Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Hakikat Belajar Dan Pembelajaran

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

A.

Hakikat belajar dan pembelajaran


1. Hakikat belajar

Menurut Gagne (Dahar, 2011:2) mengatakan belajar didefinisikan


sebagai suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai
akibat pengalaman.

Menurut Sudjana, Nana (2002), pada hakikatnya proses belajar


mengajar adalah proses komunikasi. Kegiatan belajar mengajar di kelas
merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri dimana guru dan siswa bertukar
pikiran untuk mengembangkan ide dan pengertian. belajar ada kaitannya
dengan usaha atau rekayasa pembelajar. Dari segi siswa, belajar yang
dialaminya sesuai dengan pertumbuhan jasmani dan perkembangan mental,
akan menghasilkan hasil belajar sebagai hasil belajar sebagai perwujudan
emansipasi siswa menuju kemandirian. Dari segi guru, kegiatan belajar siswa
merupakan akibat dari tindakan pendidikan atau pembelajaran. Proses belajar
siswa tersebut menghasilkan perilaku yang dikehendaki, suatu hasil belajar
sebagai dampak pengajaran.

Menurut W.S. Winkel (Yatim Riyanto, 2009:5) pengertian belajar


adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat
secara relatif konstan dan berbekas.

Menurut Oemar Hamalik (2005: 36) belajar merupakan suatu proses,


suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya
mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar
bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan.

1
Belajar menurut Sugihartono dkk (2007 : 74) merupakan suatu proses
memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah
laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena
adanya interaksi individu dengan lingkungannya.

Menurut Syaiful Bahri D. & Aswan Zain (2002: 11), belajar adalah
proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Belajar merupakan
usaha menggunakan sarana atau sumber, di dalam atau di luar pranata
pendidikan, guna perkembangan dan pertumbuhan pribadi.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakansuatu


aktivitas mental/psikis, suatu proses dan kegiatan guna memperoleh
pengetahuan dan pengalaman, melalui interaksi individu terhadap lingkungan
yang ditandai dengan perubahan tingkah laku dalam dirinya.

Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam


kompetensi,ketrampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai
akhir hayat. Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik
penting yang membedakan manusia denganmakhluk hidup lainnya.

Belajar mempunyai keuntungan, baik bagi individu maupun


bagimasyarakat. Bagi individu, kemampuan untuk belajar secara terus-menerus
akan memberikankontribusi terhadap pengembangan kualitas hidupnya.
Sedangkan bagi masyarakat, belajarmempunyai peran yang penting dalam
mentransmisikan budaya, pengetahuan dan pemikirandari generasi ke
generasi.Belajar tidak hanya dipahami sebagai aktivitas yang dilakukan oleh
pelajar saja.

Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk


mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui berfikir, pelatihan-pelatihan
atau pengalaman-pengalaman. Dengan demikian, belajar dapat membawa

2
peubahan bagi si pelaku, baik perubahanpengetahuan, sikap, maupun
keterampilan. Dengan perubahan-perubahan tersebut, tentunya si pelaku juga
akan terbantu dalam memecahkan permasalahan hidup dan bisa
menyesuaikandiri dengan lingkungannya.

2. Hakikat pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik


dansumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU No. 20 tahun 2003)
belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai
tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu
terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh
sesuatu yang ada di lingkungan sekitar (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 7).

Hamalik (2004: 27) menyatakan bahwa belajar adalah modifikasi atau


memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar
merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan suatu hasil atau tujuan.

Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni
mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan
pengubahan kelakuan. Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai
subjek dan sebagai objek dari kegiatan pengajaran. Karena itu, inti proses
pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu
tujuan pengajaran.

B.Prinsip-prinsip belajar pembelajaran

Prinsip Belajar adalah landasan berpikir, landasan berpijak, dan sumber


motivasi agar proses belajar dan pembelajaran dapat berjalan dengan baik antara
pendidik dengan peserta didik.

3
Menurut Dimyati (2009:42)prinsip-prinsip belajar itu adalah sebagai berikut:

1. Perhatian dan motivasi

Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar.


Tanpa adanya perhatian tidak mungkin akan terjadi sebuah proses belajar.
Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran
sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai
sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari, maka akan membangkitkan motivasi untuk
mempelajarinya. Di samping perhatian, motivasi juga mempunyai peranan
penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan
dan mengarahkan aktivitas seseorang, tanpa adanya motivasi seseorang tidak
dapat melakukan kegiatan dengan sebaik-baiknya.

2. Keaktifan

Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan.


Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah
kita amati sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik bisa
berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan,
dan sebagainya. Contoh kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah
pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi,
membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil
percobaan, dan kegiatan psikis yang lain.

3. Keterlibatan langsung/berpengalaman

Menurut Edgar Dale dalam Dimyati (2009:45), “belajar yang baik


adalah belajar melalui pengalaman langsung”. Dalam belajar melalui
pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi ia
harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab

4
terhadap hasilnya. Namun demikian, perilaku keterlibatan siswa secara
langsung dalam kegiatan belajar pembelajaran dapat diharapkan mewujudkan
keaktifan siswa.

4. Pengulangan

Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan barangkali


yang paling tua adalah yang dikemukakan oleh teori Psikologi Daya. Menurut
teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri
atas daya mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan,
berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya
tersebut akan berkembang, dan juga apabila daya-daya tersebut dilatih dengan
pengadaan pengulangan-pengulangan maka akan menjadi sempurna. Selain itu
dengan adanya pengulangan maka akan membentuk respons yang benar dan
akan dapat membentuk kebiasaan-kebiasaan. Contonya pada saat belajar tidak
hanya membaca akan tetapi mengerjakan soal-soal latihan, mengulang materi
yang belum dipahami, dan lain-lain.

5. Tantangan

Tantangan yang dihadapi alam bahan belajar membuat siswa bergairah


untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung
masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk
mempelajarinya. Pelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk
menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi akan
menyebabkan siswa berusaha mencari dan menemukan konsep-konsep,
prinsip-prinsip, dan generalisasi tersebut. Contoh dari prinsip tantangan inii
yaitu, melakukan eksperimen, melaksanakan tugas terbimbing maupun
mandiri, atau mencari tahu pemecahan suatu masalah.

5
6. Balikan dan penguatan

Siswa selalu membutuhkan suatu kepastian dari kegiatan yang akan


dilakukan, dengan demikian siswa akan selalu memiliki pengetahuan tentang
hasil, yang sekaligus merupakan penguatan bagi dirinya sendiri. Seorang siswa
belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan. Hal
ini timbul karena kesadaran adanya kebutuhan untuk memperoleh balikan dan
sekaligus penguatan bagi setiap kegiatan yang dilakukan. Untuk memperoleh
balikan penguatan bentuk-bentuk perilaku siswa yang memungkinkan di
antaranya adalah dengan segera mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban,
menerima kenyataan terhadap skor/nilai yang dicapai, atau menerima teguran
dari guru/orang tua karena hasil belajar yang jelek.

7. Perbedaan individual

Setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda satu


dengan yang lain. Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan siswa lain, akan
membantu siswa menentukan cara belajar dan sarana belajar bagi dirinya
sendiri. Contohnya pada saat siswa menentukan tempat duduk dikelas,
menyusun jadwal belajar, dan lain-lain.

C. Motivasi belajar

Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya


proses belajar. Motivasi belajar pada diri siswa dapat menjadi lemah. Lemah atau
tidak lemahnya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya,
mutu hasil belajar akan menjadi rendah.

Menurut Dimyati & Mudjiono (2004:89), unsur-unsur yang mempengaruhi


motivasi belajar adalah:

1. Cita-cita atau aspirasi siswa

6
Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil. Keberhasilan
mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan bergiat, bahkan
dikemudian hari cita-cita dalam kehidupan. Dari segi emansipasi kemandirian,
keinginan yang terpuaskan dapat memperbesar kemauan dan semangat belajar.
Dari segi pembelajaran, penguatan dengan hadiah atau juga hukuman akan
dapat mengubah keinginan menjadi kemauan, dan kemudian kemauan menjadi
cita-cita.

2. Kemampuan siswa

Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau


kecakapan mencapainya. Kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk
melaksanakan tugas-tugas perkembangan.

3. Kondisi siswa

Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani.

4. Kondisi lingkungan siswa

Lingkungan siswa berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal,


pergaulan sebaya, kehidupan kemasyarakatan. Dengan kondisi lingkungan
tersebut yang aman, tentram, tertib dan indah maka semangat dan motivasi
belajar mudah diperkuat.

5. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran

Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, pikiran yang mengalami


perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebayanya
berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar.

6. Upaya guru dalam membelajarkan siswa

7
Guru adalah seorang pendidik profesional. Ia bergaul setiap hari
dengan puluhan atau ratusan siswa. Sebagai pendidik, guru dapat memilil
danmemilah yang baik. Partisipasi dan teladan memilih perilaku yang baik
tersebut sudah merupakan upaya membelajarkan dan memotivasi siswa.

Sedangkan Menurut Dimyati dan Mudjiono, faktor-faktor yang mempengaruhi


motivasi belajar siswa adalah adalah sebagai berikut:

1. Cita-cita atau Aspirasi Siswa 

Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil. Keberhasilan


mencapai keinginan dapat menumbuhkan kemauan belajar yang akan
menimbulkan cita-cita dalam kehidupan. Cita cita dapat memperkuat motivasi
intrinsik dan ekstrinsik.

2. Kemauan Siswa

Keinginana seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan untuk


mencapainya, karena kemauan akan memperkuat motivasi anak untuk
melaksanakan tugas-tugas perkembangan.

3. Kondisi Siswa

Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi


motivasi belajar.

4. Kondisi lingkungan Siswa

Siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar, oleh karena itu


kondisi lingkungan sekolah yang sehat, kerukunan, dan ketertiban pergaulan
perlu di pertinggi mutunya agar semangat dan motivasi belajar siswa mudah
diperkuat.

5. Unsur-Unsur Dinamis dalam Belajar dan Pembelajaran

8
Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang
mengalami perubahan berkat pengalaman hidup.
D. Masalah-masalah dalam pembelajaran

Masalah-masalah yang muncul dalam pembelajaran dapat dibedakan sebagai


berikut:

1. Dari segi guru


a. Guru mendapat kesulitan menerapkan metode pembelajaran yang tepat dan
bervariasi.
b. Kepribadian guru secara keseluruhan belum bisa diteladani peserta didik.
c. Penerapan tugas sebagai pengajar, pendidik, pelatih belum dapat berjalan
optimal.
d. Guru mendapat kesulitan dalam menentukan dan mengidentifikasi materi
esensial dan materi sulit.
e. Komitmen, kinerja, dan keikhlasan guru dalam merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran belum sesuai harapan.
f. Guru masih mengandalkan Lembaran Kegiatan Peserta didik (LKS) yang
dijual penerbit untuk pekerjaan rumah peserta didik karena kesulitan dalam
mengembangkan LKS sendiri. Padahal seharusnya LKS yang dikerjakan
peserta didik disesuaikan dengan kondisi peserta didik pada sekolah yang
bersangkutan.
g. Guru kesulitan menerapkan disiplin bagi peserta didik dalam belajar.
h. Kemampuan guru masih kurang dalam mengelola laboratorium, sehingga
kesulitan menyajikan materi sains secara praktek.
i. Guru kesulitan dalam mengembangkan media pembelajaran yang sesuai.
j. Guru kesulitan membuat alat evaluasi belajar dan mengembangkan
Emosional Spiritual Question (ESQ).
2. Dari segi kurikulum

9
a. Isi kurikulum yang padat menyulitkan guru untuk mencapai target yang
hendak dicapai dan menerapkan pendidikan pada peserta didik sehingga
menghambat kemampuan peserta didik berpikir tingkat tinggi.
b. Pelaksanaan kurikulum dan evaluasi hasil belajar cenderung pada ranah
kognitif, sehingga ranah afektif dan psikomotor cenderung tidak
diterapkan.
c. Materi cenderung lebih tinggi untuk tingkat kemampuan peserta didik.
d. Kurikulum yang sering berubah membuat guru sulit menjalankannya di
sekolah.
3. Dari segi peserta didik
a. Minat baca, motivasi belajar, dan daya nalar peserta didik relatif rendah.
b. Kemandirian dan strategi belajar kurang baik.
c. Kurang efektif memanfaatkan waktu dan sumber belajar.
d. Aktivitas bertanya di kelas rendah.
e. Mudah terpengaruh oleh dampak negatif teknologi.
4. Dari segi manajerial
a. Kurangnya perhatian pimpinan terhadap sarana dan prasarana sains baik
laboratorium maupun media.
b. Pelatihan meningkatkan mutu guru belum merata.
c. Supervisi oleh kepala sekolah dan pengawas belum optimal.
d. Kurangnya reward bagi guru yang kinerja baik, dan sebaliknya.
5. Dari segi orang tua
a. Kurangnya perhatian orang tua, disiplin, kepedulian, bimbingan belajar,
dan fasilitas belajar di rumah.
b. Kuatnya pengaruh televisi di rumah sedangkan orang tua tidak dapat
mencegahnya.
c. Banyaknya orang tua yang tidak mengenali bakat anaknya.
d. Tingginya harapan orang tua dibandingkan kemampuan anaknya
6. Dari segi pemerintah

10
a. Kurang optimalnya perhatian pemerintah dalam pengadaan sarana, fasilitas
laboratorium, dan buku-buku perpustakaan sekolah.
b. Adanya intervensi birokrat yang terlalu jauh terhadap kebijakan
pendidikan. Misalnya pengangkatan kepala sekolah.
7. Dari segi lingkungan atau masyarakat
a. Lingkungan masyarakat kurang kondusif mendukung suasana belajar.
b. Kemajuan teknologi berpengaruh negatif terhadap konsentrasi belajar
peserta didik.
c. Pendidikan agama kurang memadai.
d. Tidak aktifnya kegiatan organisasi di masyarakat yang dapat membangun
kreativitas peserta didik.

11

Anda mungkin juga menyukai