Evaluasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Hipoglikemia Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2
Evaluasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Hipoglikemia Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2
Evaluasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Hipoglikemia Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2
1, FEBRUARI 2017
ABSTRAK
ABSTRACT
PENDAHULUAN
Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino yang dihasilkan oleh
sel beta kelenjar pankreas. Dalam keadaan normal, bila ada rangsangan pada sel beta, insulin
disintesis kemudian disekresikan ke dalam darah sesuai kebutuhan tubuh untuk keperluan
regulasi glukosa darah (Sudoyo, 2006). Angka kejadian hipoglikemia pada kasus diabetes
mellitus tipe 2 mencapai 10%, selama pemberian terapi insulin. Hipoglikemia pada diabetes
disebabkan oleh kelebihan insulin relatif atau absolut, namun integritas mekanisme pengatur-
balik glukosa berperan penting dalam penurunan gejala klinis (Bilous, 2015).
Angka kejadian untuk pasien diabetes mellitus tipe 2, terapi insulin berkisar dari 3
hingga 70 episode per 100 pasien per tahun. Angka kejadian hipoglikemia pada kasus diabetes
mellitus tipe 2 mencapai 10% selama pemberian terapi insulin (Bilous, 2015).
Pada pasien yang mendapatkan terapi insulin dirumah sakit yang akan diteliti,
ditemukan bahwa pengukuran kadar gula darah dilakukan pada waktu yang tidak disesuaikan
dengan profil farmakokinetik dari insulin yang digunakan. Hal ini menyebabkan kejadian
hipoglikemia menjadi tidak terdeteksi. Berdasarkan hal tersebut diatas, peneliti tertarik untuk
melihat. evaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian hipoglikemia pada pasien diabetes
mellitus tipe 2 yang menggunakan insulin dibangsal rawat inap Penyakit Dalam RSUP DR.
M.Djamil Padang.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan secara cross sectional pada bulan April 20145 sampai Juni 2015
di RSUP DR. M. Djamil Padang. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive
sampling dengan kriteria inklusi :
1. pasien diabetes mellitus tipe 2 yang
menerima terapi insulin
2. pasien diabetes mellitus tipe 2 yang menderita hipoglikemia menerima terapi insulin
yang berupa sikap dengan kategori 0% - 50% (lemah) dan
51% - 100% (kuat), kepercayaan terkait insulin dengan kategori 0% -
50% (lemah) dan 51% - 100% (kuat), pengetahuan dengan kategori 0% -
50% (tidak baik) dan 51% - 100% (baik), efikasi diri (kepercayaan diri) dengan kategori
0% - 50% (lemah) dan
51% - 100% (kuat),
3. bersedia untuk disertakan dalam penelitian, Mampu untuk diwawancarai. Seluruh pasien
yang berpartisipasi dalam penelitian ini diminta untuk mengisi informed consent.
Data sosiodemografi (usia, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan dan berat badan) dikumpulkan dengan wawancara kepada pasien
dan dari rekam medis pasien. Variabel independen yang berupa kadar insulin glukosa darah
sewaktu, puasa, dua jam PP penderita hipoglikemia pada pasien diabetes mellitus tipe 2.
Variabel dependen terdiri dari a) jenis kelamin yaitu perempuan dan laki-laki, usia yaitu
lansia (60 – 74 tahun) dan dewasa (45 – 59 tahun), b) berat badan yaitu 41 – 50 kg dan 51 – 60
kg, c) tingkat pendidikan yaitu SMP dan SMA, d) pekerjaan yaitu ibu rumah tangga dan
wiraswasta, e) jenis insulin yaitu rapid acting tunggal dan rapid acting kombinasi long acting,
dosis insulin yaitu rapid acting tunggal dengan dosis 3x10 IU, 3x6
IU, 3x8 IU dan rapid acting 3x10 IU kombinasi long acting 1x12 IU, rapid acting 3x12 IU
kombinasi long acting 1x10
IU, rapid acting 3x6 IU kombinasi long acting 1x10 IU, rapid acting 3x6 IU kombinasi long
acting 1x12 IU, rapid acting 3x8 IU kombinasi long acting 1x10
IU, rapid acting 3x8 IU kombinasi long acting 1x12 IU, aspek sikap dengan kategori 0 –
50% (lemah) dan 51% - 100% (kuat), aspek kepercayaan terkait insulin dengan kategori 0 –
50% (lemah) dan 51%
- 100% (kuat), aspek pengetahuan dengan
kategori 0 – 50% (tidak baik) dan 51% -
100% (baik), aspek efikasi diri dengan kategori 0 – 50% (lemah) dan 51% - 100% (kuat).
Analisa statistik menggunakan ujiChi Square. Data dianalisis menggunakan program
SPSS for windows versi 17.0. Metode analisis yang dilakukan
ISSN : 2087-5045 13
SCIENTIA VOL. 7 NO. 1, FEBRUARI 2017
adalah uji crosstabs untuk memperoleh nilai Odds Ratio (OR) untuk melihat hubungan
variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk mencari
faktor-faktor yang berhubungan secara signifikan dengan kejadian hipoglikemia digunakan uji
regresi logistik ganda menggunakan program SPSS for windows versi 17.0.
Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik demografis seperti :
usia, jenis kelamin serta pekerjaan dan karakteristik penyakit pasien seperti : penyakit lain yang
diderita oleh pasien. Persentase dan frekuensi digunakan variabel kategorikal (usia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pekerjaan, jenis insulin yang diberikan pada pasien diabetes
mellitus tipe 2,obat selain insulin yang diberikan, kadar laboratorium gula darah puasa, gula
darah 2 jam PP, gula darah sewaktu serta penyakit lain yang diderita).
Evaluasi gejala klinis yang terlihat sebelum dan sesudah mendapatkan terapi insulin
yang ada di RSUP DR. M.Djamil Padang. Data dianalisa dengan menggunakan observasi.
Jumlah keseluruhan pasien yang diamati dalam penelitian ini adalah 109 pasien.
Sebanyak 37 pasien (33,9%) mengalami hipoglikemia, Penilaian kejadian hipoglikemia pada
penelitian ini didasarkan kepada hasil pemeriksaan kadar gula darah sewaktu dan gejala klinis
hipoglikemia. Dikatakan hipoglikemia bila keadaan dimana kadar glukosa darah pasien kurang
dari 60 mg/dL tanpa gejala klinis atau kadar glukosa darah kurang dari 80 mg/dL dengan
gejala klinis (Rani, et al.,
2008).
Hipoglikemia pada pasien diabetes
mellitus diakibatkan karena menurunnya kadar gula dalam darah yang biasanya disebabkan oleh
kelebihan pemakaian dosis obat, faktor usia lanjut dan ketidak teraturan penderita dalam hal
mengkonsumsi makanan sehabis memakai obat (Isselbacher, 2000).
Pada penelitian ini, kelompok pasien berdasarkan jenis kelamin yang mengalami
hipoglikemia 31 pasien (83,7%) berjenis kelamin perempuan, 6 pasien (16,2%) berjenis
kelamin laki-laki. Dari hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara jenis kelamin dengan kejadian hipoglikemia, Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh (Lin, et al., 2010) menyimpulkan bahwa jenis kelamin perempuan lebih banyak
mengalami kejadian hipoglikemia karena pada perempuan menopause akan terjadi penurunan
jumlah estrogen dan progesteron, seperti yang diketahui bahwa hormon tersebut dibentuk dari
steroid yang diambil dari jaringan adipose. Penurunan jumlah hormon estrogen dan progesteron
akan meningkatkan timbunan lemak dan perubahan profil lipid darah dapat menurunkan
sensitifitas terhadap kerja insulin pada otot dan hati (Taylor, 2008).
Kelompok pasien berdasarkan usia yang mengalami hipoglikemia 30 pasien (81,0%)
berusia lansia (60 tahun – 74 tahun), 7 pasien (18,9%) berusia dewasa (45 tahun – 59
tahun). Pada kelompok usia yang lebih muda menunjukkan respon yang lebih cepat terhadap
gejala hipoglikemia, artinya kelompok usia yang lebih muda memiliki kemampuan mengenal
dan merespon gejala hipoglikemia lebih baik dari pada kelompok usia yang lebih tua
(Rohaidah, 2012). Usia lansia dicirikan dengan seringnya mengeluhkan kesehatannya karena
penurunan fungsi tubuh. Semakin muda usia pasien, maka semakin meningkat kemampuan
melakukan penatalaksanaan hipoglikemia (Rohaidah,
2012).
Kelompok pasien berdasarkan berat
badan yang mengalami hipoglikemia ditemukan sebanyak 33 pasien (89,1%) dengan berat badan
30 – 40 kg dan pasien dengan berat badan 41 – 50 kg ditemukan sebanyak 4 pasien (10,8%).
Pada pasien yang kelebihan berat badan terdapat kelebihan kalori akibat makan yang berlebih,
sehingga menimbulkan penimbunan lemak dijaringan kulit. Resistensi insulin akan timbul pada
daerah yang mengalami penimbunan lemak,
ISSN : 2087-5045 14
SCIENTIA VOL. 7 NO. 1, FEBRUARI 2017
sehingga akan menghambat kerja insulin dijaringan tubuh dan otot (Ernawati, 2002).
Kelompok pasien berdasarkan tingkat pendidikan yang mengalami hipoglikemia 31
pasien (83,7%) tingkat pendidikan SMP dan 6 pasien (16,2%) tingkat pendidikan SMA.
Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan
kesehatan oleh pasien. Status pendidikan berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan
kesehatan, karena status pendidikan akan mempengaruhi kesadaran dan pengetahuan tentang
kesehatan (Sartunus, et al., 2015).
Pada kelompok pasien berdasarkan pekerjaan yang mengalami hipoglikemia
30 pasien (81,0%) berkerja sebagai ibu
rumah tangga, 7 pasien (18,9%) bekerja sebagai wiraswasta. Pekerjaan dapat mempengaruhi
tingkat kesehatan pasien dengan cara meningkatkan resiko terjadinya penyakit dan
mempengaruhi cara bagaimana pasien masuk kedalam sistem pelayanan kesehatan, sehingga
seseorang yang beekrja memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi untuk mengatasi
masalahnya (Soohyun, 2009).
Jenis insulin yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 jenis insulin yaitu rapid acting
tunggal dan rapid acting kombinasi long acting. Kelompok pasien yang mengalami hipoglikemia
27 pasien (72,9%) jenis insulin rapid acting tunggal, 10 pasien (27,0%) jenis insulin rapid
acting kombinasi long acting. Jenis insulin rapid acting tunggal yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Novorapid. Novorapid menurunkan kadar gula darah setelah injeksi,
sangat aman dan identik dengan insulin manusia. Novorapid adalah cairan injeksi yang
mengandung insulin aspart. Dibandingkan dengan insulin manusia terlarut, Novorapid lebih
cepat diabsorbsi., lebih banyak dan tinggi kurva konsentrasi pada waktu yang singkat (Soemadji,
2006).
Kombinasi dari 2 jenis insulin yaitui insulin kerja cepat dengan insulin kerja
panjang memberikan hasil penurunan kadar glukosa darah lebih baik, karena dapat
memenuhi kebutuhan insulin basal dan insulin prandial. Pemberian 2 jenis insulin tersebut
menghasilkan kontrol
glikemik yang lebih baik, fluktuasi glukosa darah, kejadian hipoglikemia dan peningkatan berat
badan yang lebih rendah (Rubin, et al. 2009).
Pada penelitian ini, kelompok pasien yang mengalami hipoglikemia 16 pasien (43,2%)
dosis insulin rapid acting tunggal 3x10 IU, 2 pasien (5,4%) dosis insulin rapid acting tunggal
3x6 IU, 9 pasien (24,3%) dosis insulin rapid acting tunggal 3x8 IU, 2 pasien (5,4%) dosis
insulin rapid acting 3x10 IU kombinasi long acting 1x12 IU, 4 pasien (10,8%) dosis
insulin rapid acting 3x12 IU kombinasi long acting 1x10 IU, 1 pasien (2,7%) dosis insulin
rapid acting 3x6 IU kombinasi long acting 1x10 IU, 1 pasien (2,7%) dosis insulin rapid
acting 3x6 IU kombinasi long acting 1x12 IU, 1 pasien (2,7%) dosis insulin rapid acting 3x8
IU kombinasi long acting 1x10 IU, 1 pasien (2,7%) dosis insulin rapid acting 3x6 IU
kombinasi long acting 1x12 IU.
Setiap pasien mendapat dosis yang berbeda-beda, dosis yang digunakan tergantung pada
kondisi fisiologis pasien. Novorapid termasuk dalam rapid acting insulin yaitu insulin dengan
onset sangat cepat sekitar 15 – 30 menit dengan puncak kerja 30 – 60 menit dan lama kerja 3
– 5 jam tersedia dalam vial dan pen insulin (Rubin, et al. 2009).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Wandira tahun 2005, bahwa kombinasi yang
paling banyak digunakan adalah insulin aspart-detemir, dimana hasil yang diperoleh
memperlihatkan persentase penurunan kadar gula darah puasa, semakin besar pada pemberian
insulin dengan dosis berkisar 12 – 14 unit untuk insulin aspart dan 10-30 unit untuk insulin
detemir. Pemberian insulin dengan dosis besar dipertimbangkan berdasarkan kadar gula darah
puasa awal (Rubin, et al. 2009).
Dari 37 pasien yang mengalami
hipoglikemia, pasien dengan kategori sikap lemah sebanyak 4 orang (10,8%) dan dengan
kategori sikap kuat sebanyak 33 orang (89,1%). Hal ini berarti bahwa pasien yang memiliki
sikap kuat lebih banyak dibandingkan dengan pasien yang memiliki sikap lemah, sikap tidak
memiliki pengaruh terhadap pencegahan hipoglikemia. Pada
ISSN : 2087-5045 15
SCIENTIA VOL. 7 NO. 1, FEBRUARI 2017
umumnya tindakan seseorang terjadi setelah ia mengetahui dan menyikapi tentang hal
yang baru diterimanya. Sikap merupakan faktor yang ada dalam diri manusia yang dapat
mendorong atau menimbulkan perilaku yang tertentu (Farida, et al.,2014).
Berdasarkan tingkat kepercayaan
terkait insulin, dari 37 pasien yang mengalami hipoglikemia, 5 pasien (13,5%) berada pada
kategori lemah dan 32 pasien (86,4%) berada pada kategori kuat. Adanya kepercayaan bahwa
kurangnya keyakinan diri terhadap keberhasilan penatalaksanaan insulin dalam mengontrol
glukosa darah disamping kekhawatiran akan adanya peningkatan berat badan setelah
penggunaan insulin (Farida, et al.,2014). Pemberian terapi insulin dirasakan menyulitkan
pasien, karena rasa tidak percaya diri untuk memberikan insulin secara mandiri. Rasa tidak
percaya diri muncul, karena kurangnya informasi dan ketidaktahuan pasien, sehingga menjadi
hambatan dalam penggunaan insulin. Terapi insulin juga membuat ketidaknyamanan bagi
pasien, karena pemberiannya harus memakai jarum suntik (Rohaidah, et al.,2012).
Berdasarkan tingkat pengetahuan, dari 37 pasien terdapat pada kelompok yang
mengalami hipoglikemia, 31 pasien (83,7%) berada pada kategori tidak baik dan 6 pasien
(16,2%) berada pada kategori
baik. Dari hasil penelitian terlihat bahwa pasien yang pengetahuan tidak baik lebih banyak
dibandingkan pengetahuan baik, masih banyak pasien yang tidak mengetahui penyebab
hipoglikemia dan kurangnya informasi pengetahuan secara holistik pada hipoglikemia (Farida,
et al.,2014).
Pengetahuan memiliki pengaruh
terhadap pencegahan hipoglikemia. Pada pasien yang memiliki pengetahuan ditemukan
kejadian hipoglikemia yang lebih rendah, karena dapat menghindari penyebab dan mengontrol
terjadinya hipoglikemia, tidak dapat mengontrol penyebab dari hipoglikemia, dikarenakan pasien
tidak mengikuti saran dari petugas kesehatan (Farida, et al.,2014).
Berdasarkan tingkat efikasi diri
(kepercayaan diri), dari 37 pasien terdapat pada kelompok pasien yang mengalami hipoglikemia,
13 pasien (35,1%) berada pada kategori lemah dan 24 pasien (64,8%) berada pada kategori
kuat. Sepanjang waktu seiring dengan lamanya penyakit yang dialami, pasien dapat belajar
bagaimana seharusnya melakukan pengelolaan penyakitnya. Pengalaman langsung dari pasien
merupakan sumber utama terbentuknya efikasi diri. Semakin lama seseorang terdiagnosa
penyakit, maka semakin banyak pengalaman yang dimiliki efikasi diri yang jauh lebih baik
(Briscoe,
2006).
Dari hasil pengujian diperoleh nilai Chi Square sebesar 12.741 dengan nilai Sig.
sebesar 0,121. Dari hasil tersebut terlihat bahwa nilai Sig. lebih besar dari pada Alpha
(0.05) yang berarti keputusan yang diambil adalah menerima Ho yang berarti tidak ada
perbedaan antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati, maka
model regresi logistic digunakan untuk analisis selanjutnya. Data selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 2 dibawah ini :
Tabel II. Hasil uji Hosmer and Lemeshow
Test
Step Chi-square Df Sig.
1 12.741 8 .121
Untuk melihat hasil analisis regresi menggunakan model persamaan kedua yang
memasukkan semua komponen dari variabel independen. Dari tabel Variables in the Equation
terlihat bahwa nilai konstanta adalah sebesar 13.642, koefisien yang paling besar adalah aspek
sikap yaitu
2.236 dan koefisien yang paling kecil adalah dosis insulin yaitu 0,137. Data
ISSN : 2087-5045 17
SCIENTIA VOL. 7 NO. 1, FEBRUARI 2017
95.0% C.I.for
B S.E. Wald Df Sig. Exp (B) EXP(B)
Step 1 Usia
1.579 .629 6.308 1 .012 4.850 1.414 16.629
(a)
tingkat
1.450 .636 5.206 1 .023 4.264 1.227 14.818
pendidikan
aspek
.244 .857 .081 1 .775 1.277 .238 6.843
kepercayaan
aspek
1.688 .660 6.532 1 .011 5.407 1.482 19.724
pengetahuan
aspek efikasi diri -.917 .536 2.924 1 .087 .400 .140 1.143
KESIMPULAN
Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa jumlah kejadian hipoglikemia pada pasien diabetes
mellitus tipe 2 yang menggunakan insulin di bangsal rawat inap penyakit dalam RSUP Dr. M.
Djamil Padang sebanyak 37 pasien dari 109 pasien (33,9%).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian hipoglikemia pada pasien diabetes mellitus tipe 2 yang
menggunakan insulin adalah jenis kelamin, usia, berat badan, tingkat pendidikan, pekerjaan, pengetahuan,
dosis insulin dan jenis insulin. Sementara
itu sikap, kepercayaan terkait insulin, efikasi diri (kepercayaan diri) tidak berhubungan
dengan kejadian hipoglikemia.
Jenis-jenis tipe insulin yang digunakan pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di bangsal
rawat inap penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang yaitu rapid acting tunggal dan rapid
acting kombinasi long acting. Kejadian hipoglikemia terjadi lebih banyak pada kelompok
kombinasi rapid acting-long acting.
ISSN : 2087-5045 18
SCIENTIA VOL. 7 NO. 1, FEBRUARI 2017
DAFTAR PUSTAKA
Bilous, R and Donelly, R. (2014). Buku Pegangan Diabetes. Edisi ke-4. Jakarta : Bumi Medika.
Briscoe VJ, Davis SN. (2006).
Hypoglycemia in type 1 and type 2 diabetes : Physiology, pathophysiology and
management. Clin Diabetes. 24 : 115 – 21.
Ernawati. (2002). Kemampuan Melakukan
Penatalaksanaan Hipoglikemia Berdasarkan Karakteristik dan Pengetahuan Pasien
Diabetes Melitus. Jakarta : Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah.
Farida. (2014). Hubungan antara pengetahuan sikap dan tindakan pasien diabetes mellitus
dengan pencegahan komplikasi hipoglikemia di RSUD Labuang Baji Makassar.
Isselbacher, J Kurt. (2000). Harrison
Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi 13, Jakarta : EGC
Lin, Y.Y., et al. (2010). Risk factors for
recurrent hypoglycemia in hospitalized diabetic patients admitted for severe
hypoglycemia. Diperoleh dari http://www. eymj. org.
Rani, A., Sidartawan Soegondo, Anna Uyainah Z. Nasir, (2008). Panduan Pelayanan Medik
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Fakultas Kedokteran,
Universitas Indonesia.
Rohaidah., Damayanti, N. (2011). Faktor- faktor yang berhubungan dengan kemampuan pasien
diabetes mellitus dalam mendeteksi episode hipoglikemia di RSUD Mattaher.
Rubin, R.R. (2000). Psychotheraphy and
Conselling in Diabetes Melitus.
Psychology in Diabetes Care (P
235-263). Chickester : Jhon Wiley
& Sons. Ltd
Sartunus, R., Hasneli, Y., Jumaini. (2015).
Hubungan Pengetahuan, Persepsi dan Efektifitas Penggunaan Terapi Insulin
Terhadap Kepatuhan
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Dalam Pemberian Injeksi Insulin. Pekanbaru : Ilmu Keperawatan, Universitas Riau.
Soemadji, D.W, 2006. Hipoglikemia Iatrogenik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3. Edisi
IV. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas
Indonesia.
Shoohyun. (2009). Factors Associated With
Insulin Reluctance in Individuals With Type 2 Diabetes. Diabetes Care, 33 (8).
Sudoyo, W.A, Setiyohadi, B. (2006). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Ke-4 ,Jilid III, Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit
Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Sukandar, E.Y., Retnosari, A., (2008). Iso Farmakoterapi. Jakarta : PT ISFI Penerbitan.
Taylor, C. (2008). Gula Darah Menopause Kenali Tanda Awal Ketidak seimbangan Menopause.
Diperoleh dari : http://eziarticles.com
ISSN : 2087-5045 19