Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Document PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 151

Jas Lusuh

Kereta Kencana
Jas Lusuh Kereta Kencana
Antologi Puisi Esai 2015

Badrus Shaleh
Didik Siswantono
Hidayat Banjar
Ilham
Latief Setia Nugraha

Pengantar
Jamal D. Rahman

Penyunting
Jonminofri Nazir

Konsep dan Pengembangan Desain


Futih Aljihadi

Eksekusi
Sisko Amin Pratama (Design & Lay Out)

Cetakan Pertama, April 2015

ISBN 978-602-0812-03-8

Penerbit
Inspirasi.co
(PT CERAH BUDAYA INDONESIA)
Menara Kuningan lt. 9G
Jalan HR. Rasuna Said Kav V Blok X-7, Jakarta Selatan
inspirasidotco@gmail.com | http://inspirasi.co
Jas Lusuh
Kereta Kencana
Badrus Shaleh | Didik Siswantono
Hidayat Banjar | Ilham | Latief Setia Nugraha
Daftar Isi
Pe n g a nt ar o leh Jam al D R a h m an 7

Tahlil Fad hilah 17

D u p a Tak Wangi d i Kereta Kenc ana 45

H a nya S eorang Munirk ah? 67

D a u n Lontar unt uk Penguasa 91

Ak a r S uara G emeremang dari dalam


S a ku Jas Lusuh B er tamb alan 127
Cermin Beberapa Masalah Bangsa

Pengantar Jamal D. Rahman

Lima puisi esai dalam buku ini berbicara tentang tema


berbeda-beda. Tiga puisi berbicara tentang tokoh:
Hasyim Asy’ari (karya Raedu Basha), Muhammad
Natsir (karya Latief Setia Nugraha), dan Munir
(karya Hidayat Banjar). Dua puisi lainnya masing-
masing berbicara tentang kasus Bank Century (karya
Didik Siswantono) dan nasib penganut agama lokal
komunitas To Lotang di Sulawesi Selatan (karya
Ilham). Dengan tingkat yang berbeda-beda, kelima
tema tersebut merupakan isu yang cukup diketahui
khalayak luas di Indonesia, dan telah menjadi
ingatan kolektif masyarakat. Dengan demikian,
tema-tema tersebut merupakan isu dan masalah
yang memiliki relevansi bagi kehidupan bersama,
dan tentu saja perlu diperdengarkan lagi dan lagi.
Meskipun sudah cukup banyak ditulis, baik dalam
laporan jurnalistik maupun berbagai publikasi lain,
ia tetap penting ditulis lagi dan lagi, dengan gagasan
dan harapan-harapan baru menyangkut semua isu
aktual itu sendiri demi masa depan kehidupan-
bersama yang lebih baik.

JAS L USUH K ER ETA K EN C A N A 7


Selain isu tentang Hasyim Asy’ari, empat isu lainnya
merupakan isu krusial di bidang politik, hak asasi
manusia, agama, dan ekonomi. Keempatnya dapat
dianggap sebagai masalah sosial-politik karena
langsung atau tidak bersinggungan dengan politik,
dan masing-masingnya berdampak pada kehidupan
masyarakat dan/atau nilai-nilai kemanusiaan.
Adalah tanggung jawab moral dan tuntutan
sosial kita untuk ambil bagian dalam masalah-
masalah sosial itu, hal mana mengandung banyak
ketegangan dan masalah nilai serta kemanusiaan.
Tentu saja puisi tidak steril dari tanggung jawab
moral atas masalah-masalah sosial dalam kehidupan
kita. Maka, kalau puisi esai mengangkat isu-isu
sosial tersebut, itu tidak saja berarti bahwa puisi
merupakan wahana lain bagi isu-isu yang sudah
cukup banyak dibicarakan itu, pun tidak saja berarti
bahwa isu-isu sosial merupakan tema menarik bagi
puisi esai, melainkan terutama bahwa puisi sedang
menjalankan tanggung jawab moralnya.

Apa (lagi) yang dapat dikatakan menyangkut


tema-tema yang telah diketahui umum itu? Dan,
karena kini isu-isu tersebut ditulis dalam puisi esai,
sejauhmana ia dikemukakan dalam suatu cara yang
dapat memenuhi selera dan tingkat estetis tertentu?

8 J A S LUSUH KE RETA KENCANA


Dua pertanyaan ini menggoda kita dalam membaca
buku ini. Jawaban atas dua pertanyaan tersebut
dapat terpisah, namun kadangkala berkelindan
sedemikian rupa, saling menyelinap, dan saling
mengisi satu sama lain. Sudah tentu yang segera
terasa dari puisi esai adalah suatu pandangan dan
sikap ―samar atau terang― menyangkut masalah
yang dibicarakannya, suatu sikap yang, setidaknya
sampai batas tertentu, mewakili sikap sekelompok
masyarakat. Tapi yang lebih penting, puisi esai
mengemukakan dimensi-dimensi emotif dari isu-
isu tersebut, dimensi mana bangkit dari bahasa dan
imajinasi dalam puisi esai itu sendiri. Tentu saja,
bahasa dan imajinasi dalam puisi esai dirangsang
oleh berbagai isu aktual yang dibicarakannya.

Puisi Raedu Basha “Tahlil Fadhilah” berbicara


tentang (dan diperuntukkan bagi) Hasyim Asy’ari,
pendiri Nahdlatul Ulama, organisasi Islam terbesar
di Indonesia. Puisi tersebut berupa dialog antara
ulama yang kerap disapa dengan Hadlratussyaikh
itu dengan santrinya sendiri. Mereka berhadapan
langsung, tidak secara fisik melainkan secara rohani.
Suasana terasa begitu mistis, dimana sang santri
tenggelam di lautan rohani sang syaikh:

JAS L USUH K ER ETA K EN C A N A 9


detik ini kepadaku engkau datang
sewujud nur karomah waliyullah yang bertandang
bagai melewati pintu-pintu dimensi khusyuk
sembahyang
memancar di gelap otakku yang petang
yang sehitam batu-batu berlumut sewarna arang.

Secara garis besar, puisi itu mengemukakan sebentuk


penghormatan sang murid kepada sang syaikh
sebagai guru rohaninya. Yang lebih penting, dalam
pertemuan spiritual itu sang syaikh mengingatkan
dan menegur santrinya tentang ajaran-ajaran moral
dan kerohanian, sekaligus mengajarkan bagaimana
ritus relijius mesti dijalankan. Menarik bahwa di
sini digunakan diksi-diksi tasawuf dan keislaman
tradisional, yang memang merupakan khazanah
relijius sang syaikh, meskipun mungkin berisiko
agak asing bagi pembaca yang kurang akrab dengan
idiom-idiom tasawuf dan Islam tradisional. Dengan
cara itu, suasana mistis berikut ajaran-ajaran moral
dan spiritual sang syaikh terasa dibangun dari
jantung kerohanian syaikh sendiri.

Kalau puisi esai Raedu Basha mengemukakan


penghormatan kepada sang syaikh, puisi esai Latief

10 J A S LUSUH KE RETA KENCANA


Setia Nugraha, “Akar Suara Gemeremang dari
Dalam Saku Jas Lusuh Bertambalan”, memberikan
simpati dan penghormatan kepada Muhammad
Natsir, tokoh Islam yang pernah menjadi Perdana
Menteri di zaman Soekarno. Puisi Latief merupakan
biografi puitis tentang Natsir, mulai lahir, masa
remaja, masa persahabatan sekaligus perseteruan
politiknya dengan Soekarno, sampai masa tuanya.
Persahabatan Natsir dengan Soekarno sangat indah,
tetapi ironisnya berakhir dengan peteruan politik
yang pahit:

Tak ada kesakitan yang lebih perih selain kesepian,


dihianati kekasih, dan dianggap lawan perang kawan
sendiri. Yang benar memang akan selalu tumbang
dan dibuang. Disingkirkan keadaan. Sementara
itu, musuh di balik bantal yang berupa kata-kata,
menelusup dalam telinga.

Isu yang kini masih aktual adalah kasus Munir,


aktivis hak asasi manusia (HAM) yang wafat diracun
dalam penerbangannya ke Belanda. Isu ini diangkat
dalam puisi esai “Hanya Seorang Munirkah?” karya
Hidayat Banjar. Mengisahkan kasus Munir dari
sudut pandang Munir sendiri, yang sayangnya nyaris
tanpa emosi, puisi esai Hidayat Banjar mendesak

JAS L USUH K ER ETA K EN C A N A 11


dibukanya lagi proses hukum kasus tersebut,
sebagaimana disuarakan terutama oleh para aktivis
HAM. Tak syak lagi kasus Munir mencerminkan
penanganan HAM yang tak kunjung tuntas di
Indonesia. Kasus itu memang telah dibawa ke meja
hijau, namun belum menyentuh pihak-pihak yang
diduga paling bertanggung jawab atas pembunuhan
Munir. Dari sudut itu saja sudah cukup untuk terus
memperdengarkan kasus Munir agar tak dilupakan.
Kasus Munir memang dan tentu tak boleh dilupakan.
Sementara itu, puisi Didik Siswantono “Dupa Tak
Wangi di Kereta Kencana” mengangkat tema krusial
dan kental beraroma politik di dunia perbankan,
yaitu kasus Bank Century yang mendapatkan dana
talangan (bailout) dari Bank Indonesia karena
mengalami krisis likuiditas. Dari otoritas keuangan
kita tahu bahwa dana talangan mesti diberikan,
sebab bila tidak, bank itu akan gulung tikar dan
akan berdampak sistemik. Tak jelas apa dan
bagaimana dampak sistemik itu mungkin terjadi.
Puisi esai Didik juga tak berbicara itu bahkan secara
imajinatif pun (yang dimungkinkan dalam puisi).
Tapi dari puisi esai Didik kita tahu apa yang terjadi,
yang memaksa otoritas perbankan dan keuangan
memutuskan pencairan dana talangan bagi bank
yang sesungguhnya sudah lama bermasalah itu.

12 J A S LUSUH KE RETA KENCANA


Kasus ini dikisahkan oleh sais kereta kencana
dengan rasa pahit, yang menjadi korban politik
penyelamatan kereta kencana (yang tak lain adalah
Century) itu sendiri:

Dulu aku sais kereta paling kencana


sekarang aku hanya seorang perawat kuda
di belakang keputren selatan istana
dengan gubuk kecil yang tampak menderita.

Sang sais menyadari bahwa kereta kencananya


bermasalah dan layak dikandangkan. Maka dia
mencari bukti kenapa kereta kencana itu justru
harus diselamatkan. Di akhir kisah, sang sais
mengemukakan jawabannya. Persoalannya,
kata sang sais, ke manakah dana itu mengalir?
Untuk menjawab pertanyaan ini harus dilihat
nasabah-nasabah besar dalam dan luar negeri,
yang sebagiannya adalah nasabah kelas kakap
tingkat dunia yang memiliki kekuatan politik dan
militer secara internasional. Puisi esai menyebut
secara rinci para nasabah kelas kakap itu. Secara
implisit, kepada merekalah dana itu mengalir.
Dengan demikian, kisah sais kereta kencana ini
mengemukakan bahwa nasabah-nasabah kelas
kakap tersebut takkan mau kehilangan dana mereka

JAS L USUH K ER ETA K EN C A N A 13


di bank bermasalah itu. Tahu bahwa bank Century
bermasalah, mereka beramai-ramai menarik dana
mereka. Jika dana mereka tidak cair, apa yang akan
terjadi? Puisi esai Didik tidak menjawab pertanyaan
ini, namun kita bisa membayangkan dampak
sistemik yang mungkin ditimbulkannya. “Silahkan
tebak kelanjutannya,” kata sang sais dengan dingin.

Isu diskriminasi agama juga aktual dan selalu


relevan bagi kita. Meskipun ada kemajuan dalam
masalah ini, yang antara lain ditandai dengan
diakuinya Konghucu sebagai agama resmi oleh
negara, bagaimanapun kasus diskriminasi agama
masih kerap terjadi. Puisi esai “Daun Lontar untuk
Penguasa” karya Ilham mengisahkan kisah tragis
komunitas penganut agama atau sistem kepercayaan
lokal di Sulawesi Selatan, yaitu komunitas To Lotang.
Sejak tahun 1960-an, mereka dipaksa menganut
salah satu agama resmi yang diakui negara, bahkan
di bawah kokang senjata. Karena tidak bersedia,
mereka diusir dari kampung halaman. Dalam puisi
esai ini, diskriminasi terhadap kepercayaan lokal
sudah berlangsung antargenerasi, sampai sekarang.
Mannennungeng masih enam tahun ketika ibunya I
Cincing dipaksa memeluk agama resmi dan disiksa.
Ayahnya diinterogasi dan disiksa pula. Perempuan

14 J A S LUSUH KE RETA KENCANA


kecil itu akhirnya tak melihat ibunya lagi, tak tahu
di mana dan ke mana. Setelah dewasa, ia mendapat
perlakukan yang sama.

Mannennungeng sudah renta dengan belasan cucu


ketika era reformasi tiba. Tapi nasibnya sebagai
penganut agama lokal yang teguh tak berubah.
Sebagaimana kata-kata ibunya dulu, kata-kata
Mannennungeng yang kini sudah tua begitu
mengharukan, dan tetap mengandung semangat
dan harapan:

Jika kelak suatu ketika


penguasa yang tiba adalah ia yang bijaksana
kembalilah ke tempat ini
Perrinyameng yang bertuah

Taburlah bunga-bunga
dan gemuruhkan doa-doa
di atas pusaraku bersama nenek moyang kita
patuhlah senantiasa perintah Uwatta
ialah yang empunya sabda-sabda Dewata

Perciklah air suci


ke sekujur daun lontar ini
hingga jiwa ini tengah merangkak hati-hati

JAS L USUH K ER ETA K EN C A N A 15


ke tangga menuju langit yang diberkati
Lajulah, laju, Anak-anakku
Lajulah, laju perahumu,

Jika selamatlah engkau tiba di hadapan


penguasa yang bijaksana
sampaikan pesan dalam huruf-huruf lontarak ini
tunjukkan penghormatanmu yang paling hakiki

: Dewata pun sangat manusiawi!

Membaca buku ini kita seakan mengembara di


lorong waktu, masuk ke masa silam kita yang cukup
jauh, ke beberapa wilayah yang terpisah jauh pula,
sekaligus ke masa kini kita. Kita melihat masa lalu
dengan segala seginya yang kelam, pahit, getir, dan
ironis di satu sisi, melihat juga segi-seginya yang
mengagumkan dan menggetarkan di sisi lain. Kecuali
itu, kita juga melihat persoalan-persoalan aktual
masa kini. Sebagiannya merupakan kelanjutan
dari masalah masa lalu, sebagiannya lagi memang
merupakan isu dan perkembangan mutakhir. Tentu
saja buku ini merupakan cermin beberapa masalah
bangsa yang penting kita renungkan demi masa
depan kita. Salam. []

16 J A S LUSUH KE RETA KENCANA


Tahlil Fadhilah
Ba dr u s Shal e h
TAHLIL FADILAH

Hadlratussyaikh Hasyim Asyari (1875-1947)

1.
detik ini kepadaku engkau datang
sewujud nur karamah1 waliyullah yang bertandang
bagai melewati pintu-pintu dimensi khusyuk
sembahyang
memancar gelap otakku yang petang
yang sehitam batu-batu berlumut sewarna arang

engkau yang datang bukan berupa jasad


cahaya-cahaya karamah seketika berbentuk zat
yang sediakalanya hendak kukecup dalam jabat erat
sebagaimana dahulu pada tanganmu kucium dalam
hening takdhim dan khidmat2
namun zatmu merupa gelombang-gelombang laut
yang muntah dari masa lalu yang nyaris surut
sesurut yakinku yang ragu-ragu cecurut

aku hanya seorang santri pelupa, Kiaiku


pada bisikan-bisikan sepi masa lalu
saat kau tuntun diri mengeja waktu
dengan ruang-ruang wahyu
1
Karamah adalah keistimewaan yang diberikan Tuhan kepada para waliNya (waliyullah)
2
lih. Ta’limul Muta’allim. Takdhim, dapat diartikan sebagai tunduk kepada guru. Khidmat,
bisa berarti mengabdi sepenuhnya.

TAHLIL FADHILAH 19
bisik lirih itu kini meninju sejumlah sembilu
ke dada, degub merenta, lalu kini ejamu
serupa pukulan ombak bertubi menghempas
karangku
terluka! meretakkan kerasnya batu sombongku
bisikmu lafal-lafal baka, coba lubukku mengeja
hanya suara-suara denyit yang ronta

lalu bibir ini coba mengeja


tetapi hanya beku, lafal hilang dari kenang
memori remuk redam

engkau gelombang laut


pada ombakmu rindu yang memilukanku
memalukanku yang kini membatu
pada gelakmu ada dendam merajam keras hatimu
meleburkan masa-masa kelam
kulebur tenggelam
ke dalam gelapku sendiri
yang dipancar nurmu kini

aku hanya bisa merunduk


seonggok batu nyaris remuk
beberapa telah hablur
seumpama keping kenangan pelan menghancur
puingnya terisak
kerikil-kerikil tercampak di atas pasir berserak

20 BADRUS SHALEH
bisikanmu kini menjelma gemuruh
lewat bahasa deru di balik angin riuh
meminta diri heningkan cipta
di pantai, di relung pikir paling sangsai
di sangsai, dalam luka kuhimpun damai
di damai, kian kucari tenang kian imanku burai
di burai, lecut gelombangmu badai

2.

“Santriku, dulu aku tak menanam


kerikil-kerikil Ababil ke hatimu,
jumrah telah kulontarkan ke sumur jahiliah
juga berhala telah dihancurkan kapak Ibrahim.
Tapi mengapa dadamu kini batu?”

“Kiai, kini diputihmu hitamku luluh,


entah berapa jarak suraumu kutinggal jauh.
dan pengembaraan kususuri menelan tenang dan
kisruh
sejak kutinggalkan suraumu dan menuju pencarian
aku beradu nasib dengan waktu dengan luka
yang menggantung di tiap dentang masa,
masa yang serupa keratan pedang menyayat tanya
pikiran

TAHLIL FADHILAH 21
aku bertukar takdir dengannya
dalam rambah kelana
sembari memasuki kata dan arti
untuk mencari jawaban yang bersembunyi
dan pertanyaan yang selalu menusuk hati
tanya itu tak pernah kudengar di suraumu
karena ruang dan masa kita tak lagi sama.
budaya yang berbeda menuntut gerak bertekad
yang beberapa belum sempat kau jawab
belum sempat kau menajad dan ijtihad3.
kesemuanya entah kenapa telah menjelmakanku
menjadi batu-batu menggelinding begitu saja
mengikuti ruas jalan rendah dan berkelok
seiring arus angin dan geliat musim
hingga sampai batuku ini di pantai
Lalu tak tahu ke mana mesti pergi
ke mana mesti kembali.”

3.

dahulu adalah angin


dahulu adalah embun

ini bukanlah metafora, karena udara dan embun


yang bergerak dari lebat kabut taman nuranimu
3
Ijtihad adalah upaya menggali permasalahan dalam usaha memutuskannya dalam
syariat Islam.

22 BADRUS SHALEH
tak pernah memajaz4kan ketulusan yang bening
seikhlas pucat wajahmu yang tegar di hadapan
ujung senapan penjajah
masa lalu denganmu, taman sabana azan subuh
Iman, Islam, Ihsan5 dan semangat nasionalisme
terbalut
serupa pagi berselimut kabut
fajar matahari terbit dari qunut6
magrib diri larut dalam ruang malakut7
menuju surau saat senja surut
dan surya tenggelam di batas laut

aku ingat dahulu


azan menggema dari suraumu
menyiarkan lafal ke langit malam
lalu awan tebal menghijau sewarna sorban Nabi
yang kilau
terlukis sembilan bintang segar cahayanya
menerangi pulau-pulau
dan lautan dalam bulatan bumi yang terikat temali
ukhuwah8
lalu cahaya doa-doa menuliskan khat ke angkasa
: Nahdlatul Ulama

4
Majaz; metafora
5
Tiga pondasi agama dalam faham Ahlussunnah
6
Bacaan doa setelah ruku’ dan sebelum sujud dalam salat subuh (lih. Fathul Qarib,
bab Shalat)
7
adalah alam spiritual. Lebih jelasnya, silakan baca di buku-buku tasawuf.
8
Maksudnya: persatuan secara umum; rahmatan lil alamin, yakni kasih saying bagi
seluruh alam.
TAHLIL FADHILAH 23
yuriduna ay yathfi-u nurallahi biafwahihim
wa ya’ballahu illa ayyutimma nurahu
walau karihal kafirun9

iqamah menyambut
kota-kota surga seketika berpindah ke mihrab saat
sujud
wangi firdaus tercium dari lembah balik sajadah
sesekali kudengar percik kausar membasah
dalam ejaan Fatihah dalam getar khusuk yang
muntah
engkau imami aku dan sesama santri menghadap
kiblat
: ka’bah. tempat engkau berikrar menanam janji
kepada Allah10
untuk berjihad di jihat11 sunnah12

dahulu adalah angin


dahulu adalah embun
kini menetes ke mataku
merintik gerimis tapi bukan permulaan hujan
melainkan mengurai rintih yang jatuh pelan-pelan
9
QS At-Taubah: 32. ayat ini menjadi penanda restu berdirinya NU, yakni restu dari
Mahaguru para pendiri NU, ialah Syaichona Cholil Bangkalan. (kisah dari alm. KH
As’ad Syamsul Arifin, Situbondo)
10
Hasyim Asy’ari ketika masih pelajar berikrar untuk berjihad di jalan Allah di
Ka’bah. (republika online)
11
arah
12
Maksudnya, ahlussunnah waljamaah, faham yang dianut oleh NU

24 BADRUS SHALEH
untuk suatu tujuan:
membasuh kotoran yang mengacak-acak iman

dahulu
engkau ajarkan
kami bagaimana menubuhkan diri dalam ruh al-
Qur’an
menyucup habis saripati hadis
mengias mengais lelaku dengan qiyas
menyimak pengajaranmu perihal ijmak13
dalam kemarau tak terasa panas risau
dalam hujan tumpah darah menahan payah
dahulu
sekelih angin
setipis embun
aku berikrar meneruskan juangmu
membuka suhuf-suhuf
jejak ahli tasawuf
ziarah kepada Jailani dan Ghazali
sowan pada pikiran Asy’ari dan Maturidi
di bilik-bilik teologi14
yang kesemuanya mengesa-menyatu

LAILAHAILLAHU

Al-Qur’an, Hadis, Qiyas, Ijma’, adalah pedoman ajaran ahlussunnah waljamaah


13

Jailani dan Ghazali adalah para Imam Tasawuf; Asy’ari dan Maturidi adalah para
14

Imam teologi; dalam ajaran ahlussunnah waljamaah, terutama NU.

TAHLIL FADHILAH 25
namun kini
dudukku berjarak dari pangkumu
tak ada papan
dan dampar dalam pengajian
suraumu telah jauh kutinggalkan

angin dan embun tak menguar kabut di relungku


kini dadaku batu
tubuh keras beku
bagaikan Malin Kundang dikutuk ibu
tersungkur di pantai lumpur
dihempas ombakmu deras-deras debur

lalu laiknya dahulu


kau berbisik sepi, lirih menyampaikan sejumlah
sembilu
ke dada, tapi serupa gelombang bertubi mendera
sampai luka
batuku terisak
kaupecah pukulan ombak:

“Santriku, bacalah kembali


bagaimana Adam dahulu pernah membatu
semula Ia dan Hawa seumpama embun
namun Khuldi mengeraskan kepala mereka sekeras
cadas.

26 BADRUS SHALEH
Adam sangsai menanggung beban batu di lehernya
Hawa cemas menimang gunduk batu di dadanya
sementara Iblis terbahak-bahak sembari
menenggak lumpur neraka

aduhai sangsai, aduhai cemas


derita menggumam tiada akhir di pucuk papa
mereka
Saat Tuhan menemukan khuldi terlarang ditelan
sepasang itu hamba

‘o, hamba mohon ampun, wahai yang mulia.’


Adam Hawa melunta
‘tak ada ampun bagi kalian!’ Tuhan berkata.

tahun ke abad berlari dalam langkah tergesa


segelisah Adam Hawa
mengistighfari nafsu yang jerat mereka
resah tumpah di tubir pikiran keduanya
sebelum akhirnya dosa dipurbakan
ia mengeram di leher Adam di gunduk dada Hawa

hingga disaksikan mereka


gerbang sidratul muntaha
terlukis kaligrafi mim ha mim dal
: Muhammad

TAHLIL FADHILAH 27
Adam bertanya, ‘apakah gerangan nama
itu terlukis indah di gerbangMu
Wahai Yang Mulia?’

Tuhan berkalam,
‘Muhammad adalah kekasihku,
kuciptakan alam semesta
karenanya’

sepi
Adam berpikir suntuk diiringi getar jiwa Hawa

‘maka atas nama Muhammad kekasihMu,


aku bersujud dan kembali kepadaMu…’
bertaubatlah keduanya.

Tuhan pun tersenyum


semekar bunga-bunga di taman Firdaus di balik
gurun
sejenak kobaran api di liang Jahanam padam
dalam semilir udara yang menyentuh sejuk dada
Adam Hawa

Wahai Adam Hawa, maka atas nama kekasihku,


Muhammad,
kalian kuampuni,

28 BADRUS SHALEH
meski akhirnya engkau mesti kulemparkan ke bumi.
Firmannya.”15

aku terhenyak menyimak kisahmu, Kiai.

“Santriku, Inilah yang disebut tawasul16


menyambung perantara kasih pada rasul
untuk mendapatkan kasih Sang Maha Kasih.
Bertahlillah. Bertahlillah…!”17

Lailahaillallah
Muhammadurrasulullah18

4.

sunyi pantai
diri batuku terkulai
meninggkahi sujud para abid
kurangkum puing-puing kerikilku dalam untai biji
tasbih
kepalaku yang keras
15
Kisah ini dipetik dari kitab Annurul Mubin, fi Mahabbati Sayyidil Mursalin karya
hadratussyaikh Hasyim Asy’ari, kisah ini sebagai landasan tawasul dan tahlil, dalam
ijtihadnya.
16
Tawasul, adalah menyambung perantara karamah para kekasih Allah untuk
memohon doa kepadaNya. Dalam Islam, yang percaya pada tawasul ini termasuk
faham Ahlussunnah wal jama’ah.
17
Tahlil sudah dijelaskan pada catatan kaki no.1
18
Kalimat tauhid yang menurut ulama menjadi lubuk dari bacaan tahlil.

TAHLIL FADHILAH 29
mataku yang keras
mulutku yang keras
hatiku yang keras,
seluruh tubuh ruhku yang keras
sendiri, sendiri
kini
kuperas-peras

astaghfirullahal adhim…19

atas nama Muhammad kekasih Allah


kan kupecah diriku yang keras sampai tuntas
dengan tawasul, menyambung kehadirat Rasul
juga kepadamu, Hadratul Kiai Hasyim Asy’ari
karena dengan mengingatmu aku jadi ingat
padaNya
kuketuk pintu keheningan
di antara ombakmu yang bertubi merajam,
kusampaikan….

ila hadrati nabiyyil mushthafa muhammadin saw.


wa ala alihi wa shahbihi wat tabi’in
wa man tabi’ahum bi ihsanin
ila yaumiddin
wa khusushan ila khadratil kiai hasyim asy’ari
al-fatihah…
19
Bacaan istighfar

30 BADRUS SHALEH
5.

wahai Kiai
ke rumahmu lama aku tak sowan
rumah yang berdiri di dalam hatiku yang dulu
yang dulu, sewaktu tak ada benda selain embun di
daun jiwaku
saat tubuh dan ruhku menyeru hu, hu, hu…
Allah...

qul huwallahu ahad allahusshamad (1)


lam yalid wa lam yulad (2)
walam yakun lahu kufuwan ahad (3)20

dengan rasa gelisahku yang puncak


masihkah kini kau menerimaku
seumpama santri baru
sedang sarungku kumal dan tanganku luka untuk
menjabatmu
aku kini tak berdaya bagaimana mencuci sarungku
tanganku luka berdarah kalah pada ammarah
meragukan lawwamah dan mutmainnah21
sekian lama kudewakan otakku hingga sekeras batu
batu yang karat, berlumut pekat dan sekarat kelam
burat
dan entah kapan kiranya kan diobat
QS. Al-Ikhlas, termasuk bacaan dalam tahlilan.
20

Ammarah, lawwamah, mutmainnah: adalah 3 (tiga) macam nafsu yang dimiliki


21

manusia. Selengkapnya bisa dibaca di buku Sullamut Taufiq.


TAHLIL FADHILAH 31
qul audzu birabbil falaq (1)
min syarri ma khalaq (2)
wa min syarri ghasiqin idza waqab (3)
wa min syarrin naffatsati fil ‘uqad (4)
wa min syarri hasidin idza hasad (5)22

aku berlindung kepada Allah


dari lupa kepadamu
dari lepas takdhimku
menyambung tali batin dari alam yang lain
inilah yang mungkin kau sebut tawasul
bacaan tahlilku seumpama benang rindu
merajut sulaman waktu dan kapas ilmu
dengannya aku terkenang kapur barus
yang menggores papan di kelas
pada dampar tempat kumencatat fikih, tasawuf dan
tauhid
mengaji Qur’an hadis
serta menjiwai fatwa-fatwa bahtsul masail23

qul a’udzu birabbinnas (1)


malikin nas (2)
ilahin nas (3)
min syarril waswasil khannas (4)
alladzi yuwaswisu fi shudurinnas (5)

22
QS. Al-Falaq, termasuk bacaan dalam tahlilan.
23
Adalah musyawarah para ulama untuk mengeluarkan fatwa.

32 BADRUS SHALEH
minal jinnati wannas (6)24

sungguh terasa
persoalan manusia dan hasratnya
telah menjauhkan gerak tubuhku
dari biji tasbih yang berputar dalam porosnya
matahari tampak terbit
dan kabut tipis pelan membasuh lukaku

Kiaiku, Hadlratus Syaikh Hasyim Asy’ari


aku datang lewat bacaan-bacaan
disebut tahlilan peninggalan Para Sunan
sembari mengisahkan sirahmu
senantiasa kubercurah diri
tentang seonggok batu yang gelisah

bismillahirrahmanirrahim…25
alif lam mim…26

alif.
tongkat musa27 kiriman Syaichona Cholil itu kau
tancap di ujung bukit

24
QS. An-Nas, termasuk bacaan dalam tahlilan.
25
basmalah
26
QS. Baqarah, termasuk bacaan dalam tahlilan.
27
Jadi, dalam kisah yang disampaikan Kiai As’ad Syamsul Arifin, dalam sejarah
perintisan NU, dijelaskan bahwa Syaichona Cholil mengirimkan sebuah tongkat
kepada KH. Hasyim Asy’ari untuk sebagai penanda restu disertai ayat Qur’an
tentang tongkat Musa. Sehingga Kiai Hasyim menyebut tongkat itu tongkat Musa.

TAHLIL FADHILAH 33
Tursina28 tempat seorang Nabi yang gelisah pada
Tuhannya

matahari di atasnya menggerakkan bayang tongkat


itu
seputar jarum jam. ahli falaq29 memperhatikan
waktu
mujtahid30 memikirkan lelaku
meneliti dhil31 sejak fajar sampai tiba dhil ashar
bayang tongkat itu berputar seperti gasing

aku dan santrimu yang lain berpencar


meniti zaman yang berpendar
dan jalan yang terhampar
sujud sembah spiritual
sujud upaya sosial
menauhidkan Tuhan lewat amal
amar ma’ruf
nahi munkar
menyampaikan kebaikan
menahan kebiadaban

28
Bukit/gunung tempat Musa berjumpa Cahaya Tuhannya
29
astronom
30
Orang yang melakukan ijtihad
31
Bayangan matahari; dalam astronomi islam diperuntukkan sebagai ukuran waktu
shalat.

34 BADRUS SHALEH
Lam.
tetapi tongkat Musa yang lurus itu
kenapa kini mempunyai bayangan bengkok?

“Santriku, kayfa yastaqimuddhillu wal ‘audu


a’waj32?” ingatmu.

“Kiai, kami telah berusaha, kami sekolah dan


belajar
kebetulan kami mengaji sampai ke Amerika. Tak
hanya Cina!”
Jawabku.

“Kiai, bukankah semua telah terangkum dalam


maqasidus syariah33?
kami bisa saja minum bir di saat suhu memuncak
di Rusia
atau mungkin boleh saja imam salat itu wanita
disebab lelaki dan perempuan, di mata dunia
adalah sama
apalagi di hadapan Tuhannya.” Kukata.

32
Ungkapan al-Gazali dalam kitab Kimiyaus Sa’adah, yang berarti: “Bagaimana
bayangan akan lurus jika tongkatnya bengkok?”
33
Sebuah teori yang cetuskan al-Qurtubi, wallahu’alam.

TAHLIL FADHILAH 35
lalu engkau menamparku
dengan badai dan gelombang yang lebih besar
sehempas tsunami tapi selembut belaian Nabi
sembari berujar:
“apakah amar makruf dengan cara munkar
tidak!
Amar makruf mesti dengan cara makruf.
Makruf adalah bijaksana
Arif
Arif ilallah!

mengapa seolah tiada cara


bagaimana percaya pada yang tak tampak
logikamu mengapa kaudewa
dan hutanku mengapa tak lagi menumbuhkan
bunga
di kuntum atsar34 yang kuserat di fatwa-fatwa

mim.
kini sebagian kami akui
mulai melantunkan lagu usang muktazilah
meragukan sesuatu yang telah lama terjawab
seumpama memindah kastil Balqis tapi tidak ke
istana Sulaiman
terpesona pada wajah baru seolah menjanji
34
Jejak peninggalan alim ulama.

36 BADRUS SHALEH
kenikmatan.
benar. dalam hati kami yakin tetapi logika kami
pura-pura meragukan
kami menauhidkan namun bertopeng dengan
memadu yang lain
juga tentang sanggul hidup yang kami pikul
butuh beberapa upah untuk mengobati lelah
dan kami tahu
inilah awal petaka yang mengeraskan batu
di otakku
jiwa-ragaku

dzalikal kitabu la raiba fih35


kitab yang diturunkan ke dalam getar suci
keyakinan
ke hati yang lautan
yang andai turun ke daratan otak
pada sehuruf ayat saja gunung kan ledak

mengucurlah remas hujan dari keringat


Muhammad
dari geletar rahim lubuk Hira lewat lubang pori
kulitnya
tetapi mengapa melumuri samuderanya
dengan ludah logika?

35
QS. Baqarah, termasuk bacaan dalam tahlilan

TAHLIL FADHILAH 37
hudan lil muttaqin36
dulu engkau bertakwil:
Hidayah bukan suatu petunjuk bagi cendikiawan
Apalagi pemuja pikiran
tetapi hidayah bagi para penakut
namun bukan cecurut.
hidayah rupa-rupanya bagi yang gusar
yang gemetar
yang terkapar
di hadapan yang disembah sebingar sadar.
dada para hamba yang takluk
tertubruk khusyuk.

alladzina yu’minuna bilghaib37


petunjuk Tuhan hanya diberikan
bagi orang-orang yang takut Yang Maha Gaib
tak ternalar oleh pikir sekadar

“Santriku, jika saja sumber agama akal dan logika


pandangan empiris semata
tentu tidak akan banyak diikuti manusia.
sumbernya pasti lebih mendalam
yaitu petunjuk Ilahi
mengamalkan agama dengan keinsyafan
36
ibid
37
ibid

38 BADRUS SHALEH
penghayatan mendalam
tidak bertumpu semata
pada legalistik formalnya38”

Wayuqimunas shalata
wa mimma
razaqnahum yunfiqun
Ulaika ‘ala hudan min rabbihim
waulaika humul muflihun39
“Santriku, arah kebenaran
hanya bagi yang menggakkan tongkat ilahiah
tongkat Musa yang tertancap di bukit Tursina
menyagak di atas pemasrahan iman
seumpama budak yang dijual di tengah pasar
kehidupan
tetap merasa budak di hadapan Tuan
dan mengikuti yang telah putus di jejak sejarah
Rasulullah
merekalah orang-orang menang pantas disebut
tokoh sejarah.”

38
Disarikan dari tulisan Prof. Abdul Hadi WM, Ph.D di jejaring maya.
39
QS. Baqarah, termasuk bacaan dalam tahlilan

TAHLIL FADHILAH 39
6.

bacaan tahlilan terus kueja


seiring bisikmu yang terus menerpa
batu-batuku merana, dalam eja Ayat Kursi40
dalam memurattal41kan penutut surat al-Baqarah
kemudian kuperas-peras diri dengan shalawat
mengundang kabut menguar kembali di relungku
angin bersemilir dari qunutmu
membenam sejuk di dahan kalbu
di reranting lembut rasa yang semula baru
keras kepala dan bebas memahami apa saja
diri yang liberal kini kembali kepada yang asal
kini adalah angin
kini adalah embun
menetes dan terisak
dalam bisikanmu mengombak

lalu sepi
sesepi Adam Hawa di hadapan Ilahi
mohon ampun namun dilemparkan ke bumi.

40
QS. Baqarah, termasuk bacaan dalam tahlilan
41
Membaca al-Qur’an dengan tartil

40 BADRUS SHALEH
7.

detik ini dariku engkau pergi


sewujud nur karamah waliyullah yang pergi

engkau yang detik lalu datang bukan berupa jasad


cahaya-cahaya karamah seketika berbentuk zat
kini pergi dan entah kapan kembali lagi

“Santriku, bukankah kau tahu


tak kutanam kerikil-kerikil Ababil ke hatimu,
jumrah telah kulontarkan ke sumur jahiliah
juga berhala telah dihancurkan kapak Ibrahim.
lupakan batu dan bertahlillah….”

Lailaha illallah
Lailaha illallah
Lailaha illallah
Muhammadurrasulullah

2014

TAHLIL FADHILAH 41
Biodata Penulis

Raedu Basha (nama asli Badrus Shaleh).

Konon menggunakan nama Edu Badrus Shaleh.

Lahir di Sumenep, Jawa Timur, 3 Juni 1988. Adalah


mahasiswa Pascasarjana Ilmu Antropologi Budaya,
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada
(UGM) Yogyakarta. Alumni beberapa pesantren,
antara lain Ponpes Annuqayah Guluk-guluk Sumenep
Madura. Buku-bukunya: Biarkan Aku Meminangmu
dengan Puisi (Puisi, 2006), The Melting Snow (novel:
Diva Press, 2014), Matapangara (puisi: Ganding, 2014).

Karya tulisnya berupa puisi, cerpen, esai pernah


dimuat puluhan buku bersama dan media massa,
seperti Pikiran Rakyat, Bende, Republika, Horison,
Sabili, Kuntum, Surabaya Post, Kompas.com
dan Kompas, puitika.net, Jurnal Aksara, Koran
Madura, Radar Madura, Kabar Madura, Jurnal
Media Pendidikan, Harian Cakrawala Makassar,
Koran Merapi, dll.

42 BADRUS SHALEH
Baru saja menerima hadiah “Anugerah Seni dan
Sastra 2014” dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB)
Universitas Gadjah Mada, sebagai juara lomba
penulisan puisi. Pemenang Sayembara Penulisan
Puisi Tingkat Nasional, Pusat Bahasa, Depdiknas
RI (2006), juara lomba cipta puisi, Taman Budaya
Jawa Timur, Disparbud Pemprov Jawa Timur (2006),
juara baca puisi se-Jatim Festival Semarak Tiga
Bahasa, PP Al-Amien Prenduan (2007), juara Cipta
Puisi Teater Kedok SMAN 6 Surabaya (2007), , juara
1 cipta puisi Plataran Sastra Kaliwungu, Kendal Jawa
Tengah (2014), juara cerpen mahasiswa nasional
LPM INSTIKA Madura (2012), nomine cerpen
group Taman Sastra (2010), nomine cerpen cerpen
mahasiswa nasional LPM STAIN Purwokerto (2012
dan 2013), nomine cerpen majalah Kuntum (2013),
dll. Juga Penghargaan Puisi Piala Wali Kota Surabaya
(2007) dan Agrinex Indonesia lomba Cipta dan Baca
Puisi Nasional yang diadakan oleh Institut Pertanian
Bogor di Jakarta Convention Center (2007).

TAHLIL FADHILAH 43
Dupa Tak Wangi di
Kereta Kencana
Didik Siswa ntono
Dupa Tak Wangi di Kereta Kencana
Oleh : Didik Siswantono

Pupuh Perjalanan 1
Sedap dilihat, karena mereka rapi
Kereta pun tak ada yang hilang
Beriringan rapat
Beribu-ribu kereta melaju cepat
Mengangkut harta sang putri
Emas, permata, perak, busana bagus
dan sebagainya.

Kereta Kencana Century 2


Ada kisah berhembus dari sebuah kereta kencana
seperti angin menyelinap dalam tungku
sabar menunggu lelahnya para penjaga
kelak angin menanak tungku menjadi api
membakar seisi istana, tanpa tersisa
Orang-orang yang sibuk dan bergegas
1
Diambil dari Kitab Kakawin Sumanasantaka karya Mpu Monaguna, yang disusun
selama 20 tahun bersumber dari tulisan di daun lontar oleh Peter Worsley, Yayasan
Pustaka Obor Indonesia (2014 : 385). Pupuh adalah bentuk puisi tradisional Jawa yang
memiliki jumlah suku kata dan rima tertentu di setiap barisnya.
2
Kisah ini berada dalam bingkai puisi esai, yang dalam logika saya berarti sebuah ga-
gasan esai yang dimasuki oleh puisi atau sebuah puisi yang dirasuki roh-roh esai sos-
ial. Meskipun puisi adalah sebuah fiksi namun seluruh elemen kejadian adalah akurat
berdasarkan sumber-sumber yang dikumpulkan dalam tulisan ini. Saya menggunak-
an sumber-sumber tertulis dari buku-buku dan arsip catatan dengan mencantumkan
halamannya, menghindari sumber dari dunia maya, karena alasan keakuratan dan
ketepatan. Setting kisah puisi esai ini adalah kerajaan Jawa zaman Majapahit, dengan
tujuan semata agar bangunan cerita bisa dinikmati secara estetika sebagaimana puisi,
tanpa meninggalkan roh-roh peristiwanya.

DUPA TAK WANGI DI K ER ETA K EN C A N A 47


seisi istana diam-diam bertukar cerita
berbisik rahasia di malam menjelang hujan
tentang dupa tak wangi sebuah kereta kencana
yang kunci dan catatannya kusimpan rapi

Muasal kereta paling kencana bernama Century


sebait kisah tak sedap dalam sejarah kerajaan
dupa tak wanginya diterbangkan angin
menuju penjuru di mana sang bayu melaju
menimbulkan bisik lirih dari bilik-bilik rumah.

Budi, Sais3 Kereta Kencana


Namaku Budi saja, kepanjangannya –maaf-- rahasia,
karena banyak mata-mata memandang curiga
siap meringkusku ke pakunjaran4 jelek di istana
andai kukeluarkan kunci rahasia yang kusimpan
lama

Aku lahir sebagai anak desa sederhana


dipercaya menjadi sais kereta paling kencana
berkat sepasang mataku yang berkilau tajam
sanggup membedakan seuntai benang putih
dengan seuntai hitam benang dalam kegelapan

3
Sais adalah pengemudi yang menjalankan kereta kuda. Arif Santosa, Kamus Umum
Bahasa Indonesia, Jakarta: Mahkota Kita (2012 : 570).
4
Jawa, artinya penjara. Purwadi, Sejarah Raja-raja Jawa, Yogyakarta: Media Abadi,
2007.

48 D I D I K S I S WA N T O N O
Punggawa parentah kraton5 Bank Indonesia6
lebih suka memilih keretaku untuk segala keperluan
mulai perjalanan ke luar kota, pelesir, rapat-rapat,
diskusi muasal apa saja, sampai bercakap tak biasa
celotehan mereka selalu menusuki telinga

Menginjak bulan kala hujan menderas


pertengahan Nopember tahun 2008
aku tergopoh-gopoh berusaha lekas
menimang kertas disposisi kelas atas
mau masuk ruangan dengan cemas

Mataku yang bening bikin kepalaku pening


teringat kereta paling kencana bernama Century
yang aku tahu persis lekuk liku dan lakunya
telah terseok-seok dan limbung sejak tahun 20037
5
Diambil dari bahasa Jawa, artinya pegawai atau pembesar pemerintahan. Langit
Kresna Hariadi, Gajah Mada, Solo: Tiga Serangkai (2008 : 49).
6
Fungsi utama BI adalah mengatur, menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah,
juga sebagai agent of development dan banker’s bank. Widigdo Sukarman, Liberalisasi
Perbankan Indonesia, Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia (2014 : 108).
7
Berikut ini adalah kronologi kasus Century, diambil dari berbagai sumber:
- 1989: Robert Tantular mendirikan Bank Century Intervest Corporation
(Bank CIC).
- 1999: Bank CIC melakukan penawaran umum terbatas alias rights issue
pertama. Robert Tantular dinyatakan tidak lolos uji kelayakan dan kepatu-
tan oleh Bank Indonesia (BI) untuk mengajukan right issue ini.
- 2003: Bank CIC diketahui sedang mengalami masalah. Ditemukan banyak
surat berharga valuta asing mencapai nilai Rp 2 triliun. Valuta asing itu
tidak mempunyai peringkat, berjangka panjang, bunganya rendah serta ti-
dak mudah dijual. BI pun memberikan saran merger untuk mengatasinya.
- 2004: Bank CIC melakukan merger dengan Bank Danpac dan Bank Pikko,
sehingga terbentuklah Bank Century. Setelah terbentuk, BI menyarankan
Century untuk menjual valuta asing tersebut, namun pemegang saham
lebih memilih menjadikan valuta asing itu sebagai deposito di Bank Dres-
dner, Swiss. Ternyata deposito yang disimpan di Bank Dresdner itu sangat
sulit ditagih.

DUPA TAK WANGI DI K ER ETA K EN C A N A 49


- 2008: awal kehancuran Century. Sebab pada saat itu, beberapa nasabah
besar ingin menarik dana yang disimpannya. Di antara nasabah itu ialah
Budi Sampoerna, PT.Timah Tbk dan PT.Jamsostek. Bank Century pun
mengalami kesulitan likuiditas.
- 30 Oktober 2008 ditemukan sekitar 56 juta dolar Amerika surat berharga
valuta asing jatuh tempo dan gagal bayar di Century.
- 13 Nopember 2008: BI menggelar rapat konsultasi melalui telekonferensi
dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani, yang tengah mendampingi Pres-
iden dalam sidang G-20 di Washington, Amerika Serikat. Boediono selaku
Gubernur BI pun membenarkan bahwa Century tidak mampu menerima
permintaan dana dari nasabah sehingga terjadi rush (pengambilan dana
besar-besaran oleh nasabah).
- 14 Nopember 2008: Century mengajukan permohonan fasilitas pendanaan
darurat dengan alasan sulit mendapat dana pihak ketiga.
- 17 Nopember 2008: Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan perdagan-
gan saham Century.
- 20 Nopember 2008: Century ditetapkan sebagai bank gagal dan dikirim
surat kepada Menkeu tentang Penetapan Status Bank Gagal pada Century
dan menyatakan perlunya penanganan lebih lanjut. Sri Mulyani selaku
Ketua Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK) langsung menggelar
rapat untuk membahas nasib Century. Dan diketahui rasio kecukupan
modal atau CAR Century minus hingga 3,52 persen (per 31-10-2008). Dipu-
tuskan, menambah kebutuhan modal untuk menaikkan CAR menjadi 8
persen sebesar Rp. 632 miliar. Rapat tersebut juga membahas apakah akan
timbul dampak sistemik jika Century dilikuidasi dan menyerahkan Cen-
tury kepada lembaga penjamin.
- 21 Nopember 2008: Gubernur BI Boediono mengumumkan pengambilali-
han Century oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) di Jakarta. Kemudi-
an Group Head Jakarta Network PT.Bank Mandiri, Maryono diangkat men-
jadi Direktur Utama Century menggantikan Hermanus Hasan Muslim.
- 23 Nopember 2008: LPS langsung mengucurkan dana Rp 2,77 triliun ke-
pada Century. BI menilai untuk mencapai CAR 8 persen dibutuhkan dana
sebesar Rp 2,65 triliun. Dalam peraturan lembaga penjamin, dikatakan
bahwa lembaga dapat menambah modal sehingga CAR bisa mencapai 10
persen yaitu Rp 2,77 triliun.
- 25 Nopember 2008: Robert Tantular, satu dari 3 pemegang saham Century
ditahan Bareskrim Mabes Polri.
- 27 Nopember 2008: suntikan likuiditas sekaligus injeksi modal yang di-
lakukan LPS, menaikkan rasio kecukupan modal Century dari minus 2,3
persen (per 21-11-2008) menjadi 8 persen.
- 5 Desember 2008: LPS mengucurkan dana lagi sebesar Rp 2,201 triliun.
Dana tersebut dikucurkan dengan alasan untuk memenuhi ketentuan
tingkat kesehatan bank.
- Dari bulan Nopember hingga Desember 2008: Dana pihak ketiga yang
ditarik nasabah dari Century sebesar Rp 5,67 triliun.
- 31 Desember 2008: Century mencatat kerugian Rp 7,8 triliun pada 2008.
Asetnya tergerus menjadi Rp 5,58 triliun dari semula Rp 14,26 triliun pada
2007.

50 D I D I K S I S WA N T O N O
- 3 Februari 2009: LPS mengucurkan lagi Rp 1,55 triliun untuk menutupi
kebutuhan CAR berdasarkan hasil assesment BI atas perhitungan Direksi
Century.
- 3 Juli 2009: DPR mulai menggugat karena biaya penyelamatan Century
terlalu besar.
- Juli 2009: KPK melayangkan surat kepada Badan Pemeriksa Keuangan
untuk melakukan audit terhadap Century.
- 21 Juli 2009: LPS mengucurkan lagi Rp 630 miliar untuk menutupi kebu-
tuhan CAR Century. Sehingga total dana yang dikucurkan mencapai Rp
6,76 triliun.
- 27 Agustus 2009: DPR memanggil Menkeu, BI dan LPS untuk menjelaskan
membengkaknya suntikan modal hingga Rp 6,76 triliun. Padahal menurut
DPR, awalnya pemerintah hanya meminta persetujuan Rp 1,3 triliun untuk
Century. Dalam rapat tersebut Sri Mulyani kembali menegaskan bahwa
jika Century ditutup akan berdampak sistemik pada perbankan Indonesia.
- 2 Oktober 2009: Nama Bank Century diganti menjadi Bank Mutiara.
- 1 Desember 2009: Rapat Paripurna DPR menyetujui penggunaan Hak An-
gket Kasus Century.
- 4 Desember 2009: Pansus Hak Angket Century disahkan pada Rapat Pari-
purna DPR.
- Januari-Februari 2010: Pansus Hak Angket meminta keterangan dari se-
jumlah pejabat yang diduga mengetahui kebijakan bail out (pemberian
dana talangan) kepada Century.
- 3 Maret 2010: melalui voting terbuka, Sidang Paripurna DPR memutuskan,
pemberian dana talangan kepada Century dan penyalurannya diduga ada
penyimpangan sehingga diserahkan ke proses hukum.
- 15 Maret 2010: Presiden RI menerima rekomendasi Pansus Hak Angket
Century.
- 22 Maret 2010: Presiden RI menugaskan Kepala Polri dan Jaksa Agung men-
gusut kasus Century.
- 6 April 2011: DPR memutuskan audit forensik untuk mengetahui aliran
dana talangan Rp. 6,76 triliun yang diterima Century.
- 6 Juli 2011: Timwas DPR menyebutkan ada dugaan persekongkolan atau
rekayasa di jajaran pejabat BI untuk memuluskan pemberian dana talan-
gan kepada Century.
- 3 Oktober 2011: Dewan Gubernur BI meminta keterangan dari Deputi
Gubernur BI Budi Mulya perihal dana dari Robert Tantular. Budi Mulya
membenarkan telah meminjam dana sebesar Rp 1 milyar dari Robert secara
pribadi.
- 15 Nopember 2013: KPK menahan mantan Deputi BI Budi Mulya setelah
diperiksa sebagai tersangka dugaan korupsi pemberian Fasilitas Pembi-
ayaan Jangka Pendek (FPJP) dan penetapan Century sebagai bank gagal
berdampak sistemis.
- 19 Desember 2013: Rapat Paripurna DPR memutuskan memperpanjang
masa kerja Timwas DPR untuk penuntasan Century.
- 20 Nopember 2014: Century yang sudah berganti nama menjadi Mutiara
dibeli perusahaan asal Jepang, J Trust Limited senilai Rp 4,41 triliun atau
3,5 kali dari Price Book Value (PBV).

DUPA TAK WANGI DI K ER ETA K EN C A N A 51


dan beberapa kali melanggar Kitab Kutaramanawa8
perihal Giro Wajib Minimum (GWM9) rupiah

Adipati dan pembesar Bank Indonesia sukanya


memberi titah dan wejangan tanpa batas
dan menyudutkan kereta paling kencana
tanpa ada sanksi dan putusan yang jelas.10

Bukankah pujangga-pujangga kerajaan pernah


menasehati:
bila kereta sudah limbung sebaiknya dimusnahkan
saja?
Pangeran seharusnya membawa Century
yang sudah oleng dan reot oleh beban GWM
untuk dimusnahkan sekalian
untuk didorong ke jurang sekalian
untuk ditumpas habis sekalian
selesai sudah semua urusan!
Kenapa Pangeran tidak melaksanakan wejangan itu?
Setahuku pujanggalah guru paling bijaksana
kelak bila petuahnya tidak dipatuhi
niscaya bencana demi bencana akan tercipta
8
Artinya kitab undang-undang kerajaan Majapahit. Langit Kresna Hariadi, Gajah
Mada, Solo: Tiga Serangkai (2008 : 31).
9
Giro Wajib Minimum adalah dana minimum yang wajib dipelihara oleh sebuah
bank dalam bentuk saldo rekening giro pada Bank Indonesia. Taswan, Manajemen
Perbankan, Yogyakarta: UPP STIM YKPN (2010 : 254).
10
BPK RI. Audit Khusus Bank Century, 2009.

52 D I D I K S I S WA N T O N O
Sebagai saisnya, aku rela kok keretaku musnah
dari muka bumi kerajaan Indonesia
daripada alasan yang berbelok dari logika:
“Mencegah kegagalan sistemik keuangan
yang lebih besar, maka harus ada langkah bailout 11
untuk Century dengan sesegera mungkin.”

Kuserahkan kertas disposisi dengan tangan gemetar


kuusap peluh yang membanjiri dahi
teringat sebuah fragmen kelu seperti ini:
“Tiap hari rakyat mandi keringat memunguti rupiah
dikumpulkan sen demi sen dalam sebuah kaleng tua
mereka sisihkan uang untuk membayar pajak
demi sebuah taat kepada kerajaan beserta isinya.”
Apakah aku tega mengkhianati mereka?
Demi memoles kereta paling kencana
yang sudah reot dan baunya tak wangi lagi?
“Tuhan, berilah kekuatan kepada hambamu
karena aku sungguh-sungguh tak tega
apalah dayaku cuma seorang sais kereta?”
Kuingat hari itu ialah 14 Nopember 200812
harinya Jumat, pasarannya Kliwon
pukul delapan malam lebih sepuluh menit
11
Bailout adalah bantuan keuangan kepada bank yang mengalami kerugian karena
kredit macet dan penarikan dana dalam jumlah besar secara tiba-tiba oleh nasabah.
M. Afdi Nizar, Kamus Lengkap Ekonomi, Jakarta: Gagas Promosindo (2014 : 124).
12
Muhamad Misbakhun, Melawan Takluk: Perlawanan dari Penjara Century, Jakarta:
Evolitera, 2012.

DUPA TAK WANGI DI K ER ETA K EN C A N A 53


sepanjang kesatriyan13 sampai pasewakan agung14
aku heran sambil diam-diam meringkas tanya:

“Ada apa akhir pekan seperti ini para punggawa


pasukan Bank Indonesia sibuk dan ramai
berkejar-kejaran berselimut ketegangan?”
Akhirnya aku sampai ke dalam pasewakan agung
kuserahkan kertas keramat kepada Pangeran
yang duduk diam di kursi singgasana
tanganku belum bisa diam karena bergetaran
Di ruangan, Pangeran duduk berwajah tenang
diapit tiga orang adipati berlambang huruf B dan I
salah satunya mengambil kertas itu dari tanganku
membaca sejenak dan menyerahkannya ke Pangeran

Pangeran memandang kami berempat bergiliran


lantas membaca kertas agak lama juga
lantas menimbang-nimbang agak lama juga
(tampaknya ia lagi berpikir keras sekali)

Hening mengombak beberapa saat


Lantas Pangeran memberikan sebuah titah15 :
“Melihat kondisi yang begitu runyam,
13
awa, artinya kantor. Agus S. Soerono, Jayaning Majapahit, Jakarta: Gramedia (2014
: 44)
14
Jawa, artinya ruang pertemuan atau ruang rapat. Langit Kresna Hariadi, Gajah
Mada, Solo: Tiga Serangkai (2008 : 45).
15
Bambang Soesatyo, Skandal Bank Century, Jakarta: Penerbit Ufuk (2013 : xv).

54 D I D I K S I S WA N T O N O
dan bisa berdampak pada sistem keuangan,
maka cairkan dana itu kepada kereta kencana
sebesar 502 miliar rupiah malam ini!”

Aku terhenyak oleh kepeningan yang mendadak


tanpa bisa dicegah aku bertanya terbata-bata:

“Maaf Sinuhun16 apakah harus malam ini.


Legalitas pencairannya kan belum diteken?”

Daaag !
Meja dipukul.
Aku kaget dan mundur.
Kaki gemetar dan kepala bergetar.

Seorang adipati berkaca mata


memukul meja dengan marah
mukanya menyala dan matanya merah
penuh emosi, ia menghardikku:
“Sais Budi, kau tak punya keputusan disini
jangan ikut campur lagi dalam hal ini.
Kau tak tahu apa-apa dalam urusan penting ini.
Sudah keluar tak usah ikut campur lagi!”

Jawa, artinya panggilan kepada orang yang dihormati secara sopan dan halus.
16

Purwadi, Sejarah Raja-raja Jawa, Yogyakarta: Media Abadi, 2007.

DUPA TAK WANGI DI K ER ETA K EN C A N A 55


Aku pun keluar ruangan dengan lunglai
setelah bersalaman dengan Pangeran
dan dengan dua adipati lainnya
tapi tidak adipati berkaca mata

Esoknya burung pipit mencicit merdu


kudengar cicit cuwit kolega-kolegaku
perihal episode kelam tadi malam itu

Ternyata penekenan akta notaris17


untuk legalitas pencairan dana
dilakukan enam jam sesudahnya
saat embun berjatuhan pukul 2 dini hari
pada tanggal 15 Nopember 200818
lewat sebuah surat kuasa19 dari Pangeran
kepada tiga adipati berlambang B dan I

Tiga hari kemudian, tega-teganya dicairkan lagi


pundi-pundi keringat rakyat: 187 miliar rupiah
untuk memoles Century agar lebih seksi lagi

Sehingga kereta yang sudah tak wangi itu


menerima dana welas asih20 tahap pertama
17
Akta notaris adalah surat pengakuan yang disahkan oleh notaris. Arif Santosa, Ka-
mus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Mahkota Kita (2012 : 17).
18
Bambang Soesatyo, Skandal Bank Century, Jakarta: Penerbit Ufuk (2013 : xv).
19
Surat Kuasa Dewan Gubernur BI Nomor: 10/68/Sr.Ka/GBI tanggal 14 Nopember
2008.
20
Diambil dari bahasa Jawa yang artinya belas kasihan. Arif Santosa, Kamus Umum
Bahasa Indonesia, Jakarta: Mahkota Kita (2012 : 763).

56 D I D I K S I S WA N T O N O
senilai 689 miliar rupiah, lantas lagi dan lagi
sampai total bailout mencapai 6,76 triliun rupiah21

Gilaaaaaa....
sempat kutuliskan di sebuah daun lontar
sejuta alunan tanya yang bergetar di dada
semoga kelak akan diingat anak cucu kita:

“Ke mana pundi-pundi itu mengalir?”

Seminggu kemudian, hujan kepagian merintik


mencubiti jalan menuju padepokan kereta
aku dipanggil menghadap kepala sais kerajaan
seorang eyang berjanggut panjang

“Ketahuilah wahai Ananda Budi


Serat Kekancingan22 yang kuserahkan ini
penting bagi lelaku Nak Budi mendatang
diterima saja dengan dada lapang,”
ujar eyang kepala sais kerajaan
dengan hati basah dan mata berlinang

Aku buka amplop coklat dengan hati-hati


membacanya dengan sepenuh hati
Serat Kekancingan
21
Bambang Soesatyo, Indonesia Gawat Darurat, Jakarta: RM Books (2014 : 149)
22
Jawa, artinya Surat Keputusan dari pembesar istana. Agus S. Soerono, Jayaning Ma-
japahit, Jakarta: Gramedia (2014 : 26).

DUPA TAK WANGI DI K ER ETA K EN C A N A 57


Kepada Saudara Budi
Jabatan Sais Kereta Kencana Century
Sejak berlakunya tanggal Serat ini
Menimbang perihal kelakuan
Saudara dimutasikan posisi
dari sais kereta paling kencana
menjadi pekatik23 di Keputren24
dengan tunjangan jabatan turun
sebesar sepuluh persen

Tertanda,
Adipati Budi

Mengetahui,
Pangeran Budi

Argumen Pangeran Budi

Aku adalah seorang Pangeran di istana


kata Raja aku orang pendiam dan bersahaja
murid paling sakti dari guru Gajah Mada
memiliki kelebihan di kalkulasi angka
Tugas negara kuhela dengan makna
kuhadapi angka dengan sepenuh mata
23
Jawa, artinya orang yang pekerjaannya mengurusi kandang kuda. Langit Kresna
Hariadi, Gajah Mada, Solo: Tiga Serangkai (2008 : 58).
24
Jawa, artinya tempat tinggal putri-putri kerajaan. Purwadi, Babad Tanah Jawa, Yog-
yakarta: Panji Pustaka, 2010.

58 D I D I K S I S WA N T O N O
hitungan sejuta tak meleset meski sedepa
wajar bila aku menjadi panutan mereka

Sering bepergian untuk mengemban tugas


kulakukan dengan kaki yang bergegas
jarak jauh kulahap dengan enaknya
antara Yogyakarta dan Jakarta

Tibalah pada waktunya


saat di istana ada sebuah kereta kencana
yang masalahnya bikin sakit kepala
tak bisa tidur aku dibuatnya

Entah mengapa aku sering bertapa


di joglo seberang istana
mencari penyelesaian paling mengena
agar tidak ada yang kena
Perihal kereta yang bikin sakit kepala
keyakinanku tetaplah sama
titahku adalah keputusan terbaik
dalam situasi serba pelik

Seperti siang mendung ini


anginnya bikin masuk angin
berada dalam gedung kura-kura
kujawab sejumlah tanya dengan menjura

DUPA TAK WANGI DI K ER ETA K EN C A N A 59


Suara kupelankan
debar hati kukencangkan
kujelaskan kepada ratusan orang
agar mereka mendengarkan: 25

“Saat itu krisis sangat berbahaya


dan guncangan sangatlah kuat
keputusan bailout adalah keputusan
terbaik yang bisa diambil saat ini

Dalam situasi krisis, bank sekecil apapun


bisa berdampak sistemik, seperti tahun 1997
di mana pemerintah harus menutup 16 bank
yang pasarnya 2,3 persen dari total aset perbankan

Hal itu menyebabkan dampak psikologis


bagi seluruh pasar keuangan
dan menjalar kepada bank lain
yang menimbulkan kekacauan

Masalah Century harus dibantu


dan tidak boleh ada bank gagal saat ini
karena akan memperburuk perbankan
dan perekonomian kita

25
Cuplikan lengkap dari buku Monang Sinaga, Tim 9 Membongkar Skandal Century,
Jakarta: Q Communication (2014 : 27, 103, 110, 112).

60 D I D I K S I S WA N T O N O
Singkat kata, bailout dalam situasi saat ini
adalah keputusan yang terbaik.
Saya siap bertanggung jawab
di dunia dan di akhirat.”

Argumen Adipati Budi

Aku adalah seorang adipati di istana


kata Raja aku orangnya biasa-biasa saja
punya kelebihan di senyuman saja
dengan jabatan yang nanggung-nanggung saja

Muasalnya aku bukanlah paduka


bukan pula seorang pangeran
bukan juga seorang punggawa
wajar bila aku biasa-biasa saja

Kelebihanku adalah ketegasan


berbungkuskan omongan lisan
kadang suka menelan orang
dengan gebrakan tangan

Dengan kaca mata hitam


kujawab semua cibiran orang
perihal kereta kencana kesayangan

DUPA TAK WANGI DI K ER ETA K EN C A N A 61


beginilah argumenku, jangan heran:26
“Sebuah peraturan diubah
tidak hanya untuk Century saja
terkait BI merubah syarat aturan
perbankan untuk mendapatkan
Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek.”

Lantas kebutuhan bikin kepala pusing


dikipasi angin jahat entah dari mana
kukenakan kacamata menutupi alpa
tentang kebutuhan yang makin gila

Kukira aman ternyata malah runyam


perihal pinjaman uang satu milyar
yang kudapat dari Robert Tantular
bikin aku terbelit malapetaka.

Budi, Mencari Jalan Sendiri


Namaku Budi saja, kepanjangannya – maaf --
rahasia,
karena banyak mata-mata memandang curiga

Dulu aku sais kereta paling kencana


sekarang aku hanya seorang perawat kuda
26
Cuplikan lengkap dari buku Monang Sinaga, Tim 9 Membongkar Skandal Century,
Jakarta: Q Communication (2014 : 113).

62 D I D I K S I S WA N T O N O
di belakang keputren selatan istana
dengan gubuk kecil yang tampak menderita

Jangan salah duga dan salah kira


hidupku bahagia jauh dari sengsara
tiap hari memandangi betis-betis wanita
lalu naik kuda betina keliling istana

Bila malam memeluk sepi


gardu jaga telah berbunyi satu kali
aku tenggelam dalam daun lontar
membaca dan memekik kurang ajar

Perihal kereta kencanaku dulu


yang selalu mengganggu kalbu
mengulik hati yang telah disakiti
mencari bukti demi keadilan insani

Lilin-lilin kecil menerangiku tiap hari


dari malam sampai menjelang pagi
membuka buku membaca daun lontar
mempelajari dengan dada bergetar-getar

Kadang aku menyelinap pergi


mengejar bukti dalam gelapnya hari

DUPA TAK WANGI DI K ER ETA K EN C A N A 63


berbisik-bisik sembari menelisik
mencuri dengar di sekitar Sentanaraja27

Hasil penyelidikanku enam bulan


kutulis pelan-pelan di daun lontar
karena sebuah kebenaran
akan mencari jalannya sendiri

Beginilah tulisanku di daun lontar:28

Aku selidiki dari hari ke hari


melelahkan sekali
rasanya mau mati
Sampailah aku pada satu kata
setelah hampir putus asa
dikejar sejuta duka nestapa

Kata itu adalah sebuah tanya


kemanakah aliran pundi-pundi itu?
Dan jawabnya dimulai dari paling dasar
yaitu siapa saja nasabah kakap Century?

Nasabah kakap itu berkepentingan sekali,


karena bila Century resmi ditutup
(tanpa dilakukan bailout yang heboh itu)
27
Jawa, artinya kompleks perumahan pejabat istana. Langit Kresna Hariadi, Gajah
Mada, Solo: Tiga Serangkai (2008 : 19).
28
Dikumpulkan dari berbagai sumber terpercaya, diantaranya BPK dan buku Bam-
bang Soesatyo, Skandal Bank Century, Jakarta: Penerbit Ufuk (2013 : 6).

64 D I D I K S I S WA N T O N O
maka mereka mendapat pengembalian
maksimal dua milyar rupiah saja
sesuai ketentuan penjaminan oleh LPS29
Kereta kencana Century yang mungil,
ternyata disesaki nasabah yang tidak kecil:

Yayasan Kesejahteraan Karyawan Bank Indonesia,


Jamsostek 225 milyar rupiah per Nopember 2008,
Telkom 110 milyar rupiah per Nopember 2008,
Asabri 18,5 milyar rupiah per Nopember 2008,
Wika 16,3 milyar rupiah per Nopember 2008,

Medley Capital asal New York,


Hillside Apex Fund Limited asal London
Kedua perusahaan asing ini dipercaya
mengelola dana pensiun tentara Amerika Serikat

Departemen Pertanian Amerika Serikat


dengan kode sandi program GSM-102
sebesar 953,9 juta US Dollar.

Lantas kulipat daun lontar


29
LPS adalah Lembaga Penjamin Simpanan, dibentuk berdasarkan UU No.24 Tahun
2004 tanggal 22-09-2004 berfungsi menjamin simpanan nasabah bank dan turut aktif
dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya. LPS
menjamin simpanan nasabah bank sampai dengan Rp2 milyar per nasabah per bank.
Widigdo Sukarman, Liberalisasi Perbankan Indonesia Suatu Telaah Ekonomi Politik,
Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia (2014 : 271, 272).

DUPA TAK WANGI DI K ER ETA K EN C A N A 65


kuikat dengan tali-tali doa
semoga ada yang sudi membaca
dan silahkan tebak kelanjutannya

Aku pun mencari jalan pulang sendiri


berlari-lari untuk menghindari
duri-duri di sepanjang kisah ini
hanya Tuhan yang bisa mengakhiri !

Jakarta, Juli – Desember 2014

Biodata Penulis

Didik Siswantono lahir di Surabaya dan tinggal


di Tangerang Selatan. Ia pekerja sebuah bank di
Jakarta. Karya-karyanya telah dimuat di media
cetak nasional dan lokal. Aktif mengelola Kampung
Nurani Sastra (Kanusa) di Jakarta. Buku antologi
puisinya berjudul Sejuta Alunan Cinta dan Sajak
Sayap Pelangi. Sedang merampungkan buku puisi
terbarunya berjudul Pelajaran Berlari.

66 D I D I K S I S WA N T O N O
Hanya Seorang
Munirkah?
Hidayat Banjar
Hanya Seorang Munirkah?
Puisi Esai: Hidayat Banjar

I
Aku bukan menir1, bukan pula kecoa
Munir Said Thalib aku punya nama
Lahir di Malang, 8 Desember enamlima
Saat magma pergolakan belumlah sirna
Negeri beraroma rasa saling curiga
Yang tak bersih lingkungan bisa binasa

Ayahku pria bersahaja, Said Thalib namanya


Ibuku Jamilah, perempuan sederhana juga
Aku lahir seperti anak-anak Indonesia lainnya
Keenam dari tujuh bersaudara
Ya, aku bukanlah menir, apalagi kecoa
Yang hadir hanya untuk binasa

Sabahat dan kerabat memanggilku Munir


Tapi orang-orang tertentu menganggapku menir
dan harus dihabisi demi si Tuan pandir

Orang-orang tertentu menganggapku lendir


yang harus dibuang agar mereka tak tergelincir
dalam perjalanan udara ke negeri kincir
1
Beras yang pecah kecil-kecil.

HANYA SEORA N G MUN I R K A H ? 69


Cukupkah hanya seorang Munir
yang kalian hilangkan seperti menir
yang kalian binasakan secara getir?
Cukupkah hanya seorang Pollycarpus
yang mencari alibi setengah mampus
agar para konspirator tak tergerus?

Kasus kematianku bukanlah benang kusut


Rangkaian peristiwanya jelas dan dapat diusut
Bukalah buku Risalah Kematian Munir2
Baca dan teliti siapa-siapa yang memelintir
Buka dan baca pula kesimpulan Tim Pencari Fakta
Proses pembunuhanku konspirasi nyata

II
Hari itu enam September Dua Ribu Empat
Dalam usia tiga puluh sembilan aku disikat
Saat meninggalkan Jakarta menuju Amsterdam
Untuk belajar dan mengeja makna HAM
Aku tinggalkan Suciwati istri tercinta
Untuk perjuangan yang belum kutahu ujungnya

Pada dua September Dua Ribu Empat, dua hari


sebelumnya
2
Diterbitkan oleh Komite Aksi Solidaritas untuk Munir (KASUM), Kakarta Pusat,
September 2007.

70 H I D AYA T B A N J A R
Pollycarpus Budihari Priyanto menelepon Suciwati
Pilot itu begitu peduli, aneh tapi nyata
Perasaan ini aku sampaikan juga pada istri
Suciwati pun mewanti-wanti agar aku lebih
waspada
Sakwasangka dan curiga aku hilangkan dari hati

Aku terbang dengan pesawat Garuda milik


Indonesia
Di hari itu Polly menelpon melalui hape dan
bertanya
Yang menjawab adalah Suciwati istriku tercinta
Stelah chek in, sang pilot menamuiku dan kembali
bertanya
“Duduk di nomor bangku berapa?”
Seat number 40 G ekonomi aku tunjukkan padanya

Polly menawarkan Kelas Bisnis 3 K, tanpa


prasangka, aku terima
Selama penerbangan GA 974 dia memberi
perhatian khusus pada makanan dan minuman
yang dihidangkan untukku
Welcome drink disiapkan Oedi Irianto sang
pramugara
Ke Party dekat bar premium, Polly mondar-mandir
terus memasukkan arsen ke dalam minuman
orange juice itu

HANYA SEORA N G MUN I R K A H ? 71


Yeti pramugari mengambil dua gelas wine dan
orange juice dalam nampan: dua gelas wine dan
dua gelas orange juice
Setelah dimasukkan arsen lalu diatur silang
Dengan komposisi dua gelas di depan dan dua gelas
di belakang
Lalu ditawarkan terlebih dahulu kepada Lie Khien
Ngian
Yeti dan Oedi tahu warga Belanda di sebelahku
akan mengambil wine

Aku tidak minum alkohol, ya... mereka tahu itu


Sebelum take off Yeti Susmiarti menyodorkannya
padaku
Orange juice kuambil dari nampan berwarna ungu
Setelah take off Yeti Sumiarti menawarkan
makanan
Dari rak makanan yang telah dipersiapkan
Orange juice dan mie goreng sampai habis
kumakan

Sedangkan Oedi Irianto selalu siap mengawasi


semua kegiatan dan penyajian yang dilakukan Yeti
Setelah kurang lebih dua jam penerbangan
Aku menemui pramugara bernama Bondan
karena muntaber dan minta dirawat

72 H I D AYA T B A N J A R
Dr Tarmizi melakukan pengobatan darurat
Melalui telepon Polly menghubungi beberapa
orang dan berbicara
Di antaranya Brahmine Hastawati, Oedi Irianto dan
Yeti Susmiarti
Tentang berita kematianku di dalam pesawat
Garuda
Dia hendak mengajak mereka menyamakan
persepsi
Apabila di dalam kasus ini dijadikan tersangka
Masalah ketidaklengkapan surat tugasnya ingin
ditutupi

Untuk usaha membenarkan alasan Polly ke


Singapura
Dia telah lebih berani bekerjasama dengan
Ramelgia
Yang membuat dua pucuk surat tak semestinya
Tanpa izin Chief of Pilot Carmel Sembiring, Polly
ada di pesawat
Keikutsertaannya diurus sekitar 5-6 jam sebelum
berangkat
Alibi dibuat agar para konspirator tak ikut terjerat

III
Aku tinggal dan bertumbuh di Kota Batu
Memulai pendidikan di SD Muhammadiyah Batu

HANYA SEORA N G MUN I R K A H ? 73


Melanjutkan ke SMPN 1 Batu dan SMAN 1 Batu
Semasa sekolah, aku bukanlah anak yang
berprestasi
Dalam pelajaran bahasa Inggris juga lemah sekali
Tapi aku punya kelebihan, pintar kalau berdiskusi

Di bangku SMP, aku di urutan bawah adanya


dengan peringkat 180 dari 200 siswa, hahaha
Soal bercinta dan merayu aku bukan ahlinya
Tak percaya, tanyalah Suciwati, istriku tercinta
Dialah spirit yang membuat aku merasa ada dan
berguna
Serta menghadirkan dua orang permata

Aku kuliah Fakultas Hukum Universitas Brawijaya


Setelah sarjana, bersama Deddy bekerja di LBH
Surabaya
Jadi Penasihat Hukum masyarakat pada Sembilan
Tiga
dalam kasus pembunuhan tiga petani Nipah,
Madura
Pada 1997, Penasihat Hukum Sri Bintang
Pamungkas, Ketua PUDI
dalam kasus pemecatannya sebagai dosen dan
subversi

74 H I D AYA T B A N J A R
Muchtar Pakpahan tersangka kasus subversi
Di 1997 juga, aku Penasihat Hukumnya
Pada 1996, Coen Husen Pontoh, Dita Indah Sari
dan Sholeh, juga subversi, aku Penasihat Hukumnya
1995, Penasihat Hukum mahasiswa dan petani
di Pasuruan, kasus kerusuhan PT Chief Samsung
adanya

1993, Penasihat Hukum bagi 22 pekerja PT Maspion


dalam kasus pemogokan di Jawa Timur, Sidoarjo
1994, Penasihat Hukum DR George Junus Aditjondro
yang dianggap pemerintah melakukan penghinaan
1997-1998, Penasehat Hukum kasus hilangnya
Dua puluh empat aktivis dan mahasiswa di Jakarta

Penasihat Hukum dalam kasus pembunuhan besar-


besaran
warga sipil di Tanjung Priok 1984, sejak Sembilan
Delapan
Tragedi Semanggi I dan II 1998-1999, penembakan
mahasiwa
Munir Said Thalib juga Penasihat Hukumnya
Pada 1999, di Timor Timur, aku merupakan Anggota
Komisi Penyelidikan Pelanggaran HAM adanya

HANYA SEORA N G MUN I R K A H ? 75


Penggagas Komisi Perdamaian dan Rekonsiliasi di
Maluku
Pada 16 April 1996, KontraS didirkan bersama
teman-temanku
Agar para aktivis dan pejuang kemanusiaan tak
dianggap benalu
Agar Tuan-tuan pandir punya hati dan rasa malu
Penasihat Hukum dan Koordinator Advokat HAM
kasus-kasus
di Aceh dan Papua bersama KontraS serta teman-
temanku

Seperti Chairil Anwar3 yang ingin hidup seribu


tahun lagi
Aku pun secara fisik, mati dalam usia muda
Tapi roh perjuangan HAM tak kan pernah mati
Jiwa orang-orang bebas dan merdeka akan terus
ada
Karena belenggu apa pun tak kan mampu
membatasi
Roh suci karunia Tuhan itu bebas adanya

IV
Apakah hanya aku seorang yang telah kalian
habisi?
Untuk menyalurkan syahwat kekuasaan, tentu
3
Chairil Anwar meninggal dunia di usia 27 tahun.

76 H I D AYA T B A N J A R
Kalianlah yang dapat menjawab pertanyaan ini
Karena aku hanya tinggal tulang diliputi debu4
Tidakkah kalian kasihan dengan ibu pertiwi
Yang sepanjang rezim tersedu di wilayah abu-abu

Sejatinya kasus pembunuhanku bukanlah benang


kusut
Rangkaian-rangkaian peristiwanya jelas dan dapat
diusut
Tinggal kemauan kuat untuk membuka dan
mengungkapnya
Harapan itu kembali telah disampaikan Chairul
Anam5
Sekretaris KASUM serta sejumlah mahasiswa dan
LSM
Pada peringatan 10 tahun terenggutnya aku punya
nyawa

Membuka kasusku dengan mengusik vonis


Pollycarpus Secara hukum, bukanlah jalan yang
tepat
Karena Peninjauan Kembali Pollycarpus
Pada 2 Oktober 2013 telah tuntas dan inkrah
Majelis hakim mengurangi hukumannya
Dari 20 menjadi 14 tahun penjara
4
Dari Puisi Chairil Anwar, Antara Kerawang dan Bekasi.
5
Kompas, Jumat, 5 September 2014, halaman 4

HANYA SEORA N G MUN I R K A H ? 77


Untuk menyelesaikan kasus agar tak dilumuri debu
Hingga mengadili otak di balik pembunuhanku
Pemerintah cukup menggunakan UU/26 Tahun
2000
Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia itu
Langkah lainnya, mendorong pemerintahan baru
Investigasi kematian sejumlah tokoh yang terbang
bersamaku

Minta kembali hasil temuan TPF Jilid Satu itu


Minta kerelaan Bandan Inteligen Nasional
membuka diri
Perintahkan bentuk TPF Jilid Dua membersihkan
debu
Dark numuber tidak akan melingkupi kasusku ini
Sebab pada 23 Juni 2005, habis masa tugas TPF Jilid
Satu
Ketika itu, hanya Polly seorang jadi tersangka kasus
ini

9 Agustus 2005, Pollycarpus mulai diadili di PN


Jakarta Pusat
Dengan dakwaan pemalsuan dokumen dan
pembunuhan berencana
1 Desember 2005, hukuman seumur hidup
menjeratnya

78 H I D AYA T B A N J A R
Orang-orang yang mencintai keadilan merasa
tuntutan itu pantas
Terbetik pertanyaan, kenapa hanya Pollycarpus saja
Tidakkah perbuatan itu dilakukan secara bersama-
sama?

Kematianku memunculkan pertanyaan demi


pertanyaan
Seolah-olah tak terurai dan pantas didiamkan
Sementara itu, 10 November 2004, hasil otopsi
tuntas dikerjakan
Aku, suami Suciwati tewas akibat racun arsenik
yang mematikan
Maka pada 23 Desember 2004, Tim Pencari Fakta
Dibentuk melalui Keputusan Presiden Nomor 111
Tahun 2004

Selanjutnya 14 Maret 2005, hasil temuan sementara


Kasus kematianku kepada Presiden dilaporkan
TPF menemukan bukti kematianku kejahatan
konspiratif adanya
Pada 20 Desember 2005 Pollycarpus divonis 14
tahun penjara
Dia naik banding. 27 Maret 2006, Pengadilan
Tinggi DKI Jakarta
Menguatkan vonis Pollycarpus 14 tahun penjara

HANYA SEORA N G MUN I R K A H ? 79


Ironisnya, pada 4 Oktober 2006, putusan kasasi MA
Menghukum Pollycarpus dua tahun penjara
Atas penggunaan surat palsu saja adanya
Tidak terbukti dakwaan pembunuhan berencana
Hahaha, rohku tertawa-tawa menyaksikan sandiwara
Yang dikemas sesuai selera Tuan-tuan Penguasa

Harapan baru terbuka, PK menghukum Polly 20 tahun


penjara
Yang diajukan kejaksaan, bukan keluarga, tidak apa-
apa
Pilot berusia 47 tahun (ketika itu) jadi menghuni
Penjara
Di Sukamiskin, Jawa Barat dia menjalani hukumannya
Setelah keluar putusan, polisi memburu kaitan Polly
Dengan Muchdi Purworandjono yang tercium sejak
dini

Polisi menetapkan Muchdi sebagai tersangka baru


Ia ditahan dan sejumlah bukti disiapkan:
hubungan teleponnya dengan pilot itu,
surat penugasan intelijen, juga kesaksian bawahan
Langkah pertama, polisi mencari bukti bahwa Muchdi
dan Pollycarpus saling kenal selama ini

Hubungan itu disangkal oleh terpidana dan tersangka


ini

80 H I D AYA T B A N J A R
Padahal Budi Santoso, bekas bawahan Muchdi
Menceritakan kedekatan bosnya tersebut dengan
Polly
Ia mengatakan sering ditelepon Muchdi
Untuk menananyakan keberadaan Polly
Atau sebaliknya, Polly menanyakan Muchdi6

Agen yang punya nama samaran Wisnu Wardana


itu Mengatakan pernah diminta Muchdi memberi
Polly Rp 10 juta
Ia masih menyimpan catatan pengeluaran uang itu
Di situ tertulis duit untuk ”Poli/Pilot?”, hahaha
Yang dikeluarkan pada 14 Juni Dua Ribu Empat
Memastikan keterangan, Budi Santoso kembali
diperiksa

Menurut Luthfi Hakim, keterangan-keterangan


agen intelijen ini
Ditanyakan penyidik kepada Muchdi dalam
pemeriksaan Jumat (27/6/2008)
Menurut Luthfi, Muchdi membantah semua
tuduhan penyidik
”Dia membantah kenal dekat dengan sang
terdakwa
dan pernah memberi sepuluh juta rupiah untuk
Polly”
6
Majalah Tempo 29 Juni 2008.

HANYA SEORA N G MUN I R K A H ? 81


Bambang Hendarso Direktur Reserse Kriminal
Mabes Polri
Ketika itu mengatakan Muchdi dijerat sangkaan
pembunuhan berencana
Dia juga diancam dengan pasal tindak pidana
penyertaan, hihihi
Pasal untuk yang menyuruh atau memberikan
fasilitas tindak kejahatan
Ancaman hukuman maksimal 20 tahun penjara
Ternyata Mayjen TNI (Purn) Muchdi bebas murni

Sang mantan Deputi V Badan Intelijen Negara itu


Oleh majelis hakim, diketuai Suharto tidak
terbukti membunuhku
Sidang itu terselenggara pada 31 Desember 2008 di
PN Jakarta
Motif dendam tak bisa dibuktikan Jaksa Cyrus
Sinaga
Celah hukum untuk membuka kasusku lewat
Muchdi pun sesuatu yang mustahil, kecuali
Peninjauan Kembali

Hukum pidana mengatakan ”seseorang tidak dapat


ditutut sekali lagi sebab perbuatan (feit) yang
baginya telah diputuskan oleh hakim Indonesia
dengan keputusan yang telah tetap” (Pasal 76

82 H I D AYA T B A N J A R
KUHP)
Dengan mengajukan novum tentang pembicaraan
Polly dan Muchdi yang menurut catatan Kompas
mencapai 35 kali
Pemerintahan baru dapat membuka kembali
kasusku ini

Usai dilantik pada 21 Oktober Dua Ribu Empat


Belas
Jokowi-JK dapat memerintahkan Jaksa Agung
melakukan PK
Saksi-saksi yang telah kusebutkan di atas, usut
sampai tuntas
Kematian orang-orang yang terbang saat itu di
Garuda
Merupakan pintu ivenstigasi yang cerdas
Agar Ibu Pertiwi tak berkepanjangan berduka

Ya, kasusku, Munir Said Thalib bukanlah benang


kusut
Peristiwa-peristiwanya runtut dan dapat diusut
Kasusku bukanlah seperti orang yang kentut
Baunya terasa ke mana-mana, faktanya tak terlihat
Ya, tak mungkin menghambat lahirnya orang-
orang bejat

HANYA SEORA N G MUN I R K A H ? 83


Tapi hukum harus bekerja, membuat mereka
terjerat

Medan, 30 September 2014

Biodata Penulis

Hidayat Banjar lahir di Medan 1 April 1962. Bungsu


dari enam bersaudara ini pada 1982 kuliah di
Fakultas Sastra USU Medan. Setahun kuliah, Hidayat
dipercaya sebagai Ketua KBSI (Keluarga Besar Sastra
Indonesia) FS USU. Tahun 1985, ia sempat merebut
Juara III penulisan cerita pendek dan Harapan
I Penulisan puisi pada sebuah sayembara yang
diadakan oleh RRI Nusantara I Medan. Bersamaan
dengan itu, Hidayat Banjar bergabung dengan
Harian Mercu Suar yang kemudian (1986) berubah
nama menjadi SKM DEMIMASA sebagai wartawan
sekaligus redaktur. Sejak 1993 hingga surat kabar
itu tutup – seiring dengan meninggalnya sang
pemimpin redaksi – pada Desember 2002, Hidayat
dipercaya sebagai Redaktur Pelaksana.

84 H I D AYA T B A N J A R
Putra Asri (Alm) dan Zainab (Alm) ini mulai
menulis pada 1980 dalam bentuk sajak, cerpen dan
cerbung serta artikel untuk konsumsi surat-surat
kabar Medan. Semula memang hanya menulis
untuk harian Waspada, namun ternyata situasi
menghendaki lain, tulisan Hidayat kemudian
sowan ke sejumlah surat kabar seperti Analisa,
Bukit Barisan, Garuda, Mimbar Umum, Perjuangan,
Mandiri, Portibi, Global, Medan Bisnis dan lain
sebagainya. Pernah juga tulisannya dimuat Harian
Merdeka dan Pelita Jakarta.

1987-September 2004 Anggota Persatuan Wartawan


Indonesia (PWI) Sumut. 1988-1993 jadi guru bahasa
Indonesia di Perguruan Abdi Sukma, Jalan Alfalah,
Medan.

Pada 1990, Hidayat Banjar berkesempatan


menerbitkan 17 cerita pendeknya di dalam satu
antologi yang bertajuk “Ah… Gerimis itu”. Ke-17
cerpen tersebut diterbitkan oleh Monora Medan
dengan Kata Pengantar Dwi Kridanto HS. Tahun
1994 limapuluh puisinya dipentaskan oleh Teater
Kartupat dalam titel “Serenada”di Taman Budaya
Sumatera Utara.

HANYA SEORA N G MUN I R K A H ? 85


September 1997, Hidayat menikah dengan Megawati
Lubis, perempuan sederhana dan tabah. 10 Mei
1999 dikarunia anak perempuan yang diberi nama
Vannisa Hidayasa. 8 Juli 2003 adik Vannisa (juga
perempuan) lahir, kemudian diberi nama Amelia
Hidayasa.

November 1998 Hidayat memperoleh Juara II Lomba


Mendongeng untuk Umum se-Sumut dalam Rangka
Perayaan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional
1998. Dalam lomba yang diselenggarakan LAPEMA-
Indonesia dengan KEHATI tersebut, Hidayat
membawakan dongeng karya sendiri berjudul “Haji
Muin dan Biawak”.

Pada Oktober 1999, Hidayat merupakan salah


seorang pemenang Harapan I, Lomba Karangan
Filateli melalui Media Massa Tahun 1999 yang
diselenggarakan oleh Pengurus Daerah Perkumpulan
Filatelis Indonesia Jawa Barat Bekerjasama dengan
PT Pos Indonesia. Desember 1999, Juara Harapan I
LKT3I (Lomba Karya Tulis Teknologi Telekomunikasi
Indonesia) yang diselenggarakan oleh Indosat, LIPI,
Harian Kompas, Harian Republika dan Majalah
Mingguan Gatra. Di Desember 1999 itu juga,
Hidayat meraih Juara III Lomba Penulisan tentang

86 H I D AYA T B A N J A R
Telekomunikasi Sumatera yang diselengarakan oleh
Pramindo Ikat Nusantara.

Pada Februari 2003 menerbitkan SKM


MEDIAMASSA bersama teman-teman, dan Hidayat
dipercaya sebagai Wakil Pemimpin Redaksi. Pada
Agustus 2003 – karena berbeda visi dengan pihak
manajemen – Hidayat meninggalkan MEDIAMASSA

April 2003 dipercaya sebagai Staf Ahli dr Robert


Valentino Tarigan SPd hingga sekarang. Oktober
2003 hingga Februari 2005, Pemimpin Redaksi
Tabloid Tona MUSALA.

September 2005 Pemenangan Harapan II Lomba


Penulisan Hemat Energi yang diselenggarakan
Pertamina UPMs Medan.

Pada Desember 2007, cerpennya yang berjudul


Jebakan diterbitkan dalam buku antologi Medan
Sastra. 5 Oktober 2007 cerpennya yang berjudul
Pohon Besar di Deleng Ganjang diterbitkan dalam
Antologi Cerpen Rebana II/2006 yang diberi titel
Ulang Tahun Perkawinan.

HANYA SEORA N G MUN I R K A H ? 87


2008-sekarang, Wartawan dan Staf Redaksi
Mingguan SUARA MASA.

2009 kuliah di Fakultas Hukum Universitas Medan


Area (UMA) Medan dan wisuda pada 22 Juni 2013.

Januari 2010 puisinya berjudul “Medan Bukan


Mesawang” meraih Juara I pada lomba menulis
puisi memeriahkan HUT Harian Waspada ke-
63. Bersamaan itu pula, tulisannya yang berujdul
“Waspada Mewaspadai Zaman” meraih Juara
Harapan I pada lomba menulis artikel HUT Waspada
ke-63 juga.

Oktober 2011 Juara I Lomba Penulisan yang


diselenggarakan Kesatuan Bangsa Perlindungan
Masyarakan (Kesbang Linmas) Kota Medan.

Juli 2012, Juara Harapan I, Lomba Menulis HUT


Medan ke-422. Oktober 2012 Juara Harapan I Lomba
Penulisan yang diselenggarakan Kesatuan Bangsa
Perlindungan Masyarakan (Kesbang Linmas) Kota
Medan. Maret 2013, Juara III Lomba Menulis yang
diadakan oleh Gusman Center.

88 H I D AYA T B A N J A R
Founder LBH (LKI) Laskar Keadilan Indonesia
sekaligus sebagai Anggota Badan Pengurus sejak
2013-sekarang.

Januari 2013-sekarang dipercaya menulis naskah


Si Bongak untuk TVRI Sumut yang disiarkan tiap
Senin sore pukul 17.00 hingga selasai. Januari
2013-sekarang juga dipercaya menulis narasi untuk
segmen ISE TVRI Sumut yang disiarkan tiap Minggu
sore pukul 18.00 hingga selesai. Di tahun yang sama
hingga sekarang dipercaya menulis naskah Cerita
Anak untuk TVRI Sumut yang disiarkan juga di
TVRI Nasional.

Hidayat Banjar aktif dalam kegiatan seminar,


diskusi sastra dan jurnalistik, juga meminati
masalah lingkungan hidup, pertelekomunikasian,
HAM serta kesetaraan. Sesekali dipercaya sebagai
penceramah dalam masalah tersebut. Nomor
kontak: 085361313799. Nomor rekening 247-01-
00535-16-4 CIMB Niaga Medan Iskandar Muda atas
nama Hidayat. ***

hidayat.banjar@gmail.com

HANYA SEORA N G MUN I R K A H ? 89


Daun Lontar
untuk Penguasa
Il h a m
DAUN LONTAR UNTUK PENGUASA

--sebuah puisi-esai--

-I-

Pada hari yang sangat panas itu gadis kecil


bersarung sutera meniti hati-hati di atas pematang
menyongsong kisah haru biru sepanjang kisah
perjalanan

Pada hari yang sangat panas itu di pematang kecil


itu usianya baru enam tahun lebih beberapa hari
senyumnya selalu berseri-seri.

Pada hari ketika usianya enam tahun itu orang-


orang memanggilnya dengan sebutan pemberian
Dewata.Mannennungeng namanya, senantiasa
maknanya harapan orang tuanya, kiranya
sepanjang jalan yang dilaluinya kebaikan demi
kebaikanlah perangainya

Ya, nama bukan sekadar nama nama adalah doa


adalah harapan dan cita-cita apa yang kemudian

DAUN L ONTAR U N T UK PEN GUA S A 93


terjadi di sepanjang hayatnya adalah tragedi yang
menyisakan pilu

-II-

Tahun seribu sembilan ratus enam puluh lima


belas tahun setelah proklamasi, Amparita sedang
tumbuh hiruk-pikuk alam kemerdekaan menyulut
semangat luar biasa sirnalah segala macam
sengketa, azalinya sejak abbatireng1 hingga
keyakinan agama.

Mannennungeng berdiri, memandang berkeliling


di pematang itu lengan kecilnya menating
keranjang daun kelapa sementaradi sana, di
tengah-tengah para ksatria Uwatta2 sedang
merapal mantera.

Orang-orang yang berkerumun di tempat itu


tertunduk membatu seperti sediakala, upacara
menyembah Dewata berlaku sebagaimana perintah
pertama.
1
Trah. Abbatireng adalah garis keturunan yang membedakan kaum ningrat dengan
kaum awam.
2
Secara harfiah berarti “dia yang dituakan”. Uwatta tidak saja merupakan gelar sos-
ial tetapi juga gelar keagamaan bagi masyarakat To Lotang. Ekstraksi relijiusitas To
Lotang berpusat pada kepatuhan kepada Uwatta (Lihat http : Basriandang.com/To
Lotang Hindu karena pemerintah)rappang.com/To Lotang)

94 ILHAM
Hari yang sangat panas itu, di Amparita yang
sedang tumbuh To Lotang3 sedang berkhidmat
kepada La Panaungi, I Pabbere, kepada Para
Leluhur yang dari jalan kebijaksanaannya,
Dewata berkenan daripadanyalah himne-himne
terus diinspirasikan berdasar wahyu yang telah
diterimakan tatanan kehidupan dilangsungkan

Mannennungeng duduk melingkari pusara


diPerrinyameng yang bersahaja bersama I Cincing,
ibunya, yang turut merapal mantera dalam suara
yang bergemuruh buhul-buhul doa
Mannennungeng mampu menemukan cinta, dan
pada saat yang sama bayang-bayangmarabahaya

Satu peleton tentara menghamburtiba-tiba, dengan


tembakan membabi-buta satu peleton tentara
3
To Lotang, secara harfiah berarti “Orang dari Selatan”. Mereka adalah sekelompok
“To Wani” yaitu orang-orang dari daerah Wani Kab., Wajo Sulawesi Selatan yang ber-
migrasi ke Sidenreng meminta suaka politik dan diizinkan tinggal di sebelah selatan
kerajaan Sidenreng. Migrasi besar-besaran ini terjadi pada masa pemerintahan Ad-
daowwang Sidenreng La Patiroi tahun 1634 M. Migrasi besar-besaran terjadi karena
Raja Wajo yang telah menerima Islam, La Sangkuru Patau Mula Jaji yang bergelar Sul-
tan Abdurrahman tidak memberi ruang bagi penganut agama lain. Pilihan yang dita-
warkan adalah menjadi Islam atau pergi meninggalkan wilayah kerajaan. To Lotang
memilih untuk pergi dipimpin oleh I Goliga dan I Pabbere. (Hasse.J, Deeksistensi
Agama Lokal di Indonesia, dalam bulletin Al-Fikr volume 15 nomor 3 tahun 2011).
Jumlah penganut kepercayaan To Lotang saat ini diperkirakan sekitar 25.000 orang
yang terkonsentrasi di Amparita. Penganut To Lotang terdapat di semua kecamatan
di Sidrap dan beberapa tempat di kabupaten-kabupaten tetangga seperti Pare-Pare,
Pinrang, Soppeng, dan Wajo. Jumlah ini tidak termasuk diaspora penganut To Lotang
di daerah-daerah luar Sulawesi Selatan.

DAUN L ONTAR U N T UK PEN GUA S A 95


berikutnya segera mengumpulkan mereka yang
tengah berdoa menggiring mereka tersungkur ke
tanah

Seratusan orang tak berdaya digiring memenuhi


lapangan dipaksa mengubah keyakinan dan
kepercayaan beberapa di antara mereka berharap
bisa mengelabui tentara dengan ketundukan pura-
pura

Ya. Kami telah menerima sepenuhnya, sepenuh-


penuhnya, Tuan
karena itu, kami dan kalian semua sudah sama,
semestinya
sama dalam segala macam cara
sudilah mengarahkan perintah pada kalian punya
anak-buah
untuk melepaskan kami yang sudah berubah
seperti yang berkali-kali Tuan minta

Mannennungeng dan ibunya ditanyai sekali lagi


ketika pertanyaan demi pertanyaan telah selesai
merekasegera beranjak pergi

Kesadaran kanak-kanaknya yang mulai tajam


masih kuasa mendengarpembicaraan terakhir dari
tentara-tentara itu :

96 ILHAM
Ini operasi yang pertama.
artinya, pada waktu-waktu berikutnya
operasi serupa akan terus dilakukan
ini perintah atasan
kita yang makan dari sebab kepatuhan
tidak mesti punya pilihan

-III-

Bulan di atas kepalanya belum kehilangan rona


ketika I Cincing menidurkanMannennungeng,
anaknya dengan cerita penuh renjana perihal
moyang mereka dahulu kala yang menyingkir dari
Wajo, tanah pusaka demi kesetiaan kepada Dewata
lalu tinggal dan menjadi legenda di Sidenreng yang
perlahan-lahan berubah

Bukanlah perpisahan yang membuatnya berderai


air mata desau angin senja mencabik-cabik hatinya

Syahdan, pemuka agama membujuknya perihal


surga dan siksa bagi mereka yang memilih jalan
menuju neraka

DAUN L ONTAR U N T UK PEN GUA S A 97


lalu, ketika suaminya dipaksa juga dan tak seorang
pun peduli padanya ia memilih bergumul dengan
badai jiwanya di tengan-tengah sesamanya yang
juga tengah dirundung nestapa

“Oh, betapa pedih hatiku, Anakku” ada getar dalam


suaranya
bangsa ini sudah merdeka dan kita masih terus
dijajah
dua puluh satu tahun kemerdekaan yang mustahid
paripurna
apalah gunanya semua yang sudah kita terima
jikalau demikian inilah keadaannya

“Ayahmu, Anakku, ayahmu!”


masih diinterogasi di kantor polisi
kita tahu pasti pertanyaan itu lagi yang akan
diterimanya
pertanyaan yang sama setiap kali kita berjumpa
dengan mereka
satu-satunya yang membuatku semakin gelisah
tentara-tentara itu pasti tengah menampari
mulutnya

Kita tahu jawaban ayahmu, bukan, Anakku?


ini tahun seribu sembilan ratus enam puluh enam
enam tahun dusta ini terus kita pendam

98 ILHAM
usiamu kini sudah dua belas, usia yang harus sudah
matang untuk mengerti berbagai persoalan
termasuk penolakan perihal kita punya keyakinan

Mereka tidak pernah tahu betapa penghayatan


tengah menghunjam begitu dalam
saatnyalah kini kita tunjukkan
bahwa jika pun kita memang berbeda
biarlah berbeda, apa pun resikonya

Tidak seharusnya kita di sini menunggu


ayahmu sedang menyongsong peluru
biarpun ia harus mati terbunuh
jiwanya tidak pernah luluh, keyakinan senantiasa
memberinya suluh
dan, Anakku, demikianlah jalan yang hendak kita
tuju

Operasi Mappakaira4atas nama agama


sudah berlaku untuk kesekian kalinya
4
Operasi Mappakaira atau Mengingatkan adalah operasi militer yang terjadi pada
tahun 1964-1965. Operasi ini dipimpin oleh Mayor As’ap Marwan yang bertujuan un-
tuk menghentikan tradisi masyarakat To Lotang.r As’ap Marwan. Operasi ini dilaku-
kan atas permintaan DPRD-GR Sidrap karena To Lotang tidak diakui sebagai agama
dan hanya dipandang sebagai ritual kebudayaan saja. Operasi ini membuat sebagian
masyarakat To Lotang memeluk Islam, sebagian lainnya tetap teguh memegang ritual
nenek moyangnya. Hal inilah kemudian yang menyebabkan To Lotang terbagi men-
jadi 2 (dua) golongan yaitu To Wani, mereka yang tetap memegang teguh kepercayaan
To Lotang dan To Lotang Benteng, mereka yang tetap beridentitas To Lotang namun
ikut menjalankan ritual keagamaan Islam. (Lihat Hasse J. Diskriminasi Negara Ter-
hadap Agama Di Indonesia : Studi Atas Persoalan Posisi Hukum To Wani To
Lotang Pasca Pengakuan Agama Resmi, Program Studi Agama dan Lintas Budaya
Universitas Gajah Mada Jogjakarta.)

DAUN L ONTAR U N T UK PEN GUA S A 99


menjadikan kita sebagai targetnya
ya, orang-orang seperti kita, yang dianggap berbeda

Parahnya, tentara dan bukanlah pendeta


yang menjarah kita punya rumah, mencari
penganut kepercayaan yang berbeda
untuk dipaksa serupa dengan merekaharus memilih
satu di antara lima agama yang diakui pemerintah

Padahal, seperti mereka, kita pun punya cinta


cinta yang senantiasa menuntun jalan hidup kita
cintayang menjadi benang merah semua agama di
dunia

Kita punya semua yang kita inginkan


mengejawantah
sebagaimana pesan untuk para pengikut setia
kita punya semua syarat untuk disebut agama
kita menerima pahala dan juga dosa
kita punya semua kebaikan untuk disebut cinta
meski begitu, kita tak pernah diajak bicara

Mereka hanya ingin kita lupa


bahwa moyang kita pun memegang teguh amanah

Engkau bisa melihat, bukan, Anakku?


tafsir tunggal Pancasila, justru menampik Bhinneka

100 ILHAM
Tunggal Ika
dan kewenangan yang tiada batasnya
dari penguasa yang tidak rela, telah membuat kita
kehilangan segalanya

Sejak mata pencaharian hingga keinginan-


keinginan
dan terutama penghargaan kepada nenek moyang
harus sirna dimakan amarah, api yang menyala-
nyala
selanjutnya kita tinggal bertanya : kemanakah kita
akan dilabuh sejarah

Apakah engkau akan teguh menerima siksa


sampai nanti namamu di kartu keluarga
harus diganti atas nama kesetiaan kepada negara?

Berubah daripada menjadi mangsa


menghindar dari ketakutan yang tiada habisnya
ataukah kita tetapakan berjalan bersama-sama
meski darah dan air mata
terus titik di tanah pusaka?

Karena, Anakku, engkau punya nama tidak terdapat


dalam nomenklatur agama

DAUN L ONTAR U N T UK PEN GUA S A 101


-IV-

Tahun itu sungguh-sungguh penuh renjana

Ketika para tentara tengah bersiaga di gerbang


masuk Amparita
I Cincing menyongsong senja, menuju rumahnya
yang berdinding bunga-bunga
kepalanyasarat rupa-rupa kain sutera
dan bunga-bunga sesaji aneka warna

Berjalan bersama anaknya yang beranjak dewasa


ia terus bercerita
: dahulu kala sebelum bangsa ini merdeka
ketika yang bertahta adalah para raja
kita diperintah penguasa yang bijaksana

Ketika mereka melewati pagar-kawat-besi anaknya


mengangguk hati-hati

I Cincing bisa merasakan bahwa sesuatu yang


pedih sebentar lagi akan terjadi barisan tentara di
depannya tidak akan membiarkannya lari operasi
rutin kali ini adalah peringatan bahwa semua yang
berbeda harus segera diinsyafkan

102 ILHAM
Segenap keberanian sedang dikumpulkan dalam
kepalan tangannya yang gemetaran naluri
keperempuanannya sama sekali tidak tenang
sementara rintik-rintik hujan mulai turun pelan-
pelan

Nak. Pejamkan matamu!


tentara itu akan segera tahu
bahwa kita tidak semestinya dipersalahkan
ini bukan hal yang mesti terus dipersoalkan
ini keyakinan

Apa gunanya semua yang telah diajarkan ayahmu


inilah saatnya. Saat yang sangat menentukan itu
katanya sambil terus berjalan

Seseorang berpakaian preman segera membawanya


pergi dari kerumunan sesekali mereka menoleh
ke belakang untuk memastikan jalan manakah
gerangan yang akan mengantarkan merekake
tempat persembunyian

Jika tentara-tentara itu bertanya lagi


katakan “Saya sudah diinterogasi”
tapi kalau mereka masihterus memaksa
katakan “Saya sudah kebal disiksa”

DAUN L ONTAR U N T UK PEN GUA S A 103


I Cincing segera meraih pergelangan
anaknya menyusuri jalan yang mulai gelap, ia
mendengarkan suara :
“Di sinilah semuanya akan berakhir. Suruhlah
anakmu itu segera pergi
Biar iayang melanjutkan kisah ini! Sudah selesai
apa yang harus kau beri”

Setengah jam ia terus menengadah menataplangit


yang gelap gulita dikelilingi pasukan tentara
yang tidak berkata-kata semakin jauh kelap-kelip
bintang di ujung langit sana

Seorang tentara segera mengikat tubuhnya


mendudukkannya dengan kasar di sebuah kursi
tua dan meludahi wajahnya berkali-kali seorang
lainnya segera menginterogasi

: To Wani, orang-orang pemberani


To Lotang, orang-orang dari selatan
Siapa namamu?

Segeralah mengubah pendirianmu!


ini perintah, dan tidak akan kuulang untuk kali
kedua

104 ILHAM
I Cincing menelan ludah sebuah tendangan kali ini
mendarat di perutnya
: tak mungkin aku berubah, Tuan.
inilah kami punya keyakinan, inilah kami punya
jalan
dan orang-orang yang berpegang teguh
adalah mereka yang berdiri seperti tugu
kalian akan melihat keras-kepalaku seperti batu

Hatinya masih dirundung gelisah ketika dalam


relung jiwanya ia memastikan bahwa anaknya,
Mannennungeng yang selalu ceria tengah
menemukan cahaya buah hati pelanjut kisah-kisah
telah selamat sampai di rumah

Kali ini beberapa orang datangmenatapnya dengan


satu pertanyaan :
“Kau tidak mau berubah, tidak bersedia berpindah?”
anggukan kepalanya dibayar lunas dengan lars yang
keras

“Tuan-tuan!” katanya dengan nada sangat rendah


beri aku sedikit waktu !
sekedar membaca lembar-lembar lontar
mungkin dalam suaraku yang semakin gemetar

DAUN L ONTAR U N T UK PEN GUA S A 105


dalam pappaseng yang akan kudaraskan
Tuan-tuan bisa mengubah pendirian

Tentara-tentara itu mengawaskan pendengaran


beberapa di antara mereka bahkan segera
menodongkan laras panjang cuaca segera berubah
menjadi beku
I Cincing beringsut sangat kaku

Inilah kesempatan terakhir baginya untuk


menunjukkan sungguh-sungguh bahwa apa yang
dipegangnya teguh adalah sesuatu yang tak mampu
dilekang peluru

Ia mengambil gulungan lontar dari balik bajunya


diam sejenak dalam tarikan nafas menghamba dan
ketika dirasakannya Dewata sudah bertahta dalam
jiwanya deras darahnya mengalir seketika ia mulai
merapal mantera, mendaraskan untaian-untaian
kisah

Kalimat pertama yang diucapkannya adalah doa


kepada yang-maha-segala

106 ILHAM
Mula ritimpa’na welenrang E5
Nassu mita tajang
Batara Lattu’ ri Simpuru’ Siang
Najajiang ana’ dinru, woroane na makkunrai
Sawerigading na We Cudai’

Kisah bermula dari wahyu pertama selanjutnya silih


berganti dari masa ke masa ketaatan para pengikut
yang setia hingga sebuah peristiwa mengubah
arahnya roda sejarah

-V-

Tahun-tahun yang penuh sesak itu diWajo, raja


bersedia menerima agama baru semua orang
diperhadapkan pada dua arah mata angin ikut
dengan pilihan ituatau pergi meninggalkan tanah
kelahiran

La Bunga Eja,yang dituakan, meneguhkan pilihan

Bukanlah aku yang menuntunmu pergi


Dewatalah yang menunjukkan jalan
5
Merupakan kalimat-kalimat yang terdapat dalam epos I Lagaligo, yang dianggap
sebagai kitab suci bagi penganut To Wani To Lotang. Di dalamnya terdapat frase-
frase yang menceritakan awal mula kejadian manusia perihal penciptaan manusia
mula-mula, kejatuhan kepada dosa hingga mereka beranak-pinak dan berketurunan,
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Hal ini dapat dibandingkan dengan kitab-kitab
suci lain seperti Al-Qur’an dan Injil yang memuat tema yang sama

DAUN L ONTAR U N T UK PEN GUA S A 107


menuju Sidenreng yang terbuka
Addatuang memberi kita kesempatan
untuk tetap menjadi To Lotang, di tengah-tengah
wilayah kerajaan
yang juga telah mengenal Islam

Lautan yang membentang di hadapan adalah cerita


hari depan, kelak di tanah harapan gelombang
yang menghempas buritan seperti cambuk yang
diselempang.

Tiba mereka di tanah perjanjian Sidenreng yang


penuh harapan. La Bunga Eja melepaskan tali
pandan, menambatkan perahu perlahan-lahan
ia memerintahkan semua pengikut untuk segera
berjalan beriringan, berdatang sembah kepada
Addatuang

Bertempat tinggallah di tanah kami ini


Berjanjilah dengan kesungguhan bahwa engkau
akan menjunjung adat istiadat kami
selama perjanjian ini tidak kalian langgar, selama
itulah kalian mendapatkan perlindungan
kami telah bersepakat, menerima kalian sebagai
keluarga
berlakulah sebagaimana layaknya keluarga

108 ILHAM
hargailah semua yang telah ada
hidup dan beranak-pinaklah kalian dalam damai,
di tanah kami ini!

demikian titah baginda

La Bunga Eja melepas sarung sutera yang melilit


kepalanya dipersembahkannyadengan khidmat
kepada baginda serta merta semua pengikut di
belakangnya membungkuk. Menggumamkan
sumpah, atas nama dewata :

Kami, Para eksodus.To Lotang yang Terusir.


To Wani yang menghiba
bersedia menetapi titah paduka.
jikalau kelak, di antara temurun kami Paduka
menemukan kekhilafan
atau seseorang benar-benar telah melanggar kita
punya perjanjian
pantaslah kiranya mereka mendapatkan hukuman

Asap dupa membubung memenuhi langit-langit


istana

DAUN L ONTAR U N T UK PEN GUA S A 109


Assijancingengmenjaga ade’mappura onroE6
telah direstui Dewata

Tiba di Amparita bertemu penguasa titik air


matanya pertanda suka-cita mereka mendirikan
rumah yang pertama tepat di samping istana
paduka

Para lelaki mulai turun ke sawah, menggarap tanah


pemberian raja gadis-gadis remaja menenun sutera
anak-anak berzlarian bermain gembira terasa inilah
tanah tercinta, untuk kali kedua

Mereka yang datang adalah saudara mereka yang


didatangi adalah saudara demikianlah hubungan
yang indah dijalin seperti untai-untai benang
sutera yang berpilin menjadi kain yang penuh
warna

Waktu berlalu demikian cepat peristiwa demi


peristiwa berganti-ganti terjadi pada satu titik
6
Semacam UUD bagi kerajaan Sidenreng. Di dalamnya terdapat berbagai aturan
adat yang telah disepakati oleh segenap pemimpin dan penduduk. Terdiri dari 5
(lima) pasal 1. Adat yang tetap utuh (Ade’ Puronro), 2. Kebiasaan yang harus dipe-
lihara (Wari’ Rialitutui) 3. Janji yang dipegang teguh (Janci Ripeasseri) 4. Yuris-
prudensi (Rapang Ripasanre), dan 5. Agama yang diagungkan (Agama ritanrere).
Assijancingeng bermakna kesepakatan kedua belah pihak. Syarat inilah yang diaju-
kan oleh raja Sidenreng yang diterima baik oleh komunitas Tolotang. Raja Sdenreng
kemudian menempatkan mereka di sebelah selatan Pangkajene dan juga di sebelah
selatan Pasar Amparita.

110 ILHAM
tertentu, tidak bisa dibedakan lagi yang datang dan
yang didatangi

-VI-

I Cincing menghela nafas, berat dan penuh tekanan


“Siapa kini yang akan mendustakan perjanjian?”
katanya
“Semoga Dewata segera menunjukkan jalan”
seorang tentara yang wajahnya penuh cambang
segera menjambak rambutnya, menodongkan
popor senapan

Kalian tidak bertuhan!


ini tanah ciptaan tuhan!
kalian mendustakan tuhan!
kalian akan dilaknat tuhan!
biarpun tanah yang kalian pijak adalah tanah
perjanjian
tetapi kalian tidak menerima kami punya tuhan
karenanya kami dan kalian mesti dipisahkan

Jika tidak juga kalian bisa diinsyafkan


terhunus sudah kami punya kelewang

DAUN L ONTAR U N T UK PEN GUA S A 111


I Cincing bergerak sedikit, mencoba menemukan
kesadaran
Tuan.Kami juga punya tuhan.
Dewata SeuwwaE. Dewata PatotoE, 7
demikian nama yang kami berikan
Ialah yang memiliki kita punya kehidupan
Ialah yang menunjuki kita punya jalan
Ialah yang menakdirkan terjadinya pertemuan
Ialah yang bertahta dalam Tuan punya kekuatan
daripada-Nyalah semua akan berpulang
Ialah yang empunya Tuan punya kekuasaan
sayangnya, Ia tak mendapat pengakuan Tuan

Tendangan terakhir yang diterimanya membuat I


Cincing benar-benar telah pingsan

-V-

Tahun seribu sembilan ratus enam puluh enam


ketika matahari pada bulan-bulan terakhir hampir
tenggelam

7
Dewata SeuwwaE (Tuhan yang Maha Esa) diberi gelar PatotoE yaitu Ia yang memiliki
kekuatan melebihi manusia, Pencipta alam raya dan segenap isinya. Kepercayaan To
Lotang menitik beratkan pemahaman pada penghargaan kepada Tuhan dan kepada
nenek moyang. Ritual mereka terpusat di tempat-tempat yang mereka keramatkan
terutama makam para leluhur. Salah satu makam leluhur yang sangat dihormati ter-
dapat di Pammase TauE di desa Cenrana Panca Lautang. Pusat ritual tahunan mereka
pun terletak di kompleks pemakaman leluhur di perrinyameng, sebelah barat Am-
parita.

112 ILHAM
tersiar kabar bahwa semua orang yang terjaring
operasi kali ini telah ditembak mati

Mannenungeng yang sedang menunggu tak


kuasa mengusap air matanya ketika orang-orang
memberitahu suatu kabar dari jauh betapa ibunya
termasuk di antara mereka yang tinggal nama itu

Tahun seribu sembilan ratus enam puluh enam


ketika matahari pada bulan-bulan terakhir hampir
tenggelam dua perempuan itu benar-benar
semakin jauh

Desas-desus perihal lokasi pembantaian


berkembang dari mulut ke mulut ada yang
menemukan sekelompok tentara terus berpatroli
di lereng Bulu Lowa ada pula yang meyakini bahwa
para jagal pembawa maut tidak memilih tempat
tertentu di mana pun bedil menyalak, di situlah
para korban tak bisa mengelak

I Cincing tidak pernah diketahui lagi


keberadaannya orang-orang kepercayaan hanya
mengatakan perempuan malang itu dipusarakan
di tempat rahasia jiwanya tengah damai bersama

DAUN L ONTAR U N T UK PEN GUA S A 113


Dewata sementara Mannennungeng, anaknya,
dipeliharaUwatta

Tahun yang penuh peristiwa itu8


janji hari depan kembali dikumandangkan kali ini
datang dari saudara seperjuangan

Mannennungeng menerima perintah Uwatta untuk


ikut belajar Hindu Dharma9
kisah perang Mahabharata kisah cinta Rama
dan Shinta syair-syair dalam banyak seloka
danrangkaian sembahyang di Pura
8
Pada awal kemerdekaan, Komunitas To Lotang menjadi sasaran tembak pembe-
rontak DI/TII. Masyarakat To Lotang yang tinggal di desa Otting dibantai, sebagian
dari mereka berhasil lari ke Amparita untuk bergabung dengan TNI sebagai pasu-
kan sukarela untuk memberantas gerombolan pemberontak DI/TII. Pada titik inilah,
To Lotang kemudian diidentikkan telah memusuhi Islam hingga kelompok Islam di
kemudian hari balik memukul To Lotang melalui perangkat TNI juga. Setelah peris-
tiwa 1965 To Lotang dianggap sebagai basis massa PKI. Memang, waktu itu tercatat
37 orang To Lotang yang menjadi anggota LEKRA. 5 orang diantaranya adalah ak-
tifis. Tekanan dan intimidasi sangat keras dirasakan komunitas itu. Hampir semua
tokoh To Lotang ditangkap dan dibawa ke penjara Rappang, sebagian yang lain lari
dari Amparita menuju Pinrang. (Lihat. http: pustakasekolah.com/Home/pendidikan/
suku tolotang.
9
Pada tahun 1966, Dirjen Bimas Hindu Bali dan Budha mengeluarkan SK no. 2 tahun
1966 yang menugaskan salah seorang tokoh To Lotang saat itu, yaitu Makkatungeng,
untuk menjalankan tugas pengawasan, pengontrolan dan penilaian terhadap aktifit-
asTo Lotang. Berikutnya, Makkatungeng diserahi tugas untuk membina dan memberi
penyuluhan kepada masyarakat “Hindu To Lotang”. Alasannya sederhana, di antara
semua agama yag ditawarkan pemerintah, Hindulah yang memiliki banyak kesamaan
terutama prinsip. Keputusan ini jelas melanggar hak-hak kultural masyarakat To Lo-
tang karena mereka dipaksa untuk menjadi Hindu padahal tatacara Hindu dan To
Lotang sangat berbeda. Setali tiga uang, para tokoh To Lotang dengan tegas meno-
lak keputusan itu. Mereka ingin berdiri sendiri sebagai agama tanpa harus berafi-
liasi dengan agama manazpun yang telah diakui secara resmi oleh pemerintah. Lihat
Erlina Farmalinda, Komunitas To Wani To Lotang di Amparita (Studi Tentang
Pola Pendidikan Beragama), Skripsi, Jurusan Antropologi, Universitas Hasanuddin
Makassar 2012)

114 ILHAM
Bersama teman-teman sebayanya ia mulai mahir
mendaraskan kidung-kidung puja

Tetapi, seperti yang sudah ia duga sebelumnya apa


yang digenggamnya memang berbeda
To Lotang dan tata-cara Hindu Dharma benar-
benar dua hal yang tidak sama

Ketika ia melaporkan hal itu kepada Uwatta


Mannennungeng semakin mengerti bahwa usaha
siapa pun untuk membuat mereka berubah adalah
usaha yang sia-sia

To Lotang tidak mesti dipaksa


To Lotang tidak perlu berafiliasi kemana-mana
To Lotang adalah sebuah agama
To Lotang bahkan agama yang pertama jauh
sebelum para penyiar agama tibadi tanah ini

Mannennungeng dua belas tahun usianya ketika


ia menyadari bahwa identitas yang semestinya
melekat pada dirinya bukanlah identitas yang
disematkan begitu saja

Ketika pemerintah tengah memberangus


komunisme dengan gencarnya
Mannennngeng dan To Lotang lainnya didakwa

DAUN L ONTAR U N T UK PEN GUA S A 115


Semakin berliku jalan yang dilaluinya justru ia
semakin percaya bahwapengorbanannya tidak
mungkin hilang begitu saja

Berpisah dengan ibunya yang kini bersama Dewata


menjadi gadis To Lotang yang senantiasa ceria
Mannennungeng menyadari sepenuhnya bahwa
semua yang dialaminya bukanlah sesuatu yang
niscaya manusia berhak menentukan dan menetapi
kepercayaannya

Pernah pula dalam kemelut jiwanya seseorang


menawarinya untuk menerima khotbah-khotbah
para pendeta di gereja ia tidak perlu mengganti
identitas aslinya agama yang ditawarkan cukup
sebagai tempat berlindung saja daripada harus
terus kucing-kucingan dengan pemerintah

Mannennungeng teguh dan tidak berniat berubah


demikian pula semua To Lotang yang ditemuinya
biar pun harga yang harus dibayarnya adalah nyawa
toh, perjalanan ini telah demikian jauhnya

116 ILHAM
-VI-

Tibalah kini kisahnya perempuan kecil yang berdiri


di pematang itu
Mannennungeng yang telah melangkah demikian
jauh di suatu masayang sungguh-sungguh tidak
menentu ketika kekuasaan benar-benar semakin
besar di satu tangan

Tahun seribu sembilan ratus tujuh puluh delapan


Orde Baru di bawah Soeharto meneriakkan
pembangunan pembangunan di segala bidang
suara-suara sumbang terus dibungkam, perlawanan
tidak pernah sempat dinyalakan mereka yang
menuntut persamaan kedudukan segera
dipenjarakan

Eka Prasetya Pancakarsa


sebagai manifestasi tekad membumikan pancasila10
di seluruh tumpah darah Indonesia
10
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (disingkat P4) atau eka prasetya
pancakarsa adalah sebuah panduan tentang pengamalan pancasila dalam kehidupan
bernegara semasa Orde Baru. Panduan P4 didasari oleh TAP MPR no.II/MPR/1978
yang menjabarkan 5 asas dalam pancasila menjadi 36 butir. Dalam perjalanannya, 36
butir pancasila dikembangkan lagi menjadi 5 butir oleh BP7. Tidak pernah dipublika-
sikan kajian mengenai apakah butir-butir ini benar-benar diamalkan dalam kesehar-
ian warga negara (http : id. Wikipedia/ Wiki/ Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila). Untuk konteks komunitas keagamaan lokal seperti To Lotang, ketetapan
ini jelas memberi pengaruh yang sangat besar karena agama bukan sekedar identitas
bagi mereka melainkan nilai yang berimplikasi pada semua sektor kehidupan.

DAUN L ONTAR U N T UK PEN GUA S A 117


penguasa memegang kendali atas segalanya
disuntikkan sebagai doktrin di setiap kepala warga
negara

Tahun yang luar biasa itu pula, ketika usianya dua


puluh lima
Mannennungeng dipinang seorang perjaka tulus
ikhlas segenap jiwa menerimanya bukan saja
karena La Settiang adalahpemuda yang indah
tutur bahasanya dari temurun yang terkemuka
melainkan juga karena kerabat telah menyetujui
semuanya

Uwatta menudungi keduanya dengan payung


kebesaran Dewata dalam upacara sakral akad nikah
sambil menabur beras di atas kepala bahtera rumah
tangga segera dilabuhkan

Setelah prosesi yang sunyi di kamar mempelai


La Settiang menemui semua yang turut berbahagia
disarapo yang berjumbai-jumbai orang-orang
mulai menari

Di tengah undangan yang riuh-rendah berdiri


seorang tetua, jabatannya kepala desa

118 ILHAM
Seharusnya, prosesi baru bisa dilangsungkan
setelah urusan dengan pemerintah
formalnya Kartu Tanda Penduduk dan Kartu
Keluarga
dua-duanya harus mengisi kolom agama

La Settiang terhenyak murka merah padam ia


punya muka
Mannennungeng mendengar dengan debar yang
sama persis seperti kisah ini awal mulanya

Pesta yang semula terasa sangat bersahaja segera


berubah menjadi bencana

beratus-ratus orang bersiaga memenuhi badan


jalan sejak gerbang pertama masuk Amparita
tempat pesta itu dikepung dari segala arah tamu-
tamu segera menyingkir meninggalkan tuan rumah

Jam malam diberlakukan di mana-mana To Lotang


dipaksa membuat pengakuan petugas keamanan
mengokang pistol dan senapan tembak di tempat
siapa saja yang masih membangkang

Itulah malam yang sungguh-sungguh mengerikan


Itulah malam yang sungguh-sungguh sebuah
pembantaian

DAUN L ONTAR U N T UK PEN GUA S A 119


Mannennungeng bersembunyi di rumah Uwatta
demikian pula La Settiang, suaminya hingga
keadaan telah pulih untuk sementara korban
berjatuhan tidak terhitung banyaknya

-VII-

Dalam bayang-bayang ketakutan kisah ini


terus berulang hingga semua urusan keluarga
berikutnya terutama yang berkaitan dengan
administrasi pemerintah terus menerus silang
sengkarutnya

Dalam bayang-bayang ketakutan tahun-tahun


berikutnya peristiwa kelahiran dan kematian selalu
disembunyikan hari-hari yang panjang dalam
ketidakpastian menciptakan hubungan batin yang
semakin kuat di antara mereka

Mereka yang baru pertama kali melihat dunia


begitu tangis awal mulanya pecah langsung
berhadapan dengan kenyataan yang parah
pemerintahtidak mengakui agama yang dianutnya

120 ILHAM
Mereka yang berpulang menuju Dewata begitu
nafas terakhirnya melayang ke udara langsung
menciptakan kebingungan sanak saudara di
manakah ia akan mempunyai pusara

Berbeda dengan warga negara lainnya yang telah


memeluk agama azalinya jatuhnya masih di ceruk
yang sama ialah pengakuan pemerintah

Perjalanan panjang sejarah kemudian berpihak


kepadanya
:Mannennungeng dan To Lotang saudara
saudaranya ialah saat-saat suksesi penguasa kali ini
bernama Pilkada, satu jiwa satu suara

Semua harus dihitung dengan harga yang sama


Mannennungeng dan To Lotang lainnya menggelar
tudang sipulunguntuk menemukan figur pembela

Kampanye dan janji manis kembali mengemuka


bahwa semua warga berhak mendapat pengayoman
negara bahkan pun yang selama ini teraniaya Janji
yang diterimanya tinggallah menjadi dusta

DAUN L ONTAR U N T UK PEN GUA S A 121


-VIII-

Ketika usianya telah lima puluh tujuh pada tahun


dua ribu sepuluh11
Mannennungeng menemukan dirinya sebagai
perempuan renta dengan belasan cucu dari anak-
anaknya yang telah pula berumah tangga

Dalam renungan usia senjanya di Perrinyameng


yang semakin lengang
: semestinya damailah senantiasa
sebagaimana nama dan doa-doa di atas kepalanya
nyatanya, pedih benar semua yang dialaminya

Dikelilingi mereka yang mencintainya


Mannennungeng mengulangi mantera dalam
11
Memasuki era reformasi, keadaan tidak berubah. Pemerintah belum memberikan
pengakuan secara resmi perihal agama-agama lokal di Indonesia. UU kependudukan
mewajibkan pencantuman agama di KTP. Tentu saja, agama yang dimaksud adalah
agama-agama yang telah diakui pemerintah : Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha,
dan Khonghucu. Komisi III DPR mendapatkan banyak keluhan dari warga masyara-
kat penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang merasa dijajah dita-
nah air mereka sendiri karena dipaksa menganut agama tertentu. Salah satunya dari
Ibu Tenry Bibi dari To Lotang. Menurut Tenry Bibi, bentuk penjajahan itu terlembaga
dan bermula dari pencantuman kolom agama di KTP. Walaupun MK telah membuat
putusan bahwa negara tidak berhak membatasi enam agama resmi, dalam pembua-
tan KTP dan e-KTP, agama-agama lokal tidak diakomodasi alias disetrip. (Lihat http:
indonesia.ucanews.com/Pencantuman Agama diwajibkan di KTP, Penghayat Keper-
cayaan Merasa Dijajah) Kenyataannya memang demikian. Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kab.Sidrap mewajibkan kolom agama di KTP dan Kartu Keluarga diisi
dengan agama resmi negara. Dalam situasi seperti ini, penganut To Lotang dengan
sangat terpaksa mengisi “Hindu” di kolom tersebut padahal pada hari-hari raya aga-
ma Hindu sama sekali tidak tampak aktifitas di kalangan To Lotang. Demikian pula
ritual-ritual agama Hindu sama sekali tidak dilaksanakan oleh penganut To Lotang.

122 ILHAM
lembar-lembar lontar dengan suaranya yang
semakin bergetar

Jika kelak suatu ketika


penguasa yang tiba adalah ia yang bijaksana
kembalilah ke tempat ini
Perrinyameng yang bertuah

Taburlah bunga-bunga
dan gemuruhkan doa-doa
di atas pusaraku bersama nenek moyang kita
patuhlah senantiasa perintah Uwatta
ialah yang empunya sabda-sabda Dewata

Perciklah air suci


ke sekujur daun lontar ini
hingga jiwa ini tengah merangkak hati-hati
ke tangga menuju langit yang diberkati

Lajulah, laju, Anak-anakku


Lajulah, laju perahumu,

Jika selamatlah engkau tiba di hadapan


penguasa yang bijaksana

DAUN L ONTAR U N T UK PEN GUA S A 123


sampaikan pesan dalam huruf-huruf lontarak12 ini
tunjukkan penghormatanmu yang paling hakiki

: Dewata pun sangat manusiawi!

Massepe, 24 Desember 2014.

12
Beberapa istilah bahasa Bugis yang dipergunakan dalam puisi ini adalah sbb :
Lontarak bermakna tulisan-tulisan di atas daun lontar.
Perrinyameng harfiahnya susah dan senang. Merupakan lokasi sakral bagi penganut
To Lotang, sebagai pusat ritual akbar.
Tudang Sipulung harfiahnya duduk bersama, yaitu kegiatan musyawarah segenap
penganut To Lotang untuk membicarakan berbagai hal.
Sarapo, yaitu bagian yang ditambahkan pada rumah induk. Biasanya untuk mem-
bentuk ruang yang lebih luas untuk menampung tamu-tamu yang banyak dalam
pesta-pesta yang diadakan. Pappaseng harfiahnya pesan-pesan yaitu kata-kata para
leluhur yang ditulis dan diingat baik-baik untuk dilaksanakan oleh anak-cucunya.

124 ILHAM
BIODATAPENULIS

Ilham, menggunakan nama pena Ilham Sanrego,


lahir di Massepe, tanggal 29 November 1979.
Menempuh pendidikan dasar di SD 3 Lise,
pendidikan menengah di SMP Neg Amparita
dan SMU243 Pinrang. Menempuh pendidikan
tinggi di jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra
Universitas Hasanuddin (selesai tahun 2006). Saat
ini menjadi guru Bahasa dan Sastra Indonesia di
Madrasah Aliyah Perguruan DDI Wanio Sidrap.

-@@@-

DAUN L ONTAR U N T UK PEN GUA S A 125


126 L AT I E F S E T I A N U G R A H A
Akar Suara Gemeremang
dari dalam Saku Jas Lusuh
Bertambalan

L atief Setia Nugr aha


AKAR SUARA GEMEREMANG DARI DALAM
SAKU JAS LUSUH BERTAMBALAN

Lembah Gumanti

Di muka Danau Lembah Gumanti. Suara


gemeremang memanggil dari langit yang jauh
bersama kabut menelusup rimbun kebun kopi,
basah oleh hujan Gunung Talang1 samar dan tak
tersentuh.

“Natsir... Natsir...”

Suara gemeremang itu hanyut di sungai Batang


Hiliran Gumanti.2 Menepi, di sebuah rumah beratap
joglo dengan halaman yang luas milik seorang
saudagar pribumi.
1
Alahan Panjang, dulu dikenal dengan nama Lembah Gumanti adalah dataran tinggi
yang subur. Kebun kopi, sayur-mayur, terhampar di sana. Udaranya pun sejuk akibat
sering disiram hujan karena terletak di kaki Gunung Talang, Solok, Sumatra Barat.
2
Di kota Alahan Panjang mengalir sungai Batang Hilisan Gumanti. Sungai itu tak bisa
dipisahkan dengan hidup Natsir. Di sebuah rumah di tepi sungai itulah Mohammad
Natsir lahir pada 17 Juli 1908. Muhammad Idrus Sutan Saripado, ayah Natsir, yang
saat itu juru tulis, tinggal bhersama di rumah Sutan Rajo Ameh, saudagar kopi yang
kaya-raya. Tidak banyak yang mengetahui kehidupan Natsir di masa kecil semasa di
sana. Orang-orang yang satu generasi dengan Natsir sudah tidak ada. Diketahui bah-
wa Natsir tidak lama tinggal di situ. Masa kecil Natsir dihabiskan di berbagai tempat
mengikuti ayahnya yang bekerja sebagai pegawai kolonial Belanda. Kini Alahan Pan-
jang tidak banyak berubah. Lembah Gumanti masih berhawa sejuk. Ladang sayuran
dan kebun kopi masih terhampar luas, meski tempat kelahiran Natsir telah berubah.
Dihajar bom Belanda dalam agresi militer. TEMPO Laporan Khusus 100 Tahun Mo-
hammad Natsir, 20 Juli 2008.

A KA R SUA R A GE M EREMANG DARI DAL AM SAKU JAS L USU H BER TA MBA L A N 129
Seorang lelaki Minang telah lahir! Lelaki Minang
telah lahir! Ia telah lahir! Mohammad Natsir
namanya. Lelaki yang sejak kanak-kanak telah
akrab dengan ceceran tinta, kertas yang kusut di
genggaman, serta jejak-jejak sepatu tentara kolonial
Belanda. Sebuah zaman yang tak akan bisa mati
dalam ingatan meski berkali mencoba dibunuh
dengan tajam bayonet, dengan letupan senapan,
juga dengan dentuman bom atom karena hingga
kini masih bersemayam luka di hulu hati. Semua
itu melekat, masih tercatat di Jembatan Berukir,
menghubungkan putusnya ingatan-ingatan masa
kecil yang tercecer begitu saja tanpa ada seorangpun
yang mengambil.

Danau, sungai, surau, dan perjalanan-perjalanan


dari suatu tempat ke tempat yang lain, mengeja
dan mengaji setiap kata kalimat dari satu catatan
ke kisah yang lain, menjadi kenangan dalam sebuah
potret buram, serupa bulan bintang yang pecah di
muka Danau Lembah Gumanti.

130 L AT I E F S E T I A N U G R A H A
// Seorang Anak Juru Tulis Pantang Menangis

Sekolah Belanda3, betapa tinggi bangkumu bagi


anak seorang juru tilis!

“Natsir... Natsir...”

Suara gemeremang keluar dari rekah tanah


menembus dinding batu ruang kelas yang pernah
menolak dimasuki anak-anak dekil, dengan
sepotong pensil di genggamannya. Rakyat, layaknya
belajar di Sekolah Rakyat. Dengan mencuri
sekalipun. Sebab bukan hanya penguasa semata
yang diperbolehkan mencuri. Maka, datanglah
3
Pendidikan Natsir dimulai di HIS (Hollandsch Inlandshs School) Adabiyah Padang,
MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) Padang (1923). Jejak 101 Tokoh Islam Indo-
nesia oleh Badiatul Rozikin, Badiatul Muchlisin Asti, dan Junaidi Abdul Manaf, 2009.
Lihat TEMPO Laporan Khusus 100 Tahun Mohammad Natsir, 20 Juli 2008. Dituliskan
bahwa setelah di usia 7-8 Natsir sekolah tak menentu, ia sempat bersekolah di Sekolah
Rakyat berbahasa Indonesia, yang di Jawa dikenal dengan istilah Sekolah Angka Loro.
Padahal Natsir ingin sekali sekolah di HIS dengan dinding batu yang kokoh. Di sini
Natsir pernah mendendam kecewa lantaran sekolah tersebut menolaknya. Pemer-
intah Belanda hanya menerima anak-anak pegawai negeri dan anak-anak saudagar
kaya. Pada saat itu Natsir mendengar bahwa sejumlah tokoh pergerakan mendirikan
HIS partikelir di Padang untuk menampung bumiputra yang tidak diterima di sekolah
pemerintah. Meski demikian, di sini Natsir tidak bertahan lama karena harus kembali
mengikuti ayahnya yang berpindah. Dan kali ini Natsir berhasil sekolah di kelas II HIS
Solok. Ia dititipkan di rumah Haji Musa. Di sini Natsir belajar bahasa Arab dan men-
gaji fikih. Dalam uji coba sekolah di HIS Natsir muda berhasil mengikuti pelajaran
dengan baik bahkan melampaui prestasi kawan-kawan kelasnya. Keseharian natsir
dihabiskan untuk belajar. Siang di HIS, sore hari di madrasah, dan malam mengaji Al
Quran. Setelah tiga tahun, saat kelas III ia terpilih menjadi guru bantu untuk kelas I.
Setelah lulus HIS, Natsir masuk ke MULO Padang —setingkat sekolah menengah
pertama. Di MULO natsir belajar bermain biola. Ia juga aktif di kepanduan organisasi
Pemuda Islam, Jong Islamiten Bond. Di MULO Natsir akhirnya bisa satu kelas dengan
murid-murid Belanda.

A KA R SUA R A GE M EREMANG DARI DAL AM SAKU JAS L USU H BER TA MBA L A N 131
sebagai kucing rumah, sembunyi atau pergi ketika
anjing datang menyerang.

“Natsir... Natsir...”

Suara gemeremang itu memanggil-manggil.


Belajarlah kepada dinding kayu dan atap rumbia
walau sementara! Di situ mimpi akan bangkit dari
tidurnya.

Di Solok, bulan bintang terlihat mencolok.


Mengajilah kepadanya, sebab ayat alam bersemayam
di kegelapan sepertiga malam.

Pagi yang basah. Pintu kelas yang dulu terkunci kini


mulai terbuka. Anak juru tulis itu belajar melampaui
kawan-kawannya. Lalu pada sore hari yang juga
basah ia musti ke madrasah. Malamnya Al Qur’an
digelar bersama bulan, bintang, dan semesta yang
terus berputar.

“Natsir... Natsir...”

Suara gemeremang itu kembali memanggil-manggil


dari kampung halaman. Kembalilah sebagai

132 L AT I E F S E T I A N U G R A H A
sebatang arang yang tak mudah patah, dan tuliskan:
“Merdeka..!” di tembok-tembok sekolah Belanda.

Perjalanan dan perjuangan baru dimulai. Dengan


gagah ia duduki bangku-bangku tinggi itu, beradu
siku dengan anak-anak Belanda (yang sempat
menghina) memerahkan telinga.

Diam-diam ia tanam cemburu. Dendam menyayat


seperti lengking biola yang ia mainkan. Adalah
dendam seorang anak juru tulis, pantang baginya
untuk menangis. Kesumat tak lagi terbendung, dari
Padang ia pergi ke Bandung.4

“Natsir...Natsir...”

Suara gemeremang muncul dari mulutnya yang


tak lancar berbahasa Belanda. Seorang meneer,
gurunya, selalu berkata nyinyir, persis seperti
nenek sihir pongah karena bisa berjalan di atas air.
Lantas, tanpa banyak kata ia membenamkan diri
ke kedalaman syair berjudul “De Bandjir”5 sebagai
4
Dari Padang Natsir pindah ke Bandung dan sekolah di AMS (Algemeene Midel
School). Natsir remaja mengambil jurusan Sastra Barat Klasik. Pendidikannya di AMS
—setingkat sekolah menengah atas, dibiayai oleh Pemerintah Belanda. Jejak 101 Tokoh
Islam Indonesia oleh Badiatul Rozikin, Badiatul Muchlisin Asti, dan Junaidi Abdul
Manaf, 2009.
5
Natsir mendapat hinaan dari gurunya saat ia tidak lancar bercakap-cakap dengan
bahasa Belanda. Meski lulusan dari MULO, kemampuan berbahasa Belanda Natsir

A KA R SUA R A GE M EREMANG DARI DAL AM SAKU JAS L USU H BER TA MBA L A N 133
Danau Lembah Gumanti jiwanya. Gebalau dalam
dada kian berkuala. Bara semakin menyala-nyala.
Kolonial bukan untuk debela! Sebab selain sepah
tebu tak ada manis yang ditinggalkan Belanda di
bumi Indonesia.

Adalah dendam seorang anak juru tulis, pantang


baginya untuk menangis, apalagi mengemis!

// Angin Berhembus Sejuk di Bandung

Belum usai. Dendam itu terus tumbuh di tepi


jalan sempit, lagi menikung. Menjerat lengkung
langkahnya.

“Natsir...Natsir...”

Suara gemeremang disusul gesekan biola6 dari


tak sefasih teman-teman lulusan MULO di Jawa. Padahal, layaknya sekolah Hindia
Belanda masa itu semuanya berbahasa pengantar Belanda. Oleh karenanya Natsir
banyak membaca di perpustakaan Gedung Sate untuk melahap buku bibliotek. Ia
selanjutnya memberanikan diri untuk bercakap dalam kesehariannya menggunakan
bahasa Belanda. Akhirnya ia ikut lomba deklamasi bahasa Belanda yang digelar seko-
lah. Mengambil syair karangan Multatuli berjudul “De Bandjir”, ia berlatih dengan
kawannya, Bachtiar Effendy. Saat lomba, Natsir sengaja mengenakan pakaian adat
Minang. Ia sukses mendeklamasikan syair tersebut dengan disambut tepuk sorak dari
hadirin, meski Meneer gurunya tetap dengan senyum dan tepuk tangan sinis. TEMPO
Laporan Khusus 100 Tahun Mohammad Natsir, 20 Juli 2008.
6
Saat studi di AMS Bandung Natsir remaja dipertemukan dengan ustadz A. Hassan.
A. Hassan adalah seorang keturunan India asal Singapura, tokoh PERSIS (Persatuan
Islam) garis keras yang banyak membimbing Natsir melakukan studi tentang Islam.
Keduanya sama-sama ahli menggesek biola. Perjumpaan dengan A. Hassan dan ke-

134 L AT I E F S E T I A N U G R A H A
sebuah rumah di ujung gang dengan papan
nama yang sudah tidak jelas, kabur digosok
usia. Percakapan-percakapan letih di beranda.
Menyampaikannya pada malam dengan bulan
bintangnya yang kerdip gemerlapan. Tidak tahu
persisnya, tapi ia telah kembali dari kegelisahan
yang tiada ujung pangkalnya. Maka jadilah ia ujung
pangkal itu sendiri.

“Natsir... Natsir...”

Suara gemeremang mekar dari kuncup payung


hitam, tongkat seorang lelaki tua.7 Ia datang seperti
hempasan angin dari sayap merpati. Menyejukkan.

Sebuah gedong kosong. Anggaplah itu sebagai


kado yang berisi anak-anak zaman yang lantang
aktifannya di organisasi Islam membuat Natsir memutuskan menolak beasiswa ke
Belanda, ia pun mendirikan sekolah Islam modern pertama di Indonesia. Natsir lebih
tertarik untuk terjun langsung di dunia pendidikan dan melakukan pembenahan
serta pembelaan kepada kaum yang tertindas.
7
Natsir saat itu masih berusia 23 tahun. Ia hanya memiliki modal semangat. Ia be-
lum memiliki teori samasekali dalam membuat sekolah. Namun, rumah kecil yang
menjadi cikal bakal sekolah Pendis (Pendidikan Islam) tak mampu lagi menampung
banyak murid.
Peruntungan sekolah Natsir berubah manakala Pak Haji Muhammad Yunus —orang
kaya, salah seorang tokoh Islam saat itu— mendatanginya di gudang sekolah. Ia
menawarkan sebuah gedung yang lebih besar akan kosong. Ruangannya lebih banyak
dan halamannya luas di jalan Pakgede nomor 74. Dari situ Natsir banyak mendidik
murid-muridnya untuk berpikir mandiri dan tidak minder. Para murid diajari kreati-
vitas yang dalam setahun sekali akan dipentaskan, seperti lagu karangan sendiri,
sandiwara, musik, dan kerajinan tangan. Tonil sekolah Pendis itu bahkan amat terke-
nal di Bandung. TEMPO Laporan Khusus 100 Tahun Mohammad Natsir, 20 Juli 2008.

A KA R SUA R A GE M EREMANG DARI DAL AM SAKU JAS L USU H BER TA MBA L A N 135
berteriak dari tepi jalan sempit, lagi menikung.
—Meski muslihat diam-diam mengintai, bersiap
menelikung.

// Surat-surat dari Langit

Bagaimana mungkin bibit-bibit kebencian tumbuh


dari langit, sementara hujan terus turun dan
mustahil akan surut

“Natsir... Natsir...”

Dari mulut putra sang fajar8 suara gemeremang


terus mengejar, masuk dalam celah-celah hati
gelisah menjelma pisau, mengiris risau. Membarah!
Dengan pedang langit9 pulalah ia tebas bibit-bibit
kebencian yang bertumbuhan, sama seperti ketika
ia mematahkan hujan. Sebab mendung terlalu
tebal menyelubungi bulan bintang. Burung-burung
limbung mencari lubang di langit yang paling
rendah.

8
stilah ini merujuk pada sebutan untuk Soekarno, Presiden Republik Indonesia per-
tama, penguasa Orde Lama —istilah yang diberikan kepada orde pimpinan Soekarno
menyusul adanya Orde Baru dibawah pimpinan Soeharto.
9
Natsir gencar mengkritik kaum nasionalis yang merendahkan Islam melalui tulisan-
tulisannya di majalah Pembela Islam. Meskpun demikian, ia juga tetap membela
Soekarno yang selama ini dia kritik, ketika Soekarno diadili pemerintah kolonial Be-
landa sebelum dibuang di Ende.

136 L AT I E F S E T I A N U G R A H A
Natsir, ia telah dibunuh oleh dirinya yang lain. Saat
hujan lebat, dan surat-surat dari langit berhamburan
bersama nama-nama yang samar.

“Natsir.. Natsir...”

Gumam suara gemeremang dari mulut putra sang


fajar yang dibuang.

Ende!10

Hari-hari bau tanah basah, langit terbelah, mustahil


darah tak tumpah.

// Bulan Bintang Menyambut Fajar

Tanah air. Anak-anak sungai bertarungan. Arus-arus


bersilangan. Namun, dari keruh lama-lama akan
jernih juga. Seperti langit mencintai bumi, bumi
mencintai langit; biting-biting hujan menancap
sebagai tanaman yang tumbuh sengit di antara
batu-batu, menjelma batang-batang pohon yang
Sebuah Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda tertanggal 28 Desember 1933
10

membuat Bung Karno yang saat itu berusia 35 tahun harus menjalani hukuman pem-
buangan sebagai tahanan politik di Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur. Di rumah
pengasingan ini, Sang Proklamator bersama istrinya Inggit Ganarsih, mertuanya Ibu
Amsih, dan dua anak angkatnya Ratna dan Kartika, menghabiskan waktu mereka se-
bagai tahanan politik.

A KA R SUA R A GE M EREMANG DARI DAL AM SAKU JAS L USU H BER TA MBA L A N 137
jauh menjulang sampai ke kaki langit.

“Natsir... Natsir...”

“Hij is de Man..!” Suara lantang putra sang fajar.11


Angkasa, bulan bintang bercahaya terang benderang.

Lihatlah ia! Natsir berdiri. Di bawahnya bayang-


bayang memanjang sebagai surat-surat dari langit,
dalam lembar-lembar kertas buram dengan tanda
tangan warna biru yang tergeletak di atas meja.
Kata-kata menjadi sandi yang akan membuka
rahasia-rahasia yang ditingkah waktu dan tak akan
selesai dibaca dipahami begitu saja.

Batas dan tepi, apa yang membedakannya? Tak ada


yang lain, selain kata-kata.

Namun, di tanah air, anak-anak sungai bertarungan,


arus-arus bersilangan, merah putih menjadi keruh,
keruh menjadi jernih, namun jernih bukan berarti
bersih.
Sejak awal ketika Sjahrir mengusulkan nama Matsir menjadi Menteri Penerangan,
11

Presiden Soekarno tidak keberatan. Ia menyambutnya dengan mengatakan “Hij is de


man (bahasa Belanda yang artinya dialah orangnya).” Agaknya Soekarno teringat akan
pengalamannya ketika berpolemik dan mengakui kepiawaian Natsir dalam menusun
kata-kata. Puncak kemesraan hubungan Soekarno dan Natsir terlihat pada saat pen-
gajuan mosi kembali ke negara kesatuan oleh Natsir di parlemen Republik Indonesia
Serikat. TEMPO Laporan Khusus 100 Tahun Mohammad Natsir, 20 Juli 2008.

138 L AT I E F S E T I A N U G R A H A
// Jas Bertambalan

Janji adalah sebuah tawanan dalam perang. Ditepati


atau tidak, ujungnya tetap saja pisau atau moncong
senapan. Nyawa jaminannya. Maka, sebuah mobil
mewah pun tak ada artinya lagi. Sebab kepala
belum berubah kaki, dan kaki tidak berubah kepala,
semuanya masih berada dalam satu tubuh. Tak ada
yang berubah.

Meski, rumah sebagai tempat tinggal harus selalu


berpindah —sebab semua itu bukanlah milik
sendiri. Perabot bekas dan segala isi bernyanyi bisu
di pagi hari.12

“Natsir... Natsir...”
12
Harapan anak-anak Natsir untuk menaiki mobil Implana buyar manakala ayah mer-
eka menolak tawaran dengan amat halus agar tidak menyinggung perasaan tamu-
nya ketika Natsir menjabat sebagai Menteri Penerangan di awal tahun 1946. Sewaktu
pusat pemerintahan berpindah di Yogyakarta, keluarga Natsir menumpang di pavili-
un milik Haji Agus Salim di jalan Gereja Theresia, sekarang jalan H. Agus Salim. Peri-
ode menumpang di rumah orang baru berakhir saat mereka menempati rumah meski
tanpa perabotan yang diberikan pemerintah untuk Menteri Penerangan. Setelah
Natsir mundur dari jabatan Perdana Menteri pada maret 1951 dana taktis hak Natsir
diberikannya ke koperasi karyawan tanpa sepeserpun ia meminta. Kehidupan seder-
hana tersebut membuat Natsir dan keluarganya mampu bertahan saat takdir men-
gubah hidup mereka dari kelompok anak Menteng menjadi anak hutan di sumatera
ketika meletus pemberontakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia/Per-
juangan Rakyat Semesta. Selama tahun 1960-1966 Natsir mendekam dari satu penjara
ke penjara yang lain. Keluarga kehilangan rumah karena hartanya diambil alih oleh
kerabat seorang pejabat pemerintah. Mereka menjalani kehidupan nomaden, terus
berpindah kontrakan hingga akhirnya bisa membeli rumah kecil dari seorang teman
dengan dicicil bertahun-tahun dengan mengais pinjaman dari sejumlah teman.

A KA R SUA R A GE M EREMANG DARI DAL AM SAKU JAS L USU H BER TA MBA L A N 139
Suara melengking dari jauh. Dari jarak yang lama
ditempuh. Panjang benang yang terurai dari
gulungan bisa kusut bahkan putus di bentangan.
Namun jarak bukanlah sesuatu yang menjadi soal.
Bukan pokok dari silang sengkarut zaman.

“Perdana Menteri...!”

Tak ada selain jas dan kemeja lusuh bertambalan13


yang mengerti betapa benang kusut sangat berarti
menjadi sebaris kalimat dari huruf-huruf masa lalu,
menjadi bahasa ibu yang barangkali seratus tahun
lagi akan tamat riwayatnya, tanpa kisah, obituari,
dan kenangan dalam celah kancing baju atau ujung
serabut benang yang sulit dimasukkan dalam
lubang jarum. Dan, kemeja serta jas bertambalan
itu apakah masih akan dipakai meski waktu tiada
tepermanai? Setelah itu, barangkali pisau senapan
akan dikeluarkan dari dalam laci almari.

13
Dalam buku Natsir, 70 Tahun Kenang-kenangan Kehidupan dan Perjuangan, George
McTurnan Kahin, Indonesianis asal Amerika yang bersimpati pada perjuangan bang-
sa Indonesia bercerita tentang pertemuannya pertamanya dengan Natsir yang menge-
jutkan. Natsir menjabat sebagai Menteri Penerangan. Kahin tak bisa melupakan
penampilan sang menteri. “Ia mengenakan kemeja bertambalan, sesuatu yang belum
pernah saya lihat pada pegawai pemerintah manapun” kata Kahin.

140 L AT I E F S E T I A N U G R A H A
// Di Tubir Jurang

Cakrawala berlukis mendung. Lagi-lagi hujan turun


tiada terbendung. Impian dan cita-cita diguyur
darah dan air mata. Merendam pulau-pulau.
Menenggelamkan anak-anak yang riang bernyanyi
“Padamu Negeri”.

Genangan mulai surut, tapi jembatan-jembatan


roboh. Entah kapan tanah air akan bisa kembali
berpaut. Serupa tanah yang rekah di musim
kemarau debu-debu kemelut. Setangkup telapak
tangan menutup hidung dan mulut. Di tubir jurang,
sepenggal doa termangu sendirian.

// Matahari Kembar

Kuhitung detik-detik yang terjatuh dari jam dinding


di tembok kamar. Letih. Di ketiak, kisah cerita
bersembunyi lalu ngalir begitu basah dan deras
bersama waktu yang telah terampas.

Akan ada hari ketika masing-masing dari kita


kembali tak bernama, berpeluh melupakan serakan
kenangan dan setumpuk harapan. Namun, akan ada

A KA R SUA R A GE M EREMANG DARI DAL AM SAKU JAS L USU H BER TA MBA L A N 141
waktu untuk bertemu, berkumpul menertawakan
diri sendiri. Sebab, setiap malam bencah cahaya
senantiasa tidur bersama, di waktu yang sama, di
ruang yang sama, dan di bawah ketegangan yang
sama; meski mimpi mereka senantiasa berbeda!

Subuh menyorong matahari dalam tidur. Belum ada


setengah jalan, garang panasnya pelahan melayukan.
Daun-daun menguning dan berguguran. Putra
sang fajar mulai berang. 14 Tak ada sejarah matahari
kembar mau menyatu menjadi seberkas sinar yang
lebih besar.

Ke dalam hutan, sejarah bersembunyi.

“Natsir... Natsir...”

Suara menggaung di dinding-dinding sel penjara


memaksa menyeretnya. Tangan-tangan palsu saling
rebut dengan tangan-tangan yang lain. Betapa
14
Ketika Mosi kembali ke negara kesatuan berhasil memenangi suara mayoritas di
parlemen, Natsir dari Masyumi ditunjuk Soekarno sebagai Perdana Menteri yang
akan memimpin kabinet yang dianggap memiliki konsepsi untuk menyelamatkan Re-
publik melalui konstitusi. Ketika Natsir menjadi Perdana Menteri, meski alot karena
tidak mendapat dukungan dari PNI dan PKI Natsir tetap dipercaya Soekarno untuk
membentuk kabinet, akhirnya terbentuklah Zakenkabinet alias kabinet ahli lantaran
orang-orang yang dipilih sebagai menteri adalah orang-orang ahli sesuai pertimban-
gan-pertimbangan partai. Sayang Kabinet Natsir hanya berumur tujuh bulan. Ironis-
nya, terpilihnya Natsir sebagai Perdana Menteri justru menjadi awal retaknya hubun-
gan dengan Presiden Soekarno.

142 L AT I E F S E T I A N U G R A H A
malang nasibnya bagai batu purba ia diasingkan,
tersingkir ke pinggir, dihimpit rasa sakit dalam
hatinya yang menganga.

Batu yang malang di Batu Malang.

Tak ada kesakitan yang lebih perih selain kesepian,


dihianati kekasih, dan dianggap lawan perang kawan
sendiri. Yang benar memang akan selalu tumbang
dan dibuang. Disingkirkan keadaan. Sementara
itu, musuh di balik bantal yang berupa kata-kata,
menelusup dalam telinga.

Sudah jelas; “air dan minyak memang tak akan bisa


menyatu meski digodog dan diaduk-aduk di atas
panas tungku”.

// Pelukan-pelukan Erat

Tiga setengah tahun meninggalkan Jakarta


banyak cerita dan rahasia,15 tapi hanya sedikit
yang terungkap. Sisanya ditenggelamkan ke dalam
samudera.
15
Natsir dapat menghirup udara bebas setelah pergantian rezim dari Orde Lama ke
Orde Baru, yakni setelah presiden Soekarno Jatuh dari kursi kepresidenannya. Na-
mun ia dilarang kembali berpolitik. Namun, Natsir tetap beraktivitas. Ia kemudian
aktif di organisasi dakwah internasional.

A KA R SUA R A GE M EREMANG DARI DAL AM SAKU JAS L USU H BER TA MBA L A N 143
Oh, bulan bintang yang kerdip gemerlapan semesta
menyambutmu dengan derap langkah beriring
takbir. Kembalilah! Kembalilah dengan mengenakan
baju baru, jubah langit yang maha luasnya berwarna
biru!

“Natsir... Natsir...”

Suara gemeremang kembali memanggil dari balik


pintu. Lalu menggedor-gedor lamunan dan bayang
tentang masa lalu. Sebab sejarah adalah ramalan
yang dikisahkan dalam tutur kata juga dalam serat
dan babat. Tentu semua itu entah ada atau tidak
nyatanya. Maka kita musti terus-menerus bertanya!

Tangan demi tangan silih berganti meraih jabat dan


pelukan erat, bertukar cerita

atau sekedar mencurahkan isi hati, tentang suka


cita sampai duka lara. Barangkali itu yang akan
dirindukan kelak, entah berapa ratus tahun
kemudian. Atau malah dilupakan begitu saja tanpa
tercatat sejarah dalam prasasti maupun legenda.

“Natsir... Natsir...”

144 L AT I E F S E T I A N U G R A H A
Suara dalam dirinya memanggil. Terus-menerus
memanggil. Ringkih tubuhnya gemetar bersandar
pada tonggak yang mulai rapuh. Dan di ruang
tamu semua itu menjadi jawaban tentang aral yang
melintangi masa lalunya.

Kini, dia menjelma biduk yang ditumpangi banyak


orang, menyeberangi samudera menyusuri sejarah
sekaligus ramalan, dengan siapa saja dan ke mana
saja.

// Potret Usang

Apa yang bisa kita kenang dari potret-potret usang


masa lalu selain rasa sakit dan penyesalan? Apa yang
bisa kita banggakan dari semua itu selain tangis di
sebuah malam yang meleleh?

Semua akan terus tercatat menjadi bertumpuk


buku, atau tersimpan dalam almari bersama kemeja
dan jas bertambalan sebagai puisi.

“Natsir... Natsir...”

A KA R SUA R A GE M EREMANG DARI DAL AM SAKU JAS L USU H BER TA MBA L A N 145
Suara itu terus bergemeremang dalam remang.
Suaramu wahai Natsir, suara kaummu.16

Yogyakarta, 2013-2014

Biodata Penulis

Latief S. Nugraha, lahir di Kulon Progo 6 September


1989. Sekolah sejak Taman Kanak-kanak hingga
Sekolah Menengah Atas di Samigaluh. Melanjutkan
studi S1 di Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
FKIP, UAD dan S2 di Program Pascasarjana Ilmu
Sastra, FIB, UGM.

Beberapa tulisannya (puisi, cerpen, dan catatan


budaya) dipublikasikan di sejumlah media massa
dan termaktub dalam sejumlah buku antologi
bersama. Beberapa kesempatan terpilih menjadi
juara dan nominasi dalam sayembara penulisan
16
Sebuah baris dalam puisi yang ditulis Buya Hamka secara khusus untuk M. Nat-
sir, pada tgl 13 November 1957 setelah mendengar uraian pidato Pak Natsir dengan
tegas menawarkan kepada Sidang Konstituante agar menjadikan Islam sebagai dasar
negara RI.

146 L AT I E F S E T I A N U G R A H A
puisi dan cerpen. Tahun 2012 silam menerbitkan
buku Seikat Puisi Tiga Sahabat bersama Iqbal H.
Saputra dan Fitri Merawati yakni sungaisungai-
muara-muara-pesisirpesisir (Masyarakat Poetika
Indonesia-Pustaka Pelajar). Selain menulis ia juga
terlibat dalam penyusunan sejumlah buku sastra di
Yogyakarta, di antaranya Taman Mimpi Nawawarsa
(Gress Publishing), Wajah (Arti), Serumpun:
Kumpulan Puisi Penyair Yogya-Kualalumpur (HKSY),
Tiga Belas: Catatan Perjalanan Studio Pertunjukan
Sastra (SPS-Interlude), Pawestren: Kumpulan Puisi
Penyair Perempuan Yogya (ELF-Madah), Lintang
Panjer Wengi di Langit Yogya: Antologi Puisi 90
Penyair Yogya (Ilmu Giri) Sesotya Prabangkara ing
Langit Ngayogya: Antologi Geguritan 33 Penggurit
Ngayogya (Ilmu Giri), Bolak-balik Bulaksumur
(FIB UGM), Maestro Sastra: Antologi Esai dan
Puisi Sastrawan Yogyakarta (Benteng Budaya-
Interlude), dan Antologi Sastra Karya Leluhur
Sastrawan Yogyakarta (SPS-Interlude). Sedang
mempersiapkan buku antologi puisi tunggalnya
Menoreh Bukit Menoreh.

Pernah turut serta menggiatkan forum diskusi


Budidaya Sastra Indonesia (BuSI-UAD), Divisi
Sastra dan manager Musik Puisi Teater JAB-UAD,

A KA R SUA R A GE M EREMANG DARI DAL AM SAKU JAS L USU H BER TA MBA L A N 147
Komunitas Kopi Lembah, Komunitas Gress, Diskusi
Sastra PKKH UGM, Forum Apresiasi Sastra LSBO
PP Muhammadiyah, dan Paguyuban Wayang
Orang Panca Budaya DIY. Saat ini aktif di Studio
Pertunjukan Sastra (SPS) Yogyakarta yang semenjak
pendirinya meninggal, yakni Hari Leo AER,
kemudian didampingi oleh Mustofa W. Hasyim dan
Iman Budhi Santosa.

Latief, saat ini tinggal di kampung halamannya


Gebang RT 82/ RW 38 Sidoharjo, Samigaluh,
Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kode
pos: 55673, E-mail: harjomartono89@gmail.com,
Twitter: @_BukitMenoreh, Hp. 085292588555.

148 L AT I E F S E T I A N U G R A H A

Anda mungkin juga menyukai