Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Lap. Praktikum - Batuan Malihan - Ihshan M Ahmadi - 055123733

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KEGIATAN PRAKTIKUM

MINERAL OPTIK - PETROGRAFI

Nama : Ihshan Mukhlis Ahmadi


N.P.M : 055123733
Tanggal/Hari : Jumat, 21 Juni 2024
Materi : Batuan Malihan

LABORATORIUM TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS PAKUAN
Jl. Pakuan, P.O. Box 453 Bogor, Telp/Fax : 0251-8311007
1. Pendahuluan

a. Pengertian Batuan Metamorf


Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan induk (batuan beku,
sedimen, maupun batuan metamorf) yang telah mengalami perubahan
minerologi, tekstur dan struktur akibat pengaruh temperatur dan tekanan yang
tinggi.
Kata “metamorf” berasal dari Yunani, “META” = perubahan, “MORPH” =
bentuk, jadi metamorf adalah perubahan bentuk. Dalam ilmu geologi,
metamorf khusus menjelaskan perubahan kumpulan dan tekstur mineral
dimana hasilnya berasal dari inti batuan berupa tekanan dan perbedaan
temperature dari bentuk batuan dasar. Diagenesis juga menjelaskan
perubahan bentuk dari batuan sediment. Didalam geologi proses diagenesa
terbentuk pada temperature kurang lebih 2000 C, dan tekanan kurang dari
300Mpa standard Mpa berupa mega pascal dengan eqivalen tekanan
berkisar 3000 atm. Metamorfisme terbentuk pada temperature dan tekanan
minimal lebih dari 2000 C dan lebih dari 300 Mpa. Batuan dapat juga
terbentuk pada temperature dan tekanan yang tinggi, seperti halnya batuan
yang berada dibawah pada suatu kedalaman di dalam bumi. Burial biasanya
berada pada suatu tempat seperti hasil dari proses tektonik, misalnya
tumbukan benua ( Subduksi ). Batas tertinggi dari metamorfisme terjadi pada
tekanan dan temperature yang menyebabkan Partial melting.
Petrogenesa atau Metamorfisme terbentuk pada temperature dan tekanan
minimal lebih dari 2000 C dan lebih dari 300 Mpa.Metamorfisme adalah
proses perubahan struktur dan mineralogy batuan yang berlangsung pada
fase padatan, sebagai tanggapan atas kondisi kimia dan fisika yang berbeda
dari kondisi batuan tesebut sebelumnya. Metamorfosa tidak temasuk pada
proses pelapukan dan diagenesa. Wilayah proses berada antara suasana
akhir proses diagenesa dan permulaan proses peleburan batuan menjadi
tubuh magma.

Gambar 1 penampang yang memperlihatkan lokasi batuan metamorf (Gillen, 1982)


Gambar 2 Klasifikasi Batuan Metamorf berdasarkan tekanan dan suhu (O’Dunn dan
Sill,1986).

1) Metamorfisme
Metamorfisme adalah proses perubahan struktur dan mineralogy batuan yang
berlangsung pada fase padatan, sebagai tanggapan atas kondisi kimia dan
fisika yang berbeda dari kondisi batuan tesebut sebelumnya. Metamorfosa
tidak temasuk pada proses pelapukan dan diagenesa. Wilayah proses berada
antara suasana akhir proses diagenesa dan permulaan proses peleburan
batuan menjadi tubuh magma.
Berdasarkan penyebabnya batuan metamorf dibagi menjadi empat yaitu
a) Metamorfisme kontak/ termal, pengaruh T dominan
Terjadi pada batuan terpanasi leh intrusi magma yang besar. Pancaran
panas tersebut akan semakin menurun bila semakin jauh dari tubuh
intrusinya.
b) Metamorfisme dinamo/ kataklastik/dislokasi/kinematik, pengaruh P
dominan,
Terbatas pada sekitar sesar, dengan penghancuran mekanik dan tekanan
shear menyebabkan perubahan fabric batuan. Batuan hasil kataklastik
seperti breksi sesar, milonit, filonit, dinamai berkaitan dengan ukuran
butirnya.
c) Metamorfisme regional, terpengaruh P & T, serta daerah luas.
Sering dikaitkan dengan jalur orogenesa, berlangsung berkaitan dengan
gerak – gerak penekanan. Hal ini dibuktikan dengan struktur siskositas.
d) Metamorfisme Regional Beban,
Metamorfisme ini tidak berkaitan dengan orogenesa atau intrusi magma.
Suatu sediment pada cekungan yang dalam akan terbebani material
diatasnya. Suhunya hingga pada kedalaman yang besar yang berkisar
antara 4000C – 4500C.
Gambar 3 Diagram skematik yang memperlihatkan hubungan antara T & P untuk jenis-jenis
metamorfosa yang berbeda (Winkler, 1967).

b. Tekstur Secara Petrografi


Secara umum kandungan mineral didalam batuan metamorf akan
mencerminkan tekstur, contoh melimpahnya mika akan memberikan tekstur
skistose pada batuannya. Dengan demikian tekstur dan minerologi
memegang peranan penting di dalam penamaan batuan metamorf. Dengan
munculnya konsep fasies, penamaan batuan kadang – kadang rancu dengan
pengertian fasies. Mineral dalam batuan metamorf disebut mineral
metamorfisme yang terjadi karena kristalnya tumbuh dalam suasana padat
dan batuan mengkristal dalam lingkungan cair. Tekstur yang berkembang
selama proses metamorfisme secara tipikal penamaanya mengikuti kata-kata
yang mempunyai akhiran -blastik. Contohnya, batuan metamorf yang
berkomposisi kristal-kristal berukuran seragam disebut dengan granoblastik.
Secara umum satu atau lebih mineral yang hadir berbeda lebih besar dari
rata-rata; kristal yang lebih besar tersebut dinamakan porphiroblast.
Atau juga menunjukkan batuan asalnya misal awalan “meta” untuk
memberikan nama suatu batuan metamorfisem apabila masih dapat dikenali
sifat dari batuan asalnya contoh : metasedimen, metaklastik, metagraywacke,
metavolkanik,dan lain- lain.Jika batuan masih terlihat tekstur sisa maka
tekstur diakhiri akhiran “Blasto” misal blasto porfiritik, dan memakai
akhiran”blastik” apabila ataun asal maupan sisa bataun sudah tidak kelihatan
lagi karena telah mengalami proses rekristalisasi contoh “Granolobastik” dan
lain lain.

1) Bentuk
Idioblastik, merupakan suatu Kristal asal metamorfisme yang dibatasi oleh
muka Kristal itu sendiri
Xenoblastik, merupakan suatu Kristal asal metamorfisme yang dibatasi
bukan oleh muka kristalnya sendiri, ini ekivalen dan anhedral.

2) Orientasi
a) Orientasi yang tidak kuat
Batuan equigranuler yaitu batuan dengan butiran – butiran mineral yang
hampir sama ukurannya.
Tekstur mosaik : kristalnya eqiudimensional, pada umumnya berbentuk
polygonal dengan batas – batas Kristal lurus atau melengkung.
Tekstur suture : kristalnya equidimensional atau lentikuler, mempunyai
batas – batas tak teratur, banyak diantaranya saling menembus terhadap
butir – butir disampingnya. Jika batuan xenoblastik sangat interlocking
disebut suture.
Tekstur mylenitik : suatu penghancuran mekanik, berbutir amat halus
tanpa rekristalisasi mineral – mineral primer dan beberapa batuannya
memperlihatkan kenampakan berarah sebagai lapisan – lapisan tipis
material terhancurkan dapat terlitifikasi oleh proses sementasi larutan
hidrotermal.
Tekstur hornfelsik : suatu jenis yang berkembang dalam batuan sedimen
pelitik oleh metamorfisme termal. Shale dan batuan karbonat berubah
secara luas tetapi batupasir memperlihatkan sedikit menjadi kuarsit.
Perwujudan nyata berupa pembentukan mika dan klorit yang terlihat
sebagai bintik – bintik.
Tekstur kristaloblastik : suatu tekstur kristalin yang terbentuk oleh
kristalisasi metamorfisme
 Xenonoblstik, bila kristalnya subhedral dan unhedral.
 Idioblastik, bila kristalnya euhedral.
 Lepidoblastik, bila orientasi mineral - mineral pipih atu tabular
menunjukkan hampir paralel atau paralel.
 Nematoblastik, bila susunan paralel atu hampir parallel merupakan
mineral – mineral prismatik atau fibrous.
Tekstur porfiriblastik : merupakan tekstur kristoblastik yang tersusun oleh
2 mineral atau lebih. Berbeda ukuran butirnya dan ekivalen dengan
tekstur porfiritik dalam batuan beku, kristal – kristal yang besar yang besar
(tunggal) disebut porfiroblast.

Gambar 4 Tekstur Porfiroblast

Tekstur poikiloblastik : istilah lain dari tekstur saringan ”sieve” yang


dicirakan oleh porfiroblast – porfiroblast yang mengandung sejumlah
butiran – butiran yang lebih kecil (inklusi).
Gambar 5 Tekstur poikiloblastik
Tekstur Porphyroklas: tekstur batuan metamorf yang dicirikan oleh
adanya kristal besar (umumnya K-feldspar) dalam massa dasar mineral
yang lebih halus. Bedanya dengan porphyroblastik adalah,
porphyroklastik tidak tumbuh secara in-situ, tetapi sebagai fragment
sebelum mineral-mineral tersebut hancur / terubah saat prosesn
metamorfisme, contoh: blastomylonit dalam gniss granitik.

Gambar 6 Tekstur porfiroklastik

Retrogradasi eklogit: tekstur batuan metamorf yang dibentuk oleh


adanya mineral amfibol (biasanya horenblende) yang berreaksi dengan
mineral lain. Dalam Gambar VI.19 adalah retrogradasi klinopirosen
amfibole pada sisi kanan atas.

Gambar 7 Tekstur retrogradasi eklogit


Tekstur Schistose: foliasi sangat kuat, atau terdapat penjajaran butiran,
terutama mika, dalam batuan metamorf berbutir kasar.

Gambar 8 Tekstur schistose

Tekstur Phyllitik: foliasi kuat dalam batuan metamorf berbutir halus.

Gambar 9 Tekstur phylitik

Tekstur Granoblastik: massive, tak-terfoliasi, tekstur equigranular dalam


batuan metamorf.

Gambar 10 Tekstur granoblastik pada batuan metamorf

Tekstur dedussate : merupakan tekstur kristoblastik pada batuan


polimineral yang tidak menunjukkan butiran – butir terorientasi. Biotit
melimpah dalam hornfels dan umumnya tersusun sembarangan.
Tekstur kataklastik atau autoklastik : dihasilkan oleh penghancuran
mekanik tanpa disertai proses rekristalisasi yang esensial. Batuan dapat
atau tanpa memperlihatkan kenampakan berarah.
Tekstur mortal : suatu tekstur yang terdiri dari fregmen mineral lebih besar
di dalam masa dasar material terhancurkan dan tersusun oleh Kristal –
Kristal yang sama. Setiap individu mineral mineral sering memperlihatkan
pembengkokan mekanik, bagian tepi terhancur. Struktur mortar
berkembang sebagai tekstur kataklastik dalam batuan quartztose atau
quartz feldspar.

c. Struktur
Struktur dalam batuan metamorf adalah kenampakan pada batuan yang tediri
dari bentuk, ukuran dan orientasi kesatuan banyak butir mineral. Secara
umum dapat dibedakan menjadi : struktur foliasi dan struktur non foliasi.
Struktur Foliasi
1) Struktur Skistose: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral pipih
(biotit, muskovit, felspar) lebih banyak dibanding mineral butiran.
2) Struktur Gneisik: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral
granular, jumlah mineral granular relatif lebih banyak dibanding mineral
pipih.
3) Struktur Slatycleavage: sama dengan struktur skistose, kesan kesejajaran
mineraloginya sangat halus (dalam mineral lempung).
4) Struktur Phylitic: sama dengan struktur slatycleavage, hanya mineral dan
kesejajarannya sudah mulai agak kasar.

Gambar 11 Diagram yang mempersentasikan variasi unsur-unsur kemas untuk


mendefinisikan foliasi (Hoobs et al.1976)
Gambar 12 Sayatan tipis batuan metamorf yang memperlihatkan struktur foliasi (penjajaran
mineral pipih) pada kuarsit

Struktur Non Foliasi


1) Struktur Hornfelsik: struktur yang memperlihatkan butiran-butiran mineral
relatif seragam.
2) Struktur Kataklastik: struktur yang memperlihatkan adanya penghancuran
terhadap batuan asal.
3) Struktur Milonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi oleh adanya
orientasi mineral yang berbentuk lentikuler dan butiran mineralnya halus.
4) Struktur Pilonitik: struktur yang memperlihatkan liniasi dari belahan
permukaan yang berbentuk paralel dan butiran mineralnya lebih kasar
dibanding struktur milonitik, malah mendekati tipe struktur filit.
5) Struktur Flaser: sama struktur kataklastik, namun struktur batuan asal
berbentuk lensa yang tertanam pada masa dasar milonit.
6) Struktur Augen: sama struktur flaser, hanya lensa-lensanya terdiri dari
butir-butir felspar dalam masa dasar yang lebih halus.
7) Struktur Granulose: sama dengan hornfelsik, hanya butirannya
mempunyai ukuran beragam.
8) Struktur Liniasi: struktur yang memperlihatkan adanya mineral yang
berbentuk jarus atau fibrous.

Gambar 13 Sayatan Tipis batuan metamorf yang memperlihatkan non foliasi pada Gneiss.
d. Klasifikasi
Jenis batuan metamorf penamaannya hanya berdasarkan pada komposisi
mineral, seperti: Marmer disusun hampir semuanya dari kalsit atau dolomit;
secara tipikal bertekstur granoblastik. Kuarsit adalah batuan metamorfik
bertekstur granobastik dengan komposisi utama adalah kuarsa, dibentuk
oleh rekristalisasi dari batupasir atau chert/rijang.
Secara umum jenis batuan metamorfik yang lain adalah sebagai berikut:
1) Amphibolit: Batuan yang berbutir sedang sampai kasar komposisi
utamanya adalah ampibol (biasanya hornblende) dan plagioklas.
2) Eclogit: Batuan yang berbutir sedang komposisi utama adalah piroksin
klino ompasit tanpa plagioklas felspar (sodium dan diopsit kaya alumina)
dan garnet kaya pyrop. Eclogit mempunyai komposisi kimia seperti
basal, tetapi mengandung fase yang lebih berat. Beberapa eclogit berasal
dari batuan beku.
3) Granulit: Batuan yang berbutir merata terdiri dari mineral (terutama
kuarsa, felspar, sedikit garnet dan piroksin) mempunyai tekstur
granoblastik. Perkembangan struktur gnessiknya lemah mungkin terdiri
dari lensa-lensa datar kuarsa dan/atau felspar.
4) Hornfels: Berbutir halus, batuan metamorfisme thermal terdiri dari
butiran-butiran yang equidimensional dalam orientasi acak. Beberapa
porphiroblast atau sisa fenokris mungkin ada. Butiran-butiran kasar yang
sama disebut granofels.
5) Milonit: Cerat berbutir halus atau kumpulan batuan yang dihasilkan oleh
pembutiran atau aliran dari batuan yang lebih kasar. Batuan mungkin
menjadi protomilonit, milonit, atau ultramilomit, tergantung atas jumlah
dari fragmen yang tersisa. Bilamana batuan mempunyai skistosity dengan
kilap permukaan sutera, rekristralisasi mika, batuannya disebut philonit.
6) Serpentinit: Batuan yang hampir seluruhnya terdiri dari mineral-mineral
dari kelompok serpentin. Mineral asesori meliputi klorit, talk, dan karbonat.
Serpentinit dihasilkan dari alterasi mineral silikat feromagnesium yang
terlebih dahulu ada, seperti olivin dan piroksen.
7) Skarn: Marmer yang tidak bersih/kotor yang mengandung kristal dari
mineral kapur-silikat seperti garnet, epidot, dan sebagainya. Skarn terjadi
karena perubahan komposisi batuan penutup (country rock) pada kontak
batuan beku.
Tabel Klasifikasi Batuan Metamorf (O’Dunn dan Sill, 1986).
Gambar 14 Seri Metamorfisme Batuan Metamorf (O’Dunn dan Sill, 1986).

2. Maksud Tujuan dan Metodologi

Untuk mengetahui nama dan genesa batuan malihan, berdasarkan tekstur


dan struktur batuan nya. Untuk batuan malihan regional, mengacu kepada ciri
dari tekstur dan struktur metamorfosa mulai dari derajat rendah

Acuannya hanya kepada ciri Tekstur dan Struktur sayatan malihan Jika
malihan regional maka perhatikan struktur foliasi yang membentuk (Slate –
Fillit – Skis – Geneis) Jika malihan lokal, maka perhatikan, momposisi
mineralnya, apakah karbonatan atau bukan.

3. Data (Hasil Pengamatan Sayatan Tipis)

Jenis Malihan : Regional Tekstur lain : -


Warna Sayatan : Hitam, Colourless (// Nikol) Bentuk individu : Xenoblastik
Struktur : Foliasi Ukuran : 0,8 mm
Tekstur : Heteroblastik Keterangan lain :-
Berupa : Nematoblasik
Komposisi : Mineral ubahan
Mineral
Nematoblastik
//-Nikol X-Nikol

Deskripsi Mineral

Nama Mineral Deskripsi Gambar


Lempung Colourless kecoklatan,
60% gelap, 0,3-5,0 mm,
Anhedral, fenokris.

Mineral Ubahan Colourless kecoklatan,


30% gelap, 0,3-5,0 mm,
Anhedral, fenokris.
Nama Mineral Deskripsi Gambar
Opak
15% Coklat Tua, Hitam,
ukuran 0,5-1,0 mm,
Anhedral, fenokris.

Kuarsa Putih, kecoklatan, ukuran


5% 0,3-1,3 mm, anhedral,
fenokris

4. Analisis

Dengan adanya struktur foliasi dengan dominan lempung, dapat di klasifikasi


jenis batuannya yaitu batuan phillite
Phillite adalah batuan metamorf yang terbentuk dari shale atau mudstone
melalui metamorfisme tingkat menengah. Awalnya, shale berubah menjadi
slate di bawah tekanan dan suhu rendah. Ketika metamorfisme berlanjut
dengan peningkatan tekanan dan suhu, slate berubah menjadi phillite. Proses
ini menyebabkan mineral lempung berubah menjadi mika, memberi filit kilau
sutra khas dan permukaan berombak. Phillite biasanya ditemukan di zona
metamorfisme regional, seperti di daerah pegunungan yang terbentuk oleh
tumbukan lempeng tektonik.

5. Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan, dengan adanya struktur foliasi dengan dominan


lempung sebesar 60%, dapat di klasifikasi jenis batuannya yaitu batuan
phillite
Daftar Pustaka

GustiBagusll. (n.d.). Petrografi Batuan Metamorf. Diakses pada 11 Juni 2024,


dari https://www.scribd.com/doc/268965334/PETROGRAFI-BATUAN-
METAMORF

Anda mungkin juga menyukai