Paralel E - Kelompok D
Paralel E - Kelompok D
Paralel E - Kelompok D
GRUP D
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
”SEDIMENTASI”
GRUP D
Dosen Pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
kesuksesan dalam menyelesaikan tugas laporan praktikum Operasi Teknik Kimia I
yang berjudul “Sedimentasi”.
Laporan Resmi ini merupakan salah satu tugas mata kuliah praktikum Operasi
Teknik Kimia I yang diberikan pada semester IV. Laporan ini disusun berdasarkan
pengamatan, perhitungan dan dilengkapi dengan teori dari literatur serta petunjuk
asisten pembimbing yang dilaksanakan pada tanggal 24 Mei 2021 di Laboratorium
Operasi Teknik Kimia Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa
Timur.
Laporan hasil praktikum ini tidak dapat tersusun sedemikian rupa tanpa
bantuan baik sarana, prasarana, pemikiran, kritik dan saran. Oleh karena itu, tidak
lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ir. Titi Susilowati, MT selaku dosen pembimbing.
2. Seluruh asisten dosen yang membantu dalam pelaksanaan praktikum.
3. Rekan-rekan mahasiswa yang membantu dalam memberikan masukan-
masukan dalam praktikum.
Pada penyusunan laporan ini, penyusun menyadari bahwa masih banyak
kekurangannya. Maka dengan rendah hati, penyusun mengharapkan kritik dan
saran dari seluruh asisten dosen yang turut membantu dalam pelaksanaan
kesempurnaan laporan ini. Penyusun mengharapkan semua laporanm praktikum
yang telah disusun ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Teknik,
khususnya mahasiswa jurusan Teknik Kimia.
Surabaya, 28 Mei 2021
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel IV.1.1 Pengamatan pengaruh ketinggian endapan (cm) terhadap selang waktu
(menit) tertentu pada CaCO3………………………………….……27
Tabel IV.2.1 Perhitungan C1 (gr/l) dan v (cm/menit) pada kalsium karbonat
(CaCO3) dengan konsentrasi 6,5%..................................................28
Tabel IV.2.2 Perhitungan C1 (gr/l) dan v (cm/menit) pada kalsium karbonat
(CaCO3) dengan konsentrasi 7,5%..................................................29
Tabel IV.2.3 Perhitungan C1 (gr/l) dan v (cm/menit) pada kalsium karbonat
(CaCO3) dengan konsentrasi 8,5%..................................................30
Tabel IV.2.4 Perhitungan A (cm2), D (cm) dan H (cm) Clarifier Pada Setiap
Konsentrasi……………………………………………….………32
INTISARI
BAB I
PENDAHULUAN
I.2 Tujuan
1. Untuk merancang desain alat clarifier dari data batch sedimentasi
2. Untuk mengetahui hubungan antara tinggi permukaan slurry atau suspense
dengan waktu pengendapan
3. Untuk mengetahui kecepatan pengendapan kalsium karbonat dalam cairan
I.3 Manfaat
1. Agar praktikan dapat memahami mekanisme proses sedimentasi hingga
diperoleh cairan jernih
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.2 Sedimentasi
II.2.1 Mekanisme Sedimentasi
Mekanisme dari sedimentasi dideskripsikan dengan observasi pada tes batch
settling yaitu ketika partikel-partikel padatan dalam suatu slurry mengalami proses
pengendapan dalam silinder kaca. Gambar 1(a) menunjukkan suspensi dalam
silinder dengan konsentrasi padatan yang seragam. Seiring dengan berjalannya
waktu, partikel-partikel padatan mulai mengendap dimana laju pengendapan
partikel tersebut diasumsikan sebagai terminal velocity pada kondisi hindered-
settling. Pada Gambar 1(b) terdapat beberapa zona konsentrasi. Daerah D
didominasi endapan partikel-partikel padatan yang lebih berat dan lebih cepat
mengendap. Pada zona C terdapat partikel dengan ukuran yang berbeda-beda dan
konsentrasi yang tidak seragam.
Keterangan :
Vs = Kecepatan pengendapan (mm/menit)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
Ds = Diameter partikel
ρ s = densitas partikel (g/cm3)
ρ = densitas cairan (g/liter)
μ = viskositas cairan (Ns/m2)
2. Persamaan Farag
Farag merumuskan suatu persamaan yang merupakan penyempurnaan dari
persamaan Stokes-Newton Law. Persamaan Farag disajikan pada persamaan
2
2 (𝜌 −𝜌 )𝜀 2
g𝑑𝑝 𝑠 𝑓 𝑓
v= ………………………………………………………(2)
18μf 𝑏
Keterangan :
Vs = Kecepatan pengendapan (mm/menit)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
D = Diameter partikel
ρs = Densitas partikel (g/cm3)
ρ = Densitas air (g/cm3)
μ = Viskositas air (Ns/m2)
4. Metode Grafik
Pada proses sedimentasi, salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
kecepatan sedimentasi adalah specific grafity dan diameter partikel.
Kecepatan pengendapan sebagai fungsi specific gravity dan diameter partikel
dapat digambarkan dalam sebuah grafik. Grafik kecepatan sedimentasi
2. Flocculant settling
Pada flocculant settling inilah konsentrasi partikel cukup tinggi terjadi pada
penggumpalan (agglomeration). Peningkatan rata-rata massa partikel ini
menyebabkan partikel karam lebih cepat. Flocculant settling banyak
digunakan pada primary clarifier. Kecepatan pengadukan dari partikel-
partikel meningkat, dengan setelah adanya penggabungan diantaranya. Tipe
ini digunakan dalam proses flokulasi dan koagulasi.
3. Hindered settling
Di dalam hindered settling atau zone settling, konsentrasi partikel relaitf
tinggi (cukup) sehingga pengaruh antar partikel tidak dapat diabaikan,
kemudian partikel bercampur dengan partikel lainnya dan kemudian
mereka karam bersama-sama. hindred settling sebagian besar digunakan di
dalam secondary clarifiers. Kecepatan pengendapan dipengaruhi oleh sifat
fluida, sifat fisis padatan, dan konsentrasi. Bila jenis slurry tertentu dengan
nilai µ, ρs, ρf, g, D dan γ tetap maka kecepatan sedimentasi hanya
merupakan fungsi dari konsentrasi. Contoh dari aplikasi ini adalah
thickener.
4. Compression settling
Pengendapan berada pada konsentrasi yang paling tinggi pada suspended
solid dan terjadi pada jangkauan yang paling rendah dari clarifiers.
Pengendapan partikel dengan cara memampatkan (compressing) massa
partikel dari bawah. Tekanan (compression) terjadi tidak hanya di dalam
zona yang paling rendah dari secondary clarifiers tetapi juga di dalam
tangki sludge thickening. Secara aktual sedimentasi terdiri dari rectangular
dan circular. Bak single-rectangular akan lebih ekonomis dibandingkan
dengan bak circular pada ukuran yang sama. Bagaimanapun, jika banyak
tangki diperlukan, unit rectangular dapat dibangun dengan dinding pada
umumnya dan menjadi yang paling hemat.
(Darni, 2016)
II.2.7 Slurry
Slurry adalah campuran dari cairan dengan beberapa partikel padat.
Karakteristik fisik dari slurry tergantung pada tipe, ukuran, bentuk dan kuantitas
dari partikel, distribusi partikel padat dalam cairan, konsentrasi partikel padat di
cairan, ukuran saluran, tingkat turbulensi, suhu dan viskositas mutlak dari carrie
(Patel, 2020).
adalah daerah dengan distribusi ukuran yang berbeda-beda dan konsentrasi tidak
seragam. Zona B adalah daerah konsentrasi seragam, dengan konsentrasi dan
distribusi sama dengan keadaan awal. Di atas zona B, adalah zona A yang
merupakan cairan bening. Selama sedimentasi berlangsung, tinggi masing-masing
zona berubah. Zona A dan D bertambah, sedang zona B berkurang. Akhirnya zona
B, C dan transisi hilang, semua padatan berada di zona D. Saat ini disebut critical
settling point, yaitu saat terbentuknya batas tunggal antara cairan bening dan
endapan (Setiyadi, 2018).
II.2.11 Clarifier
Clarifier merupakan teknologi yang berfungsi untuk memisahkan padatan
yang tercampur dalam cairan, konsep pemisahan padatan berdasarkan sedimentasi
(pengendapan) (Tim Dosen OTK I, 2020). Banyak Clarifier utama sengaja
dirancang dan/atau dioperasikan untuk menghasilkan lumpur (sludge) primer yang
menebal, suatu fakta lebih lanjut diteladankan dengan praktek pemompaan limbah
diaktifkan lumpur untuk Clarifier utama untuk penggumpalan dengan lumpur
primer.Mungkin untuk alasan ini bahwa profesi bingung tentang proses objectif dari
klarifikasi utama karena mereka dikenal sebagai sedimen primer Tangki pengaturan
atau tangki penguraian utama (Wilson, 2005).
II.2.13 Aplikasi
Proses sedimentasi dalam industri kimia banyak digunakan, misalnya pada
proses pembuatan kertas dimana slurry berupa bubur selulose yang akan dipisahkan
menjadi pulp dan air, proses penjernihan air (water treatment), dan proses
pemisahan buangan nira yang diolah menjadi gula (Tim Dosen OTK I, 2020).
Selain contoh aplikasi yang sudah disebutkan sebelumnya, sedimentasi untuk
industri secara spesifik juga digunakan, antara lain :
1. Pada unit pemisahan, misalnya untuk mengambil senyawa magnesium dari air
laut
2. Untuk memisahkan bahan buangan dari bahan yang akan diolah, misalnya pada
pabrik gula
3. Pengolahan air sungai menjadi boiler feed water
4. Proses pemisahan padatan berdasarkan ukurannya dalam clarifier dengan
prinsip perbedaan terminal velocity
Pada proses pengeboran minyak bumi umumnya menghasilkan limbah berupa
lumpur, limbah lumpur ini ditangani dengan cara sedimentasi. Setelah diendapkan,
endapan dipisahkan dari air, dimana air dibuang ke sumber air terdekat seperti
sungai atau laut, sedangkan padatan lumpur dikembalikan ketempat pengeboran
(Setiyadi, 2018).
4. Konsentrasi
Semakin besarnya konsentrasi, gaya gesek yang dialami partikel karena
partikel lain semakin besar sehingga drag forcenya pun semakin besar.
Peristiwa ini disebabkan karena dengan semakin besarnya konsentrasi
berarti semakin banyak jumlah partikel dalam suatu suspensi yang
menyebabkan bertambahnya gaya gesek antara suatu partikel dengan
partikel yang lain.
5. Ukuran partikel
Ukuran partikel berpengaruh langsung terhadap diameter partikel. Jika
ukuran partikel semakin besar maka semakin besar pula permukaan dan
volumenya. Luas permukaan partikel berbanding lurus dengan gaya drag
dan volume partikelnya berbanding lurus dengan gaya apungnya. Peristiwa
ini disebabkan gaya ke atas (gaya drag dan gaya apung) semakin besar
sehingga gaya total untuk mengendapkan partikel semakin kecil sehingga
kecepatan pengendapan semakin menurun.
(Suryani, 2020)
II.5 Hipotesa
Pada praktikum sedimentasi, semakin besar konsentrasi solute (tak terlarut)
maka kecepatan pengendapan semakin lambat karena adanya gaya gesek antar
partikel semakin besar. Selain itu semakin lama waktu yang diberikan maka
semakin tinggi permukaan slurry.
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel IV.2.4 Perhitungan A (cm2), D (cm) dan H (cm) Clarifier Pada Setiap
Konsentrasi
Feed
Underflow Debit Waktu v
Masuk A (cm²) D (cm) H (cm)
(gr/cm3) (cm3/menit) (t, menit) (cm/menit)
(gr/cm3)
0.065 0.613 50000.0000 39.1090 3.5702 14004.8936 133.5688 139.6260
0.075 0.613 50000.0000 26.7938 5.0432 9914.2641 112.3817 135.1274
0.085 0.613 50000.0000 21.2593 5.7206 8740.3071 105.5185 121.6166
Berdasarkan tabel IV.2.4 Perhitungan A (cm2), D (cm) dan H (cm) clarifier
pada setiap konsentrasi didapatkan data feed masuk (gr/cm3), underflow (gr/cm3),
debit (Q), waktu (t), kecepatan pengendapan (v), luas penampang clarifier (A),
diameter clarifier (D) dan tinggi clarifier (H). Konsentrasi kalsium karbonat
(CaCO3) yang digunakan sebesar 6,5%; 7,5% dan 8,5%. Hasil yang diperoleh dari
percobaan Sedimentasi ini sudah sesuai dengan teori yang ada. Menurut (Aji, 2019)
luas permukaan A (m2) dan kecepatan v (m/det) selalu memiliki debit yang sama
pada setiap penampangnya
140
120
100
80 y = 0.0001x4 - 0.0191x3 + 0.8915x2 - 17.888x + 149.29
R² = 0.9966
60
40
20
0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)
140
120
100
80 y = 0.0001x4 - 0.0188x3 + 0.8795x2 - 17.712x + 149.74
R² = 0.9966
60
40
20
0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (menit)
C1 vs Waktu
60
50
y = 4257.7x4 - 5151.5x3 + 2047.5x2 - 255.14x + 11.555
Waktu (menit)
40 R² = 0.9713
30
20
10
0
0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
C1 (gr/l)
C1 vs Waktu
60
50
y = 3403.5x4 - 4465.7x3 + 1938.6x2 - 272.79x + 13.624
Waktu (menit)
40 R² = 0.9688
30
20
10
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
C1 (gr/l)
C1 vs Waktu
60
50
y = 2933.7x4 - 4099.5x3 + 1908.4x2 - 296.73x + 16.097
Waktu (menit)
40 R² = 0.9662
30
20
10
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
C1 (gr/l)
C1 vs Kecepatan Pengendapan
16
14
12
v (cm/menit)
10
8
6
4
y = -766.33x4 + 1047.5x3 - 468.13x2 + 54.174x + 13.19
2 R² = 0.9983
0
0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
C1 (gr/l)
C1 vs Kecepatan Pengendapan
16
14
12
v (cm/menit)
10
8
6
4
y = -655.88x4 + 989.35x3 - 499.24x2 + 75.626x + 11.002
2 R² = 0.998
0
0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
C1 (gr/l)
C1 vs Kecepatan Pengendapan
16
14
12
v (cm/menit)
10
8
6
4
y = -600.54x4 + 978.1x3 - 542.29x2 + 98.849x + 8.3978
2 R² = 0.9975
0
0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
C1 (gr/l)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan data-data hasil percobaan yang diperoleh dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Adapun desain clarifier dengan data batch berbentuk silinder dengan
underflow yang dikeluarkan sebesar 0,613 gr/cm3 dan debit yang diperoleh
sebesar 50000 cm3/menit.
2. Hubungan antara tinggi permukaan slurry dengan waktu pengendapan
adalah berbanding terbalik. Semakin lama waktu pengendapan maka tinggi
permukan slurry akan semakin berkurang.
3. Kecepatan pengendapan kalsium karbonat dalam cairan dengan konsentrasi
berbeda yaitu 6,5%; 7,5% dan 8,5% secara berturut – turut sebesar 3,57018
cm/menit; 5,04324 cm/menit dan 5,72062 cm/menit.
V.2 Saran
1. Sebaiknya praktikan lebih teliti lagi dalam melakukan perhitungan
sedimentasi, agar diperoleh hasil percobaan yang lebih optimal
2. Sebaiknya praktikan memperhatikan tinggi slurry pada saat melakukan
percobaan, agar diperoleh hasil percobaan yang lebih sempurna
3. Sebaiknya praktikan memperhatikan waktu pengendapan pada saat
melakukan percobaan, agar diperoleh waktu pengendapan yang lebih
optimal atau sesuai dengan teori yang ada
DAFTAR PUSTAKA
Aji, D.W, 2019,’Evaluasi dan Perencanaan Ulang Sistem Pengolahan Air Limbah
RSUD Dr. Harjono Ponorogo, Jurnal Teknik Sipil, Vol.1, No.1, Hal 1-14
Arimpi, A & Pandia, S, 2019,’Pembuatan Rektin dari Limbah Kulit Jeruk Dengan
Metode Ekstraksi Geklombang Ultrasonik Menggunakan Pelarut Asma
Sulfat (H2SO4)’, Jurnal Teknik Kimia, Vol. 8, No.1, Hal 18-24
Darni, Utami & Lismeri 2016, Pemisahan Campuran Heterogen I, Tekkim publish,
Bandar Lampung
Geankoplis, C J 1993, Transport Process and Unit Operations, Prentice-hall, New
Jersey
Mc.Cabe & Warren L 2005, Unit Operation of Chemical Engineering, New York:
Mc Graw Hill
Patel, M, Kumar, A, Pardhi, B, & Pal, M, 2020. ‘Abrasive, Erosive and Corrosive
Wear in Slurry Pumps–A Review’, International Research Journal of
Engineering and Technology, Vol.7, No.3, Hal 2188-2195.
Perry, R.A, 2007, Unit Operation of Chemical Engineering, Mc Graw Hill, New
York
Perry, R.A, 2008, Perry’s Chemical Engineering Handbook 8th Edition, Mc Graw
Hill, New York
Rahimah, Z, Heldawati, H, & Syauqiah, I , 2016, ‘Pengolahan Limbah Deterjen
dengan Metode Koagulasi-Flokulasi Menggunakan Koagulan Kapur dan
PAC’, Jurnal Konversi , Vol.5, No.2, Hal 52-59
Rumbino, Y & Abigael,K, 2020,’Penentuan Pengendapan Partikel di Kolam
Penampungan Air Hasil Pencucian Bijih Mangan’, Jurnal Ilmiah Teknologi
FST Undana, Vol.14, No.1, Hal 55-59
Setiyadi L & Ariella E, 2018, ‘Menentukan Persamaan Kecepatan Pengendapan
pada Sedimentasi’, Jurnal Widya Teknik, Vol. 12, No. 2, hh. 9-14
LAMPIRAN
a. 6,5% 1000 ml
massa terlarut
6,5% = 1000 ml × 1 gr/cm3 × 100%
b. 7,5% 1000 ml
massa terlarut
7,5% = 1000 ml × 1 gr/cm3 × 100%
c. 8,5% 1000 ml
massa terlarut
8,5% = 1000 ml ×1 gr/cm3 × 100%
C0 = 0,065 gr/cm3
v = 15 cm/menit
5. Debit Q (cm³/menit)
Debit ditentukan sebesar 3000 l/ jam
liter jam 1000 ml
Q = 3000 × ×
jam 60 menit liter
Q = 50000 cm3/menit
A = 14004,89 cm2
4 (14004,89 cm2 )
D=√ 3,14
D = 133,5688 cm