LP Sistem Endokrin
LP Sistem Endokrin
LP Sistem Endokrin
OLEH:
ASEP HILMAN
NIM: 4012170015
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti mengalirkan atau mengalihkan
(siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit
diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine yang banyak
dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang
ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel
kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan defisiensi dari insulin dan kehilangan toleransi
glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau akibat
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Diabetes Melitus
(DM) merupakan syndrom gangguan metabolisme secara genetis dan klinis termasuk
heterogen akibat defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas dari insulin yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik baik pada mata, ginjal, neurologis dan
pembuluh darah.
B. DIABETES MELLITUS TIPE II
Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II. Kondisi ini
diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau akibat
penurunan jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olah
raga, jika kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat
hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral tidak dapat mengontrol
hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka yang berusia lebih dari 30 tahun dan
C. ETIOLOGI
a) Faktor genetic :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b) Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan
respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan
jaringan asing.
c) Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel pancreas, sebagai contoh
hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic
pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin
maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel
sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-
DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat
disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada
insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan
dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada
akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan
euglikemia (Price, 1995 cit Indriastuti 2008). Diabetes Melitus tipe II disebut juga
Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent
bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi
adalah:
b) Obesitas
c) Riwayat keluarga
d) Kelompok etnik
D. ANATOMI FISIOLOGI
Pankreas adalah kelenjar majemuk bertanda dan strukturnya sangat mirip dengan
kelenjar ludah, panjang kira-kira 15 cm berat 60 100 gram. Letak pada daerah
umbilical, dimana kepalanya dalam lekukan duodenum dan ekornya menyentuh kelenjar
2. Badan pankreas merupakan bagian utama organ itu letaknya sebelah lambung dan
3. Ekor pankreas adalah bagian runcing sebelah kiri, dan yang sebenarnya menyentuh
lympa.
Pulau langerhans manusia mengandung tiga jenis sel utama yaitu sel alfa, beta dan delta
yang satu sama lain dibedakan dengan struktur dan sifat pewarnaannya. Sel beta
mengekresi insulin, sel alfa mengekresi glukagon, dan sel-sel delta mengekresi
somatostatin.
a. Fungsi eksokrin, dilaksanakan oleh sel sekretori lobula yang membentuk getah
pancreas berisi enzim dan elektrolit. Jenis-jenis enzim dari pancreas adalah :
monosakarida.
3) Lipase ; menguraikan lemak yang sudah diemulsi menjadi asam lemak dan
gliserol gliserin.
b. Fungsi endokrin atau kelenjar tertutup berfungsi membentuk hormon dalam pulau
Oleh karena itu hormon insulin yang dihasilkan pulau langerhans langsung
diserap ke dalam kapiler darah untuk dibawa ke tempat yang membutuhkan hormon
tersebut. Dua hormon penting yang dihasilkan oleh pancreas adalah insulin dan
glukagon
1) Insulin
Insulin adalah protein kecil yang berat molekulnya 5808 untuk manusia. Insulin
terdiri dari dua rantai asam amino, satu sama lain dihubungkan oleh ikatan
disulfide. Sekresi insulin diatur oleh glukosa darah dan asam amino yang
glukosa yang di absorbsi dari usus dan kemudian disimpan dalam hati dengan
bentuk glikogen.
yang lebih lanjut dari hati. Juga membantu melindungi terhadap hypoglikemia
berat.
2) Glukagon
Glukagon adalah suatu hormon yang disekresikan oleh sel-sel alfa pulau
Glukagon merupakan protein kecil mempunyai berat molekul 3842 dan terdiri
mempunyai efek yang jelas berlawanan pada sekresi glukagon dibandingkan pada
glukosa dalam jumlah yang sangat banyak yang cepat memobilisasi glukosa dari
E. PATOFISIOLOGI
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur oleh
hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati
(sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut
muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam
urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan.
Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan
berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus
(polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang
dari dari asam-asam amino dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin,
proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan
peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak.
Badan keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila
tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau
aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan
kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan
hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai
akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam
metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan
penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam
darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita
toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan
dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat.
Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan
akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun
terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih
terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan
produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi
pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari
30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama
bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa
terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat
mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh-
sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra glukosanya sangat tinggi).
Pathway
1. Diabetes Tipe II
polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi vaginal, penglihatan
kabur.
G. DATA PENUNJANG
1. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200 mg/dl, 2
9. Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai tinggi (Tipe
II)
11. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan infeksi
luka.
H. KOMPLIKASI
1. Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek dari
glukosa darah
Hipoglikemik adalah kadar gula darah yang rendah. Kadar gula darah yang
normal 60-100 mg% yang bergantung pada berbagai keadaan. Salah satu bentuk
dari kegawatan hipoglikemik adalah koma hipoglikemik. Pada kasus spoor atau
koma yang tidak diketahui sebabnya maka harus dicurigai sebagai suatu
biasanya disebabkan oleh overdosis insulin. Selain itu dapat pula disebabkan oleh
Diagnosa dibuat dari tanda klinis dengan gejala hipoglikemik terjadi bila kadar
gula darah dibawah 50 mg% atau 40 mg% pada pemeriksaaan darah jari.
pada penyakit hati, ginjal, dan jantung maka harus diatasi factor penyebab
ketosis. Konsentrasi gula darah lebih dari 600 mg bahkan sampai 2000, tidak
terdapat aseton, osmolitas darah tinggi melewati 350 mOsm perkilogram, tidak
terdapat asidosis dan fungsi ginjal pada umumnya terganggu dimana BUN banding
kreatinin lebih dari 30 : 1, elektrolit natrium berkisar antara 100 150 mEq per
IV Cairan
1 sampai 12 jam NaCl 0,9% bila natrium 130 mEq/liter atau osmolitas plasma
330 mOsm/liter
Insulin
Permulaan Jam IV bolus 0.15 unit/kg RI
berikutnya
5 sampai 7 unit/jam RI
Elektrolit
Bila jumlah urin cukup dan serum kalsium kurang dari 5.5
Jam kedua dan
mEq/liter, berikan 20-30 mEq/liter K+
jam berikutnya
0,2 %. Sesudah inisial ini diberikan 6 8 liter per 12 jam. Untuk mengatasi
ketoasidosis diabetic dan harus dicegah kemungkinan hipoglikemi. Oleh karena itu,
harus dimonitoring dengan hati hati yang diberikan adalah insulin regular, tidak
ada standar tertentu, hanya dapat diberikan 1 5 unit per jam dan bergantung pada
reaksi. Pengobatan tidak hanya dengan insulin saja akan tetapi diberikan infuse
disebabkan oleh :
3) Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak
diobati.
memasuki sel akan berkurang juga. disamping itu produksi glukosa oleh hati
menjadi tidak terkendali. Kedua faktor ini akan menimbulkan hiperglikemi. Dalam
upaya untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dari dalam tubuh, ginjal akan
kalium). Diurisis osmotik yang ditandai oleh urinasi yang berlebihan (poliuri) akan
yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 L air dan sampai 400 hingga 500 mEq
menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah
menjadi badan keton oleh hati. Pada ketoasidosis diabetik terjadi produksi badan
keton yang berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal
akan mencegah timbulnya keadaan tersebut. Badan keton bersifat asam, dan bila
metabolik.
menimbulkan poliuri dan polidipsi (peningktan rasa haus). Disamping itu pasien
dapat mengalami penglihatan yang kabur, kelemahan dan sakit kepala. Pasien
dengan penurunann volume intravaskuler yang nyata mungkin akan menderita
hipotensi ortostatik (penurunan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg atau lebih
pada saat berdiri). Penurunan volume dapat menimbulkan hipotensi yang nyata
abdomen. Nyeri abdomen dan gejala-gejala fisik pada pemeriksaan dapat begitu
tindakan pembedahan. Nafas pasien mungkin berbau aseton (bau manis seperti
buah) sebagai akibat dari meningkatnya kadar badan keton. Selain itu
hiperventilasi (didertai pernapasan yang sangat dalam tetapi tidak berat/sulit) dapat
Perubahan status mental bervariasi antara pasien yang satu dan lainnya. Pasien
dapat sadar, mengantuk (letargik) atau koma, hal ini biasanya tergantung pada
bervariasi dari 300 hingga 800 mg/dl. Sebagian pasien mungkin memperlihatkan
kadar guka darah yang lebih rendah dan sebagian lainnya mungkin memeliki kadar
sdampai setinggi 1000 mg/dl atau lebih (yang biasanya bernagtung pada derajat
dehidrasi)
kadar glukosa darah. Sebagian pasien dapat mengalami asidosi berat disertai kadar
glukosa yang berkisar dari 100 200 mg/dl, sementara sebagia lainnya mungkin
tidak memperlihatkan ketoasidosis diabetikum sekalipun kadar glukosa darahnya
rendah ( 0- 15 mEq/L) dan pH yang rendah (6,8-7,3). Tingkat pCO2 yang rendah
Penatalaksanaan
1) Rehidrasi
a) Jam pertamaberi infuse 200 1000 cc/ jam dengan NaCl 0,9 % bergantung
b) Jam kedua dan jam berikutnya 200 1000 cc NaCl 0,45 % bergantung pada
tingkat dehidrasi
c) 12 jam pertama berikan dekstrosa 5 % bila kadar gula darah antara 200
300 mg/ 100 cc, ganti dengan dextrose 10 % bila kadar gula darah sampai
2) Kehilangan elektrolit
Elektrolit
3) Insulin
I. PENATALAKSANAAN
1. Medis
kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa
darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas
a. Diet
yaitu:
1) jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi
b. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah :
5. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan
c. Penyuluhan
DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV,
biasanya diberikan pada penderita dengan berat badan normal dan masih
2. Insulin
1) DM tipe I
2) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
3) DM kehamilan
8) DM operasi
9) DM patah tulang
e. Cangkok pancreas
Pendekatan terbaru untuk cangkok adalah segmental dari donor hidup saudara
kembar identik.
1. Wawancara
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan diagnostic
a) Glukosa urine
K. ANALISIS DATA
Nafsu Pemenuha
makan n nutrisi
tidak
adekuat
Perubaha
n pola
nutrisi
polipagia
Gangguan
pemenuhan
nutrisi
DO:
b) Resiko Infeksi
sumber informasi.
glukosa dalam darah ditandai dengan, Gula darah puasa 152 mg/ dL, Gula
meliputi diet.
M. INTERVENSI KEPERAWATAN
Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3. EGC. Jakarta
Carpenito, L.J., 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, edisi 2, Penerbit
EGC, Jakarta.