Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Safasfsafsa

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum

Dasar-dasar Agronomi

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK PADAT (KOMPOS)

NAMA : ADHWA AULIA TOPHAN


NIM : G061211003
KELAS : PROTEKSI TANAMAN A
KELOMPOK : 1
ASISTEN : KAHLIL ISLAMY TOAR

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pupuk kompos merupakan salah satu jenis pupuk organik yang dikenal luas
di masyarakat. Kompos berasal dari hasil pelapukan dari bahan organik, baik secara
sengaja maupun tidak disengaja. Bila didefinisikan secara lengkap, maka kompos
adalah sisa-sisa bahan organik yang telah mengalami pelapukan, bentuknya
berubah, tidak berbau, dan mengandung unsur yang dibutuhkan tanaman. Kompos
juga merupakan salah satu jenis pupuk organik yang berasal dari
penguraian/dekomposisi bahan organik yg dilakukan oleh mikro-organisme aktif
seperi bakteri,jamur dan mikroba.
Pengomposan secara anaerobik merupakan proses pengomposan yang tidak
memerlukan ketersediaan oksigen, namun hanya memerlukan tambahan panas dari
luar. Proses ini memerlukan mikroorganisme untuk mengurai seperti efektif
mikroorganisme 4 (EM4), selain itu dapat juga digunakan produk sejenis seperti
superbio, probio, dan lain-lain.
Proses pengomposan dapat dipercepat dengan bantuan aktivator
pengomposan. Beberapa jenis aktivator sering kali ditambahkan pada saat membuat
kompos karena ada beberapa hal yang kerap menyebabkan gagalnya pengomposan.
Misalnya karena tumpukan bahan organik terlalu sedikit sehingga beberapa
parameter untuk terjadinya pengomposan tidak bekerja secara alamiah. Fungsi
aktivator adalah membantu proses pengomposan, baik secara alamiah atau rekayasa
agar dapat lebih dipercepat.
Kandungan unsur hara didalam kompos cukup lengkap, meliputi unsur hara
makro (N, P, K, Ca, Mg, S), dan unsur hara mikro (Fe, Cu, Mn, Mo, Zn, Cl, B)
yang sangat diperlukan tanaman. Namun kandungan unsur hara tersebut jauh lebih
rendah dibandingkan dengan kandungan unsur hara tertentu yang terdapat pada
pupuk kimia buatan. Oleh karena itu aplikasi kompos biasanya diperlukan dalam
jumlah yang banyak. Selain kandungan unsur hara, keunggulan lain kompos adalah
kandungan senyawa organik, seperti asam humat, dan asam sulfat yang bermanfaat
untuk memacu pertumbuhan tanaman.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengomposan yaitu C/N bahan
baku, jenis dan ukuran bahan baku, aerasi, kelembaban, suhu, mikroorganisme dan
activator. Ukuran bahan baku dan kadar air merupakan salah satu
faktor keberhasilan proses pengomposan. Keasaman atau pH dalam tumpukan
kompos juga mempengaruhi aktivitas mikroorganisme. Kisaran pH yang baik
untuk pengomposan sekitar 6,5—7,5 (netral).
Kompos memberikan kesuburan bagi tanah karena menyediakan unsur-
unsur hara dan mineral yang diperlukan tanaman. Pengguanaan kompos dalam
bidang pertanian maupun perkebunan tentu akan menghasilkan produktivitas yang
lebih tinggi serta hasil tanaman yang lebih sehat. Di samping proses pembuatannya
yang mudah, pupuk kompos juga alami dan ramah lingkungan. Penggunaan pupuk
kompos ini tidak hanya memberikan nutrisi kepada tanaman, melainkan juga
meningkatkan kesuburan tanah. Maka dari itu, penggunaan pupuk kompos masih
sangat perlu di galakkan dikalangan para petani. Dengan demikian, para petani
dapat meminimalisir pembiayaan untuk pemupukan, serta mendapatkan berbagai
keuntungan dari perbuatan dan penggunaan kompos.
Tujuan dan kegunaan
Tujuan dilaksanakan praktikum ini adalah untuk melihat pengaruh berbagai
aktivator terhadap proses pembuatan pupuk organik dari berbagai limbah pertanian.
Kegunaan diharapkan setiap peserta praktikan dapat memahami pembuatan
pupuk organik dari limbah pertanian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kompos
Kompos merupakan pupuk yang dibuat dari sampah organik yang sebagian
besar berasal dari rumah tangga. Sebetulnya, kompos merupakan pupuk warisan
alam yang sudah dikenal nenek moyang kita, tetapi kita lupa untuk
memanfatkannya. Kompos adalah bahan organik yang bisa lapuk, seperti daun-
daunan, sampah dapur, jerami, rumput dan kotoran lain, yang semua itu berguna
untuk kesuburan tanah (Suryati, 2014).
Kompos merupakan istilah untuk pupuk organik buatan manusia yang dibuat
dari proses pembusukan sisa-sisa buangan mahluk hidup (tanaman maupun hewan).
Proses pengomposan adaiah proses penguraian bahan organik oleh mikroorganisme
dan satwa tanah. Kompos alami yang ada di alam adalah humus, humus adalah
bahan organik yang tersimpan bertumpuk-tumpuk di permukaan tanah selama
bertahun-tahun secara liar tanpa ada campur tangan manusia. Humus pada struktur
tanah mempunyai ketebalan antara 20-30 m pada bagian top soil, persentase dari
total seluruh tanah sangat sedikit yaitu antara 3-5%. Proses pengomposan yang
terjadi untuk membentuk humus relatif tidak terkendali yang menyebabkan jangka
waktu pembentukan humus relatif lama (Perwitasari, 2017).
Adapun suhu pengomposan yang dapat menentukan mutu kompos yang akan
dihasilkan yaitu jika pembuatan kompos tidak menimbulkan panas itu artinya
menunjukkan aktifitas mikroba tidak berjalan sesuai yang diharapan. Suhu kompos
mempunyai pengaturan yang baik karena memiliki kemampuan yang mampu
menurunkan patogen (mikroba/gulma yang berbahaya). Jika suhu dalam proses
pengomposan hanya berkisaran kurang dari 20oC maka kompos dinyatakan gagal,
sehingga perlu diulang kembali (Firmansyah, 2012)
2.2 Pengomposan Anaerob
Pengomposan anaerob atau anaerobik adalah proses dekomposisi sampah
organik tanpa adanya oksigen. Produk yang dihasilkan dari proses ini meliputi
metana (CH4), karbon dioksida (CO2), dan ammonia (NH3). Normalnya,
pengomposan secara pengomposan anaerob dilakukan dalam waktu 10-80 hari
bergantung pada inokulan mikroorganisme yang digunakan (Nugraha, 2017).
Pada proses pengomposan aerobik, faktor-faktor yang harus diperhatikan
yaitu: mikroorganisme, kadar air, bahan yang akan digunakan dalam pengomposan,
ukuran bahan pengomposan, ketersediaan oksigen, kondisi asam basa (pH),
temperatur, dan aktivator (Hibino, 2020).
Tujuan utama dari proses pengomposan ini adalah untuk menghasilkan suatu
energi. Pengomposan ini berlangsung pada kondisi suhu mesofilik atau sekitar 25-
45oC. Metode pengomposan secara aerobik yaitu menggunakan komposter drum
yang tidak menimbulkan bau, pada saat waktu pengomposan akan relatif lebih cepat
dan suhu proses pembuatannya tinggi sehingga dapat menghasilkan kompos yang
jauh lebih higenis (Damanhuri, 2015).
2.3 Aktivator
Aktivator EM-4 merupakan aktivator umum di pasaran dari hasil kultur
campuran dari berbagai mikroba menguntungkan untuk mempercepat proses
fermentasi pada pembuatan pupuk organik karena mengandung Lactobacillus sp.,
sebagian kecil bakteri fotosintetik, Streptomyces sp., dan ragi. Hasil fermentasi
berupa alkohol, asam amino, asam laktat, dan material organik lainnya yang dapat
langsung diserap akar untuk proses metabolisme tanaman (Afifudin, 2011).
Didalam aktivator terdapat mikroorganisme (jasad renik) yang berfungsi
untuk meningkatkan proses dekomposisi bahan organik yang bekerja memalui
proses perubahan fisik dan kimia suatu bahan organik sehingga menjadi produk
yang berbeda sifatnya. Diketahui ada dua macam aktivator yaitu aktivator organik
dan anorganik, aktivator organik adalah bahan-bahan yang mengandung N tinggi
dalam bentuk yang bervariasi seperti protein dan asam amino. Sedangkan pupuk
anorganik atau mineral, yakni semua pupuk buatan, baik pupuk tunggal maupun
majemuk. Beberapa contoh aktivator organik yaitu fungi dan tanah yang kaya akan
humus sedangkan aktivator anorganik antara lain amonium sulfat, urea, amoniak,
dan natrium nitrat (Farida, 2013).
Untuk mengefisienkan waktu pembuatan pupuk kompos maka digunakan
aktivator mikroba yang berfungsi untuk mempercepat proses pengurai bahan
organik. Pengomposan alami terjadi selama tiga sampai empat bulan, sedangkan
pengomposan dengan penambahan aktivator mikroba (dekomposer) dapat
dipercepat menjadi dua minggu. Aktivator mikroba yang saat ini banyak dipasarkan
yaitu Effective Microorganisme4 atau disebut dengan EM-4 (Isroi, 2012).
2.4 Kandungan Bahan
2.4.1 Limbah Pasar
Limbah pasar atau limbah sayuran dengan kandungan organik sebesar
9,438%, N-Total sebesar 0,9825%, dan rasio C/N sebesar 9,44. Kascing dalam
penelitian ini masih memiliki nilai C-organik, N-Total, dan rasio C/N yang lebih
rendah dibandingkan dengan kualitas kompos lainnya (Sudarmin, 2015).
2.4.2 Eceng Gondok
Eceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik karena terdapat
unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Menyatakan bahwa pupuk
organik eceng gondok (E.crassipes) memiliki kandungan unsur hara N sebesar
1,86%, sebesar 1,86%, P sebesar 1,2%, K sebesar 0,7%, rasio C/N sebesar 6,18%,
bahan organik sebesar 25,16% % dan Corganik 19,61%. Proses untuk mempercepat
pengomposan dapat dipacu dengan pemberian mikroorganisme sebagai
dekomposer. Jumlah dan jenis mikroorganisme menentukan keberhasilan proses
pengomposan, seperti jamur Trichoderma harzianum. Jamur T. harzianum disebut
juga sebagai aktivator biologis yang aktif dalam perombakan bahan organik
menjadi senyawa anorganik (Wulandari, 2016).
2.4.3 Lamtoro
Daun lamtoro ini sangat disukai ternak, teritama ternak ruminansia dan
mempunyai nilai nutrisi yang tinggi sebagai pakan. Kandungan nutrisi
dari lamtoro yaitu Protein Kasar (PK) ≥ 20%, Neutral Detergent Fibre (NDF)
berkisar 40%, Acid Detergent Fibre (ADF) berkisar 25%, kecernaan ≥ 65% dan
energi termetabolisme (ME) sebesar 11 MJ/kg (Disnaskeswan, 2022).
2.4.4 Ampas Tebu
Ampas tebu merupakan limbah berserat dan berupa padatan yang
volumenya bisa mencapai 30-40% dari tebu dengan metode giling. Ampas ini
sebagian besar mengandung bahan-bahan lignoselulosa, yang sebagian besarnya
terdiri dari selulosa, hemiselulosa, lignin dan juga tidak dapat larut dalam air.
Potensi ampas tebu dapat dimanfaatkan untuk diproses sebagai produk turunan
antara lain yaitu biobriket, produk sintesis seperti furfural, partikel-board, kompos,
dan pakan ternak (Badan Litbang Pertanian, 2016).
2.4.5 Ampas Tahu
Kandungan utama ampas tahu yang masih basah atau segar sebagian besar
adalah air 51,63%, protein 8,6%, lemak 3,79%, dan abu 21%. Komposisi zat gizi
ampas tahu hasil analisis laboratorium terdiri atas bahan kering 8,69%, protein
kasar 18,67%, serat kasar 24,43%, lemak kasar 9,43%, abu 3,42%, dan BETN
41,97%. Kandungan ampas tahu fermentasi tersebut dengan perlakuan pH awal 6
dan lama waktu fermentasi selama 12 jam akan dihasilkan yaitu kadar serat kasar
sebesar 3,29%, kadar protein sebesar 15,35%, kadar air sebesar 10,50% dan juga
rendemen sebesar 21,65% (Muhammad Anjang, 2014).
2.4.6 EM-4
EM-4 adalah jenis larutan yang mengandung bakteri antara lain
decomposer, lactobacillus sp, bakteri asam laktat, bakteri fotosintetik,
streptomyces, jamur pengurai selulosa, dan bakteri pelarut fosfor yang berfungsi
sebagai pengurai organik secara alami (Akmal, 2004).
2.5 Faktor Keberhasilan Pembuatan Kompos
Bahan organik yang dapat digunakan sebagai sumber pupuk organik dapat
berasal dari limbah/hasil pertanian dan non pertanian (limbah kota dan limbah
industri). Dari hasil pertanian antara lain sekam padi, jerami, kulit kacang tanah,
ampas tebu, belotong, pupuk kandang (kotoran sapi, kerbau, ayam, itik, dan kuda)
dan pupuk hijau. Limbah kota biasanya dikumpulkan dari pasar-pasar atau sampah
rumah tangga dari daerah pemukiman serta taman-taman kota, sedangkan limbah
industri yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik yaitu limbah indsutri
pangan seperti sisa bahan makanan yang sudah tidak layak dikonsumsi, tidak
terpakai, sisa olahan atau produk gagal pada saat proses produksi (Kurnia, 2001).
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembuatan kompos yaitu,
yang pertama rasio C/N, salah satu aspek yang paling penting dari keseimbangan
hara total adalah rasio organik karbon dengan nitrogen (C/N). Dalam metabolisme
hidup mikroorganisme mereka memanfaatkan sekitar 30 bagian dari karbon untuk
masing-masing bagian dari nitrogen. Sekitar 20 bagian karbon di oksidasi menjadi
CO2 dan 10 bagian digunakan untuk mensintesis protoplasma. Yang kedua ukuran
partikel, permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara
mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran
partikel juga juga menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas). Untuk
meningkatkan luas perpermukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran
partiel bahan tersebut (Widarti, 2015).
Faktor yang ketiga yaitu aerasi, aerasi ditentukan oleh posiritas dan
kandungan air bahan (kelembaban). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi
proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat
ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam
tumpukan kompos. Dan yang terakhir yaitu porosiositas, porosiositas adalah ruang
diantra partikel di dalam tumpukan kompos. Porositas dihitung dengan mengukur
volume rongga dibagi dengan volume total. Ronggarongga ini akan diisi oleh air
dan udara. Udara akan mensuplai oksigen untuk proses pengomposan. Apabila
rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan proses
pengomposan juga akan terganggu (Widarti, 2015).
2.6 Manfaat Kompos Di Bidang Pertanian
Pupuk organik atau kompos sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi
pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan
meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk kompos
dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah
degradasi lahan. Sumber bahan untuk pupuk kompos sangat beranekaragam,
dengan karakteristik fisik dan kandungan kimia yang sangat beragam sehingga
pengaruh dari penggunaan pupuk kompos terhadap lahan dan tanaman dapat
bervariasi. Selain itu, peranannya cukup besar terhadap perbaikan sifat fisika, kimia
biologi tanah serta lingkungan. Pupuk kompos yang ditambahkan ke dalam tanah
akan mengalami beberapa kali fase perombakan oleh mikroorganisme tanah untuk
menjadi humus. Bahan organik juga berperan sebagai sumber energi dan makanan
mikroba tanah sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroba tersebut dalam
penyediaan hara tanaman (Bejo Munanto, 2013).
Manfaat pupuk kompos dalam bidang-bidang pertanian, yaitu yang pertama
sebagai kompos bagi tanah, manfaat kompos yang utama pada tanah ialah untuk
memperbaiki kondisi fisik tanah dibandingkan untuk menyediakan unsur hara,
walaupun dalam kompos unsur hara sudah ada tetapi jumlahnya sedikit. Pupuk
kompos dapat berperan dalam menjaga fungsi tanah agar unsur hara dalam tanah
mudah dimanfaatkan oleh tanaman. Yang kedua yaitu kompos bagi tanaman,
Kompos sangat bermanfaat yaitu bagi proses pertumbuhan tanaman. Kompos tidak
hanya mensuplai unsur hara bagi tanaman, selain itu kompos juga dapat
memperbaiki struktur tanah kering dan ladang serta menjaga fungsi tanah, sehingga
suatu tanaman dapat tumbuh dengan baik (Fitri, 2015).
Yang ketiga yaitu meningkatkan kapasitas tukar kation, kapasitas tukar
kation (KTK) ialah sifat kimia yang berkaitan erat dengan kesuburan tanah. Tanah
dengan KTK tinggi jauh lebih dapat menyediakan unsur hara daripada tanah KTK
rendah. Pupuk kompos mampu menyediakan KTK dalam jumlah yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pupuk organik. Yang keempat yaitu meningkatkan kekuatan
tanah untuk menahan air , tanah yang bercampur dengan bahan organik seperti
kompos memiliki pori- pori dengan daya rekat yang lebih baik, sehingga kompos
dapat mengikat serta menahan ketersediaan air di dalam tanah. Erosi air secara
langsung bisa ditahan dengan adanya kompos pada tanah. Yang terakhir yaitu
menyediakan unsur mikro bagi tanaman, tidak hanya unsur makro saja yang
disediakan yaitu oleh kompos untuk tanaman, tetapi juga menyediakan unsur
mikro. Unsur-unsur itu antara lain ialah Zn, Mn,Cu, Fe Cu, Fe dan Mo. Walaupun
mengandung unsur hara mikro dan makro yang lengkap, tetapi jumlah yang
terkadung yang tidak lengkap (Fitri, 2015).
BAB III
METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan di Green House Exfarm Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin.
Pada hari selasa, tanggal 22 Maret 2022, pukul 16.00 WITA – Selesai.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu skop, ember (20 liter), pisau,
gunting, dan botol kosong.
Bahan yang digunakan yaitu lamtoro, limbah pasar, eceng gondok, EM-4,
Sekam padi, ampas tahu, ampas tebu, dan pupuk kandang. .
3.3. Prosedur Kerja
1) Menyiapkan satu ember ( 20 liter )
2) Memotong atau mencincang bahan organik dari limbah rumah tangga,
limbah pertanian ataupun limbah pasar (semakin kecil, semakin cepat
pengomposan berlangsung) .
3) Menambahkan kompos jadi tanah, pupuk kandang, serbuk gergaji sebagai
Inokulan.
4) Melarutkan aktivator dengan air. Tuangkan larutan aktivator atau starter
kompos (contoh : EM4) ke bahan kompos. Aduk rata.
5) Menambahkan lagi larutan aktivator bila campuran terlalu kering.
Memasukkan dalam wadah pengomposan.
6) Mengaduk seminggu sekali agar aerasi (aliran udara) dalam wadah
Berlangsung baik.
7) Kompos yang baik berwarna cokleat kehitaman, berbau tanah, dan berbutir
ohalus.
8) Untuk aktivator EM-4 sebelum mengggunakan terlebih dahulu diperam
9) Untuk activator EM-4 tambahkan dedak dan sekam
10) Untuk limbah pertanian eceng gondok tambahkan sekam dengan
perbandingan 2:1.
11) Mencampurkan bahan limbah pertanian/ limbah pasar dan aktivator
dimasukkan dalam kunci .
12) Setiap 3 hari dilakukan pembalikan bahan organik agar proses fermentasi
berlangsung merata.
14) Mengontrol suhu dalam karung sekitar 40-50 o C jika suhu di atas 50o C
buka karung goni.
15) Setelah 7-14 hari (tergantung bahannya) bahan dibongkar dan diangin
anginkan.
3.4 Parameter Pengamatan
1. Kecepatan proses perombakan limbah pertanian menjadi pupuk organik
(hari) diamati setiap pembalikan bahan organik (pengadukan).
2. Tekstur
3. Warna
4. Aroma
5. Volume (menyusut/tidak).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
Afifudin, M. 2011. Pengaruh Berbagai Aktivator terhadap C/N Rasio Kompos
Kotoran Kelinci. Bandung.
A, Farida. 2013. Studi Perbandingan Pengaruh Penambahan Aktivator. Jurnal
Teknik Lingkungan.
Badan Litbang Pertanian. 2016. Diversifikasi Pemnafaatan Ampas Tebu. Jakarta
Dinas Peternakan & Kesehatan Hewan. 2022. Pakan Lamtoro. Nusa tenggara Barat
E, Pavithira. 2017. Effect of Potassium Fertilizer Split Applications together with
Straw on Optimum Level in Leaf and Stem of Rice. Journal of Agricultural
Sciences.
Firmansyah. 2012. Teknik Pembuatan Kompos. Jurnal Teknologi
Pertanian, Kalimantan Barat.
Fitri. 2015. Pengelolaan Sampah Pasar DKI Jakarta. Jakarta: UI Press.
Isroi. 2009. Pupuk Organik Granul, Sebuah Petunjuk Paraktis, Peneliti pada Balai
Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, Bogor. Yogjakarta :
Universitas Gadjah Mada.
K, Hibino. 2020. Panduan Operasional Pengomposan Sampah Organik Skala
Kecil dan Menengah dengan Metode Takakura. Bandung: Institute for
Global Environmental Strategies.
Kurnia. 2001. Perkembangan dan Penggunaan Pupuk Organik di Indonesia.
Jakarta.
Munanto Bejo. 2013. Manfaat Penggunaan Pupuk Organik. Kulon progo
Nawasis. 2022. Kompos dengan cara aerob maupun anaerob. Jakarta.
N, Nugraha. 2017. Rancang Bangun Komposter Rumah Tangga Komunal Sebagai
Solusi Pengolahan Sampah mandiri Kelurahan Pasirjati Bandung. CR
Journal. Vol.03. No.02.
Perwitasari. 2017. Teknik Kompos. Jurnal Pendirian Kebun Bibit Sumber, Demplot
dan Feasibility Study untuk Perkebunan Jarak Pagar
S, Akmal. 2004. Fermentasi Jerami padi dengan Probiotik Sebagai Pakan Ternak
Ruminansia. Jurnal Agrista
Setyorini. 2019. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Litbang Pertanian.go.id..
Soedarmanto Edy. 2019. Kandungan unsur hara didalam kompos. Pertanian.go.id
Sudarmin. 2015. Mengolah Sampah. Jakarta: Penebar Swadaya.
Suryati. 2014. Bebas Sampah dari Rumah. Penerbit PT Agromedia Pustaka.
T, Padmi. 2015. Pengelolaan Sampah Terpadu. Bandung: ITB Press.
Tifani Anjang Muhammad. 2014. Ampas Tahu Kandungan dan Manfaat. Elinotes
Review.
T.S Cahaya.2008. Pembuatan Kompos dengan Mengunakan Limbah Padat
Organik. Semarang. Universitas Diponegoro.
Widarti. 2015. Pengaruh Rasio C/N Bahan Baku Pada Pembuatan Kompos Dari
Kubis dan Kulit Pisang. Jurnal Integrasi Proses.
Wulandari. 2016. Kualitas Kompos Dari Kombinasi Eceng Gondok dan Pupuk
Kandang Sapi dengan Inokulan Trichoderma Harzianum L. Jurnal
Protobion.

Anda mungkin juga menyukai