Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Laporan Pendahuluan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PERAWATAN PERINEUM

OLEH: KELOMPOK 7

Irawanti Saman Jenivermatasarina

Irene Lombetabang Jenifer Esterlia Dequeljoue

Irma Elmas Jenti Stien Sobon

Irnawati Tiondo Jesti J Sawaule

Cludia Lessil Hariayanto Rombe

Jecklin Angelia Rumodor Kenia Olivbri Dwi Putri

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA MARIS
MAKASSAR
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perawatan post partum harus benar-benar diperhatikan karena


diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah
persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam
pertama (Dewi dan Sunarsih, 2011). Penyebab kematian ibu yaitu
karena perdarahan 30,3%, hipertensi 27,1%, infeksi 7,3%, lain – lain
40,8 % (KeMenKes RI 2016).

Luka perineum didefinisikan sebagai adanya robekan pada


jalan rahim maupun karena episiotomy pada saat melahirkan janin.
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan
tidak jarang juga terjadi pada persalinan berikutnya (Wiknjosastro,
2008).

Perawatan perineum yang tidak benar dapat mengakibatkan


kondisi perineum yang terkena lokhea akan lembab dan sangat
menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan
timbulnya infeksi pada perineum. Infeksi tidak hanya menghambat
proses penyembuhan luka tetapi dapat juga menyebabkan kerusakan
pada jaringan sel penunjang, sehingga akan menambah ukuran dari
luka itu sendiri, baik panjang maupun kedalaman luka (Marmi, 2014).
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah :
1. Mahasiswa mapu mengetahui perawatan dan mampu
mempraktekan perineum
2. Mahasiswa mampu mengetahui faktor-faktor mempengaruhi
proses penyembuhan luka perineum
3. Mahasiswa mampu mengetahui komplikasi dari perawatan
perineum yang tidak baik.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Perineum
Perineum merupakan bagian permukaan dari pintu bawah panggul
yang terletak antara vulva dan anus, panjangnya kira-kira 4 cm
(Prawirohardjo, 2008). Diafragma pelvis terdiri dari muskulus levator
ani dan muskulus koksigis di bagian posterior serta selubung fasia dari
otot-otot ini. Muskulus levator ani membentuk sabuk otot yang lebar
bermula dari permukaan posterior ramus phubis superior, dari
permukaan dalam spina ishiaka dan dari fasia obturatorius. Serabut
otot berinsersi pada tempat-tempat berikut ini: di sekitar vagina dan
rektum, membentuk sfingter yang efisien untuk keduanya, pada
persatuan garis tengah di bawah rektum dan pada tulang ekor.
Diafragma urogenitalis terletak di sebelah luar diafragma pelvis, yaitu
di daerah segitiga antara tuberositas iskial dan simpisis phubis.
Diafragma urogenital terdiri dari muskulus perinialis transversalis
profunda, muskulus konstriktor uretra dan selubung fasia interna dan
eksterna (Cunningham, 2005).
Persatuan antara mediana levatorani yang terletak antara anus
dan vagina diperkuat oleh tendon sentralis perineum, tempat bersatu
bulbokavernosus, muskulus perinialis transversalis superfisial dan
sfingter ani eksterna. Jaringan ini yang membentuk korpus perinialis
dan merupakan pendukung utama perineum, sering robek selama
persalinan, kecuali dilakukan episiotomi yang memadai pada saat
yang tepat. Infeksi setempat pada luka episiotomi merupakan infeksi
masa puerperium yang paling sering ditemukan pada genetalia
eksterna (Cunningham, 2005).
B. Pengertian Luka Perineum
Luka perineum didefinisikan sebagai adanya robekan pada
jalan rahim maupun karena episiotomy pada saat melahirkan janin.
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan
tidak jarang juga terjadi pada persalinan berikutnya (Wiknjosastro,
2008). Luka perineum didefinisikan sebagai adanya robekan pada jalan
rahim maupun karena episotomi pada saat melahirkan janin. Robekan
perineum terjadi secara spontan maupun robekan melalui tindakan
episiotomi. Mansjoer (2002) mendefinisikan luka sebagai keadaan
hilang/terputusnya kontinuitas jaringan.
Menurut Wiknjosastro (2006), pada proses persalinan sering
terjadi rupturperineum yang disebabkan antara lain: kepala janin lahir
terlalu cepat, persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya, riwayat
jahitan perineum, pada persalinan dengan distosia bahu. Berdasarkan
pernyataan Mochtar (2005), bahwa penyebab terjadinya robekan jalan
lahir adalah kepala janin besar, presentasi defleksi, primipara, letak
sunsang, pimpinan persalinan yang salah, dan pada tindakan ekstraksi
vakum, ekstraksi forcep, dan embriotomi.

C. Klasifikasi Luka (Ruptur) Perineum


Klasifikasi ruptur perineum menurut Prawiroharjo (2008) terbagi dua
bagian yaitu:
1. Ruptur perineum spontan Ruptur perineum spontan luka pada
perineum yang terjadi karena sebab-sebab tertentu tanpa
dilakukan tindakan perobekan atau disengaja. Luka ini terjadi pada
saat persalinan dan biasanya tidak teratur.
2. Ruptur perineum yang disengaja (episiotomi)
Ruptur perineum yang disengaja (episiotomi) adalah luka perineum
yang terjadi karena dilakukan pengguntingan atau perobekan pada
perineum. Episiotomi adalah torehan yang dibuat pada perineum
untuk memperbesar saluran keluar vagina.
Wiknjosastro (2006), menyebutkan bahwa robekan perineum dapat di
bagi dalam 4 tingkatan yaitu:

1. Tingkat I: Robekan hanya terjadi pada selaput lender vagina


dengan atau tanpa mengenai kulit perineum sedikit.
2. Tingkat II: Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selama
mengenai selaput lendir vagina juga mengenai muskulus perinei
transversalis, tapi tidak mengenai sfingter ani.
3. Tingkat III: Robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum
sampai mengenai otot-otot sfingter ani. Ruptura perinei totalis di
beberapa kepustakaan yang berbeda disebut sebagai termasuk
dalam robekan derajat III atau IV.
4. Tingkat IV:Robekan hingga epitel anus. Robekan mukosa rectum
tanpa robekan sfingter ani sangat jarang dan tidak termasuk dalam
klasifikasi diatas.

D. Perawatan Luka Perineum

Perawatan luka perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk


menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada
ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta sampai dengan
kembalinya organ membran seperti pada waktu sebelum hamil
(Mochtar, 2002). Menurut Ismail, 2002 dalam Suparyanto (2009),
bahwa perawatan luka merupakan suatu usaha untuk mencegah
trauma (injury) pada kulit, membran mukosa atau jaringan lain yang
disebabkan oleh adanya trauma, fraktur, luka operasi yang dapat
merusak permukaan kulit.
Luka perineum yang bengkak, merah dan mengeluarkan pus
(nanah) dapat disebabkan karena faktor ketidaktahuan dalam
perawatan perineum, juga kecerobohan tindakan episiotomi dapat
mengakibatkan infeksi dan berakibat besar meningkatkan angka
kematian ibu (Saifuddin, 2005).
Menurut Prasetyawati (2011) menyebutkan bahwa penyakit
adalah kegagalan mekanisme adaptasi suatu organisme untuk
bereaksi secara tepat terhadap rangsangan atau tekanan maka
timbullah gangguan pada fungsi atau struktur dari bagian organisasi
atau sistem dari tubuh.

E. Tujuan Perawatan Perineum


Tujuan perawatan perineum menurut Hamilton, 2002 dalam
Suparyanto (2009), adalah mencegah terjadinya infeksi sehubungan
dengan penyembuhan jaringan.
Menurut Ismail,2002 dalam Suparyanto (2009) menyebutkan tujuan
perawatan luka adalah :
1. Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam kulit
dan membran mukosa
2. Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan
3. Mempercepat penyembuhan dan mencegah perdarahan
4. Membersihkan luka dari benda asing atau debris
5. Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat

F. Pelaksanaan Perawatan Perineum

Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan


infeksi organ-organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya
mikroorganisme yang masuk melalui vulva yang terbuka atau akibat
dari perkembangbiakan bakteri pada peralatan penampung lochea
(pembalut) (Feerer, 2001 dalam Cendikia, 2008).

Menurut Rajab (2009), seorang individu yang merasa dirinya


sedang sakit, perilaku sakit bisa berfungsi sebagai mekanisme koping.
Perilaku sakit (illness behavior) merupakan perilaku orang sakit yang
meliputi cara seseorang memantau tubuhnya, mendefinisikan dan
menginterpretasikan gejala yang dialami, melakukan upaya
penyembuhan, dan penggunaan sistem pelayanan kesehatan.
Pada masa nifas asuhan kebidanan lebih ditujukan kepada
upaya pencegahan (preventif) terhadap infeksi, karena pada akhir hari
kedua nifas kuman-kuman di vagina dapat mengadakan kontaminasi,
tetapi tidak semua wanita mengalami infeksi oleh karena adanya
lapisan pertahanan leukosit dan kuman-kuman relatif tidak virulen
serta penderita mempunyai kekebalan terhadap infeksi (Prawirohardjo,
2008). Salah satu upaya preventif untuk menurunkan angka kejadian
infeksi pada ibu nifas dengan melakukan perawatan luka perineum.
Perawatan perineum umumnya bersamaan dengan perawatan vulva.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah mencegah kontaminasi dengan
rektum, menangani dengan lembut jaringan luka, membersihkan darah
yang menjadi sumber infeksi dan bau (Saifuddin, 2007).
Standar Operasional Prosedur Perawatan Perineum

No Prosedur Tindakan
1. Pengertian Perawatan luka perineum adalah perawatan dengan cara
membersihkan vulva dan vagina serta daerah sekitarnya pada
pasien yang sedang nifas atau pasien yang belum bisa
melakukannya sendiri .
2. Tujuan 1. Mencegah infeksi
2. Menjaga kebersihan
3. Membantu proses penyembuhan luka perineum
4. Memberikan rasa nyaman pada pasien
4. Alat dan Bahan 1. Alat
a. Bengkok
b. Perlak
c. Handuk bersih
d. 1 kantong plastic
e. Botol cebok berisih air matang
f. Pispot
2. Bahan
a. Handscoon bersih 1 pasang
b. Handscoon steril 1pasang
c. Betadine
d. Bak instrument berisi : Kom berisi air DTT
(Desinfektan Tingkat Tinggi) dan Kapas DTT
(Sublimat), kasa steril
e. Celana dalam
f. Pembalut
5. Prosedur
A. Tahap pra Interaksi
1. Melakukan vrifikasi program pengobtan klien
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
B. Tahap Orientasi
1. Memberi salam kpada pasien
2. Mnjelaskan tujuan dan prosedurtindakan
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
sebelum kegiatan dilakukan
C. Tahap Kerja
1. Memasang sampiran
2. Memasang selimut mandi
3. Mengatur posisi pasien dorsal recumbent
4. Mengasang alas perlak di bawa bokong pasien
5. Gunakan handscoon bersih
6. Melepaskan celana dan pembalut
7. Petugas memeriksa keadaan lochea (jumlah, warna,
dan bauh)
8. Buang pembalut di kantong plastik
9. Memasang pispot dan dekatkan nirbekan disekat
pasien
10. Menguyur vulva dengan air matang
11. Lap dengan kasa steril
12. Mengeluarkan pispot dari bokong pasien meletakan
bengkok dan kom berisi desinfektan dan kapas
kedekat vulva
13. Lepaskan sarung tangan bersih, gunakan sarung
tangan steril
14. Jika ada hacting observasi keadaan perineum
(adakah jahitan lepas, longgar, bengkak dan merah)
jika ada
15. Membuka vulva dengan ibu jari dan jari telunjuk kiri
(gungatang tangan yang tidak dominan)
16. Ambil kapas dan membersihkan vulva mulai dari
labia mayora kiri, labia mayora kanan, setelah itu
labia minora kiri, labia minora kanan, vestibulum
perineum. Arah dari atas ke bawah (1 kapas 1 kali
usap)
17. Mengobati luka dengan beri betadine atau obat yang
diresepkan oleh dokter
18. Memasang kembali celana dalam yang sudah di
alasi pembalut
19. Lepaskan handscoon
20. Rapikan alat dan rapikan pasien
21. Cuci tangan
D. Tahap terminasi
1. Mengevalusasi respon pasien
2. Dokumentasikan : warna lochea, bau, karakteristik
luka dan kondisi jahitan
6. Unite terkait Kebidanan
E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Perawatan Luka
Perineum

Penyembuhan luka yang mengalami kelambatan di sebabkan


karena bebarapa masalah diantaranya perdarahan yang disertai
dengan perubahan tandatanda vital, infeksi seperti kulit kemerahan,
demam dan timbul rasa nyeri, pecahnya luka jahitan sebagian atau
seluruhnya akibat terjadinya trauma serta menonjolnya organ bagian
dalam ke arah luar akibat luka tidak segera menyatu.
dengan baik (Hidayat dan Musrifatul, 2014), sedangkan penyembuhan
luka pada robekan perineum ini akan sembuh bervariasi, ada yang
sembuh normal dan ada yang mengalami kelambatan dalam
penyembuhannya, hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya
karakteristik ibu bersalin, status gizi, kondisi perlukaan dan
perawatannya (Rukiyah, 2010).

F. Akibat Perawatan perineum Yang Tidak Benar

Akibat dari perpanjangan kesembuhan luka perineum adalah infeksi,


hematoma, dehiscence, keloid, dan formasi hipertrofik scar (Huliana,
2003 ).

Akibat perawatan perineum yang kurang baik mengakibatkan kondisi


perineum yang terkena lochea menjadi lembab dan akan sangat
menunjang perkembangbiakan bakteri yang menyebabkan timbulnya
infeksi pada perineum yang dapat menghambat proses penyembuhan
luka.
Menurut Suwiyoga (2004) perawatan perineum yang tidak
benar dapat mengakibatkan kondisi perineum yang terkena lokhea
dan lembab akan sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang
dapat menyebabkan infeksi pada perineum. Munculnya infeksi pada
perineum dapat merambat ke saluran kandung kencing ataupun pada
jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi kandung
kencing maupun jalan lahir. Benda asing dapat bertindak sebagai
fokus infeksi pada luka dan jika luka terkontaminasi oleh benda asing
atau jaringan nekrotik, pembersihan luka diperlukan untuk mencegah
perlambatan penyembuhan.
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perawatan luka perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk


menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada
ibu yang dalam masa antara kelahiran placenta sampai dengan
kembalinya organ membran seperti pada waktu sebelum hamil
(Mochtar, 2002). Perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan
infeksi organ-organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya
mikroorganisme yang masuk melalui vulva yang terbuka atau akibat
dari perkembangbiakan bakteri pada peralatan penampung lochea
(pembalut) (Feerer, 2001 dalam Cendikia, 2008). Akibat dari
perpanjangan kesembuhan luka perineum adalah infeksi, hematoma,
dehiscence, keloid, dan formasi hipertrofik scar (Huliana, 2003 ).
Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat ke saluran
kandung kencing ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada
munculnya komplikasi kandung kencing maupun jalan lahir. Benda
asing dapat bertindak

B. Saran
Ketrampilan untuk merawat luka perineum bertujuan untuk mengurangi
infeksi oleh sebab itu sebagai seorang tenaga medis memahami
tantang perawatan perineum sehingga dapat mengaplikasin isi
makalah ini sehingga dalam aplikasi perawatan sesuai dengan prinsip
kesehatnan.
DAFTAR PUSTAKA

Novila Hardiana Utami (2017). Hubungan Antara Perawatan Luka Perineum


Dengan Penyembuhan Luka Perineum Ibu Post Partum
Http://Journal.Unisla.Ac.Id/ [Jurnal], diakses tanggal 30, September 2019

Rina .K., Verby D., Yolanda B. (2017) Hubungan Perawatan Luka Perineum
Dengan Perilaku Personal Hygiene Ibu Post Partum Di Rumah Sakit
Pancaran Kasih Gmim Manado https://ejournal.unsrat.ac.id/ [Jurnal],
diakses tanggal 30, September 2019

Triasnawati (2015 ). Faktor -Faktor Yang Berhubungan Dengan


Penyembuhan Luka Jahitan Perineum Pada Ibu Nifas Di Puskesmas
Mergangsan Yogyakarta
Http://Digilib.Unisayogya.Ac.Id [Jurnal], diakses tanggal 30, September 2019

Anda mungkin juga menyukai