Metode Fabricated FIX - Precast Beton Bangunan Gedung
Metode Fabricated FIX - Precast Beton Bangunan Gedung
Metode Fabricated FIX - Precast Beton Bangunan Gedung
KONSTRUKSI
Makalah
METODE PRECAST BETON BANGUNAN GEDUNG
(Konstruksi Prefabrikasi)
Oleh
Denny Alexander Immanuel Paat
19202109006
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan limpahan rahmat-Nya makan kami dapat menyelesaikan
makalah dengan tepat waktu.
Berikut ini saya mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “METODE
PRECAST BETON BANGUNAN GEDUNG”, yang menurut saya dapat
memberi manfaat untuk menambah pengetahuan kita tentang tentang metode
konstruksi prefabrikasi.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan
Yang Maha Esa senantiasa memberkati segala usaha kita. Amin.
Penyusun
Denny Paat
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
3.1 Kesimpulan................................................................................................25
3.2 Saran...........................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pada saat ini, industri konstruksi sudah sangat berkembang. Tidak hanya
menitik beratkan pada segi kekuatan dan kestabilan struktur, namun juga sangat
memperhatikan segi ekonomis, praktis, dan ketepatan waktu. Pemakaian beton
pracetak (pre-cast) dalam perencanaan struktur suatu gedung merupakan salah
satu alternatif untuk mencapai hal tersebut. Teknologi beton pracetak telah lama
3
diketahui dapat menggantikan operasi pembetonan tradisional yang dilakukan di
lokasi proyek pada beberapa jenis konstruksi karena beberapa potensi manfaatnya.
4
sangat baik karena dilaksanakan dengan standar-standar yang
baku,pengawasan dengan sistem komputer yang teliti dan ketat.
6. Penyelesaian finishing mudah.
7. Variasi untuk permukaan finishing pada struktur elemen pracetak dapat
dengan mudah dilaksanakan bersamaan dengan pembuatan elemen
tersebut di pabrik, seperti: warna dan model permukaan yang dapat
dibentuk sesuai dengan rancangan.
8. Tidak dibutuhkan lahan proyek yang luas, mengurangi kebisingan, lebih
bersih dan ramah lingkungan.
9. Dengan sistem elemen pracetak, selain cepat dalam segi pelaksanaan, juga
tidak membutuhkan lahan proyek yang terlalu luas serta lahan proyek
lebih bersih karena pelaksanaan elemen pracetaknya dapat dilakukan
dipabrik.
10. Perencanaan berikut pengujian di pabrik.
11. Elemen pracetak yang dihasilkan selalu melalui pengujian laboratorium di
pabrik untuk mendapatkan struktur yang memenuhi persyaratan, baik dari
segi kekuatan maupun dari segi efisiensi.
12. Sertifikasi untuk mendapatkan pengakuan Internasional. Apabila hasil
produksi dari elemen pracetak memenuhi standarisasi yang telah
ditetapkan, maka dapat diajukan untuk mendapatkan sertifikasi ISO 9002
yang diakui secara internasional.
13. Secara garis besar mengurangi biaya karena pengurangan pemakaian alat-
alat penunjang, seperti : scaffolding dan lain-lain.
14. Kebutuhan jumlah tenaga kerja dapat disesuaikan dengan kebutuhan
produksi
5
3. Panjang dan bentuk elemen pracetak yang terbatas, sesuai dengan
kapasitas alat angkat dan alat angkut.
4. Jarak maksimum transportasi yang ekonomis dengan menggunakan truk
adalah antara 150 sampai 350 km, tetapi ini juga tergantung dari tipe
produknya. Sedangkan untuk angkutan laut, jarak maksimum transportasi
dapat sampai di atas 1000 km.
5. Hanya dapat dilaksanakan didaerah yang sudah tersedia peralatan untuk
handling dan erection.
6. Di Indonesia yang kondisi alamnya sering timbul gempa dengan kekuatan
besar, konstruksi beton pracetak cukup berbahaya terutama pada daerah
sambungannya, sehingga masalah sambungan merupakan persoalan yang
utama yang dihadapi pada perencanaan beton pracetak.
7. Diperlukan ruang yang cukup untuk pekerja dalam mengerjakan
sambungan pada beton pracetak.
8. Memerlukan lahan yang besar untuk pabrikasi dan penimbunan (stock
yard)
6
karena bahan-bahan pembentukannya mudah terdapat di Indonesia, cukup awet,
mudah dibentuk dan harganya relatif terjangkau.
Ada beberapa aspek yang dapat menjadi perhatian dalam sistem beton
konvensional, antara lain waktu pelaksanaan yang lama dan kurang bersih, kontrol
kualitas yang sulit ditingkatkan serta bahan-bahan dasar cetakan dari kayu dan
triplek yang semakin lama semakin mahal dan langka.
7
Indonesia telah mengenal sistem pracetak yang berbentuk komponen,
seperti tiang pancang, balok jembatan, kolom dan plat lantai sejak tahun 1970an.
Sistem pracetak semakin berkembang dengan ditandai munculnya berbagai
inovasi seperti Sistem Column Slab (1996), Sistem L-Shape Wall (1996), Sistem
All Load Bearing Wall (1997), Sistem Beam Column Slab (1998), Sistem
Jasubakim (1999), Sistem Bresphaka (1999) dan sistem T-Cap (2000).
8
pelaksanaan dengan mengunakan beton pracetak ini akan mencapai hasil yang
maksimal jika pada proyek konstruksi tersebut tercapai reduksi waktu pekerjaan
dan reduksi biaya konstruksi.
1. Kekuatan (strength).
2. Sambungan harus memilki kekuatan untuk dapat menyalurkan gaya-gaya
yang terjadi ke elemen struktur lainnya selama waktu layan
(serviceability), termasuk adanya pengaruh dari rangkak dan susut beton.
3. Daktalitas (ductility)
4. Kemampuan dari sambungan untuk dapat mengalami perubahan bentuk
tanpa mengalami keruntuhan. Pada daerah sambungan untuk mendapatkan
daktilitas yang baik dengan merencanakan besi tulangan yang meleleh
terlebih dahulu dibandingkan dengan keruntuhan dari material betonnya.
5. Perubahan volume (volume change accommodation)
9
6. Sambungan dapat mengantisipasi adanya retak, susut dan perubahan
temperature yang dapat menyebabkan adanya tambahan tegangan yang
cukup besar.
7. Ketahanan (durability)
8. Apabila kondisi sambungan dipengaruhi cuaca langsung atau korosi
diperlukan adanya penambahan bahan-bahan pencegah seperti stainless
steel epoxy atau galvanized.
9. Tahan kebakaran (fire resistance)
10. Perencanaan sambungan harus mengantisipasi kemungkinan adanya
kenaikan temperatur pada sistem sambungan pada saat kebakaran,
sehingga kekuatan dari baja maupun beton dari sambungan tersebut tidak
akan mengalami pengurangan.
11. Mudah dilaksanakan dengan mempertimbangkan bagian-bagian berikut ini
pada saat merencanakan sambungan :
a) Standarisasi produksi jenis sambungan dan kemudahan tersedianya
material lapangan.
b) Hindari keruwetan penempatan tulangan pada derah sambungan
c) Hindari sedapat mungkin pelubangan pada cetakan
d) Perlu diperhatikan batasan panjang dari komponen pracetak dan
toleransinya
e) Hindari batasan yang non-standar pada produksi dan pemasangan.
f) Gunakan standar hardware seminimal mungkin jenisnya
g) Rencanakan sistem pengangkatan komponen beton pracetak semudah
mungkin baik di pabrik maupun dilapangan
h) Pergunakan sistem sambungan yang tidak mudah rusak pada saat
pengangkatan
10
2.2 JENIS-JENIS BETON PRECAST
Jenis beton precast yang sering dijumpai dan digunakan pada beberapa
proyek konstruksi yang ada di Indonesia diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Box Culvert
Box culvert adalah jenis beton precast berbentuk kotak persegi panjang dengan
ukuran ukuran tertentu dengan kegunaannya sebagai gorong-gorong
b) U Ditch
U Ditch adalah beton precast yang yang berfungsi sebagai saluran drainase
11
c) Paving Block
Paving Block adalah precast banyak variasi bentuk untuk kebutuhan taman
maupun halaman
Umumnya pipa biasanya terbuat dari plastik mupun PVC yang berfungsi sebagai
saluran air, namun ini terbuat dari material beton
e) Kanstin
Kurbing atau car stopper yang berfungsi sebagai pembatas pada bahu jalan
f) Pagar Panel
12
Gambar 2.9 Pagar Panel
Sumber : https://indonusa-conblock.com/pagar-panel-beton-precast-harga-jual/
Pagar yang terbuat dari beton ini biasanya digunakan untuk pemagaran pada
perumahan, jalan, perkebunan dan lain sebagainya
g) Road Barrier
Pembatas jalan bisa juga sebagai pengarah pada lalu lintas agar kendaraan dapat
berada pada posisi sebagai mana mestinya
13
Ada beberapa jenis komponen beton pracetak untuk struktur bangunan
gedung dan konstruksi lainnya yang biasa dipergunakan, yaitu :
a) Tiang pancang
b) Sheet pile dan dinding diaphragma.
c) Half solid slab (precast plank), hollow core slab, single-T, double-T,
triple-T, channel slabs dan lain-lain.
d) Balok beton pracetak dan balok beton pratekan pracetak (PC I Girder)
e) Kolom beton pracetak satu lantai atau multi lantai
f) Panel-panel dinding yang terdiri dari komponen yang solid, bagian dari
single-T atau double-T. Pada dinding tersebut dapat berfungsi sebagai
pendukung beban (shear wall)atau tidak mendukung beban.
g) Jenis komponen pracetak lainnya, seperti : tangga, balok parapet,
panelpanel penutup dan unit-unit beton pracetak lainnya sesuai
keinginan atau imajinasi dari insinyur sipil dan arsitek.
a) Pelat
14
Gambar 2.11 Hollow Core Slab
Sumber : https://www.123rf.com/photo_15965734_hollow-core-slab.html
1) Pelat jenis ini lebih ringan, tingkat durabilitas yang tinggi dan ketahanan
terhadap api sangat tinggi
2) Rongga hollow core slab bisa digunakan untuk tempat meletakan
instalasi mekanikal dan elektrikal
3) Kemampun bentang panjang hollow core slab meneyediakan bentang
panjang tanpa balok anak memungkinkan untuk memaksimalkan layout
yang fungsional
4) Hollow core slab dapat langsung digunakan sebagai ceiling dan lantai
serta mengurangi tinggi bangunan sehingga menghemat biaya
5) Kekuatannya yang tinggi sehingga dapat mendukung beban berat.
15
Gambar 2.12 Solid Slabs
Sumber : https://www.nordimpianti.com/Concrete-Elements/Solid-Slabs
b) Panel Dinding
c) Balok Precast
a. Segi empat (Rectangular beam), bentuk ini digunakan apabila elemen lantai
didukung diatas balok.
16
Gambar 2.15 Rectangular beam
Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=BAlIDY29zzI
d) Kolom Precast
17
2.5 METODE PELAKSANAAN DENGAN PRECAST PADA
BANGUNAN GEDUNG
1) Kolom precast
Pada sambungan basah post grout, kolom yang sudah fix sebelum
disambung dengan kolom penyambung, permukaannya diberi bedding
mortar untuk menjadi kontak sepenuhnya antarkedua komponen kolom
yang akan disambung.
18
2. Sambungan basah, dengan cara pre grout
Pada sistem ini, splice sleeve dipasang pada kolom bawah yang
sudah fix. Begitu juga untuk kolom komponen penyambung untuk bagian
atasnya, bila kolom tersebut masih akan disambung lagi.
19
Sambungan kering biasa digunakan untuk tiang pancang yang
disambung. Pada sistem ini setiap ujung kolom yang akan disambung
disediakan embeded part yang diangker pada kolom. Hubungan antara
embeded part dengan kolom harus terjadi kontak sepenuhnya agar dapat
mentransfer beban secara sempurna Embeded part yang dipasang pada
ujung-ujung kolom yang disambung ditemukan dan diikat dengan las.
Selama proses pengelasan posisi kedua kolom juga harus dijaga.
Balok precast dipasang setelah kolom precast berdiri tegak. Yang kemudian
dilanjutkan dengan pemasangan pelat precast.
Precast half slab ini dapat dimanfaatkan sebagai working plat form
untuk pelaksanaan pengecoran slab dan balok. Setelah half slab precast
dipasang, kemudian dipasang penulangan lapis atas dan sisa ketebalan slab
dicor secara cast ini place. Kolom dan slab berikutnya dilakukan secara
berulang seperti tingkat dibawahnya. Pada sistem ini diperlukan prosedur
pengangkatan half slab yang baik agar tidak terjadi keretakan precast.
20
b. Hollow slab
21
Pemasangan channel slab atau double tee beam dapat dilakukan pada
saat scaffolding untuk perancah balok belum dibongkar (balok belum
mencapai strength yang cukup), untuk mempercepat pelaksanaan, tetapi bila
waktunya dapat dipakai di tempat lain. Kedua sistem slab ini seperti halnya
sistem hollow slab, telah memiliki kekuatan struktur sepenuhnya, maka
hanya diperlukan pengecoran sebagai toping saja. Pada sistem ini dapat
ditingkatkan dengan penggunaan sistem prestressed beam. Double tee beam
dipasang di atas balok yang dicor di tempat, dan disatukan dengan
mengecor sela-selanya. Pada sistem ini sama sekali tidak diperlukan
support, sehingga memperoleh ruang kerja yang luas sekali. Dengan
demikian dapat mempercepat penyelesaian pekerjaan, dan pekerjaan
finishing sudah dapat dimulai.
3) Precast Tangga
Precast untuk tangga biasanya dibuat untuk bagian trapnya saja, karena
bagian inilah yang tersulit. Sedangkan bagian bordesnya dicor setempat Untuk
memudahkan pengecoran precast trap untuk tangga, biasanya dicor dalam
posisi berdiri. Hal ini memerlukan ketelitian karena kemiringan tangga sudah
tertentu sesuai dengan perencanaan.
22
Gambar 2.25 precast tangga
Sumber : https://www.academia.edu/25883530/precast_bangunan_gedung?auto=download
1. Tahap Persiapan
a) Menyiapkan alat pelindung diri dan alat pendukung
b) Letakkan panel diatas landasan kayu didekat area pemasangan
c) Bersihkan area pemasangan panel dari sampah dan debu
d) Lakukan pengukuran dan marking pada tiang dan lantai
e) Pasang siku penahan pada lantai
f) Pasang siku penahan pada balok atas
g) Chipping salah satu sisi panel bagian atas dan bawah untuk penempatan
bracket
h) Pasang spacer pada bagian bawah panel
23
2. Tahap Pemasangan Panel
a) Siapkan perekat khusus panel dinding
b) Aplikasikan perekat pada kolom struktur yang akan dipasang panel
dinding
c) Berdirikan panel dinding pada posisi yang sudah ditentukan
d) Posisikan panel sesuai garis marking
e) Periksa ketegakan panel menggunakan waterpass
f) Pasang bracket pada sisi panel yang sudah di-chipping
g) Buat lubang untuk pemasangan Dynabolt dan Pasang Dynabolt
h) Pasang bracket pada sisi panel bawah dengan menggunakan paku khusus
i) Buat lubang untuk pemasangan Dynabolt dan Pasang Dynabolt
j) Aplikasikan perekat pada sisi panel dinding yg sudah terpasang
k) Pemasangan dinding berikutnya mengikuti proses yang sama seperti di
awal
l) Isi celah antara struktur balok dan panel menggunakan cairan base plaster
m) Pada sudut vertikal, pengisian celah menggunakan silicon acrylic untuk
mengurangi resiko retak
3. Tahap Pemotongan Panel dinding
a) Lakukan pengukuran dan pemberian garis sebelum panel dipotong
b) Lakukan pemotongan sesuai garis.
24
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
25
DAFTAR PUSTAKA
26