Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Lapres Titrasi Pengendapan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 31

Laporan Praktikum Kimia Analitik II

Titrasi Pengendapan

I.Judul Percobaan :
Titrasi Pengendapan dan Aplikasinya Terhadap Penentuan Kadar NaCl dalam
Garam Meja (Merk Daun)
II.Hari/tanggal Percobaan :
Senin/19 November 2018 Pukul 13.00 – 15.30 WIB
III.Tujuan Percobaan :
1. Menentukan (standarisasi) larutan AgNO3.
2. Menentukan kadar NaCl dalam garam meja.
IV.Dasar Teori
 Pengertian Titrasi Pengendapan
Titrasi pengendapan adalah salah satu golongan titrasi dimana hasil reaksi
titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip dasarnya ialah
reaksi pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan
titran, tidak ada pengotor yang mengganggu serta diperlukan indikator untuk
melihat titik akhir titrasi. Hanya reaksi pengendapan yang dapat digunakan pada
titrasi (Khopkar, 1990).

 Pengertian Argentometri
Argentometri merupakan titrasi pengendapan sampel yang dianalisis dengan
menggunakan ion perak. Biasanya, ion-ion yang ditentukan dalam titrasi ini
adalah ion halida(Cl-, Br-, I-) (Khopkar,1990).
Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti
perak. Jadi, argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat
dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan
dengan ion Ag+. Pada titrasi atgentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi
indicator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan
mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat
tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan
(Underwood,1992).
Ada dua syarat untuk titrasi ini yaitu :
1. Konsentrasi mula-mula larutan yang hendak dititrasi cukup besar.
2. Hasil kali kelarutan (ksp) harus sekecil mungkin, karena semakin kecil ksp
maka semakin tajam perubahan (Raymond`s, 2001).

1
Laporan Praktikum Kimia Analitik II
Titrasi Pengendapan

 Metode Titrasi Argentometri


Berdasarkan indikator yang digunakan, titrasi argentomentri dibedakan menjadi 3
metode, yaitu :
1) Metode Mohr (Pembentukan endapan berwarna)
Metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida
dalam suasana netral dengan larutan standar AgNO3 dan penambahan K2CrO4
sebagai indikator. Titrasi dengan cara ini harus dilakukan dalam suasana netral
atau dengan sedikit alkalis, pH 6,5 – 9,0. Dalam suasana asam, perak kromat larut
karena terbentuk dikromat dan dalam suasana basa akan terbentuk endapan perak
hidroksida. Reaksi yang terjadi adalah : (Khopkar, SM, 1990)
Asam : 2CrO42- + 2H- ↔ CrO72- + H2O
Basa : 2 Ag+ + 2 OH- ↔ 2AgOH
2AgOH ↔ Ag2O + H2O
Konsentrasi ion klorida dalam suatu larutan dapat ditentukan dengan cara
titrasi dengan larutan standar perak nitrat. Endapan putih perak klorida akan
terbentuk selama proses titrasi berlangsung dan digunakan indicator larutan
kalium kromat encer. Setelah semua ion klorida mengendap maka kelebihan ion
Ag+ pada saat titik akhir titrasi dicapai akan bereaksi dengan indicator membentuk
endapan coklat kemerahan Ag2CrO4. Prosedur ini disebut sebagai titrasi
argentometri dengan metode Mohr. Reaksi yang terjadi adalah : (Khopkar, SM,
1990)
Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl(s) (endapan putih)
Ag+(aq) + CrO42-(aq) Ag2CrO4(s) (coklat kemerahan)
Penggunaan metode Mohr sangat terbatas jika dibandingkan dengan metode
Volhard dan metode Fajans dimana dengan metode ini hanya dapat dipakai untuk
menentukan konsentrasi Cl-, CN-, dan Br-.(Khopkar, SM, 1990)

2) Metode Volhard (Penentu zat warna yang mudah larut)


Metode ini digunakan dalam penentuan ion Cl+, Br -, dan I- dengan
penambahan larutan standar AgNO3. Indikator yang dipakai adalah Fe3+ dengan
titran NH4CNS, untuk menentralkan kadar garam perak dengan titrasi kembali
setelah ditambah larutan standar berlebih. Kelebihan AgNO3 dititrasi dengan
larutan standar KCNS, sedangkan indikator yang digunakan adalah ion Fe3+

2
Laporan Praktikum Kimia Analitik II
Titrasi Pengendapan

dimana kelebihan larutan KCNS akan diikat oleh ion Fe3+ membentuk warna
merah darah dari FeSCN (Khopkar,1990).
Konsentrasi ion klorida, iodide, bromide dan yang lainnya dapat ditentukan
dengan menggunakan larutan standar perak nitrat. Larutan perak nitrat
ditambahkan secara berlebih kepada larutan analit dan kemudian kelebihan
konsentrasi Ag+ dititrasi dengan menggunakan larutan standar (SCN-) dengan
menggunakan indicator ion Fe3+. Ion besi (III) ini akan bereaksi dengan ion
tiosianat membentuk kompleks yang berwarna merah. (Khopkar,1990).
Reaksi yang terjadi adalah : (Khopkar,1990).
Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl(s) (endapan putih)
Ag+(aq) + SCN-(aq) AgSCN(s) (endapan putih)
Fe3+(aq) + SCN-(aq) Fe(SCN)2+ (kompleks berwarna merah)

3) Metode Fajans (Indikator Absorbsi)


Pada metode ini, suspensi perak halogenida pada larutan yang mengandung
ion halida akan bermuatan negatif karena mengadsorbsi ion halida tersebut dan
kemudian akan bermuatan positif apabila kelebihan ion perak. Indikator adsorbsi
tidak memberi perubahan warna dalam larutan, tapi perubahan warna terjadi pada
permukaan endapan. Terdapat senyawa organik berwarna yang digunakan untuk
mengadsorbsi pada permukaan suatu endapan sehingga mengubah struktur
organiknya dan warna tersebut masih memungkinkan untuk mengubah diri
menjadi lebih tua lagi sehingga sering digunakan sebagai pendeteksi titik akhir
pada endapan perak disebut sebagai indikator adsorbsi (Underwood,1999).
Titrasi argenometri dengan cara fajans adalah sama seperti pada cara Mohr,
hanya terdapat perbedaan pada jenis indikator yang digunakan. Indikator yang
digunakan dalam cara ini adalah indikator adsorbsi seperti eosine atau fluonescein
menurut macam anion yang diendapkan oleh Ag+. Titrannya adalah AgNO3
hingga suspensi violet menjadi merah. pH tergantung pada macam anion dan
indikator yang dipakai. Indikator adsorbsi adalah zat yang dapat diserap oleh
permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna. Pengendapan ini dapat
diatur agar terjadi pada titik ekuivalen antara lain dengan memilih macam
indikator yang dipakai dan pH. Sebelum titik ekuivalen tercapai, ion Cl- berada
dalam lapisan primer dan setelah tercapai ekuivalen maka kelebihan sedikit

3
Laporan Praktikum Kimia Analitik II
Titrasi Pengendapan

AgNO3 menyebabkan ion Cl- akan digantikan oleh Ag+ sehingga ion Cl- akan
berada pada lapisan sekunder (Gandjar, 2007).
Indikator absorbsi dapat digunakan untuk titrasi argentometri, titrasi
argentometri yang menggunakan indicator adsorbs dikenal dengan sebuah titrasi
argentometi metode Fajans. Contohnya pada penggunaan titrasi ion klorida
dengan larutan standar Ag+ (Harjadi,1990).
Kesulitan dalam menggunakan indikator absorbs ialah banyak diantara zat
warna tersebut membuat endapan perak menjadi peka terhadap cahaya
(fotosensitifitas) dan menyebabkan endapan terurai. Titrasi menggunakan
indicator absorbs biasanya cepat, akurat, dan terpercaya. Sebaliknya penerapannya
agak terbatas karena memerlukan endapan berbentuk koloid yang juga harus
dengan cepat (Harjadi,1990).
Ada tiga tipe titik akhir yang digunakan untuk titrasi dengan AgNO3 yaitu
indikator, argentometri, dan indikator kimia. Titik akhir potensiometri didasarkan
pada potensial elektrode perak yang dicelupkan ke dalam larutan analit. Titik
akhir argentometri melibatkan penentuan arus yang diteruskan antara sepasang
mikroelektrode perak dalam larutan analit. Sedangkan titik akhir yang dihasilkan
indikator kimia biasanya terdiri dari perubahan warna/muncul tidaknya kekeruhan
dalam larutan yang dititrasi. Syarat indikator untuk titrasi pengendapan analog
dengan titrasi netralisasi, yaitu perubahan warna harus terjadi terbatas dalam range
pada p-function dari reagen/analit (Skoog, 1996).
Ada tiga tipe titik akhir yang digunakan untuk titrasi dengan AgNO3 yaitu :
1. Indikator
2. Argentometri
3. Indikator kimia (Skoog,1996)
Titik akhir potensiometri didasarkan pada potensial elektrode perak yang
dicelupkan ke dalam larutan analit. Titik akhir argentometri melibatkan penentuan
arus yang diteruskan antara sepasang mikroelektrode perak dalam larutan analit.
Sedangkan titik akhir yang dihasilkan indikator kimia, biasanya terdiri dari
perubahan warna/muncul tidaknya kekeruhan dalam larutan yang dititrasi
(Skoog,1996).

4
Laporan Praktikum Kimia Analitik II
Titrasi Pengendapan

Syarat indikator untuk titrasi pengendapan analog dengan indikator titrasi


netralisasi, yaitu :
a. Perubahan warna harus terjadi terbatas dalam range pada p-functiondari
reagen/analit.
b. Perubahan Warna harus terjadi dalam bagian dari kurva titrasi untuk
analit.(Skoog,1996)
 Penetapan Titik akhir dalam Reaksi Pengendapan
A. Pembentukan suatu endapan berwarna
Ini dapat diilustrasikan dengan prosedur mohr untuk penetapan klorida dan
bromide. Pada titrasi suatu larutan netral dari ion klorida dengan larutan perak
nitrat, sedikit larutan kalium kromat ditambahkan untuk berfungsi sebagai
indikator. Pada titik akhir, ion kromat ini bergabung dengan ion perak untuk
membentuk perak kromat merah yang sangat sedikit sekali dapat larut. Titrasi ini
hendaknya dilakukan dalam suasana netral atau sangat sedikit sekali basa, yakni
dalam jangkauan pH 6,59. (Bassett, 1994)
B. Pembentukan suatu senyawaan berwarna yang dapat larut
Contoh prosedur ini adalah metode volhard untuk titrasi perak dengan adanya
asam nitrat bebas dengan larutan kalium atau ammonium tiosianat standar.
Indikatornya adalah larutan besi(III) ammonium sulfat. Penambahan larutan
tiosianat menghasilkan mula-mula endapan perak klorida. Kelebihan tiosianat
yang paling sedikitpun akan menghasilkan pewarnaan coklat kemerahan,
disebabkan oleh terbentuknya suatu ion kompleks.
Ag+ + SCN-  AgSCN
Fe3+ + SCN-  [FeSCN]2+
Metode ini dapat diterapkan untuk penetapan klorida, bromide dan iodide
dalam larutan asam. Larutan perak nitrat standar berlebih ditambahkan dan
kelebihannya dititrasi balik dengan larutan tiosianat standar. (Bassett, 1994)
Ag+ + Cl-  AgCl
Ag+ + SCN-  AgSCN

5
Laporan Praktikum Kimia Analitik II
Titrasi Pengendapan

C. Penggunaan indikator adsorpsi


Aksi dari indikator-indikator ini disebabkan oleh fakta bahwa pada titik
ekuivalen, indikator itu diadsorpsi oleh endapan dan selama proses adsorpsi
terjadi suatu perubahan dalam indikator yang menimbulkan suatu zat dengan
warna berbeda, maka dinamakan indikator adsorpsi.
Zat-zat yang digunakan adalah zat-zat warna asam, seperti warna deret
flouresein misalnya flouresein an eosin yang digunakan sebagai garam
natriumnya.
Untuk titrasi klorida, boleh dipakai flouresein. Suatu larutan perak klorida
dititrasi dengan larutan perak nitrat, perak klorida yang mengendap mengadsorpsi
ion-ion klorida. Ion flouresein akan membentuk suatu kompleks dari perak yang
merah jambu. (Bassett, 1994)

6
Laporan Praktikum Kimia Analitik II
Titrasi Pengendapan

 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelarutan


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah :
1. pH
2. Temperatur
3. Jenis pelarut
4. Bentuk dan ukuran partikel
5. Konstanta dielektrik pelarut
6. Adanya zat-zat lain, misalnya surfaktan pembentuk komplek ion sejenis, dll.
(Pantang,2010)

 Rumus Perhitungan
 Normalitas
𝑔𝑟 1000
N = 𝑀𝑟x 𝑥 𝑒𝑘 ............................................... (Underwood,1999:60)
𝑉

Keterangan : N = Normalitas (N)


Ek = ekivalen suatu zat
V = Volume larutan (mL)
gr = massa suatu zat (gram)
Mr = massa molekul relatif suatu zat (gr/mol)
 Pengenceran
𝑉1 x 𝑁1 = 𝑉2 x 𝑁2 ................................................(Underwood,1999:54)
Keterangan : 𝑉1 = Volume sebelum pengenceran (L)
𝑁1 = Normalitas sebelum pengenceran (N)
𝑉2 = Volume setelah pengenceran (L)
𝑁2 = Normalitas setelah pengenceran (N)
 Mol
n =NxV ............................................................ (Underwood,1999:47)
Keterangan : n = mol suatu zat (mol)
V = Volume sampel (mL)
N = Normalitas sampel (N)
 Massa
Massa = n x Mr .................................................. (Underwood,1999:47)
Keterangan : n = mol suatu zat (mol)
Mr = massa molekul relatif suatu zat (gr/mol)

7
Laporan Praktikum Kimia Analitik II
Titrasi Pengendapan

 Persentase Analit A
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴
%A = x 100% ................................... (Underwood,1999:68)
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

V.Alat dan Bahan


 Alat
1. Piala kecil / kaca arloji 1 buah
2. Labu ukur 100 mL 2 buah
3. Buret 50 mL 1 buah
4. Pipet tetes 4 buah
5. Pipet seukuran 10 mL 1 buah
6. Gelas ukur 25 mL 1 buah
7. Erlenmeyer 250 mL 3 buah
8. Corong 1 buah
9. Statif dan klem 1 buah
10. Spatula 1 buah
11. Gelas Kimia 250 mL 2 buah
12. Neraca Analitik 1 buah
13. Vial 2 buah
 Bahan :
1. Padatan NaCl 0,0589 gram
2. Air suling Secukupnya
3. Larutan AgNO3 0,1 N Secukupnya
4. Indikator K2CrO4 10 tetes
5. Garam dapur 0,589 gram

8
Laporan Praktikum Kimia Analitik II
Titrasi Pengendapan

VI. Alur Percobaan


1. Penentuan (standarisasi) larutan AgNO3 0,1 N dengan NaCl p.a sebagai
baku
NaCl

1. Menimbang 0,0589 gram NaCl p.a


2. Memindahkan ke dalam labu ukur 100 mL
3. Melarutkan dengan air suling
4. Mengencerkan sampai tanda batas
5. Mengocok hingga homogen

Larutan baku NaCl 0,1 N

6. Membilas buret dengan larutan AgNO3 0,1 N


7. Mengisi buret dengan larutan AgNO3 0,1 N
8. Memipet 10 mL larutan NaCl dengan pipet
gondok
9. Memasukkan ke dalam erlenmeyer 250mL
10. Menambahkan 10 mL air suling
11. Menambahkan 10 tetes indikator K2CrO4
Kuning

12. Di titrasi dengan AgNO3


13. titrasi dihentikan sampai terjadi
perubahan warna dan terdapat endapan
Endapan konsentrasi
Merah Batasetiap pengulangan

14. Membaca dan mencatat angka pada buret saat


awal dan akhir titrasi
15. Menentukan volume larutan AgNO3
16. Mengulangi titrasi sebanyak 3 kali
17. Menghitung konsentrasi larutan AgNO3 rata-
rata

Konsentrasi larutan AgNO3 rata-rata

Reaksi :
1. AgNO3 (aq) + NaCl (aq)  Ag+ + Cl- + NaNO3 (aq) (Svehla, 1985 : 217)
2. AgNO3 (aq) + K2CrO4 (aq)  Ag2CrO4 (s) + KNO3 (aq) (Svehla, 1985 : 220)

9
Laporan Praktikum Kimia Analitik II
Titrasi Pengendapan

2. Penentuan kadar NaCl dalam garam meja

Garam Meja (Merk Daun)

1. Menimbang 0,589 gram garam meja


2. Dilarutkan dalam labu ukur 100 mL
3. Dipipet 10 mL
4. Ditambah 5 tetes indikator K2CrO4 5%
Kuning

5. Titrasi dengan larutan AgNO3

Endapan Merah Bata

6. Ulangi titrasi sebanyak 3 kali


7. Hitung kandungan NaCl dalam garam meja
Kandungan NaCl dalam garam meja

Reaksi :
1. AgNO3 (aq) + NaCl (aq)  Ag+ + Cl- + NaNO3 (aq) (Svehla, 1985 : 217)
2. AgNO3 (aq) + K2CrO4 (aq)  Ag2CrO4 (s) + KNO3 (aq) (Svehla, 1985 : 220)

10
Laporan Praktikum Kimia Analitik II
Titrasi Pengendapan

VII. Hasil Pengamatan


No.
Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc.
1 Penentuan (standarisasi) larutan AgNO3 Sebelum :  AgNO3 (aq) + NaCl Normalitas AgNO3
0,1 N dengan NaCl p.a sebagai baku - Padatan NaCl p.a : serbuk (aq)  Ag+ + Cl- + setalah di standarisasi
NaCl tidak berwarna NaNO3 (aq) dengan NaCl p.a
- Air suling : latutan tidak (Svehla, 1985 : 217) adalah sebesar
6. Menimbang 0,0589 gram NaCl 0,00863 N.
p.a
berwarna  AgNO3 (aq) +
- Larutan AgNO3 : larutan K2CrO4 (aq) 
7. Memindahkan ke dalam labu ukur
100 mL tidak berwarna Ag2CrO4 (s) + KNO3
8. Melarutkan dengan air suling - Indikator K2CrO4 : larutan (aq)
9. Mengencerkan sampai tanda batas berwarna kuning. (Svehla, 1985 : 220)
10. Mengocok hingga homogen Sesudah :
- Padatan NaCl p.a +
Larutan baku NaCl 0,1 N
aquades : larutan tidak
12. Membilas buret dengan berwarna
larutan AgNO3 0,1 N - Larutan baku NaCl + 10
13. Mengisi buret dengan mL air suling + indikator
larutan AgNO3 0,1 N
K2CrO4 : larutan berwarna
14. Memipet 10 mL larutan
kuning
NaCl dengan pipet gondok
- Larutan berwarna kuning
15. Memasukkan ke dalam
erlenmeyer 250 mL + larutan AgNO3 :
16. Menambahkan 10 mL air suling endapan merah bata.
17. Menambahkan 10 tetes indikator - Titrasi Lar. NaCl +
K2CrO4 AgNO3 :
V1 AgNO3 = 11,5 mL
Kuning
V2 AgNO3 = 11,6 mL

11
Laporan Praktikum Kimia Analitik II
Titrasi Pengendapan

No.
Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc.
V3 AgNO3 = 11,6 mL
Kuning
14. Di titrasi dengan AgNO3
15. Titrasi dihentikan sampai terjadi
perubahan warna dan terdapat
endapan konsentrasi setiap
pengulangan
Endapan Merah Bata

18. Membaca dan mencatat angka


pada buret saat awal dan akhir
titrasi
19. Menentukan volume larutan
AgNO3
20. Mengulangi titrasi sebanyak 3
kali
Konsentrasi larutan AgNO
21. Menghitung 3 rata-rata
konsentrasi larutan
AgNO3 rata-rata

12
Laporan Praktikum Kimia Analitik II
Titrasi Pengendapan

No.
Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc.
Penentuan kadar NaCl dalam garam Sebelum :  AgNO3 (aq) + NaCl Kadar NaCl yang
2 meja (Merk daun) - Padatan garam meja(daun) (aq)  Ag+ + Cl- + terdapat dalam garam
Garam Meja (Merk Daun) : kristal tidak berwarna NaNO3 (aq) meja bermerk daun
- Air suling : latutan tidak (Svehla, 1985 : 217) adalah sebesar
5. Menimbang 0,589 gram garam 98,57%.
berwarna  AgNO3 (aq) +
meja - Larutan AgNO3 : larutan K2CrO4 (aq) 
6. Dilarutkan dalam labu ukur 100
tidak berwarna Ag2CrO4 (s) + KNO3
mL
- Indikator K2CrO4 : larutan (aq)
7. Dipipet 10 mL
berwarna kuning. (Svehla, 1985 : 220)
8. Ditambah 5 tetes indikator
K2CrO4 5% Sesudah :
Kuning - Padatan garam meja
(Daun) + aquades : larutan
6. Titrasi dengan larutan AgNO3 tidak berwarna
Endapan Merah Bata - Padatan garam meja(daun)
+ aquades + indikator
7. Ulangi sebanyak 3 kali K2CrO4 : larutan berwarna
8. Hitung kandungan NaCl dalam kuning
garam meja
- Larutan berwarna kuning
Kandungan NaCl dalam garam meja + larutan AgNO3 :
endapan merah bata.
- Titrasi Lar. NaCl +
AgNO3 :
V1 AgNO3 = 11,9 mL
V2 AgNO3 = 11,7 mL
V3 AgNO3 = 11,3 mL

13
Laporan Praktikum Kimia Analitik II
Titrasi Pengendapan

VIII.Diskusi dan Pembahasan


Prinsip dasar titrasi adalah membentuk endapan dari reaksi antara
analit dengan titran. Pada titrasi pengendapan penentuan titik akhir dapat
dilakukan dengan 3 metode yaitu metode Mohr, Volhard, dan Fajans. Tetapi
pada titrasi ini menggunakan metode Mohr karena indikator yang digunakan
adalah K2CrO4 yang memiliki rentan pH antara 6-10.
Percobaan pertama yaitu Penentuan (standarisasi) larutan AgNO3
0,1 N dengan NaCl p.a sebagai larutan baku. Mula-mula menimbang
padatan NaCl p.a sebesar 0,0589 gram dan dipindahkan ke labu ukur 100
mL kemudian ditambah aquades lagi sampai tanda batas dan kocok hingga
homegen sehingga menghasilkan larutan baku NaCl 0,1 N. Selanjutnya bila
buret dengan laruan AgNO3 0,1 N laalu isi buret dengan AgNO3 sampai
tanda nol. Kemudian pipet 10 mL larutan NaCl dengan pipet seukuran,
Masukkan larutan ke dalam erlenmeyer 250 mL dan tambahkan 10 mL air
suling serta 10 tetes indikator K2CrO4 maka larutan yang tadinya tidak
berwarna akan berubah menjadi berwarna kuning hal ini terjadi karena
larutan K2CrO4 berwarna kuning sehingga mengkontaminasi larutan baku
NaCl yang tidak berwarna menjadi berarna kuning. Kemudian dititrasi
dengan AgNO3 sampai titik akhir titrasi yang ditentukan oleh perubahan
warna larutan dari kuning menjadi larutan yang memiliki endapan merah
bata artinya titrasi dapat dihentikan dan mencatat serta menentukan
banyaknya volume larutan AgNO3 yang digunakkan untuk proses titrasi.
Pada titik akhir titrasi, ion Ag+ yang berlebih diendapkan sebagai Ag2CrO4
yang berwarna merah bata. Larutan harus bersifat netral atau sedikit basa,
tetapi tidak boleh terlalu basa sebab Ag akan diendapkan sebagai Ag(OH)2.
Jika larutan terlalu asam maka titik akhir titrasi tidak terlihat sebab
konsentrasi CrO4- berkurang. Titrasi diulangi sebanyak 3 kali agar mendapat
data yang akurat untuk menentukan konsentrasi larutan AgNO3.
Dari percobaan pertama maka persamaan reaksi yang dihasilkan
adalah :
1. AgNO3(aq) + NaCl(aq)  Ag+ +Cl- + NaNO3(aq) (Svehla,1985: 217)
Saat proses titrasi dilakukan, terdapat perubahan terhadap analit, yang
semula bening lama kelamaan terlihat keruh. Berdasarkan reaksi diatas hal

14
Laporan Praktikum Kimia Analitik II
Titrasi Pengendapan

tersebut dikarenakan terdapat endapan AgCl. Setelah itu titik akhir titrasi
terjadi jika muncul endapan merah bata. Hal ini menandakan Cl- pada analit
telah habis sehingga Ag+ dari AgNO3 akan mengikat CrO42- dari indikator
K2CrO4. Hal ini dikarenakan perbedaan kelarutan antara AgCl dengan
Ag2CrO4. Kelarutan dari Ag2CrO4 lebih besar dibandingkan dengan
kelarutan AgCl, sehingga Ag+ akan bereaksi dengan Cl- terlebih dahulu
hingga Cl- habis kemudian Ag+ akan bereaksi dengan CrO42-. Reaksi antara
AgNO3 dengan K2CrO4 adalah sebagai berikut :
1. 2AgNO3(aq) + K2CrO4(aq)  Ag2CrO4(s) + 2K+(aq) + 2NO3-(aq)
(Svehla,1985 : 220)
Endapan berwarna merah bata yang muncul pada titik akhir titrasi
adalah berasal dari reaksi diatas yang menghasilkan Ag2CrO4 yang
berwarna merah.
Data praktikum yang telah didapatkan diperoleh volume AgNO3 yang
dibutuhkan untuk titrasi dan menentukan titik akhir secara berturut-turut
adalah V1 = 11,5 mL ; V2 = 11,6 mL ; V3 = 11,6 mL. Volume yang
didapatkan kemudian digunakan untuk menghitung konsentrasi AgNO3
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut.
V1 . N1 = V2 . N2
Dimana
V1 = Volume AgNO3
V2 = Volume NaCl
N1 = Konsentrasi AgNO3
N2 = Konsentrasi NaCl
Setelah dimasukkan dalam perhitungan didapatkan konsentrasi
AgNO3 secara berturut-turut sebesar 0,0087 N ; 0,0086 N ; 0,0086 N.
Sehingga didapatkan rata-rata konsentrasi AgNO3 sebesar 0,00863 N.
Konsentrasi yang didapatkan disebut konsentrasi AgNO3 terstandarisasi.
Pada percobaan kedua yaitu menentukan kadar NaCl dalam garam
meja. Mula-mula timbang garam meja 0,0589 gram pada praktikum kali ini
kami menggunakan garam meja bermerk garam “Daun” setelah ditimbang
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL kemudian ditambah aquades dan

15
Laporan Praktikum Kimia Analitik II
Titrasi Pengendapan

dilarutkan sampai tanda batas dengan dikocok hingga homogen larutan tidak
berwarna kemudian dipipet sebanyakk 10 mL dan ditambahkan 5 tetes
indikator K2CrO4 pada tahap pengenceran kali ini larutan garam diencerkan
sebanyak 2 kali, hal ini karena kadar garam yang terlalu tinggi. Setelah
diberikan indikator K2CrO4 warna larutan berubah menjadi kuning
kemudian titrasi dilanjutkan kembali sampai timbul endapan merah bata
yang menandakan titrasi telah berakhir (Titik Akhir Titrasi). Maka reaksi
yang terjadi adalah :
NaCl(aq) + AgNO3(aq)  AgCl(s) + Na+(aq) + NO3-(aq)
Dalam sampel garam mengandung NaCl, sehingga reaksi yang terjadi
adalah reaksi antara NaCl dengan AgNO3. Cl- pada analit telah habis
sehingga Ag+ dari AgNO3 akan mengikat CrO42- dari indikator K2CrO4
dengan reaksi sebagai berikut :
2AgNO3(aq) + K2CrO4(aq)  Ag2CrO4(s) + 2K+(aq) + 2NO3-(aq)
Endapan berwarna merah bata yang muncul pada titik akhir titrasi
adalah berasal dari reaksi diatas yang menghasilkan Ag2CrO4 yang
berwarna merah. Kemudian titrasi diulang sebanyak 3 kali untuk
mendapatkan hasil data yang lebih akurat, kemudian hitung kandungan
NaCl dalam sampel. Dari percobaan ini diperoleh volume AgNO3 yang
digunakkan untuk titrasi adalah V1 = 11,9 mL ; V2 = 11,7 mL ; V3 = 11,3
mL. Volume yang didapatkan kemudian digunakan untuk menghitung
konsentrasi NaCl dalam larutan sampel. Setelah dimasukkan dalam
perhitungan didapatkan konsentrasi NaCl dalam larutan sampel secara
berturut-turut adalah 0,01202697 N ; 0,0098382 N ; 0,00975159 N. Nilai
konsentrasi tersebut kemudian dimasukkan dalam perhitungan untuk
mencari mol NaCl dalam larutan sampel menggunakan persamaan sebagai
berikut.
n=N.V
Dimana :
n = mol NaCl
N = Konsentrasi NaCl dalam sampel
V = Volume sampel (100 mL)

16
Laporan Praktikum Kimia Analitik II
Titrasi Pengendapan

Kemudian didapatkan mol NaCl dalam sampel secara berturut-turut


sebesar 1,02697 x 10-3 mol ; 9,8382 x 10-4 mol ; 9,715159 x 10-4 mol.
Setelah didapatkan mol dari NaCl dalam sampel, dapat digunakan untuk
menghitung massa NaCl dalam sampel. Perhitungan massa NaCl dalam
sampel menggunakan persamaan sebagai berikut.
G = n. Mr
Dimana :
G = massa NaCl dalam sampel
n = mol NaCl dalam sampel
Mr = Massa molekul relatif
Kemudian didapatkan massa NaCl dalam sampel secara berturut-turut
sebesar 0,006001 gram ; 0,05749 gram ; 0,05698 gram. Setelah
mendapatkan massa NaCl dalam sampel, dapat digunakan untuk
menghitung kadar NaCl dalam sampel dengan persamaan sebagai berikut.
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑁𝑎𝐶𝑙 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
% NaCl = 𝑥 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Setelah dimasukkan ke dalam persamaan tersebut didapatkan kadar
NaCl dalam sampel secara berturut-turut sebesar 101,7 % ; 97,44% ;
96,57%.
Dari data tersebut diperoleh kadar NaCl yang terdapat dalam garam meja
adalah 98,57%.
Tabel pembeda kadar NaCl dalam garam meja
Standar Nasional
Hasil Praktikum Tertera pada kemasan
Indonesia (SNI)

98,7% 97,70% Min 94 %

Terjadi perbedaan antara ketiganya hal ini terjadi karena beberapa


faktor (galat) diantaranya :
a. Pengenceran larutan yang tidak sempurna
b. Proses pengenceran yang dilakukan 2 kali menjadi kurang akurat
c. Adanya ketidaktelitian ketika melakukan perhitungan
Dari ketiga hal tersebut membuat adanya perbedaan kadar garam.

17
Laporan Praktikum Kimia Analitik II
Titrasi Pengendapan

Pada klorida atau Cl- memiliki banyak fungsi dan manfaat akan tetapi
tetap harus mempertimbangkan jumlah atau kadar yang digunakan karena
jika manusia mengkonsumsi asam klorida secara berlebih maka akan
berdampak buruk bagi tubuh diantaranya :
1. Merusak Jaringan Pada Tubuh Asam klorida memiliki sifat korosif
yang dimana sifat itu dapat merusak jaringan-jaringan pada tubuh
manusia, asam klorida dalam pencernaan bermanfaat untuk membantu
memecahkan makanan sehingga akan mudah dicerna, namun jika
kandungan asam klorida terlalu banyak malah dapat merusak jaringan
dalam pencernaan.
2. Bakteri Akan Mati Bakteri selama ini dianggap buruk sebab menjadi
pemicu berbagai masalah kesehatn tubuh. Bakteri menjadi penyebab
disentri dan diare. Asam klorida sebenarnya dapat digunakan untuk
memproduksi bakteri baik, namun jika asam klorida terlalu banyak
digunakan dalam memproduksinya bakteri akan mati dan tidak akan bisa
hidup.
3. Menyebabkan Maag Asam klorida berperan dalam asam lambung , bila
terlalu banyak asam lambung maka akan menyebabkan penyakit maag.
Karena rasa perih yang dirasakan oleh lambung yang sifatnya terlalu
asam. Ketika sedang maag harus meninggalkan makanan yang berbau
pedas dan juga asam, karena makanan itu akan memperburuk keadaan
asam lambung kita.
4. Nyeri Di Ulu Hati Seperti hal nya asam klorida yang terlalu banyak di
lambung akan membuat ulu hati merasakan sakit, karena asam lambung
yang meningkat akan naik kedalam ulu hati, dan ulu hati juga akan
merasakan sakit dan pedih. Akibatnya nafas juga akan kesulitan.
Sebenarnya tidak terlalu mempengharui pernafasan, tapi jika asam
klorida pada lambung benar-benar tinggi pernafasan juga akan terganggu.
5. Sakit Kepala Kepala menjadi pusing karena pada dasarnya otak
merespon apa saja yang terjadi di bagian tubuh, itu artinya jika lambung
merasa sakit maka otak akan merasakan sakit pula dan otak akan
meresponnya dengan mengeluarkan rasa sakit pada kepala.

18
Laporan Praktikum Kimia Analitik II
Titrasi Pengendapan

6. Luka pada lambung Asam klorida memiliki sifat klorosif yang berarti
dapat melarutkan, seperti halnya karat, asam klorida dapat
menghilangkan karat tersebut menjadi bersih, jika kandungan itu cukup
banyak, apalagi jika itu terjadi di dalam lambung kita. Maka lambung
akan mengalami luka, karena terlalu banyaknya sifat korosif yang
menyerang lambung, sehingga lambung akan terasa pering, dinding
lambung akan terganggu dan bisa jadi akan terkelupas.
7. Merusak Mata Sebenarnya asam klorida beramanfaat untuk pembuatan
blitz pada kamera, namun jika kandungan asam klorida terlalu banyak,
blitz pada kamera bukan malah menerangi tapi malah dapat merusak
mata karena sangat terang.
IX.Kesimpulan
Dari percobaan yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Normalitas AgNO3 setelah distandarisasi dengan NaCl p.a adalah
0,00863 N.
2. Kadar NaCl yang terdapat dalam garam meja merk "Daun" adalah 98,
57%.
X.Tugas dan Jawaban Pertanyaan
 Soal titrasi pengendapan :
1. Buatlah kurva titrasi antara volume AgNO3dan pCl untuk titrasi antara 50
ml 0,1 M larutan NaCl dengan larutan AgNO3 0,1 M
2. Berapa konsentrasi garam NaCl dalam suatu larutan, apabila 25 ml larutan
tersebut jika direaksikan dengan 25 mL 0,2 M larutan AgNO3, dan
kelebihan larutan AgNO3 tepat bereaksi habis dengan larutan KSCN 28
mL 0,1 M.
Jawaban :
1. Pada awal titrasi
[Cl-] = 0,1 mmol/mL
pCl = 1
Setelah penambahan 10 mL AgNO3
AgNO3 + NaCl ↔ AgCl + NaNO3
M 1 mmol 5 mmol
B 1 mmol 1 mmol

19
Laporan Praktikum Kimia Analitik II
Titrasi Pengendapan

S - 4 mmol
4mmol 2
[Cl-] =  6,67 x10
60mL
pCl = - Log [Cl-]
= 2- Log 6,67
= 1.17
Setelah penambahan 30 mL AgNO3
AgNO3 + NaCl ↔ AgCl + NaNO3
M 3 mmol 5 mmol
B 3 mmol 3 mmol
S - 2 mmol
2mmol
[Cl-] =  0,025
80mL
pCl = - Log [Cl-]
= - Log 0,025
= 1.6
Setelah penambahan 49 mL AgNO3
AgNO3 + NaCl ↔ AgCl + NaNO3
M 4,9 mmol 5 mmol
B 4,9 mmol 4,9 mmol
S - 0,1 mmol
0,1mmol 3
[Cl-] =  1x10
99mL
pCl = - Log [Cl-]
= 3- Log 1
=3
Setelah penambahan 50 mL AgNO3 (Titik ekivalen)
AgNO3 + NaCl ↔ AgCl + NaNO3
M 5 mmol 5 mmol
B 5 mmol 5 mmol
S - -
[Ag+] = [Cl-]
[Cl-]2 = 1 x 10-10

20
Laporan Praktikum Kimia Analitik II
Titrasi Pengendapan

10
[Cl-] = 1x10

= 1 x 10-5
pCl= 5,00
Setelah penambahan 55 mL AgNO3 (setelah titik ekivalen)
AgNO3 + NaCl ↔ AgCl + NaNO3
M 5,5 mmol 5 mmol
B 5 mmol 5 mmol
S 0,5 mmol -
0,5mmol 3
[Ag+] =  4.76 x10
105mL
pAg = - Log [Ag+]
= 3 - Log 4.76
= 2.32
pCl= 10 – 2.32 = 7.68
Setelah penambahan 60 mL AgNO3
AgNO3 + NaCl ↔ AgCl + NaNO3
M 6,0 mmol 5 mmol
B 5 mmol 5 mmol
S 1 mmol -
1mmol 3
[Ag+] =  9,09 x10
110mL
pAg = - Log [Ag+]
= 3 - Log 9,09
= 2,04
pCl= 10 – 2,04 = 7,96

kurva titrasi

10 7.68 7.96
8
5
6 PCl
pCl

3
4 1.6
1 1.17
2
0
0 10 30 49 50 55 60 volume AgNO
3

21
Laporan Praktikum Kimia Analitik II
Titrasi Pengendapan

2. mmol NaCl = 25x mmol mmol KSCN = 2,8 mmol


mmol AgNO3 = 5 mmol
NaCl + AgNO3 AgCl + NaNO3
M 25x 5
B 25x 25x 25x 25x
S - 5 – 25x 25x 25x
AgNO3 + KSCN AgSCN + KNO3
M 5 – 25x 2,8
B 2,8 2,8 2,8 2,8
S - - 2,8 2,8
Konsentrasi garam NaCl :
5 – 25x = 2,8
25x = 5 – 2,8
25x = 2,2
x = 2,2
25
= 0,088 M
Jadi Konsentrasi garam NaCl adalah 0,088 M.
 Soal Aplikasi:
1. Bagaimana cara memilih indikator pada titrasi argentometri ?
2. Terangkan bagaimana suatu indikator adsorpsi bekerja. Apa fungsi
dekstrin ? Mengapa pH harus dikendalikan ?
Jawaban :
1. Cara memilih indikator pada titrasi argentometri adalah dengan
memperhatikan sejumlah faktor untuk indikator yang cocok. Faktor-
faktor tersebut adalah :
a. AgCl seharusnya diperkenankan untuk mengental menjadi partikel-
partikel besar pada titik ekivalen, mengingat hal ini akan menurunkan
secara drastic permukaan yang tersedia.
b. Adsorpsi dari indikator seharusnya dimulai sesaat sebelum titik
ekivalen dan meningkat secara cepat pada titik ekivalen.

22
Laporan Praktikum Kimia Analitik II
Titrasi Pengendapan

c. pH dan media titrasi harus dikontrol untuk menjamin sebuah


konsentrasi ion dari indikator asam lemah atau basa lemah cukup.
d. Sangat disarankan bahwa ion indikator bermuatan berlawanan dengan
ion yang ditambahkan sebagai titran.
Pada titrasi argentometri ada tiga indikiator yang telah sukses
dikembangkan selama ini, yaitu Metode Mohr menggunakan ion kromat,
CrO42-, untuk mengendapkan Ag2CrO4 coklat. Metode Volhard
menggunakan ion Fe3+ untuk membentuk sebuah kompleks yang
berwarna dengan ion tiosianat, SCN-. Dan Metode Fajans menggunakan
indikator-indikator adsorpsi.
2. a) Cara kerja indikator adsorpsi: indikator ini ialah asam lemah atau
basa lemah organik yang dapat membentuk endapan dengan ion perak.
Misalnya fluoresein yang digunakan dalam titrasi ion klorida. Dalam
larutan, fluoresein akan mengion HFI H+ + FI-. Ion FI- inilah yang
diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan endapan berwarna merah
muda. Karena penyerapan terjadi pada permuka\an, dalam titrasi ini
diusahakan agar permukaan endapan itu seluas mungkin supaya
perubahan warna juga tampak sejelas mungkin, maka endapan harus
berukuran koloid. Penyerapan terjadi apabila endapan yang koloid itu
bermuatan positif, dengan perkataan lain setelah sedikit kelebihan titrant
(ion Ag+).
b) Dekstrin berfungsi untuk menjaga agar endapan tersebar luas
c) Pengaturan pH perlu, karena jika pH yang digunakan terlalu tinggi,
maka dapat membentuk endapan AgOH yang selanjutnya terurai menjadi
Ag2O sehingga titrant terlalu banyak terpakai.
XI.Daftar Pustaka
Bassett, J. 1994. Buku Ajar Vogel : Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Gandjar,I.G dan Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Harjadi,W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Gramedia
Khopkar,S. 1990. Konsep Dasar Ilmu Kimia Analitik. Jakarta : Universitas
Indonesia

23
Laporan Praktikum Kimia Analitik II
Titrasi Pengendapan

Pantang,M.A. 2010. Kimia Analisis. Jakarta : UI-Press.


Raymond`s. 2001. Frame Analisis Chemistry of Pharmacy 2. Makassar
Skogg. 1965. Analytical Chemistry Edisi Keenam. Florida : Sounders
College Publishing
Svehla,G. 1979. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semi Mikro Edisi Kelima. Jakarta: Kalma Media Pustaka
Underwood,Day R.A. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Gramedia

24
Laporan Praktikum Kimia Analitik II
Titrasi Pengendapan

LAMPIRAN
1. Gambar

Gambar 1. Menimbang 0,059 gr Gambar 2. Dilakukan


NaCl p.a dalam neraca analit pengenceran dan pelarutan NaCl
p.a dalam labu ukur 100 mL
sampai batas miniskus

Gambar 3. Dikocok hingga Gambar 4. Larutan baku NaCl


larutan tercampur rata p.a

Gambar 5. Larutan baku NaCl


p.a dimasukkan ke erlenmeyer
Gambar 6. Ditambahkan aquades
250 mL
10 mL menggunakan pipet
seukuran

25
Laporan Praktikum Kimia Analitik II
Titrasi Pengendapan

Gambar 7. Tambah 10 tetes Gambar 8. Proses titrasi larutan


indikator K2CrO4 dalam larutan baku NaCl p.a dan AgNO3
baku NaCl p.a

Gambar 9. Hasil titrasi Gambar 10. Hasil titrasi


pengulangan 1 kali pengulangan 2 kali

Gambar 12. Hasil titrasi 3 kali


pengulangan
Gambar 11. Hasil titrasi
pengulangan 3 kali

26
Laporan Praktikum Kimia Analitik II
Titrasi Pengendapan

Gambar 12. Menimbang 0,589 gr Gambar 13. Dilakukan


NaCl p.a dalam neraca analit pengenceran dan pelarutan garam
meja dalam labu ukur 100 mL
sampai batas miniskus

Gambar 14. Larutan garam meja Gambar 15. Ditambahkan


dimasukkan ke erlenmeyer 250 aquades 10 mL menggunakan
mL pipet seukuran

Gambar 16. Tambah 5 tetes Gambar 17. Proses titrasi larutan


indikator K2CrO4 5% garam meja dan AgNO3

27
Laporan Praktikum Kimia Analitik II
Titrasi Pengendapan

Gambar 18. Hasil titrasi Gambar 19. Hasil titrasi


pengulangan 1 kali pengulangan 2 kali

Gambar 20. Hasil titrasi


pengulangan 3 kali

2. Perhitungan
1) Normalitas NaCl p.a
Diketahui :
BM NaCl p.a = 58,44 gr/mol
Massa NaCl p.a = 0,059 gram
Volume air = 100 mL
Ditanya : N Na2CO3 ?
Jawab :
g 1000
N NaCl p.a = x x ek
BM v
0,059 g 1000
N NaCl p.a = x x 1 ek
58,44 g/mol 100 mL

N NaCl p.a = 0,01 N

28
Laporan Praktikum Kimia Analitik II
Titrasi Pengendapan

2) Standarisasi AgNO3
N NaCl p.a = 0,01 N
V NaCl p.a = 10 mL
V1 AgNO3 = 11,5 mL
V2 AgNO3 = 11,6 mL
V3 AgNO3 = 11,6 mL
a. Untuk V1 AgNO3 = 11,5 mL
N1(NaCl p.a) . V2(NaCl p.a)= N2(AgNO3). V2(AgNO3)
0,01 N . 10 mL = N2(AgNO3) . 11,5 mL
0,0087 N = N2(AgNO3)
b. Untuk V2 AgNO3 = 11,6 mL
N1(NaCl p.a) . V2(NaCl p.a)= N2(AgNO3). V2(AgNO3)
0,01 N . 10 mL = N2(AgNO3) . 11,6 mL
N2(AgNO3) = 0,0086 N
c. Untuk V1 AgNO3 = 11,6 mL
N1(NaCl p.a) . V2(NaCl p.a)= N2(AgNO3). V2(AgNO3)
0,01 N . 10 mL = N2(AgNO3) . 11,6 mL
N2(AgNO3) = 0,0086 N
0,0087 N+0,0086 N+0,0086 N
Konsentrasi AgNO3 terstandrisasi = = 0,00863 N
3

3) Penentuan kadar NaCl dalam garam meja (Merk Daun)


N AgNO3 = 0,00863 N
V garam meja = 10 mL
V1 AgNO3 = 11,9 mL
V2 AgNO3 = 11,4 mL
V3 AgNO3 = 11,3 mL
a. Untuk V1 AgNO3 = 11,9 mL
N1 . V2 (AgNO3) = N2 . V2 (Sampel)
0,00863 N . 11,9 mL = N2 . 10 mL
0,0102697 N = N2
mol NaCl = N2 × Vsampel
= 0,0102697 N × 10-1 mL
= 1,02697 × 10-3 mol

29
Laporan Praktikum Kimia Analitik II
Titrasi Pengendapan

massa NaCl = mol × Mr


= 1,02697 × 10-3 mol × 58,44 gr/mol
= 60,01 × 10-3 gram
= 0,06001 gram
massa NaCl
% NaCl = × 100%
massa sampel
0,06001 gram
= × 100%
0,059 gram
= 101,7%
b. Untuk V2 AgNO3 = 11,4 mL
N1 . V2 (AgNO3) = N2 . V2 (Sampel)
0,00863 N . 11,4 mL = N2 . 10 mL
0,0098382 N = N2
mol NaCl = N2 × Vsampel
= 0,0098382 N × 10-1 mL
= 9,8382 × 10-4 mol
massa NaCl = mol × Mr
= 9,8382 × 10-4 mol × 58,44 gr/mol
= 0,05749 gram
massa NaCl
% NaCl = × 100%
massa sampel
0,05749 gram
= × 100%
0,059 gram
= 97,44%
c. Untuk V3 AgNO3 = 11,3 mL
N1 . V2 (AgNO3) = N2 . V2 (Sampel)
0,00863 N . 11,3 mL = N2 . 10 mL
0,00975159 N = N2
mol NaCl = N2 × Vsampel
= 0,00975159 N × 10-1 mL
= 9,75159 × 10-4 mol

30
Laporan Praktikum Kimia Analitik II
Titrasi Pengendapan

massa NaCl = mol × Mr


= 9,75159 × 10-4 mol × 58,44 gr/mol
= 0,05698 gram
massa NaCl
% NaCl = × 100%
massa sampel
0,05698 gram
= × 100%
0,059 gram
= 96,57%
101,7%+97,44%+96,57%
Kadar rata-rata NaCl dalam garam meja = = 98,57%
3

Kadar NaCl dalam kemasan garam (Daun) = 97%

31

Anda mungkin juga menyukai