Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

RANGKUMAN Pembiakan Tanaman

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

PEMBIAKAN TANAMAN

SEMESTER I

Kegiatan pembelajaran 3 : Penyiapan Media Tanam

 Syarat media yang baik untuk pesemaian, antara lain :


A. Tidak mengandung racun atau zat-zat yang dapat menghambat perkecambahan
B. Dapat menyediakan air dalam jumlah yang memadai selama proses perkecambahan
C. Media pesemaian harus menyediakan nutrisi bagi pertumbuhan bibit
D. Media persemaian harus dapat menyediakan oksigen yang cukup selama proses
perkecambahan
E. Media pesemaian harus dapat memberi peluang yang sama (homogen) selama proses
perkecambahan
F. Media pesemaian tidak mudah rusak selama proses perkecambahan

 Jenis dan Komposisi media tanam


Berdasarkan jenis bahan penyusunnya, media tanam dibedakan menjadi bahan organik
dan anorganik :
1. Bahan Organik
Media tanam yang termasuk dalam kategori bahan organik umumnya berasal dari
komponen organisme hidup, misalnya bagian dari tanaman seperti daun, batang, bunga,
buah, atau kulit kayu. Penggunaan bahan organik sebagai media tanam jauh lebih unggul
dibandingkan dengan bahan anorganik. Hal itu dikarenakan bahan organik sudah mampu
menyediakan unsur-unsur hara bagi tanaman. Selain itu, bahan organik juga memiliki pori-
pori makro dan mikro yang hampir seimbang sehingga sirkulasi udara yang dihasilkan
cukup baik serta memiliki daya serap air yang tinggi.
Bahan organik akan mengalami proses pelapukan atau dekomposisi yang dilakukan
oleh mikroorganisme. Melalui proses tersebut, akan dihasilkan karbondioksida (CO2), air
(H2O), dan mineral. Mineral yang dihasilkan merupakan sumber unsur hara yang dapat
diserap tanaman sebagai zat makanan.
Beberapa jenis bahan organik yang dapat dijadikan sebagai media tanam di antaranya
yaitu sebagai berikut :
a. Arang
Arang bisa berasal dari kayu atau batok kelapa. Media tanam ini sangat cocok
digunakan untuk tanaman anggrek di daerah dengan kelembaban tinggi. Hal itu
dikarenakan arang kurang mampu mengikat air dalam jumlah banyak. Keunikan dari
media jenis arang adalah sifatnya yang bufer (penyangga). Sehingga jika terjadi
kekeliruan dalam pemberian unsur hara yang terkandung di dalam pupuk bisa segera
dinetralisir dan diadaptasikan.
Selain itu, bahan media ini juga tidak mudah lapuk sehingga sulit ditumbuhi jamur
atau cendawan yang dapat merugikan tanaman. Namun, media arang cenderung miskin
akan unsur hara. Oleh karenanya, ke dalam media tanam ini perlu disuplai unsur hara
secara teratur lewat pemupukan.
b. Batang Pakis
Berdasarkan warnanya, batang pakis dibedakan menjadi 2, yaitu batang pakis hitam
dan batang pakis coklat. Batang pakis hitam lebih umum digunakan sebagai media
tanam. Batang pakis hitam berasal dari tanaman pakis yang sudah tua sehingga lebih
kering. Selain itu, batang pakis ini pun mudah dibentuk menjadi potongan kecil dan
dikenal sebagai cacahan pakis.
Karakteristik yang menjadi keunggulan media batang pakis lebih dikarenakan sifat-
sifatnya yang mudah mengikat air, memiliki aerasi dan drainase yang baik, serta
bertekstur lunak sehingga mudah dtembus oleh akar tanaman.

c. Kompos
Kompos merupakan media tanam organik yang bahan dasarnya berasal dari proses
fermentasi tanaman atau limbah organik, seperti jerami, sekam, daun, rumput, dan
sampah kota.
Kelebihan dari penggunaan kompos sebagai media tanam adalah sifatnya yang
mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat-sifat tanah, baik fisik,
kimiawi, maupun biologis. Selain itu, kompos juga menjadi fasilitator dalam
penyerapan unsur Nitrogen (N) yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.

d. Moss
Moss yang dijadikan sebagai media tanam berasal dari akar paku-pakuan, atau
kadaka yang banyak dijumpai di hutan-hutan. Moss sering digunakan sebagai media
tanam untuk masa penyemaian sampai dengan masa pembungaan. Media ini
mempunyai banyak rongga sehingga memungkinkan akar tanaman tumbuh dan
berkembang dengan leluasa. Menurut sifatnya, media moss mampu mengikat air
dengan baik serta memiliki sistem drainase dan aerasi yang lancar.

e. Pupuk Kandang
Pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan disebut sebagai pupuk kandang.
Kandungan unsur haranya yang lengkap seperti natrium (N), fosfor (P), dan kalium (K)
membuat pupuk kandang cocok untuk dijadikan sebagai media tanam. Unsur-unsur
tersebut penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu, pupuk
kandang memiliki kandungan mikroorganisme yang diyakini mampu merombak bahan
organik yang sulit diserap tanaman menjadi komponen yang lebih mudah untuk diserap
oleh tanaman.
Pupuk kandang yang akan digunakan sebagai media tanam harus yang sudah
matang dan steril. Hal itu ditandai dengan warna pupuk yang hitam pekat. Pemilihan
pupuk kandang yang sudah matang bertujuan untuk mencegah munculnya bakteri atau
cendawan yang dapat merusak tanaman.

f. Sabut Kelapa (Coco peat)


Sabut kelapa atau coco peat merupakan bahan organik alternatif yang dapat
digunakan sebagai media tanam. Sabut kelapa untuk media tanam sebaiknya berasal
dari buah kelapa tua karena memiliki serat yang kuat.
Satu butir buah kelapa menghasilkan 0,4 kg sabut yang mengandung 30% serat.
Ketebalan serat sabut kelapa berkisar antara 5 - 7 cm. Komposisi kimia sabut kelapa
terdiri atas selulosa, lignin, pyroligneous acid, gas, arang, ter, tannin, dan potassium.
Pemanfaatan sabut kelapa yang sangat menarik adalah sebagai coco chip yaitu sabut
kelapa yang diolah menjadi kotak-kotak untuk media tanam. Coco chip dapat menahan
kandungan air dan unsur kimia pupuk serta menetralkan kadar asam. Coco Chip banyak
digunakan sebagai media tanam anggrek di Thailand.
Kekurangan Sabut kelapa adalah banyak mengandung zat tanin yang diketahui
sebagai zat penghambat pertumbuhan tanaman. Tidak heran bila penggunaan media
sabut kelapa tanpa diolah, akar tanaman anggrek akan busuk dan mati. Untuk
menghilangkan zat tanin yang berlebihan, bisa dilakukan dengan perendaman di dalam
air bersih sampai 1 - 2 minggu.

g. Sekam Padi
Sekam padi adalah kulit biji padi (Oryza sativa) yang sudah digiling. Sekam padi
yang biasa digunakan bisa berupa sekam bakar atau sekam mentah (tidak dibakar).
Sekam bakar dan sekam mentah memiliki tingkat porositas yang sama. Sebagai media
tanam, keduanya berperan penting dalam perbaikan struktur tanah sehingga sistem
aerasi dan drainase di media tanam menjadi lebih baik.
Penggunaan sekam bakar untuk media tanam tidak perlu disterilisasi lagi karena
mikroba patogen telah mati selama proses pembakaran. Selain itu, sekam bakar juga
memiliki kandungan karbon (C) yang tinggi sehingga membuat media tanam ini
menjadi gembur, namun, sekam bakar cenderung mudah lapuk.
Kelebihan sekam mentah sebagai media tanam yaitu mudah mengikat air, tidak
mudah lapuk, merupakan sumber kalium (K) yang dibutuhkan tanaman, dan tidak
mudah menggumpal atau memadat sehingga akar tanaman dapat tumbuh dengan
sempurna. Namun, sekam padi mentah cenderung miskin akan unsur hara.

2. Bahan Anorganik
Bahan anorganik adalah bahan dengan kandungan unsur mineral tinggi yang berasal
dari proses pelapukan batuan induk di dalam bumi. Proses pelapukan tersebut diakibatkan
oleh berbagai hal, yaitu pelapukan secara fisik, biologi, mekanik, dan kimiawi.
Berdasarkan bentuk dan ukurannya, mineral yang berasal dari pelapukan batuan induk
dapat digolongkan menjadi 4 bentuk, yaitu kerikil atau batu-batuan, pasir, debu, dan tanah
liat. Selain itu, bahan anorganik juga bisa berasal dari bahan-bahan sintetis atau kimia yang
dibuat di pabrik. Beberapa media anorganik yang sering dijadikan sebagai media tanam
yaitu gel, pasir, kerikil, pecahan batu bata, spons, tanah liat, vermikulit, dan perlit.
A. Gel
Gel atau hidrogel adalah kristal-kristal polimer yang sering digunakan sebagai
media tanam bagi tanaman hidroponik. Penggunaan media jenis ini sangat praktis dan
efisien karena tidak perlu repot-repot untuk mengganti dengan yang baru, menyiram,
atau memupuk. Selain itu, media tanam ini juga memiliki keanekaragaman warna
sehingga pemilihannya dapat disesuaikan dengan selera dan warna tanaman. Oleh
karenanya, hal tersebut akan menciptakan keindahan dan keasrian tanaman hias yang
diletakkan di ruang tamu atau ruang kerja.
Keunggulan lain dari gel yaitu tetap cantik meskipun bersanding dengan media lain.
Di Jepang gel digunakan sebagai komponen terarium bersama dengan pasir. Gel yang
berwarna-warni dapat memberi kesan hidup pada taman miniatur tersebut.

B. Pasir
Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk menggantikan fungsi
tanah. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesuai jika digunakan sebagai media
untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan perakaran setek batang
tanaman. Sifatnya yang cepat kering akan memudahkan proses pengangkatan bibit
tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk dipindahkan ke media lain. Sementara
bobot pasir yang cukup berat akan mempermudah tegaknya setek batang. Selain itu,
keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat
meningkatkan sistem aerasi serta drainase media tanam. Pasir malang dan pasir
bangunan merupakan jenis pasir yang sering digunakan sebagai media tanam.

C. Kerikil
Pada dasarnya, penggunaaan kerikil sebagai media tanam memang tidak jauh
berbeda dengan pasir. Hanya saja, kerikil memiliki pori-pori makro lebih banyak
daripada pasir. Kerikil sering digunakan sebagai media untuk budi daya tanaman secara
hidroponik. Penggunaan media ini akan membantu peredaran larutan unsur hara dan
udara serta pada prinsipnya tidak menekan pertumbuhan akar. Namun, kerikil memiliki
kemampuan mengikat air yang relatif rendah sehingga mudah basah dan cepat kering
jika penyiraman tidak dilakukan secara rutin.

D. Pecahan batu bata


Pecahan batu bata juga dapat dijadikan alternatif sebagai media tanam. Seperti
halnya bahan anorganik lainnya, media jenis ini juga berfungsi untuk melekatkan akar.
Sebaiknya, ukuran batu-bata yang akan digunakan sebagai media tanam dibuat kecil,
seperti kerikil, dengan ukuran sekitar 2-3 cm. Semakin kecil ukurannya, kemampuan
daya serap batu bata terhadap air maupun unsur hara akan semakin baik. Selain itu,
ukuran yang semakin kecil juga akan membuat sirkulasi udara dan kelembaban di
sekitar akar tanaman berlangsung lebih baik.

E. Spons (floralfoam)
Para hobies yang berkecimpung dalam budidaya tanaman hias sudah sering
memanfaatkan spons sebagai media tanam anorganik. Dilihat dari sifatnya, spons
sangat ringan sehingga mudah dipindah-pindahkan dan ditempatkan di mana saja.
Walaupun ringan, media jenis ini tidak membutuhkan pemberat karena setelah
direndam atau disiram air akan menjadi berat dengan sendirinya sehingga dapat
menegakkan tanaman.
F. Tanah liat
Tanah liat merupakan jenis tanah yang bertekstur paling halus dan lengket atau
berlumpur. Karakteristik dari tanah liat adalah memiliki pori-pori berukuran kecil (pori-
pori mikro) yang lebih banyak daripada pori-pori yang berukuran besar (pori-pori
makro) sehingga memiliki kemampuan mengikat air yang cukup kuat. Pori-pori mikro
adalah pori-pori halus yang berisi air kapiler atau udara. Sementara pori-pori makro
adalah pori-pori kasar yang berisi udara atau air gravitasi yang mudah hilang. Ruang
dari setiap pori-pori mikro berukuran sangat sempit sehingga menyebabkan sirkulasi
air atau udara menjadi lambaT.

 Persyaratan Media
Syarat media tumbuh yang baik adalah ringan, murah, mudah didapat, poros, gembur)
dan subur/kaya unsur hara. Penggunaan media tumbuh yang tepat akan menentukan
pertumbuhan optimum bibit yang ditangkarkan.
Media tumbuh yang baik akan menentukan keberhasilan dalam pembibitan. Media
yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Bebas hama dan penyakit.
2. Gembur, volume dan bentuk relatif stabil.
3. Dapat menahan air dan udara dalam jumlah sebanding dan mencukupi.
4. Mudah melepaskan kelebihan air.
5. Aerasinya baik.
6. Cukup mengandung unsur hara.

 Pengisian media dalam polibag


Pengisian media tumbuh ke dalam polibag dapat dilakukan dengan menggunakan sekop
kecil. Adapun cara mengisi media dalam polibag adalah sebagai berikut :
1. Bibir polibag dilipat disesuaikan ukuran polibag sebanyak dua kali lipatan.
2. Media diisikan dengan cara bertahap sedikit demi sedikit sambil dipadatkan secara
hati-hati.
3. Pengisian media sampai batas ± 90 % terisi.
Polibag yang sudah terisi media, disimpan dalam tempat pembibitan dengan ditata
rapi sesuai dengan tempat yang telah ditentukan. Agar penataan polibag teratur
maka dalam menata harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
4. Polibag yang ditata dalam pasir berdiri tegak
5. Polibag antar polibag harus rapat
6. Penataan polibag dikelompokkan dengan berbasis memanjang dan melabar lurus
sesuai bentuk bedengan.
Kegiatan Pembelajaran 4 : Perlajuan Khusus

Secara umum benih akan segera berkecambah jika disemai pada media yang cocok
dengan lingkungan yang sesuai. Tetapi seringkali terjadi benih disemai yang setelah melewati
batas waktu yang ditetapkan tidak mampu memperlihatkan pertumbuhan dan perkembangan
embrionya menjadi kecambah, meskipun benih yang dikecambahkan sudah mencapai tingkat
masak fisiologis dan faktor lingkungan sesuai untuk terjadinya proses perkecambahan.

 Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terhambatnya benih untuk berkecambah,


diantaranya adalah :
1. Benih terifeksi patogen.
2. Benih mengalami dormansi.
Untuk mengatasi terhambatnya benih berkecambah maka sebelum benih
dikecambahkan perlu diberi perlakuan terlebih dahulu.

 Tujuan perlakuan benih antara lain :


1. Untuk mempercepat terjadinya proses perkecambahan.
2. Untuk mematahkan dormansi benih.
3. Untuk mencegah adanya patogen yang terbawa benih.

 Jenis – jenis Perlakuan Khusus pada benih :


1. Perlakuan mekanis
Umumnya perlakuan mekanis dipergunakan untuk memecahkan benih yang
mempunyai kulit benih bersifat imperiabel terhadap air dan oksigen serta kulit benih
yang terlalu keras menyebabkan resistensi mekanis.
Adapun cara yang dapat dilakukan dengan perlakuan mekanis antara lain ;
mengikir, menggosok kulit benih dengan ampelas, melubangi kulit benih dengan pisau
dan menggoncang benih.
Biji Semangka yang mendapat perlakuan mekanis, setelah 24 jam sudah 90%
mulai berkecambah, sedang yang tanpa perlakuan belum ada yang berkecambah.
Setelah 48 jam (hari ke-2) biji yang diberi perlakuan mekanis telah 100% berkecambah,
sedang pada biji tanpa perlakuan baru mulai berkecambah (20%).

2. Perlakuan kimia
Perlakuan kimia adalah perlakuan dengan menggunakan bahan kimia. Maksud
dari perlakuan kimia ini adalah :
a. Untuk menjadikan agar kulit benih menjadi lebih lunak sehingga mudah
dilalui air pada waktu penyerapan.
b. Untuk mencegah atau memberantas patogen yang terbentuk oleh benih.
Perlakuan kimia ini dapat dilakukan dengan cara merendam benih dalam larutan
kimia dengan konsentrasi dan waktu tertentu, selain itu perlakuan kimia yang dilakukan
untuk mencegah atau mengendalikan hama penyakit dapat dilakukan dengan cara
memberikan pestisida tertentu kepada benih, baik sebelum benih dikemas untuk
disimpan maupun sewaktu benih akan ditanam di lahan. Hal ini tergantung pada
karakter dari benih.
Bahan kimia yang bisa digunakan dalam perlakuan secara kimia ini antara lain
asam sulfat, asam nitrat, potassium hydroxide, asam hidrochlorit, potassium nitrat, urea,
hormon tumbuh dan pestisida.

3. Perlakuan fisis
Perlakuan fisis adalah perlakuan yang dilakukan terhadap benih dengan
memberi tindakan yang bersifat fisis. Perlakuan fisis ini dapat dilakukan dengan cara :
a. Perendaman dengan air panas
Benih dimasukkan ke dalam air panas dan dibiarkan sampai menjadi dingin selama
beberapa waktu tertentu, agar kulit menjadi lunak sehingga wadah dilalaui air dan
udara.
Contoh : benih apel direndam pada air mendidih selama 2 menit, kemudian diangkat
dan dikecambahkan.
b. Perlakuan dengan temperatur tertentu
Benih disimpan pada temperatur tertentu sebelum disemai pada temperatur yang
cocok untuk perkecambahannya. Perlakuan ini dimaksudkan untuk menghilangkan
bahan-bahan penghambat pertumbuhan atau agar terjadi pembentukan bahan-bahan
yang dapat merangsang pertumbuhannya.

 Macam – macam Dormansi


A. Dormansi fisik
Dormansi fisik sering terjadi pada biji tanaman sayuran dan beberapa jenis tanaman
kehutanan seperti Sengon, akasia, jambu mete dan kaliandra. Penyebabnya adalah kulit biji
yang tidak dapat dilewati oleh air. Cara mengatasinya, siram dan rendam biji dalam air
panas selama 2-5 menit sampai kulitnya menjadi lebih lunak. Kemudian, rendam biji di
dalam air dingin selama 1-2 hari agar air dapat menembus pori-pori kulit biji dan sampai
ke embrionya.
B. Dormansi mekanis
Dormansi mekanis sering terjadi pada biji Jati, Kemirinn, kenari, dan mangga.
Penyebabnya adalah kulit biji yang terlalu keras sehingga sulit ditembus calon akar dan
tunas. Pada biji mangga, dormansi ini dapat diatasi dengan menyayat dan membuang kulit
bijinya. Sementara itu, pada biji yang terbungkus tempurung seperti biji Kemirinn dan
kenari, dormansi mekanis dapat diatasi dengan membuang tempurungnya menjadi tipis,
rusak atau retak agar mudah ditembus calon akar dan tunas. Caranya dengan mengetok
pukul, mengikir-asah, menggesekkan pada lantai kasar, menggesek menggunakan kertas
pasit, atau dengan membakarnya sebelum disemai.
C. Dormansi kimia
Dormansi kimia sering terjadi pada biji yang mengandung lapisan pektin seperti biji
Pepaya. Penyebabnya adalah adanya kandungan zat tertentu di dalam biji yang
menghambat perkecambahan. Cara mengatasinya, rendam biji di dalam larutan Atonik
dengan dosis 1 cc per 2 liter air selama 1 jam. Kemudian peram biji dengan gulungan kain
basah selama 24 jam.
Kegiatan Pembelajaran 5 : Pembiakan Tanaman secara Generatif

a. Pemilihan Benih
Benih bermutu dapat digolongkan menjadi tiga macam :
1. Benih bermutu secara genetis
2. Benih bermutu secara fisiologis
3. Benih bermutu secara fisik
Benih bermutu secara genetis merupakan benih yang berasal dari benih murni dari
spesies/varietas yang dapat menunjukkan identitas secara genetis dari tanaman
induknya, seperti berumur pendek/genjah, produksi tinggi, tahan terhadap penyakit,
respon terhadap pemupukan beradaptasi baik pada lingkungan.
Benih bermutu secara fisiologis adalah benih yang mempunyai daya tumbuh tinggi,
percepatan perkecambahannya tinggi dan viabilitas tinggi. Benih bermutu secara fisik
merupakan benih berkualitas yang ditunjukkan berdasarkan kwalitas fisiknya.

b. Persyaratan benih yang baik


Umumnya benih dikatakan baik secara fisik apabila menunjukkan ciri-ciri sebagai
berikut :
1. Benih bersih dari kotoran
Benih berstandar menghendaki tingkat kebersihan yang tinggi terhadap benih
tanaman lain, gulma, kotoran dari sisa-sisa bagian tanaman lain, butiran tanah, pasir
dan kerikil. Apabila benih bersih ini diproduksi maka akan menunjukkan sifat-sifat
yang sama dari kelompoknya.

2. Benih berisi atau bernas


Benih bernas adalah benih yang berisi atau tidak hampa. Untuk mengetahui secara
pasti dari benih bernas dapat melalui penimbangan benih. Jika ditimbang
menunjukkan berat benih standar maka benih tersebut baik, dapat juga melalui
perendaman pada air, jika benih terendam berarti benih bernas. Namun ada jenis
benih tertentu walaupun terapung benih tersebut tetap bernas.

3. Warna benih cerah


Warna benih dapat mengidentifikasikan kualitas suatu benih, terutama untuk
mengetahui lamanya benih disimpan dan tingkat kesehatan benih dari penyakit.
Benih yang baik, menunjukkan warna kulit yang cerah atau terang sesuai dengan
warna aslinya. Benih yang disimpan dalam lingkungan yang tidak terkendali dan
yang terkontaminasi dengan patogen akan memberikan warna yang lebih kusam
atau tidak sesuai warna dasar aslinya.

4. Ukuran benih normal dan seragam


Ukuran benih yang dimaksud adalah besar kecilnya volume setiap butir benih.
Benih yang baik adalah benih yang memiliki ukuran normal, tidak terlalu besar dan
tidak terlalu kecil.
Selain ukuran normal, benih harus memiliki keseragaman dalam ukuran. Benih
berukuran normal dan seragam merupakan benih yang berkualitas karena memiliki
struktur embrio dan cadangan makanan yang cukup sehingga dapat melanjutnya
kehidupannya.

c. Teknik penyemaian benih


Benih dapat disemai secara massal maupun satu per satu. Jika disemai secara massal,
semaian bisa menggunakan bedengan sedangkan jika satu per satu bisa menggunakan
nampan semai, kotak kayu, polibag, pot kecil, atau wadah bekas tempat air mineral.
Kecambah disemai dalam wadah polibag dengan ketentuan :
1. Media dalam kondisi lembab
2. Kedalaman 1 cm
3. Radicula menghadap ke bawah

d. Teknik transplanting/Penyapihan bibit


Menyapih bibit adalah memisahkan/memindahkan bibit dari kelompoknya hingga
menjadi tanaman individu dalam suatu wadah tersendiri sesuai dengan ukuran dari
pertumbuhannya.
Umumnya penyapihan bibit berasal dari benih yang disemai pada bak-bak
perkecambahan atau ditempat bedengan-bedengan pembibitan. Pemindahan bibit ini
dilakukan karena pertumbuhan bibit dikelompoknya tidak sesuai lagi dengan wadah tempat
hidup pertumbuhannya dan jika ditanam di lapangan bibit belum siap untuk beradaptasi
dengan lingkungan barunya.
Apabila sekelompok benih ini dibiarkan tumbuh maka penyerapan unsur hara, oksigen,
air, dan temperatur sebagai syarat tumbuhnya akan terhambat karena pengaruh persaingan
antar bibit dalam wadah yang dapat mengakibatkan terjadinya pertumbuhan bibit tidak
sempurna.

Tujuan penyapihan bibit antara lain :


A. Mempercepat pertumbuhan bibit
B. Memudahkan bibit menyesuaikan dengan lingkungan barunya
C. Mengurangi tingkat kematian bibit di lapangan
D. Memudahkan dalam pemindahan bibit ke lapangan.

Tatkala penyapihan hendaknya dipilih bibit yang benar-benar siap untuk disapih. Bibit
siap disapih apabila telah mencapai ukuran dan umur yang tepat. Masing-masing jenis
tanaman mempunyai ukuran dan umur yang berbeda, hal ini tergantung pada karakter jenis
benih yang disemai.

E. Pengendalian hama dan penyakit


Salah satu aspek pemeliharaan pembibitan yang penting adalah upaya menjaga agar
bibit tidak terkena gangguan hama dan penyakit. Apabila kemudian bibit terserang
hama/penyakit maka diperlukan pengendalian agar hama/penyakit tersebut tidak
merugikan baik untuk pertumbuhan bibit ataupun kerugian secara ekonomi.
Hama adalah semua binatang (serangga dan satwa), yang dapat menimbulkan
karusakan pada tumbuhan.
 Macam-macam Cara pengendalian hama
Ada beberapa cara pengendalian hama dan penyakit tanaman yang dapat dilakukan
pada pembibitan, yaitu :
A. Cara fisik
Dilakukan dengan cara membersihkan lingkungan di sekitar pembibitan,
memusnahkan gulma sebagai tempat berlindung hama atau sebagai inang penyakit
dengan cara dibakar.

B. Cara mekanis
Yaitu dengan mengamati bibit, jika ada hama diambil kemudian dibunuh, jika ada bibit
yang terkena penyakit diambil kemudian dibakar agar tidak menulari bibit yang lain.

C. Cara kimia
Bahan kimia yang paling banyak digunakan adalah pestisida. Pestisida sering menjadi
pilihan utama dalam upaya pengendalian hama dan penyakit karena memiliki beberapa
keuntungan antara lain :
o Dapat memberikan hasil yang cepat
o Aplikasi di lapangan relatif mudah
o Dapat diaplikasikan setiap waktu dan tempat
o Dapat diperoleh dengan mudah

 Jenis-Jenis Pestisida
Menurut fungsinya ada beberapa jenis pestisida, yaitu :
a. Insektisida, untuk mengendalikan hama serangga
b. Akarisida, untuk mengendalikan tungau dan kutu
c. Fungsida, untuk mengendalikan jamur/cendawan
d. Nematisida, untuk mengendalikan cacing/nematoda
e. Bakterisida, untuk mengendalikan bakteri
f. Rodentisida, untuk mengendalikan binatang pengerat
g. Helisida, untuk mengendalikan siput/bekicot
h. Herbisida, untuk mengendalikan gulma.

Anda mungkin juga menyukai