Lap. Praktikum - Batuan Malihan - Ihshan M Ahmadi - 055123733
Lap. Praktikum - Batuan Malihan - Ihshan M Ahmadi - 055123733
Lap. Praktikum - Batuan Malihan - Ihshan M Ahmadi - 055123733
1) Metamorfisme
Metamorfisme adalah proses perubahan struktur dan mineralogy batuan yang
berlangsung pada fase padatan, sebagai tanggapan atas kondisi kimia dan
fisika yang berbeda dari kondisi batuan tesebut sebelumnya. Metamorfosa
tidak temasuk pada proses pelapukan dan diagenesa. Wilayah proses berada
antara suasana akhir proses diagenesa dan permulaan proses peleburan
batuan menjadi tubuh magma.
Berdasarkan penyebabnya batuan metamorf dibagi menjadi empat yaitu
a) Metamorfisme kontak/ termal, pengaruh T dominan
Terjadi pada batuan terpanasi leh intrusi magma yang besar. Pancaran
panas tersebut akan semakin menurun bila semakin jauh dari tubuh
intrusinya.
b) Metamorfisme dinamo/ kataklastik/dislokasi/kinematik, pengaruh P
dominan,
Terbatas pada sekitar sesar, dengan penghancuran mekanik dan tekanan
shear menyebabkan perubahan fabric batuan. Batuan hasil kataklastik
seperti breksi sesar, milonit, filonit, dinamai berkaitan dengan ukuran
butirnya.
c) Metamorfisme regional, terpengaruh P & T, serta daerah luas.
Sering dikaitkan dengan jalur orogenesa, berlangsung berkaitan dengan
gerak – gerak penekanan. Hal ini dibuktikan dengan struktur siskositas.
d) Metamorfisme Regional Beban,
Metamorfisme ini tidak berkaitan dengan orogenesa atau intrusi magma.
Suatu sediment pada cekungan yang dalam akan terbebani material
diatasnya. Suhunya hingga pada kedalaman yang besar yang berkisar
antara 4000C – 4500C.
Gambar 3 Diagram skematik yang memperlihatkan hubungan antara T & P untuk jenis-jenis
metamorfosa yang berbeda (Winkler, 1967).
1) Bentuk
Idioblastik, merupakan suatu Kristal asal metamorfisme yang dibatasi oleh
muka Kristal itu sendiri
Xenoblastik, merupakan suatu Kristal asal metamorfisme yang dibatasi
bukan oleh muka kristalnya sendiri, ini ekivalen dan anhedral.
2) Orientasi
a) Orientasi yang tidak kuat
Batuan equigranuler yaitu batuan dengan butiran – butiran mineral yang
hampir sama ukurannya.
Tekstur mosaik : kristalnya eqiudimensional, pada umumnya berbentuk
polygonal dengan batas – batas Kristal lurus atau melengkung.
Tekstur suture : kristalnya equidimensional atau lentikuler, mempunyai
batas – batas tak teratur, banyak diantaranya saling menembus terhadap
butir – butir disampingnya. Jika batuan xenoblastik sangat interlocking
disebut suture.
Tekstur mylenitik : suatu penghancuran mekanik, berbutir amat halus
tanpa rekristalisasi mineral – mineral primer dan beberapa batuannya
memperlihatkan kenampakan berarah sebagai lapisan – lapisan tipis
material terhancurkan dapat terlitifikasi oleh proses sementasi larutan
hidrotermal.
Tekstur hornfelsik : suatu jenis yang berkembang dalam batuan sedimen
pelitik oleh metamorfisme termal. Shale dan batuan karbonat berubah
secara luas tetapi batupasir memperlihatkan sedikit menjadi kuarsit.
Perwujudan nyata berupa pembentukan mika dan klorit yang terlihat
sebagai bintik – bintik.
Tekstur kristaloblastik : suatu tekstur kristalin yang terbentuk oleh
kristalisasi metamorfisme
Xenonoblstik, bila kristalnya subhedral dan unhedral.
Idioblastik, bila kristalnya euhedral.
Lepidoblastik, bila orientasi mineral - mineral pipih atu tabular
menunjukkan hampir paralel atau paralel.
Nematoblastik, bila susunan paralel atu hampir parallel merupakan
mineral – mineral prismatik atau fibrous.
Tekstur porfiriblastik : merupakan tekstur kristoblastik yang tersusun oleh
2 mineral atau lebih. Berbeda ukuran butirnya dan ekivalen dengan
tekstur porfiritik dalam batuan beku, kristal – kristal yang besar yang besar
(tunggal) disebut porfiroblast.
c. Struktur
Struktur dalam batuan metamorf adalah kenampakan pada batuan yang tediri
dari bentuk, ukuran dan orientasi kesatuan banyak butir mineral. Secara
umum dapat dibedakan menjadi : struktur foliasi dan struktur non foliasi.
Struktur Foliasi
1) Struktur Skistose: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral pipih
(biotit, muskovit, felspar) lebih banyak dibanding mineral butiran.
2) Struktur Gneisik: struktur yang memperlihatkan penjajaran mineral
granular, jumlah mineral granular relatif lebih banyak dibanding mineral
pipih.
3) Struktur Slatycleavage: sama dengan struktur skistose, kesan kesejajaran
mineraloginya sangat halus (dalam mineral lempung).
4) Struktur Phylitic: sama dengan struktur slatycleavage, hanya mineral dan
kesejajarannya sudah mulai agak kasar.
Gambar 13 Sayatan Tipis batuan metamorf yang memperlihatkan non foliasi pada Gneiss.
d. Klasifikasi
Jenis batuan metamorf penamaannya hanya berdasarkan pada komposisi
mineral, seperti: Marmer disusun hampir semuanya dari kalsit atau dolomit;
secara tipikal bertekstur granoblastik. Kuarsit adalah batuan metamorfik
bertekstur granobastik dengan komposisi utama adalah kuarsa, dibentuk
oleh rekristalisasi dari batupasir atau chert/rijang.
Secara umum jenis batuan metamorfik yang lain adalah sebagai berikut:
1) Amphibolit: Batuan yang berbutir sedang sampai kasar komposisi
utamanya adalah ampibol (biasanya hornblende) dan plagioklas.
2) Eclogit: Batuan yang berbutir sedang komposisi utama adalah piroksin
klino ompasit tanpa plagioklas felspar (sodium dan diopsit kaya alumina)
dan garnet kaya pyrop. Eclogit mempunyai komposisi kimia seperti
basal, tetapi mengandung fase yang lebih berat. Beberapa eclogit berasal
dari batuan beku.
3) Granulit: Batuan yang berbutir merata terdiri dari mineral (terutama
kuarsa, felspar, sedikit garnet dan piroksin) mempunyai tekstur
granoblastik. Perkembangan struktur gnessiknya lemah mungkin terdiri
dari lensa-lensa datar kuarsa dan/atau felspar.
4) Hornfels: Berbutir halus, batuan metamorfisme thermal terdiri dari
butiran-butiran yang equidimensional dalam orientasi acak. Beberapa
porphiroblast atau sisa fenokris mungkin ada. Butiran-butiran kasar yang
sama disebut granofels.
5) Milonit: Cerat berbutir halus atau kumpulan batuan yang dihasilkan oleh
pembutiran atau aliran dari batuan yang lebih kasar. Batuan mungkin
menjadi protomilonit, milonit, atau ultramilomit, tergantung atas jumlah
dari fragmen yang tersisa. Bilamana batuan mempunyai skistosity dengan
kilap permukaan sutera, rekristralisasi mika, batuannya disebut philonit.
6) Serpentinit: Batuan yang hampir seluruhnya terdiri dari mineral-mineral
dari kelompok serpentin. Mineral asesori meliputi klorit, talk, dan karbonat.
Serpentinit dihasilkan dari alterasi mineral silikat feromagnesium yang
terlebih dahulu ada, seperti olivin dan piroksen.
7) Skarn: Marmer yang tidak bersih/kotor yang mengandung kristal dari
mineral kapur-silikat seperti garnet, epidot, dan sebagainya. Skarn terjadi
karena perubahan komposisi batuan penutup (country rock) pada kontak
batuan beku.
Tabel Klasifikasi Batuan Metamorf (O’Dunn dan Sill, 1986).
Gambar 14 Seri Metamorfisme Batuan Metamorf (O’Dunn dan Sill, 1986).
Acuannya hanya kepada ciri Tekstur dan Struktur sayatan malihan Jika
malihan regional maka perhatikan struktur foliasi yang membentuk (Slate –
Fillit – Skis – Geneis) Jika malihan lokal, maka perhatikan, momposisi
mineralnya, apakah karbonatan atau bukan.
Deskripsi Mineral
4. Analisis
5. Kesimpulan