Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Rama Babbur Jazura - 03411740000009 - Reservoir - Interpret - FinalProject

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN FINAL PROJECT INERPRETASI SEISMIK

Oleh:
Rama Babbur Jazura (03411740000009)

Departemen Teknik Geofisika


Fakultas Teknik Sipil Perencanaan dan Kebumian
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demi terpenuhinya kebutuhan manusia yang semakin hari semakin meningkat maka
dilakukan berbagai upaya melalui bermacam cabang ilmu pengetahuan. Salah satunya adalah
kebutuhan manusia dengan mineral, hidrokarbon, maupun air yang mengharuskan melakukan
eksploitasi bawah permukaan tanah. Di geofisika sendiri sebagai ranting ilmu yang melakukan
pendekatan fisika terhadap bawah permukaan tanah memanfaatkan salah satunya gelombang
seismik untuk melakukan pengindraan secara tidak langsung. Gelombang seismik yang
dimanfaatkan tersebut kemudian diolah dengan cara tertentu untuk mencapai target yang
diinginkan bergantung pada kebutuhan masing-masing.
Proses peng-inversi-an seismik adalah proses pembuatan model geologi bawah permukaan
tanah dengan memanfaatkan data seismik sebagai input utama serta tidak meninggalkan
kaidah-kaidah dan postulat geologi. Pada metode inversi, tampilan impedansi akustik
menghasilkan per lapisan yang lebih interpretatif dalam pemetaan keadaan bawah tanah. Oleh
sebab itu impedansi akustik dapat digunakan sebagai indikator litologi, porositas jenis
hidrokarbon, serta karakteristik reservoar.

1.2 Tujuan
1. Mendapat depth structure map dengan software Petrel
2. Mendapat impedansi akustik map dengan software HRS
3. Menganalisa litologi hidrokarbon berdasarkan impedansi akustik map

1.3 Manfaat
Mengetahui zona prospek hidrokarbon beserta litologinya pada lapangan F3 berdasarkan
analisa impedansi akustik map dan depth structure map.
BAB 2
DASAR TEORI

2.1 Seismik
Gelombang seismik dapat dihasilkan oleh dua metode, metode aktif dan metode
pasif. Metode aktif adalah metode untuk memicu gelombang seismik secara aktif atau
sengaja menggunakan gangguan yang dibuat oleh orang-orang yang biasanya digunakan
untuk eksplorasi. Metode pasif adalah gangguan yang dipicu secara alami, misalnya gempa
bumi atau aktivitas alam lainnya yang menyebabkan getaran. Gelombang seismik termasuk
dalam gelombang elastis karena media yang melaluinya bumi elastis. Oleh karena itu sifat
perambatan gelombang seismik tergantung pada elastisitas batuan yang dilaluinya teori
tektonik lempeng telah menjelaskan bagaimana pergerakan lempeng bumi. Pergerakan
lempeng bumi menyebabkan batu berubah bentuk atau berubah bentuk dan ukuran karena
pergerakan antar lempeng. Deformasi akibat pergerakan lempeng-lempeng ini berupa
tegangan (stress) dan regangan.

2.2 Interpretasi Seismik


Pemrosesan data seismik pada dasarnya dimaksudkan untuk mengubah data
seismik yang terekam menjadi bagian seismik yang kemudian dapat ditafsirkan darinya.
Sedangkan tujuan dari pengolahan data seismik adalah untuk menghasilkan penampang
seismik dengan rasio kualitas terhadap noise yang baik tanpa mengubah bentuk
penampakan / refleksi batuan bawah permukaan, sehingga interpretasi keadaan dan bentuk
struktur bawah permukaan dapat ditafsirkan. faktanya. Atau dapat dikatakan bahwa
pemrosesan data seismik didefinisikan sebagai langkah untuk mengurangi noise dan
memperkuat sinyal.
Dari pemrosesan data seismik, hasil dalam bentuk penampang seismik kemudian
ditafsirkan. Tujuan interpretasi seismik adalah untuk mengeksplorasi dan memproses
berbagai informasi geologi di bawah permukaan bagian seismik. Dalam eksplorasi minyak
dan gas, interpretasi dimaksudkan untuk menentukan lokasi reservoir hidrokarbon bawah
permukaan. Secara umum, bagian seismik ditampilkan sebagai bagian waktu, tetapi mereka
juga dapat ditampilkan sebagai bagian kedalaman setelah tahap perhitungan tertentu.

2.3 Geologi Regional F3


Lapangan F3 adalah sebuah blok di sektor Belanda di Laut Utara. Pada lapangan
ini telah dilakukan akuisisi 3d Seismik untuk eksplorasi minyak dan gas yang terbentuk
pada zaman Jura hingga Kreta. Pada kedalaman di bawah 1200 m terdapat reflektor yang
terbentuk pada zaman Miosen, Pliosen, dserta Pleistosen.
Gambar Lokasi Lapangan F3 Southern North Sea Netherlands
Paket delta terdiri dari pasir dan serpih, dengan porositas keseluruhan cukup tinggi (20-
30%). Di daerah tersebut terdapat beberapa carbonate-cemented streaks. Sejumlah fitur
menarik dapat diamati di sini. Fitur yang paling mencolok adalah sigmoidal-bedding pada skala
besar, downlap, toplap, onlap, dan struktur pemotongan.

Gambar Area Studi Lapangan F3 (Rondeel dkk., 1996)


Pengembangan struktural dan pengendapan cekungan Southern North Sea telah
didokumentasikan dengan baik. Pada skala besar, cekungan sedimen di Southern North Sea
dapat dilihat sebagai sebuah cekungan yang didominasi oleh rifting dari zaman Mesozoik
dengan fase post-rift sag Kenozoikum. Rifting sudah dimulai pada zaman Trias, dan memuncak
dalam zaman Jura dan zaman Kapur Awal dengan berbagai fase tektonik ekstensional
Kimmerian yang berkaitan dengan ketenangan tektonik dan penurunan dari cekungan, dengan
pengecualian beberapa pergerakan kompresial tektonik selama era Kapur Akhir dan Tersier.
Selama fase post-rift, sebagian besar cekungan mengakumulasi lapisan tebal sedimen dalam
bagian yang sangat besar. Dalam cekungan sedimen ini batuan sumber hidrokarbon yang paling
menonjol adalah Westphalian coalbads untuk gas, dan serpih Lower Jurassic Posidonia untuk
minyak. Dorongan terakhir tektonik regional yang signifikan terjadi selama Mid-Miosen,
sehingga membentuk ketidak selarasan Mid-Miosen. Permukaan ini sekarang terkubur di
kedalaman yang berkisar dari sekitar 1000 – 1500 m.
Keberadaan source rock utama untuk minyak, Posidonia shale, terdapat pada era
Mesozoic. Pesidonia shale kemudian terakumulasi kedalam unit reservoar utama Vieland
Sandstone dimana ini menjadi sebuah channel yang terletak pada kurun waktu Early
Cretaceous. Keberadaan source rock utama untuk gas, Westphalian coals, terdapat pada era
Paleozoic. Westphalian coals kemudian juga terakumulasi ke dalam unit reservoar utama
Vieland Sandstone dan nampak sebagai shallow hydrocarbon. Petroleum system daerah
penelitian secara jelas dapat dilihat pada gambar.2.3 Panah-panah (merah dan hijau)
menunjukkan asal source rock yang berasosiasi dengan reservoar minyak/gas(Jager dan
Geluk, 2007).
Di bagian selatan Belanda, bahan utama Pleistosen klastik berasal dari bagian tenggara
atau selatan, jarang berasal dari bagian barat. Pada akhir Pleistosen Tengah, garis pantai
terletak di bagian utara Belanda. Namun, transgresi sesekali mengganggu kondisi di dataran
aluvial sampai ke daerah selata pantai utara Belanda saat ini. Sedimen ini didominasi pasir
dengan sedikit lempung dan gambut. Transgresi Holsteinian telah mengakibatkan sebagian
besar bagian Utara sektor Belanda terbentuk dalam lembaran pasir pada transgresi laut dengan
beberapa lempung dekat batas daerah transgresi. Penghubung di sekitar batas dari daerah bekas
es Elsterian secara bertahap menghilang. Glasial Saalian yang berikutnya membawa es
Skandanavia ke bagian Timur sektor Belanda dimana terdapat tills, lempung glasial dan
outwash berpasir. Saluran glasial jumlahnya lebih sedikit dan jauh lebih dangkal, tapi dorongan
es dan cekungan lidah lebih umum terjadi. Transgresi Eemian akhir tergabung dengan sisa-sisa
dari kondisi glasial morfologi dasar laut yang membentuk lembaran tanah liat tersimpan di
dalam depresi, dimana yang terbesar berpusat di sekitar Brown Ridge (Cameron et al, 1992).
Lembaran-lembaran clay ini mampu mempertahankan gas di dekat dasar laut. Es Inggris yang
berasal dari glasial termuda, yakni Weichselian, yang menutupi wilayah Barat laut dari Laut
Utara Belanda menyebabkan deposit yang terdiri dari lempung, pasir dan glasial dan saluran
glasial. Dogger bank yang terdiri dari pasir glasial dengan ketebalan yang cukup dibentuk
ulang oleh transgresi berikutnya. Di tempat lain, di luar batas es, pasir diskontinu yang tertiup
angin dan saluran fluvial dapat di temukan. Saluran glasial dan fluvial ini, besar dan kecil,
mungkin berisi gas yang telah tersebar.
Gambar 2.3 Sistem hidrokarbon bawah permukaan Northsea (Jager dan Geluk, 2007)

2.4 Well Log


Pencatatan wireline dilakukan dengan menurunkan sebuah 'alat logging' - atau string
dari satu atau lebih instrumen - di ujung wireline ke dalam sumur minyak (atau lubang bor)
dan merekam sifat petrofisika yang menggunakan berbagai macam sensor. Alat logging yang
dikembangkan selama bertahun-tahun mengukur sinar gamma alami, listrik, akustik,
perangsang respon radioaktif, elektromagnetik, resonansi magnetik nuklir, tekanan dan sifat-
sifat lainnya dari batuan dan fluida yang terkandung didalamnya. Untuk artikel ini, akan
dijelaskan satu persatu berdasarkan sifat utama yang diresponnya.
Data itu sendiri dicatat baik di permukaan (mode real-time), atau di lubang (modus
memori) ke format data elektronik dan kemudian rekaman dicetak atau dalam bentuk presentasi
elektronik yang disebut "well log" atau "catatan sumur" yang diberikan kepada klien, bersama
dengan salinan elektronik dari data mentah. Operasi well logging dapat dilakukan selama
proses pengeboran untuk memberikan informasi real-time tentang formasi yang ditembus oleh
lubang bor, atau bisa juga diukur setelah bor selesai dan mencapai total kedalaman akhir.

2.5 Impedansi Akustik

Impedansi Akustik Impedansi akustik atau Acoustic Impedance (AI) merupakan sifat
yang khas pada batuan yang merupakan hasil perkalian antar densitas (ρ) dan kecepatan
gelombang seismik (v). Secara matematis persamaan AI adalah sebagai berikut :
𝐴I = 𝑝V

dengan keterangan:
AI = Impedansi Akustik (ft/s.g/cc)
ρ = densitas (g/cc)
v = kecepatan gelombang seismik (ft/s)

Perubahan nilai AI dapat menandakan perubahan karakteristik batuan seperti litologi,


porositas kekerasan, dan kandungan fluida. AI dapat dianalogikan berbanding lurus terhadap
kekerasan batuan dan berbanding terbalik dengan porositas.

2.6 Well Seismic Tie


Well seismic tie merupakan pengikatan data sumur (well) terhadap data seismik. Pada
dasarnya, well to seismic tie merupakan proses mencocokkan antara trace seismik yang sebenarnya
dengan seismogram sintetik. Seismogram sintetik adalah hasil konvolusi antara reflektivitas dari
data sumur (log) dengan wavelet. Well to seismic tie perlu dilakukan untuk bisa melakukan
picking horizon. Kemiripan antara trace seismik dari data sumur dengan seismogram sintetik
dinilai dengan menggunakan koefisien korelasi yang memiliki kisaran nilai antara 0 sampai 1.
Koefisien korelasi antara trace seismik dari data sumur dengan trace seismik sintetik bisa dibilang
bagus ketika nilai korelasinya semakin mendekati 1. Selain korelasi, ada faktor lain yang menjadi
penentu baik atau tidaknya well to seismic tie yaitu propotion of trace energy predicted (PEP) dan
normalised mean square error (NMSE).
BAB 3
METODOLOGI
3.1 Data
3.1.1 Data Well pada zona F3 yakni: F02-1, F03-2, F03-4, F06-1
3.1.2 Data Seismik Post-stack
3.1.3 Data Marker

3.2 Software
3.2.1 HRS yang terdiri dari:
a. Geoview untuk menyimpan data base log
b. eLog untuk melakukan crossplot, editing, smoothing, korelasi sumur, well seismic
tie, dan ekstraksi wavelet.
c. Strata untuk membuat model inisial, dan inversi seismik post stack.
d. eMerge untuk menggabungkan data sumur dan data seismik. Secara umum untuk
prediksi properti sebuah sumur menggunakan data atribut seismik.
3.2.2 Petrel 2015 untuk picking horizon, membuat time structure map dan depth structure
map.

3.3 Diagram Alir


Mulai

Memasukkan Data

Analisa Log

Koreksi Check shot

Pembuatan Log P-Impedance

Ekstraksi Wavelet

Well Seismic Tie

Pick Horizon
↓ ↓
Build Strata Model Time Structure Map

Analisis Pra-Inversi

Inversi Seismik

Impedansi Akustik Map
↓ ↓
Slicing → Interpretasi → Selesai

Penjelasan Diagram Alir:

1. Memasukkan data
terdiri dari data lgr, densitas, porositas, p-wave, p-impedance, check shot, seismic
post-stack, dan data marker.
2. Analisa Log
Analisa log dilakukan untuk mencari zona prospek hidrokarbon dengan melihat lgr,
porositas, densitas.
3. Koreksi Check shot
Agar domain depth pada log p-wave menjadi domain time.
4. Pembuatan P-Impedance
Dibuat log P-Impedance baru dari data log pwave dan log densitas dengan operasi
log transform.
5. Ekstraksi Wavelet
Wavelet dibuat dengan wavelenght yang berbeda-beda dari tiap sumur dan akan dicari
wavelet terbaik pada proses well seismic tie.
6. Well Seismic tie
Untuk mengorelasikan data sintetik seismogram dengan data seismik. Pada proses ini
dilakukan korelasi dengan menggunakan wavelet yang telah dikontstruksikan pada
proses ekstrak wavelet dan dicari wavelet yang dapat membuat korelasi paling tinggi.
7. Picking Horizon
Dilakukan Picking horizon pada dengan bantuan Petrel 2015 menggunakan data hasil
well-seismic tie yang sudah di-import. Picking horizon dilakukan dengan menentukan
horizon yang sesuai dengan marker hasil well seismic tie.
8. Time Structur Map
Setelah dilakukan picking horizon, dikonstruksikan menjadi data surface dengan
Petrel. Lalu pada window 3D ditampilkan data surface serta data well hingga menjadi
time structure map.
9. Depth Structure Map
Dilakukan konstruksi depth structure map dengan mengkonfersikan time structure map
menggunakan data persamaan regresi linier data checkshot lalu dikalkulasikan terhadap
data surface hingga menjadi depth structure map.
10. Build Strata Model
Dibuat model P-Impedance, Pwave dan Density dengan data horizon yang sudah
diimport ke aplikasi HRS dan data seismik.
11. Analisa Pra-Inversi
Bertujuan mencari parameter terbaik untuk dilakukan proses inversi. Parameter tersebut
didapati dengan mengkorelasikan log p- impedance dengan p-impedance hasil inversi
dan trace seismik dengan trace seismik sintetik serta mencari error terkecil. Parameter
yang didapati berupa metode yang akan digunakan.
12. Inversi Seismik
Dilakukan inversi seismik dengan parameter serta metode yang sudah ditetapkan dari
analisa pra-inversi.
13. Impedansi Akustik Map
Dihasilkan peta atau model 3D impedansi akustik.
14. Slicing
Dilakukan slicing data model 3D agar dapat dilihat secara lateral. Tujuan dari slicing
yaitu untuk memudahkan pada interpretasi akhir.
15. Interpretasi
Dilakukan terhadap Peta atau model 3D p-impedance, peta slicing data, data hasil
analisa crossplot, serta data geologi regional lapangan F3.
BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Analisa Log

Gambar Analisa Log Well F02-1

Gambar Analisa Log Well F03-2


Gambar Analisa Log Well F03-4

Gambar Analisa Log Well F06-1

Dipilih zona prospek dengan Top dan base marker FS8 dan FS7. Zona ini mempunyai
nilai GR yang relatif rendah dan dengan adanya crossover dari log densitas dan log neutron
yang menandakan litologi batupasir dan batuan pasir serpih dengan porositas antara 20-30%
serta densitas yang relatif kecil, menunjukkan zona permeabel.
4.2 Well Seismic Tie

Tujuannya yakni mengorelasikan trace seismogram sintetik dengan trace seismik.


Proses korelasi ini sangat diperlukannya wavelet yang berasal dari kecepatan rata-rata log
P-wave dengan frekuensi tertinggi dari data seismik dengan frekuensi tertinggi 60.7 Hz dapat
dilihat di tabel yang tertera di bawah.
Gambar Amplitudo Spektrum

Tabel Perhitungan Wavelet


Gambar Well Seismic Tie

Dari perhitungan wavelenht maka akan didapatkan beberapa wavelet yaitu wavelet
statistical_33, statistical_35, statistical_36 dan statistical 37. Dari hasil ekstraksi wavelet inilah
akan di lakukan pembuatan seismogram sintetik, yang kemudian dikonvolusi dengan koefisien
refleksi untuk membuat seismogram sintetik yang digunakan dalam proses well seismic tie.
Proses Well seismic tie banyak dipengaruhi oleh shifting, squeezing dan stretching. Shifting
merupakan proses memindahkan seluruh komponen dari seismogram sintetik ke tempat yang
diinginkan. Sedangkan squeezing dan stretching adalah proses meregang dan memampatkan
antara dua amplitude yang berdekatan pada data seismogram. Setelah dilakukan proses korelasi,
didapatkan nilai korelasi terbesar terdapat pada wavelet statiscal_37.

Well Nilai
Korelasi
F02- 0.734
1
F03- 0.903
2
F03- 0.819
4
F06- 0.573
1
Tabel Hasil Korelasi Well
4.3 Time Structure Map

Gambar Time Structure Map

Merupakan hasil dari proses well seismic tie serta picking horizon.
4.4 Depth Structure

Depth Structure Map merupakan hasil depth konversi dari time structure map dengan
persamaan regresi linier dari data checkshot.

Grafik Regresi Linier Checkshot


Gambar Depth Structure Map

Dapat dilihat dari Depth Structure Map, realisasi dari zona prospek hidrokarbon dengan
tops FS8 dan bottom FS7. Namun hasil picking horizon tidak selalu tepat pada Tops dan
Bottom dari data well. Hal ini disebabkan adanya kekeliruan pada proses well seismic tie .
Selain itu dapat timbul karena data checkshot yang dimasukkan. Koreksi ini dapat dilihat pada
tabel report yang dihasilkan dari proses cek data antara marker dengan surface horizon.
Horizon Diff Horizon
Well Md X-value Y-value Z-value Diff after
before before after
F06-1 771.24 607903 6077213 -771.24 -792.6 21.36 -771.24 0
F06-1 771.24 607903 6077213 -771.24 -792.6 21.36 -771.24 0
CHECK_DEPTH
_TOP F03- 4 569.66 623256 6082586 -569.66 -577.74 8.08 -569.66 0
F03-2 589.92 619101 6089491 -589.92 -629.28 39.36 -589.92 0
F02-1 795.18 606554 6080126 -795.18 -807.83 12.65 -795.18 0

Horizon Diff Horizon


Well Md X-value Y-value Z-value Diff after
before before after
F06-1 866.29 607903 6077213 -866.29 -946.52 80.23 -866.29 0
F06-1 866.29 607903 6077213 -866.29 -946.52 80.23 -866.29 0
CHECK_DEPTH
_BASE F03-4 611.39 623256 6082586 -611.39 -618.19 6.8 -611.39 0
F03-2 610.9 619101 6089491 -610.9 -651.24 40.34 -610.9 0
F02-1 927.28 606554 6080126 -927.28 -965.19 37.91 -927.28 0

Tabel Well report surface check depth

Dari tabel diatas dapat dilihat besarnya ketidaksesuaian pada nilai Diff Before. Nilai
positif dan negatif merupakan penjelasan dari posisi surface horizon berada diatas atau dibawah
marker tersebut.
4.5 Feasibility Analysis
Merupakan salah satu step interpretasi melalui proses crossplotting dari beberapa log
sumur. Fungsinya untuk mendapatkan interpretasi jelas litologi apa yang berada pada zona
prospek atau reservoir tersebut. Pada penelitian kali ini, dilakukan crossplot terhadap beberapa
data log, yaitu log P-Impedance dan LGR. Tujuan dari crossplot log p-impedance dengan
LGR yaitu untuk mengidentifikasikan posisi litologi batuanpasir yang mempunyai kemungkinan
untuk menjadi zona prospek serta permeabilitas(ya atau tidak)nya zona tersebut.

Gambar Crossplot log p-impedance vs log gamma ray

Gambar crossplot di atas menggunakan dua identitas warna yang berbeda, di mana
gambar kiri menggunakan GR sebagai identitas warna serta gambar kanan menggunakan
kedalaman sebagai identitas warna, dapat dilihat pada color range di sebelah kanan masing-
masing plot. Terlihat juga area yang menunjukkan zona prospek ditandai dengan bujur
sangkar merah pada gambar di atas. Dengan acuan bahwa zona prospek berada pada rentang
GR 30 hingga 50 API serta P-Impedance 3.85e+06-5.07e+06 ((m/s)*(kg/m3)). GR sebesar
35-50 API dapat diidentifikasikan sebagai batuan pasir dan GR sebesar 50-75 API dapat
diidentifikasikan sebagai batuan shally sand.

4.6 Parameter Inversi


Metode inversi memiliki beberapa parameter yang dapat diaplikasikan. Parameter
terebut berupa metode-metode inversi yang sering dilakukan pada proses inversi AI. Metode-
metode yang diteliti yaitu metode model based soft constraint, model based hard constraint dan
bandlimited
4.6.1 Metode Model Based
Metode ini bekerja dengan memproduksi model forward yang terbaik mereproduksi
data seismik ketika dikonversi ke bentuk sintetis (yaitu, ketika koefisien refleksi
dikonvolusikan dengan wavelet). Metode ini dimulai dengan melibatkan "tebakan" sederhana
dari model ini dan mengubah tebakan ini secara iteratif hingga error antara model dan data
seismik yang diamati diminimalisir. Metode inversi model based memiliki dua metode yaitu
hard contraint dan soft constraint. Perbedaan dari kedua metode tersebut yaitu soft constraint
berfokus pada pembuatan model inversi yang memiliki kemiripan pada model sismik ataupun
model impedansi awal. Sedangkan hard contraint berfokus pada perubahan nilai impedansinya.
4.6.2 Metode Bandlimited

Inversi bandlimited, yang melibatkan langsung mengintegrasikan jejak seismik. Karena


jejak seismik memiliki kecepatan frekuensi rendah yang sedikit diakibatkan oleh wavelet
bandlimited , trace inversi tidak memiliki "ekskursi" yang dilihat pada log sonic asli. Oleh
karena itu kita harus menambahkan komponen frekuensi rendah dari model geologi. Hasilnya
adalah frekuensi versi bandlimited dari log Sonic asli.

4.7 Hasil Analisis Pra-Inversi


Metode Model Based
Soft Constraint Hard Constraint
Well Error Log Error Error Log
Korelasi Error Trace Korelasi
impedance Trace Impedance
F02-1 0.995 0.111 146711 0.988 0.16 154552
F03-2 0.999 0.03 210252 0.997 0.06 196130
F03-4 0.992 0.17 198068 0.994 0.1714 231069
F06-1 0.991 0.129 131128 0.992 0.121 131091
Tabel Hasil Analisis Inversi Metode Model Based

Gambar Analisis Pra-Inversi

Pada Metode Model Based, dilakukan perbandingan antara metode hard constraint dan
soft constraint. Perbandingan yang dilakukan yaitu pada nilai korelasi antara trace seismik
dengan trace seismik sintetik, nilai error yang dihasilkan dari korelasi (error trace), dan nilai
error. Melalui tabel di atas, disimpulkan untuk menggunakan metode soft contraint karena nilai
korelasi yang dihasilkan lebih besar dan nilai error yang dihasilkan relatif lebih rendah
dibandingkan metode hard constraint.
4.8 Interpretasi Hasil Inversi

Analisa dilakukan pada model AI hasil inversi serta peta slicing pada lapisan diantara
FS8-FS7 karena dianggap zona prospek-hidrokarbon menurut analisa impedansi akustik
dan beberapa sub-bab di atas.

Gambar Model Impedansi Akustik Hasil Inversi

Hasil Inversi Impedansi Akustik Dapat dilihat pada gambar di atas yang merupakan
akumulasi impedansi akustik rendah yang terdapat pada Inline 455 dengan nilai impedansi
berkisar di antara 4,3214e+06 – 5,0799e+06 ((m/s)*(kg/m3)) dengan indikator warna hijau tua
hingga ungu tua. Hasil dari inversi AI ini mengindikasikan bahwa zona prospek yang dilakukan
inversi merupakan zona yang melemahkan daya pantul dari gelombang seismik, yang mana
dapat diasumsikan merupakan zona batuan pasir atau sejenisnya. Interpretasi tersebut dapat
didukung melalui analisa crossplot pada subbab 4.5. Menurut hasil analisa crossplot antara log
P- Impedance dengan log Gamma Ray, zona prospek berada pada nilai gamma ray 30-50 API
dan p-Impedance 3.85e+06-5.07e+06 ((m/s)*(kg/m3)).
Gambar peta persebaran nilai impedansi pada 10 ms dibawah horizon FS8

Gambar peta persebaran nilai impedansi pada 20 ms di bawah horizon FS8

Gambar peta persebaran nilai impedansi pada 30 ms di bawah horizon FS8

Untuk mengetahui persebaran nilai impedansi secara lateral pada zona prospek
dilakukan proses slicing dengan posisi 10 ms, 20 ms dan 30 ms di bawah horizon FS8. Dari
ketiga peta slicing tersebut dapat dilihat pesebaran nilai AI rendah sudah mulai terlihat pada
kedalaman 10 ms dibawah horizonn FS8 yang ditandai dengan warna hijau. Sedangkan untuk
nilai AI lebih tinggi mulai terlihat pada kedalaman 20 ms di bawah horison FS8. Hal ini dapat
menunjukkan persebaran litologi yang berada pada zona prospek.
Menurut data geologi regional lapangan F3, litologi yang dapat ditemukan pada
lapangan F3 yaitu batuan karbonat, batuan serpih (shale), dan batuan pasir. Sedangkan pada
informasi model hasil inversi p-impedance, peta persebaran impedansi, hasil analisa crossplot
serta hasil analisa log didapatkan bahwa litologi yang berada pada zona prospek ini yaitu batuan
pasir dengan adanya sisipan batuan serpih pada area well F02-1 dan F06-1. Hal tersebut dapat
dilihat dari nilai GR pada area tersebut serta hubungannya dengan nilai impedansi akustik pada
hasil inversi impedansi akustik.
BAB 5
KESIMPULAN

1. Zona Prospek yang dihasilkan pada lapangan F3 yaitu pada zona diantara harizon FS8 dan
FS7 dengan nilai error kedalaman FS8 8,08-39,36
2. Nilai error kedalaman FS7 6,8-80,23 m
3. Zona Prospek memiliki nilai impedansi akustik berkisar antara 4,3214e+06 – 5,0799e+06
((m/s)*(kg/m3))
4. Litologi yang berada pada zona prospek ini yaitu batuan pasir dengan adanya sisipan batuan
serpih pada area well F02-1 dan F06-1
DAFTAR PUSTAKA

Seth Stein & Michael Wysession (2009). An Introduction to Seismology, Earthquakes, and
Earth Structure. John Wiley & Sons.

Sanjaya, Deby Nur. 2014. ANALISIS SIFAT FISIS RESERVOAR MENGGUNAKAN


METODE SEISMIK INVERSI ACOUSTIC IMPEDANCE (AI) DAN MULTIATRIBUT
(STUDI KASUS LAPANGAN F3). Surabaya: ITS.

Nancy O. Anene, Olugbenga A. Ehinola, and Dorcas S. Eyinla (2018). Subsurface Mapping
And Reservoir Evaluation of Enena Field, Offshore Niger Delta. Petroleum Geoscience
Unit, Department of Geology, Pan African University of Life and Earth Science Institute,
University of Ibadan, Nigeria

Isniarno, N.F. 2017. Implementasi Metode Seismik Inversi Impedansi Akustik dalam
Memetakan Batuan Pasir dengan Pengoptimasian Parameter error dan Korelasi Serta
Mentransformasikan Penyebaran Porositas. Malang: JPSE.

Jager, D.J. and Geluk, M.C., 2007, Geology of The Natherlands, Petroleum Geology, 241-
264

Laban, C., 1995. The Pleistocene glaciations in the Dutch sector of the North Sea. A synthesis
of sedimentary and seismic data. Ph.D. thesis, University of Amsterdam.

Anda mungkin juga menyukai