Praktik Klinik LP - DM
Praktik Klinik LP - DM
Praktik Klinik LP - DM
LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETES MEILITUS
DISUSUN OLEH
NAMA: SUGIANTO
NIM: 1420121131
DIABETES MEILITUS
A. Pendahuluan
Diabetes melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan
metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya
kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan
protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin
dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel
beta Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya
sel-sel tubuh terhadap insulin (WHO, 1999).
http://p2ptm.kemkes.go.id/informasi-p2ptm/penyakit-diabetes-melitus
Diabetes adalah penyakit yang berbahaya dan mematikan. Data milik
Kementerian Kesehatan yang diperoleh dari Sample Registration Survey 2014
menunjukkan diabetes menjadi penyebab kematian terbesar nomor 3 di
Indonesia dengan persentase sebesar 6,7%, setelah stroke (21,1%), dan
penyakit jantung koroner (12,9%).
Di Indonesia, prevalensi diabetes di Indonesia mengalami peningkatan
dari 5,7% pada 2007 menjadi 6,9% atau sekitar 9,1 juta jiwa pada 2013. Data
terbaru dari International Diabetes Federation (IDF) Atlas tahun 2017
menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-6 dunia dengan jumlah
diabetes sebanyak 10,3 juta jiwa. Jika tidak ditangani dengan baik, World
Health Organization bahkan mengestimasikan angka kejadian diabetes di
Indonesia akan melonjak drastis menjadi 21,3 juta jiwa pada 2030.
90% dari total kasus diabetes merupakan diabetes tipe 2. Diabetes tipe 2
umumnya terjadi pada orang dewasa, namun beberapa tahun terakhir juga
ditemukan pada anak-anak dan remaja. Hal ini berkaitan erat dengan pola diet
tidak seimbang dan kurang aktivitas fisik yang membuat anak memiliki berat
badan berlebih atau obesitas.
Orang yang hidup dengan diabetes tipe 2 memiliki gejala yang begitu
ringan. Penderita tidak akan menyadari kondisi kesehatannya tengah terganggu
dalam jangka waktu yang lama, sehingga penyakit ini pun cenderung
terabaikan. Namun penyakit diabetes tipe 2 akan diam-diam merusak fungsi
berbagai organ tubuh dan menyebabkan berbagai komplikasi serius seperti
penyakit kardiovaskular, kebutaan, gagal ginjal, dan amputasi anggota tubuh
bagian bawah. Diabetes yang tidak ditanggulangi segera dapat menyebabkan
penurunan produktivitas, disabilitas dan kematian dini.
http://p2ptm.kemkes.go.id/post/lindungi-keluarga-dari-diabetes
B. Pengertian
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah(hiperglikemia) akibat
kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (Smelzel dan
Bare,2015).
Diabetes Mellitus (kencing manis) adalah suatu penyakit dengan
peningkatan glukosa darah diatas normal. Dimana kadar diatur tingkatannya
oleh hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas (Shadine, 2010).
Menurut PERKENI (2011) seseorang dapat didiagnosa diabetes melitus
apabila mempunyai gejala klasik diabetes melitus seperti poliuria, polidipsi dan
polifagidisertai dengan kadar gula darah sewaktu ≥200 mg/dl dan gula darah
puasa ≥126 mg/dl.
Diabetes melitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar
glukosa darah di atas nilai normal. Penyakit ini disebabkan gangguan
metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin baik secara absolut maupun
relatif (RISKESDAS, 2013).
C. Anatomi Fisiologi
G. Patofisiologi
Menurut Smeltzer, pada diabetes tipe I terdapat ketidak mampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel β pankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak
terukur oleh hati. Disamping glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat
disimpan dihati meskipun tetap berada dalam darah menimbulkan
hiperglikemia prospandial. Jika kosentrasi glukosa daram darah cukup tinggi
maka ginjal tidak dapat menyerap kembali glukosa yang tersaring keluar,
akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urine (glikosuria).
Ketika glukosa yang berlebihan dieksresikan kedalam urine, ekresi ini
akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini
dinamakan diuresis ostomik, sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan,
pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliurea),dan rasa haus
(polidipsi) (Smeltzer 2015 dan Bare,2015). Difisiensi insulin juga akan
menganggu metabilisme protein dalam lemak yang menyebabkan penurunan
berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia),
akibat menurunan simpanan kalori. Gejala lainya kelelahan dan kelemahan.
Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan
glikosa yang tersimpan) dan gluconeogenesis (pembentukan glukosa baru dari
asam asam amino dan subtansi lain).
Namun pada penderita defisiensi insulin,proses ini akan terjadi tanpa
hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hipergikemia. Disamping
itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi
badan keton yang merupakan produk smping pemecahan lemak. Badan keton
merupakan asam yang menganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila
jumlahnya berlebih. Ketoasidosis yang disebabkan dapat menyebabkan tanda
tanda gejala seperti nyeri abdomen mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau
aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan penurunan kesadaran, koma
bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai
kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan
mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis.
Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering
merupakan komponen terapi yang penting. (Smeltzer 2015 dan Bare, 2015)
DM tipe II merupakan suatu kelainan metabolik dengan karakteristik utama
adalah terjadinya hiperglikemia kronik. Meskipun pula pewarisannya belum
jelas, faktor genetik dikatakan memiliki peranan yang sangat penting dalam
munculnya DM tipe II. Faktor genetik ini akan berinterksi dengan faktor-faktor
lingkungan seperti gaya hidup, obesitas, rendah aktivitas fisik, diet, dan
tingginya kadar asam lemak bebas (Smeltzer 2015 dan Bare, 2015).
Mekanisme terjadinya DM tipe II umunya disebabkan karena resistensi insulin
dan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terkait dengan reseptor khusus
pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut,
terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel.
Resistensi insulin DM tipe II disertai dengan penurunan reaksi intra sel.
Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan
mencegah terbentuknya glukosa dalam darah,harus terjadi peningkatan jumlah
insulin yang disekresikan (Smeltzer 2015 dan Bare,2015).Pada penderita
toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang
berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal
atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel β tidak mampu
mengimbangi peningkatan kebutuhan insulin, maka kadar glukosa akan
meningkat dan terjadinya DM tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi
insulin yang berupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin
dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi
badan keton yang menyertainya, karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi
pada DM tipe II, meskipun demikian, DM tipe II yang tidak terkontrol akan
menimbulkan masalah akut lainya seperti sindrom Hiperglikemik
Hiporosmolar Non-Ketotik (HHNK). (Smeltzer 2015 dan Bare, 2015).
Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun-
tahun) dan progesif, maka DM tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika
gejalannya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan, seperti:
kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang lama sembuh,
infeksi vagina atau pandangan kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi.).
(Smeltzer 2015 dan Bare, 2015).
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Jenis Pemeriksaan Glukosa Darah yaitu :
a. Glukosa darah puasa
Sebelum pemeriksaan ini dilakukan harus puasa terlebih dahulu selama
10 – 14 jam.
Tabel Nilai rujukan Glukosa darah puasa
Kategori Bahan Nilai Rujukan
Dewasa Serum atau plasma 70-80 mg/dl
Anak (bayi baru lahir) Serum atau plasma 30-80 mg/dl
Anak Serum atau plasma 60-100 mg/dl
Lansia Serum atau plasma 70-120 mg/dl
Nilai panik Serum atau plasma <40 mg/dl dan >800
mg/dl
Sumber : (Kee,2008)
b. Glukosa darah sewaktu
Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien tanpa perlu memperhatikan waktu
terakhir pasien makan.
c. Glukosa darah 2 jam Post prandial
Uji gula darah 2 jam pasaca prandial dilakukan untuk mengukur respon
klien terhadap asupan tinggi karbohidrat setelah makan. Uji ini dilakukan
untuk pemindaian terhadap diabetes. Pemeriksaan ini dilakukan pasien
tidak boleh makan selama 2 jam sebelum uji dilakukan, yakni setelah
sarapan pagi atau makan siang. Tetapi pasien tetap boleh makan.
Sumber : (Kee,2008)
I. Penatalaksanaan
Menurut PERKENI 2015 komponen dalam penatalaksan DM yaitu:
1. Diet
Syarat diet hendaknya dapat:
a. Memperbaiki kesehatan umum penderita
b. Mengarahkan pada berat badan normal
c. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic
d. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
Prinsip diet DM, adalah:
a. Jumlah sesuai kebutuhan
b. Jadwal diet ketat
c. Jenis: boleh dimakan/ tidak
Dalam melaksanakan diet diabetes sehari hari hendaknya diikuti pedoman 3
J yaitu:
a. Jumlah kalori yang diberikan harus habis,jangan dikurangi atau ditambah
b. Jadwal diet harus sesuai dengan intervalnya
c. Jenis makanan yang manis harus dihindari
2. Olahraga
Beberapa kegunaan olahraga teratur setiap hari bagi penderita DM adalah:
a. Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2 jam
sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita
dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan
meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya
b. Mencegah kegemukan bila ditambah olahraga pagi dan sore
c. Memperbaiki aliran perifer dan menanbah suplai oksigen
d. Meningkatkan kadar kolestrol – high density lipoprotein
e. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka olahraga akan
dirangsang pembentukan glikogen baru
f. Menurunkan kolesterol(total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik
3. Edukasi/penyuluhan
Harus rajin mencari banyak informasi mengenai diabetes dan
pencegahannya.Misalnya mendengarkan pesan dokter, bertanya pada
dokter, mencari artikel mengenai diabetes.
4. Pemberian obat-obatan
Pemberian obat obatan dilakukan apabila pencegahan dengan cara (edukasi,
pengaturan makan, aktivitas fisik) belum berhasil, bearti harus diberikan
obat obatan.
5. Pemantauan gula darah
Pemantauan gula darah harus dilakukan secara rutin bertujuan untuk
mengevaluasi pemberian obat pada diabetes. Jika dengan melakukan lima
pilar diatas mencapai target, tidak akan terjadi komplikasi.
6. Melakukan perawatan luka
Melakukan tindakan perawatan menganti balutan, membersihkan luka pada
luka kotor dengan tujuan mencegah infeksi dan membantu penyembuhan
luka
7. Melakukan observasi tingkat kesadaran dan tanda tanda vital
8. Menjaga intake cairan elektrolit dan nutrisi jangan sampai terjadi
hiperhidrasi
9. Mengelola pemberian obat sesuai program
J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata
1) Identitas klien, meliputi: Nama pasien, tanggal lahir,umur, agama,
jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, No rekam
medis.
2) Identitas Penanggung Jawab: Nama penanggung jawab, hubungan
dengan klien, alamat
b. Riwayat Kesehatan Klien
1) Keluhan utama
• Kondisi hiperglikemi: Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan
banyak kencing, dehidrasi, suhu tubuh meningkat, sakit kepala.
• Kondisi hipoglikemi : Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi,
gelisah, rasa lapar, sakit kepala, susah konsentrasi, vertigo,
konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa di daerah bibir, pelo,
perubahan emosional, penurunan kesadaran.
2. Analisa Data
Menurut Setiadi (2012), Analisis data merupakan metode yang dilakukan
perawat untuk mengkaitkan data klien serta menghubungkan data
tersebut dengan konsep teori dan prinsip yang relevan keperawatan
untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan pasien
dan keperawatan pasien.
DO :
3. Diagnosa Keperawatan (SDKI)
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang,
keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan merupakan
dasar dalam penyusunan rencana tindakan asuhan keperawatan, sangat perlu
untuk didokumentasikan dengan baik (Dinarti dan Yuli M, 2017)
a. Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan resistensi insulin
b. Infeksi berhubungan dengan peningkatan Leukosit
c. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan imobilitas
d. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan neuropati perifer, suhu
lingkungan yang ekstrim dan adanya luka.
e. Defisit volume cairan berhubungan dengan hiperglikemia, diare, muntah,
poliuria, evaporasi.
f. Defisit nutrisi berhubungan dengan defisiensi insulin/penurunan intake
oral : anoreksia, abnominal pain, gangguan kesadaran/hipermetabolik
akibat pelepasan hormone stress, epinefrin, cortisol, GH atau karena
proses luka.
g. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan fungsi leucosit/ gangguan
sirkulasi.
h. Resiko gangguan persepsi sensori : penglihatan berhubungan dengan
perubahan fungsi fisiologis akibat ketidakseimbangan glukosa/insulin
atau karena ketidakseimbangan elektrolit.
i. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan energi,
perubahan kimia darah, insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan
energi, infeksi, hipermetabolik.
j. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik / adanya ulcus (luka
diabetes mellitus).
k. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan.
l. Defisit pengetahuan mengenai penyakitnya, prognosis penyakit
dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kesalahan interprestasi.
m. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan Hiperglikemia
(SDKI, 2018)
4. Perencanaan dan Intervensi Keperawatan
http://p2ptm.kemkes.go.id/informasi-p2ptm/penyakit-diabetes-melitus
diakses internet pada tanggal 25 Januari 2022
http://p2ptm.kemkes.go.id/post/lindungi-keluarga-dari-diabetes
diakses internet pada tanggal 25 Januari 2022
Smeltzer, S.C dan B,G Bare., (2015) . Baru Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia