Doa Sebagai Peranti Mujahadatun Nafs
Doa Sebagai Peranti Mujahadatun Nafs
Doa Sebagai Peranti Mujahadatun Nafs
Maksudnya, tazkiyatun nafs itu juga berarti menumbuhkan jiwa kita agar
bisa tumbuh sehat dengan memiliki sifat-sifat yang baik/terpuji.
Dari tinjauan bahasa di atas, bisa kita simpulkan bahwa tazkiyatun
nafs itu pada dasarnya melakukan dua hal.Pertama, menyucikan jiwa kita
dari akhlak yang buruk/tercela seperti kufur, nifaq, riya‟, hasad, ujub,
sombong, pemarah, rakus, suka memperturutkan hawa nafsu, dan
sebagainya.Kedua, menghiasinya jiwa yang telah kita sucikan tersebut
dengan akhlak yang baik/terpuji seperti ikhlas, jujur, zuhud, tawakkal,
cinta dan kasih sayang, syukur, sabar, ridha, dan sebagainya.
B. Urgensi Tazkiyatun Nafs
Di tengah-tengah hiruk pikuk manusia berlomba mencari
kebahagiaan dan ketenangan, ada satu hal yang sering kali dilupakan dalam
mencari kebahagiaan yang hakiki, bukan hanya kebahagiaan yang
semu.Yaitu satu faktor penting yang menjadi salah satu bagian dari
kebutuhan orang beragama, faktor itu adalah tazkiyatun Nafs artinya
mensucikan diri dari kemaksiatan dan membersihkan jiwa dari noda
kemusyrikan dan segala bentuk kemaksiatan lainnya. Bahkan Tazkiyatun
Nafs atau pensucian jiwa ini menjadi salah satu tugas penting Rasulullah
dalam mengemban risalahnya, yakni ajaran Islam, sebagaimana
difirmankan Allah dalam al-Qur‟an surat al-jumuah (62) ayat 2 yang
berbunyi:
“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf, seorang Rasul
di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada
mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab dan
Hikmah (sunnah).Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar
dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Jumuah: 2)
Kondisi masyarakat Quraisy pada saat itu memang berada dalam
kegelapan dan kemungkaran sehingga Rasulullah sebagai pembawa
kebenaran memang benar-benar bertugas untuk membersihkan hati
mereka dari segala bentuk penyakit, penyakit iri dan dengki, sombong,
rakus dan tamak untuk meraup kekayaan sebesar-besarnya dengan jalan
yang tidak hak, bahkan seringkali terjadi pembunuhan di antara mereka.
Kondisi ini kiranya tidak jauh beda dengan kondisi zaman kita sekarang ini,
segala bentuk kemaksiatan pada zaman yang kita sebut jahiliyyah itu
ternyata terjadi juga pada zaman yang kita sebut dengan zaman jahiliyyah
modern ini, bahkan bentuk dan jenisnya lebih banyak dan bermacam-
macam. Maka orang yang mendambakan kebahagiaan dan ketenangan,
sering mendengarkan kisah orang-orang yang shaleh. Oleh karena itu al-
Qur‟an banyak mengisahkan kisah para Nabi, orang-orang shaleh dan para
ceritanya.
Yang ketiga: Menghidupkan hati dengan selalu Dakwah dan Jihad.
Dakwah adalah aktifitas yang mempunyai kedudukan tertinggi seorang
hamba di sisi Allah. Kalau orang awam memohon ampun kepada Allah untuk
diri mereka sendiri agar dosanya diampuni, maka seorang dai akan
didoakan seluruh makhluk yang ada di langit dan di bumi sampai ikan di
tengah lautanpun ikut memohonkan ampunan, dalam riwayat lain semut
yang berada dilobangnyapun ikut memohonkan ampunan kepada Allah,
sebagai-mana hal itu disabdakan Rasulullah.
Sedangakan jihad dengan jiwa memiliki pengaruh sangat besar terhadap
pembinaan dan pensucian jiwa bahkan dengan jihad kita akan mendapat
berbagai macam jalan untuk meraih cita-cita sebagaimana Allah
berfirman:
Artinya: “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhoan) Kami,
maka Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (QS. Al-
Ankabut: 69)
dan menganugerahkan kepada umat ini karunia yang tiada terkira, firman-
Nya: Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepada-Mu)