Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Ecological Footprint

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS JEJAK EKOLOGIS MELALUI STUDI JEJAK KARBON PADA

TRANSPORTASI DARAT

DISUSUN OLEH :

YOGA PRATAMA ( 25117019 )

JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR DAN KEWILAYAHAN


PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan banyak nikmat serta
hidayahnya,sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah analisis jejak ekologis melalui studi
jejak karbon pada transportasi darat, serta sahalawat dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW, karena atas berkah dan rahmat-Nya,makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik.Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah.
Adapun makalah ini merupakan makalah tentang “ Ecological Footprint”. Semoga dengan
adanya makalah ini dapat memberi manfaat dan pengetahuan kepada pembaca. Adapun makalah
ini masih memiliki kekurangan.Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran agar bisa
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

ii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 5
1.3 Tujuan.................................................................................................................................... 5
1.4 Manfaat.................................................................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................. 7
2.1 Prinsip dan Konsep Ecological Footprint.............................................................................. 7
2.2 Pentingnya Pendekatan Ecological Footprint (EF) / Carbon Footprint (CF) untuk
Sustainable Development ............................................................................................................ 7
2.3 Faktor Eksternalitas dan Internalitas ..................................................................................... 8
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 10
3.2 Saran .................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanpa kita sadari aktivitas yang sering kita lakukan sehari-hari telah merusak alam /
lingkungan disekitar kita dengan melakukan eksplorasi terhadap semua sumber daya yang ada
demi memenuhi kepentingan manusia padahal bumi atau lingkungan yang kita diami memiliki
kapasitas daya dukung dan daya tampungnya sendiri. Kita tidak menyadari bahwa bumi hanya ada
satu dengan terus melakukan ekplorasi terhadap lingkungan tanpa henti. Padahal setiap kita
memainkan satu peranan dalam memastikan kesehatan masa depan dan kesejahteraan bagi semua
orang, hewan, tumbuh-tumbuhan dan ekosistem di planet ini. Pilihan yang bertanggung jawab
dapat membantu kita menghemat energi, melindungi habitat dan membangun masa depan yang
berkelanjutan bagi masyarakat di seluruh dunia.

Kesadaran masyarakat terhadap pemanasan global meski tetap merusak bumi telah
memicu gerakan cinta lingkungan secara besar-besaran. Sekarang hampir semua perusahan besar
sudah menerapkan kebijakan “teknologi hijau”. Terlepas dari bagamana sikap perusahan besar,
kita sebagai penduduk biasa di bumi juga bisa ikut melestarikan lingkungan secara pribadi, baik
lingkungan di dunia nyata maupun lewat dunia maya.1

Sebuah pendekatan baru yang mengkaji tingkat konsumsi manusia dan dampaknya
terhadap lingkungan yang bertujuan untuk kelestarian lingkungan populer dengan sebutan
“ecological footprint” atau kalau diterjemahkan secara bebas artinya “jejak ekologi”. Semua
aktivitas dan kebutuhan hidup manusia dari lingkungan harus disesuaikan dalam luas area yang
dibutuhkan untuk mendukung kehidupan manusia. Luas area untuk mendukung kehidupan
manusia ini dikenal dengan sebutan jejak ekologi (ecological footprint). Manusia harus
mengetahui tingkat keberlanjutan sumber daya alam dan lingkungan, kebutuhan hidup manusia
kemudian dibandingkan dengan luas aktual lahan produktif.

Pada 2001 kapasitas lahan kehidupan (biocapacity) bumi hanyalah 11.3 miliar global
hektare, yang hanya merupakan seperempat permukaan bumi atau hanya memberi jatah paling
tinggi 1,8 gha per orang. Adapun WWF (2005) pernah menghitung bahwa rata-rata per kapita jejak
ekologi per orang di bumi adalah 2,2 gha, artinya selama ini, secara rata-rata penduduk bumi
mengalami defisit 0,4 gha.2

4
Penduduk Amerika Serikat memiliki rata-rata jejak ekologi tertinggi perkapita (9,5 gha),
Inggris (5,45 gha), dan (Swiss 4 gha), sedangkan Indonesia diperkirakan rata-rata 1,2 gha. Adapun
jejak ekologi terendah adalah Bangladesh, dengan rata-rata 0,5 gha. Pendekatan ini menunjukkan
bahwa semakin kaya suatu negara dan bangsa, semakin besar jejak ekologi mereka dalam
menguras sumber daya di bumi. Dengan demikian, kapasitas yang diperlukan dengan gaya hidup
negara-negara maju jauh lebih boros, sehingga untuk bangsa Amerika guna memenuhi gaya hidup
mereka diperlukan 9,5 planet setara dengan bumi, sedangkan warga Inggris memerlukan lima
planet dan pola jejak ekologi rakyat Swiss memerlukan empat planet lagi. Jadi gaya hidup mereka
di negara-negara kayalah yang menjadi penekan kemampuan bumi dalam menyediakan suplai
sumber daya alam.

Konsep “Ecological footprint” ini pada awalnya dibangun oleh Profesor Willian Rees dari
Universiti British Colombia pada tahun 1992. Kini konsep jejak ekologi telah digunakan dengan
meluas sebagai petunjuk kelestarian alam sekitar. Jejak ekologi dapat membantu pihak pembuat
kebijakan merancang sistem kehidupan manusia. Manusia di dalam memenuhi kehendak
menjalankan aktivitas ekonomi seperti pertanian dan sebagainya. Melalui jejak ekologi,
penggunaan sumber alam oleh manusia dapat diketahui, semua penggunaan tenaga seperti tenaga
biomas,air,bahan binaan kepada kiraan ukuran tanah yang dinamakan global hektar (atau di dalam
unit yang dinamakan gha).

1.2 Rumusan Masalah

a) Bagaimana prinsip dan konsep ecological footprint?


b) Bagaimana Pentingnya Pendekatan Ecological Footprint (EF) / Carbon Footprint (CF)
untuk Sustainable Development?
c) Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhinya?

1.3 Tujuan

a) Mengetahui prinsip dan konsep ecological footprint.


b) Mengetahui Pentingnya Pendekatan Ecological Footprint (EF) / Carbon Footprint (CF)
untuk Sustainable Development.
c) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya.

5
1.4 Manfaat

Hasil makalah ini nantinya di harapkan bisa memberikan manfaat bagi pihak - pihak
terkait.

1. Bagi mahasiswa Institut Teknologi Sumatera


Dengan makalah ini diharapkan mahasiswa lain juga dapat mengembangkan ilmu melalui
penelitian bidang lingkungan.

2. Bagi masyarakat
Dapat mengembangkan makalah ini menjadi acuan mengatasi lingkungan yang tidak
sehat.

3. Bagi Pemerintah
hasil makalah ini dapat digunakan sebagai bahan penelitian lanjutan dan dapat diterapkan
di seluruh Indonesia agar lingkungan di Indonesia semakin baik.

4. Bagi Penulis
Sebagai penulis makalah,diharapkan hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan
masukan untuk menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Prinsip dan Konsep Ecological Footprint

Ecological Footprint adalah konsep untuk melakukan perhitungan terhadap aliran energi
dan siklus materi dari / ke ekonomi lalu dikonversikan ke lahan atau perairan yang mendukung.
Konsep menilai keberlanjutan aktivitas manusia dan juga efektif membangun kesadaran
masyarakat serta membantu para pengambil kebijakan. Konsep ini didasarkan pada pencarian
indikator berkelanjutan, khususnya mengukur pemanfaatan sumberdaya alam oleh manusia yang
dikaitkan dengan daya dukung. Hasilnya dapat memberi gambaran mengenai dampak aktivitas
manusia terhadap lingkungan dan dapat dihubungkan dengan daya dukung bumi. Biokapasitas
atau daya dukung bumi merupakan cara untuk menentukan dampak aktivitas manusia terhadap
lingkungan, sehingga faktor yang diukur adalah berapa besar sumber daya dalam satuan lahan
untuk menghasilkan atau memproduksi barang atau jasa dan untuk menyerap atau mengasimilasi
limbah yang dihasilkan menggunakan teknologi yang umum (Chambers et al.,, 2000 dalam
Septiarani, 2010).

Perhitungan Ecological Footprint berdasarkan data (CBD, 2010) kebutuhan manusia akan
aset ekologi terus meningkat pada periode 1961-2007. Permintaan akan sumber daya alam dan
jasa ekologis mendekati 50% sejak tahun 1961 dan saat ini menjadi 151% dari kapasitas yang ada,
atau setara 1.5 kali nilai planet. Permintaan ini terus meningkat pada semua tipe lahan. Perbedaan
nilai footprint dapat ditemukan pada level regional sebagai nilai konsumsi per kapita, dimana yang
tertinggi adalah Amerika Utara (7.9 gha/kapita) dan Eropa (4.7), serta yang terendah adalah di
Afrika (1.4) dan Asia Pasifik (1.8).

2.2 Pentingnya Pendekatan Ecological Footprint (EF) / Carbon Footprint (CF)


untuk Sustainable Development
Carbon Footprint merupakan ukuran jumlah total dari hasil emisi CO2 secara langsung
maupun tidak langsung yang disebabkan oleh aktivitas atau akumulasi yang berlebih dari
penggunaan produk dalam kehidupan sehari-hari, seperti pembakaran bahan bakar fosil dari
penggunaan kendaraan bermotor (Wiedemann dan Minx, 2007 dalam Dhewantara, 2010). Carbon
Footprint dibagi menjadi 2 yaitu secara Footprint Primer dan Sekunder. Carbon Footprint Primer
adalah ukuran emisi CO2 yang bersifat langsung, dimana emisi ini didapat dari hasil pembakaran

7
bahan bakar fosil seperti kendaraan dan transportasi lainnya, sedangkan Carbon Footprint
sekunder adalah ukuran emisi CO2 yang bersifat tidak langsung, didapat dari daur ulang produk
yang kita gunakan seperti dalam penggunaan listrik dan sebagainya (Walser, 2010, dalam Puri,
2009).

Menghitung Carbon Footprint akan membantu untuk mengetahui seberapa besar emisi
karbon yang telah diberikan ke bumi pada suatu periode tertentu. Seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya, penyebab dari pemanasan global adalah besarnya jumlah emisi Gas Rumah Kaca
selama aktifitas industri global. Gas rumah kaca terdiri atas karbon dioksida (CO2), gas metan
(CH4), karbon monoksida (CO), dinitrogen oksida (N2O), nitrogen oksida (NOx), dan sulfur
dioksida (SO2), namun karbon dioksida adalah sumber utama emisi GRK pada saat ini (Sen, 2012.
Tingginya emisi Gas Rumah Kaca memicu terjadinya perubahan iklim, yang merupakan ancaman
serius terhadap lingkungan. Batas aman konsentrasi CO2 di atmosfer adalah 350 ppm sementara
saat ini konsentrasinya telah mencapai level 390 ppm, dan terus meningkat sebesar 2 ppm per
tahun (Jasmin, 2010).

Berkaitannya dengan pembangunan berkelanjutan, analisis jejak ekologi saat ini telah
banyak digunakan sebagai indikator keberlanjutan suatu lingkungan. Baik jejak ekologi maupun
jejak karbon dapat digunakan untuk mengukur besaran dampak yang dihasilkan dari aktivitas
manusia dalam mengkonsumsi sumber daya alam yang tersedia sehingga dapat dijadikan alat
untuk perencanaan menuju pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan (Rees dan
Wackernagel, 1996).

Berdasarkan penelitian Dhewantara (2010), perhitungan Carbon Footprint yang dihasilkan


dari sumber bergerak dibagi menjadi dua, yaitu melalui pendekatan volume bahan bakar yang
digunakan (fuel-used based) dan pendekatan jarak tempuh perjalanan (distance based).
Perhitungan emisi karbon dioksida dilakukan dengan cara mengalikan volume bahan bakar yang
dikonsumsi dengan faktor emisi dari jenis bahan bakar yang dikonsumsi tersebut.

2.3 Faktor Eksternalitas dan Internalitas


Diseluruh dunia terdapat lebih dari 500 juta kendaraan bermotor atau lebih. Jika setiap
kendaraan menghasilkan sekitar 2 galon bahan bakar per hari maka hal tersebut dengan
mengkonsumsi sepertiga produksi minyak dunia. Apalagi dengan terus - menerus bertambahnya
populasi manusia secara signifikan turut meningkatkan permintaan dan penggunaan kendaraan
bermotor (Silver, 1999 dalam Dhewantara, 2010).

Konsumsi barang publik, seperti bahan bakar fosil, sering menimbulkan dampak eksternal
/ eksternalitas. Eksternalitas diartikan sebagai dampak baik positif maupun negatif dari tindakan
satu pihak terhadap pihak lain (net cost atau benefit). Pada kenyataannya kedua dampak tersebut
dapat muncul bersamaan dan terjadi secara simultan. Eksternalitas terjadi jika kegiatan produksi
atau konsumsi dari satu pihak mempengaruhi kegunaan pihak lain dan pihak pembuat eksternalitas
tidak menyediakan kompensasi terhadap pihak yang terkena dampak (Fauzi, 2006 dalam

8
Septiarani, 2010). Secara singkat diartikan sebagai dampak yang dirasakan pihak ketiga yang
disebabkan oleh suatu kegiatan transaksi atau kegiatan tertentu. Dampak tersebut terjadi dari empat
interaksi pelaku ekonomi, yaitu antara produsen dan produsen, produsen dan konsumen, konsumen
dan konsumen, serta konsumen dan produsen (Sutikno dan Maryunani, 2006 dalam Septiarani,
2010).

Koreksi terhadap eksternalitas dapat dilakukan melalui internalisasi (penyatuan proses


pengambilan keputusan dalam satu unit usaha), pemberlakuan pajak (ketika pencemar harus
membayar akibat kegiatannya yang mencemari lingkungan) dan dengan memfungsikan pasar.
Untuk kasus eksternalitas negatif, berupa pencemaran, koreksi dapat dilakukan melalui
pemberlakuan kebijakan antara lain berupa Sistem insentif-disinsentif (Fauzi, 2006 dalam
Septiarani, 2010). Secara spesifik dihubungkan dengan emisi karbon, jika jejak karbon diketahui,
maka strategi yang tepat untuk mengurangi emisi adalah melalui Carbon Diet atau cara-cara seperti
Life Cycle Assessment (LCA), identifikasi konsumsi energi yang terkait dengan emisi CO2,
optimalisasi energi untuk mengurangi emisi CO2 dan gas rumah kaca lainnya (Dhewantara, 2010).

9
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Analisis Ecological Footprint sangat penting & bermanfaat sebagai indikator


berkelanjutan. Dengan mengetahui total konsumsi yang dibutuhkan serta hasil buangan (emisi)
yang dikeluarkan, dapat memberi pemahaman yang jelas, betapa biokapasitas atau daya dukung
bumi semakin tertekan. Kecepatan ektraksi manusia terhadap lingkungan jauh lebih tinggi
dibandingkan kecepatan kemampuan daya dukung bumi menyerap / asimilasi. Oleh karena itu
perlu adanya suatu perubahan pola hidup (lifestyle) maupun kebijakan yang lebih efisien terhadap
lingkungan demi keberlanjutan hidup yang diharapkan.

Adapun juga faktor yang mempengaruhinya yaitu salah satunya ialah penggunaan bahan
bakar fosil terus menerus. Efek gas rumah kaca ialah salah satu akibat dari penggunaan bahan
bakar fosil yang dimana menghasilkan emisi gas karbon dioksida CO2 yang terus meningkat.

3.2 Saran

Melalui makalah ini diharapkan agar mahasiswa dapat lebih memahami tentang ecological
footprint sebagai salah satu hal penting terhadap lingkungan. Di harapkan juga mahasiswa
mampu memberikan solusi lanjutan untuk mempercepat kecepatan kemampuan daya dukung bumi
(biokapasitas) menyerap atau asismilasi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Convention on Biological Diversity, 2010. Technical Series No. 53. Biodiversity Indicators and
The 2010 Biodiversity Target. Sekretariat of the Convention on Biological Diversity.

Dhewantara, P.W. 2010. Analisis Jejak Karbon (Carbon Footprint) Penggunaan Kendaraan
Bermotor oleh Siswa SMA (Studi Kasus SMAN 4 Bandung). Tesis. Universitas Padjadjaran,
Bandung.

Institute for Essential Services Reform (IESR), 2011. Potensi Penurunan Emisi Indonesia
Melalui Perubahan Gaya Hidup Individu. Kalkulator Jejak Karbon.
http://www.iesr.or.id/files/report_kjk.pdf

Jasmin, F. 2010. Ambang Batas CO2 di Atmosfer. http://iklimkarbon.com/2010/05/04/amb ang-


batas-co2-di-atmosfer/

Jawa Barat Dalam Angka, tahun 2009 http://www.jabarprov.go.id/index.php/su bMenu/804

Puri, R.A. 2009. Kajian Emisi CO2 Berdasarkan Tapak Karbon Sekunder dari Kegiatan Non
Akademik di ITS Surabaya. http://digilib.its.ac.id/public/ITSUndergraduate-16429-
3307100055Paper.pdf

Sen, C. 2012. Algae Based Carbon Capture and Utilization feasibility study –initial analysis of
carbon capture effect basen on Zhoushan case pre-study in China. Royal Institute of Technology.

Septiarani, A. 2010. Analisis Water Footprint Produksi Kain Serat Rami (Studi Kasus
Koppontren Darussalam, Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut). Tesis. Universitas
Padjadjaran, Bandung.

Soemarwoto, O. 2006. Pembangunan Berkelanjutan: Antara Konsep dan Realitas. Ceramah


Umum pada Ulang Tahun ke 80 Universitas Padjadjaran, Bandung.

Sulawesi Utara dalam Angka tahun 2009. Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara.

Wackernagel, M. 2011. Why Waiting for Climate Consensus Could Waste Your Future. Artikel
GC GMEF, Nairobi.

Wackernagel, M. dan Rees, W. 1996. Our Ecological Footprint. Canada: New Society
Publishers.

Wackernagel, M., J. Kitzes, D. Moran., S. Goldfinger and M. Thomas. 2006. The Ecological
Footprint of Cities and Regions: Comparing Resource Availability with Resource Demand.

11
Environment and Urbanization. International Intitute for Environment and Development (IIED)
Vol. 18 (1): 103-112.

World Research Institute . Annual report 2005 http://pdf.wri.org/wri_annualreport_200 5.pdf

World Research Institute . Annual report 2006. http://pdf.wri.org/ wri_annualreport_2006.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai