Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

5 - Progres 2

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

EFEKTIFITAS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK MELALUI BENDA

KONKRET DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN PEMBELAJARAN PECAHAN


KELAS 3A DI SDN GUNUNG 01 JAKARTA

A. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Pelajaran matematika untuk anak jenjang sekolah dasar merupakan salah satu
ilmu dasar yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-
hari. Matematika juga merupakan sarana berfikir untuk menumbuh kembangkan pola
berpikir logis, sistematis, objektif, kritis dan rasional. Pelajaran matematika juga
merupakan pelajaran yang mendapatkan perhatian yang lebih besar dari kalangan
pendidik, orang tua maupun siswa diantara mata pelajaran yang lainnya.
Dalam kehidupan sehari-hari matematika juga dapat digunakan untuk keperluan
yang praktis. Semua masalah kehidupan yang membutuhkan pemecahan secara
cermat, teliti, mau tidak mau harus berpaling kepada matematika. Adapun
implementasinya dalam proses pembelajaran adalah: dengan belajar matematika
dapat mendorong para siswa untuk berfikir secara logis, konsisten, sistematis dan
mengembangkan sistem dokumentasi serta mengembangkan kemampuan dan
keterampilan untuk memecahkan masalah.Matematika tidak mudah dipahami oleh
sebagian siswa khususnya siswa SD/MI.
Proses pembelajaran cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih
menggunakan cara praktis, langsung pada intinya bukan pada proses pemahamannya.
Masalah tersebut menuntut kesadaran guru akan pentingnya pendekatan pembelajaran
yang efektif, sehingga memberikan kesempatan siswa aktif dalam pembelajaran, serta
mampu menghadirkan masalah konkret yang pada akhirnya meningkatkan
pemahaman siswa terhadap konsep matematika, khususnya materi pecahan.
Pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap
konsep pecahan salah satunya menggunakan pendidikan matematika realistik.
Namun realitanya, proses pembelajaran matematika belum menggunakan
pendidikan matematika realistik. Dapat dilihat dari proses pembelajaran belum
menggunakan masalah kehidupan sehari-hari yang dipahami oleh siswa.
Penyampaian materi pecahan dengan menggunakan pendidikan matematika realistik
membantu siswa, agar dapat menerima materi menjadi lebih bermakna. Selain itu,
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendidikan matematika realistik
menuntut supaya siswa aktif dalam menyelesaikan masalah sehingga rasa
keingintahuan siswa dimunculkan dan siswa akan berusaha menyelesaikan masalah
tersebut dengan usaha dan kreativitas mereka.
Penulis mencoba merancang alat peraga yang sesuai dengan materi pecahan, yaitu
papan pecahan, di mana alat peraga ini digunakan untuk mencari persamaan nilai
dalam pecahan serta dalam penjumlahan pecahan. Alat peraga yang dibuat dapat
membuat siswa memahami konsep matematika khususnya pada pecahan dengan
mudah. Papan pecahan dapat dibuat dengan stearofoam dan origami berwarna warni
agar menarik perhatian siswa. Alat peraga papan pecahan ini berbentuk lingkaran,
kemudian dibagi-bagi berdasarkan nilainya.

B. Kajian Pustaka
Kegiatan belajar mengajar harus senantiasa ditingkatkan efektivitas demi
meningkatkan mutu dari pada pendidikan itu sendiri. Efektivitas pembelajaran adalah
proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk mengubah kemampuan dan persepsi
siswa dari yang sulit mempelajari sesuatu menjadi mudah mempelajarinya (Suyanto,
2013). Efektifitas pembelajaran ini berhubungan dengan tingkat keberhasilan suatu
pembelajaran. Efektivitas pembelajaran dapat terjadi jika hasil belajar siswa meningkat.
Hal ini dilihat dari hasil belajar siswa dan dari pemahaman awal dengan pemahaman
setelah pembelajaran.
Efektivitas pembelajaran sangat berhubungan erat dengan pengelolaan kelas.
Pengelolaan kelas bertujuan agar setiap anak dikelas dapat bekerja dengan tertib sehingga
segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efesien (Mudasir, 2011). Pengelolaan
kelas yang baik akan menimbulkan efektivitas pembelajaran yang baik pula. Maupun
sebaliknya jika pembelajaran dikelas tidak efektif maka terdapat kendala-kendala salah
satu nya adalah pengelolaan kelas.
Dari pengertian efektivitas pembelajaran tersebut dapat disimpukan efektifitas
pembelajaran merupakan ukuran keberhasilan dari suatu usaha dari suatu kegiatan yang
sengaja dilaksanakan untuk menciptakan suasana belajar bagi siswa. Dan efektifitas
pembelajaran ini sangat berhubungan dengan manajemen kelas, yang berkaitan dengan
pengelolaan kelas.
Didalam proses pembelajaran diperlukan suatu model pembelajaran yang
memfokuskan pada aplikasi dalam kehidupan sehari-hari (kontekstual). Pembelajaran
matematika realistik merupakan salah satu alternatif untuk membangun pemahaman
konsep dan aktivitas siswa dalam belajar dengan pemaanfaatan masalah kontekstual. Ide
utama pembelajaran matematika realistik adalah menekankan aktivitas sisswa untuk
mencari, menemukan dan membangun sendiri peengetahuan yang diperlukan sehingga
pembelajaraan menjadi berpusat pada siswa (Soedjadi, 2004). Upaya untuk menemukan
kembali ide dan konsep matematika ini dilakukan dengan memanfaatkan realita dan
lingkungan yang dekat dengan anak.
Dalam Realistic Mathematics Education (RME), kata realistic sebenarnya berasal
dari bahasa Belanda “zich realiseren” yang berarti “untuk dibayangkan” atau “to
imagine” dalam bahasa inggris. Menurut Panhuizen (Wijaya, 2012), penggunaan kata
“realistic” tersebut tidak sekedar menunjukkan adanya koneksi dengan dunia nyata (real-
world) tetapi lebih mengacu pada fokus pendidikan matematika realistik dalam
menempatkan penekanan penggunaaan suatu situasi yang bisa dibayangkan
(imagineable) oleh siswa. Jadi masalah kontekstual yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah masalah yang tidak sekedar berkaitan dengan dunia nyata tapi setidaknya dapat
dibayangkan oleh siswa.
Ada banyak materi pelajaran yang diajarkan pada mata pelajaran matematika di
tingkat sekolah dasar, salah satunya yaitu materi pecahan. Materi pembelajaran
matematika pada operasi hitung pecahan memiliki beberapa permasalahan.
Permasalahan-permasalahan yang sering dihadapi siswa diantaranya a) siswa kesulitan
dalam memahami bentuk pecahan, b) menjumlahkan atau mengurangkan pembilang
dengan pembilang atau penyebut dengan penyebut, c) salah dalam menyamakan
penyebut, d) penyebut sudah disamakan tetapi penyebut belum disesuaikan, e) kurang
teliti dalam melakukan operasi hitung. Adanya permasalahan-permasalahan tersebut
disebabkan karena siswa belum memahami benar makna pecahan serta pengoperasian
pecahan masih bersifat abstrak.
Kesulitan-kesulitan siswa dalam menyelesaikan operasi hitung pecahan
kemungkinan dapat disebabkan karena kurang sempurnanya proses pembelajaran di
kelas. Karena dalam melakukan kegiatan belajar tidak selamanya berhasil, terkadang juga
mengalami hambatan-hambatan yang mengakibatkan kegagalan belajar. Melalui
pengamatan pada proses pembelajaran, pembelajaran yang dilakukan masih didominasi
dengan penugasan dan latihan. Hal tersebut menjadikan siswa kurang mengerti karena
terbatasnya penjelasan yang diberikan oleh guru dan terbatasnya waktu dari proses
belajar mengajar yang berlangsung. Jarangnya penggunaan media/alat peraga pada saat
guru menjelaskan materi, serta kebanyakan guru masih mengajar dengan tidak
menggunakan model pembelajaran yang tepat. Proses mengajar seperti itu dapat menjadi
salah satu faktor penyebab mengapa siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran.
Pada pembelajaran pecahan ini peneliti mencoba untuk memakai benda konkret untuk
menjadikan siswa supaya lebih paham dengan materi pecahan.

Menyajikan Pecahan Melalui Benda Konkret


Gambar dan bentuk pecahan yang konkret serta adanya eksperimen eksperimen
dapat digunakan untuk membantu siswa dalam memahami bentuk pecahan serta
pengoperasian pecahan. Oleh karenanya solusi yang sesuai untuk dapat mengatasi hal
tersebut yaitu dengan melaksanakan pembelajaran yang menstimulasi kecerdasan visual
spasial dan matematis logis. Kecerdasan visual spasial adalah kecerdasan yang lebih
menonjolkan pada gambar dan visualisasi. Sehingga salah satu strategi pembelajaran
yang sesuai dengan materi operasi hitung pecahan guna menstimulasi kecerdasan visual
spasial siswa adalah dengan menggunakan potongan kertas warna-warni (Mujtahidin,
2015). Salah satu bentuk media pembelajaran yang dikembangkan untuk dapat
menstimulasi kecerdasan visual spasial dan matematis logis siswa yaitu media
pembembelajaran papan pecahan.
Alat peraga papan pecahan ini dapat dibuat dari baha kardus, karton, kertas
asturo/kertas berwarna, dan lain sebagainya. Bentuk alat dapat berupa persegi panjang
atau lingkaran. Penggunaan alat peraga papan pecahan ini dapat dipakai secara klasikal
untuk menanamkan konsep pecahan. Guru dapat mengawalinya dengan menggunakan
selembar kertas yang dilipat sesuai pecahan yang dikehendaki. Selanjutnya guru
menggunakan peraga blok pecahan model lingkaran dan persegi panjang tersebut, untuk
mmenerangkan tentang pecahan. Misalnya guru akan memperkenalkan pecahan 1/2, 1/4,
1/8 maka guru dapat menunjukkan terlebih dahulu kepada siswa 1 bagian yang utuh.
C. Metode
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Gunung 01 Jakarta yang beralamat di Jl.
Bumi E No.19, RT.13/RW.2, Gunung, Kec. Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan, pada kelas
III tahun ajaran 2021/2022 yang terdiri dari tiga kelas, tetapi kami hanya mengambil
penelitian di kelas III A yang diajarkan menggunakan pendekatan pendidikan matematika
realistik yang terdiri dari 30 siswa. Pokok bahasan matematika yang diajarkan pada
penelitian ini adalah pecahan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian
berdasarkan fakta-fakta yang terlihat nyata tanpa adanya bentuk hitungan dan data
diperoleh dengan mendiskripsikan proses dan makna dengan memanfaatkan peneliti
sebagai instumen kunci (Sugiarto, 2015).
Setiap data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif akan dianalisis secara
deskriptif agar mendapatkan suatu kesimpulan mengenai subjek yang diteliti. Proses
analisis data secara deskriptif, diharapkan mampu secara induktif dapat membangun
suatu teori mengenai proses pembelajaran penjumlahan dengan soal cerita melalui
pendekatan PMRI. Penelitian dirancang menggunakan studi lapangan dengan teknik
pengambilan data dengan lembar observasi, dokumentasi, dan catatan lapangan terhadap
proses pembelajaran matematika di SD Negeri 01 Jakarta.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi terhadap pelaksanaan proses
pembelajaran matematika di kelas III materi pecahan. Lembar observasi dibuat untuk
mengukur tingkat keaktifan peserta didik dalam pembelajaran matematika yang
dibawakan dengan menggunakan pendekatan PMRI. Lembar observasi didukung juga
oleh catatan lapangan yang menulis setiap kejadian yang terjadi dalam pembelajaran dan
juga dokumentasi berupa foto saat kegiatan pembelajaran sedang berlangsung. Dalam
penelitian ini, analisis data hasil observasi dan hasil test peserta didik serta menganalisis
dokumen-dokumen pendukung pembelajaran seperti RPP.
D. Hasil dan Pembahasan
Daftar Pustaka

- Suyanto dan Asep Jiha, (2013). Menjadi Guru Profesional Strategi Meningkatkan Kualifikasi
dan Kualitas Guru di Era Global. Jakarta: Penerbit Erlangga

- Mudasir, (2011). Manajemen Kelas.Pekanbaru: Zenafa

- Soedjadi. (2004). Kiat Pendidikan Matematika Di Indonesia. Jakarta : Depdiknas.

-Ariyadi Wijaya. (2012). Pendidikan Matematika Realistik, Suatu Alternatif. Pendekatan


Pembelajaran Matematika . Yogyakarta: Graha Ilmu.

-Eko Sugiarto. (2015). Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif: Skripsi dan Tesis, Yogyakarta:
Suaka Media.

Anda mungkin juga menyukai