Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus KMB
Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus KMB
Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus KMB
Disusun oleh :
S1 KEPERAWATAN
2021
A. Anatomi Fisiologis
B. Pengertian
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa darah(hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi
insulin, kerja insulin atau keduanya (smelzel dan Bare,2015). Diabetes melitus
merupakan suatu kelompok penyakit atau gangguan metabolik dengan karakteristik
hipeglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi urin, kerja insulin, atau kedua – duanya
(ADA,2017)
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang terjadi Ketika pankreas tidak
cukup dalam memproduksi insulin atau ketika tubuh tidak efisien menggunakan insulin
itu sendiri. Insulin adalah hormon yang mengatur kadar gula darah. Hiperglikemia atau
kenaikan kadar gula darah, adalah efek yang tidak terkontrol dari diabetes dan dalam
waktu
panjang dapat terjadi kerusakan yang serius pada beberapa sistem tubuh, khususnya pada
pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner), mata (dapat terjadi kebutaan), ginjal
(dapat terjadi gagal ginjal) (WHO, 2011)
Diabetes Mellitus (kencing manis) adalah suatu penyakit dengan peningkatan
glukosa darah diatas normal. Dimana kadar diatur tingkatannya oleh hormon insulin yang
diproduksi oleh pancreas (Shadine, 2010)
C. Etiologi
Menurut Smeltzer 2015 Diabetes Melitus dapat diklasifikasikan
4. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi dengan Insulin
Terapi farmakologi untuk pasien diabetes melitus geriatri tidak berbeda dengan
pasien dewasa sesuai dengan algoritma, dimulai dari monoterapi untuk terapi
kombinasi yang digunakan dalam mempertahankan control glikemik. Apabila terapi
kombinasi oral gagal dalam mengontrol glikemik maka pengobatan diganti menjadi
insulin setiap harinya. Meskipun aturanpengobatan insulin pada pasien lanjut usia
tidak berbeda dengan pasien dewasa, prevalensi lebih tinggi dari faktor-faktor yang
meningkatkan risiko hipoglikemia yang dapat menjadi masalah bagi penderita
diabetes
pasien lanjut usia. Alat yang digunakan untuk menentukan dosis insulin yang tepat
yaitu dengan menggunakan jarum suntik insulin premixed atau predrawn yang dapat
digunakan dalam terapi insulin. 16 Lama kerja insulin beragam antar individu
sehingga diperlukan penyesuaian dosis pada tiap pasien. Oleh karena itu, jenis insulin
dan frekuensi penyuntikannya ditentukan secara individual. Umumnya pasien
diabetes
melitus memerlukan insulin kerja sedang pada awalnya, kemudian ditambahkan
insulin kerja singkat untuk mengatasi hiperglikemia setelah makan. Namun, karena
tidak mudah bagi pasien untuk mencampurnya sendiri, maka tersedia campuran tetap
dari kedua jenis insulin regular (R) dan insulin kerja sedang ,Idealnya insulin
digunakan sesuai dengan keadaan fisiologis tubuh, terapi insulin diberikan sekali
untuk kebutuhan
basal dan tiga kali dengan insulin prandial untuk kebutuhan setelah makan.Namun
demikian, terapi insulin yang diberikan dapat divariasikan sesuai dengan kenyamanan
penderita selama terapi insulin mendekati kebutuhan fisiologis.
1. Sulfonilurea
Pada pasien lanjut usia lebih dianjurkan menggunakan OAD generasi kedua yaitu
glipizid dan gliburid sebab resorbsi lebih cepat, karena adanya non ionic-binding
dengan albumin sehingga resiko interaksi obat berkurang demikian juga resiko
hiponatremi dan hipoglikemia lebih rendah. Dosis dimulai dengan dosis rendah.
Glipizid lebih dianjurkan karena metabolitnya tidak aktif sedangkan 18 metabolit,
gliburid bersifat aktif.Glipizide dan gliklazid memiliki sistem kerja metabolit yang
lebih pendek atau metabolit tidak aktif yang lebih sesuai digunakan pada pasien
diabetes geriatri. Generasi terbaru, sulfoniluera ini selain merangsang pelepasan
insulin dari fungsi sel beta pankreas juga memiliki tambahan efek ekstrapankreatik.
2. Golongan Biguanid Metformi
pada pasien lanjut usia tidak menyebabkan hipoglekimia jika digunakan tanpa
obat lain, namun harus digunakan secara hati-hati pada pasien lanjut usia karena
dapat menyebabkan anorexia dan kehilangan berat badan. Pasien lanjut usia harus
memeriksakan kreatinin terlebih dahulu. Serum kretinin yang rendah disebakan
karena massa otot yang rendah pada orangtua.
4. Thiazolidinediones Thiazolidinediones
memiliki tingkat kepekaan insulin yang baik dan dapat meningkatkan efek insulin
dengan mengaktifkan PPAR alpha reseptor. Rosiglitazone telah terbukti aman dan
efektif untuk pasien lanjut usia dan tidak menyebabkan hipoglekimia. Namun, harus
dihindari pada pasien dengan gagal jantung. Thiazolidinediones adalah obat yang
relatif .
5. Klasifikasi
Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Association’s Expert
Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus, menjabarkan 4
kategori utama diabetes didalam (Corwin, 2009), yaitu :
1. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus
tergantung insulin (DMTI).
Sel-sel beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh
proses autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah.
Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.
2. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/ Diabetes
Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II. Kondisi ini
diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau
akibat penurunan jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama adalah
dengan diit dan olah raga, jika kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen
dengan preparat hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral
tidak dapat mengontrol hiperglikemia). Terjadi palingsering pada mereka yang
berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka yang obesitas.
3. DM tipe lain
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat, infeksi,
antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan karakteristik gangguan
endokrin.
4. Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM)
Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap
diabetes.
6. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan darah
No Pemeriksaan Normal
1. Glukosa darah sewaktu >200 mg/dl
2. Glukosa darah puasa >140 mg/dl
3. Glukosa darah 2 jam setelah >200 mg/dl
makan
7. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Vital Sign
Yang terdiri dari tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu. Tekanan darah dan
pernafasan pada pasien dengan pasien DM bisa tinggi atau normal, Nadi dalam
batas normal, sedangkan suhu akan mengalami perubahan jika terjadi infeksi.
b. Pemeriksaan Kulit
Kulit akan tampak pucat karena Hb kurang dari normal dan jika kekurangan
cairan maka turgor kulit akan tidak elastis. kalau sudah terjadi komplikasi kulit
terasa gatal.
c. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Kaji bentuk kepala,keadaan rambut Biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar
tiroid, kelenjar getah bening, dan JVP (Jugularis Venous Pressure) normal 5-2
cmH2.
d. Pemeriksaan Dada (Thorak)
Pada pasien dengan penurunan kesadaran acidosis metabolic pernafasan cepat dan
dalam.
e. Pemeriksaan Jantung (Cardiovaskuler)
Pada keadaan lanjut bisa terjadi adanya kegagalan sirkulasi.
f. Pemeriksaan Abdomen
Dalam batas normal
g. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anusSering BAK
h. Pemeriksaan Muskuloskeletal
Sering merasa lelah dalam melakukan aktifitas, sering merasa kesemutan
i. Pemeriksaan Ekstremitas
Kadang terdapat luka pada ekstermitas bawah bisa terasa nyeri, bisa terasa baal
j. Pemeriksaan Neurologi
GCS :15, Kesadaran Compos mentis Cooperative(CMC)
KASUS
klien mengatakan badan terasa letih Dan lemah, dan sering merasa haus dan lapar,klien
mengatakan klien sering klien mengatakan sering BAK yaitu sebanyak 7 x/perhari, klien
mengatakan gula darah tinggi saat periksa di puskesmas, karena klien jarang kontrol ke
rumah sakit kadar gula darah klien yaitu: 273,klien mengatakan ada luka dikaki sebelah kiri klien
mengatakan tidal nyaman dengan luka nya dikaki terdapat pus pada kaki yang luka. BB sekarang
: 70 kg BB sebelum sakit : 75kg TB : 167 cm tanda tanda vital : TD : 110/80 mmHg Nadi
: 100 x/menit Frekuensi nafas : 25 x/menit Suhu tubuh : 36,5° C
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Tn. Y
Jenis Kelamin : Laki Laki
Usia : 50
Status Perkawinan : Sudah menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan : S1
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. H Kamad
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Keluhan utama : badan lemah dan letih Pasien mengatkan
sering merasa haus klien mengatakan luka masih basah.
b. Kronologis keluhan : badan terasa lemas saat melakukan
pekerjaan yang terlalu lama dan selalu merasa haus dan selalu ingin minum es dan
yang manis, dan ada luka saat bekerja yang tidak kunjung mengering
Eliminasi
a.
Frekuensi / hari 2x/hari 1x/ hari
Waktu Pagi, siang Pagi
Warna Coklat Coklat
Konsistensi Padat Padat
Keluhan Tidak ada Tidak ada
Penggunaa Tidak Tidak
pencahar
b.
Frekuensi / hari 5x/ hari 4x/hari
Warna Kuning tidak terlalu pekat Kuning tidak terlalu pekat
Keluhan Tidak ada Tidak ada
Penggunaan Tidak Tidak
alat bantu
( kateter, dll )
Personal Hygiene
a.
Frekuen 2x/hari 2x/hari
si / hari Asepso Asepso
Penggu
naan sabun mandi Mandiri Mandiri
Cara
( dibantu / mandiri Pagi dan sore Pagi dan sore
)
Waktu 3x/hari 3x/hari
b. Pepsoden Pepsoden
Frekuensi / hari
Penggunaan Mandiri Mandiri
pasta gigi
Cara ( dibantu / Pagi, sore, dan pas mau tidur Pagi, sore, dan pas mau tidur
mandiri )
Waktu 1x/2 hari 1x/2 hari
c.
Frekuensi / Pantene Pantene
hari, atau / minggu
Penggunaan Mandiri Mandiri
sampo
Cara ( dibantu /
mandiri ) 2x/ 2 bulan 2x/ 2 bulan
d.
Frekuensi /
minggu, atau / Mandiri Mandiri
bulan
Cara ( dibantu / Gunting kuku Gunting kuku
mandiri )
Alat yang di
gunakan
( silet, gunting kuku,
dsb )
Istirahat dan tidur
a. Istirahat
Kegiata Bermain hp, nonton tv Bermain hp, nonton tv
n saat istirahat
( baca buku, nonton tv,
dsb )
Waktu Ketika tidak ada kerjaan Istirahat total
istirahat Keluarga, teman Keluarga, teman
Orang
yang menemani
waktu istirahat
b. Tidur 3 jam/hari 2 jam/hari
Lama tidur
siang ( jam / hari ) 8 Jam/hari 5 Jam/hari
Lama tidur
malam ( jam / hari Mendengarkan musik dan gosok Mendengarkan musik dan gosok
) gigi gigi
Kebiasaan Tidak ada Tidak ada
sebelum tidur
Gangguan tidur
Aktivitas dan latihan
Waktu bekerja - -
(pagi/siang/malam
)
Lama bekerja - -
( jam / hari )
Aktif Olahraga Ya Tidak
Jenis Olahraga Baadminton
Frekuensi 1x/minggu
Olahrag / minggu
Keluhan ketika Mudah lelah Mudah lelah
beraktifitas
Kegiatan yang
mempengaruhi
kesehatan
a. Merokok
Ya / Tidak Tidak
tidak
Jumlah
( batang/hari )
Lama
pemakaian ( ...
tahun / bulan /
minggu / hari yang
lalu )
b. Minuman keras Tidak Tidak
/ NAFZA
Ya /
tidak
Jenis
Frekuen
si ( / hari, atau /
minggu )
Lama
pemakaian ( ...
tahun / bulan /
minggu / hari yang
lalu )
C. PENGKAJIAN FISIK
1. Pemeriksaan Fisik Umum
a. Berat
: 70 kg
badan Sebelum sakit : 75kg
b. Tinggi
: 167 cm
badan
c. Tekanan
: 110/80darah
mmHg
d. Nadi
: 100 x/menit
e. Frekuensi
: 27 x/menit
nafas
f. Suhu
: 36,5°
tubuh
C
g. Keadaan
: Sakit Ringan
umum
h. Pembesaran
: Tidak kelenjar
betah bening
2. Sistem Penglihatan
a. P Simetris
osisi mata
b. K Normal
elopak mata
c. P Normal
ergerakan bola mata
d. K Merah muda
onjunctiva
e. K Normal
ornea
f. S Ikterik
klera
g. P Isokor
upil
h. O Tidak ada kelainan
tot – otot mata
i. F Baik
ungsi penglihatan
j. T : Tidak
anda – tanda radang
k. P : Tidak
emakaian kaca mata
l. P :Tidak
emakaian kontak lensa
m. R : Menyipitkan mata
eaksi terhadap cahaya
3. Sistem Pendengaran
a. Normal
b. Warna : Kuning Konsistensi : cair
Bau : Khas
c. Normal
d. Tidak
e. Tidak
f. Tidak
g. Normal
h. Tidak
i. Tidak
4. Sistem Wicara
Normal
5. Sistem Pernafasan
a. : Normal
b. : Normal
c. : Tidak
d. : 25x/menit
e. : Teratur
f. :
g. :
h. : Tidak
i. :
j. :
k. :
l. :
m. :
n. :
o. : Tidak
p. : Tidak
nafas
6. Sistem Cardiovaskuler
a. Sirkulasi perifer
: 100 x / menit
Irama : Teratur
Denyut : Kuat
: 110/80mmHg
:
Kanan : Ya
Kiri : Tidak
: Hangat
: Kemerahan
: 2 detik
: Tidak
b. Sirkulasi jantung
: 90 x / menit
: Teratur
: Tidak ada
: Tidak
Timbulnya : Tidak
Karakteristik : Tidak
9. Sistem Pencernaan
a. Keadaan mulut
: Tidak
: Tidak
: Tidak
: Tidak
: Tidak
Normal
b. Muntah
Tidak
Isi :
Warna :
Frekuensi :
Jumlah :
Tidak
h. Warna Feses
Coklat
i. Konsistensi Feses
Tidak ada kelainan
j. Konstipasi
Tidak
k. Hepar
Teraba
l. Abdomen
Tidak ada pembesaran abnormal
10. Sistem endokrin
Pembesaran kelenjar tiroid : tidak
Nafas bau keton : Tidak
Luka Gangren : Ya
c. B.A.K
Warna
Kuning jernih
e. Sakit pinggang
Tidak
Kelainan kulit
Tidak
Kondisi kulit daerah pemasangan infus : Tidak ada pemasangan infus
Keadaan rambut
Tekstur : Baik
Kebersihan : Bersih
Keadaan kuku
Normal
13. Sistem Muskuloskeletal
Kesulitan dalam pergerakan : Tidak
Sakit pada tulang, sendi, kulit : Tidak
Fraktur : Tidak
Kelainan bentuk tulang sendi : Tidak
Kelainan struktur tulang belakang : Tidak
Keadaan tonus otot
Baik
Kekuatan otot
D. DATA PENUNJANG ( Laboratorium, radiologi, endoskopi, EKG, dsb )
Tidak ada
E. PENATALAKSANAAN ( Terapi / tindakan pengobatan, termasuk diet )
Salbutamol
F. RESUME
Pada tanggal 26 Juli perawat melakukan pengkajian terhadap klien dirumahnya, yang kebetulan
sedang libur bekerja dan sedang merasa letih, klien pun bersedia untuk dikaji dan didapatkan
data seperti diatas
G. DATA TAMBAHAN (PENGKAJIAN PEMAHAMAN TENTANG PENYAKIT)
DATA FOKUS
Nama klien / Umur : Tn Y/ 50 thn
ANALISA DATA
Nama klien / Umur : Tn Y/ 50 thn
DO
Terdapat pus didaerah
kaki yang luka
Tampak edema, terdapat
(luka terbuka)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama klien / Umur : Tn. Y/ 50 thn
No Diagnosa Keperawatan
( P&E)
1. Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan resistensi insulin
2. Resiko Infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit
08.45
Menjelaskan mamfaat dan efek samping
pengobatan
Menganjurkan mengosomsi obat sesuai indikasi
26 Juli 2021 2 10.00 Melakukan Perawatan luka
Memonitor karakteristik luka (drainase, warna
ukuran, bau)
11.00
Memonitor tanda tanda infeksi
Menjelaskan tanda,gejala infeksi
08.45
Sudah mengerti mamfaat dan efek samping
pengobatan
Mengosomsi obat sesuai indikasi
08.45
mengerti mamfaat dan efek samping
pengobatan
Mengosomsi obat sesuai indikasi
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Jakarta: EGC.
Mansjoer, A dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Nurarif & Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & Nanda Nic-Noc Panduan penyusunan Asuhan Keperawatan
Profesional. Yogyakarta : Mediaction Jogja.
Price & Wilson (2008). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Rab, T. 2008. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT
Alumni
Santosa, Budi. 2008. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Sujono & Sukarmin (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Eksokrin & Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sukarmin & Riyadi. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan
Eksokrin & Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta : Graha Ilmu
Yuliana Elin, Andrajat Retnosari, 2009. ISO Farmakoterapi. Jakarta : ISFI