RANGKUMAN Pembiakan Tanaman
RANGKUMAN Pembiakan Tanaman
RANGKUMAN Pembiakan Tanaman
SEMESTER I
c. Kompos
Kompos merupakan media tanam organik yang bahan dasarnya berasal dari proses
fermentasi tanaman atau limbah organik, seperti jerami, sekam, daun, rumput, dan
sampah kota.
Kelebihan dari penggunaan kompos sebagai media tanam adalah sifatnya yang
mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat-sifat tanah, baik fisik,
kimiawi, maupun biologis. Selain itu, kompos juga menjadi fasilitator dalam
penyerapan unsur Nitrogen (N) yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.
d. Moss
Moss yang dijadikan sebagai media tanam berasal dari akar paku-pakuan, atau
kadaka yang banyak dijumpai di hutan-hutan. Moss sering digunakan sebagai media
tanam untuk masa penyemaian sampai dengan masa pembungaan. Media ini
mempunyai banyak rongga sehingga memungkinkan akar tanaman tumbuh dan
berkembang dengan leluasa. Menurut sifatnya, media moss mampu mengikat air
dengan baik serta memiliki sistem drainase dan aerasi yang lancar.
e. Pupuk Kandang
Pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan disebut sebagai pupuk kandang.
Kandungan unsur haranya yang lengkap seperti natrium (N), fosfor (P), dan kalium (K)
membuat pupuk kandang cocok untuk dijadikan sebagai media tanam. Unsur-unsur
tersebut penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu, pupuk
kandang memiliki kandungan mikroorganisme yang diyakini mampu merombak bahan
organik yang sulit diserap tanaman menjadi komponen yang lebih mudah untuk diserap
oleh tanaman.
Pupuk kandang yang akan digunakan sebagai media tanam harus yang sudah
matang dan steril. Hal itu ditandai dengan warna pupuk yang hitam pekat. Pemilihan
pupuk kandang yang sudah matang bertujuan untuk mencegah munculnya bakteri atau
cendawan yang dapat merusak tanaman.
g. Sekam Padi
Sekam padi adalah kulit biji padi (Oryza sativa) yang sudah digiling. Sekam padi
yang biasa digunakan bisa berupa sekam bakar atau sekam mentah (tidak dibakar).
Sekam bakar dan sekam mentah memiliki tingkat porositas yang sama. Sebagai media
tanam, keduanya berperan penting dalam perbaikan struktur tanah sehingga sistem
aerasi dan drainase di media tanam menjadi lebih baik.
Penggunaan sekam bakar untuk media tanam tidak perlu disterilisasi lagi karena
mikroba patogen telah mati selama proses pembakaran. Selain itu, sekam bakar juga
memiliki kandungan karbon (C) yang tinggi sehingga membuat media tanam ini
menjadi gembur, namun, sekam bakar cenderung mudah lapuk.
Kelebihan sekam mentah sebagai media tanam yaitu mudah mengikat air, tidak
mudah lapuk, merupakan sumber kalium (K) yang dibutuhkan tanaman, dan tidak
mudah menggumpal atau memadat sehingga akar tanaman dapat tumbuh dengan
sempurna. Namun, sekam padi mentah cenderung miskin akan unsur hara.
2. Bahan Anorganik
Bahan anorganik adalah bahan dengan kandungan unsur mineral tinggi yang berasal
dari proses pelapukan batuan induk di dalam bumi. Proses pelapukan tersebut diakibatkan
oleh berbagai hal, yaitu pelapukan secara fisik, biologi, mekanik, dan kimiawi.
Berdasarkan bentuk dan ukurannya, mineral yang berasal dari pelapukan batuan induk
dapat digolongkan menjadi 4 bentuk, yaitu kerikil atau batu-batuan, pasir, debu, dan tanah
liat. Selain itu, bahan anorganik juga bisa berasal dari bahan-bahan sintetis atau kimia yang
dibuat di pabrik. Beberapa media anorganik yang sering dijadikan sebagai media tanam
yaitu gel, pasir, kerikil, pecahan batu bata, spons, tanah liat, vermikulit, dan perlit.
A. Gel
Gel atau hidrogel adalah kristal-kristal polimer yang sering digunakan sebagai
media tanam bagi tanaman hidroponik. Penggunaan media jenis ini sangat praktis dan
efisien karena tidak perlu repot-repot untuk mengganti dengan yang baru, menyiram,
atau memupuk. Selain itu, media tanam ini juga memiliki keanekaragaman warna
sehingga pemilihannya dapat disesuaikan dengan selera dan warna tanaman. Oleh
karenanya, hal tersebut akan menciptakan keindahan dan keasrian tanaman hias yang
diletakkan di ruang tamu atau ruang kerja.
Keunggulan lain dari gel yaitu tetap cantik meskipun bersanding dengan media lain.
Di Jepang gel digunakan sebagai komponen terarium bersama dengan pasir. Gel yang
berwarna-warni dapat memberi kesan hidup pada taman miniatur tersebut.
B. Pasir
Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk menggantikan fungsi
tanah. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesuai jika digunakan sebagai media
untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan perakaran setek batang
tanaman. Sifatnya yang cepat kering akan memudahkan proses pengangkatan bibit
tanaman yang dianggap sudah cukup umur untuk dipindahkan ke media lain. Sementara
bobot pasir yang cukup berat akan mempermudah tegaknya setek batang. Selain itu,
keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat
meningkatkan sistem aerasi serta drainase media tanam. Pasir malang dan pasir
bangunan merupakan jenis pasir yang sering digunakan sebagai media tanam.
C. Kerikil
Pada dasarnya, penggunaaan kerikil sebagai media tanam memang tidak jauh
berbeda dengan pasir. Hanya saja, kerikil memiliki pori-pori makro lebih banyak
daripada pasir. Kerikil sering digunakan sebagai media untuk budi daya tanaman secara
hidroponik. Penggunaan media ini akan membantu peredaran larutan unsur hara dan
udara serta pada prinsipnya tidak menekan pertumbuhan akar. Namun, kerikil memiliki
kemampuan mengikat air yang relatif rendah sehingga mudah basah dan cepat kering
jika penyiraman tidak dilakukan secara rutin.
E. Spons (floralfoam)
Para hobies yang berkecimpung dalam budidaya tanaman hias sudah sering
memanfaatkan spons sebagai media tanam anorganik. Dilihat dari sifatnya, spons
sangat ringan sehingga mudah dipindah-pindahkan dan ditempatkan di mana saja.
Walaupun ringan, media jenis ini tidak membutuhkan pemberat karena setelah
direndam atau disiram air akan menjadi berat dengan sendirinya sehingga dapat
menegakkan tanaman.
F. Tanah liat
Tanah liat merupakan jenis tanah yang bertekstur paling halus dan lengket atau
berlumpur. Karakteristik dari tanah liat adalah memiliki pori-pori berukuran kecil (pori-
pori mikro) yang lebih banyak daripada pori-pori yang berukuran besar (pori-pori
makro) sehingga memiliki kemampuan mengikat air yang cukup kuat. Pori-pori mikro
adalah pori-pori halus yang berisi air kapiler atau udara. Sementara pori-pori makro
adalah pori-pori kasar yang berisi udara atau air gravitasi yang mudah hilang. Ruang
dari setiap pori-pori mikro berukuran sangat sempit sehingga menyebabkan sirkulasi
air atau udara menjadi lambaT.
Persyaratan Media
Syarat media tumbuh yang baik adalah ringan, murah, mudah didapat, poros, gembur)
dan subur/kaya unsur hara. Penggunaan media tumbuh yang tepat akan menentukan
pertumbuhan optimum bibit yang ditangkarkan.
Media tumbuh yang baik akan menentukan keberhasilan dalam pembibitan. Media
yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Bebas hama dan penyakit.
2. Gembur, volume dan bentuk relatif stabil.
3. Dapat menahan air dan udara dalam jumlah sebanding dan mencukupi.
4. Mudah melepaskan kelebihan air.
5. Aerasinya baik.
6. Cukup mengandung unsur hara.
Secara umum benih akan segera berkecambah jika disemai pada media yang cocok
dengan lingkungan yang sesuai. Tetapi seringkali terjadi benih disemai yang setelah melewati
batas waktu yang ditetapkan tidak mampu memperlihatkan pertumbuhan dan perkembangan
embrionya menjadi kecambah, meskipun benih yang dikecambahkan sudah mencapai tingkat
masak fisiologis dan faktor lingkungan sesuai untuk terjadinya proses perkecambahan.
2. Perlakuan kimia
Perlakuan kimia adalah perlakuan dengan menggunakan bahan kimia. Maksud
dari perlakuan kimia ini adalah :
a. Untuk menjadikan agar kulit benih menjadi lebih lunak sehingga mudah
dilalui air pada waktu penyerapan.
b. Untuk mencegah atau memberantas patogen yang terbentuk oleh benih.
Perlakuan kimia ini dapat dilakukan dengan cara merendam benih dalam larutan
kimia dengan konsentrasi dan waktu tertentu, selain itu perlakuan kimia yang dilakukan
untuk mencegah atau mengendalikan hama penyakit dapat dilakukan dengan cara
memberikan pestisida tertentu kepada benih, baik sebelum benih dikemas untuk
disimpan maupun sewaktu benih akan ditanam di lahan. Hal ini tergantung pada
karakter dari benih.
Bahan kimia yang bisa digunakan dalam perlakuan secara kimia ini antara lain
asam sulfat, asam nitrat, potassium hydroxide, asam hidrochlorit, potassium nitrat, urea,
hormon tumbuh dan pestisida.
3. Perlakuan fisis
Perlakuan fisis adalah perlakuan yang dilakukan terhadap benih dengan
memberi tindakan yang bersifat fisis. Perlakuan fisis ini dapat dilakukan dengan cara :
a. Perendaman dengan air panas
Benih dimasukkan ke dalam air panas dan dibiarkan sampai menjadi dingin selama
beberapa waktu tertentu, agar kulit menjadi lunak sehingga wadah dilalaui air dan
udara.
Contoh : benih apel direndam pada air mendidih selama 2 menit, kemudian diangkat
dan dikecambahkan.
b. Perlakuan dengan temperatur tertentu
Benih disimpan pada temperatur tertentu sebelum disemai pada temperatur yang
cocok untuk perkecambahannya. Perlakuan ini dimaksudkan untuk menghilangkan
bahan-bahan penghambat pertumbuhan atau agar terjadi pembentukan bahan-bahan
yang dapat merangsang pertumbuhannya.
a. Pemilihan Benih
Benih bermutu dapat digolongkan menjadi tiga macam :
1. Benih bermutu secara genetis
2. Benih bermutu secara fisiologis
3. Benih bermutu secara fisik
Benih bermutu secara genetis merupakan benih yang berasal dari benih murni dari
spesies/varietas yang dapat menunjukkan identitas secara genetis dari tanaman
induknya, seperti berumur pendek/genjah, produksi tinggi, tahan terhadap penyakit,
respon terhadap pemupukan beradaptasi baik pada lingkungan.
Benih bermutu secara fisiologis adalah benih yang mempunyai daya tumbuh tinggi,
percepatan perkecambahannya tinggi dan viabilitas tinggi. Benih bermutu secara fisik
merupakan benih berkualitas yang ditunjukkan berdasarkan kwalitas fisiknya.
Tatkala penyapihan hendaknya dipilih bibit yang benar-benar siap untuk disapih. Bibit
siap disapih apabila telah mencapai ukuran dan umur yang tepat. Masing-masing jenis
tanaman mempunyai ukuran dan umur yang berbeda, hal ini tergantung pada karakter jenis
benih yang disemai.
B. Cara mekanis
Yaitu dengan mengamati bibit, jika ada hama diambil kemudian dibunuh, jika ada bibit
yang terkena penyakit diambil kemudian dibakar agar tidak menulari bibit yang lain.
C. Cara kimia
Bahan kimia yang paling banyak digunakan adalah pestisida. Pestisida sering menjadi
pilihan utama dalam upaya pengendalian hama dan penyakit karena memiliki beberapa
keuntungan antara lain :
o Dapat memberikan hasil yang cepat
o Aplikasi di lapangan relatif mudah
o Dapat diaplikasikan setiap waktu dan tempat
o Dapat diperoleh dengan mudah
Jenis-Jenis Pestisida
Menurut fungsinya ada beberapa jenis pestisida, yaitu :
a. Insektisida, untuk mengendalikan hama serangga
b. Akarisida, untuk mengendalikan tungau dan kutu
c. Fungsida, untuk mengendalikan jamur/cendawan
d. Nematisida, untuk mengendalikan cacing/nematoda
e. Bakterisida, untuk mengendalikan bakteri
f. Rodentisida, untuk mengendalikan binatang pengerat
g. Helisida, untuk mengendalikan siput/bekicot
h. Herbisida, untuk mengendalikan gulma.