Laporan Praktikum Infiltrasi Air
Laporan Praktikum Infiltrasi Air
Laporan Praktikum Infiltrasi Air
PRAKTIKUM
HIDROGEOLOGI
PERTEMUAN KE 2
UNIVERSITAS JAMBI
2016
LABORATORIUM HIDROGEOLOGI 2016
ACARA 1
Bahan :
1) Air
Pada Gambar 1.a., meski laju perkolasi tinggi tapi laju infiltrasi yang
memberikan masukan air terbatas. Dalam keadaan seimbang kedua kenyataan ini
ditentukan oleh laju infiltrasi. Sebaliknya pada Gambar 1.b. laju perkolasi yang
rendah menentukan keadaan seluruhnya. Dalam kenyataannya, proses yang
terjadi tidak sesederhana itu, karena adanya kemungkinan aliran antara.
Gambar 1. Skema infiltrasi dan perkolasi pada dua lapisan tanah (Sumber: Sri
Harto 1993)
Terdapat dua parameter penting berkaitan dengan infiltrasi yaitu laju infiltrasi dan
kapasitas infiltrasi. Laju infiltrasi berkaitan dengan banyaknya air per satuan
waktu yang masuk melalui permukaan tanah. Sedangkan kapasitas infiltrasi
adalah laju maksimum air dapat maksuk ke dalam tanah pada suatu saat (Arsyad
1989).
Lebih lanjut dijelaskan, kapasitas infiltrasi tanah pada saat permulaan hujan
adalah terbesar, kemudian berkurang dengan semakin lamanya hujan, sehingga
mencapai nilai minimum yang konstan (Gambar 2). Dari gambar itu, aliran
permukaan baru terjadi setelah beberapa saat hujan berlangsung, yaitu ketika laju
hujan menjadi lebih tinggi dari laju infiltrasi. Selama hujan berlangsung laju
aliran permukaan meningkat dengan semakin berkurangnya laju infiltrasi. Laju
aliran permukaan pada akhirnya akan mencapai nilai maksimum yang konstan.
Gambar 2. Hubungan antara infiltrasi dengan aliran permukaan dan curah hujan
(Sumber: Arsyad 1989)
B. Proses Terjadinya Infiltrasi
Peristiwa masuknya air ke dalam tanah terjadi karena adanya perbedaan potensial
air tanah. Air bergerak dari potensial tinggi ke potensial yang lebih rendah.
Dalam Soeperdi (1979), potensial air tanah didefinsiikan sebagai jumlah kerja
yang harus dilakukan tiap satuan jumlah air murni agar dapat dipindahkan secara
berlawanan dan secara isotermal sejumlah air tak terbatas dari suatu gudang
(pool) air murni dari ketinggian tertentu bertekanan atmosferik ke air tanah (ke
tempat yang dipersoalkan).
Menurut Seyhan (1977), potensial air tanah (atau potensial lengas) terutama
dibagi menjadi komponen potensial kapiler (atau potensial matriks) dan potensial
gravitasi. Namun terdapat komponen lainnya (Yong 1975, diacu dalam Seyhan
1977) yang juga berperanan pada potensial total tanah, yaitu potensial osmotik,
potensial piezometrik, dan potensial bertekanan, sehingga persamaan potensial
air tanah total adalah:
Potensial matriks merupakan hasil dari dua gaya, yaitu jerapan dan kapilaritas.
Potensial gravitasi bekerja pada air tanah sebagaimana ia mempengaruhi benda-
benda lainnya, dan tarikannya adalah ke pusat bumi. Potensial osmotik
disebabkan oleh adanya bahan terlarut dalam tanah atau dengan kata lain oleh
adanya larutan tanah (Soepardi 1979).
Karena infiltrasi menyebabkan tanah menjadi lebih basah sejalan dengan waktu,
maka air pada sisi depan dari muka tanah (water front) akan bergerak maju ke
daerah tanah yang lebih kering dibawah pengaruh gradien potensial matrik dan
juga potensial gravitasi. Selama fase awal dari infiltrasi ini, ketika muka basah
masih berada di dekat permukaan tanah, potensial matrik lebih dominan
dibanding dengan potensial gravitasi (Jury dan Horton 2004).
Ketika air hujan jatuh di atas permukaan tanah, tergantung pada kondisi biofisik
permukaan tanah, sebagian atau seluruh air hujan tersebut akan mengalir ke
dalam tanah melalui pori-pori permukaan tanah. Proses mengalirnya air hujan ke
dalam tanah disebabkan oleh adanya gaya gravitasi dan gaya kapiler tanah
(Asdak 2004).
Laju air infiltrasi yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi dibatasi oleh besarnya
diameter pori-pori tanah. Di bawah pengaruh gaya gravitasi, air hujan mengalir
vertikal ke dalam tanah melalui profil tanah. Pada sisi lain, gaya kapiler bersifat
mengalirkan air tersebut tegak lurus ke atas, ke bawah dan ke arah horisontal
(lateral). Gaya kapiler tanah ini bekerja nyata pada tanah dengan pori-pori yang
relatif kecil. Pada tanah dengan pori-pori yang relatif besar, gaya ini dapat
diabaikan pengaruhnya dan air mengalir ke tanah yang lebih dalam oleh
pengaruh gaya gravitasi. Dalam perjalanannya tersebut, air juga mengalami
penyebaran ke arah lateral akibat tarikan gaya kapiler tanah, terutama ke arah
tanah dengan pori-pori yang lebih sempit dan tanah yang lebih kering (Asdak
2004).
dalam tanah, (c) proses mengalirnya air tersebut ke tempat lain (bawah, samping,
atas).
Selama infiltrasi , muka basah (wetting front) dari kandungan air tanah yang lebih
tinggi akan bergerak turun melalui tanah selama wakrtu tertentu. Keterjalan muka
basah tergantung pada distribusi ukuran pori. Untuk tanah dengan tekstur tanah
dengan distribusi ukuran pori yang sempit, muka basah akan lebih terjal.
Sedangkan dalam tanah dengan tekstur halus, muka basah akan lebih tersebar.
Muka basah adalah kombinasi dari air baru yang ditambahkan oleh hujan dan air
lama yang telah dipindahkan ke kedalaman yang lebih rendah.
Sebagai sebuah proses alam yang kompleks, terdapat banyak faktor yang
mempengaruhi (laju) infiltrasi. Tergantung pada latar belakang keilmuan, sudut
pandang, dan tingkat kedalamnnya, para ahli telah mengidentifikasikan faktor-
faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi sebagaimana pada Tabel 2.
1.5 Hasil
Tabel 1. Pengamatan Di Lapangan
Laju
t (jam) f (cm/jam) fc f-fc Log(f-fc) Infiltrasi (f)
(cm/jam)
5/60 12 0,4 11,6 1,06
10/60 1,2 0,4 0,8 -0,09
15/60 0,4 0,4 0 -
60
f= x selisih tiap penurunan
Interval
60 cm
f 1= x 1=12
5 jam
60 cm
f 2= x 0,2=1,2
10 jam
60 cm
f 3= x 0,1=0,4
15 jam
60 cm
f c= x 0,1=0,4
15 jam
Persamaan 1
y=m x+C
0,08=m1,06+C (1)
Persamaan 2
y=m x+C
0,17=0,99m+C (2)
C=C
1,15 m=0,09
m=0,08
1
K (konstanta)=
0,434 x m
1
K ( konstanta )= =28,57
0,434 x0,08
(28,57 x 0,08)
f =0,4+ ( 11,6 ) e
f =0,4+ 1,16
f =1,56
Volume Infiltrasi
( f 0f c )
V ( t )=f c x t+ ( 1eKt )
K
( 120,4 )
V ( t )=0,4 x 2+ ( 10,1 )
28,57
11,6
V ( t )=0,8+ ( 0,9 )
28,57
V ( t )=0,8+0,41 ( 0,9 )
V ( t )=0,8+0,37
cm
V ( t )=1,17
jam
1.7
1.8 Pembahasan
Pada praktikum kedua kali ini kita melakukan percobaan implementasi
proses infiltrasi yang mana proses infiltrasi menurut ilmu hidrologi merupakan
aliran air ke dalam tanah melalui permukaan tanah, di dalam infiltrasi dikenal
dua istilah yaitu kapasitas infiltrasi dan laju ilfiltrasi yang dinyatakan dalam
mm/jam. Kapasitas infiltrasi adalah laju infiltrasi maksimum yang di tentukan
oleh dua jenis tanah dimana terjadinya ilfitrasi sedangkan laju infiltrasi adalah
kecepatan ilfiltrasi yang nilainya tergantung pada kondisi tanah dan kapasitas
hujan. Suatu tanah dalam kondisi kering memiliki daya serap yang tinggi
sehingga laju infiltrasi semakin besar dan akan berkurang perlahan-lahan
apabila tanah tersebut jenuh terhadap air. Di dunia pertambangan, infiltrasi
berperan dalam ilmu hidrogeologi dan khususnya pada pertambangan karst.
Dalam ilmu hidrogeologi, maka dapat diketahui area mana yang banyak
mengandung air (akuifer besar), contohnya area yang dominan dengan litologi
pasir berarti memiliki tingkat akuifer tinggi sehingga dapat memudahkan
dalam melakukan ekplorasi air tanah pada area tersebut, dan dalam area
tambang dapat ditentukan daerah mana yang harus dijauhi ketika akan
dilakukan kegiatan operasional dan daerah untuk pengaliran air
(drainase/dewatering).
Pada ring besar dimasukkan air hingga air mencapai ketinggian 5 cm,
fungsinya yaitu untuk menjenuhkan pori-pori tanah di sekitar ring kecil, karena
dalam praktik infiltrasi ini yang diamati adalah laju air dalam ring kecil.
Kondisi tanah pada area ini yaitu agak basah (tidak kering) dan cukup gembur
namun tidak ada vegetasi yang menutupi di atas permukaan tanah. Sehingga
daya serap cukup cepat akibat kondisi dari material.
1.9 Kesimpulan
1. Laju infiltrasi tertinggi dicapai saat air pertama kali masuk ke dalam tanah dan
menurun dengan seiring bertambahnya waktu.
f = fc + (fo fc)e-kt ; i fc
2. Kapasitas Infiltrasi adalah kurva batas yang menggambarkan laju peresapan air
maksimum dengan waktu untuk jenis tanah tertentu (termasuk jenis penutup
tanahnya).
f = fC + e- kt
3. Dari area praktikum, dapat diketahui bahwa tanah memiliki laju infiltrasi sebesar
F = 0,4 + (12,04-0,4) e-32,46t
DAFTAR PUSTAKA
Angers, D. A. 1998. Water-stable aggregation of Quebec silty clay soils: some factors
controlling its dynamics. Soil Tillage Research. 47:91-96.
Chantigny, M. H., D.A. Angers, D. Prevost, L.P. Vezina, and F. P. Chalifour. 1997.
Soil aggregation and fungal and bacterial biomass under annual and
perennial cropping systems. Soil Sci. Soc. Am . J. 61:262-267.
Greent, V. S., D.E. Stott, L.D. Norton, dan J. G. Graveel. 2000. Polyacrylamide
LAMPIRAN