12 Permanganometri
12 Permanganometri
12 Permanganometri
“PERMANGANOMETRI”
KELOMPOK 12
2020
BAB I
PENDAHULUAN
METODOLOGI PENELITIAN
Akuades
Hasil
Akuades
Dilarutkan
A
A
Ditambahkan.
Diaduk dan diencerkan sampai volume
total 250 ml.
Dipanaskan larutan sampai hampir
mendidih (70-80oC).
Dilakukan titrasi natrium oksalat
dalam beaker glass tersebut seluruhnya
dengan larutan KMnO4 dari buret
sambil dikocok perlahan
Dilakukan secara duplo atau triplo.
Hasil
Akuades
A
A
Akuades
Dicuci endapannya sampai bebas dari
oksalat.
A
A
Hasil
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2. Perhitungan
A. Pembakuan Larutan Permanganat
Diketahui: Massa Na2C2O4= 0,3 gram
BM Na2C2O4= 134 gram/mol
V Na2C2O = 250 ml = 0,25 L
Ditanya: N KMnO4…?
Jawab:
N Na2C2O =
=0,01791 N
N1 V1 = N2 V2
N2 =
N2 =
= 0,06176 N
B. Penetuan Calsium (Ca2+) dalam CaCO3
Diketahui: N KMnO4 = 0,06176 N
V rata-rata = 0,15 ml
Mr Ca = 40gr/mol
Ditanya: Kadar Ca2+ ?
Jawab :
mmol H2C2O4=
=0,036 %
4.3. Pembahasan
Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium
permanganat, yang merupakan oksidator kucit sebagai titran. Titran ini didasarkan
atas reduksi dan oksidasi atau redoks. Kalium permanganat telah digunakan
sebagai pengoksida secara meluas lebih dari 100 tahun. Reagensia ini mudah
diperoleh, murah dan tidak memerlukan indikator kecuali bila digunakan larutan
yang sangat encer. Permanganat beraksi secara beraneka, karena mangan dapat
memiliki keadaan oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7.
A. Pembakuan Larutan Kalium Permanganat
Pada percobaan pembakuan larutan kalium permanganat pertama yang
dilakukan yaitu mendinginkan kristal Na2C2O4 pada suhu 105-110 °C selama 2
jam dan didinginkan dalam desikator. Kemudian, menimbang 0,3 gram Na2C2O4
dengan teliti. Lalu, melarutkan dengan akuades dan menambahkan 12,5 ml H 2SO4
pekat, diaduk dan diencerkan sampai volume total 250 ml. memanaskan larutan
sampai hampir mendidih (70-80 °C). Dan mengambil 10 ml larutan untuk dititrasi
dengan larutan KMnO4. Fungsi penambahan asam sulfat adalah untuk
memberikan suasana asam. Hal ini dilakukan karena titik akhir titrasi lebih mudah
diamati bila reaksi dilakukan dalam suasana asam dan reaksi H2SO4 tersebut tidak
menghasilkan produk dan tidak bereaksi dengan titran. Pada suasana asam zat ini
akan mengalami reduksi menghasilkan ion Mn2+ yang tidak berwarna sedangkan
Apabila reaksi dilakukan dalam suasana pada pH netral atau sedikit basa maka
akan terbentuk padatan MnO2 yang berwarna coklat yang dapat mengganggu
dalam penentuan titik akhir titrasi. Sebelum dilakukan standarisasi asam oksalat
dipanaskan pada suhu 70-80oC, fungsi pemanasan adalah untuk mempercepat
reaksi antara KMnO4 dengan asam oksalat karena pada suhu kamar reaksi antara
keduanya cenderung lambat sehingga akan sulit untuk menentukan titik akhir
reaksi. Standarisasi KMnO4 menggunakan asam oksalat ini tidak menggunakan
indikator eksternal untuk menentukan titik akhir reaksinya. Hal ini disebabkan
KMnO4 sendiri selain bertindak sebagai titran, ia juga bertindak sebagai indikator
(auto indicator). Titik akhir titrasi ditunjukkan dengan perubahan warna dari
bening menjadi merah muda sekali. Warna merah muda timbul akibat kelebihan
ion permanganat. Satu tetes kelebihan ion permanganat akan menimbulkan warna
merah unguan yang cukup jelas terlihat (Putra, 2016).
Berikut adalah reaksi dari standarisasi KMnO 4 dengan menggunakan asam
oksalat.
2MnO4-(aq)+ 5(COO)22- (aq) + 16H+(aq)→ 10CO2(g) + 2Mn2+(aq)+ 8H2O
Dari percobaan yang dilakukan secara duplo (pengulangan 2 kali) hingga
didapat N KmnO4 yang digunakan untuk menstandarisasi kalium permanganat
dengan menggunakan larutan H2SO4 adalah 0,06176 N.
B. Penentuan Kalsium (Ca2+) dalam CaCO3
Pada percobaan penentuan kalsium (Ca2+) dalam CaCO3 yang dilakukan
pertama yaitu menimbang 0,2 gram Ca karbonat dan dimasukkan ke dalam gelas
beker 400 ml. Lalu ditambahkan akuades sampai volume menjadi 200 ml dan
ditambahkan 3 tetes indikator metil merah. Kemudian, memanaskan larutan
tersebut sampai mendidih dan tambahkan 25 ml larutan NH 4 oksalat sambil
diaduk hingga terjadi pengendapan Ca oksalat. Menambahkan amonia dan air
(1:1) masing-masing 2 ml dan panaskan pada suhu 70-80°C selama 15 menit.
Endapan Ca oksalat disaring menggunakan kertas saring whatman dan endapan di
cuci dengan akuades. Ambil 10 ml larutan kemudian di titrasi dengan larutan
standar KmnO4.
Penentuan kadar Ca2+ dalam CaCO3 dilakukan dengan pembuatan larutan
terebih dahulu. Larutan dipanaskan untuk menghilangkan adanya ion-ion
pengganggu atau pengotor yang dapat mempengaruhi hasil yang akan dicapai.
Lalu CaCO3 direaksikan dengan amonium oksalat yang menurut reaksi sebagai
berikut:
CaCO3 + (NH4)2C2O4 → CaC2O4↓ + (NH4)2CO3
Penambahan amonium oksalat dimaksudkan untuk mengendapkan kalsium secara
langsung yang memberikan ion C2O42-. Penambahan amoniak ini membuat
suasana reaksi menjadi lebih alkalis. Hal ini terihat dari warna larutan yang
tadinya merah berubah menjadi kekuningan. Setelah itu endapan disaring dan
dipisahkan dari filtratnya. Endapan yang diperoleh kemudian dibilas dengan
akuades untuk menghilangkan ion oksalat dan kemudian ditambahkan dengan
asam sulfat (1:8) untuk memberi susana asam (Day dan Underwood, 1998).
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
CaC2O4 + H2SO4 → H2C2O4 + CaSO4
Asam oksalat yang terbentuk inilah yang akan bereaksi dengan ion permanganat
dari titrasi dengan KMnO4. Titrasi dilakukan sampai warna larutan yang semula
berwarna merah muda karena diberi indikator pp menjadi bening. Persamaan
reaksinya adalah sebagai berikut:
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh pada percobaan ini adalah permanganometri
merupakan metode titrasi berdasarkan hasil oksidasi dengan KMnO4 yang
didasarkan pada reaksi redoks. Berdasarkan hasil percobaan dapat diketahui
volume titrasi KMnO4 yang digunakan untuk menentukan kadar Ca2+ dalam
CaCO3 adalah 0,15 ml dengan ditandai perubahan warna dari bening menjadi
merah muda. Sehingga, didapatkan kadar Ca2+ dalam CaCO3 sebesar 0,036%.
DAFTAR PUSTAKA
Apriyanti & E.M. Apriyani. 2018. Analisis Kadar Zat Organik pada Air Sumur
Warga Sekitar TPA dengan Metode Titrasi Permanganometri. ALKIMIA:
Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan. 2: 10-14.
Day, R.A & A.L. Underwod. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga, Jakarta.
Day, R.A & A.L. Underwood. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi ke-6.
Erlangga, Jakarta.
Hasanah, U., A.H. Mukaromah & D.H. Sitomurni. 2019. Perbandingan Metode
Analisis Permanganometri dan Bikromatometri pada Penentuan Kadar
Chemical Oxygen Demand (COD). Prosiding Mahasiswa Seminar
Nasional Unimus. 2: 59-62.
Rynata, E. 2015. Penentuan Jenis Tanin dan Penetapan Kadar Tanin dari Kulit
Buah Pisang Masak (Musa paradisiaca L.) secara Spektrofotometri dan
Permanganometri. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. 4: 1-16.
Sari, Y.R. 2018. Pengujian Zat Organik, Bromat, dan Total Padatan Terlarut pada
Contoh Air di Balai Besar Industri Agro Bogor, Jawa Barat. Laporan
Praktik Kerja Lapangan. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Shevla, G. 1995. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimakro. Kalman Media Pustaka, Jakarta.
Wulandari, A.W & E.S. Soedjono. 2017. Penurunan COD dan Deterjen pada
Saluran Kalidami Kota Surabaya dengan Oksidator H2O2 dan KMnO4.
Jurnal Teknik ITS. 6: 1-6.
LAMPIRAN