General Fiction">
Bahasa Indo Pada Suatu Hari C
Bahasa Indo Pada Suatu Hari C
Bahasa Indo Pada Suatu Hari C
DITULIS OLEH
1. Pendahuluan
1.2. Tujuan
2. Pembahasan
- Unsut instrinsik (tema, tokoh, dan penokohan, alur dan pengaluran, latar,
tempat, amanat, bahasa)
- Unsur ekstrinsik (nilai moral, social, budaya, religi, pendidikan, sejarah,
dan ekonomi)
3. Penutup
Penulis menganalisis drama pada suatu hari karya Arifin C karena penulis suka
cerita keluarga dan drama ini juga disajikan dengan jalan cerita yang menarik
dengan alur maju mundur yang membuat pembaca sangat penasaran dengat akhir
dari ceritanya.Drama ini banyak menyajikan nilai kehidupan yang dapat diteladani
dan diterapkan dalam kehidupan sehari – hari, dimana kita diajak untuk menjadi
penyabar dan tidak mudah putus asa. Nilai nilai kehidupan tersebut diungkapkan
oleh pengarang dengan bahasa yang mudah dimengerti sehingga mempermudah
pembaca untuk menemukan isinya. Selain itu isi cerita drama ini mampu
memotivasi pembaca untuk melakukan seperti apa yang dilakukan oleh tokoh yang
terdapat di dalam drama.
Kegiatan menganalisis drama ini untuk menambah wawasan dan mampu melatih
kemampuan menulis dan membaca bagi para siswa di bidang sastra. Hal ini dapat
menambah budaya gemar membaca. Kegiatan ini juga dapat melatih imajinasi serta
dapat mengisi waktu luang sekaligus menjadi hiburan si pembaca. Hasil
menganalisis ini dapat menginformasikan kepada orang lain kualitas drama ini
layak atau tidak layak dibaca. karena itu penulis menganalisi drama yang berjudul
Pada Suatu Hari Karya Arifin C.
2. Pembahasan
Sinopsis
sepasang suami istri yang sudah memasuki masa tua dan baru saja
menggelar acara ulang tahun pernikahan mereka. Sejak muda mereka selalu
bahagia dan selalu menjadi pasangan yang romantis hingga pada masa tua. Sampai
di suatu hari setelah tergelarnya acara ulang tahun mereka. Si kakek ingin
mendengarkan si nenek menyanyi, karena dahulunya si nenek jago menyanyi,
kakek ingin mendengarkan suara si nenek. Tak lama kemudian datang seorang
janda seksi (Nyonya Wenas) berkunjung ke kediaman pasangan tua itu (nenek dan
kakek), nyonya Wenas datang berkunjung bermaksud untuk meminta maaf kepada
kakek dan nenek karena tidak bisa hadir diacara yang mereka gelar itu. Nenek
seketika marah dan merasa kesal, karena yang nenek tahu nyonya Wenas tidak
diundang oleh nenek dan kakek untuk hadir ke acara ulang tahun pernikahan
mereka. Nyonya Wenas yang ternyata adalah mantan kekasih kakek menjadi
penyebab utama kemarahan nenek kepada kakek. Nenek yang saat itu sedang
merasa kesal, bertambah kesal karena seketika Joni (pembantu rumah tangga)
memberikan minuman susu dingin yang diketahui bahwa minuman itu adalah
kesukaan Nyonya Wenas. Tanpa pikir panjang, nenek saat itu juga meminta
bercerai kepada kakek. Dengan segala cara kakek memohon agar dimaafkan dan
agar nenek menarik kembali perkataannya tapi nenek tetap kuat dengan apa yang
telah dilontarkannya.
nenek dan kakek bertengkar sejadi-jadinya, tiba-tiba datang Nita (anak tertua nenek
dan kakek) berkunjung menemui kedua orang tuanya. Nita hanya terdiam
mendengan dan melihat pertengkaran nenek dan kakek. Dan Novia adik Nita datang
dengan membawa pakaian-pakaiannya. Novia yang ternyata juga sudah meminta
cerai kepada suaminya (Vita) karena cemburu berlebih kepada pasien suaminya itu.
Karena, tidak mau rumah tangga anaknya rusak. Nenek mengingatkan Novia untuk
tidak mengambil keputusan secara tiba-tiba, dan memikirkan kembali demi masa
depan anak-anaknya. Seolah tidak ada masalah apapun nenek menasehati Novia
agar tidak bercerai dengan kakek. Akhirnya masalah di antara nenek dan kakek
terhapus begitu saja karena anaknya Novia. Dan di akhir cerita, anak-anak novia di
bawa pergi oleh vita ketika anak-anaknya sedang bermain di kolam bersama Joni.
Tema
Esten: 1990 Sesuatu yang menjadi persoalan atau pikiran utama. Dan Rusyana :
1988 Sebuah cerita atau pandangan hidup yang membangun gagasan utama dalam
suatu karya sastra. Sedangkan menurut WJS Poerwadarminta : 1996. Tema drama
Pada Suatu Hari Hari karya Arifin.C. adalaha kekeluargaan karena dalam cerita ini
menceritakan sebuah sifat kekeluargaan yang mendalam.
“Kausendiri yang menyuruh agar saya berlaku pura-pura tidak kenal kepada nyonya
itu.”
B. Nenek
Sifat manja dan tidak mau mengalah kental dengan tokoh si nenek. Hal seperti inilah
yang menjadikan sebuah naskah dialog dan drama menjadi menarik, yakni
perpaduan antara berbagai karakter tokohnya. Sifat manja dan tak mau mengalah si
nenek ditunjukkan dari dialog bersama suaminya berikut:
“Sayang, kenapa kau berfikir kesana? Itu sangat tidak baik, lagi tidak ada gunanya.
Sayang , berhenti kau berfikir tentang hal itu.”
“Selalu kau begitu. Selalu kau tak pernah ambil pusing setiap kali saya sakit.”
“Kau sudah terlalu pintar berciuman ketika pertama kali kau mencium saya.”
“Saya kira tidak begitu. Tua adalah konsekwensi dari kesadaran kita.”
“Bukan fantastis. Tapi memang dia tokoh fantasi kau bahkan sampai saat kau tua
(Menangis) Sengaja kau suruh Joni menyiapkan segera minuman kesukaannya begitu
dia datang.”
“Saya akan terus menangis. Biar geledek menyambar saya tetap menangis.”
C. Wenas
Wenas dalam naskah ini berperan sebagai wanita pengganggu, tentu saja sikapnya
genit dan agak manja. Usaha Wenas untuk memengaruhi rumah tangga si kakek
berhasil ketika ia berhasil membuat suasana panas dalam rumah tangga si kakek.
sikap genit wenas ditunjukkan dalam kutipan dialognya sebagai berikut:
“Tuan besar sering menceritakan perihal nyonya kepada saya. Dan ketika saya tahu
nyonya datang, segera saya buatkan minuman itu. Selamat minum nyonya.”
D. Novia
Anak kedua nenek dan kakek ini sifatnya tidak jauh dengan nenek (ibunya),
Novia terlalu cepat mengambil keputusan tanpa memikirkan apa yang akan
terjadi setelahnya. Tetapi Novia juga memiliki sifat yang penyayang. sikap
ditunjukkan dalam kutipan dialognya sebagai berikut:
“Saya yakin dia hanya pura-pura sakit.”
E. Nita
Nita tidak jauh halnya dengan ayahnya, Nita memiliki sifat yang bijak. Karena
Nita hanya pemeran pembantu, karakter Nita hanya sedikit yang ditunjukkan.
sikap ditunjukkan dalam kutipan dialognya sebagai berikut:
“Novia, apakah kau tidak pernah memperhatikan baik-baik betapajernih mata
sepatahpun kata yang dapat menjelaskan kenapa kau minta cerai dari
suamimu. Kalau kau mau jujur sebenarnya kau hanya digerakkan oleh
A. Eksposisi
Cerita ini di awali dengan kisah nenek dan kakek yang sedang saling memandang
di mulai dari mereka seperti sepasang kekasi, menjadi pengantin dengan berlatar di
sofa ruang tamu rumahnya.
B. Komplikasi
Awal permasalahan dimulai ketika Nyonya Wenas datang berkunjung ke rumah
nenek dan kakek yang membuat nenek merasa cemburu dan marah kepada kakek.
Sampai nenek memutuskan untuk ingin bercerai dengan kakek.
C. Klimaks
Puncak masalah terjadi ketika anak-anak kakek dan nenek datang berkunjung untuk
mengutarakan masalahnya. Terutama Novia anak kedua nenek dan kakek yang
menceritakan keluh kesahnya dan ingin bercerai dengan Vita suaminya. Pada saat
itu masalah semakin rumit.
D. Resolusi
Ketika Novia berkata bahwa Novia akan meminta cerai kepada Vita, saat itu nenek
tersadar bahwa bercerai adalah bukan hal yang baik. Maka dari itu, nenek
mengingatkan Novia untuk tidak mengambil keputusan secara mendadak dan
menarik kembali apa yang dikatakannya. Seketika itu pula, Novia mulai tersadar.
Bahwa masih ada anaknya yang harus diperhatikan oleh kedua orang tuanya.
E. Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa saya ambil dari cerpen ini adalah kisah cinta nenek dan kakek
yang tak terpisahkan sekalipun sudah beberapa kali cobaan menghampiri rumah
tangga mereka. Nenek dan Kakek yang selalu memikirkan keadaan anak-anak dan
cucunya.
Latar
Latar tempat
Latar tempat yang digunakan pada cerita pendek tersebut adalah
bertempat di sebuah ruang tamu rumah. Sedangkan, Banyak suasana tercipta
pada cerpen tersebut. Terdapat suasana keceriaan dan kebahagiaan ketika nenek
dan kakek sedang bercengkrama di ruang tamu rumahnya pada awal cerita.
Kemudian suasana itu seketika menjadi berubah pada saat Nyonya Wenas hadir
di rumah mereka, suasana menjadi sangat dingin terlihat beberapa kekesalan
pada diri nenek, sehingga membuat nenek ingin bercerai dari kakek. Kesedihan
diperparah kembali dengan datangnya Novia yang membawa cerita mengenai
rumah tangganya yang diujung tanduk. Ketegangan terjadi ketika
“Dita kemudian berhenti di sebuah makam bertuliskan nama ‘Hwang Junsu’. Ia
kemudian berjongkok dan membelai nisan itu dengan sayang.”
“Tenang, mini marketnya ada di seberang jalan. Ayo, kita pergi sama-sama,
Eonni!”
“ Aaksud lo apa sih dit? Bukan ide bagus apanya? Bukannya lo emang gebet
banget ke korea, pengen liat konser Suju, dan itu tinggal dua hari lagi kan?”
“…Jika terlambat pointnya akan dikurangi dan itu membuatnya terancam tidak
bisa melanjutkan studi di negara Korea ini..”
“Ayo kita pulang aja ke Indonesia, gue udah bilang kan kalo datang ke Korea itu
bukan ide yang bagus,”
“Iya Ri, lo pingsan mnghadiri upacara pemakaman Hwang Jun Su, dan lo nggak
pernah bangun lagi sejak saat itu. Jai, kita bawa elo pulang ke Indonesia.”
“Kayaknya itu cowok deh, tapi ngapain mojok sendirian di sana? Eh, trus kenapa
dia meninju pohon?”
Latar waktu
latar waktu tidak begitu tampak sehingga saya tidak begitu tahu latar waktu
yang dipakai. Tapi menurut pemikiran saya waktu yang dipakai adalah pada
siang hari pada hari libur.
“Pukul empat sore. Sudah hampir tiga jam sejak Risma pamit pergi keluar,”
“Pagi ini ada tes yang sangat penting, ia tidak boleh terlambat.”
“Sore itu begitu mendung, seorang pemuda sedang berdiri di tepi sungai Han
sambal menghentak- hentakan kakinya gelisah.”
“Perasaan begitu senang hari ini, dan perasaanya diwakilioleh hangat dan
cerahnya mentari pagi ini”
“ Jadi lo ketemu dia lagi? Tanya Dita sambil menikmati makan siang di kantin
kampus.”
“Selamat pagi,”
Latar suasana
Banyak suasana tercipta pada cerpen tersebut. Terdapat suasana keceriaan
dan kebahagiaan ketika nenek dan kakek sedang bercengkrama di ruang
tamu rumahnya pada awal cerita. Kemudian suasana itu seketika menjadi
berubah pada saat Nyonya Wenas hadir di rumah mereka, suasana menjadi
sangat dingin terlihat beberapa kekesalan pada diri nenek, sehingga
membuat nenek ingin bercerai dari kakek. Kesedihan diperparah kembali
dengan datangnya Novia yang membawa cerita mengenai rumah tangganya
yang diujung tanduk.
“ Dia bilang dia rindu sama gue, lebih tepatnya sama yang namanya Hyeri. Gue
udah bilang kalo gue bukan Hyeri, Tapi dia tetep ngotot, sok tahu lagi, nyebelin
banget, kan?!”
“Gadis itu pun membuang napas kesal, kemudia duduk di bangku besi ada disana/”
“Pemuda itu jatuh ketanah, terduduk disana dengan air mata yang mulai
berjatuhan. Hatinya benar benar terluka.”
“Shi yoon menghentikan langkahnya dan mendelik marah. “Hh, tapi aku tidak
pernah memintamu untuk menolongku, kan? Jadi untuk apa aku bersikap baik?
Kau itu pengganggu!”
“Kau ini… benar benar aneh” ucap risma, “Kalau patah hati tidak perlu sampai
seperti.itu Kau tidak saying pada dirimu sendiri? Kehidupan masih berjalan, jadi
jangan sia siakan semua itu. Jangan melakukan hal bodoh hanya karena cinta!”
nada suara risma meninggi”
Gaya bahasa
Bahasa yang digunakan pada cerpen Pada Suatu Hari ini menggunakan
bahasa yang mudah dimengerti mungkin karena latar waktu yang dipakai
adalah waktu di zaman sekarang. Sehingga memudahkan pembaca untuk
mengerti makna dari cerpen tersebut.
“Sayang, kenapa kau berfikir kesana? Itu sangat tidak baik, lagi tidak ada gunanya.
“Selalu kau begitu. Selalu kau tak pernah ambil pusing setiap kali saya sakit.”
“Kau sudah terlalu pintar berciuman ketika pertama kali kau mencium saya.”
“Saya kira tidak begitu. Tua adalah konsekwensi dari kesadaran kita.”
Amanat
Amanat menurut Siswandarti (2009 : 44) adalah pesan-pesan yang ingin
disampaikan pengarang melalui cerita baik tersirat maupun tersurat. Dan
pengertian amanat menurut Waluyo (2006:29) menyatakan jika tema bekaitan
dengan arti, maka amanat berkaitan dengan makna. Sedangkan menurut
Kenny(1966: 89) merupakan amanat atau nilai moral merupakan unsur isi dalam
karya fiksi yang mengacu pada nilai-nilai, sikap, tingkah laku, dan sopan santun
pergaulan yang dihadirkan pengarang melalui tokoh-tokoh di dalamnya.
Drama yang diciptakan Arifin ini sangat mempunyai pesan moral yang tinggi,
menyikapi banyaknya sebuah kata perceraian yang terjadi dewasa ini yang didasari
oleh perasaan cemburu, hal sepele yang tentunya tidak perlu lagi ada dalam kalimat
rumahtangga. Banyak asumsi yang mengatakan, bahwa sebuah pernikahan ibarat
seperti sebuah mainan saja oleh sebagian besar orang yang tentunya tidak memiliki
keseriusan dalam menjalani bahtera rumah tangganya. Peran seorang saudara atau
orang tua kerap kali dapat menyelamatkan sebuah pernikahan, namun apakah yang
terjadi jika tidak ada orang tua atau pun saudara? Apakah perceraian akan tetap
terjadi.
Kuncinya adalah pada diri kita, sebagai manusia tentu bersinggungan dengan orang
jelas terjadi, namun bagai mana kita menyikapi akan hal yang tentunya tidak perlu
kita rasakan kepada orang-orang yang kita sayangi. Pikirkan lah dalam segalah hal
yang akan terjadi jika sebuah perceraian terjadi, terlebih jika dalam rumah tangga
itu telah memiliki anak yan tidak tahu pasti tentang masalah yang dialami kedua
orang tuanya. Beban psikis tentunya akan benar –benar dirasakan oleh anak walau
secara fisik mereka tidak memperlihatkan itu semua. Yang paling serius adalah
Arifin C. Noer Lahir tanggal 10 maret 1941, dari keluarga tukang sate di Cierbon,
Jawa Barat. Ia meninggal dunia pada tanggal 28 Mei 1995 di Jakarta. Slah seorang
Sutradara Teater terkemuka ini juga handal sebagai penulis drama. Karya-karya
monumentalnya seperti : Kapai-kapai, Sumur Tanpa Dasar, Mega-mega, Dalam
bayangan Tuhan dan lain-lain, banyak dipentaskan oleh berbagai kelompok Teater,
baik di dalam maupun di luar Negri. Kariernya sebagai penulis lakon dimulai sejak
menjadi mahasiswa di Surakarta. Ketika itu ia aktif dalam group Teater Muslim
pimpinan Muhamad Dipenogoro, dan ia pun dikenal pernah bergabung dengan
Rendra.
Sebagai penulis naskah dan sutradara Teater, Arifin merupakan fenomena yang
menarik dalam khasanah perkembangan teater modernIndonesia. Selain giat
mengembangkan apa apa yang disebutnya teater eksperimental, Arifin juga
menjadikan kekayaan teater tradisi Indonesia sebagai sumber kreativitas. Maka, tak
ayal banyak pengamat yang mengatakan bahwa teater Arifin adalah teater modern
Indonesia yang meng- Indonesia.
Dunia film mulai dirintisnya dengan menjadi suradara film yang Suci Sang
Primadonna pada tahun 1977, setelah sebelumnya ia dikenal sebagai penulis
skenario. Dengan modal bakat menyutradarai dan menulis naskah yang luar biasa,
dunia Filmpun memberi prestasi dengan menyabet piala Citra diantaranya lewat
Film : Taxi dan Serangan Fajar. Film-filmnya, selain menarik secara tematik dan
artistik juga ada yang sangat digemari masyarakat, yaitu : Pemberontakan G. 30. S.
PKI dan Taxi. Adapun Film-filmnya yang lain adalah: Yuyun Pasien Rumah Sakit
Jiwa, Harmonikaku, Biarkan Bulan Itu, Bibir Mer dan sinetron antara lain : Sebuah
3. Penutup
Drama yang berjudul Pada Suatu Hari ini sangat menginspirasi banyak masyarakat
baik kalangan muda maupun kalangan tua karena didalam drama ini mengajarkan
kita untuk selalu bersyukur terhadap apa yang kita punya. Lalu mengandung nilai-
nilai sosial yang tinggi, karena isi dari drama ini banyak terjadi di kehidupan nyata.
Hal yang menjadi daya tarik novel ini juga karena tokoh yang terlibat di dalam
drama ini terdiri dari sepasang kakek dan nenek (bukan anak muda yang biasanya
menjadi tokoh dalam drama ini) yang tinggal di sebuah desa terpencil dan dipenuhi
dengan kehidupan yang sangat sederhana, tentunya drama ini sangat pantas untuk
dijadikan pedoman serta membentuki karakter pembaca dan masyarakat luas.
Selain itu drama ini banyak mengandung nilai moral yang tinggi dan sangat
inspiratif. Walaupun drama ini sangat menarik tetapi ada beberapa kelemahan di di
dalamnya, seperti terdapaat kata yang sulit dimengerti serta tidak pantas untuk
ditiru dan sikap konsumtif yang dimiliki oleh tokoh nenek. Alangkah baiknya jika
pengarang mengubah sedikit jalan ceritanya agar terlihat semakin menarik dan
membuat perasaan pembaca menjadi lebih haru.