Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Prinsip PKR

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 1

PKR memiliki beberapa prinsip khusus seperti berikut (Djalil dan Wardani: 1997, Rake Joni: 1998).

a. Keserempakan kegiatan belajar-mengajar

Dalam PKR seorang guru dalam waktu yang bersamaan misalnya dari pukul 08.00-09.20 (2 jam pelajaran)
menangani pembelajaran IPA untuk kelas V dan IPS kelas VI. Pada saat itu siswa kelas V dan kelas VI
dalam satu atau dua ruangan secara serempak belajar di bawah bimbingan seorang guru. Dengan prinsip
ini pemanfaatan sumber daya dalam hal ini guru dan waktu yang tersedia dapat lebih optimal.

b. Kadar tinggi waktu keaktifan akademik

Yang dimaksud dengan waktu keaktifan akademik (WKA) adalah waktu yang benar-benar digunakan oleh
siswa untuk belajar (membaca, menyimak, menulis, berlatih keterampilan, berdiskusi). Misalnya dalam
dua jam pelajaran tersedia 2 x 40’ = 80’. Selama 15’ digunakan oleh guru untuk mengabsen, mengatur
kelompok, 65’ sisanya digunakan oleh siswa untuk berbagai kegiatan belajar. Dalam 65’ itulah siswa
benar-benar melakukan kegaitan belajar atau sering disebut juga “on-task” (Flander:1972). Bila selama
65’ itu ternyata ada sebagian waktu yang digunakan untuk ‘ngobrol’ selain materi pelajaran atau
mungkin melamun misalnya selama 10’ maka yang benar-benar dipakai belajar hanya 55’ on-task.
Selama 10’ tersebut para siswa tidak belajar atau sering sering disebut ‘off-task’ (Flander: 1972). Dengan
menerapkan PKR seorang guru dapat mengurangi lama waktu kosong karena dua kelas ditangani secara
serempak sehinggawaktu keaktifan akademik menjadi semakin tinggi.

c. Kontak psikologis guru-murid yang berkelanjutan

Dengan menerapkanPKR interaksi guru-murid baik yang berupa perhatian, pengarahan, bimbingan
pembelajaran, dan monitoring menjadi suatu proses akan berlangsung secara bervariasi dan terus
menerus terutama PKR dengan satu ruangan. Bila PKR diterapkan dalam dua atau tiga ruangan memang
ada sebagian perhatian misalnya kontak pandang guru-murid yang terputus. Kontak psikologis guru-
murid yang bervariasi ini sangat penting untuk dibangun dan dipelihara, bila tidak maka pembinaan
disiplin siswa akan berkurang.

d. Pemanfaatan sumber belajar yang efisien

Kita menyadari bahwa di sekolah dasar terutama di pedesaan sumber belajar tertulis dirasakan sangat
kurang. Banyak sekali SD yang tidak memiliki perpustakaan sekolah. Malah dalam beberapa kasus hanya
terdapat satu eksemplar buku pelajaran untuk satu kelas. Dengan menerapkan PKR sumber belajar
tertulis yang jumlahnya terbatas dapat digunakan secara bersama-sama.

Anda mungkin juga menyukai