Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan
PERAWATAN PERINEUM
OLEH: KELOMPOK 7
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Perineum
Perineum merupakan bagian permukaan dari pintu bawah panggul
yang terletak antara vulva dan anus, panjangnya kira-kira 4 cm
(Prawirohardjo, 2008). Diafragma pelvis terdiri dari muskulus levator
ani dan muskulus koksigis di bagian posterior serta selubung fasia dari
otot-otot ini. Muskulus levator ani membentuk sabuk otot yang lebar
bermula dari permukaan posterior ramus phubis superior, dari
permukaan dalam spina ishiaka dan dari fasia obturatorius. Serabut
otot berinsersi pada tempat-tempat berikut ini: di sekitar vagina dan
rektum, membentuk sfingter yang efisien untuk keduanya, pada
persatuan garis tengah di bawah rektum dan pada tulang ekor.
Diafragma urogenitalis terletak di sebelah luar diafragma pelvis, yaitu
di daerah segitiga antara tuberositas iskial dan simpisis phubis.
Diafragma urogenital terdiri dari muskulus perinialis transversalis
profunda, muskulus konstriktor uretra dan selubung fasia interna dan
eksterna (Cunningham, 2005).
Persatuan antara mediana levatorani yang terletak antara anus
dan vagina diperkuat oleh tendon sentralis perineum, tempat bersatu
bulbokavernosus, muskulus perinialis transversalis superfisial dan
sfingter ani eksterna. Jaringan ini yang membentuk korpus perinialis
dan merupakan pendukung utama perineum, sering robek selama
persalinan, kecuali dilakukan episiotomi yang memadai pada saat
yang tepat. Infeksi setempat pada luka episiotomi merupakan infeksi
masa puerperium yang paling sering ditemukan pada genetalia
eksterna (Cunningham, 2005).
B. Pengertian Luka Perineum
Luka perineum didefinisikan sebagai adanya robekan pada
jalan rahim maupun karena episiotomy pada saat melahirkan janin.
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan
tidak jarang juga terjadi pada persalinan berikutnya (Wiknjosastro,
2008). Luka perineum didefinisikan sebagai adanya robekan pada jalan
rahim maupun karena episotomi pada saat melahirkan janin. Robekan
perineum terjadi secara spontan maupun robekan melalui tindakan
episiotomi. Mansjoer (2002) mendefinisikan luka sebagai keadaan
hilang/terputusnya kontinuitas jaringan.
Menurut Wiknjosastro (2006), pada proses persalinan sering
terjadi rupturperineum yang disebabkan antara lain: kepala janin lahir
terlalu cepat, persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya, riwayat
jahitan perineum, pada persalinan dengan distosia bahu. Berdasarkan
pernyataan Mochtar (2005), bahwa penyebab terjadinya robekan jalan
lahir adalah kepala janin besar, presentasi defleksi, primipara, letak
sunsang, pimpinan persalinan yang salah, dan pada tindakan ekstraksi
vakum, ekstraksi forcep, dan embriotomi.
No Prosedur Tindakan
1. Pengertian Perawatan luka perineum adalah perawatan dengan cara
membersihkan vulva dan vagina serta daerah sekitarnya pada
pasien yang sedang nifas atau pasien yang belum bisa
melakukannya sendiri .
2. Tujuan 1. Mencegah infeksi
2. Menjaga kebersihan
3. Membantu proses penyembuhan luka perineum
4. Memberikan rasa nyaman pada pasien
4. Alat dan Bahan 1. Alat
a. Bengkok
b. Perlak
c. Handuk bersih
d. 1 kantong plastic
e. Botol cebok berisih air matang
f. Pispot
2. Bahan
a. Handscoon bersih 1 pasang
b. Handscoon steril 1pasang
c. Betadine
d. Bak instrument berisi : Kom berisi air DTT
(Desinfektan Tingkat Tinggi) dan Kapas DTT
(Sublimat), kasa steril
e. Celana dalam
f. Pembalut
5. Prosedur
A. Tahap pra Interaksi
1. Melakukan vrifikasi program pengobtan klien
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
B. Tahap Orientasi
1. Memberi salam kpada pasien
2. Mnjelaskan tujuan dan prosedurtindakan
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
sebelum kegiatan dilakukan
C. Tahap Kerja
1. Memasang sampiran
2. Memasang selimut mandi
3. Mengatur posisi pasien dorsal recumbent
4. Mengasang alas perlak di bawa bokong pasien
5. Gunakan handscoon bersih
6. Melepaskan celana dan pembalut
7. Petugas memeriksa keadaan lochea (jumlah, warna,
dan bauh)
8. Buang pembalut di kantong plastik
9. Memasang pispot dan dekatkan nirbekan disekat
pasien
10. Menguyur vulva dengan air matang
11. Lap dengan kasa steril
12. Mengeluarkan pispot dari bokong pasien meletakan
bengkok dan kom berisi desinfektan dan kapas
kedekat vulva
13. Lepaskan sarung tangan bersih, gunakan sarung
tangan steril
14. Jika ada hacting observasi keadaan perineum
(adakah jahitan lepas, longgar, bengkak dan merah)
jika ada
15. Membuka vulva dengan ibu jari dan jari telunjuk kiri
(gungatang tangan yang tidak dominan)
16. Ambil kapas dan membersihkan vulva mulai dari
labia mayora kiri, labia mayora kanan, setelah itu
labia minora kiri, labia minora kanan, vestibulum
perineum. Arah dari atas ke bawah (1 kapas 1 kali
usap)
17. Mengobati luka dengan beri betadine atau obat yang
diresepkan oleh dokter
18. Memasang kembali celana dalam yang sudah di
alasi pembalut
19. Lepaskan handscoon
20. Rapikan alat dan rapikan pasien
21. Cuci tangan
D. Tahap terminasi
1. Mengevalusasi respon pasien
2. Dokumentasikan : warna lochea, bau, karakteristik
luka dan kondisi jahitan
6. Unite terkait Kebidanan
E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Perawatan Luka
Perineum
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Ketrampilan untuk merawat luka perineum bertujuan untuk mengurangi
infeksi oleh sebab itu sebagai seorang tenaga medis memahami
tantang perawatan perineum sehingga dapat mengaplikasin isi
makalah ini sehingga dalam aplikasi perawatan sesuai dengan prinsip
kesehatnan.
DAFTAR PUSTAKA
Rina .K., Verby D., Yolanda B. (2017) Hubungan Perawatan Luka Perineum
Dengan Perilaku Personal Hygiene Ibu Post Partum Di Rumah Sakit
Pancaran Kasih Gmim Manado https://ejournal.unsrat.ac.id/ [Jurnal],
diakses tanggal 30, September 2019