Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Lapres OTK II LEACHING

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II

“EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING)“

GRUP D

1. ABDUL RO’UF 18031010049


2. NADIA LUTHFI PRATIWI 18031010052

Tanggal Percobaan : 12 Oktober 2020

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2020
LEACHING (EKSTRAKSI PADAT-CAIR)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Resmi Operasi
Teknik Kimia II ini dengan judul “Leaching”.
Laporan Resmi ini merupakan salah satu tugas mata kuliah praktikum Operasi
Teknik Kimia II yang diberikan pada semester V. Laporan ini disusun berdasarkan
pengamatan hingga perhitungan dan dilengkapi dengan teori dari literatur serta
petunjuk asisten pembimbing yang dilaksanakan pada tanggal 12 Oktober 2020 di
Laboratorium Operasi Teknik Kimia.
Laporan hasil praktikum ini tidak dapat tersusun sedemikian rupa tanpa
bantuan baik sarana, prasarana, pemikiran, kritik dan saran. Oleh karena itu, tidak
lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Ketut Sumada, MS selaku Kepala Laboratorium Operasi Teknik
Kimia
2. Bapak Ir. Bambang Wahyudi, MS selaku dosen pembimbing praktikum
3. Seluruh asisten dosen yang membantu dalam pelaksanaan praktikum
Kami menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna. Oleh karena itu,
kami sangat menyadari dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan.
Maka dengan rendah hati, penyusun selalu mengharapkan kritik dan saran guna
menyempurnakan laporan praktikum ini. Tentunya kami sangat berharap laporan
yang telah kami susun ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Teknik
khususnya jurusan Teknik Kimia.

Surabaya, 12 Oktober 2020

Penyusun

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


ii
LEACHING (EKSTRAKSI PADAT-CAIR)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... i


KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
INTISARI................................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
I.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
I.2 Tujuan ............................................................................................................ 1
I.3 Manfaat .......................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 2
II.1 Secara Umum ................................................................................................ 2
II.2 Kesetimbangan pada Ekstraksi Padat Cair ................................................... 2
II.2.1 Metode Leaching.................................................................................... 3
II.2.2 Stage Ideal pada Counter Current Leaching.......................................... 4
II.2.3 Garis Operasi.......................................................................................... 5
II.2.4 Pemilihan Jenis Pelarut .......................................................................... 6
II.2.5 Leaching Equipment .............................................................................. 7
II.2.6 Penentuan Stage Pada Leaching Sederhana dengan Solvent Segar ....... 9
II.2.7 Jenis – Jenis Operasi Ekstraksi berdasarkan Umpan Masuk ............... 10
II.2.8 Maserasi Pada Kemiri .......................................................................... 13
II.3 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi .......................................................... 14
II.4 Sifat Bahan .................................................................................................. 15
II.4.1 N-Heksana .......................................................................................... 15
II.4.2 Kemiri ................................................................................................. 15
II.5 Hipotesa Percobaan .................................................................................... 16
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM .......................................................... 17
III.1 Bahan ......................................................................................................... 17
III.2 Alat ............................................................................................................ 17
III.3 Gambar alat ............................................................................................... 17
III.3.1 Rangkaian Alat ....................................................................................... 18

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


iii
LEACHING (EKSTRAKSI PADAT-CAIR)

III.4 Prosedur Percobaan ................................................................................... 19


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 20
IV. 1 Perhitungan .............................................................................................. 20
IV.2 Grafik ........................................................................................................ 21
IV.3 Pembahasan ............................................................................................... 22
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 24
V. 1 Kesimpulan ................................................................................................ 24
V.2 Saran ........................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 25
LAMPIRAN .......................................................................................................... 26

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


iv
LEACHING (EKSTRAKSI PADAT-CAIR)

INTISARI

Ekstraksi padat-cair atau leaching merupakan proses transfer secara difusi


analit dari sampel yang berwujud padat ke dalam pelarutnya. Pada ekstraksi prinsip
ini, pemisahan didasarkan pada kemampuan atau daya larut analit dalam pelarut
tertentu. Dengan demikian pelarut yang digunakan harus mampu menarik
komponen analit dari sampel secara maksimal. Adapun tujuan dari pecobaan
leaching antara lain yaitu untuk menentukan jumlah stage yang dibutuhkan dalam
proses ekstraksi. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses
ekstraksi padat-cair. Dan untuk mengetahui persen recovery proses ekstraksi padat
cair secara teoritis.
Pada percobaan ini menggunakan bahan kemiri dengan pelarut n-heksana.
Bahan kemiri yang digunakan sebanyak 45 gram dan pelarut n-heksana sebanyak
210 ml. Adapun prosedur dalam percobaan ini yang pertama menyiapkan bahan
lalu dihaluskan kemudian ditimbang dengan berat tertentu. Lalu masukkan ke
dalam beaker glass dan tambahkan pelarut. Tutup rapat – rapat agar pelarut tidak
menguap. Kemudian lakukan proses ekstraksi. Selanjutnya, lakukan pemisahan
pelarut dan minyak. Setelah itu, tentukan volume minyak. Dan yang terakhir,
lakukan ekstraksi kembali bahan yang telah diekstraksi dan tentukan volume
minyaknya.
Pada percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil persen recovery pada
waktu 30, 60, 90, 120, 150 dan 180 menit berturut-turut sebesar 76,8487%,
81,0529%, 85,7268%, 92,0341%, 95,0747%, 99,4575%. Pada percobaan dengan
massa kemiri 45 gram dengan pelarut n-heksana sebanyak 210 ml menghasilkan
jumlah stage ideal sebanyak 6 stage. Setelah dilakukan percobaan didapatkan
kesimpulan yaitu semakin lama waktu ekstraksi, maka kadar minyak dalam filtrat
akan semakin tinggi pula.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


v
LEACHING (EKSTRAKSI PADAT-CAIR)

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Ekstraksi padat cair (Leaching) adalah ekstraksi dengan perantara suatu zat
pelarut. Proses leaching ini dimaksudkan untuk mengeluarkan zat terlarut dari suatu
padatan atau untuk memurnikan padatan dari cairan yang membuat padatan
terkontaminasi. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda dari
komponen - komponen dalam campuran. Metode yang digunakan untuk ekstraksi
ditentukan oleh banyaknya zat yang larut, penyebarannya dalam padatan, sifat
padatan dan besarnya partikel. Pada dunia industri proses leaching banyak
digunakan, contohnya dalam memperoleh bahan aktif dari minyak biji-bijian, gula
dari umbi, kopi dari biji kopi. Adapun contoh lain dalam dunia industri adalah
metode pemisahan kandungan logam dengan asam sulfat atau amonia. Dalam
percobaan leaching ini nantinya menghasilkan data yang dapat digunakan untuk
merancang alat ekstraksi pada proses industri. Oleh karena itu, percobaan leaching
ini perlu dilakukan agar praktikan dapat mengetahui prinsip kerja dalam pemisahan
suatu sampel dan pelarutnya serta untuk memperoleh data-data yang dapat
digunakan untuk merancang alat ekstraksi.
I.2 Tujuan
1. Untuk menentukan jumlah stage yang dibutuhkan dalam proses ekstraksi
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi
padat-cair (leaching)
3. Untuk mengetahui persen recovery proses ekstraksi padat cair (leaching)
secara teoritis
I.3 Manfaat
1. Agar praktikan dapat mengetahui fenomena perpindahan massa dalam
leaching
2. Agar praktikan dapat mengetahui metode-metode dalam proses leaching
3. Agar praktikan dapat mengoperasikan dan mengaplikasikan proses
ekstraksi padat-cair dalam dunia industri

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


1
LEACHING (EKSTRAKSI PADAT-CAIR)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Secara Umum


Leaching adalah proses mengekstraksi zat terlarut dari padatan dengan
melarutkannya dalam cairan atau pelarut, baik di alami maupun melalui proses
industri. Disolusi, desorpsi atau kompleksasi dapat menjadi solusi untuk
menghilangkan zat terlarut. Proses ekstraksi dapat dilakukan dalam satu tahap atau
beberapa tahap. Pencucian multistage dapat dilakukan dengan silang atau counter
current. Dalam pencucian arus silang, sisa padatan yang tersisa setelah tahap
sebelumnya diumpankan untuk tahap berikutnya dan diumpankan dengan pelarut
baru. Dalam operasi arus berlawanan, aliran umpan dan pelarut berlawanan arah
(Kulkarni, 2015).
Prinsip proses ekstraksi yaitu: Pelarut ditransfer dari bulk menuju ke
permukaan. Pelarut menembus masuk atau terjadi difusi massa pelarut pada
permukaan padatan inert ke dalam pori padatan. (intraparticle diffusion). Zat
terlarut (solut) yang ada dalam padatan larut kedalam pelarut lalu karena adanya
perbedaan konsentrasi. Campuran solut dalam pelarut berdifusi keluar dari
permukaan padatan inert. Selanjutnya, zat terlarut (solut) keluar dari pori padatan
inert dan bercampur dengan pelarut yang ada pada luar padatan (Prayudo, 2015).
II.2 Kesetimbangan pada Ekstraksi Padat Cair
Ekstraksi padat-cair merupakan operasi perpindahan massa antar fase.
Perbedaan aktivitas kimia antara fasa padatan dan fasa pelarut mencerminkan
sebarapa jauh sistem berada dari kesetimbangan. Kesetimbangan fase dalam sistem
padatan solute pelarut ini mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Pada kondisi termodinamika tertentu (P,T tertentu) terdapat hubungan
kesetimbangan yang dapat digambarkan dalam bentuk kurva
kesetimbangan.
2. Pada sistem yang telah setimbang tidak terjadi difusi netto komponen-
komponen diantara kedua fasa. Ini berarti laju difusi dari fasa padatan ke
fasa pelarut sama dengan laju difusi dari fasa pelarut ke fasa padatan.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


2
LEACHING (EKSTRAKSI PADAT-CAIR)

3. Untuk sistem yang belum tercapai kesetimbangannya, difusi komponen-


komponen mendorong sistem menuju kesetimbangan.
(Haryanto, 2011)
II.2.1 Metode Leaching
Berdasarkan metode yang digunakan ekstraksi padat cair dibedakan
menjadi maserasi, perkolasi, dan sokletasi.
1. Maserasi
Maserasi merupakan salah satu jenis ekstraksi padat-cair yang paling
sederhana. Proses ekstraksi dilakukan dengan cara merendam sampel pada suhu
kamar menggunakan pelarut yang sesuai sehingga dapat melarutkan analit dalam
sampel. Sampel biasanya direndam selama 3-5 hari sambil diaduk sesekali untuk
mempercepat proses pelarutan analit. Ekstraksi dilakukan berulang kali sehingga
analit terekstaksi secara sempurna. Kelebihan ekstraksi ini adalah alat dan cara
yang digunakan sangat sederhana, dapat digunakan untuk analit yang tahan
terhadap pemanasan maupun tidak. Kelemahannya yaitu menggunakan banyak
pelarut.
2. Perkolasi
Perkolasi adalah salah satu jenis ekstraksi yang padat-cair yang dilakukan
dengan cara mengalirkan pelarut secara perlahan pada sampel dalam suatu
perlokator. Pada ekstraksi jenis ini, pelarut ditambahkan secara terus menerus
sehingga proses ekstraksi selalu dilakukan dengan pelarut yang baru. Pola
penambahan pelarut yang dilakukan adalah menggunakan pola penetesan pelarut
dari bejana terpisah disesuaikan dengan jumlah pelarut yang keluar atau
dilakukan dengan penambahan pelarut dalam jumlah yang secara berkala.
3. Sokletasi
Sokletasi merupakan salah satu jenis ekstraksi menggunakan alat soklet.
Pada ekstraksi ini pelarut dan sampel ditempatkan secara terpisah. Prinsipnya
adalah ekstraksi dilakukan secara terus menerus menggunakan pelarut yang
relative sedikit. Bila ekstrasi telah selesai maka pelarut dapat di uapkan sehingga
akan diperoleh ekstrak. Biasanya pelarut yang digunakan adalah pelarut yang
digunakan adalah pelarut yang mudah menguap atau yang memiliki titik didih

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


3
LEACHING (EKSTRAKSI PADAT-CAIR)

yang rendah. Sokletasi digunakan dengan cara pemanasan pelarut. Uap pelarut
akan mengalami pendinginan dalam kondensor dan secara kontinyu akan
membahasi sampel dan secara teratur pelarut tersebut dimasukan kembali dan
dipisahkan dari analit. Sokletasi dapat ditentukan dengan cara menghentikan
pemanasan yang dilakukan (Leba, 2017).
II.2.2 Stage Ideal pada Counter Current Leaching

Gambar II.1 Counter Current Leaching


Gambar diatas menunjukan diagram neraca massa untuk aliran counter
current yang kontinyu. Tahap-tahapnya diberi nomor menurut aliran zat padat. Fase
V adalah cairan yang mengalir dari satu stage lainnya dalam arah yang berlawana
dengan arah aliran zat padat, dan melarutkan zat terlarut saat pindah dari stage N
ke stage 1. Fase L adalah zat padat yang mengalir dari stage 1 ke stage N. zat padat
ampas akan meninggalkan stage N, dan larutkan pekat luar dari stage 1.
Di asumsikan bahwa zat padat yang sudah tidak mengandung zat terlarut,
tidak larut dalam pelarut dan laju alir dari zat padat adalah konstan selama mengalir.
Zat padat tersebut berpori dan mengandung larutan yang mungkin konstan dan
mungkin tidak. Di umpamakan L adalah aliran zat cair yang terkandung dan V
adalah aliran larutan overflow. Aliran V dan L dapat dinyatakan dalam massa
persatuan waktu atau didasarkan atas aliran tertentu zat padat kering bebas zat
terlarut. Selain itu, sesuai dengan standart tatanama konsentrasi pada terminal-
terminal yaitu :
Larutan dalam zat padat masuk Xa,
Larutan dalam zat padat keluar Xb
Pelarut segar masuk system Yb
Pelarut pekat keluar system Ya
Dalam leaching, terdapat cukup banyak pelarut untuk melarutkan semua zat
terlarut yang terkandung di dalam zat padat. Kesetimbangan akan tercapai bila

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


4
LEACHING (EKSTRAKSI PADAT-CAIR)

seluruh zat terlarut sudah larut semuanya di dalam zat cair dan konsentrasi larutan
yang terbentuk menjadi seragam. Kondisi ini dapat dicapai dengan mudah atau sulit
tergantung dengan struktur zat padatnya. Konsentrasi zat cair yang terkandung
didalam zat padat yang keluar dari setiap stage sama dengan konsentrasi zat cair
yang mengalir limpah (overflow) dari stage tersebut. Hubungan kesetimbangan ini
adalah Xe = y.
II.2.3 Garis Operasi
Persamaan untuk garis operasi didapatkan dengan neraca massa yang terdiri
dari n untuk unit pertama. Larutan total ialah:
Vn+1 + La = Va + Ln …………..……………….(1)
Sedangkan untuk solute:
Vn + Yn+1 + La.Xa = Va.Ya + Ln.Xn……………………. (2)
Penyelesaian untuk Yn+1 menghasilkan persamaan garis operasi, yang
tidak berbeda dari yang diturunkan:
𝐿𝑛 𝑉𝑎−𝑋𝑎−𝐿𝑎 𝑋𝑎
Yn+1 = (𝑉𝑛+1) Xn+1 ………………...…...(3)
𝑉𝑛+1

Seperti biasanya, garis operasi melewati titik (Xa,Ya) dan (Xb,Yb), dan jika
laju alirnya konstan, slopenya (L/V).
Keterangan notasi :
Yn+1 = fraksi zat terlarut dalam pelarut
Ln = laju alir zat yang tidak terecovery (lbmol / jam)
Vn+1 = laju alir pelarut yang masuk (lbmol/jam)
Xn = fraksi zat yang terecovery
Va = laju alir pelarut yang keluar (lbmol/jam)
La = laju alir zat terlarut yang masuk (lbmol/jam)
Ya = fraksi zat terlarut dalam pelarut yang keluar
Xa = fraksi zat terlarut yang masuk

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


5
LEACHING (EKSTRAKSI PADAT-CAIR)

Gambar 2.1 kurva kesetimbangan dan Garis Operasi


(Mc Cabe, 1993)
II.2.4 Pemilihan Jenis Pelarut
Pelarut yang digunakan harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Dapat melarutkan zat minyak, lemak, asam lemak dan lain-lain dengan
cepat dan sempurna.
2. Mempunyai titik didih yang cukup rendah agar mudah diuapkan namun titik
didih pelarut tidak boleh terlalu rendah.
3. Pelarut tidak dapat larut dalam air sehingga memenuhi sifat pelarut yaitu
non-polar.
4. Bersifat inert sehingga tidak bereaksi dengan komponen minyak.
5. Harganya murah, tidak terbakar dengan mudah dan tidak beracun.
Waktu ekstraksi harus cukup agar pelarut dapat melarutkan solute sampai
mencapai kesetimbangan. Pada ekstraksi biji-bijian, efisiensi proses leaching
tergantung pada kontak cairan pelarut dan padatan yang mengandung solut yang
digunakan untuk dipisahkan. Kecepatan leaching menunjukkan besarnya laju
perpindahan solut dari satu fase ke fase lain (Estrada, 2007).
Jenis-jenis pelarut yang biasa digunakan adalah etanol, heksana, propilen
glikol, air, dan petroleum eter. Yang cenderung lebih larut dalam air disebut
memiliki sifat yang polar, dan sebaliknya yang cenderung larut dalam pelarut
organik disebut non-polar. Kelarutan senyawa dalam pelarut tergantung pada sifat
polaritas senyawa, dan pelarut tersebut. Bahan-bahan dari senyawa kimia akan
mudah larut dalam bahan pelarut yang sama polaritasnya dengan bahan yang akan

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


6
LEACHING (EKSTRAKSI PADAT-CAIR)

dilarutkan. Tingkat polaritas suatu senyawa dapat ditunjukkan dengan lebih pasti
melalui pengukuran konstanta dielektrikum suatu bahan solvent. Semakin besar
konstanta dielektrikum suatu bahan pelarut disebut semakin polar. Nilai konstanta
dielektrikum untuk beberapa pelarut (Ariyani, 2008).
II.2.5 Leaching Equipment
Tipe Leaching
 Unsteady State Operation
a.) In Situ (In-Place) Leaching
Pencucian mineral perkolasi di tempat di tambang, dengan sirkulasi
pelarut di atas bijih. Penghilangan garam dari endapan di bawah permukaan
bumi dengan larutan air garam yang dipompa ke dalam endapan. Contoh:
Pencucian bijih tembaga kadar rendah, bijih uranium.
b.) Heap Leaching
Bijih kadar rendah yang nilai mineralnya tidak menjamin biaya
penghancuran atau penggilingan dapat dilindi dalam bentuk gumpalan bekas
tambang menjadi tumpukan besar. Contoh: Tembaga dari bijih pirit, uranium.
c.) Percolation Tanks
Ketika penurunan tekanan untuk aliran cairan terlalu tinggi untuk aliran
gravitasi, bejana tertutup harus digunakan. (Diffusers) Tangki tertutup
diperlukan untuk mencegah kehilangan penguapan saat pelarut mudah
menguap. Contoh: Gula dari irisan gula bit.

Gambar 2.2 Percolation Tanks

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


7
LEACHING (EKSTRAKSI PADAT-CAIR)

d.) Shanks System


Biasanya digunakan dalam industri metalurgi. Pemulihan tanin dari
kulit pohon dan kayu. Leaching Natrium-nitrat dari batuan bantalan Chili-
nitrat.
e.) Agitated vessels
Digunakan untuk padatan kasar. Wadah silinder tertutup yang berisi
pedal atau pengaduk pada poros vertikal, serta bagian bawah palsu untuk
menghilangkan larutan pelindian. Padatan halus yang terbagi dapat tersuspensi
dalam pelarut pelindian dengan agitasi. Contoh: Industri metalurgi.
Padatan yang digerus halus dapat dengan mudah tersuspensi dalam
cairan dengan agitasi yang terus menerus larut dalam semua jenis tangki atau
bejana yang diaduk. Terjadi aliran cairan dan padatan yang terus menerus
keluar masuk tangki, sehingga tidak terjadi penumpukan padatan. Agitator tipe
turbin digunakan untuk operasi yang efektif. Jenis: Tangki Pachuca dan
agitator Dorr (pengangkat udara dan prinsip mekanis). Poros pusat bertindak
sebagai pengangkat udara dan berputar perlahan. Lengan yang menempel pada
dasar poros menggerakkan padatan yang mengendap ke tengah, di mana
mereka diangkat oleh udara melalui poros ke mesin cuci berputar yang
dipasang di atas.

Gambar 2.3 Agitated vessels


 Steady State Operation
a.) Thickeners
Ini meningkatkan rasio padatan ke cairan dalam suspensi encer partikel
berukuran halus dengan mengendap dan menuang, menghasilkan cairan bening

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


8
LEACHING (EKSTRAKSI PADAT-CAIR)

dan lumpur yang mengental. Ini mengurangi biaya penyaringan, mudah


diangkut.

Gambar 2.4 Dorr Balanced-tray Thickeners


b.) Hydrocyclones
Ini sama dengan ukuran klasifikasi padatan. Digunakan untuk
pemisahan padat-cair sebagai pengganti pengental dalam pencucian padatan
berlawanan arah.

Gambar 2.5 Hydrocyclone


(Treyball, 1981)
II.2.6 Penentuan Stage Pada Leaching Sederhana dengan Solvent Segar

Gambar 2.6 Leaching Sederhana dengan Fresh Solvent

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


9
LEACHING (EKSTRAKSI PADAT-CAIR)

Jumlah stage ideal ditentukan secara grafis dengan diagram segitiga atau
segi empat. Prosedurnya adalah menentukan campuran resultan, titik Σ, di setiap
tahap setelah garis overflow dan underflow ditempatkan menggunakan persamaan
underflow yang disediakan untuk setiap sistem. Kesetimbangan dicapai bila tidak
ada perpindahan massa antara aliran bawah underflow dan overflow. Komposisi
yang dihasilkan dalam aliran bawah kemudian dicampur dengan pelarut segar
lainnya

Gambar 2.7 Diagram Segitiga dan Diagram Segiempat


(Muljani, 2019)
II.2.7 Jenis – Jenis Operasi Ekstraksi berdasarkan Umpan Masuk
a. Operasi Tahap Tunggal ( Single Stage )
Operasi tahap tunggal (single stage) Operasi tahap tunggal ini terjadi karena
adanya kontak antara umpan dengan pelarut (solvent) yang hanya dilakukan satu
kali. Ekstraksi tahap tunggal dapat dilakukan secara batch atau kontinu. Umpan
(Feed) yang mengandung pelarut asal (A) dan solut (C) dikontakkan dengan solvent
atau pelarut pengekstrak (S) untuk menghasilkan ekstrak (E) dan rafinat (R) dalam
kesetimbangan. Solut yang dipindahkan ke fasa cair pada operasi tahap tunggal ini
tidak banyak sehingga perolehan (yield) yang didapat sedikit.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


10
LEACHING (EKSTRAKSI PADAT-CAIR)

Gambar 2.8 Skema Operasi Single Stage


b. Operasi Tahap banyak (multi stage) dengan aliran silang (cross-current)

Operasi bertahap banyak (multi stage) dengan aliran silang (cross-current)


Pada operasi ekstraksi ini terjadi kontak antara padatan dan pelarut (solvent) yang
dilakukan dalam beberapa tahap dimana rafinat yang diperoleh dari tahap yang satu
dikontakkan dengan pelarut baru pada tahap berikutnya. Operasi ini dapat
menggunakan pelarut baru (solvent) dalam jumlah yang bervariasi. Semakin
banyak tahap yang digunakan pada operasi ini berarti semakin banyak solvent yang
digunakan untuk menghasilkan rafinat akhir sehingga total solvent yang digunakan
bisa lebih besar daripada feed dan menjadi tidak ekonomis. Pemberian pelarut
“baru” pada setiap tahap akan menghasilkan driving force lebih besar yaitu kadar
solut dalam larutan menjadi lebih banyak. Namun padatan yang digunakan pada
setiap tahap adalah padatan yang sama sehingga rafinat dan ekstrak semakin lama
akan semakin jenuh.

Gambar 2.9 Skema Operasi Multi Stage Cross-Current


c. Operasi bertahap banyak (multi stage) dengan aliran counter-current

Operasi bertahap banyak (multi stage) dengan aliran counter-current


Operasi multi stage dengan aliran lawan arah (counter-current) merupakan proses
ekstraksi dimana kontak antara padatan dan pelarut (solvent) dilakukan 24 lebih
dari satu kali. Prinsip ekstraksi multi stage counter-current adalah padatan “baru”

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


11
LEACHING (EKSTRAKSI PADAT-CAIR)

dikontakkan dengan pelarut yang telah banyak mengandung solut yaitu ekstrak
sebagai hasil kontak pada tahap-tahap berikutnya, sedangkan padatan yang solutnya
telah menipis dikontakkan dengan pelarut segar pada tahap berikutnya. Operasi
ekstraksi counter-current banyak diterapkan dalam industri karena menghasilkan
perolehan (yield) yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh kontak antara ekstrak
dengan padatan baru dan antara rafinat dengan pelarut baru memberikan driving
force berupa perbedaan konsentrasi dan kelarutan dalam setiap tahapnya sehingga
akan selalu terjadi perpindahan solut dari padatan ke pelarut. Operasi ekstraksi
kontinu countercurrent dapat disimulasikan dengan operasi batch antara umpan dan
pelarut, tetapi harus mengikuti skema operasi ekstraksi multi tahap counter-current
secara kontinu sampai mencapai steady state.

Gamabr 2.10 Skema Operasi Multi Stage Aliran Counter-Current


d. Operasi bertahap banyak (multi stage) dengan aliran searah (co-current)

Operasi multi tahap dengan aliran co-current ini merupakan proses ekstraksi
dimana kontak antara padatan dan pelarut (solvent) dilakukan lebih dari satu kali
dalam aliran searah. Operasi secara co-current sebenarnya mirip dengan 25
ekstraksi tahap tunggal tetapi ekstrak dan rafinat yang diperoleh dari satu tahap
diaduk lagi sampai waktu kesetimbangan pada tahap berikutnya sehingga yield
yang dihasilkan lebih besar daripada yield yang dihasilkan pada ekstraksi tahap
tunggal. Operasi ekstraksi ini tidak mungkin dilakukan karena ekstrak (E1) akan
dikontakkan kembali dengan rafinat (R1). Jika tahap operasi berada dalam keadaan
ideal maka ekstrak dan rafinat akan berada dalam kesetimbangan sehingga ekstrak
dari tahap dua (E2) akan sama dengan ekstrak dari tahap satu (E1) dan rafinat dari
tahap dua (R2) akan sama pula dengan rafinat dari tahap satu (R1). Kondisi tersebut
akan berlangsung untuk tahaptahap berikutnya sehingga jumlah tahap akan sulit
dihitung karena letaknya pada garis operasi jauh dari kurva kesetimbangan.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


12
LEACHING (EKSTRAKSI PADAT-CAIR)

Gambar 2.11 Skem Operasi Multi Stage Co-Current


(Prasetyo, 2010)
II.2.8 Maserasi Pada Kemiri
Maserasi adalah metode ekstraksi dengan prinsip pencapaian
kesetimbangan konsentrasi, dengan cara merendam bahan dalam pelarut.
Keuntungan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan
sederhana dan mudah diusahakan, serta dapat digunakan untuk bahan yang tahan
atau tidak tahan panas. Metode maserasi dapat digunakan untuk pengambilan
minyak. Pelarut yang digunakan adalah heksana, karena memiliki stabilitas tinggi,
mudah menguap, korosi rendah, residu (endapan) bahan yang tertinggal lebih
sedikit pada minyak yang diekstrak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu
pemanasan berpengaruh nyata terhadap analisa rendemen, asam lemak bebas, dan
bilangan peroksida, tetapi tidak berpengaruh terhadap kadar air dan indeks bias.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen dan mutu minyak biji kemiri yang
terbaik diperoleh pada suhu pemanasan 80°C dengan nilai rata-rata rendemen
39,58%, asam lemak bebas 1,03%, kadar air 0,10%, indeks bias 1,47, dan bilangan
peroksida 0,33 meq/1000g (Nababan, 2018).

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


13
LEACHING (EKSTRAKSI PADAT-CAIR)

II.3 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi


1. Ukuran partikel dimana pengaruh ukuran partikel yang semakin kecil maka
memperluas kontak antara permukaan padatan inert dengan pelarut dan
semakin pendek jarak difusi antara solut dengan solvent sehingga kecepatan
ekstraksi akan semakin tinggi.
2. Kecepatan pengadukan semakin cepat laju pengadukan yang digunakan
dalam proses ekstraksi, maka partikel akan terdistribusi dalam luas
permukaan kontak akan lebih luas terhadap pelarut. Selain itu, kecepatan
pengadukan berpengaruh terhadap suspensi partikel yang dapat mencegah
terjadinya pengendapan bahan-bahan yang akan di ekstrak.
3. Waktu ekstraksi merupakan salah satu faktor penentu kecepatan difusi dari
sebuah proses ektraksi padat-cair (leaching). Tetapi, penambahan waktu yang
terlalu banyak tidak sebanding dengan perolehan yield yang diperoleh. Oleh
karena itu, dalam ekstraksi diperlukan optimasi waktu agar proses ekstraksi
berjalan secara optimal.
4. Kelarutan sebuah zat aktif dalam padatan inert akan meningkat seiring dengan
kenaikan suhu pelarut. Koefisien difusi akan bertambah tinggi seiring dengan
kenaikan suhu sehingga meningkatkan laju ekstraksi.
5. Semakin banyak pelarut yang digunakan maka kecepatan difusi suatu zat
meningkat dan menyebabkan hasil perolehan yield semakin besar. Tetapi
tidak ekonomis jika kuantitas pelarut yang digunakan terlalu banyak. Dalam
pemilihan jenis pelarut perlu menjadi beberapa faktor seperti selektivitas
pelarut, perbedaan titik didih antara pelarut dengan zat akan diekstrak, dan
reaktifitas.
(Prayudo, 2015)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


14
LEACHING (EKSTRAKSI PADAT-CAIR)

II.4 Sifat Bahan


II.4.1 N-Heksana
A. Sifat Fisika
1. Berupa cairan
2. Tidak berwarna
3. Densitas : 0,6548 gram/ml
4. Titik Didih : 69°C
5. Titik Lebur : -94°C
6. Viskositas : 0,00326 gr/cm.s
B. Sifat Kimia
1. Rumus Molekul : CH3(CH2)4 CH3
2. Berat Molekul : 86,17 gram/mol
C. Fungsi : sebagai pelarut dalam percobaan leaching
(Perry, 1999)
II.4.2 Kemiri
1. Warna : normal
2. Densitas : 0,9240-0,929
3. Bilangan iodine : 136-167
4. Bilangan penyabunan : 184-202
5. Indeks bias : 1,4730-1,4790
6. FFA (%) : 0,10-0,15
7. Viskositas : 0,29 gram/cm.s
8. Fungsi : Sebagai bahan yang diekstrak dalam
percobaan leaching
(Estrada, 2007)

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


15
LEACHING (EKSTRAKSI PADAT-CAIR)

II.5 Hipotesa Percobaan


Apabila proses ekstraksi berlangsung lama, maka minyak yang dihasilkan
akan semakin banyak sehingga jumlah stage akan dapat ditentukan. Selain itu,
semakin besar luas permukaan suatu partikel bahan yang akan di ekstrak maka hasil
yang didapat semakin besar begitu juga sebaliknya.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


16
LEACHING (EKSTRAKSI PADAT-CAIR)

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

III.1 Bahan
1. N-Heksana
2. Kemiri
III.2 Alat
1. Neraca analitik
2. Beaker Glass
3. Piknometer
4. Kertas saring
5. Magnetic Stirer
6. Termometer

III.3 Gambar alat

Termometer Kertas Saring Beaker Glass

Piknometer
Magnetic Stirrer
Neraca Analitik

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


17
LEACHING (EKSTRAKSI PADAT-CAIR)

III.3.1 Rangkaian Alat

Gambar 1. Rangkaian Alat Proses Leaching


Keterangan :
1. Beaker glass
2. Magnetic Stirrer

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


18
LEACHING (EKSTRAKSI PADAT-CAIR)

III.4 Prosedur Percobaan

Bahan (kemiri)

Dihaluskan sampai ukuran tertentu dan


ditimbang dengan berat tertentu

Masukan kedalam beaker glass dan


tambahkan pelarut

Tutup rapat rapat agar pelarut tidak


menguap

Lakukan proses ekstraksi

Lakukan pemisahan pelarut dan minyak

Tentukan volume minyak

Lakukan ekstraksi kembali bahan yang


telah diekstrak dan tentukan volume
minyak

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


19
LEACHING (EKSTRAKSI PADAT-CAIR)

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. 1 Perhitungan
Tabel IV.1 Perhitungan Kurva Kesetimbangan

S/(A+B+S) A/(A+B+S)
A/(A+S) (A+S)/B A/B S/B (A+B+S)/B
(Xs) (Xa)

0,8460 1,7095 1,4462 0,2633 2,7095 0,0972 0,5337


0,6630 1,9379 1,2848 0,6531 2,9379 0,2223 0,4373
0,4291 2,1834 0,9369 1,2465 3,1834 0,3916 0,2943
0,3400 2,3514 0,7995 1,5519 3,3514 0,4630 0,2386
0,2545 2,5353 0,6453 1,8900 3,5353 0,5346 0,1825
0,1822 2,8733 0,5236 2,3498 3,8733 0,6067 0,1352

Tabel IV.2 Perhitungan %Recovery


t Massa minyak yang terekstrak
% Recovery
(menit) (gram)
180 22,4388 99,4575
150 21,45 95,0747
120 20,764 92,0341
90 19,341 85,7268
60 18,2865 81,0529
30 17,338 76,8487

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


20
LEACHING (EKSTRAKSI PADAT-CAIR)

IV.2 Grafik

30
Massa Minyak yang Terekstrak
y = 0,0347x + 16,295
25 R² = 0,9937
20
(gram)

15

10

0
0 50 100 150 200
Waktu (menit)

Grafik IV.1 Hubungan waktu ekstraksi dengan minyak yang terekstrak


Pada grafik tersebut menyatakan bahwa hubungan antara waktu estraksi
dengan berat minyak yang terekstrak adalah berbanding lurus. Hal tersebut telah
sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Hernandez (2009) bahwa semakin lama
waktu ekstraksi dilakukan, maka minyak yang dihasilkan akan semakin banyak
pula.
yn+1

y6y5
y4y3
y2
y1
xn

xo

Grafik IV.2 Pembuatan Stage Ideal Pelarut Segar

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


21
LEACHING (EKSTRAKSI PADAT-CAIR)

Pembuatan stage dilakukan dengan cara membuat diagram segitiga. Hal


pertama yang dilakukan adalah membuat garis underflow dari nilai xA dan xs.
Kemudian menentukan 4 fraksi xo, yn+1, y1, dan xn dan memplot pada diagram
segitiga. Titik yn+1 dan xo ditarik garis. Pembuatan stage diawali dengan menarik
garis dari titik y1 ke titik pusat 0. Perpotongan garis tersebut dengan garis underflow
dinamakan titik x1. Garis antara titik y ke titik x adalah stage yang ditandai dengan
warna ungu. Pembuatan stage terus dilakukan hingga ke titik xn. Pada grafik diatas,
diperoleh jumlah stage ideal yaitu sebanyak 6 stage.
IV.3 Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan jumlah stage ideal pada suatu
kolom atau plate dengan bahan yang digunakan dalam percobaan biji kemiri dan n-
hexane murni. Variasi waktu yang dilakukan sebesar 30, 60, 90, 120, 150, dan 180
menit. Hasil percobaan diperoleh data pengamatan berupa waktu ekstrak (t) dan
massa minyak yang terekstrak. Apabila massa minyak yang diekstrak konstan maka
telah tercapai kesetimbangan. Hubungan antara waktu dan massa minyak adalah
berbanding lurus. Percobaan tersebut sesuai dengan teori yang ada yaitu waktu
ekstraksi dapat mempengaruhi massa minyak yang diekstrak. Perolehan minyak
yag diekstrak dapat digunakan dalam penentuan jumlah stage.
Berdasarkan data yang diperoleh didapat persen recovery berturut-turut dari
menit ke 180 sampai 30 sebesar 99,4575%, 95,0747%, 92,0341%, 85,7268%,
81,0529%, 76,8487%. Data tersebut menunjukkan bahwa semakin lama waktu
ekstraksi maka semakin banyak minyak yang terekstrak sehingga persen recovery
yang diperoleh semakin besar pula. Persen recovery menunjukkan presentase
jumlah minyak yang diperoleh dari jumlah bahan yang diekstrak.
Pada percobaan ekstraksi padat-cair diperngaruhi oleh beberapa faktor yaitu
luas kontak, waktu ekstraksi, temperatur, dan pengadukan. Semakin besar luas
kontak antara bahan yang di ekstrak dengan pelarut akan semakin banyak minyak
yang dapat terekstrak. Pada waktu ekstraksi dimana semakin lama waktu maka
waktu kontak dengan pelarut semakin lama sehingga diperoleh minyak yang lebih
banyak sampai tercapai kesetimbangan. Temperatur, digunakan temperatur 70°C
karena pelarut n-heksana menguap pada temperatur tersebut sehingga pada sistem

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


22
LEACHING (EKSTRAKSI PADAT-CAIR)

terjadi sirkulasi pelarut murni tanpa mengurangi volume pelarut dan hal tersebut
juga berhubungan dengan kelarutan solute.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


23
LEACHING (EKSTRAKSI PADAT-CAIR)

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V. 1 Kesimpulan
Adapun hasil yang telah diperoleh setelah melakukan percobaan sebagai
berikut :
1. Jumlah stage ideal yang diperlukan dalam proses ekstraksi minyak kemiri
sebesar 45 gram adalah 6 stage
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi percobaan leaching adalah ukuran
partikel, waktu ekstraksi, temperatur dan pengadukan
3. Persen recovery yang paling besar didapatkan pada waktu ekstraksi ke 180
menit yaitu sebesar 99,4575%

V.2 Saran
1. Sebaiknya praktikan menghaluskan zat padat yang digunakan agar
didapatkan hasil yang sesuai.
2. Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam melakukan pengukuran densitas dan
viskositas karena akan berpengaruh pada hasil akhir.
3. Sebaiknya praktikan memperhatikan waktu pengovenan karena jika terlalu
lama akan merusak komponen minyak dalam bahan.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


24
LEACHING (EKSTRAKSI PADAT-CAIR)

DAFTAR PUSTAKA

Ariyani, F 2008, ‘Ekstraksi Minyak Atsiri dari Tanaman Sereh Menggunakan


Pelarut Methanol, Aseton, dan n-Heksana’, Jurnal Widya Teknik, vol. 7, no.
2, hh. 124-133.
Estrada, F 2007, ‘Pengambilan Minyak Kemiri dengan Cara Pengepresan dan
Dilanjutkan Ekstraksi’, Jurnal Widya Teknik, vol. 6, no. 6, hh. 122-124.
Kulkarni, S J 2015, ‘A Review on Studies and Research on Various Aspects of
Leaching’, International Journal of Research and Review, vol. 2, no. 9, hh.
579-580.
Leba, M A U 2017, Ekstraksi dan Real Kromatografi, Deepublish, Sleman.
McCabe, W S J C 1993, Unit Operation of Chemical Engineering Fifth Edition,
McGraw-Hill, United States of America.
Muljani, S 2019, Operasi Teknik Kimia II, UPN Veteran Jawa Timur, Surabaya.
Nababan, J 2018, ‘Pengaruh Suhu Pemanasan Terhadap Rendemen dan Mutu
Minyak Biji Kemiri (Aleurites Moluccana) Dengan Metode Maserasi
Menggunakan Pelarut Heksana’, Jurnal Fakultas Teknologi Pertanian, vol.
1, no. 1, hh. 368-369.
Perry, R H 1999, Perry’s Chemical Engineers Handbook Seventh Edition,
McGraw-Hill, New York.
Prasetyo, S 2010, ‘Kurva Kesetimbangan Biji Teh – Normal Heksana dan
Aplikasinya Pada Ekstraksi Padat Cair Multitahap’, Jurnal Universitas
Katolik Parahyangan Bandung, vol. 2, no. 1, hh. 22-25.
Prayudo, A N 2015, ‘Koefisien Transfer Massa Kukumin dari Temulawak’, Jurnal
Ilmiah Widya Teknik, vol. 14, no.1, hh. 26-27.
Treybal, R E, 1981, Mass Transfer Operations Third Edition, Mc Graw-Hill Inc,
New York.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


25
LEACHING (EKSTRAKSI PADAT-CAIR)

LAMPIRAN

Viskositas N-Hexane = 0,00294 gram/cm.s

Lo = 45 gram

xo = 0,50136

Vol total = 210 ml

Massa Massa minyak Volume Densitas Massa Viskositas


t Kemiri yang terekstrak Campuran Campuran Campuran Campuran
(menit) (gram) (gram) (ml) (gr/ml) (gram) (gr/cm s)
180 22,5612 22,4388 155 0,70124 108,6922 0,013769
150 23,55 21,45 145 0,70213 101,80885 0,013559
120 24,236 20,764 135 0,70556 95,2506 0,0100195
90 25,659 19,341 125 0,70981 88,72625 0,009657
60 26,7135 18,2865 115 0,71291 81,98465 0,00867
30 27,662 17,338 100 0,72256 72,256 0,008243

Perhitungan
1. Perhitungan Massa Campuran
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 = 𝑣 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑥 𝜌𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 = 155 𝑥 0,70124
= 108,6922 𝑔𝑟
2. Perhitungan nilai y1
𝑣𝑖𝑠𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛
𝑙𝑛 𝑣𝑖𝑠𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑦1 = 𝑣𝑖𝑠𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑚𝑖𝑟𝑖
𝑙𝑛 𝑣𝑖𝑠𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
0,013769
𝑙𝑛 0,00294
𝑦1 = 0,5037
𝑙𝑛 0,00294

𝑦1 = 0,3
3. Perhitungan nilai A
𝐴 = 𝑦1 × 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛
𝐴 = 0,3 × 108,6922 gr
𝐴 = 32,6274 gr

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


26
LEACHING (EKSTRAKSI PADAT-CAIR)

4. Perhitungan nilai A+S


𝐴 + 𝑆 = (𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 − 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛) × 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛
𝐴 + 𝑆 = (210 − 155)𝑚𝑙 × 0,70124 𝑔𝑟/𝑚𝑙
𝐴 + 𝑆 = 38,5682 𝑔𝑟
5. Perhitungan nilai xn
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 − 𝑓𝑖𝑙𝑡𝑟𝑎𝑡
𝑥𝑛 =
𝐴+𝑆
22,4388 − 14,4826
𝑥𝑛 =
79,4816
𝑥𝑛 = 0,1001
6. Perhitungan nilai A/B
A/B = 32,6274 / 22,5612 = 1,4462
7. Perhitungan S/B
S/B = 5,9407/22,5612 = 0,2633
8. Perhitungan (A+B+S)/B
(A+B+S)/B = (32,6274+22,5612+5,9407)/22,5612 = 2,7094
9. Perhitungan A/(A+B+S) atau Xa
A/(A+B+S) = 32,6274/(32,6274+22,5612+5,9407) = 0,53374
10. Perhitungan S/(A+B+S) atau Xs
S/(A+B+S) = 5,9407/(32,6274+22,5612+5,9407) = 0,09718
11. Perhitungan persen recovery
% recovery = massa minyak yang terekstrak/ massa minyak awal x 100%
= 22,4388 / 22,5612 x 100% = 99,4575 %

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


27

Anda mungkin juga menyukai