Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Latar Belakang Barapi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

Latar Belakang

Kebutuhan dan konsumsi energi semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya


populasi manusia dan meningkatnya perekonomian masyarakat. Di Indonesia konsumsi energi
terfokus kepada penggunaan bahan bakar yang berasal dari minyak bumi. Minyak bumi sendiri
adalah energi yang tidak dapat diperbaharui sehingga penggunaan yang berlebihan akan membuat
cadangannya menipis bahkan habis. Bercermin dari masa lalu, minyak tanah yang dulunya akrab
di kalangan masyarakat kini lenyap sama sekali. Hal ini disebabkan oleh penggunaan yang besar
dari masyarakat sehingga cadangannya terus menipis dan habis. Pemerintah merespon hal ini
dengan mngeluarkan regulasi konversi dari minyak tanah menjadi gas elpiji. Namun regulasi
tersebut tidak menyelesaikan masalah, hari demi hari permintaan akan gas elpiji semakin besar
dan ditakutkan akan mencapai titik kritis yang menyebabkan kelanggkaan.

Sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia cukup bervariasi, di antaranya adalah
biomassa atau bahah-bahan limbah organik. Beberapa biomassa yang memiliki potensi cukup
besar adalah kulit salak, jerami, sekam padi, cangkang sawit dan sampah kota. Biomassa dapat
diolah dan dijadikan sebagai bahan bakar alternatif, contohnya dengan pembuatan briket. Briket
mempunyai keuntungan ekonomis karena dapat diproduksi secara sederhana, memiliki nilai kalor
yang tinggi, dan ketersediaan bahan bakunya cukup banyak di Indonesia sehingga dapat bersaing
dengan bahan bakar lain (Santosa et al, 2010).

Saat ini biomassa telah menjadi sumber energi paling penting di setiap warga negara
berkembang atau maju (Thran D et al, 2010). Biomassa memiliki potensi penting untuk menjadi
salah satu pemenuhan sumber energi utama di masa mendatang dan modernisasi sistem bioenergi
disarankan sebagai daya kontributor penting bagi pengembangan energi dan pemanfaatan sebagai
energi terbarukan yang berkelanjutan di masa depan, khususnya di negara-negara berkembang
(Berndes G et al, 2003). Di Indonesia sendiri, biomassa mimiliki prospek yang cerah mengingat
Indonesia adalah negara yang terletak di sekitar garis khatulistiwa yang mempunyai
keanekaragaman hayati nomor 2 setelah Brazil (Febijanto, 2007).

Salah satu briket yang memiliki peluang besar untuk dikembangkan adalah Briket dari kulit
salak. Indonesia khususnya kota Padangsidimpuan merupakan salah satu sentra produksi salak di
Indonesia. Produksi dari kebun-kebun salak rakyat yang semakin meningkat bahkan mencapai
angka 10 ribu ton, menjadikan buah salak sebagai komoditi buah terbesar di kota Padangsidimpuan
(BPS, 2012). Hal ini merupakan peluang yang sangat besar mengingat limbah kulit salak sering
dipandang tidak bernilai ekonomis sehingga tidak ada pengolahan lebih lanjut. Melihat
permasalahan tersebut maka dibutuhkan inovasi yang dapat mengolah limbah kulit salak menjadi
lebih bernilai ekonomis sehingga dapat meningkatkan potensi daerah kota Padangsidimpuan.

Salah satu inovasi yang kami rasa layak untuk diterapkan adalah pengolahan limbah kulit
salak dan daun salam menjadi “Barapi (Briket Arang Aromaterpi)”.

Menurut penelitian Manda (2008), kandungan kimia yang dimiliki oleh kulit salak
diantaranya yaitu alkoloid, flavonoid, hidrokuinon serta tannin. Kandungan ini memiliki
kandungan nitrogen yang mampu meningkatkan kadar pembakaran. Sementara itu, karakteristik
utama pembakaran adalah temperatur puncak dimana laju pengurangan massa adalah maksimum.
Proses ini membantu dalam proses laju pembakaran. Temperatur puncak yang tinggi menunjukkan
bahan bakar tersebut mempunyai reaktivitas yang rendah. Kategori pembakaran dapat
menyebabkan briket berkurang penguapan asap dan menjadikan bahan lebih efektif untuk
mendapatkan nilai kalor yang tinggi.

Selain itu, nilai kalor yang dihasilkan oleh Briket kulit salak juga cukup besar yaitu sekitar
5250,9 Kal/gram. Hal ini memenuhi standar mutu dan karakteristik briket rumah tangga atau lebih
besar dari 4000 Kal/gram (Kholil, 2017).

Nilai jual briket kulit salak juga akan bertambah jika diinovasikan dengan daun salam yang
terbukti memiliki kandungan zat kimia yang berefek aromaterapi sekaligus membunuh nyamuk.
Dengan menginovasikan keduanya didapatlah produk “Barapi (Briket Arang Aromaterapi)”
sebagai solusi permasalahan limbah kulit salak dan sarana peningkatan potensi daerah padang
sidimpuan.

Cara Pembuatan

Tahap pembuatan

1. Menyiapkan bahan baku yaitu limbah kulit salak dan daun salam lalu dibersihkan dari
material-material yang tidak berguna seperti batu, plastik serta material logam lainnya.
2. Memasukkan limbah kulit salak di dalam drum
3. Melakukan karbonisasi (pengarangan) dengan menyalakan api di tungku yang sebelumnya
telah dibuat, hingga munculnya asap di dalam drum menandakan pembakaran dimulai.
4. Setelah semua bahan dalam drum sudah menjadi arang, segera mendinginkannya dengan
cara menyiram air hingga bara dalam arang mati. Mengeluarkan arang dari drum, setelah
itu menghaluskannya lalu mengayak arang tersebut.
5. Menyiapkan perekat dengan cara memanaskan larutan kanji yang telah dicampur dalam
air.
6. Sebagai campurannya, potong kecil-kecil daun salam hingga menjadi remah-remah lalu
campurkan ke dalam larutan perekat dengan perbandingan 600 cc cairan lem, 200 gram
remah-remah daun salam serta 800 gram bubuk arang kering.
7. Mencetak adonan dengan alat cetakan
8. Menjemur Barapi yang baru dicetak sampai kadar air 16 persen
9. Melakukan uji Barapi kepada masyarakat
Febijanto, I. 2007. Potensi Biomasa Indonesia Sebagai Bahan Bakar Pengganti Energi Fosil, Jurnal
Sains dan Teknologi Indonesia, Vol. 9, no. 2 Hal. 65

Thran D, et al. 2010. Global Biomass Potentials-Resource, Drivers and Scenario Results. Journal
of Energy for Sutainable Development, Vol. 14, Hal. 200-205

Berndes, G. Hoogwijk, M., & Broek, R.V.D. 2003. The Contribution of Biomass in the Future
Global Energy Supply : A Review Of 17 Studies, Journal of Biomass and Bioenergy, Vol. 25, Hal.
1-28

Santosa, Mislaini, R & Swara P.A,. 2010. Studi Variasi Komposisi Bahan Penyusun Briket Dari
Kotora Sapi dan Limbah Pertanian. Laporan Penelitian. Unand. Padang

Manda, F. 2008. Potensi Ekstrak Kulit Salak sebagai Antidiabetes. Bogor : Institut Pertanian Bogor

Kholil, A. 2017. Analisis Fisis Briket Arang dari Sampah Berbahan Alami Kulit Buah dan Pelepah
Salak. Skripsi. UIN Maulana Malik Ibrahim. Malang

Anda mungkin juga menyukai