Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Income Concepts

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

INCOME CONCEPTS

Tujuan utama dari akuntansi keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang
berguna bagi investor dalam pengambilan keputusan terkait peforma perusahaan. Kebutuhan
akan konsep pendapatan dalam lingkungan telah didokumentasikan dan oleh Alexander
didiskusikan penggunaannya dalam bidang:
1. Sebagai dasar dari salah satu bentuk prinsip perpajakan.
2. Dalam laporan publik, sebagai alat ukur kesuksesan operasi perusahaan.
3. Sebagai sebuah criteria untuk menentukan ketersedian deviden.
4. Penentuan rate oleh pihak berwenang untuk menginvestigasi apakah rate tersebut
fair dan reasonable.
5. sebagai panduan bagi manajemen dari sebuah perusahaan dalam melakukan
pekerjaannya..
Penentuan pendapatan juga penting mengingat nilai perusahaan terkait pada
labanya sekarang dan di masa depan. Selama tiga decade terakhir, hubungan antara
informasi akuntansi terhadap nilai perusahaan telah menjadi subjek yang menarik
bagi peneliti. Seperti yang sudah dijelaskan dalam bab 4, Efficient Markets
Hypothesis (EMH) menyatakan bahwa harga saham perusahaan mencerminkan
konsensus ekspektasi pasar mengenai pendapatan dan arus kas perusahaan
masa mendatang selagi secara berkelanjutan menggali informasi tentang ekonomi
dan aksi kompetitor.
Seperti yang sudah dijelaskan dalam bab 4, kinerja dari banyak perusahaan
besar seringkali diikuti oleh analis keuangan yang menyediakan estimasi
pendapatan per kuartal. Ketika pendapatan asli melebihi yang diestimasikan oleh
analis, maka akan terdapat respon positif dari pasar dan respon negatif akan
didapat jika kejadiannya terjadi sebaliknya. Respon negative biasanya akan
bertambah kompleks dengan keberadaan whisper number. Whisper number terjadi
ketika beberapa analis mengestimasi pendapatan kuartal perusahaan dengan
jumlah yang berbeda dari estimasi asli mereka ketika mendekati tanggal pelaporan.
Sumber dari whisper number biasanya dari pekerja atau ‘orang dalam’ yang
membocorkannya. Isu ini khususnya relevan untuk didiskusikan dalam hal
materialitas, kualitas laba, dan manajemen laba.
Terkait penggunaan konsep pendapatan yang luas dalam ekonomi, terdapat
perbedaan pendapat untuk pengertian pendapatan. Perbedaan pendapat ini terjadi
antara ekonom dan akuntan yang memperdebatkan waktu dan pengukuran yang tepat
untuk pendapatan yang membandingkan pandangan balance sheet dan income
statement dalam menentukan pendapatan. Mereka yang mengadopsi pandangan
balance sheet melihat pendapatan sebagai peningkatan pada net worth (peningkatan
bersih pada nilai aset) yang telah terjadi dalam satu periode-pendekatan secara
ekonomi. Sedangkan mereka yang memilih pendekatan income statement melihat
pendapatan sebagai hasil dari aktivitas tertentu yang terjadi dalam satu periode dan
mereka juga melihat balance sheet sebagai d a f t a r b a r a n g - b a r a n g yang ada
setelah pendapatan sudah ditentukan dengan menerapkan konsep matching costs
against revenues- pendekatan transaksi. Rekonsiliasi dari dua pandangan inilah
yang memunculkan pertanyaan yaitu: apakah sifat alami dari pendapatan? Dan kapan
sebaiknya pendapatan dilaporkan/

1. Nature of Income
Pendapatan biasanya memiliki banyak bentuk, contohnya, Bedford mencatat
bahwa literature seringkali mendiskusikan tiga konsep dasar dari pendapatan yakni:
1. Psychic Income yang mengacu pada kepuasan dari keinginan manusia.
2. Real Income yang mengacu pada peningkatan kesejahteraan ekonomi.
3. Money Income yang mengacu pada peningkatan pada valuasi moneter dari
sumber.
Ketiga konsep ini penting, akan tetapi setiap poin memiliki satu atau lebih isu untuk
pengimplementasiannya. Pengukuran untuk psychic income sulit karena keinginan
manusia tidak dapat terhitung dan puas pada level yang berbeda ketika individu menerima
real income. Money Income mudah untuk diukur tetapi tidak termasuk pertimbangan
perubahan pada nilai dari unit moneter. Para ekonom secara umum setuju bahwa tujuan dari
pengukuran pendapatan adalah untuk menentukan seberapa banyak sebuah perusahaan
menjadi lebih baik selama beberapa periode. Sebagai hasilnya, ekonom lebih fokus dalam
penentuan real income. Definisi konsep ekonomi biasanya dikaitkan dnegan ekonom JR
Hicks yang menyatakan:
“The purpose of income calculation in practical affairs is to give people an
indication of the amount which theycan consume without impoverishing
themselves. Following out this idea it would seem that we ought to define a
man’s income as the maximum value which he can consume during a week,
and still expect to be as well off at the end of the week as he was at the
beginning.”

Definisi Hicksian ini menekankan pada pendapatan


Individual meski demikian, konsep ini dapat digunakan sebagai dasar untuk
menentukan pendapatan bisnis dengan mengubah kata consume dengan distribute.
Kemampuan diawal dan akhir dari setiap periode akuntansi akan menjadi jumlah dari net
assets (aset dikurang kewajiban) yang tersedia untuk menjalankan aktivitas bisnis.
Capital Maintenance adalah konsep dari Akuntan yang menyatakan bahwa tidak ada
pendapatan yang dapat diakui hingga capital (ekuitas atau net assets) telah diamankan
dan seluruh biaya telah ditutup.
Capital Maintenance Concepts

Ada dua konsep utama dari capital maintenance yakni financial capital maintenance
dan physical capital maintenance. Financial capital maintenance terjadi ketika jumlah
keuangan (uang) dari net assets sebuah perusahaan diakhir periode melebihi jumlahnya
diawal periode tanpa menyertakan transaksi yang terjadi dengan pemilik. Physical capital
maintenance menyatakan bahwa pengembalian pada capital (pendapatan) terjadi
ketika physical productive capacity dari perusahaan diakhir periode melebihi physical
productive capacity pada awal periode tanpa mengikut-sertakan transaksi dengan pemilik.
Konsep ini menyatakan bahwa pendapatan diakui hanya setelah menyediakan pengganti fisik
dari aset operasi.
Physical productive capacity pada suatu waktu setara dengan nilai terkini dari net assets
yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan (laba). Nilai terkini (current value)
meliputi ekspektasi tentang kekuatan pendapatan di masa depan dari net assets. Menurut
Edward dan Bell, current entry prices mengizinkan perhitungan dari keputusan
manajemen untuk memiliki aset dengan memisahkan pendapatan di current value dari
pendapatan operasi bisnis terkini. Replacement costs menyediakan sebuah ukuran dari
biaya untuk menggantikan kapasitas operasi terkini dan sebuah alat untuk mengevaluasi
seberapa banyak perusahaan dapat mendistribusikan kepada para pemegang saham dan
tetap dapat menjaga kapasitas produktifnya. Beberapa masalah pengukuran akan muncul
seiring dalam penentuan nilai replacement costs. Perusahaan mungkin dapat dengan
mudah menghitung dengan tepat eplacement costs untuk persediaan dan aset lainnya, akan
tetapi untuk aset tetap seperti gedung atau tanah yang tidak memiliki ready
market, perusahaan mungkin harus mengapresiasi nilai aset tersebut dengan tujuan
agar mendapatkan nilai yang mendekati estimasi nilai current replacement costs.
Salah satu alternative untuk mendapatkan approximate replacement costs adalah
dengan menggunakan indeks khusus kekuatan pembelian. Indeks harga khusus dirancang
untuk mengukur apa yang telah terjadi dengan harga pada segmen khusus dalam ekonomi.
Aplikasi dari penggunaaan indeks khusus kekuatan pembelian menyediakan pendekatan
replacement costs yang masuk akal sepanjang harga dari aset diukur dengan
menggunakan cara yang mirip untuk aset dalam industri.
Terakhir, pertanyaan mengenai relevansi entry value mulai dipertanyakan.
Sterling berargumen bahwa entry value dari aset yang tidak dimiliki relevan hanya
ketika pembelian dari aset tersebut sudah direnungkan. Untuk aset yang telah
dimiliki, entry value tidak relevan untuk dapat direalisasikan dalam penjualan dari
aset tersebut dan untuk pembeliannya. Replacement costs dari aset perusahaan tidak
mengukur kapasitas, dengan dasar kepemilikkan terkini, untuk membuat keputusan
untuk membeli, memiliki, atau menjual di pasar. Singkat kata, replacement costs
tidak memaparkan kemampuan entitas untuk beradaptasi pada keputusan alternantif
terkini.
2. Exit Value or Selling Price
Cara lain untuk menentukan current value adalah dengan menggunakan exit
value atau harga penjualan. Pendekatan valuasi ini memerlukan perhitungan setiap
aset dari sudut pandang disposal . Setiap aset akan dinilai berdasarkan nilai
penjualan yang akan direalisasi jika perusahaan memilih untuk men-dispose aset
tersebut. Dalam menentukan cash equivalent pada exit price, diasumsikan bahwa
aset akan dijual secara berurutan dibandingkan sebagai subjek likuidasi yang
dipaksakan.
Pendekatan exit price secara menyeluruh mengabaikan prinsip realisasi untuk
pengakuan revenue. Hal terpenting dalam maksud pengakuan laba menjadi poin
pembelian dibanding poin penjualan. Chambers dan Sterling menyatakan bahwa
exit price menyediakan penggunanya dengan informasi yang lebih baik untuk
mengevaluasi likuiditas dan kemampuan perusahaan untuk beradaptasi dengan
perubahan stimulus ekonomi. Hal ini dikarenaka manajemen memiliki pilihan
untuk menjual aset, exit price menyediakan alat untuk menghitung downside risk.
Exit price mengukur Pengorbanan terkini dari kepemilikan aset dan juga
menyediakan pedoman untuk mengevaluasi fungsi stewardship manajemen.
Seperti pada entry price, menentukan exit values juga memiliki masalah
pengukuran. Yang pertama adalah masalah dasar dalam menentukan harga
penjualan untuk sebuah aset yang tidak memiliki ready market. Yang kedua
adalah opini bahwa exit price harus berdasarkan pada harga yang didapat dari
penjualan dalam keadaan normal.
Terakhir, exit value atau harga penjualan tidak konsisten terhadap
prinsip physical capital maintenance. Hal ini disebabkan harga penjualan
menghasilkan arus kas masuk yang wajib menutup biaya penggantian aset operasi
sebelum pengembalian modal didistribusikan kepada para pemegang saham.
Physical capital maintenance berdasarkan prinsip kontinuitas, bukan likuidasi.
3. Discounted Present Value
Pendekatan ketiga untuk pengukuran dari net assets value adalah discounted cash
flow. Menurut konsep ini, present value dari future cash flow diharap dapat diterima dari
sebuah aset adlah nilai relevan dari aset yang seharusnya dipaparkan dalam neraca. Dalam
metode ini, pendapatan sebanding dengan perbedaan antara present value dari net asset pada
akhir periode dan present value pada awal periode. Pendekatan ini, mungkin adalah yang
paling mendekati nilai actual dari aset dan dapat dilihat sebagai pengganti pengukuran yang
tepat dari kemampuan.
Tampaknya, present value pada akhir periode akan mendekati apa yang
perusahaan ingin tanamkan untuk membeli aset yang mirip dan tetap
menjaga physical operating capacity. Sebagai hasilnya, hasil pengukuran pendapatan
konsisten dengan konsep pendapatan dari physical capital maintenance.
Meski demikian, terdapat tiga masalah utama dalam pengukuran yang terkait dengan konsep
discounted cash flow. Pertama, konsep ini bergantung pada estimasi dari future cash
flow dalam periode waktu. Sebagai hasilnya, kedua jumlah dari cash flows yang dapat
dihasilkan di masa depan dan waktu dari cash flows tersebut wajib untuk ditentukan.
Masalah kedua adalah pemilihan dari discount rate yang tepat. Semenjak satu
dollar yang diterima di masa depan tidak sama berharganya dengan satu dollar yang diterima
saat ini, maka expected future cash flows must be discounted to the present. Secara teori,
discount rate seharusnya merupakan internal rate dari pengembalian terhadap aset.
Kemudian, rate ini hanya dapat di dekati karena pengetahuan exact rate of return
memerlukan pengetahuan sesungguhnya dari jumlah dan waktu dari future cash flows yang
diharapkan ketika aset dibeli.
Masalah ketiga muncul akibat aset perusahaan yang terinterrelasi. Pendapatan
dihasilkan dengan mengkombinasikan penggunaaan dari sumber daya perusahaan. Jadi, jika
future cash flows dari perusahaan dan discount rate yang tepat dapat ditentukan, hal tersebut
tidak secara praktis menentukan secara tepat berapa banyak setiap aset berkontribusi pada
cash flow tersebut. sebagai hasilnya, discounted present value dari aset individual
perusahaan tidak dapt ditentukan dan dijumlahkan untuk menentukan present value dari
perusahaan. Menggunakan tekhnik present value untuk mengukur current value hanya
dapat valid apabila estimasi dari jumlah dan waktu dari future cash flows dan ketepatan
dari discounted factor juga valid. Pengukuran dengan menggunakan present value
mungkin adalah yang paling relevan untuk memaparkan pada neraca. Dengan kata lain,
pengukuran ini relevan dalam maksud neraca akan menyediakan informasi tentang
kemampuan dari aset untuk menghasilkan pendapatan di masa depan.

3. Current Value and the Historical Accounting Model

Meskipun model akuntansi terkini berstandar sepenuhnya pada historical


cost, pengumuman dan memorandum diskusi terbaru dikeluarkan oleh FASB
mengindikasikan gerakan menuju penyediaan kepada informasi yang lebih terkini.

Anda mungkin juga menyukai