Rama Babbur Jazura - 03411740000009 - Reservoir - Interpret - FinalProject
Rama Babbur Jazura - 03411740000009 - Reservoir - Interpret - FinalProject
Rama Babbur Jazura - 03411740000009 - Reservoir - Interpret - FinalProject
Oleh:
Rama Babbur Jazura (03411740000009)
1.2 Tujuan
1. Mendapat depth structure map dengan software Petrel
2. Mendapat impedansi akustik map dengan software HRS
3. Menganalisa litologi hidrokarbon berdasarkan impedansi akustik map
1.3 Manfaat
Mengetahui zona prospek hidrokarbon beserta litologinya pada lapangan F3 berdasarkan
analisa impedansi akustik map dan depth structure map.
BAB 2
DASAR TEORI
2.1 Seismik
Gelombang seismik dapat dihasilkan oleh dua metode, metode aktif dan metode
pasif. Metode aktif adalah metode untuk memicu gelombang seismik secara aktif atau
sengaja menggunakan gangguan yang dibuat oleh orang-orang yang biasanya digunakan
untuk eksplorasi. Metode pasif adalah gangguan yang dipicu secara alami, misalnya gempa
bumi atau aktivitas alam lainnya yang menyebabkan getaran. Gelombang seismik termasuk
dalam gelombang elastis karena media yang melaluinya bumi elastis. Oleh karena itu sifat
perambatan gelombang seismik tergantung pada elastisitas batuan yang dilaluinya teori
tektonik lempeng telah menjelaskan bagaimana pergerakan lempeng bumi. Pergerakan
lempeng bumi menyebabkan batu berubah bentuk atau berubah bentuk dan ukuran karena
pergerakan antar lempeng. Deformasi akibat pergerakan lempeng-lempeng ini berupa
tegangan (stress) dan regangan.
Impedansi Akustik Impedansi akustik atau Acoustic Impedance (AI) merupakan sifat
yang khas pada batuan yang merupakan hasil perkalian antar densitas (ρ) dan kecepatan
gelombang seismik (v). Secara matematis persamaan AI adalah sebagai berikut :
𝐴I = 𝑝V
dengan keterangan:
AI = Impedansi Akustik (ft/s.g/cc)
ρ = densitas (g/cc)
v = kecepatan gelombang seismik (ft/s)
3.2 Software
3.2.1 HRS yang terdiri dari:
a. Geoview untuk menyimpan data base log
b. eLog untuk melakukan crossplot, editing, smoothing, korelasi sumur, well seismic
tie, dan ekstraksi wavelet.
c. Strata untuk membuat model inisial, dan inversi seismik post stack.
d. eMerge untuk menggabungkan data sumur dan data seismik. Secara umum untuk
prediksi properti sebuah sumur menggunakan data atribut seismik.
3.2.2 Petrel 2015 untuk picking horizon, membuat time structure map dan depth structure
map.
1. Memasukkan data
terdiri dari data lgr, densitas, porositas, p-wave, p-impedance, check shot, seismic
post-stack, dan data marker.
2. Analisa Log
Analisa log dilakukan untuk mencari zona prospek hidrokarbon dengan melihat lgr,
porositas, densitas.
3. Koreksi Check shot
Agar domain depth pada log p-wave menjadi domain time.
4. Pembuatan P-Impedance
Dibuat log P-Impedance baru dari data log pwave dan log densitas dengan operasi
log transform.
5. Ekstraksi Wavelet
Wavelet dibuat dengan wavelenght yang berbeda-beda dari tiap sumur dan akan dicari
wavelet terbaik pada proses well seismic tie.
6. Well Seismic tie
Untuk mengorelasikan data sintetik seismogram dengan data seismik. Pada proses ini
dilakukan korelasi dengan menggunakan wavelet yang telah dikontstruksikan pada
proses ekstrak wavelet dan dicari wavelet yang dapat membuat korelasi paling tinggi.
7. Picking Horizon
Dilakukan Picking horizon pada dengan bantuan Petrel 2015 menggunakan data hasil
well-seismic tie yang sudah di-import. Picking horizon dilakukan dengan menentukan
horizon yang sesuai dengan marker hasil well seismic tie.
8. Time Structur Map
Setelah dilakukan picking horizon, dikonstruksikan menjadi data surface dengan
Petrel. Lalu pada window 3D ditampilkan data surface serta data well hingga menjadi
time structure map.
9. Depth Structure Map
Dilakukan konstruksi depth structure map dengan mengkonfersikan time structure map
menggunakan data persamaan regresi linier data checkshot lalu dikalkulasikan terhadap
data surface hingga menjadi depth structure map.
10. Build Strata Model
Dibuat model P-Impedance, Pwave dan Density dengan data horizon yang sudah
diimport ke aplikasi HRS dan data seismik.
11. Analisa Pra-Inversi
Bertujuan mencari parameter terbaik untuk dilakukan proses inversi. Parameter tersebut
didapati dengan mengkorelasikan log p- impedance dengan p-impedance hasil inversi
dan trace seismik dengan trace seismik sintetik serta mencari error terkecil. Parameter
yang didapati berupa metode yang akan digunakan.
12. Inversi Seismik
Dilakukan inversi seismik dengan parameter serta metode yang sudah ditetapkan dari
analisa pra-inversi.
13. Impedansi Akustik Map
Dihasilkan peta atau model 3D impedansi akustik.
14. Slicing
Dilakukan slicing data model 3D agar dapat dilihat secara lateral. Tujuan dari slicing
yaitu untuk memudahkan pada interpretasi akhir.
15. Interpretasi
Dilakukan terhadap Peta atau model 3D p-impedance, peta slicing data, data hasil
analisa crossplot, serta data geologi regional lapangan F3.
BAB 4
PEMBAHASAN
Dipilih zona prospek dengan Top dan base marker FS8 dan FS7. Zona ini mempunyai
nilai GR yang relatif rendah dan dengan adanya crossover dari log densitas dan log neutron
yang menandakan litologi batupasir dan batuan pasir serpih dengan porositas antara 20-30%
serta densitas yang relatif kecil, menunjukkan zona permeabel.
4.2 Well Seismic Tie
Dari perhitungan wavelenht maka akan didapatkan beberapa wavelet yaitu wavelet
statistical_33, statistical_35, statistical_36 dan statistical 37. Dari hasil ekstraksi wavelet inilah
akan di lakukan pembuatan seismogram sintetik, yang kemudian dikonvolusi dengan koefisien
refleksi untuk membuat seismogram sintetik yang digunakan dalam proses well seismic tie.
Proses Well seismic tie banyak dipengaruhi oleh shifting, squeezing dan stretching. Shifting
merupakan proses memindahkan seluruh komponen dari seismogram sintetik ke tempat yang
diinginkan. Sedangkan squeezing dan stretching adalah proses meregang dan memampatkan
antara dua amplitude yang berdekatan pada data seismogram. Setelah dilakukan proses korelasi,
didapatkan nilai korelasi terbesar terdapat pada wavelet statiscal_37.
Well Nilai
Korelasi
F02- 0.734
1
F03- 0.903
2
F03- 0.819
4
F06- 0.573
1
Tabel Hasil Korelasi Well
4.3 Time Structure Map
Merupakan hasil dari proses well seismic tie serta picking horizon.
4.4 Depth Structure
Depth Structure Map merupakan hasil depth konversi dari time structure map dengan
persamaan regresi linier dari data checkshot.
Dapat dilihat dari Depth Structure Map, realisasi dari zona prospek hidrokarbon dengan
tops FS8 dan bottom FS7. Namun hasil picking horizon tidak selalu tepat pada Tops dan
Bottom dari data well. Hal ini disebabkan adanya kekeliruan pada proses well seismic tie .
Selain itu dapat timbul karena data checkshot yang dimasukkan. Koreksi ini dapat dilihat pada
tabel report yang dihasilkan dari proses cek data antara marker dengan surface horizon.
Horizon Diff Horizon
Well Md X-value Y-value Z-value Diff after
before before after
F06-1 771.24 607903 6077213 -771.24 -792.6 21.36 -771.24 0
F06-1 771.24 607903 6077213 -771.24 -792.6 21.36 -771.24 0
CHECK_DEPTH
_TOP F03- 4 569.66 623256 6082586 -569.66 -577.74 8.08 -569.66 0
F03-2 589.92 619101 6089491 -589.92 -629.28 39.36 -589.92 0
F02-1 795.18 606554 6080126 -795.18 -807.83 12.65 -795.18 0
Dari tabel diatas dapat dilihat besarnya ketidaksesuaian pada nilai Diff Before. Nilai
positif dan negatif merupakan penjelasan dari posisi surface horizon berada diatas atau dibawah
marker tersebut.
4.5 Feasibility Analysis
Merupakan salah satu step interpretasi melalui proses crossplotting dari beberapa log
sumur. Fungsinya untuk mendapatkan interpretasi jelas litologi apa yang berada pada zona
prospek atau reservoir tersebut. Pada penelitian kali ini, dilakukan crossplot terhadap beberapa
data log, yaitu log P-Impedance dan LGR. Tujuan dari crossplot log p-impedance dengan
LGR yaitu untuk mengidentifikasikan posisi litologi batuanpasir yang mempunyai kemungkinan
untuk menjadi zona prospek serta permeabilitas(ya atau tidak)nya zona tersebut.
Gambar crossplot di atas menggunakan dua identitas warna yang berbeda, di mana
gambar kiri menggunakan GR sebagai identitas warna serta gambar kanan menggunakan
kedalaman sebagai identitas warna, dapat dilihat pada color range di sebelah kanan masing-
masing plot. Terlihat juga area yang menunjukkan zona prospek ditandai dengan bujur
sangkar merah pada gambar di atas. Dengan acuan bahwa zona prospek berada pada rentang
GR 30 hingga 50 API serta P-Impedance 3.85e+06-5.07e+06 ((m/s)*(kg/m3)). GR sebesar
35-50 API dapat diidentifikasikan sebagai batuan pasir dan GR sebesar 50-75 API dapat
diidentifikasikan sebagai batuan shally sand.
Pada Metode Model Based, dilakukan perbandingan antara metode hard constraint dan
soft constraint. Perbandingan yang dilakukan yaitu pada nilai korelasi antara trace seismik
dengan trace seismik sintetik, nilai error yang dihasilkan dari korelasi (error trace), dan nilai
error. Melalui tabel di atas, disimpulkan untuk menggunakan metode soft contraint karena nilai
korelasi yang dihasilkan lebih besar dan nilai error yang dihasilkan relatif lebih rendah
dibandingkan metode hard constraint.
4.8 Interpretasi Hasil Inversi
Analisa dilakukan pada model AI hasil inversi serta peta slicing pada lapisan diantara
FS8-FS7 karena dianggap zona prospek-hidrokarbon menurut analisa impedansi akustik
dan beberapa sub-bab di atas.
Hasil Inversi Impedansi Akustik Dapat dilihat pada gambar di atas yang merupakan
akumulasi impedansi akustik rendah yang terdapat pada Inline 455 dengan nilai impedansi
berkisar di antara 4,3214e+06 – 5,0799e+06 ((m/s)*(kg/m3)) dengan indikator warna hijau tua
hingga ungu tua. Hasil dari inversi AI ini mengindikasikan bahwa zona prospek yang dilakukan
inversi merupakan zona yang melemahkan daya pantul dari gelombang seismik, yang mana
dapat diasumsikan merupakan zona batuan pasir atau sejenisnya. Interpretasi tersebut dapat
didukung melalui analisa crossplot pada subbab 4.5. Menurut hasil analisa crossplot antara log
P- Impedance dengan log Gamma Ray, zona prospek berada pada nilai gamma ray 30-50 API
dan p-Impedance 3.85e+06-5.07e+06 ((m/s)*(kg/m3)).
Gambar peta persebaran nilai impedansi pada 10 ms dibawah horizon FS8
Untuk mengetahui persebaran nilai impedansi secara lateral pada zona prospek
dilakukan proses slicing dengan posisi 10 ms, 20 ms dan 30 ms di bawah horizon FS8. Dari
ketiga peta slicing tersebut dapat dilihat pesebaran nilai AI rendah sudah mulai terlihat pada
kedalaman 10 ms dibawah horizonn FS8 yang ditandai dengan warna hijau. Sedangkan untuk
nilai AI lebih tinggi mulai terlihat pada kedalaman 20 ms di bawah horison FS8. Hal ini dapat
menunjukkan persebaran litologi yang berada pada zona prospek.
Menurut data geologi regional lapangan F3, litologi yang dapat ditemukan pada
lapangan F3 yaitu batuan karbonat, batuan serpih (shale), dan batuan pasir. Sedangkan pada
informasi model hasil inversi p-impedance, peta persebaran impedansi, hasil analisa crossplot
serta hasil analisa log didapatkan bahwa litologi yang berada pada zona prospek ini yaitu batuan
pasir dengan adanya sisipan batuan serpih pada area well F02-1 dan F06-1. Hal tersebut dapat
dilihat dari nilai GR pada area tersebut serta hubungannya dengan nilai impedansi akustik pada
hasil inversi impedansi akustik.
BAB 5
KESIMPULAN
1. Zona Prospek yang dihasilkan pada lapangan F3 yaitu pada zona diantara harizon FS8 dan
FS7 dengan nilai error kedalaman FS8 8,08-39,36
2. Nilai error kedalaman FS7 6,8-80,23 m
3. Zona Prospek memiliki nilai impedansi akustik berkisar antara 4,3214e+06 – 5,0799e+06
((m/s)*(kg/m3))
4. Litologi yang berada pada zona prospek ini yaitu batuan pasir dengan adanya sisipan batuan
serpih pada area well F02-1 dan F06-1
DAFTAR PUSTAKA
Seth Stein & Michael Wysession (2009). An Introduction to Seismology, Earthquakes, and
Earth Structure. John Wiley & Sons.
Nancy O. Anene, Olugbenga A. Ehinola, and Dorcas S. Eyinla (2018). Subsurface Mapping
And Reservoir Evaluation of Enena Field, Offshore Niger Delta. Petroleum Geoscience
Unit, Department of Geology, Pan African University of Life and Earth Science Institute,
University of Ibadan, Nigeria
Isniarno, N.F. 2017. Implementasi Metode Seismik Inversi Impedansi Akustik dalam
Memetakan Batuan Pasir dengan Pengoptimasian Parameter error dan Korelasi Serta
Mentransformasikan Penyebaran Porositas. Malang: JPSE.
Jager, D.J. and Geluk, M.C., 2007, Geology of The Natherlands, Petroleum Geology, 241-
264
Laban, C., 1995. The Pleistocene glaciations in the Dutch sector of the North Sea. A synthesis
of sedimentary and seismic data. Ph.D. thesis, University of Amsterdam.