Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

3 Laporan Petrologi Batuan Metamorf Foliasi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM PETROLOGI

BATUAN METAMORF FOLIASI

Disusun Oleh :

ANDY YANOTTAMA

F1D114008

PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN

JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. DASAR TEORI


A. Pengertian Batuan Metamorf
Batuan metamorf adalah batuan ubahan yang terbentuk dari batuan
aslinya, berlangsung dalam keadaan padat, akibat pengaruh peningkatan suhu
(T) dan tekanan (P) yang tinggi. Batuan metamorfosa disebut #uga dengan
batuan malihan atau ubahan, demikian pula dengan prosesnya, proses malihan.
Proses metamorfisme atau malihan merupakan perubahan himpunan mineral
dan tekstur batuan, namun dibedakan denag proses diagenesa dan proses
pelapukan yang juga merupakan proses dimana terjadi perubahan. Proses
metamorfosa berlangsung akibat perubahan suhu dan tekanan yang tinggi,
diatas 200 dan 300 Mpa (mega pascal), dan dalam keadaan padat. Sedangkan
proses diagenesa berlangsung pada suhu dibawah 200 dan proses pelapukan
pada suhu dan tekanan normal, #auh diba+ahnya, dalam lingkungan atmosfir.

B. Struktur Batuan Metamorf


Adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk atau
orientasi unit poligranular batuan tersebut. (Jacson, 1997). Secara umum
struktur batuan metamorf dapat dibadakan menjadi struktur foliasi dan
nonfoliasi (Jacson, 1997).
1) Struktur Foliasi
Merupakan kenampakan struktur planar pada suatu massa. Foliasi
ini dapat terjadi karena adnya penjajaran mineral-mineral menjadi lapisan-
lapisan (gneissoty), orientasi butiran (schistosity), permukaan belahan
planar (cleavage) atau kombinasi dari ketiga hal tersebut (Jacson, 1970).
Struktur foliasi yang ditemukan adalah :
a. Slaty Cleavage
Umumnya ditemukan pada batuan metamorf berbutir sangat
halus (mikrokristalin) yang dicirikan oleh adanya bidang-bidang belah
planar yang sangat rapat, teratur dan sejajar. Batuannya disebut slate
(batusabak).

Gambar : Struktur Slaty Cleavage dan Sketsa Pembentukan Struktur Phylitic

b. Phylitic

Struktur ini hampir sama dengan struktur slaty cleavage tetapi


terlihat rekristalisasi yang lebih besar dan mulai terlihat pemisahan
mineral pipih dengan mineral granular. Batuannya disebut phyllite
(filit)

Gambar : Struktur Phylitic

c. Schistosic

Terbentuk adanya susunan parallel mineral-mineral pipih,


prismatic atau lentikular (umumnya mika atau klorit) yang berukuran
butir sedang sampai kasar. Batuannya disebut schist (sekis).
Gambar : Struktur Schistosic dan Sketsa Pembentukan Struktur

d. Gneissic/Gnissose

Terbentuk oleh adanya perselingan., lapisan penjajaran mineral


yang mempunyai bentuk berbeda, umumnya antara mineral-mineral
granuler (feldspar dan kuarsa) dengan mineral-mineral tabular atau
prismatic (mioneral ferromagnesium). Penjajaran mineral ini
umumnya tidak menerus melainkan terputus-putus. Batuannya disebut
gneiss.

Gambar : Struktur Gneissic dan Sketsa Pembentukan Struktur

C. Tekstur Batuan Metamorf


Merupakan kenampakan batuan yang berdasarkan pada ukuran,
bentuk dan orientasi butir mineral dan individual penyusun batuan metamorf.
Penamaan tekstur batuan metamorf umumnya menggunakan awalan blasto atau
akhiran blastic tang ditambahkan pada istilah dasarnya. (Jacson, 1997).

1) Tekstur Berdasarkan Ketahanan Terhadap Proses Metamorfosa

Berdasarkan ketahanan terhadap prose metamorfosa ini tekstur batuan


metamorf dapat dibedakan menjadi:

a. Relict/Palimset/Sisa

Merupakan tekstur batuan metamorf yang masih menunjukkan sisa


tekstur batuan asalnya atau tekstur batuan asalnya nasih tampak pada
batuan metamorf tersebut.

b. Kristaloblastik

Merupakan tekstur batuan metamorf yang terbentuk oleh sebab


proses metamorfosa itu sendiri. Batuan dengan tekstur ini sudah
mengalami rekristalisasi sehingga tekstur asalnya tidak tampak.
Penamaannya menggunakan akhiran blastik.

2) Tekstur Berdasarkan Ukuran Butir

Berdasarkan butirnya tekstur batuan metmorf dapat dibedakan menjadi:

a. Fanerit, bila butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata

b. Afanitit, bila ukuran butir kristal tidak dapat dilihat dengan mata.

3) Tekstur berdasarkan bentuk individu kristal


Bentuk individu kristal pada batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:

a. Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan bidang kristal


itu sendiri.

b. Subhedral, bila kristal dibatasi oleh sebagian bidang permukaannya


sendiri dan sebagian oleh bidang permukaan kristal disekitarnya.

c. Anhedral, bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan


kristal lain disekitarnya.

Berdasarkan bentuk kristal tersebut maka tekstur batuan metamorf


dapat dibedakan menjadi:

a. Idioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk euhedral.

b. Xenoblastik/Hypidioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal


berbentuk anhedral.

4) Tekstur Berdasarkan Bentuk Mineral

Berdasarkan bentuk mineralnya tekstur batuan metamorf dapat


dibedakan menjadi:

a. Lepidoblastik, apabila mineralnya penyusunnya berbentuk tabular.

b. Nematoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk prismatic.

c. Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular,


equidimensional, batas mineralnya bersifat sutured (tidak teratur) dan
umumnya kristalnya berbentuk anhedral.

d. Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular,


equidimensional, batas mineralnya bersifat unsutured (lebih teratur) dan
umumnya kristalnya berbentuk anhedral.
Selain tekstur yang diatas terdapat beberapa tekstur khusus lainnya
diantaranya adlah sebagai berikut:

a. Perfiroblastik, apabila terdapat mineral yang ukurannya lebih besar


tersebut sering disebut porphyroblasts.

b. Poikloblastik/Sieve texture, tekstur porfiroblastik dengan porphyroblasts


tampak melingkupi beberapa kristal yang lebih kecil.

c. Mortar teksture, apabila fragmen mineral yang lebih besar terdapat


padamassadasar material yang barasal dari kristal yang sama yang terkena
pemecahan (crhusing).

d. Decussate texture, yaitu tekstur kristaloblastik batuan polimeneralik yang


tidak menunjukkan keteraturan orientasi.

e. Saccaroidal Texture, yaitu tekstur yang kenampakannya seperti gula pasir.

f. Batuan mineral yang hanya terdiri dari satu tekstur saja, sering disebut
berstektur homeoblastik.

1.2 TUJUAN PRAKTIKUM

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :


1. Mampu menjelaskan pembentukan batuan Metamorf Foliasi
2. Mampu mendeskripsikan batuan Metamorf Foliasi secara megaskopis.
3. Mampu mengidentifikasi batuan Metamorf Foliasi.

1.3 ALAT DAN BAHAN


1) Alat :
Alat tulis
Lembar Kerja
Komparator Batuan
Lup
2) Bahan
Sampel Batuan Metamorf Foliasi

1.4 PROSEDUR KERJA


Adapun prosedur kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1) Disiapkan alat tulis dan lembar kerja
2) Diambil foto sampel batuan
3) Diperhatikan sampel batuan
4) Digambar sampel batuan pada lembar kerja
5) Digunakan alat bantu lup dan komparator batuan untuk mendeskripsikan
sampel batuan
6) Dideskripsikan sampel batuan
7) Dicatat hasil deskripsi pada lembar kerja
2.1. Dsf

2.2. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini yang berjudul batuan metamorf berfoliasi, yang
mana Batuan metamorf itu sendiri merupakan batuan yang terbentuk dari proses
metamorfisme pada batuan yang telah ada sebelummya. Dan perlu diketahui pula
Proses metamorfisme merupakan proses perubahan mineral dan tekstur atau
struktur batuan dalam keadaan padat akibat perubahan tekanan dan temperature
yang tinggi dalam kerak bumi tanpa mengubah komposisi kimia.
Batuan metamorf juga merupakan batuan bentukan akibat proses
perubahan temperatur atau tekanan dari batuan yang telah ada sebelumnya. Akibat
bertambahnya temperatur atau tekanan, batuan sebelumnya akan berubah tektur
dan strukturnya sehingga membentuk batuan baru dengan tekstur dan struktur
yang baru pula. Contoh batuan yang tidak asing yaitu batu sabak atau slate yang
merupakan perubahan batu lempung.

Dari empat sampel batuan metamorf foliasi yang telah di


deskripsikan secara megaskopis oleh praktikan didapat

1. Sampel Batuan pertama


Pada batuan pertama ini, memiliki warna merah kecoklatan pada
batuannya, strukturnya termasuk kedalam batuan metamorf foliasi
Slaty Cleavage, hal ini dikarenakan memiliki penjajaran yang parallel
dari mineral pipih seperti mika. Teksturnya merupakan kristaloblastik-
Lipidoblastik karena terdiri atas mineralmineral tabular/pipih.
Komposisi mineralnya terdiri atas mineral stress yaitu mika. Dapat
dijelaskan bahwa batu ini merupakan Batu Slate Mika / Sabak Mika
2. Sampel Batuan kedua
Pada batuan kedua ini, memiliki warna abu-abu kehitaman pada
batuannya. Struktur batuannya termasuk kedalam struktur foliasi
gneisstosa yaitu struktur perulangan dari mineral pipih dan
mineralgranular, mineral pipih orientasinya tidak menerus atau terputus.
Teksturnya termasuk kedalam lepidoblastik yaitu terdiri atas mineral-
mineral tabular pipih. Memiliki komposisi mineral anti stress berupa
kuarsa. Dapat dijelaskan bahwa batuan ini merupakan Batu Gneiss
3. Sampel Batiga
Sampel batu ketiga ini memiliki warna hitam pada batunnya. Struktur
batuannya termasuk kedalam batuan metamorf foliasi-filitik, hal ini
disebabkan karena adanya rekristlisasi yang lebih kasar, batuannya lebih
mengkilap dn mulai terjadi pemisahan antara mineral pipih dan mineral
granularnya,meskipun belum begitu jelas. Teksturnya termasuk kedalam
kristaloblastik- Nematoblastik karena pada batuan ini terdiri atas
mineral-mineral prismatic. Batuan ini merupakan Batu Filit
4. Sampel Batu keempat

Sampel batu keempat ini memiliki warna abu keputihan. Struktur pada
batuan ini memiliki strktur foliasi-Skistosa, hal ini disebabkan adanya
struktur perulangan dari mineral pipih dan mineralgranular, mineral
pipih orientasinya tidak menerus atau terputus. Teksturnya merupakan
kristaloblastik-lepidoblastik karena terdiri atas mineralmineral
tabular/pipih. Komposisi mineralnya berupa mineral stress yaitu mika.
Sehingga dapat dijelaskan bahwa batu ini merupakan Batu Sekis Mika

BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa


kesimpulan sebagai berikut :
1. Batuan metamorf (atau batuan malihan) adalah salah satu
kelompok utama batuan yang merupakan hasil transformasi
atau ubahan dari suatu tipe batuan yang telah ada
sebelumnya, protolith, oleh suatu proses yang disebut
metamorfisme, yang berarti "perubahan bentuk".[1] Batuan
asal atau protolith yang dikenai panas (lebih besar dari 150
[2]
Celsius) dan tekanan ekstrem (1500 bar), akan
mengalami perubahan fisika dan/atau kimia yang besar.
Protolith dapat berupa batuan sedimen, batuan beku, atau
batuan metamorf lain yang lebih tua.
2. Secara megaskopis pendeskripsian batuan Metamorf Foliasi yang dapat
diteliti yaitu : Warna, Jenis Batuan, Struktur, dan Tekstur, Komposisi
mineral (Mineral Stress/ Mineral antristress).
3. Berdasarkan pengamatan dan deskripsi sampel batuan, maka dapat
diidentifikasi :
- Sampel 1 : Batu Sabak/slate
- Sampel 2 : Batu Gneiss
- Sampel 3 : Batu Filit
- Sampel 4 : Batu sekis mika

3.2. SARAN

Disarankan kepada asisten laboratium dalam hal ini asisten praktikum


petrologi untuk kedepannya agar para asisten dapat konsisten dengan jadwal
praktikum yang telah di setujui bersama dan juga kepada para asisten dapat satu
suara dalam memberikan informasi praktikum guna memperkecil kesalahpahaman
oleh para praktikan.

DAFTAR PUSTAKA

Putra, Vishnu Dewa. 2013. Batuan Metamorf Ubah Malihan. https: // www.
academia. edu/ 8353892/ BATUAN_METAMORF_UBAH_MALIHAN_.
(Diakses pada 4 April 2016)

Prabowo, Angga Riski. 2013. Petrologi Batuan Metamorf.


https://www.academia.edu/5115575/BAB_I_PETROLOGI_BATUAN_MET
AMORF. (Diakses pada 4 April 2016)
Setyobudi, Tri. 2012. Struktur dan Tekstur Batuan Metamorf.
https://ptbudie.wordpress.com/2012/04/11/struktur-dan-tekstur-batuan-
metamorf/. (Diakses pada 4 April 2016)

Susanto, Arif. 2008. Diktat Praktikum Petrologi. ITB : Bandung.

Anda mungkin juga menyukai