Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Kriteria Juru Dakwah Dan Materi Dakwah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dakwah dalam islam merupakan tugas yang mulia yang sangat mulia, yang juga
tugas para Nabi dan Rosul, juga merupakan tanggung jawab seorang muslim. Dakwah
bukanlah pekerjaan mudah, tidak semudah membalikan tangan, dan tidak dapat
dilakukan oleh sembarang orang. Juru dakwah (da’i) adalah salah satu faktor dalam
kegiata dakwah yang menempati posisi yang sangat penting dalam menetukan berhasil
tidaknya kegiatan dakwah.
Seorang da’i yang dimaksudkan dalam makalah ini adalah da’i yang bersifat
umum, artinya bukan saja da’i yang profesional, akan tetapi berlaku juga untuk setiap
orang yang hendak menyampaikan, mengajak orang ke jalan Allah. Setiap orang yang
menjalankan kegiatan dakwah, hendaknya memiliki kepribadian yang baik sebagai
seorang da’i, yakni yang bersifat rohaniah pada dasarnya mencakup masalah sifat, sikap
dan kemaapuan diri seorang da’i dimana ketiga masalah ini sudah dapat mencakup
keseluruhan (kepribadian) yang harus dimilikinya. Maka dari itu pemakalah akan
memaparkan kriteria juru dakwah dan materi dahwah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dakwah?
2. Bagaimana kriteria juru dakwah?
3. Bagaimana materi dakwah?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dakwah.
2. Untuk mengetahui kriteria juru dakwah.
3. Untuk mengetahui materi dakwah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dakwah
Ditinjau dari etimologi atau bahasa, kata dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu
da’a- yad’u- da’watan artinya mengajak, menyeru, memanggil.
Warson Munawwir, menyebutkan bahwa dakwah artinya adalah memanggil,
mengundang, mengajak, menyeru, mendorong, dan memohon.1
Sedangkan pengertian dakwah secara terminologi dapat dilihat dari pendapat
beberapa ahli antara lain:2
1. M. Quraish Shihab, dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha
mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap
pribadi maupun masyarakat.
2. Thoha Yahya Omar mengartikan dakwah sebagai usaha mengajak manusia dengan
cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk
kemaslahatan dan kebahagiaan mereka dunia dan akhirat. Sedangkan menurut
peneliti dakwah merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sadar
dengan mengajak orang lain kejalan yang benar, yaitu berbuat baik dan mencegah
perbuatan munkar.
3. M. Natsir, dakwah adalah usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada
perorangan manusia dan seluruh umat manusia konsepsi islam tentang pandangan
dan tujuan hidup manusia di dunia ini, dan yang meliputi al-amar bi al-ma’ruf an-
nahyu an al-munkar dengan berbagai macam cara dan media yang diperbolehkan
akhalak dan membimbing pengalamannya dalam perikehidupan bermasyarakat dan
perikehidupan bernegara.
Dari beberapa pengertian dakwah tersebut diatas, dapat dipahami bahwa pada
prinsip dakwah merupakan upaya mengajak, menganjurkan atau menyerukan manusia
agar mau menerima kebaikan dan petunjunk yang termuat dalam Islam. Atau dengan
kata lain, agar mereka mau menerima Islam sehingga mereka mendapatkan kebaikan
dan kebahagiaan baik di dunia maupun akhirat.

1
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: AMZAH, 2009), hlm.1.
2
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, ..., hlm.3-4.
2
B. Kriteria Juru Dakwah
Da’i secara etimologis berasal dari bahasa Arab, bentuk isim fail (kata
menunjukkan pelaku) dari asal kata dakwah artinya orang yang melakukan dakwah
secara terminologis. Da’i yaitu setiap muslim yang berakal mukallaf (aqil baligh)
dengan kewajiban dakwah. Jadi da’i merupakan orang yang melakukan dakwah, atau
dapat diartikan sebagai orang yang menyampaikan pesan dakwah kepada orang lain
(mad’u).3
Menurut M. Natsir yang dikutip oleh Tohir Luth, da’i atau juru dakwah adalah
orang yang membawakan dakwah dengan tujuan membina pribadi dan membangun
umat sehingga pribadi dan umat itu berkembang maju sesuai dengan hidup manusia
yang diridhai oleh kholiknya. M. Ali Aziz, mengatakan da’i adalah orang yang
melaksanakan dakwah baik lisan maupun tulisan ataupun perbuatan dengan baik secara
individu, kelompok atau bebentuk organisasi atau lembaga.4
Secara garis besar juru dakwah atau da’i mengandung dua pengertian yaitu:5
1. Secara umum adalah setiap muslim atau muslimah yang berdakwah sebagai
kewajiban yang melekat dan tidak terpisahkan dari misinya sebagai penganut Islam.
2. Secara khusus adalah mereka yang mengambil keahlian khusus (mutakhashshih -
spesialis) dalam bidang dakwah Islam dengan kesungguhan luar biasa dengan
qudwah hasanah.
Dari kedudukannya yang sangat penting di tengah masyarakat seseorang harus
mampu menciptakan salinan komunikasi yang erat antara dirinya dan masyarakat. Ia
harus mampu bertindak dan bertingkah laku yang semestinya dilakukan oleh seorang
pemimpin. Ia harus mampu berbicara dengan masyarakatnya dengan bahasa yang
dimengerti. Oleh karena itu, seorang da’i juga harus mengetahui dengan pasti tentang
latar belakang dan kondisi masyarakat yang dihadapinya.
Pada dasarnya tugas pokok seorang da’i adalah meneruskan tugas Nabi
Muhammad yakni menyampaikan ajaran-ajaran Allah seperti termuat dalam Al-Qur’an
dan Sunnah Rasul.
Lebih tegas lagi bahwa tugas da’i adalah merealisasikan ajaran-ajaran Al-Qur’an
dan Sunnah di tengah masyarakat sehingga Al-Qur’an dan Sunnah dijadikan sebagai
pedoman dan panutan hidupnya. Menghindarkan masyarakat dari berpedoman pada

3
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2011), hlm.261.
4
M. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hlm. 75.
5
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, ..., hlm.68-69.
3
ajaran-ajaran diluar Al-Qur’an dan Sunnah menghindarkan masyarakat dari
berpedoman pada ajaran ajaran animisme dan dinamisme serta ajaran-ajaran lain yang
tidak dibenarkan oleh Al-Qur’an dan Sunnah. Tugas da’i sangatlah berat karena ia harus
mampu menterjemahkan bahasa Al-Qur’an dan Sunnah ke dalam bahasa yang dapat
dimengerti oleh masyarakatnya. Namun dibalik beratnya tugas itu terhemat kemuliaan
yang penuh rahmat Sang Pencipta Allah.
Keberadaan da’i dalam masyarakat luas mempunyai fungsi yang cukup
menentukan, fungsinya adalah sebagai berikut:6
1. Meluruskan aqidah
Sudah menjadi naluri bahwa manusia selalu tidak lepas dari kesalahan dan
kekeliruan yang tidak terkecuali terhadap keyakinan dan aqidahnya. Banyak terjadi
pada seseorang muslim tetapi karena sesuatu hal keyakinannya berubah dan
bergeser hal tersebut disebabkan adanya faktor luar yang mempengaruhi. Sebagai
satu contoh seorang muslim yang imannya masih lemah dihadapkan pada persoalan
berat dan rumit yang seakan tidak mampu lagi diselesaikan dengan kemampuan
akal pikirannya kemudian ia terketuk hatinya untuk mencari orang tua yang
dianggapnya mampu memberikan bantuan bantuan jampi-jampi untuk mengatasi
persoalan yang dihadapinya. Karena kepercayaannya terhadap orang tua itulah ia
kemudian tidak ambil peduli melaksanakan upaya-upaya tahayul dan khurafat
karena mengikuti kemauan orang tua yang sedang dipercayai upaya tersebut telah
merusak aqidah dan keimanan nya.
Dalam menghadapi masyarakat yang seperti itu keberadaan da’i berfungsi
meluruskan kembali anggota masyarakat yang kedapatan mulai melakukan
praktik-praktik syirik atau mendekati pada jalan yang diridhoi Allah sehingga
mereka tetap pada suatu keyakinan bahwa hanya Allah lah Dzat yang Maha Kuasa
lagi Maha Perkasa tidak ada satu kekuatan yang mampu menandingi kekuatan dan
kekuasaan Allah.
2. Memotivasi umat untuk beribadah dengan baik dan benar
Kehadiran manusia dimuka bumi tidak lain adalah untuk beribadah mengabdi
kepada Allah. Seorang muslim tidak dibenarkan mengubah ibadah-ibadah khusus
yang telah diatur sesuai dengan caranya sendiri. Al-Qur’an memang tidak

6
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, ..., hlm.71-76.
4
mengatur ibadah-ibadah khusus ini sampai sedetail-detailnya tetapi Nabi
Muhammad telah mengaturnya dengan jelas dalam sunnahnya.
Dalam pelaksanaan ibadah masih banyak terdapat umat Islam sendiri yang
belum benar dalam pelaksanaannya masih banyak umat Islam yang melaksanakan
ibadah hanya meniru para pendahulu pendahulunya yang tidak jarang mereka
masih belum betul juga. Hal itu semua disebabkan karena keterbatasan umat Islam
dalam memahami seluk-beluk agamanya sendiri sehingga mereka tidak tahu persis
mana yang ajaran Islam yang sebenarnya dan mana yang tercampur dengan ajaran-
ajaran lain. Hal semacam ini berfungsi memotivasi umat untuk bisa beribadah
dengan benar dan baik sehingga muncul suatu kesadaran untuk selalu belajar
sekaligus mengamalkan apa yang dipelajarinya.
3. Menegakkan amar ma'ruf nahi munkar
Betapa luhurnya konsep Islam yang menganjurkan umatnya untuk selalu saling
mengingatkan berbuat baik dan meninggalkan yang tidak baik. Landasan
persaudaraan seperti ini harus selalu dipelihara dan dibina sehingga umat Islam
semuanya terbina menjadi umat yang mulia dan erat tali persaudaraan nya.
Manusia pada umumnya lebih suka melaksanakan amar ma'ruf daripada
melakukan nahi munkar. Hampir Setiap orang mampu melaksanakan amar ma'ruf
tapi sebaliknya tidak banyak dari mereka mampu melaksanakan nahi munkar.
Melaksanakan nahi munkar rasanya berat karena kekhawatiran yang diingatkan
jadi tersinggung atau marah dan apalagi kalau yang mau diingatkan itu ternyata
orang yang lebih tinggi statusnya.
4. Menolak kebudayaan destruktif
Islam tidak anti terhadap hal-hal yang baru Islam mendorong pemeluknya untuk
selalu modern tetapi dibalik itu Islam menanamkan sikap yang pemeluknya untuk
selalu berpegang pada nilai-nilai yang luhur yang diridhoi allah. Pada prinsipnya
Islam membuka masuknya segala macam budaya dari manapun datangnya sejauh
budaya itu tidak bertentangan. Oleh karena itulah jika datang kepada masyarakat
suatu aspek yang baru sebagai umat Islam Seharusnya jangan terlalu cepat
menerima aspek baru tersebut dengan kedua tangan terbuka Tetapi lebih dahulu
menganalisanya apakah yang datang itu baik menurut Allah atau tidak. Kalau
sekiranya baik maka dapat diterima dan kalau ternyata tidak baik maka
ditinggalkan dan tolaklah dengan bijaksana.

5
Di dalam menghadapi perubahan perubahan yang kompleks tersebut seorang
da’i harus pandai-pandai menganalisa dan memberikan alternatif pemecahannya
terhadap masyarakat sehingga masyarakat tidak lagi dibingungkan oleh adanya
perubahan-perubahan. Masyarakat akan tetap pada pendiriannya bahwa yang benar
adalah benar dan yang salah tetap salah bukan masyarakat yang mudah terbawa
oleh arus yang belum jelas arah dan tujuannya.
Kalau meminjam istilah ilmu komunikasi dapat dikategorikan sebagai komunikator
yang bertugas menyebarkan dan menyampaikan informasi-informasi dari sumber
melalui saluran yang sesuai pada komunikan. Agar seorang da’i dengan mudah
mengomunikasikan pesan pesannya kepada komunikan diperlukan pribadi yang cerdas,
peka terhadap masyarakat, percaya pada dirinya, stabil emosinya, berani, bersemangat
tinggi, penuh inisiatif, tegas tetapi juga hati-hati, kreatif, serta berbudi luhur.
Sifat-sifat seorang da’i antara lain dapat disebutkan sebagai berikut:7
1. Da’i harus beriman dan bertakwa kepada Allah;
2. Da’i harus ikhlas dalam melaksanakan dakwah dan tidak mengedepankan
kepentingan pribadi;
3. Da’i harus ramah dan penuh pengertian;
4. Da’i harus tawadhu atau rendah hati;
5. Da’i harus sederhana dan jujur dalam tindakannya;
6. Da’i harus tidak memiliki sifat egoisme;
7. Da’i harus memiliki sifat semangat yang tinggi dalam tugasnya;
8. Da’i harus sabar dan tawakal dalam melaksanakan tugas dakwah;
9. Da’i harus memiliki jiwa toleransi yang tinggi;
10. Da’i harus memiliki sifat terbuka atau demokratis;
11. Da’i tidak memiliki penyakit hati atau dengki;
Prof. A. Hasyimi dalam dustur dakwah menurut Alquran menyebutkan bahwa sifat
sifat dan sikap laku bagi seorang da’i atau juru dakwah adalah:8
1. Lemah lembut dalam menjalankan dakwah;
2. Bermusyawarah dalam segala urusan termasuk urusan dakwah;
3. Kebulatan tekad atau azzam dalam menjalankan dakwah;
4. Tawakal kepada Allah setelah bermusyawarah dan berazam;

7
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, ..., hlm.77.
8
Ibid, hlm.77.
6
5. Memohon bantuan Allah sebagai konsekuensi dari tawakal;
6. Menjauhi kecurangan atau keculasan;
7. Mendakwahkan ayat Allah untuk menjalankan roda kehidupan bagi umat manusia;
8. Membersihkan jiwa raga manusia dengan jalan mencerdaskan mereka;
9. Mengejar manusia kitab suci Al-Qur’an dan hikmah atau liku-liku ilmu
pengetahuan dan rahasia-rahasia alam.
Agar suatu tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan tujuan tercapai dengan efektif
dan efisien, maka juru dakwah harus mempunyai kemampuan di bidang yang berkaitan
dengan tugasnya. Karena semakin memiliki kemampuan yang profesional maka
semakin meningkat pula keberhasilan tugas dakwahnya. Da’i akan berhasil dalam tugas
melaksanakan dakwah jika dibekali kemampuan-kemampuan yang berkaitan
dengannya.
Kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki da’i antara lain adalah:9
1. Kemampuan berkomunikasi
Dakwah adalah suatu kegiatan yang melibatkan lebih dari satu orang yang
berarti di sana ada proses komunikasi proses Bagaimana agar suatu pesan da’i
dapat sampai pada komunikan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh da’i.
Dalam proses dakwah komunikan sangatlah variabel sifat dan jenisnya sehingga
hal itu menuntut adanya kemampuan khusus pada seorang da’i agar pesan-pesan
yang akan disebarkan mudah diterima oleh komunikan dengan tidak melalui
banyak hambatan. Kemampuan kemampuan yang harus dimiliki meliputi
kemampuan membaca dan memahami seluk beluk komunikannya sehingga dapat
dirancang metode apa yang cocok untuk dipakai.
2. Kemampuan penguasaan diri
Seorang da’i ibarat seorang pemandu yang bertugas mengarahkan dan
membimbing kliennya untuk mengenal dan mengetahui serta memahami objek-
objek yang belum diketahui dan perlu diketahui. Da’i sebagai pemandu sudah
semestinya bersikap bijak sabar dan penuh kedewasaan. Dalam keadaan tertentu
baik diminta atau tidak sebagai pemandu seorang da’i harus dapat menjelaskan
tentang sesuatu yang belum dipahami kepada kliennya atau audiennya.

9
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, ..., hlm.79-86.
7
Oleh karena itu, sebagai pemandu da’i harus mampu menguasai diri jangan
sampai mengesankan sifat-sifat sombong angkuh dan kaku karena yang berakibat
pada keengganan audien untuk dekat dengan da’i.
3. Kemampuan pengetahuan psikologi
Da’i sebagai komunikator agar dapat berkomunikasi dengan komunikannya
dengan efektif dan sesuai dengan apa yang diharapkan maka ia harus
berpengetahuan dan memahami bidang psikologi karena dengan memahami
pengetahuan ini ia akan dapat bersikap bijaksana dan pantang putus asa dalam
menghadapi komunikannya yang sikap dan kepribadiannya beraneka ragam.
Pengetahuan psikologi perlu dipahami oleh seorang da’i terutama psikologi
kepribadian yang membicarakan model dan sifat-sifat pribadi seseorang psikologi
perkembangan yang membicarakan seseorang psikologi sosial yang membicarakan
karakter dan model kejiwaan manusia sebagai warga masyarakat.
4. Kemampuan pengetahuan kependidikan
Mendidik adalah proses mendewasakan anak menjadi manusia dewasa yang
bakatnya berkembang baik. Manusia perlu pendidikan karena ia adalah makhluk
yang dilahirkan masih dalam segala keterbatasan kemampuan sementara padanya
terdapat potensi-potensi yang perlu dikembangkan untuk memenuhi kebutuhannya
dan menempatkannya sebagai makhluk yang termulia di bumi ini.
Da’i adalah sebagai pendidik yang berusaha meningkatkan dan
mengembangkan kedewasaan anggota masyarakat sehingga mereka menjadi
manusia-manusia yang bertanggungjawab baik pada dirinya sebagai hamba Allah
maupun pada orang lain sebagai sesama anggota masyarakat. Sebagai pendidik
sudah semestinya harus mengerti dan memahami ilmu-ilmu yang berkaitan dengan
pendidikan baik dalam bidang teknik nya metode ataupun strateginya sehingga
akan mudah dicapai tujuan dakwah.
5. Kemampuan pengetahuan dibidang pengetahuan umum
Keanekaragaman pengetahuan dan pendidikan anggota masyarakat menuntut
da’i membekali dirinya dengan seperangkat pengetahuan yang dapat menjadikan
tidak ketinggalan informasi dibandingkan anggota masyarakatnya. Apalagi di alam
pembangunan seperti sekarang ini masyarakat selalu dilecut dan dipacu oleh
informasi ilmu dan teknologi.
Da’i yang hidup pada masyarakat tersebut sudah tentu harus dapat
mengimbanginya informasi-informasi yang up to date agar keberadaannya di
8
tengah masyarakat tidak disepelekan. Ia harus memperkaya diri dengan berbagai
pengetahuan walau kelihatannya pengetahuan itu tidak agamis. Jangan sampai da’i
di alam pembangunan sekarang ini wawasannya tetap statis dan menutup diri akan
informasi-informasi yang baru. Seorang da’i harus menyampaikan informasi
tentang sesuatu lebih awal daripada orang lain.
6. Kemampuan di bidang Al-Qu’ran
Al-Qu’ran adalah wahyu Allah yang merupakan sumber utama materi dakwah.
Isi Al-Qu’ran sifatnya umum sesuai eksistensinya sebagai sumber dari segala
sumber hukum. Oleh karena itu untuk memahami Arti dan maksud ayat-ayat Al-
Qu’ran diperlukan seperangkat ilmu ilmu yang berkaitan dengannya.
Disamping kompetensi mengenai ilmu-ilmu Al-Qu’ran juru dakwah juga
diharuskan mempunyai kemampuan membaca Al-Qu’ran dengan fasih.
Kemampuan membaca Al-Qu’ran dengan fasih menentukan sekali dalam
mempengaruhi massa menerima dakwah. Kaki yang tidak atau kurang fasih
membaca ayat-ayat Al-Qu’ran sering mendapat nilai yang kurang baik dari
masyarakat.
Menguasai kitab suci Al-Qu’ran adalah keharusan yang tidak bisa ditawar-
tawar bagi seorang da’i. Penguasaan terhadap Al-Qu’ran ini baik dalam bidang
membacanya maupun penguasaan dalam memahami dan menginterpretasikan
ayat-ayat Al-Qu’ran.
7. Kemampuan pengetahuan di bidang ilmu Hadis
Jika Al-Qu’ran sebagai sumber utama dalam Islam maka hadis adalah sumber
yang kedua. Da’i harus mempunyai kemampuan di bidang hadis agar ia tidak
terkungkung dan terperosok dengan hadis-hadis mardud. Ilmu Hadis yang
dimaksud adalah ilmu musthalah hadis yang terbagi dalam dua kategori Ilmu Hadis
yaitu Ilmu Hadis dirayah hadis yang membahas hadis dari segi diterima atau
tidaknya suatu hadis dan ilmu Hadis Riwayat yang membahas hadis dari segi
materi hadis itu sendiri.
8. Kemampuan di bidang ilmu agama secara integral
Da’i adalah subjek dakwah dalam hal ini da’i ibarat orang yang serba tahu di
bidang keagamaan. Karena itu agar masyarakat tidak kecewa terhadap eksistensi
da’i yang dianggap serba tahu di bidang agama sekaligus agar dakwahnya dapat
diterima di berbagai kelompok dan lapisan masyarakat maka daerah harus
mempunyai kemampuan yang luas di bidang ilmu-ilmu agama.
9
Da’i bukan hanya sebagai orator tetapi da’i berperan juga sebagai pemuka yang
mampu mempengaruhi masyarakatnya untuk meningkatkan kualitas mukmin dan
muslim seseorang sekaligus mampu membantu masyarakat dalam memecahkan
persoalan-persoalan yang dihadapi baik persoalan yang berkaitan dengan
kemasyarakatan kekeluargaan keimanan maupun peribadatan.
Pada dasarnya seorang juru dakwah atau da’i dituntut untuk memiliki persiapan
dan kelengkapan yang kuat dalam memahami secara mendalam ilmu makna serta
hukum-hukum yang terkandung dalam Al-Qu’ran dan Sunnah. Bentuk pemahaman
ini dapat dirinci lagi dalam tiga hal yaitu:
a. Pemahaman terhadap aqidah islam dengan baik dan benar serta berpegang
teguh pada dalil-dalil Al-Qu’ran dan Sunnah
b. Pemahaman terhadap tujuan hidup dan posisinya di antara manusia.
Pemahaman terhadap ketergantungan hidup untuk akhirat dengan tidak
meninggalkan urusan dunia
c. Iman yang kokoh melahirkan cinta kepada Allah takut kepada siksanya
optimis akan rahmatnya dan mengikuti segala petunjuk rasul-rasulnya. Selalu
berhubungan dengan Allah dalam rangka tawakal atau pun memohon
pertolongannya ikhlas dan jujur dalam ucapan dan perbuatan.
Menurut Abdul Munir Mulkhan, kompetensi dai dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu kompetensi substantif dan kompetensi metodologis. Kompetensi substantif
berupa kondisi da’i atau mubaligh dalam dimensi idealnya. Secara garis besar ada enam
kompetensi substantif atau kompetensi dasar bagi seorang da’i atau mubaligh:10
1. Pemahaman agama Islam secara cukup, tepat dan benar: tugas seorang da’i adalah
menyebarkan agama Islam ke tengah masyarakat. Semakin luas pengetahuan
agama seorang mubaligh, semakin banyak ia mampu memberikan ilmu kapada
masyarakat. Di samping itu, pemahaman Islam harus tepat dan benar. Artinya,
berbagai bid’ah, kufrat, dan tahayul yang sering kali ditempelkan oleh Islam harus
dihilangkan sama sekali.
2. Pemahaman hakikat gerakan dakwah: gerakan dakwah adalah amar ma’ruf nahi
munkar dalam menampilkan ajaran Islam di tengah-tengah masyarakat senantiasa
dikembalikan pada sumber pokok, yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadis. Gerakan dakwah

10
Abdul Munir Mulkhan, Ideologisasi Gerakan Dakwah, (Yogyakarta: Sipres, 1996), hlm.
64.
10
merupakan suatu alat, bukan tujuan. Perjuangan untuk menegakan amal shalih di
zaman modern tidak mungkin dilakukan kecuali dengan organisasi yang rapi dan
modern.
3. Memiliki akhlak al karimah: setiap dai harus memiliki akhlak yang mulia karena
mereka akan dijadikan panutan oleh masyarakat. la akan selalu diikuti oleh umat.
Oleh karena itu, akhlak al karimah harus menjadi pakaian sehari-hari para da’i.
4. Mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan umum yang relatif luas: agar para
da’i mampu menyuguhkan ajaran-ajaran Islam dengan lebih baik, ia harus
memiliki pengetahuan umum yang relatif luas. Dalam kenyatannya, para da’i yang
efektif adalah mereka yang mempunyai pengetahuan yang cukup luas.
5. Mencintai audiens dengan tulus: pada dasarnya, para da’i adalah pendidik umat.
Oleh karena itu, sifat-sifat pendidik yang baik seperti tekun, tulus, sabar, dan
pemaaf juga harus dimiliki oleh para juru dakwah atau da’i.
6. Mengenal kondisi lingkungan dengan baik: menyampaikan pesan-pesan Islam
tidak akan berhasil dengan baik tanpa memahami lingkungan atau ekologi sosial-
budaya dan sosio-politik yang ada. Tabligh Islam tidak dapat dilepaskan dari
setting kemasyarakatan yang ada. Disinilah da’i harus jeli dan cerdas memahami
kondisi umat ijabah dan umat dakwah yang dihadapi supaya dapat menyodorkan
pesan-pesan Islam tepat sesuai dengan kebutuhan mereka.
Kompetensi-kompetensi substantif di atas adalah sesuatu yang wajib adanya bagi
setiap da’i. Kompetensi tersebut adalah kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh
seorang da’i. Selain itu, seorang da’i juga harus memiliki kompetensi metodologis,
yaitu sejumlah kemampuan yang harus dimilki oleh seorang da’i yang berkaitan dengan
masalah perencanaan dan metodologi dakwah. Dengan ungkapan lain, kompetensi
metodologis adalah kemampuan yang ada dalam diri da’i sehingga ia mampu membuat
perencanaan dakwah yang akan dilakukan dengan baik, sekaligus mampu
melaksanakan perencanaan tersebut. Kompetensi metodologis berhubungan dengan
kemampuan da’i untuk merencanakan dakwah karena aktivitas dakwah pada dasarnya
mempunyai tujuan untuk mempengaruhi dan merubah pola pikir, perilaku, dan tindakan
manusia yang kurang baik menjadi lebih baik.

11
Adapun yang berkaitan dengan kemampuan metodologis yang harus dimiliki
seorang juru dakwah meliputi:11
1. Da’i harus mampu mengidentifikasi permasalahan dakwah yang dihadapi, yaitu
mampu mendiagnosis dan menentukan kondisi keberagamaan objek dakwah yang
dihadapi. Identifikasi masalah diartikan sebagai temuan-temuam yang
menunjukkan kesenjangan antara kondisi yang ada dengan kondisi yang
diinginkan. Dalam konteks dakwah, berarti kesenjangan antara kondisi ideal
(menurut tolak ukur ajaran agama Islam) manusia dengan kenyataan yang ada pada
objek dakwah yang dihadapi.
2. Da’i harus mampu mencari dan mendapatkan informasi mengenai ciri-ciri objektif
dan subjektif objek dakwah, serta kondisi lingkungannya.
3. Berdasarkan informasi yang diperoleh, da’i harus mampu menyusun langkah
perencanaan kegiatan dakwah sesuai dengan pemecahan permasalahan yang ada.
Langkah tersebut berupa pengidentifikasian beberapa model, dan memilih mana
yang paling tepat serta menerapkan strategi pelaksanaannya. Untuk dapat memiliki
kompetensi ini, seorang da’i dituntut memiliki pengetahuan luas terutama yang
menyangkut ilmu-ilmu bantu.
4. Kemampuan untuk merealisasikan perencanaan tersebut dalam pelaksanaan
kegiatan dakwah. Berbagai kompetensi di atas seharusnya ada dalam diri dai agar
dia mampu melaksanakan dakwah dengan efektif dan efisien. Untuk memiliki
berbagai kompetensi di atas, seorang da’i harus memiliki pengetahuan yang
mendalam tentang ilmu agama dan ilmu-ilmu yang lain.
Kunci keberhasilan juru dakwah sebenarnya terletak pada wajah atau da’i sebagai
subjek dakwah itu sendiri. Dalam hal ini Rasulullah telah mencontohkan keberhasilan
dakwahnya dalam mengembangkan ajaran Islam yang seharusnya menjadi teladan bagi
para da’i. Suatu keyakinan sikap dan perilaku sehingga Rasulullah mendapat
pertolongan Allah dalam mengemban fungsi kerisalahannya.
Adapun sikap para da’i haruslah ilmiah dan amaliyah dalam berbagai
permasalahan. Ilmiah berarti harus berdasarkan ilmu Alquran dan Sunnah Dengan
pemahaman komprehensif dan sama sekali tidak berdasarkan hawa nafsu kemarahan
atau kecintaan. Sedangkan Amaliah berarti sikap pengamalan ilmu Al-Qu’ran dan

11
Nawawi, “Kompetensi Juru Dakwah”.Jurnal Dakwah dan Komunikasi. Vol. 3 No. 2, Juli-Desember
2016. hlm. 5-6.

12
Sunnah dengan diikhlaskan semata-mata karena Allah bukan untuk kepentingan materi
dan pribadi serta pelampiasan hawa nafsu.
Pada dasarnya seorang juru dakwah hendaklah memiliki kemampuan
komprehensif di dalam masalah-masalah agama Islam di samping sekaligus
mengamalkannya. Sehingga dengan demikian kunci sukses seorang da’i terletak pada
kesungguhan dan keikhlasan dalam menyampaikan ajaran-ajaran Islam.12
C. Materi Dakwah
Maddah Dakwah adalah isi pesan atau materi yang di sampaikan da’i kepada
mad’u. Materi dakwah adalah ajaran islam yang bersumber dari Al-Qu’ran dan hadis.
Menurut muhiddin (2002:139) materi dakwah dapat di kembangkan dari prinsip;
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat, disesuaikan dengann kadar
intelektual masyarakat mencakup ajaran islam secara kaffah dan universal, yakni aspek
ajaran tentang hidup dan kehidupan, merespon dan menyentuh tantangan dan
kebutuhan asasi dan kebutuhan sekunder, dan disesuakan dengan program umum
syariat islam.13
Materi dakwah ( maddah ad-da'wah) adalah pesan-pesan dakwah islam atau segala
sesuatu yang harus disampaikan subjek kepada objek dakwah yaitu keseluruhan ajaran
Islam yang ada di dalam kitabullah maupun sunnah rasulnya. Pesan-pesan dakwah
yang disampaikan pada objek dakwah adalah pesan-pesan yang berisi ajaran Islam.
Keseluruhan materi dakwah pada dasarnya bersumber pada dua sumber pokok
ajaran Islam. Kedua sumber ajaran islam itu adalah :
1. Al-Qu’ran
Agama Islam adalah agama yang menganut ajaran kitab Allah yakni Al-Qu’ran.
Al-Qu’ran merupakan sumber petunjuk sebagai landasan Islam. Karena itu sebagai
materi utama dalam berdakwah Al-Qu’ran menjadi sumber utama dan pertama
yang menjadi landasan untuk materi dakwah. Keseluruhan Al-Qu’ran merupakan
materi dakwah dalam hal ini seseorang harus menguasai Al-Qu’ran baik dalam
membacanya maupun penguasaan terhadap isi kandungan Al-Qu’ran.
2. Hadis
Hadis merupakan sumber kedua dalam Islam. Hadis merupakan penjelasan-
penjelasan dari Nabi dalam merealisasikan kehidupan berdasar Al-Qu’ran. Dengan

12
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, ..., hlm.86-87.
13
Syamsuddin, Pengantar Sosiologi Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2016), hlm. 316.
13
menguasai materi hadis maka seorang da’i telah memiliki bekal dalam
menyampaikan tugas dakwah. Penguasaan terhadap materi dakwah hadis ini
menjadi sangat urgen bagi juru dakwah. Karena justru beberapa ajaran Islam yang
bersumber dari Al-Qu’ran diinterpretasikan melalui sabda-sabda nabi yang
tertuang dalam Hadis.14
Secara konseptual pada dasarnya materi dakwah islam tergantung pada tujuan
dakwah yang hendak dicapai. Namun secara global materi dakwah dapat
diklarifikasikan menjadi tiga pokok yaitu:15
1. Masalah keimanan (aqidah)
Aqidah adalah pokok kepercayaan dalam agama Islam. Akidah Islam disebut
tauhid dan merupakan inti dari kepercayaan. Tauhid adalah suatu kepercayaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Islam aqidah merupakan I'tikad bathiniyah
yang mencakup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan rukun iman.
Dalam bidang aqidah Ini bukan saja pembahasannya tertuju pada masalah-
masalah yang wajib diimani akan tetapi materi dakwah juga meliputi masalah-
masalah yang dilarang sebagai lawannya misalnya syirik atau menyekutukan-nya
adanya Tuhan ingkar dengan adanya Tuhan dan sebagainya.
2. Masalah keislman (syariat)
Syariat adalah seluruh hukum dan perundang-undangan yang terdapat dalam
Islam baik yang berhubungan manusia dengan Tuhan maupun antar manusia
sendiri. Dalam Islam syariat berhubungan erat dengan amal lahir atau nyata dalam
rangka menaati semua peraturan atau hukum Allah guna mengatur hubungan antar
manusia dengan Tuhannya dan mengatur antar sesama manusia.
Pengertian syariah mempunyai dua aspek hubungan yaitu hubungan antara
manusia dengan Tuhan (vertikal) yang disebut ibadah dan hubungan manusia
dengan sesama manusia ( horizontal) yang disebut muamalat
3. Masalah budi pekerti (akhlaqul karimah)
Akhlak dalam aktivitas dakwah atau sebagai materi dakwah merupakan
pelengkap saja yakni untuk melengkapi keimanan dan keislaman seseorang.
Meskipun akhlak ini berfungsi sebagai pelengkap bukan berarti masalah akhlak

14
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, ..., hlm.89.
15
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, ..., hlm.90-92.
14
kurang penting dibandingkan dengan masalah keimanan dan keislaman akan tetapi
akhlak merupakan penyempurna keimanan dan keislaman seseorang.
Ajaran akhlak atau budi pekerti dalam Islam termasuk kedalam materi dakwah
yang penting untuk disampaikan kepada masyarakat penerima dakwah. Islam
menjunjung tinggi nilai-nilai moralitas dalam kehidupan manusia. Dengan akhlak
yang baik dan keyakinan agama yang kuat maka Islam membendung terjadinya
dekadensi moral.
Di samping materi dakwah yang telah disebutkan materi dakwah lain yang menjadi
tema pembahasan dakwah islam dapat bersifat masalah-masalah yang dihadapi dalam
kehidupan sosial masyarakat pada umumnya.
Menurut Burmawi Umari materi dakwah Islam antara lain:16
1. Aqidah, menyebarkan dan menanamkan pengertian aqidah Islamiyah berpangkal
dari rukun iman yang prinsipil dan segala perinciannya.
2. Akhlak, menerangkan mengenai akhlak mahmudah dan akhlak mazmumah dengan
segala dasar hasil dan akibatnya diikuti oleh contoh-contoh yang telah pernah
berlaku dalam sejarah.
3. Ahkam menjelaskan aneka hukum meliputi soal-soal ibadah Al ahwal as-
syahsiyah, Muamalat yang wajib diamalkan oleh setiap muslim.
4. Ukhuwah menggambarkan persaudaraan yang dikehendaki oleh Islam antara
penganutnya sendiri serta sikap pemeluk Islam terhadap pemeluk agama lain.
5. Pendidikan melukiskan sistem pendidikan model Islam yang telah dipraktikkan
oleh tokoh-tokoh pendidikan islam di masa sekarang.
6. Sosial mengemukakan solidaritas menurut tuntutan agama Islam tolong-menolong
kerukunan hidup sesuai dengan ajaran Alquran dan hadis
7. Kebudayaan mengembangkan perilaku kebudayaan yang tidak bertentangan
dengan norma-norma agama mengingat pertumbuhan kebudayaan dengan sifat
asimilasi dan akulturasi sesuai dengan ruang dan waktu.
8. Kemasyarakatan menguraikan konstruksi kemasyarakatan yang berisi ajaran Islam
dengan tujuan keadilan dan kemakmuran bersama.
9. Amar Ma'ruf mengajak manusia untuk berbuat baik guna memperoleh sa'adah fi
ad-darain (kebahagiaan di dunia dan di akhiat).

16
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, ..., hlm.92.
15
10. Nahi munkar melarang manusia dari berbuat jahat agar terhindar dari malapetaka
yang akan menimpa manusia di dunia dan di akhirat.
Pada dasarnya materi dakwah dapat disesuaikan ketika seorang da’i
menyampaikan materi dakwahnya kepada mad'u atau objek. Pokok-pokok materi
dakwah yang disampaikan juga harus melihat situasi dan kondisi objek sebagai
penerima dakwah. Dengan demikian pesan-pesan dakwah yang berisi materi dakwah
tersebut dapat diterima dengan baik oleh penerima dakwah. Dan pada akhirnya materi
dakwah yang disampaikan tersebut bisa diamalkan dan dipraktikkan oleh penerima
dakwah dalam kehidupan sehari-hari.17

17
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, ..., hlm.93.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

17
Daftar Pustaka

Amin, Samsul Munir. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah.


Aziz, M. Ali. 2004. Ilmu Dakwah. Jakarta: Prenada Media.
Mulkhan, Abdul Munir.1996. Ideologisasi Gerakan Dakwah. Yogyakarta: Sipres.
Nawawi. 2016. Kompetensi Juru Dakwah. Jurnal Dakwah dan Komunikasi. Vol. 3 No.
2.
Saputra, Wahidin. 2011. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Syamsuddin. 2016. Pengantar Sosiologi Dakwah. Jakarta: Kencana.

18

Anda mungkin juga menyukai