Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Laporan Praktikum DDA

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

Laporan Praktikum

Dasar-Dasar Agronomi

PUPUK ORGANIK CAIR

NAMA : RAHMA ADELIA

NIM : G011181057

KELAS : DASAR-DASAR AGRONOMI D

KELOMPOK : 8

ASISTEN : NADILA AULIA NUR RAHMAT

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem pertanian di Indonesia mengalami perubahan drastis dimana cara
pemupukan yang dilakukan lebih banyak menggunakan bahan-bahan kimia.
Sehingga muncullah inisiatif dari petani lain untuk menggunakan sistem pertanian
berkelanjutan, dimana pertanian berkelanjutan merupakan pertanian yang
menerapkan sistem jangka panjang bukan untuk sesaat dan memanfaatkan sumber
daya alam dengan seefisien mungkin. Penggunaan bahan kimiawi bukanlah
sebuah pertanian berkelanjutan walaupun dapat mensejahterakan petani karena hal
tersebut hanya sesaat dan jangka panjangnya akan berdampak pada kerusakan
lingkungan itu sendiri.
Salah satu model pertanian berkelanjutan adalah sistem pertanian organik.
Sistem pertanian organik merupakan sistem produksi pertanian dimana bahan
organik, baik makhluk hidup maupun yang sudah mati, menjadi faktor penting
dalam proses produksi usaha tani tanaman, perkebunan, peternakan, perikanan,
dan kehutanan. Penggunaan pupuk organik (alami atau buatan) dan pupuk hayati
serta pemberantasan hama, penyakit, dan gulma secara biologi adalah contoh-
contoh aplikasi sistem pertanian organik. Salah satu contoh pupuk organik yang
digunakan adalah pupuk organik cair atau sering disebut dengan POC.
Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup,
seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat
berbentuk padat atau cair yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat fisik,
kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis proses
fermentasi, dimana pupuk organik cair ini lebih cocok digunakan untuk
perangsang tumbuh tanaman terutama saat tanaman mulai bertunas. Pupuk
organik cair ini tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama dan dalam
pembuatannya perlunya dilakukan penambahan aktivator seperti EM untuk 4

mempercepat proses fermentasi.


Pada pengaplikasiannya, pupuk organik cair mempunyai kelebihan yaitu
mengandung unsur hara yang lengkap baik makro maupun mikro yang tidak
dimiliki pupuk anorganik. Tidak hanya itu, pupuk organik cair juga dapat
memperbaiki dan menjaga struktur tanah serta menjaga kelembaban tanah. Di
balik semua itu tentunya pasti ada kekurangannya, dimana kekurangannya yaitu
jumlah kandungan unsur haranya yang kecil sehingga jumlah pupuk yang
diberikan harus relatif lebih banyak bila dibandingkan pupuk anorganik serta tidak
dapat bertahan lama sehingga harus segera digunakan.
Berdasarkan uraian diatas, pupuk organik cair sangatlah penting bagi para
petani untuk membatu proses budidaya tanaman yang dilakukannya. Agar
mahasiswa juga dapat mengetahui cara membuat POC, pertanian berkelanjutan
serta hubungan antara keduanya. Selain pembuatannya gampang dan tidak
memakan biaya, pupuk ini bisa menjadi solusi terbaik bagi para petani agar
tanaman yang ditanam bisa tumbuh dengan baik. Para petani pun bisa mengurangi
penggunaan bahan kimia karena bisa merusak lingkungan tanamannya.
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Praktikum ini betujuan untuk mengetahui proses pembuatan, ciri-ciri pupuk
organik cair yang berhasil dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
keberhasilan pupuk organik cair.
Kegunaan dilakukannya praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengerti
dengan jelas apa itu pupuk organik cair karena dipraktikkan secara langsung.
Dapat mengurangi limbah-limbah sayuran, sisa-sisa tanaman, dan kotoran hewan
karena digunakan menjadi pupuk. Mahasiswa juga dapat menambah ilmu tentang
penggunaan pupuk organik cair dan dapat menerapkannya dimasa yang akan
datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pupuk Organik Cair Secara Umum
2.1.1. Pengertian Pupuk Organik Cair
Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan
sebagian unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman. Peran pupuk sangat
dibutuhkan oleh tanaman agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pupuk
juga berfungsi untuk menambah kandungan unsur hara yang kurang tersedia di
dalam tanah, serta dapat memperbaiki daya tahan tanaman. Selama proses
pemupukan terjadi pelepasan satu atau lebih dari jenis kation dalam tanah, ion-ion
bebas yang terlepas dapat diserap dengan mudah oleh tanaman untuk memenuhi
kebutuhan tanaman tersebut (Hananto, 2012).
Pupuk Organik Cair adalah zat penyubur tanaman yang berasal dari bahan-
bahan organik dan berwujud cair. Pupuk cair merupakan salah satu jenis proses
fermentasi. Secara garis besar porduk yang difermentasi dibedakan atas berbagai
produk, seperti produk pangan, produk kesehatan, produk energi dan produk
lingkungan. Contoh produk makanan adalah keju, tape, kecap, tempe, oncom dan
sebagainya. Produk kesehatan yang paling dominan adalah produksi antibiotika,
vitamin dan alkohol. Dalam bidang energi misalnya produksi bioetanol, metanol,
metana dan sebagainya. Dalam berbagai bidang lingkungan misalnya kompos,
biopestisida, dan sebagainya (Parnata, 2004).
Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukkan bahan-bahan
organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang
kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Kelebihan dari pupuk organik cair
ini adalah dapat secara cepat mengatasi defesiensi hara, tidak bermasalah dalam
pencucian hara, dan mampu menyediakan hara secara cepat. Dibandingkan
dengan pupuk cair dari bahan anorganik, pupuk organik cair umumnya tidak
merusak tanah dan tanaman walaupun digunakan sesering mungkin. Selain itu,
pupuk ini juga memiliki bahan pengikat, sehingga larutan pupuk yang diberikan
ke permukaan tanah bisa digunakan tanaman secara langsung. Diantara jenis
pupuk organik cair adalah pupuk kandang cair, sisa padatan dan cairan pembuatan
biogas, serta pupuk cair dari sampah/limbah organik (Hadisuwito, 2007).
2.1.2. Manfaat Pupuk Organik Cair
Menurut Nur Fitri, Erlina Ambarwati, dan Nasih Widya (2007), pupuk
organik cair mempunyai beberapa manfaat diantaranya adalah ;
1. Dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan
pembentukan bintil akar pada tanaman leguminosae sehingga
meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen
dari udara.
2. Dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan
kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, cekaman
cuaca dan serangan patogen penyebab penyakit.
3. Merangsang pertumbuhan cabang produksi.
4. Meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah, serta
5. Mengurangi gugurnya daun, bunga dan bakal buah.
2.2. Kandungan Unsur Hara Pupuk Organik Cair
Menurut Shyarifudin (2006), adapun unsur-unsur hara yang terdapat pada
POC adalah sebagai berikut :
1. Nitrogen (N)
Fungsi nitrogen bagi tanaman yaitu meningkatkan pertumbuhan tanaman,
meningkatkan kadar protein dalam tanah, meningkatkan tanaman penghasil
dedaunan seperti sayuran dan rerumputan ternak. Unsur nitrogen dapat
didapatkan dari pupuk buatan pabrik seperti urea, ZA, Amonium Sulfat,
pupuk kandang, dan bahan-bahan organis lainnya. Gejala yang timbul pada
tanaman akibat kekurangan unsur nitrogen yaitu tanaman akan tumbuh kurus
kerempeng, daun tua berwarna hijau muda, lalu berubah menjadi kekuning
kuningan, serta jaringan pada tanaman akan mengering dan mati, buah kerdil,
kecil dan cepat masak lalu rontok. Sedangkan kelebihan unsur nitrogen akan
mengakibatkan tanaman menghasilkan tunas muda yang lembek/lemah,
memperlambat pemasakan/penuaan buah dan biji-bijian, mengasamkan reaksi
tanah,menurunkan pH tanah, dan merugikan tanaman, sebab akan mengikat
unsur hara lainsehingga akan sulit diserap tanaman, dan pemupukan jadi
kurang efektif dan tidakefisien.
2. Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg)
Fungsi kalsium dan magnesium bagi tanaman yaitu untuk menetralisir
kejenuhan zat-zat yang meracuni tanah dan tanaman, bilamana zat tersebut
berlebihan seperti zat Al (aluminium), Fe (zat besi), Cu (tembaga),
meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyerapan zat-zat hara yang sudah
ada dalam tanah baik yang berasal dari bahan organik maupun pemberian
pupuk lainnya seperti urea, memperbaiki porositas tanah, struktur serta aerasi
tanah sekaligus bermanfaat bagi tanah sehingga tanah menjadi gembur,
sirkulasi udara dalam tanah lancar dan menjadikan akar semai bebas bergerak
menghisap unsur hara dari tanah, aktifator berbagai jenis enzim tanaman.
3. Sulfur (S)
Fungsi sulfur (S) bagi tanaman yaitu pembentukan asam amino dan
pertumbuhan tunas serta membantu pembentukan klorofil serta meningkatkan
ketahanan terhadap jamur. Sumber unsur hara sulfur adalah sisa-sisa tanaman
jasad renik, dimana zat belerang dari sisa-sisa tersebut baru terlepas bila telah
ada pelapukan, dari zat proteinnya. Kekurangan sulfur (S) akan
mengakibatkan daun berwarna hijau muda pucat hingga berwarna kuning,
tanaman kurus, kerdil, dan perkembangannya lambat.
4. Kalium (K)
Fungsi kalium (K) pada tanaman yaitu pembentukan protein dan karbohidrat,
membantu membuka dan menutup stomata, memperluas pertumbuhan akar
tanaman, efisiensi penggunaan air (ketahanan pada masa kekeringan),
memperkuat tubuh tanaman supaya daun, bunga dan buah tidak mudah
rontok. Gejala yang timbul akibat kekurangan kalium yaitu daun terlihat lebih
tua, mengerut keriting dan timbul bercak- bercak merah coklat lalu kering dan
mati, batang dan cabang lemah mudah rebah.
5. Fosfor (P)
Fungsi fosfor bagi tanaman yaitu mempercepat pertumbuhan akar semai,
memperkuat batang tubuh tanaman, dan dapat mempercepat laju proses
pembungaan, pemasakan buah dan biji-bijian. Unsur fosfor dapat diperoleh
dari bahan organik dan pupuk kandang. Gejala yang timbul akibat kurangnya
fosfor adalah daun berubah berwarna tua atau tampak mengkilap kemerahan.
2.3. Kandungan Mikroba Pupuk Organik cair
Pembuatan kompos/pupuk organik tidak terlepas dari proses pengomposan
yang diakibatkan oleh mikroba yang berperan sebagai pengurai atau dekomposer
berbagai limbah organik yang dijadikan bahan pembuat kompos. Aktivator
mikroba memiliki peranan penting karena digunakan untuk mempercepat
pertumbuhan kompos. Dipasaran saat ini tersedia banyak produk-produk
dekomposer untuk mempercepat proses pengomposan misalnya; EM-4, orgaDec,
M-Dec, Probion, dan lain-lain ( Utomo, 2007).
EM-4 merupakan kultur campuran mikroorganisme yang menguntungkan dan
bermanfaat bagi kesuburan tanah maupun pertumbuhan dan produksi tanaman,
serta ramah lingkungan. Mikroorganisme yang ditambahkan akan membantu
memperbaiki kondisi biologis tanah dan dapat membantu penyerapan unsur hara.
EM-4 mengandung mikroorganisme fermentasi dan sintetik yang terdiri dari
bakteri asam laktat (Lactobacillus sp), bakteri fotosintetik (Rhodopseudomonas
sp), Streptomicetes sp, dan pada ragi (yeast) atau yang sering digunakan dalam
proses pembuatan tahu. (Utomo, 2007 ).
2.4. Keberhasilan Pupuk Organik Cair
2.4.1. Ciri-ciri Pupuk Organik Cair yang Berhasil
Menurut Suriadikarta (2008), untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari
pupuk organik cair ini ada beberapa tahap diantaranya:
1. Melihat hasil dari proses fermentasinya
2. Indikator keberhasilan proses fermentasi ditandai dengan adanya bercak-
bercak putih pada permukaan cairan
3. Cairan yang berwarna kuning kecoklatan
4. Menimbulkan aroma atau bau yang khas seperti pada bau tape
2.4.2. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan POC
Menurut Indriani (2004), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
keberhasilan dari pembuatan POC, diantaranya:
1. Nilai C/N bahan
Semakin besar nilai C/N bahan maka proses penguraian oleh bakteri akan
semakin lama. Proses pembuatan kompos akan menurunkan C/N rasio
sehingga menjadi 12-20. Mempengaruhi proses penguraian.
2. Ukuran Bahan
Bahan yang berukuran lebih kecil akan lebih cepat proses pengomposannya
karena semakin luas bahan yang tersentuh bakteri, oleh karena itu dalam
proses pembuatan semua bahan yang digunakan harus dicacah atau dipotong
kecil-kecil. Ukuran bahan harus kecil.
3. Komposisi bahan
Pengomposan dari beberapa macam bahan akan lebih baik dan lebih cepat.
Pengomposan bahan organik dari tanaman akan lebih cepat bila ditambah
dengan kotoran hewan. Penggunaan bahan organik.
4. Jumlah mikroorganisme
Semakin banyaknya jumlah mikroorganisme maka proses pengomposan
diharapkan akan semakin cepat. Jumlah mikroorganisme fermentasi didalam
EM4 sangat banyak, sekitar 80 genus. Mikroorganisme tersebut dipilih yang
dapat bekerja efektif dalam memfermentasikan bahan organik. Dari sekian
banyak mikroorganisme ada lima golongan yang pokok yaitu, bakteri
fotosintesis, Lactobasilius sp, Aspergillus sp, ragi (yeast), Actinomycetes.
Mikroorganisme yang berperan aktif.
5. Kelembaban
Umumnya mikroorganisme tersebut dapat bekerja dengan kelembaban
sekitar 40-60%. Kondisi tersebut perlu dijaga agar mikroorganisme dapat
bekerja secara optimal. Membutuhkan kelembapan optimal (Indriani, 2004).
6. Suhu
Bila suhu atau temperatur terlalu tinggi maka mikroorganisme akan mati.
Bila suhu atau temperatur relatif lebih rendah maka mikroorganisme belum
dapat bekerja atau masih dalam keadaan dorman. Aktifitas mikroorganisme
dalam proses pembuatan pupuk organik umumnya menghasilkan panas
sehingga untuk menjaga suhu tetap optimal sering dilakukan pembalikan
atau pengadukan. Suhu atau temperatur optimal pupuk organik sekitar 30 –
50oC (hangat). Dibutuhkan suhu optimal.
7. Keasaman (pH)
Jika bahan yang dikomposkan terlalu asam, pH dapat dinaikkan dengan cara
menambahkan kapur. Sebaliknya, jika nilai pH tinggi (basa) bisa diturunkan
dengan menambahkan bahan yang bereaksi asam atau bahan yang
mengandung nitrogen seperti urea atau kotoran hewan. Membutuhkan pH
optimum. Pada proses fermentasi pH agak turun pada awal proses
pengomposan karena aktivitas bakteri yang menghasilkan asam. Dengan
munculnya mikroorganisme lain dari bahan yang lain yang
didekomposisikan, maka pH bahan akan naik setelah beberapa hari dan
kemudian berada pada kondisi yang netral. Dibutuhkan pH optimum.
8. Warna dan Bau
Ciri fisik pupuk organik cair yang telah matang dengan sempurna adalah
berwarna kuning kecoklatan dan berbau bahan pembentuknya sudah
membusuk serta adanya bercak-bercak putih (semakin banyak semakin
bagus). Warna dan bau sempurna.
BAB III.
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di Teaching Farm, Fakultas Pertanian, Universitas
Hasanuddin, Makassar pada hari Selasa, 19 Februari 2019 sampai 5 Maret 2019
pukul 16:00 WITA sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah pisau/cutter, ember, selang
akuarium, botol bekas, tali rafiah, trash bag dan karung. Bahan yang digunakan
pada praktikum ini adalah buah pisang, air cucian beras, EM4, sabun colek, gula
merah yang sudah dicairkan, terasi, lakban, dan daun gamal.
3.3 Prosedur Kerja
Prosedur kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam pembuatan POC.
2. Menghaluskan buah pisang dengan menggunakan blender atau ulekan.
3. Mencacah daun gamal dengan menggunakan pisau atau parang.
4. Mencampur kedua bahan tersebut, kemudian masukkan kedalam karung yang
telah diberi lubang kecil.
5. Melarutkan terasi dengan air secukupnya.
6. Mencampur air gula merah dengan air cucian beras, kemudian diaduk hingga
rata.
7. Memasukkan larutan terasi, air gula merah dan air cucian beras pada ember
yang telah diberi air secukupnya.
8. Menambahkan EM4 sebanyak 2-3 tutup botol pada larutan yang telah dibuat,
kemudian aduk hingga rata
9. Memasukkan karung yang berisikan limbah buah dan limbah kulit pisang ke
dalam ember yang telah berisi larutan air gula merah, air cucian beras, terasi,
dan EM4.
10. Mengolesi mulut ember dengan sabun colek.
11. Melubangi tutup ember sesuai dengan diameter selang
12. Menutup penutup ember lalu rekatkan.
13. Memasukkan selang yang telah disambungkan dengan botol ke dalam lubang
tutup ember.
14. Mengamati POC 2x seminggu.
3.4 Parameter Pengamatan
Parameter pengamatan pada praktikum Pupuk Organik Cair adalah sebagai
berikut:
1. Warna POC
2. Aroma POC
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan dari pengamatan yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil
seperti pada tabel berikut:
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pupuk Organik Cair (POC)
Pengamatan ke- Warna Aroma
1 Coklat tua Beraroma busuk
Aroma busuk mulai
2 Coklat
hilang
Aroma tape/alkohol
3 Coklat muda
mulai tercium
4 (Panen) Kuning kecoklatan Beraroma tape/alkohol
Sumber: Data Primer, 2019
4.2. Pembahasan
Pada percobaan ini digunakan berbagai bahan seperti limbah beberapa
sayuran yang umumnya dapat dijumpai. Pembuatan POC ini dikatakan berhasil
sebab pada pupuk tampak tidak terkontaminasi dengan udara dan tidak adanya
ciri-ciri dihinggapi oleh semut atau serangga tertentu. Keberhasilan ini juga
dinyatakan dengan bau pupuk organic cair yang tidak berbau busuk atau tidak
sedap namun bau dari pupuk ini adalah seperti hasil fermentasi.
Pada prinsipnya, untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari pembuatan POC
ini dapat dilihat berdasarkan aroma atau baunya yaitu cenderung berbau hasil
fermentasi atau tidak berbau. Dimana dengan bau tersebut telah mengindikasikan
bahwa pupuk cair tersebut berhasil dan berarti proses fermentasi yang kami
lakukan berhasil. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutanto (2012) yang menyatakan
bahwa, perlakuan menggunakan bahan-bahan yang memiliki bau yang sangat
tidak sedap tetapi setelah proses fermentasi tersebut berhasil, maka baunya akan
tidak berbau yang disebabkan oleh adanya proses fermentasi dari bakteri EM4.
Dalam kegiatan pembuatan pupuk cair yang telah dilaksanakan, bahan yang
digunakan tidak boleh busuk. Hal ini akan menyebabkan bakteri EM4 dalam
pengdekomposisian bahan tersebut menjadi terhambat dan dapat juga
menyebabkan bakteri EM4 menjadi mati karena kalah bersaing dengan bakteri
yang ada pada bahan yang busuk tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Parnata
(2014) yang menyatakan bahwa, didalam bahan yang telah busuk terdapat
bakteriyang nantinya pada saat pembuatan pupuk cair akan bersaing dengan
bakteri EM4 yang digunakan sebagai agen dekomposer bahan organik.
Pemberian gula merah yang telah dicairkan berfungsi sebagai makanan awal
bagi mikroba yang akan bekerja menguraikan bahan-bahan yang akan dibuat
sebagai pupuk organik cair. Hal ini didukung oleh pendapat Parnata (2014) yang
menyatakan bahwa, mikroba akan bekerja menguraikan bahan-bahan alami
tersebut sehingga perlunya diberikan makanan awal untukk kelangsungan proses
dekomposisi tersebut.

BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Melalui praktikum ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada bahan-bahan yang dianggap tidak terpakai lagi sebenarnya masih
bisa diolah kembali menjadi sesuatu yang lebih berguna dan baik bagi
lingkungan. Seperti pupuk organik cair yang telah dibuat, seluruh bahan-
bahan yang digunakan dalam pembuatan pupuk ini mudah didapatkan dan
tidak membawa hasil buruk bagi lingkungan.
2. Pupuk organik cair dikatakan berhasil apabila terdapat ciri seperti aroma
yang seperti aroma tape, warna cairan bewarna kuning kecoklatan, dan
indikator fermentasi ditandai dengan adanya bercak putih pada permukaan
cairan.
5.2. Saran
Penggunaan pupuk organik cair ini memberikan banyak dampak positif bagi
petani. Maka dari itu saran saya sebaiknya marilah kita menggunakan ilmu dari
praktikum pembuatan pupuk organik cair ini agar dapat menjadi alternative bagi
para petani untuk membudidayakan tanamannya. Selain fungsinya yang sangat
berguna, pembuatan pupuk organik cair yang menggunakan limbah-limbah sisa
bisa membantu mengurangi volume sampah yang akan dihasilkan dan akan
berdampak positif bagi lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Erlina, Nur Fitri Rizqiani dan Yuwono dan Nasih Widya. 2007.
Pengaruh Dosis dan Frekuensi Pemberian Pupuk Organik Cair Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Buncis (Phasheolus vulgaris L.) Dataran Rendah.
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan.
Hadisuwito, Sukamto, 2007, Membuat Pupuk Kompos Cair, Cetakan ketiga,
Agromedia Pustaka, Jakarta

Hananto. 2012. Pengaruh Pengkomposan Limbah Organik Sebagai Bahan


Pembuatan Pupuk Terhadap Kandungan C, N, P Dan K Dalam Pupuk
Cair Yang Terbentuk. Tesis Master of Science Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, UGM, Yogyakarta.

Indriani. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.


Parnata; Ayub.S. 2004. Pupuk Organik Cair. Jakarta: PT Agromedia Pustaka.
Shyarifudin, N. A. 2006. Nilai Gizi Rumput Gajah Sebelum dan setelah
Enzilase  pada Berbagai Umur Pemotongan. Skripsi. Fakultas PertanianU
NLAM: Lampung

Suriadikarta, Didi. 2008. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Jurnal Penelitian,
Vol.2, No.2, Hal 39-42.

Sutanto, R. 2012. Penerapan pertanian organik, Pemasyarakatan dan


Pengembangannya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Utomo, A.S. 2007. Pembuatan Kompos Dengan Limbah Organik. Jakarta: CV


Sinar Cemerlang Abadi.

LAMPIRAN
A. Proses Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC)
Gambar 1. Alat dan bahan pembuatan Pupuk Organik Cair

Gambar 2. Memasukkan semua bahan yang telah dihaluskan ke dalam ember

Gambar 3. Hasil akhir dari pembuatan pupuk organik cair

B. Proses Pemanenan Pupuk Organik Cair (POC)


Gambar 4. Keadaan pupuk organik cair pada pengamatan terakhir

Gambar 5. Proses penyaringan pupuk organik Cair

Gambar 6. Pengemasan pupuk organik cair

Anda mungkin juga menyukai