajaran matematika. Salah satu usaha yang dapat
dari yang biasanya pembelajaran yang didominasi oleh guru beralih menjadi
pembelajaran yang menyenangkan dan pusat pada siswa sehingga siswa dapat
lebih aktif dalam menyelesaikan masalah matematis siswa. Selain itu, diperlukan
suatu model pembelajaran yang menyajikan tugas-tugas dalam bentuk masalah. Hal ini dikarena dengan adanya masalah, maka siswa akan berusaha untuk
tersebut.
anak kelas V SD yaitu berada pada tingkat operasional konkret. Hal ini juga
55) model pembelajaran harus tepat dan sesuai dengan kondisi peserta didik baik
usia, waktu, maupun variabel lainnya sehingga diharapkan siswa dapat belajar
bermakna, yaitu belajar yang ditekankan pada proses pembentukkan konsep atau
siswa pada mata pelajaran matematika. Dalam hal ini, peneliti menggunakan suatu
model pembelajaran yang relevan yaitu model Problem Based Learning. Model
untuk belajar. Masalah yang disajikan merupakan masalah dunia nyata sebagai
konteks bagi siswa untuk belajar. Hal ini sesuai dengan tahapan kognitif anak
yang berada pada tahapan operasional konkret karena siswa secara tidak langsung
Melalui PBL, siswa mendapat pengalaman secara langsung seperti kerja sama, mencari penyelesaian dari permasalahan atau soal yang disajikan secara sendiri,
mengumpulkan data pendukung untuk solusi yang ditetapkan, mempresentasikan
solusi dari suatu masalah yang telah ditentukan, bertanya, menanggapi atau
merespon solusi atau pemecahan masalah yang dilakukan oleh teman. Keadaan
masalah rendahnya hasil belajar siswa pada muatan pelajaran matematika dapat
SDN Nanggulan?
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari penerapan model
(PBL).
agar bisa memcahkan masalah atau persoalan yang dihadapi dalam kehidupan
membantu sekolah untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya untuk mata
pelajaran Matematika.
(PBL)
berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar
dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Hal ini sejalan dengan apa yang
dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak (2012:56) yang menyatakan bahwa model
model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai
terlihatnya kegiatan yang dilakukan guru, siswa serta bahan ajar yang mampu menciptakan siswa belajar, juga tersusun secara sistematis mengenai rentetan
peristiwa pembelajaran.
pembelajaran adalah suatu rangkaian rencana atau prosedur yang digunakan guru
sebagai acuan atau pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran mulai dari
kegiatan awal, inti hingga penutup, sehingga tujuan dari pembelajaran tersebut
pemecahan masalah. Hal ini sesuai dengan pendapat Silver (dalam Eggen dan
diri. Hal serupa juga diungkapkan oleh Tung (2015: 228) bahwa Problem Based
Hal serupa juga diungkapkan oleh Supama (2015:45) yang menyatakan bahwa
model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi
siswa untuk belajar tentang tata cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan
masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari
materi pelajaran. Model ini dapat mengoptimalkan semua potensi yang ada pada
diri siswa secara aktif, baik aktif secara fisik maupun mental. Pembelajaran PBL
dapat melatih siswa aktif dan berpikir kritis, selain itu adanya kerjasama dalam
kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sama dan siswa memperoleh
Problem Based Learning adalah proses berpikir tentang masalah kehidupan riil di
sekitar siswa. Dalam mencapai tujuannya, PBL memiliki trik/cara. Salah satu trik
tersebut terletak pada permasalahan baik yang diberikan oleh guru maupun yang
masyarakat sekitar.
keterampilan pemecahan masalah. Permasalahan yang dimaksud di sini ialah permasalahan riil yang terjadi di sekitar siswa dan masih baru-baru terjadi/
Problem Based Learning memiliki empat karakteristik yang juga menjadi prinsip
referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut.
Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat mendapatkan “peta” yang
Dalam tahap ini, peserta didik mencari sendiri berbagai sumber yang dapat
pakar dalam bidang yang relevan. Tujuan utama tahap investigasi yaitu (1)
relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2)informasi yang terkumpul kemudian untuk dipresentasikan di kelas agar
Pada tahap ini, peserta didik melakukan presentasi hasil dalam kelas dengan
dokumentasi akhir.
Learning, meliputi:
murid.
d. Memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk dan
masalah yang disampaikan, agar dapat berguna bagi peserta didik itu sendiri
dan lingkungannya. Pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan diusahakan dapat menjawab masalah-masalah yang ada dalam dunia nyata. Masalah yang
disajikan harus memenuhi kriteria sebagai berikut, yaitu: (1) situasi masalah
harus autentik; (2) masalah harus tidak jelas/ tidak sederhana sehingga
mengundang teka-teki; (3) masalah harus bermakna bagi peserta didik; (4)
PBL diperlukan peserta didik untuk mendalami masalah secara benar dan
suatu masalah. Hasil dapat berupa laporan, model fisik, video atau program
komputer.e. Kolaborasi
bekerja sama daam suatu kelompok, dapat berpasangan atau kelompok kecil,
pelajarannya.
berkelompok yang cukup kecil (tidak lebih dari empat) sehingga semua siswa
sangat profesional untuk memastikan kesuksesan pelajaran Pembelajaran Berbasis Masalah. Di sinilah guru dituntut untuk memiliki kemampuan atau
maka siswa akan gagal, membuang waktu, dan mungkin miliki konsepsi yang
model pembelajaran Problem Based Learning dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
masalah
proses pembelajaran berbasis masalah, yaitu : (1) guru menjelaskan tujuan pembelajaran kemudian memberi tugas atau masalah untuk dipecahkan. Masalah
yang dipecahkan adalah masalah yang memiliki jawaban kompleks atau luas, (2)
guru menjelaskan prosedur yang harus dilakukan dan memotivasi siswa agar
lebih aktif dalam pemecahan masalah, (3) guru membantu siswa menyusun
laporan hasil pemecahan masalah yang sistematis, (4) guru membatu siswa untuk
menyelesaikan masalah.
langkah dalam PBL, yaitu: (1) Orientasi siswa terhadap masalah, (2)
disajikan.
Kedua pendapat di atas dirincikan dan dipertegas oleh Huda (2013: 272-273)
pengalaman siswa
berikut:
1. Mengklarifikasi kasus permasalahan yang diberikan
2. Mendefinisikan masalah
observasi.
menyelesaikan masalah.
kegiatan pembelajaran. Hal ini meliputi sejauh mana pengetahuan yang sudah
dalam pembelajaran Matematika yaitu: (1) Orientasi siswa pada masalah, (2)
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.4. Tujuan Model pembelajaran Problem Based Learning
Learning berpusat pada siswa sehingga siswa harus menentukan sendiri apa
yang harus dipelajarai dan dari mana informasi harus diperoleh, di bawah
bimbingan guru
bahwa tujuan lain yang ingin dicapai dari Problem Based Learning adalah
kemampuan siswa berpikir kritis, analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan
alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangkamenumbuhkan sikap ilmiah. Kemudian Ibrahim dan Nur (dalam Rusman, 2011:
pengalaman nyata
bahwa tujuan Problem Based Learning yang sesuai untuk anak SD antara lain: (1)
Melatih kemampuan berpikir atas pemecahan masalah, (2) Membantu siswa untuk
Berikut ini adalah kelebihan dari Problem Based Learning (Thobroni, 2016:231)
situasi nyata
b. Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui
aktivitas belajar
hubungannya tidak perlu saat itu dipelajari oleh siswa. Hal ini mengurangi
a. Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri yang
berikut:
yang dialami oleh siswa ini adalah belajar mengenai konteks aplikasi
konsep. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperlaus ketika siswa
dalam konteks yang relevan. Artinya, apa yang siswa lakukan sesuai
berlangsung.
kelompok.
siswa dalam suasana menyenangkan. Dalam kegiatan pembelajaran PBL siswa terlibat aktif baik dalam berpikir umaupun mencari sendiri sumbersumber untuk memecahkan masalah. Sehingga proses pembelajaan akan
pemecahan masalah ini tidak bergantung pada satu pengetahuan pada satu
pembelajaran.
secara mandiri.
yaitu: (1) manakala siswa tidak memiliki minat atau mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan mereka akan merasa
Learning ini membutuhkan waktu cukup lama untuk persiapan; serta (3) tanpa
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang ingin mereka pelajari.
beberapa hal terkait dengan kelemahan atau kekurangan dari model pembelajaran
problem based learning antara lain: (1) persiapan pembelajaran (alat, problem,
konsep) yang kompleks; (2) sulitnya memberikan problem yang relevan; (3)
sering terjadi miss-konsepsi; dan (4) membutuhkan waktu yang relatif lama dalam
proses penyelidikan.
menyatakan bahwa ada beberapa kelemahan dari Problem Based Learning, yaitu
(1) Tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran karena ada bagian materi
yang mengharuskan guru berperan aktif dalam menyajikan materi; (2) Kesulitan
dalam pembagian tugas pada kelas yang memiliki tingkat keragaman siswa yang
tinggi; (3) Membutuhkan waktu yang relatif lama (4) Membutuhkan kemampuan
guru yang dapat mendorong kerja siswa dalam kelompok secara efektif, artinya
guru harus memilki kemampuan memotivasi siswa dengan baik; dan (5)
Alasannya, karena ada beberapa kelemahan yang memiliki arti yang sama
sehingga di sini peneliti hanya mencantumkan satu kelamahan yang sama. Dengan demikian, kelemahan dari model pembelajaran problem based learning
yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang ingin
Trianto)
f. Tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian materi
Lidinillah)
g. Kesulitan dalam pembagian tugas pada kelas yang memiliki tingkat
Hasil belajar tidak dapat terpisah dari proses belajar itu sendiri. Hal ini
disebabkan hasil belajar muncul karena adanya aktivitas belajar. Manusia sejak
lahir telah memiliki bakat bawaan untuk belajar.Belajar adalah aktivitas manusia
yang vital dan secara terus menerus akan dilakukan selama manusia tersebut
masih hidup (Thobroni, 2016: 15). Hal ini senada dengan pendapat Pranowo
(2014: 32) yang menyatakan bahwa belajar merupakan proses terus menerus
yang lain.Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa belajar akan membawa
perubahan pada setiap individu. Perubahan yang terjadi atau terbentuk selama
Berlandasan pada konsep belajar di atas, maka dapat diketahui bahwa hasil
belajar seseorang bergantung pada apa yang telah diketahui sebelumnya yang
kegiatan belajar (Susanto, 2013: 5).Dengan kata lain, Soedijarto (dalam Purwanto,
2011: 46) menyatakan bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai
oleh peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan
Hasil belajar yang diuraikan di atas dipertegas oleh, Hendrawan (2014: 87)
siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar.Ranah kognitif berfokus pada perilaku yang menekankan
mencakup perilaku yang terkait dengan dengan emosi, misalnya perasaan, nilai,
Pendapat yang senada juga diungkapkan oleh Nawawi (dalam Ibrahim, 2007:
39) yang menyatakan bahwa hasil belajar diartikan sebagai tingkat keberhasilan
siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor
yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.
perubahan dan pembentukan tingkah laku yang relatif menetap. Dalam penelitian
ini lebih difokuskan pada hasil belajar aspek kognitif saja. Peneliti mereduksi
kedua aspek yaitu aspek afektif dan psikomotor dikarenakan penelitian ini
berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran. Selain itu,
waktu yang diberikan untuk melaksanakan penelitian ini terbilang singkat. Oleh
karena itu, apabila aspek afektif dan psikomotor turut diukur, maka penelitian
akan melebihi batas waktu yang diberikan dari pihak sekolah. Sehingga nantinya
Hasil belajar menghasilkan suatu perubahan pada diri seseorang karena akibat
dari keikutsertaan seseorang dalam proses belajar. Hasil belajar diukur untuk mengatahui pencapaian tujuan pendidikan sehingga antara pembelajaran dengan
hasil belajar tidak akan melenceng dari tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Hasil belajar dibagi menjadi beberapa jenis. Purwanto (2011: 49) menyatakan
bahwa hasil belajar atau perubahan perilaku yang menimbulkan kemampuan dapat
pengiring (nurturant effect). Hasil utama pengajaran adalah hasil belajar yang
pembelajaran. Sedang hasil pengiring adalah hasil belajar yang dicapai namun
Sementara Bloom (dalam Sudjana, 2011: 22) membagi hasil belajar menjadi
tiga ranah yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris. Ranah kognitif
berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu
nilai. Tipe hasil belajar afektiftampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah
belajar, yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan
menjadi enam aspek, yaitu: (1) gerakan refleks; (2) ketretampilan gerakan dasar;
berupa:
lambang.
kognitifnya sendiri.
d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani.
hasil belajar siswa terdiri atas beberapa macam yang kemudian digolongkan ke
dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar yang
menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu pada ranah kognitif saja karena yang
Kemudian instrumen untuk mengukur hasil belajar siswa menggunakan tes3.Indikator Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan suatu akibat dari proses belajar. Menurut Darmadi
(2017: 252) yang menjadi indikator utama hasil belajar siswa adalah sebagai
berikut:
b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa,
Anak yang berhasil dalam belajar adalah anak yang mampu mencapai tujuantujuanpembelajaran atau tujuan instruksional sehingga dalam hasil belajar
belajar yang digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan dalam penelitian ini
adalah daya serap, yaitu penentuan lulus atau tuntas tidaknya siswa dalam
kelas dan tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu
sendiri. Darmadi (2017: 253) menyatakan bahwa secara umum hasil belajar
dipengaruhi oleh 3 hal atau faktor, yaitu:a. Faktor internal (faktor dalam diri)
Dalam hal ini melibatkan kebugaran tubuh dan kondisi panca indera. Faktor
jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan
ada pada diri individu sendiri (faktor intern), yang meliputi (a) faktor biologis,
meliputi: inteligensi, minat, dan motivasi serta perhatian ingatan berpikir; (c)
faktor kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan rohani, 2) Faktor yang ada di
luar individu (faktor ekstern), yang meliputi (a) faktor keluarga. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan terutama, (b) faktor sekolah, meliputi:
metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa
a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
b. Faktor eksternal faktor yaang ada diluar individu. Faktor eksternal meliputi
digunakan.
ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu faktor internal, yaitu
faktor yang ada di dalam diri individu/ siswa dan faktor eksternal, yaitu faktor
yang ada di luar individu/ siswa. Namun demikian, dalam penelitian ini peneliti
1.Definisi Matematika
Kata matematika berasal dari bahasa Latin manthanein atau mathema yang
berarti “belajar atau hal yang dipelajari”, sedangkan dalam bahasa Belanda,
matematika dikenal dengan sebutan wiskunde atau ilmu pasti yang kesemuanya
menyatakan bahwa matematika adalah bahan kajian yang memiliki objek abstrak
antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas. Pernyataan tersebut
matematika memiliki objek kejadian yang abstrak dan berpola pikir deduktif dan
konsisten.
suatu disiplin ilmu yang berkaitan erat dengan permasalahan di kehidupan seharihari dan membutuhkan pemecahan masalah yang bersifat deduktif.
meliputi lima unit yang tercantum dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006, yaitu:
a. Unit aritmatika (berhitung)Aritmatika dasar atau berhitung mendapat porsi dan penekanan utama.
Unit pengantar aljabar adalah perluasan terbatas dari unit aritmatika dasar.
aljabar.
c. Unit geometri
d. Unit pengukuran
menyusun data, menyajikan data secara sederhana serta membaca data yang
materi inti mata pelajaran matematika di tingkat Sekolah Dasar, yaitu Aritmatika,
pengantar aljabar, geometri, pengaturan, dan kajian data. Sementara menurut Depdiknas (2006:417) ruang lingkup matematika di satuan pendidikan SD
pengantar aljabar, geometri, pengukuran dan kajian data. Dalam penelitian ini
dengan cara melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
mata pelajaran yang akan di ajarkan, dalam hal ini ialah pelajaran matematika.
ini adalah penemuan sederhana dan bukan hal baru bagi orang yang telah
mengetahui sebelumnya, namun bagi siswa SD merupakan sesuatu hal yang baru.
siswa mencoba menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka dalam setiap penyelesaian masalah. Kemudian dalam pembelajaran
kondusif.
Ammil & Bavel (dalam Runtukahu & Kandou, 2014: 226) menambahkan
dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu penanaman konsep dasar (penanaman
sebagai berikut:
tersebut. Dalam pembelajaran konsep dasar ini, media atau alat peraga
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting diajarkan pada
karena itu, Susanto (2013: 189) menyatakan bahwa tujuan matematika pada
baik sejak dini perlu ditanamkan sehingga konsep-konsep dasar Matematika dapat
kreatif, dan konsisten. Selain itu, Ekawati (2011: 10) menjelaskan bahwa
pendidikan matematika mempunyai dua tujuan, yaitu bersifat formal dan material.
dalam memecahkan masalah yang dihadapi dikehidupan sehari-hari. 5. Materi Pengukuran Jarak, Waktu, dan Kecepatan
kecepatan merupakan salah satu topik yang menarik dalam pembelajaran. Karena
Mencatat jarak dan waktu tempuh berbagai benda yang bergerak ke dalam tabel
untuk memahami konsep kecepatan sebagai hasil bagi antara jarak dan waktu dan
silabus kelas V kurikulum 2013 revisi 2017 materi kecepatan, jarak, dan waktu
Pujiati (2008: 5), sebelum membhas materi tentang jarak, waktu, dan kecepatan,
waktunya. Namun dalam penelitian ini, materi mengenal satuan waktu dan jarak
a. Kecepatan
Menurut Destiana (2009: 40), kecepatan adalah jarak yang ditempuh tiap
satuan waktu. Alat yang digunakan untuk mengukur besarnya kecepatan dissebut dengan speedometer.Spedometer biasa ditemui pada kendaraan bermotor atau
Kecepatan adalah besaran yang diperoleh dari jarak tempuh suatu benda
(orang) dibagi waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak tersebut (Pujati,
Tabel 2.1
Satuan Kecepatan
No. Jarak
Waktu
Kecepatan
Singkatan
1.
Kilometer
Jam
km/jam
2.
Meter
Jam
m/jam
3.
Meter
Detik
m/det
Contoh :
“ Sebuah kereta dari Jakarta menuju Bandung selama 2 jam. Jarak antara Jakarta
Bandung kurang lebih 180 km. Berapa km/jam kecepatan kereta tersebut?”
Jawab:
= 180 km : 2 jam
= 90 km/jam
b. Jarak
Jarak adalah ukuran panjang dari satu tempat ke tempat lain (Destiana, 2009:
45).Jarak suatu tempat dinyatakan dengan satuan ukuran baku meter (m). Satuan
dengan rumus:
Contoh :
“ Sebuah kendaraan motor melaju dari kota A menuju kota B selama 3 jam.
Jarak = 270 kmJadi, jarak antara kota A dengan kota B adalah 160 km.
c. Waktu
Menurut Abadiyaturohmah (2012: 2), Waktu tempuh adalah lama waktu yang
waktu antara lain jam, menit, detik, hari, minggu, bulan, tahun, windu, abad, dan
lain-lain. Namun yang perlu dipahami dalam pokok bahasan ini adalah hubungan
antara jam, menit, dan detik. Hubungan antara jam, menit, dan detik adalah
kelipatan 60. Berikut ini adalah gambar hubungan jam, menit, dan detik.
Gambar 2.4 hubungan Jam, Menit, dan detikSeperti halnya kecepatan dan jarak, apabila kecepatan dilambangkan dengan
menggunakan rumus :
Contoh :
“ Hari minggu, Rudi dan temannya bermain sepeda menuju pantai dengan
kecepatan 4 km/jam. Jarak rumah Rudi ke pantai adalah 8 km. Berapa jam waktu
Jawab :
Waktu = 8 km : 4 km/jam
Waktu = 2 jam
Jadi, Rudi dan temannnya membutuhkan waktu 2 jam untuk sampai ke pantai.
intelektual atau masa keserasian bersekolah. Pada masa keserasian bersekolah ini
secara relatif, anak-anak lebih mudah dididik dari pada masa sebelum dan
a. Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, kia-kira 6 atau 7 tahun sampai usia 9
atau 10 tahun. Beberapa sifat anak-anak pada masa ini antara lain:
W = J : K 1. Ada hubungan positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi
5. Apabila tidak dapat menyelesikan suatu soal, maka soal itu dianggap
tidak penting.
6. Pada masa ini (terutama 6,0 – 8,0 tahun) anak mengehendaki nilai (angka
b. Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar, kira-kira umur 9,0 atau 10,0 sampai
umur 12,0 atau 13,0 tahun. Beberapa sifat khas anak-anak pada usia ini
adalah:
3. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata
pelajaran khusus. Demikian ini menurut para ahli yang mengikuti teori
khusus).
dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas umur ini pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya
Menurut Edi (2014:45) pada masa ini kemampuan kognitif siawa sudah
cukup mampu untuk berhitung membaca, menulis, dan mengeja atau melakukan
bermacam-macam tugas.
atau masa sekolah dasar sering disebut dengan masa kanak-kanak akhir. . masa ini
dialami anak pada usia 6 tahun sampai masuk kemasa pubertas dan masa remaja
awal yang berkisar usia 11-13 tahun. Pada masa ini anak sudah matang bersekolah
dan sudah siap masuk sekolah dasar. Perkembangan masa kanak-kanak akhir
meliputi:
a. Perkembangan fisik, yaitu pertumbuhan fisik cenderung lebih stabil dan masa
b. Perkembangan kognitif, menurut Piaget (dalam Izzaty:2008), masa kanakkanak akhir berada dalam tahapoperasional konkret dalam berpikir (usia 7-12
bahasa, anak belajar cara berbicara yang baik, materi bacaan semakin luas.
e. Perkembangan emosi, emosi anak berlangsung relatif lebih singkat, kuat atau
perubahan dalam ungkapan-ungkapan emosional. Hurlock menyatakan bahwa ungkapan emosi yang muncul pada tahap ini masih sama dengan tahap
sebelumnya, seperti: mamarah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira,
a. Masa kelas-kelas rendah Sekolah Dasar yang berlangsung antara usia 6/7
tahun hingga 9/10 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 1, 2, dan 3 Sekolah
Dasar. Adapun ciri-cirinya, yaitu (1) ada hubungan yang kuat antara keadaan
jasmani dengan prestasi sekolah; (2) suka memuji diri sendiri; (3) kalau tidak
dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, tugas atau pekerjaan tersebut
dianggap sulit; (4) suka membandingkan dirinya dengan anak lain, jika hal itu
b. Masa kelas-kelas tinggi Sekolah Dasar, yang berlangsung antara 9/10 tahun
prakti sehari-hari; (2) ingin tahu, ingin, belajar, dan realistis; (3) timbul minat
tahu, ingin belajar, dan realistis; 3)timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus;
dan 4) Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi
belajarnya di sekolah.
karakteristik siswa Sekolah Dasar khususnya siswa kelas V SD, meliputi: (1)
sosialnya; (2) masuk pada tahap operasional konkrit, sehinga belum bisa berpikir
secara abstrak; (3) perhatiannya tertuju pada kehidupan sehari-hari, ingin tahu,
ingin belajar, dan realistik, timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus dan
sekolah.
dalam penelitian ini. Peneliti yang telah mengadakan peelitian ini diantaranya
Mazidah, dkk(2013); Nuari, Asran, dan Sugiyono (2014); dan Darsna (2013)
seluruh siswa kelas IV SDN Sidokerto Kabupaten Sidoarjo dan sampelnya ialah
siswa-siswi kelas IVA yang berjumlah 42 siswa serta kelas IVB yang berjumlah
42 siswa. Hasil penelitian ini adalah penerapan model Based Learning(PBL) pada
terhadap hasil belajar siswa kelas siswa kelas IV SDN Sidokerto Kabupaten
Sidoarjopada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Hal ini terlihat dari nilai
thitung> ttabel, yaitu 3,647 > 1,99, maka H0 ditolak dan Hi diterima. Artinya ada
Keterkaitan atau relevansi penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti
penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah terletak
pada mata pelajaran, materi ajar, dan subyek penelitian yang digunakan. Dalam
penelitian ini mata pelajaran yang digunakan ialah IPA dengan materi ajar
Jarak, Waktu,dan Kecepatan”. Selain itu, perbedaan juga dapat dilihat dari subyek
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Subyek penelitian yang digunakan
adalah siswa kelas VI, sedangkan subyek yang digunakan pada penelitian yang
akan dilakukan oleh peneliti adalah siswa kelas V. Namun, hal ini tidak menjadi
masalah karena pada dasarnya siswa kelas V dan VI merupakan siswa kelas atas
siswa SDN 04 Rasau Jaya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa siswa sebagai kelompok eksperimen. Hasil penelitian ini adalah penerapan model
Based Learning (PBL) pada mata pelajaran IPS berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa kelas V SDN 04 Rasu Jaya. Hal ini dapat dilihat hasil Zhitung < -
Ztabelatau -2,04 < -1,96. Sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat
perbedaan hasil belajar mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial antara siswa yang
pembelajaran problem based learning pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri
04 Rasau jaya. Selain itu, nilai effect size yang diperoleh dalam penelitian ini
adalah sebesar 0,76 yang artinya memberikan pengaruh sedang terhadap hasil
belajar siswa.
Keterkaitan atau relevansi penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar siswa dan
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti terletak pada mata pelajaran, materi
ajar, dan subyek penelitian yang digunakan. Dalam penelitian ini mata pelajaran
yang digunakan ialah IPS dengan materi ajar “Kegiatan Ekonomi di Indonesia”,
pembelajaran Problem Based Learningterhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas
V SDN Gugus 1 Sedimen Karangasem. Sampel dan populasi dalam penelitian ini
klelas V SDN 04 Rasu Jaya dan sampel yang digunakan adalah kelas VA yang
berjumlah 20 siswa sebagai kelompok kontrol serata kelas VB yang berjumlah 29 penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan secara signifikan hasil
belajarsiswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
Keterkaitan atau relevansi penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar siswa. Selain
itu, subyek yang digunakan dalam penelitian ini dengan penelitian yang akan
digunakan peneliti ialah sama yaitu siswa kelas V yang tentunya memiliki usia
dan karakteristik yang sama. Perbedaan antar keduanya dapat dilihat dari mata
sebagai mata pelajarannya dan tentunya juga memiliki perbedaan pokok bahasan
sasaran yang sama yaitu mengetahui adanya pengaruh model PBL terhadap hasil
pengaruh yang positif pada penerapan model PBL terhadap hasil belajar siswa.
Oleh sebab itu, ketiga penelitian di atas peneliti jadikan sebagai acuan dalam
penelitian yang akan peneliti lakukan karena terdapat kesamaan dalam variabel penelitian dan menunjukkan adanya pengaruh yang positif dari penerapan model
PBL terhadap hasil belajar siswa.
Penelitian ini berangkat dari suatu masalah yang sering terjadi atau terlihat
pemecahan masalah ini termasuk keterampilan proses yang harus dikuasai oleh
siswa kemudian berdampak pada hasil belajar yang didapat oleh siswa juga
rendah.
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, penguasaan yang baik terhadap konsep
matematika akan menjadi dasar bagi siswa untuk mengatasi atau menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi di kehidupan sehari-hari dengan baik pula. Hal ini
tidak terlepas dari tujuan pembelajaran matematika itu sendiri, yaitu membekali
Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini
yang menyenangkan dan pusat pada siswa sehingga siswa dapat lebih aktif dalam
menyelesaikan masalah matematis siswa.Selain itu, diperlukan suatu modelpembelajaran yang menyajikan tugas-tugas dalam bentuk masalah. Hal ini
dikarenakan dengan adanya masalah, maka siswa akan berusaha untuk mencari
Model pembelajaran harus tepat dan sesuai dengan kondisi tersebut ialah
disajikan merupakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk
belajar. Hal ini sesuai dengan tahapan kognitif anak yang berada pada tahapan
operasional konkret karena siswa secara tidak langsung telah melihat, merasakan
atau bahkan mengalami sendiri. Selain itu, dalam PBL siswa akan terlibat aktif
siswa ini akan memberikan banyak pengalaman nyata kepada siswa. Seperti pada
Bab III ini akan membahas mengenai jenis penelitian yng digunakan,
dengan cara meneliti hubungan antar variabel, variabel biasanya diukur dengan
belajar Matematika siswa kelas V (bertindak sebagai “terhadap yang lain”). Oleh
eksperimen.
Penelitian eksperimen mempunyai empat jenis penelitian yaitu (1) Preeksperimental, (2) True- eksperimental, (3) Factorial Eksperimental, (4) Quasi
jenis penelitian eksperimen dengan tipe Quasi eksperimental. Hal ini dikarenakan
subyek sebagai anggota sampel diambil dari kelas-kelas yang sudah terbentuk sebelumnya. Sehingga peneliti tidak memiliki wewenang untuk mengacak
kembali kelompok siswa yang ada di kelas tersebut. Alasan tersebut sesuai dengan
design adalah jenis penelitian yang masing-masing subyek tidak dipilih secara
perlakuan. Kelompok didapatkan dari dua kelas yang dapat mewakili populasi dan
bahwa non equivalent control group design adalah jenis rancangan penelitian
yang dilakukan pada dua kelompok (eksperimen dan kontrol) tanpa adanya proses
randomisasi yang kemudian diberikan sebuah tes di awal (pre-test) dan diakhiri
dengan sebuah tes akhir (post-test). Menurut Sugiyono (2010:114), non equivalent
control group design memiliki dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Kedua kelompok ini diberi soal pre-test pada tahap awal
dengan tujuan untuk mengetahui kondisi awal dari masing-masing kelompok serta
untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan dari kedua kelompok tersebut. Jika
hasil pre-test kedua kelompok tidak berbeda secara signifikan, maka keduakelompok memiliki kemampuan awal yang sama. Kelompok eksperimen diberi
post-test ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan atau treatment
A O1 X O2
B O1 O2
Keterangan :
A = Kelompok eksperimen
B = Kelompok Kontrol
Negeri Nanggulan terletak di pinggir jalan yang cukup ramai dan dekat denganSD Negeri Maguwoharjo 1 serta puskesmas Depok 1, sehingga mudah untuk
ditemui dan dijangkau. Selain itu, Sekolah ini merupakan sekolah yang memiliki
2 kelas paralel di setiap kelasnya (A dan B), sehingga seluruh kelas di sekolah
tersebut adalah 12 kelas. Inilah salah satu alasan pemilihan SD Negeri Nanggulan
sebagai tempat penelitian karena pada dasarnya dalam penelitian ini juga
Nanggulan ini juga sebagai tempat pelaksanaan PPL. Hal ini menjadi keuntungan
tersendiri bagi peneliti karena sembari melakukan PPL sekaligus dapat melakukan
penelitian.
kelas dan jadwal matematika pada masing-masing kelas yang akan diteliti.
dalam penelitian. Bias terjadi apabila rentang waktu penelitian kelompok kontrol
dan eksperimen terpaut terlalu lama yang mengakibatkan siswa dalam kedua
kelompok bercerita mengenai kegiatan yang terjadi di dalam kelas. Melalui cerita
tersebut akan mempengaruhi minat siswa dalam belajar, misalnya timbul perasaan iri ketika salah satu kelompok menggunakan media dan kegiatan pembelajarannya
berbeda.
Tabel 3.1
kelompok sebanyak dua pertemuan (pertemuan ke-2 dan ke- 3) atau selama 4 jam
pelajaran. Peneliti mengambil jadwal tersebut berdasarkan jadwal yang ada di sekolah dasar. Jadwal disesuaikan dengan penyampaian materi pengukuaran jarak,
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
bukan hanya orang dan tidak hanya menekankan pada jumlah namum juga
seluruh obyek atau benda maupun ciri/ sifat yang dimiliki benda tersebut.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kela V SD
Negeri Nanggulan yang berjumlah 56 siswa. Kelas VA ada 28 siswa yang terdiri
dari 20 siswa perempuan dan 8 siswa laki-laki sedangkan kelas VB ada 28 siswa
yang terdiri dari 19 siswa perempuan dan 9 siswa laki-laki.
serupa juga diungkapkan oleh Sugiyono (2013: 120) yang menyatakan bahwa
sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat diketahui bahwa apa yang
(mewakili). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas V
Bsebagai kelompok kontrol (tidak diberi perlakuan) dan siswa kelas V A sebagai
dilakukan secaraundian. Kegiatan pembelajaran pada kedua kelas tersebut dilakukan oleh guru yang sama. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi bias
dalam penelitian.
Teknik yang digunakan untuk memilih sampel dalam penelitian ini adalah
simple random sampling terlihat saat pengambilan kelas yang akan digunakan
sebagai kelompok kontrol dan eksperimen dilakukan secara acak, yaitu dengan
populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
Menurut Sarwono dan Jonathan (2012: 33), variabel adalah sesuatu yang
berbeda atau bervariasi. Kata “sesuatu” diperjelas dalam definisi kedua yaitu
simbol atau konsep yang diasumsikan sebagai seperangkat nilai-nilai. Terdapat 2
a. Variabel Independen
Variabel ini lebih dikenal dengan sebutan variabel bebas. Variabel bebas
adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab adanya perubahan
pada variabel dependen (Noor, 2011: 49). Variabel independen dalam penelitian
ini adalah model pembelajaran problem based learning (model pembelajaran yang
dimana siswa dituntut untuk belajar berpikir sendiri dalam mencari solusi untuk
dari 5 langkah, yaitu orientasi masalah pada siswa, mengorganisasi siswa untuk
menyajikan hasil karya, dan menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Model pembelajaran problem based learning menjadi variabel bebas
b. Variabel Dependen
Variabel ini lebih dikenal dengan sebutan variabel terikat. Variabel terikat
adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya pengaruh dari
variabel bebas (Noor, 2011: 49). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
hasil belajar. Aspek hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kemampuan kognitif siswa. Hasil belajar siswa menjadi variabel terikat karena
dipandang hasil belajar siswa dapat dipengaruhi atau berubah karena adanya
c. Variabel Kontrol
faktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol dalam penelitian ini, meliputi
waktu 4 jam pelajaran atau 140 menit. Materi pembelajaran yang digunakan oleh
kedua kelompok adalah sama, yaitu pengukuran jarak, waktu, dan kecepatan. Guru yang mengajar pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen juga
dibuat sama, yaitu peneliti sendiri. Peneliti berusaha meminimalisir hal-hal yang
dapat mengakibatkan bias dalam penelitian, sehingga data hasil penelitian dapat
Variabel Independen
Variabel Dependen
Variabel Kontrol
meliputi :
3.5.1 Tes
Menurut Arikunto (2012: 67) tes adalah alat atau prosedur yang digunakan
untuk mengetahui dan mengukur sesuatu dengan cara dan aturan tertentu. Ahli
lain mengatakan tes merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat
pengetahuan yang dimiliki individu dari satu bahan pelajaran yang terbatas pada
tingkat tertentu (Sudaryono, 2016: 89). Tes digunakan untuk mengukur hasil
belajar siswa yang berupa kemampuan kognitif. Sehingga tes yang digunakan
kognitif). Tes dalam penelitian ini ditempatkan sebagai teknik pengumpulan data
yang utama. Jenis tes yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitianini adalah tes tertulis. Sedangkan bentuk instrumen dari tes tersebut ialah berupa
soal uraian. Menurut Siregar (2011: 147) kelebihan tes uraian yaitu dapat
digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks. Pemilihan soal uraian
dalam penelitian ini didasarkan pada saran dan pertimbangan dari guru kelas V
SD Negeri Nanggulan. Soal uraian sangat cocok digunakan untuk kelas V karena
siswa sudah lancar menulis. Selain itu juga sangat cocok untuk penelitian model
mendalam.
Teknik tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar
siswa dalam mata pelajaran matematika. Tes dilakukan dengan cara memberikan
pre-test dan post-test untuk kelompok eksperimen dan kontrol. Pre-test
3.5.2.1 Observasi
menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indera mata serta bantuan
dengan panca indera lainnya. observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk
Data hasil observasi ini bukan meruoakan data utama, melainkan digunakan sebagai data pendukung ketika melakukan pembahasan hasil penelitian. Observasi
partisipan dengan tipe observasi tak terstruktur. Observasi tak terstruktur adalah
pengamatan yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan
diobservasi (Sugiyono, 2013: 198). Teknik observasi tak terstruktur ini dipilih
oleh peneliti karena peneliti tidak menggunakan lembar pengamatan yang telah
yang terjadi di dalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Oleh ksrena
itu, dalam penelitian ini peneliti tidak menyusun kisi-kisi lembar observasi yang
mana harus teruji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu. Namun demikian
peneliti hanya membuat rambu-rambu pengamatan saja.
3.5.2.2 Wawancara
keyakinan, dan lain-lain sebagai hasil belajar siswa. dalam penelitian ini,
mengetahui model, metode, dan media pembelajaran yang selama ini digunakan
oleh guru, aktivitas dan hasil belajar siswa, serta kendala yang dihadapi ketika
pembelajaran matematika kelas V. Di mana data yang diperoleh nantinya akan dijadikan sebagai data pendukung dalam melakukan pembahasan di Bab I atau
3.5.2.3 Kuesioner
keterbacaan dari instrumen tes uraian yang digunakan dalam penelitian. Kuesioner
tingkat keterbacaan ini diperlukan untuk mengetahui seberapa jauh kualitas soal
yang dibuat olah peneliti untuk dapat di pahami dan diselesaikan oleh siswa.
Kuesioner ini diberikan pda siswa kelas IV tepatnya setelah melaksanakan uji
coba instrumen. Siswa dipilih secara acak sebayak 5 orang untuk dijadikan
3.5.2.4 Dokumentasi
peneliti dalam menjaring data yang bersumber dari dokumentasi (Masyhud, 2014:
227). Pada penelitian ini, data yang diambil yaitu berupa daftar nama siswa kelas
V (A-B) tahun ajaran 2017/2018 dan rekapan nilai Ulangan Harian siswa kelas V
(A – B). Dokumen ini digunakan peneliti sebagai titik awal dalam melakukan
dikenal dengan instrumen penelitian. Sugiyono (2012:102) menyatakan bahwainstrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengukur aspek-aspek
yang akan diteliti. Berikut ini adalah instrumen-instrumen yang digunakan peneliti
Soal tes menjadi instrumen yang utama dalam penelitian ini. Soal tes yang
digunakan dalam penelitian ini adalah soal uraian pre-test dan post-test. Kedua
dengan waktu, debit sebagai perbandingan volume dan waktu)”. Instrumen yang
digunakan yaitu tes tertulis berupa 7 soal uraian yang digunakan untuk mengukur
hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Masing-masing nomor soal
akan mendapatkan skor maksimal 5 apabila jawaban benar dan lengkap. Berikut
Tabel 3.2
Kisi-kisi soal Pre-Test MatematikaTabel 3.2 dan 3.3 merupakan kisi-kisi dari soal pre-test dan post-test yang
berisi KD, indikator, dan contoh soal tes hasil belajar. Soal terdiri dari 7 soal
oleh 2 soal uraian, kecuali indikator 3.3.1 yaitu berjumlah 3 soal. Soal disusun
dari yang mudah ke yang sulit. Tingkat kesulitan ini disesuaikan berdasarkan
saran dari guru kelas V SDN Nanggulan yang jauh lebih mengerti tingkat
kemampuan siswanya.
kualitas soal uraian yang akan digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa
waktu dan kecepatan. Tabel 3.4 adalah contoh lembar kuesioner yang digunakan
Tabel 3.4
Learning untuk mengetahui metode, aktivitas, dan hasil belajar siswa selama
mengenai model pembelajaran Problem Based Learning. Berikut ini adalah kisikisi pedoman wawancara pada guru kelas V SDN Nanggulan.
Tabel 3.5
validitas digunakan untuk menguji instrumen pembelajaran (silabus dan RPP) dan
instrumen penelitian (soal tes hasil belajar) yang menerangkan mengenai jenisjenis validitas apa saja yang digunakan pada penelitian. Uji reliabilitas
(2013: 195), Instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Margono (2013:12) mengungkapkan
dan validitas kriteria. Validitas isi yaitu suatu validitas yang menunjukkan sampai
di mana isi suatu tes atau alat pengukur mencerminkan hal- hal yang ingin diukur.
Validitas konstruksi dapat disebut juga dengan validitas konsep, yaitu validitas
yang menunjukkan sampai di mana isi suatu tes atau alat pengukur sesuai dengan
konsep yang seharusnya menjadi isi tes tersebut. Validitas kriteria yaitu suatu
antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di
validitas isi dan konstruksi. Menurut Sugiyono (2013: 170), validitas instrumen
yang berupa tes harus memenuhi construct validity (validitas konstruksi) dan
content validity (validitas isi). Validitas ini digunakan untuk menguji instrumen
3.7.1.1Validitas Isi
isi yang akan dibahas (Azwar, 2012: 175). Validitas isi dalam penelitian ini
pembelajaran (silabus dan RPP) dan instrumen penelitian (soal tes hasil belajar)
yang diperoleh dari pendapat 3 ahli materi, yaitu satu dosen yang berkompeten
1 samapi 4 untuk melakukan revisi. Skor 1 berarti “kurang sekali”, skor 2 berarti
“kurang”, skor 3 berarti “baik”, skor 4 berarti “baik sekali”. Kriteria skor yangdipilih dalam penelitian ini adalah 3. Angka 3 dipilih karena angka tersebut sudah
melampaui nilai tengah pada rentang skor bukan nilai tertinggi. Penilaian dengan
bobot 3 pada panduan skroing expert judgement juga sudah bermakna “baik”.
untuk penelitian berpedoman dari rata-rata skor dan komentar yang diberikan
penguji. Tabel 3.6 berikut dalah kriteria hasil validitas isi yang dibuat oleh
Tabel 3.6
Rata-rata
Kuantitatif
Penilaian Kualitatif
Keputusan
≥3
Positif
Tidak revisi
≥3
Negatif
Revisi
<3
Positif
Revisi
<3
Negatif
Revisi
pembelajaran dan instrumen tes hasil belajar. Kriteria pertama, jika memperoleh
skor lebih dari atau sama dengan 3 dengan komentar positif, maka instrumen tidak
akan direvisi. Kriteria kedua, jika memperoleh skor lebih dari atau sama dengan 3
dengan komentar negatif, maka instrumen akan direvisi. Kriteria ketiga, jika
memperoleh skor kurang dari 3 dengan komentar positif, maka instrumen akan
direvisi. Kriteria keempat, jika memperoleh skor kurang dari 3 dengan komentar
silabus dan RPP. Skor hasil validasi dianalisis kemudian untuk dicari rata-rata
skor pada setiap komponen penilaiannya. Validator yang pertama ialah guru kelas V A. Peneliti memilih beliau karena sudah berpengalaman dalam mengajar, selain
itu beliau juga ahli yang bertanggung jawab dibidang perangkat pembelajaran.
Validator yang kedua adalah guru kelas VB, karena beliau kreatif khususnya
dalam mengajar dan juga memiliki pengetahuan dibidang matematika yang baik.
Validator atau ahli ketiga adalah dosen matematika, dengan pertimbangan bahwa
beliau memiliki pengetahuan yang lebih mendalam tentang materi pelajaran
matematika khususnya pada materi pengukuran jarak, waktu dan kecepatan. Hasil
validasi silabus oleh tiga ahli yang dipilih oleh peneliti dapat dilihat pada tabel
Tabel 3.7
Hasil Validasi Silabus Kelompok EksperimenTabel 3.7 dan 3.8 adalah skor hasil validasi silabus untuk kedua kelompok
penilaian dari para ahli. Skor rata-rata yang diperoleh dari ahli 1 sampai 3 sudah
lebih dari kriteria penilaian. Ahli 1, 2, 3 tidak memberikan komentar pada kolom
“komentar”. Oleh karena itu, dapat diputuskan bahwa instrumen silabus pada
kedua kelompok tidak akan direvisi atau mengalami perbaikan, sehingga silabus
ahli yang sama dengan validator silabus. Hasil validasi RPP juga dianalisis untuk
mencari rata-rata dari setiap komponen yang dinilai. Tabel 3.8 Berikut adalah
Tabel 3.9
Hasil validasi RPP Kelompok EksperimenTabel 3.9adalah skor hasil validasi RPP yang terdiri dari 11 komponen
penilaian dari para ahli. Skor rata-rata yang diperoleh dari ahli 1 sampai 3 sudah
lebih dari kriteria penilaian. Ahli 1, 2, 3 tidak memberikan komentar pada kolom
“rekomendasi validator untuk dokumen RPP yang dibuat oleh peneliti”, namun
dan memberikan catatan pada RPP, yaitu “K-13 subyek = siswa. Begitu pun ahli 3
karena itu dapat diputuskan bahwa instrumen RPP akan direvisi mengenai alokasi
waktu dan penulisan yang dianggap kurang sesuai dengan himbauan ahli 2.
Validasi RPP juga dilakukan pada RPP kelompok kontrol. Berikut ini adalah hasil
Tabel 3.10
Hasil validasi RPP Kelompok KontrolTabel 3.10 adalah skor hasil validasi RPP yang terdiri dari 11 komponen
penilaian dari para ahli. Skor rata-rata yang diperoleh dari ahli 1 sampai 3 sudah
lebih dari kriteria penilaian. Ahli 1, 2, 3 tidak memberikan komentar pada kolom
“rekomendasi validator untuk dokumen RPP yang dibuat oleh peneliti”. Oleh
karena itu, dapat diputuskan bahwa instrumen RPP untuk kelompok kontrol tidak
akan direvisi atau mengalami perbaikan, sehingga RPP bisa langsung digunakan
dalam penelitian.
Validasi untuk soal tes hasil belajar dianalisis untuk dicari kategorinya
berdasarkan kriteria pada tabel 3.4. Validasi terdiri dari 8 komponen (aspek yang
diamati) dengan rentang skor 1 – 4. Validasi soal tes hasil belajar ini dilakukan
oleh 3 ahli yang dipilih oleh peneliti, yaitu dosen yang berkompeten dibidang
matematika dan dua guru kelas V SD Negeri Nanggulan yang tentunya mengenali
belajar oleh tiga ahli yang dipilih oleh peneliti dapat dilihat pada tabel 3.11 di
bawah ini :
Tabel 3.11
Hasil Validasi soal Tes Hasil BelajarTabel 3.11menunjukkan skor rata-rata semua komponen penilaian yang
diperoleh dari 3 ahli. Skor rata-rata yang diperoleh dari ahli 1 sampai 3 sudah
lebih dari kriteria penilaian. Ahli 1 dan 2 tidak memberikan komentar, namun ahli
1 melakukan pembenaran tulisan pada kata “apotik” menjadi “apotek” dan ahli 2
memberikan tanda centang (√) pada soal nomor 3. Ahli 3 memberikan komentar
pada pada kolom saran, sebagai berikut “Perhatikan kalimat soal nomor 1 (sudah
diberi contoh)” dan juga melakukan perbaikan pada rumusan kalimat nomor 1.
Oleh karena itu, dapat diputuskan bahwa instrumen soal tes hasil belajar akan
direvisi mengenai penulisan kata “apotik” dan mengubah rumusan kalimat soal
(Arikunto, 2012: 83). Validitas konstruk dilakukan melalui uji empiris atau
Negeri Nanggulan. Hal ini dilakukan karena penelitian ini masuk dalam tahun
ajaran baru sehingga materi pengukuran jarak, waktu, dan kecepatan sudah pernah
dipelajari siswa kelas V yang secara otomatis sekarang berada di kelas VI.
ini dan dapat mengerjakan soal tersebut.Instrumen soal tes hasil belajar terdiri dari
7 soal uraian yang diturunkan dari 3 indikator tentang materi pengukuran jarak, waktu, dan kecepatan. Setelah diujikan, soal dihitung validitasnya dengan
menggunakan rumus korelasi dari Pearson (Arikunto, 2012: 85). Uji validitas
program ini dimaksudkan agar lebih efektif dan efisein serta meminimalisir
human eror. Penentuan valid atau tidaknya aitem dengan menggunakan kriteria:
bila harga rhitung> rtabel atau jika harga Sig. (2-tailed)< 0,05 maka instrumen
dikatakan valid. Jika harga Sig. (2-tailed)> 0,05 maka instrumen dikatakan tidak
valid (Sugiyono, 2011: 174). Menurut Sugiyono (2008: 373), rtabel untuk jumlah
Tabel 3.12
Hasil validitas konstruk menggunakan SPSS untuk soal pre-testTabel 3.12 menunjukkan bahwa semua soal pre-test termasuk dalam kategori
valid. Hal ini dapat dilihat dari 7 soal yang diujikan memiliki nilai rhitung lebih dari
rtabel(0,355). Pada uji validitas ini tidak ada aitem soal yang tereleminasi, sehingga
semua aitem soal dapat digunakan untuk penelitian terkait hasil belajar siswa.
sedangkan, hasil validitas soal post-test dapat dilihat pada tabel 3.13 di bawah ini:Tabel 3.13
No.
Item
rhitung
rtabel
Keterangan
0,420
0,355
Valid
0,515
0,355
Valid
0,374
0,355
Valid
0,548
0,355
Valid
0,680
0,355
Valid
0,756
0,355
Valid
0,554
0,355
Valid
Tabel 3.13 menunjukkan bahwa semua soal post-test termasuk dalam kategori
valid. Hal ini dapat dilihat dari 7 soal yang diujikan memiliki nilai rhitung lebih dari
rtabel(0,355). Pada uji validitas ini tidak ada aitem soal yang tereleminasi, sehingga
semua aitem soal dapat digunakan untuk penelitian terkait hasil belajar siswa.
3.7.2 Reliabilitas
data tersebut diambil, maka akan memberikan hasil yang sama atau konsisten dan
seluruh aitem soal (7 butir) karena ketujuh aitem soal tersebut telah lolos uji
validitas. Peneliti menggunakan rumus ini karena insrumen tes yang digunakan
dalam penelitian ini berupa soal uraian. Dalam melakukan pengujian ini, peneliti
efektifitas dan efesiensi perhitungan serta meminimalisir human eror. Di mana reliabilitas soal dapat diketahui dengan melihat rumus Cronbach’s Alpha dalam
output SPSS 23. Instrumen dikatakan reliabel jika nilai Alpha Cronbach > 0,60
Tabel 3.14
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Standardized Items
N of Items
,827
,841
Tabel 3.14 memperlihatkan hasil uji reliabilitas untuk soal uraian (pre-test)
Tabel 3.15
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Standardized Items
N of Items
,810
,809
Tabel 3.15 memperlihatkankan hasil uji reliabilitas untuk soal uraian (posttest) adalah sebesar 0,810. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa
instrumen soal uraian masuk dalam kategori reliabel karena 0,810 > 0,60 sehingga
IBM SPSS Statistics 23 for Windows dengan tingkat kepercayaan 95%. Analisis
data ini digunakan untuk mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan penelitian ini, yaitu mengetahui pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning
data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi beberapa langkah, yaitu:
3.8.1 Uji Asumsi
Uji normalitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
memiliki distribusi normal atau tidak. Hasil uji ini dapat digunakan sebagai acuan
untuk menentukan jenis statistik yang akan digunakan untuk menganalisis data
selanjutnya (Priyatno: 2012: 132). Berikut adalah kriteria dalam KolmogorovSmirnov (Margono, 2003: 195):
a. Jika harga Sig. (2-tailed) atau P ˃ 0,05, maka distribusi data normal. Jika data
normal, maka teknik statistik yang digunakan adalah statistik parametrik uji t
b. Jika harga Sig. (2-tailed) atau P < 0,05, maka distribusi data tidak normal.
Jika data tidak normal, maka teknik statistik yang digunakan adalah statistik
Data pre-test yang diperoleh dari penelitian kemudian dianalisis dan diuji
mengenai varian dan dilakukan untuk mengetahui apakah antara kedua kelompok
sampel memiliki variansi yang sama atau tidak (heterogen) (Nisfiannoor, 2009: 92). Data yang diharapkan adalah homogen. Hipotesis untuk uji homogenitas skor
pre-test adalah:
H0 : Tidak ada perbedaan varian antara skor pre-test kelompok kontrol dan skor
a. Jika nilai signifikansi > 0,05, maka H0 diterima dan Hi ditolak, artinya tidak
ada perbedaan varian antara skor pre-test kelompok kontrol dan skor pre-test
kelompok eksperimen.
b. Jika nilai signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak dan Hi diterima, artinya ada
perbedaan varian antara skor pre-test kelompok kontrol dan skor pre-test
kelompok eksperimen.
kontrol. Uji perbandingan skor pre-test ini dilakukan untuk mengetahui apakah
bahwa kedua kelompok memiliki kemampuan sama atau setara pada kondisi awal
normal dan statistik non-parametrik Mann-Whitney U test untuk distribusi data tidak normal. Analisis data dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95% dan
H0 : Tidak ada perbedaan rata-rata skor pre-test antara kelompok kontrol dengan
kelompok eksperimen. Dengan kata lain kemampuan kedua kelompok
Hi
Berikut ini adalah kriteria yang digunakan dalam penelitian ini (Sarwono dan
a. Jika harga Sig. (2-tailed) ˃ 0,05, maka H0 diterima dan Hi ditolak. Artinya
tidak ada perbedaan rata-rata skor pre-test antara kelompok eksperimen dan
b. Jika harga Sig. (2-tailed) < 0,05, maka H0 ditolak dan Hi diterima. Artinya
Kondisi yang diharapkan ialah apabila tidak ada perbedaan rata-rata skor pretest (perbedaan kemampuan awal) yang signifikan dari kedua kelompok, yaitu
post-test dengan pre-test pada masing-masing kelompok , secara rumus yaitu: (O2
– O1) – (O4 – O3). Kemudian selisih skor dari kedua kelompok tersebut diuji
statistik. Apabila data yang diperoleh merupakan data yang berdistribusi normal,
H0 : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara selisih skor pre-test – post-test
a. Jika harga Sig. (2-tailed) ˃ 0,05, H0 diterima dan Hiditolak.Artinya tidak ada
terhadap hasil belajar siswa. b. Jika harga Sig. (2-tailed) <0,05, H0 ditolak dan Hiditerima.Artinya ada
sehingga dapat diketahui apakah hasil tersebut menyetujui atau menolak hipotesis.
ada kenaikan skor yang signifikan atau tidak pada kelompok kontrol dan
eksperimen dengan membandingkan hasil skor pre-test ke post-test dimasingmasing kelas. Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik parametrik
paired sampel t-test untuk distribusi normal dan statistik non-parametrik Wilcoxon
untuk distribusi data tidak normal. Pengujian ini dengan menggunakan tingkat
H0 : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pre-test dan post-test pada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dengan kata lain tidak ada
Hi
: Ada perbedaan yang signifikan antara skor pre-test dan post-test pada
(Yulius, 2010:82):a. Jika harga Sig. (2-tailed) ˃ 0,05, maka H0 diterima dan Hi ditolak. Artinya
tidak ada perbedaan yang signifikan antara skor pre-test dan post-test pada
ada perbedaan yang signifikan antara skor pre-test dan post-test pada
besarnya pengaruh model pembelajaran PBL dengan distribusi data normal (Field,
2009:57):
Keterangan:
r = effect size dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson
t = harga uji t
df = harga drajad kebebasanJika distribusi data tidak normal, maka menggunakan rumus (Field, 2009:550)
Keterangan:
dengan rumus:
a. Jika r = ≤ 0,10, maka dapat dikatakan efek yang dimiliki kecil atau setara
b. Jika r = ≤ 0,30, maka dapat dikatakan efek yang dimiliki menegah atau
(PBL).
c. Jika r = ≤ 0,50, maka dapat dikatakan efek yang dimiliki besar atau