Self-Improvement">
Nothing Special   »   [go: up one dir, main page]

Postnatal Care

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN
A.

LATAR BELAKANG
Periode postnatal atau masa nifas/puerperium didefinisikan sebagai periode

dimulai sekitar satu jam setelah pengeluaran plasenta dan mencapai enam minggu
ke depan.1 Postnatal care (PNC) atau asuhan masa nifas/puerperium adalah
penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien mulai dari saat setelah
lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaaan seperti sebelum
hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil.2
Pelayanan pascapersalinan harus terselenggara pada masa nifas untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini,
pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan
pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi dan nutrisi
bagi ibu.1
Periode postnatal meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan
keluarganya secara fisiologi, emosional dan sosial. Jika ditinjau dari penyebab
kematian para ibu, perdarahan pascapersalinan merupakan penyebab utama dari
150.000 kematian ibu setiap tahun di dunia dan hampir 4 dari 5 kematian karena
perdarahan pascapersalinan terjadi dalam waktu 4 jam setelah persalinan. Infeksi
nifas merupakan penyebab kematian terbanyak nomor dua setelah perdarahan.
Komplikasi lain yang dapat ditemukan pada periode postnatal termasuk infeksi
saluran kemih, retensio urin, atau inkontinensia.1
Masalah psikologis pada masa postnatal juga merupakan komplikasi yang
tidak jarang ditemukan. Beberapa penelitian mengemukakan sebanyak 50 % ibu

setelah melahirkan mengalami depresi setelah melahirkan dan hampir 80% ibu
baru mengalami perasaan sedih setelah melahirkan atau sering disebut Post
Partum Blues.1
Adanya permasalahan pada ibu akan berimbas juga kepada kesejahtaraan
bayi yang dilahirkan karena bayi tersebut tidak akan mendapatkan perawatan
maksimal dari ibunya. Dengan demikian, angka morbiditas dan mortalitas bayi
pun akan semakin meningkat.
Dalam upaya meningkatkan keberhasilan pelayanan kesehatan, khususnya
pada kemandirian perawatan diri ibu dan bayinya selama masa nifas sangatlah
diperlukan pembentukan strategi yang lebih cepat. Ibu nifas harus diajarkan dan
dimotivasi untuk melakukan perawatan postpartum pada pusat pelayanan
kesehatan seperti rumah sakit, klinik bersalin dan tempat-tempat praktek bidan
dan pusat pelayanan kesehatan untuk memastikan bahwa ibu nifas memahami
pentingnya postnatal care (PNC) atau asuhan masa nifas.3
B.

TUJUAN
Tujuan postnatal care (PNC), atau asuhan masa nifas/pueperium adalah

untuk mendukung ibu dan keluarganya dalam masa transisi ke konstelasi keluarga
baru, dan menanggapi kebutuhan mereka.2,4,5

BAB II
ISI
A. DEFINISI
1. Postnatal atan Masa Nifas

Menurut dokter ahli kebidanan, postnatal atau masa nifas/puerperium


merupakan waktu yang dibutuhkan seorang wanita untuk kembali ke
keadaan fisiologis yang normal seperti sebelum hamil. Waktu ini
diperkirakan berlangsung selama 6 minggu.6
Periode postnatal (nifas/puerperium) adalah masa setelah keluarnya
plasenta sampai alatalat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan
secara normal berlangsung selama enam minggu atau 42 hari.2
2. Postnatal Care (PNC) atau Asuhan Masa Nifas
Postnatal Care (PNC) atau asuhan masa nifas adalah penatalaksanaan
asuhan yang diberikan pada pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi
sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaaan seperti sebelum hamil
atau mendekati keadaan sebelum hamil.2
B. TAHAPAN MASA NIFAS
Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut: 5,7,8
1. Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini
sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri.
Oleh karena itu, petugas kesehatan (dokter dan bidan) dengan teratur
harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia,
tekanan darah, dan suhu.
Pada periode immediate postpartum juga merupakan masa kritis
bagi ibu maupun bayinya. Ibu sedang menjalani pemulihan fisik dan
hormonal yang disebabkan oleh proses kelahiran serta pengeluaran
plasenta. Menurunnya hormon-hormon plasenta memberi isyarat kepada

tubuh ibu untuk mulai memproduksi ASI dalam jumlah cukup untuk
segera menyusui bayinya. Bayi baru lahir yang lahir sehat secara normal
akan terlihat sadar dan waspada, serta memiliki refleks rooting dan refleks
sucking untuk membantunya mencari puting susu ibu, mengisapnya dan
mulai minum ASI.
2. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini kita memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak
ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
Selama early postpartum, ibu sudah memiliki keinginan untuk
merawat dirinya dan bayinya. Kemandirian ibu nifas dalam merawat diri
dan bayinya dipengaruhi oleh usia ibu, tipe persalinan, dukungan,
pengetahuan ibu, kondisi bayi, jumlah persalinan, tingkat kelelahan
kondisi fisik ibu.
3. Periode late postpartum (1 minggu- periode postpartum selesai)
Pada periode ini dokter atau bidan tetap melakukan perawatan dan
pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB.
C. PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA MASA NIFAS
1. Sistem Reproduksi
Selama periode postnatal atau masa nifas alat-alat genitalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil. 7
a. Vagina dan Ostium Vagina

Pada awal masa nifas, vagina dan ostiumnya membentuk saluran yang
berdinding halus dan lebar yang ukurannya berkurang secara perlahan
namun jarang kembali ke ukuran nulipara. Rugae mulai muncul kembali
pada minggu ketiga namun tidak semenonjol sebelumnya. Hymen tinggal
berupa potongan-potongan kecil sisa jaringan, yang membentuk jaringan
parut disebut caruncula myrtiformes. Epitel vagina mulai berproliferasi
pada minggu ke-4 sampai ke-6, biasanya bersamaan dengan kembalinya
produksi estrogen ovarium. Laserasi atau peregangan perineum selama
pelahiran dapat menyebabkan relaksasi ostium vagina. Beberapa
kerusakan pada dasar panggul mungkin tidak dapat dihindari, kelahiran
merupakan predisposisi prolapsus uteri, inkontinensia uri dan alvi.
b. Uterus
1) Pembuluh Darah
Terdapatnya peningkatan aliran darah uterus massif yang penting
untuk mempertahankan kehamilan, dimungkinkan oleh adanya
hipertrofi dan remodeling signifikan yang terjadi pada semua
pembuluh darah pelvis. Setelah pelahiran, diameternya berkurang
kira-kira ke ukuran sebelum kehamilan. Pada uterus puerperal,
pembuluh darah membesar menjadi tertutup oleh perubahan hialin,
secara perlahan terabsorbsi kembali, kemudian digantikan oleh
yang lebih kecil. Akan tetapi sedikit sisa-sisa dari pembuluh darah
yang lebih besar tersebut tetap bertahan selama beberapa tahun. 7
2) Segmen Serviks dan Uterus Bagian Bawah

Gambar 2.1 Segmen serviks nulipara dan para6

Selama persalinan, batas serviks bagian luar, yang berhubungan


dengan ostium externum, biasanya mengalami laserasi, terutama
dilateral. Pembukaan serviks berkontraksi secara perlahan dan
selama beberapa hari setelah persalinan masih sebesar dua jari. Di
akhir minggu pertama, pembukaan ini menyempit, serviks menebal
dan kanalis endoservikal kembali terbentuk. Ostium eksternum
tidak dapat kembali sempurna ke keadaan sebelum hamil. Bagian
tersebut tetap agak lebar, dan secara khas, cekungan di kedua sisi
pada tempat laserasi menjadi permanen. Perubahan-perubahan ini
merupakan karakteristik serviks para. Segmen uterus bagian bawah
yang menipis secara nyata mengalami kontraksi dan retraksi, namun
tidak sekuat pada corpus uteri. Selama beberapa minggu berikutnya,
segmen bawah yang sebelumnya secara jelas merupakan substruktur
tersendiri yang cukup besar untuk mengakomodasi kepala bayi,
berubah menjadi isthmus uteri yang hampir tidak terlihat yang
terletak diantara corpus dan ostium internum. 7
3) Involusi Uterus

Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah


melahirkan disebut involusi. Proses ini dimulai segera setelah
plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Sedangkan
subinvolusi adalah penggagalan uterus untuk kembali pada
keadaan tidak hamil. Penyebab subinvolusi yang paling sering
adalah tertahannya fragmen plasenta dan infeksi.
Pada akhir tahap ketiga persalinan besar uterus sama dengan
sewaktu usia kehamilan 16 minggu yaitu 1000 g. Dalam waktu 12
jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilikus.
Fundus turun kira-kira 1-2 cm tiap 24 jam. Pada hari ke enam
pascapartum fundus normal berada di pertengahan umbilicus dan
simfisis. Dan tidak bisa dipalpasi pada abdomen dihari ke
sembilan. Setelah 1 minggu melahirkan uterus berada di dalam
panggul sejati dan berinvolusi menjadi kira-kira 500 g dan 350 g
dua minggu setelah melahirkan. Pada masa pasca partum
penurunan

kadar

hormone

ekstrogen

dan

progesterone

menyebabkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung


jaringan hipertrofi yang berlebihan. 7
Tabel 2.1 Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa involusi 8

Involusi
Bayi lahir
Plasenta lahir
1 minggu
2 minggu
6 minggu

Tinggi Fundus Uteri


Setinggi pusat
2 jari bawah pusat
Pertengahan pusat simfisis
Tidak teraba di atas simfisis
Bertambah kecil

Berat Uterus
1000 g
750 g
500 g
350 g
50 g

8 minggu

Sebesar normal

30 g

Gambar 2.2 Rahim setelah meahirka (A), rahim pada hari ke-6 (B), dan rahim
yang tidak hamil (C) 6

4) Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap
penurunan volume intra uteri yang sangat besar. Selama 1-2 jam
pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang
dan menjadi tidak teratur. Penting sekali untuk mempertahankan
kontraksi uterus pada masa ini, sehingga biasanya diberikan
suntikan oksitosin segera setelah plasenta lahir. Ibu yang
merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya
di payudara karena isapan bayi pada payudara merangsang
pelepasan oksitosin. 7
5) Nyeri Setelah Melahirkan
Pada primipara, uterus cenderung tetap berkontraksi secara tonik
setelah pelahiran. Akan tetapi, pada multipara, uterus sering
berkontraksi dengan kuat pada interval tertentu dan menimbulkan
nyeri setelah melahirkan, yang mirip dengan nyeri pada saat
8

persalinan tetapi lebih ringan. Nyeri ini semakin terasa sesuai


dengan meningkatnya paritas dan menjadi lebih buruk ketika bayi
menyusu,

kemungkinan

besar

karena

pelepasan

oksitosin.

Biasanya, nyeri setelah melahirkan berkurang intensitasnya dan


menjadi lebih ringan pada hari ketiga. 7
6) Lokia
Pada awal masa nifas, peluruhan jaringan desidua menyebabkan
timbulnya duh vagina dalam jumlah yang beragam. Duh tersebut
dinamakan lokia dan terdiri dai eritrosit, potongan jaringan
desidua, sel epitel, dan bakteri. Pada beberapa hari pertama setelah
pelahiran, duh tersebut berwarna merah karena adanya darah dalam
jumlah cukup banyak, disebut lokia rubra. Setelah 3 atau 4 hari,
lokia menjadi semakin pucat, disebut lokia serosa. Setelah kira-kira
pada hari ke-10, karena campuran leukosit dan penurunan
kandungan cairan, lokia berwarna putih atau putih kekuningan,
disebut lokia alba. Lokia bertahan selama 4 sampai 8 minggu
setelah pelahiran. 7
Menurut Rustam Mochtar (1998) pengeluaran lokia dapat dibagi
berdasarkan jumlah dan warna sebagai berikut8:
a) Lokia rubra berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban,
sel-sel desidua, verniks kaseosa. Lanugo dan mekoneum
selama 2 hari pasca persalinan.

b) Lokia sanguinolenta berwarna merah kuning berisi darah dan


lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan.
c) Lokia serosa berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada
hari ke 7-14 pasca persalinan.
d) Lokia alba cairan putih, setelah 2 minggu
e) Lokia purulenta terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah
berbau busuk.
f) Lokiostastis lokia tidak lancar keluarnya.
7) Regenerasi Endometrium
Dalam 2 atau 3 hari setelah persalinan, desidua yang tersisa
berdiferensiasi menjadi dua lapisan. Lapisan superfisial menjadi
nekrotik dan meluruh masuk ke dalam lokia. Lapisan basal yang
berdekatan dengan miometrium tetap utuh dan merupakan sumber
endometrium baru. Endometrium tumbuh dari proliferasi sisa
kelenjar endometrium dan stroma jaringan ikat interglandular. 7
Regenerasi endometrium berlangsung cepat, kecuali pada
tempat perlekatan plasenta. Dalam waktu seminggu, permukaannya
ditutupi oleh epithelium. 7
8) Tempat Perlekatan Plasenta
Pengeluaran lengkap tempat perlekatan plasenta memerlukan
waktu sampai 6 minggu. Jika terjadi gangguan pada proses ini,

10

dapat terjadi perdarahan puerperal awitan lambat. Segera setelah


pelahiran, tempat perlekatan plasenta kira-kira seukuran telapak
tangan, namun kemudian ukurannya mengecil secara cepat. Dalam
waktu satu jam setelah pelahiran, tempat perlekatan plasenta
normalnya terdiri dari banyak pembuluh yang mengalami
thrombosis yang pada akhirnya mengalami organisasi. Pada akhir
minggu kedua, diamterenya sekitar 3-4 cm. 7

Gambar 2.3 Potongan melintang uterus setinggi tempat perlekatan plasenta


yang berinvolusi pada waktu yang berbeda-beda setelah pelahiran. p.p. =
postpartum. 7

c. Payudara
Payudara adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit dan diatas otot
dada, merupakan perubahan dari kelenjar keringat. Payudara dewasa
beratnya sekitar 500 gram, sedangkan pada waktu hamil payudara
membesar, mencapai 600 gram dan pada ibu menyusui mencapai 800
gram.7
1) Kolostrum

11

Setelah melahirkan, payudara mulai mensekresi kolostrum yaitu suatu


cairan berwarna kuning tua yang mengandung mineral, asam amino
dan lebih banyak protein terutama globulin dan sedikit lemak dan
glukosa. Cairan ini biasanya keluar dua jam setelah melahirkan.
Sekresi berlanjut selama 5 hari, dengan berubah secara perlahan
menjadi air susu matang selama 4 minggu berikutnya. Kolostrum
mengandung antibodi dan imunoglobulin A yang dapat memberikan
perlindungan bagi neonatus terhadap patogen enterik. Faktor
pertahanan tubuh lainnya yang ditemukan di kolostrum dan susu
mencakup

komplemen,

makrofag,

limfosit,

laktoferin,

laktoperoksidase, dan lisozim. 7


2) ASI
Air susu ibu merupakan suspensi lemak dan protein dalam larutan
karbohidrat-mineral. Ibu yang menyusui dapat mengeluarkan 600 ml
susu perhari, dan berat badan ibu sewaktu hamil tidak memengaruhi
kuantitas atau kualitasnya. ASI mengandung asam amino esensial yang
berasal darah dan asam amino non-esensial sebagian berasal dari darah
atau disintesis di kelenjar mammae. Sebagian besar protein susu
mengandung -laktalbumin, -laktaglobulin, dan kasein. Asam lemak
disintesis di alveoli dari glukosa dan disekresikan melalui apokrin.
Semua vitamin kecuali vitamin K ditemukan pada ASI dalam jumlah
yang berbeda. Kandungan vitamin D pada ASI rendah sekitar 22
IU/mL sehingga diperlukan suplementasi bagi neonatus.

12

Whey atau serum susu pada ASI memiliki kandungan Interleukin-6


yang besar dan berhubungan dengan produksi IgA lokal oleh payudara.
Pada ASI juga ditemukan prolaktin dan epidermal growth factor
(EGF). EGF tidak dihancurkan oleh enzim proteolitik lambung
sehingga dapat diabsorbsi unntuk mendukung pertumbuhan dan
pematangan mukosa usus neonatus.7
3) Laktasi
Pada saat hamil, payudara membesar karena pengaruh berbagai
hormon seperti estrogen, progesteron, Human Placental Lactogen dan
prolaktin. Selama kehamilan ASI biasanya belum keluar karena masih
dihambat oleh estrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca
persalinan, kadar estrogen turun dengan drastis sehingga mulai terjadi
sekresi ASI.
Ada dua refleks yang sangat penting dalam proses laktasi, yaitu
refleks prolaktin dan refleks oksitosin. Kedua reflek ini bersumber dari
perangsangan puting susu akibat isapan bayi :
a) Refleks Prolaktin
Didalam papilla mammae banyak terdapat ujung saraf peraba. Bila
ini dirangsang, maka akan timbul rangsangan menuju hipotalamus
selanjutnya

ke

hipofisis

anterior,

sehingga

kelenjar

ini

memgeluarkan prolaktin. Hormon prolaktin memegang peranan


utama dalam produksi ASI pada alveolus. Dengan demikian
semakin sering rangsangan penyusuan maka akan semakin banyak
pula produksi ASI.

13

b) Refleks Oksitosin
Rangsangan yang berasal dari papilla mammae diteruskan sampai
ke hipofisis posterior akibatnya terjadi pengeluaran oksitosin.
Hormon ini berfungsi memacu kontraksi otot polos yang ada di
dinding alveolus dan dinding saluran, sehingga ASI dipompa
keluar.
2. Sistem Gastrointestinal
Ibu akan sering haus dan lapar setelah melahirkan, akibat kehabisan
tenaga dan restriksi cairan selama persalinan. Pembatasan asupan nutrisi
dan cairan dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit serta keterlambatan pemulihan fungsi tubuh.
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini
disebabkan karena makanan padat dan kurang berserat selama persalinan.
Disamping itu rasa takut buang air besar, sehubungan dengan jahitan pada
perineum, jangan sampai lepas dan takut akan rasa nyeri. Buang air besar
harus dilakukan tiga sampai empat hari setelah persalinan. 7,8
3. Sistem Urinaria
Uretra, kandung kemih dan jaringan sekitar meatus urinarius dapat
mengalami trauma mekanik akibat desakan oleh bagian yang berpresentasi
selama persalinan kala II, Hal ini dapat menyebabkan kehilangan sensasi
untuk buang air kecil.
Saluran urinaria kembali normal dalam waktu 2-8 minggu, tergantung
pada keadaan sebelum persalinan, lamanya partus kala dua dilalui,
besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan. 7,8

14

4. Sistem Muskuloskeletal
Selama beberapa hari hormon relaxin menurun, dan ligamen kartilago
pelvis mulai kembali ke keadaan sebelum hamil. Pada sebagian ibu, otot
abdomen dapat melemah dan kendur. Hal ini mempengaruhi resiko
konstipasi selama postpartum karena penurunan tonus dinding abdomen
mempengaruhi motilitas usus. Stasis vena yang dapat terjadi selama hamil
tua, berkontribusi terhadap terbentuknya bekuan darah (trombosis) pada
ekstremitas bawah. Hal ini dapat dicegah dengan mobilisasi dini setelah
persalinan. 7
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluhpembuluh darah yang berada diantara anyaman otot-otot uterus akan
terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta
dilahirkan.
5. Sistem Sirkulasi dan Tanda Vital
Adanya hipervolemi, dimana terjadi peningkatan plasma darah saat
persalinan menyebabkan ibu toleran terhadap kehilangan darah saat
persalinan. Segera setelah kelahiran terjadi peningkatan cardiac output
yang dapat tetap ada selama 28 jam setelah kelahiran dan akan turun
secara perlahan pada keadaan normal sekitar 12 minggu setelah persalinan.
6. Sistem Endokrin
Level estrogen dan progesteron menurun setelah ekspulsi plasenta.
Jika ibu tidak menyusui, level estrogen akan kembali meningkat sekitar
tiga minggu setelah kelahiran yang diikuti dengan kembalinya menstruasi.

15

Pada ibu menyusui level estrogen dan progesteron lebih lambat kembali
pada level sebelum hamil.
D. PERAWATAN PADA POSTNATAL ATAU MASA NIFAS6
1. Perawatan di Rumah Sakit
a. Perawatan segera setelah persalinan
Selama beberapa jam pertama setelah persalinan tekanan darah
dan denyut nadi harus diukur tiap 15 menit sekali, atau lebih sering
bila ada indikasi tertentu. Jumlah perdarahan vagina terus dipantau,
dan fundus harus diraba untuk memastikan kontraksinya baik. Bila
teraba relaksasi, uterus hendaknya dimasase melalui dinding abdomen
sampai organ ini tetap berkontraksi. Darah mungkin terakumulasi di
dalam uterus tanpa ada bukti perdarahan luar. Kondisi ini dapat
dideteksi secara dini dengan menemukan pembesaran uterus melalui
palpasi fundus yang sering beberapa jam setelah persalinan. Karena
kemungkinan paling besar terjadi perdarahan berat setelah partus,
sekalipun pada kasus normal, seorang petugas yang terlatih hendaknya
tetap bersama ibu selama sekurang kurangnya 1 jam setelah
selesainya persalinan kala tiga. Identifikasi dan penatalaksanaan
perdarahan postpartum.7
b. Menyusui
Pemberian ASI yang dianjurkan pada bayi adalah sebagai berikut :
ASI eksklusif selama 6 bulan karena ASI saja dapat memenuhi 100% kebutuhan
bayi.

16

Dari 6-12 bulan ASI masih merupakan makanan utama bayi karena dapat
memenuhi 60-70% kebutuhan bayi dan perlu ditambahkan makanan pendamping
ASI berupa makanan lumat sampai lunak sesuai dengan usia bayi.
Diatas 12 bulan ASI saja hanya memenuhi sekitar 30% kebutuhan bayi dan
makanan padat sudah menjadi makanan utama. Namun ASI tetap dianjurkan
pemberiannya sampai paling kurang 2 tahun untuk manfaat lainnya.7
Untuk meningkatkan tingkat menyusui WHO mengeluarkan 10
langkah untuk keberhasilan menyusui pada bayi adalah sebagai
berikut9:
1) Mempunyai kebijakan menyusui tertulis yang secara teratur
dikomunikasikan kesemua staf pelayanan kesehatan.
2) Melatih semua staf untuk keahlian yang diperlukan untuk
mengimplementasikan kebijakan tersebut.
3) Menginformasikan kepada semua wanita tentang manfaat
menyusui dan manajemen laktasi.
4) Membantu ibu untuk memulai menyusui dalam satu jam setelah
kelahiran.
5) Menunjukkan kepada ibu bagaimana cara menyusui dan
mempertahanan laktasi.
6) Jangan memberi bayi makanan apapun kecuali ASI, jika tidak ada
indikasi medis, dan bagaimanapun juga jangan memberikan
pengganti ASI, botol susu, atau dot gratis maupun dengan harga
rendah.
7) Praktikkan rawat gabung, yang memungkinkan ibu dan bayi
untuk tetap bersama 24 jam sehari
8) Mennganjurkan pemberian ASI kapanpun dibutuhkan
9) Jangan menggunakan dot artifisial untuk menyusui bayi
10) Bantu pembentukan kelompok-kelompok pendukung ASI dan
rujuk ibu ke mereka.

17

Ibu yang baru melahirkan sebaiknya dirawat bersama bayinya


( rawat gabung). Saat berada

diruang rawat petugas harus

mengajarkan kepada ibu cara memposisikan dan melekatkan bayi


pada payudara bagi mereka yang belum dilatih selama fase
pemeriksaan antenatal. Seringkali kegagalan menyusui disebabkan
oleh kesalahan memposisikan dan melekatkan bayi. Langkah-langkah
menyusui yang benar:
1) Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir
2) Ibu duduk dengan santai dan kaki tidak boleh menggantung
3) Perah sedikit ASI dan oleskan ke puting dan aerola sekitarnya
4) Posisikan bayi dengan benar
Bayi dipegang dengan satu lengan. Kepala bayi diletakkan
dekat lengkungan siku ibu, bokong bayi ditahan dengan

telapak tangan ibu


Perut bayi menempel pada tubuh ibu
Mulut bayi berada didepan puting ibu
Lengan yang dibawah merangkul tubuh ibu, jangan berada
diantara tubuh ibu dan bayi. Tangan yang diatas boleh

dipegang ibu atau diletakkan diatas dada ibu


Telinga dan lengan yang diatas berada dalam satu garis lurus
5) Bibir bayi dirangsang dengan puting ibu dan akan membuka
lebar, kemudian dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara
ibu dan puting serta aerola dimasukkan kedalam mulut bayi
6) Cek apakah pelekatan sudah benar

Dagu menempel ke payudara ibu


Mulut terbuka lebar
Sebagian besar aerola terutama yang berada dibawah, masuk

ke dalam mulut bayi


Bibir bayi terlipat keluar

18

Pipi bayi tidak boleh kempot (Karena bayi tidak menghisap,

tetapi memerah ASI)


Tidak boleh terdengar bunyi decak, hanya boleh terdengar

bunyi menelan
Ibu tidak kesakitan
Bayi tenang

Terdapat beberapa kontraindikasi pemberian ASI pada bayi, yaitu :


1) Bayi yang menderita galaktosemia.
2) Ibu dengan HIV/AIDS.
3) Ibu dengan penyakit jantung yang apabila menyusui dapat terjadi
gagal jantung.
4) Ibu yang memerlukan terapi dengan obat-obatan tertentu.
5) Ibu yang memerlukan pemeriksaan dengan obat radioaktif perlu
menghentikan pemberian ASI kepada bayinya selama 5x waktu
paruh obat. Setelah itu bayi boleh menyusu lagi. Sementara itu,
ASI tetap diperah dan dibuang agar tidak mengurangi produksi.
c. Rawat Gabung
Rawat gabung adalah suatu cara perawatan dimana ibu dan bayi
yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, mlainkan ditempatkan bersama
dalam sebuah ruang selama 24 jam penuh. Keuntungan dalam rawat
gabung, yaitu:

1) Aspek psikologis
Dengan rawat gabung antara ibu dan bayi akan terjalin proses
bonding. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan

19

psikologis bayi selanjutnya. Kehangatan tubuh ibu merupakan


stimulasi mental yang mutlak diperlukan oleh bayi.
2) Aspek Fisik
Dengan rawat gabung ibu akan dengan mudah menyusui kapan
saja bayi menginginkannya. Dengan demikian ASI juga akan
cepat keluar.
3) Aspek Fisiologis
Dengan rawat gabung, bayi dapat disusui dengan frekuensi
yang lebih sering dan menimbulkan refleks prolaktin yang
memicu proses produksi ASI dan refleks oksitosin yang
membantu pengeluaran ASI dan mempercepat involusi rahim.
4) Aspek Edukatif
Dengan rawat gabung ibu, akan mempunyai pengalaman
menyusui dan meawat bayinya.
5) Aspek Medis
Dengan awat gabung, ibu merawat bayinya sendiri sehingga
bayi tidak terpapar dengan banyak petugas dan infesi
nosokomial dapat dicegah.

Tidak semua bayi atau ibu dapat dirawat gabung. Diperlukan


beberapa syarat, yaitu :

Usia kehamilan > 34 mingu dan berat lahir >1800 gam, berarti

refleks menelan dan menghisapnya sudah baik.


Nilai Apgar pada 5 menit >7
20

Tidak ada kelainan kongenital yang memerlukan perawatan

khusus
Tidak ada trauma lahir atau morbiditas lain yang berat
Bayi yang lahir dengan seksio sesarea yang menggunakan
pembiusan umum, rawat gabung dilakukan setelah ibu dan bayi
sadar. Apabila ibu masih diinfus, bayi tetap disusui dengan

bantuan petugas.
Ibu dalam keadaan sehat

d. Perawatan Vulva
Pasien dianjurkan untuk membasuh vulva dari anterior ke
posterior (dari arah vulva ke anus). Perineum dapat dikompres dengan
es untuk membantu mengurangi edema dan rasa tidak nyaman pada
beberapa jam pertama setelah reparasi episiotomi7.
e. Perawatan Payudara
Kedua payudara harus sudah dirawat selama masa kehamilan,
aerola mammae dan papilla mammae dicuci secara teratur dengn
sabun serta diberi minyak atau krim agar tetap lentur, jangan sampai
mudah lecet atau pecah-pecah.
f. Fungsi kandung Kemih
Kecepatan pengisian kandung kemih setelah persalinan mungkin
dapat bervariasi. Cairan intravena hampir selalu diberikan melalui
infus selama persalinan pervaginam. Sebagai akibat dari pemberian
cairan infus dan penghentian efek antidiuretik oksitosin secara
mendadak, sering terjadi pengisian kandung kemih secara cepat.

21

Sensasi maupun kapasitas kandung kemih untuk melakukan


pengosongan spontan dapat berkurang akibat dari anastesi, khususnya
anastesi regional, juga episiotomi, laserasi, atau hematoma. Karena itu
tidaklah mengherankan bahwa retensi urin dengan overdistensi
kandung kemih merupakan komplikasi yang umum pada awal masa
nifas.
Untuk mencegah overdistensi diperlukan pengamatan yang ketat
setelah persalinan untuk menjamin kandung kemih tidak terisi
berlebihan dan setiap berkemih mengosongkan diri secara adekuat.
Kandung kemih dapat teraba sebagai suatu massa kistik suprapubik,
atau kandung kemih yang membesar dapat tampak menonjol di
abdomen sebagai akibat tidak langsung pendorongan fundus uteri
diatas umbilikus.
Bila pasien tersebut belum berkemih dalam 4 jam setelah
persalinan, ada kemungkinan gangguan dalam berkemih. Terkadang
diperlukan pemasangan kateter untuk mencegah overdistensi.
Kemungkinan adanya hematoma traktus genitalia harus dipikirkan
jika pasien tersebut tidak dapat berkemih. Begitu kandung kemih
mengalami overdistensi, kateter harus tetap terpasang sampai faktor
faktor yang menyebabkan retensi urin teratasi. Hariss dkk. (1977)
melaporkan bahwa 40 persen pasien tersebut akan mengalami
bakteriuria, sehingga dapat diberikan antibiotika jangka pendek
setelah kateter dicabut.

22

Apabila terjadi overdistensi kandung kemih, sebaiknya kateter


dibiarkan terpasang setidaknya 24 jam, untuk mengosongkan kandung
kemih seluruhnya dan mencegah terjadinya rekurensi, selain itu juga
memungkinkan pemulihan tonus dan sensasi kandung kemih normal.
Bila kateter dicabut, pasien harus mampu untuk berkemih normal
secara berkala. Bila pasien tidak mampu berkemih setelah 4 jam,
maka kateter harus dipasangkan kembali pada pasien. Apabila terdapat
lebih dari 200 ml urin, kandung kemih belum berfungsi secara normal.
Jika hanya terdapat kurang dari 200 ml urin, kateter dapat dicabut dan
kandung kemih diperiksa kembali.
g. Fungsi Pencernaan
Terkadang, hilangnya motilitas usus merupakan suatu konsekuensi
yang diharapkan setelah pemberian enema yang akan membersihkan
saluran cerna dengan efisien beberapa jam sebelum melahirkan.
Dengan pemberian makan secara dini dapat mengurangi konstipasi7.

h. Relaksai Dinding Abdomen


Bebat sebenarnya tidak perlu dilakukan karena tidak dapat
mengembalikan postur tubuh ibu. Bila abdomen bagian luar bisa
kendur dan menggantung, penggunaan korset biasanya sudah cukup
membantu. Olahraga untuk membantu mengembalikan tonus dinding

23

abdomen boleh dimulai kapan saja setelah persalinan pervaginam dan


segera setelah nyeri pada perut berkurang pada seksio sesarea7.
i. Diet
Tidak ada pantangan makanan bagi wanita yang melahirkan per
vaginam. Dua jam setelah partus pervaginam normal, jika tidak ada
komplikasi yang memerlukan pemberian anestetika, pasien hendaknya
diberikan minum kalau ia haus dan makanan kalau ia lapar. Diet
wanita menyusui, dibandingkan dengan apa yang dikonsumsinya
selama hamil, hendaknya ditingkatkan kandungan kalori dan
proteinya, seperti yang dianjurkan oleh Food and Nutrition Board of
the National Research Council. Apabila ibu tidak ingin menyusui,
maka kebutuhan dietnya sama seperti wanita tidak hamil.
Pada praktiknya adalah melanjutkan suplementasi besi selama
sekurang kurangnya 3 bulan setelah melahirkan dan memeriksa
kadarnya pada kunjungan pertama7.

j. Kontrasepsi
Terdapat beberapa pilihan metode kontrasepsi yang dapat
digunakan setelah persalian karena tidak mengganggu proses
menyusui. Berikut penjelasan mengenai pilihan metode tersebut.11
1) Metode Amenorea Laktasi

24

MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila:

Ibu menyusui secara penuh (full breast feeding) dan

sering; lebih efektif bila pemberian 8 kali sehari


Ibu belum haid
Umur bayi kurang dari 6 bulan

Selain itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar


efektivitas MAL optimal:

Ibu harus menyusui secara penuh atau hampir penuh (bayi


hanya sesekali diberi 1-2 teguk air/minuman pada upacara

adat/agama)
Perdarahan sebelum 56 hari pascasalin dapat diabaikan

(belum dianggap haid)


Bayi menghisap payudara secara langsung
Menyusui dimulai dari setengah sampai satu jam setelah

bayi lahir
Kolostrum diberikan kepada bayi
Pola menyusui on demand (menyusui setiap saat bayi

membutuhkan) dan dari kedua payudara


Sering menyusui selama 24 jam termasuk malam hari
Hindari jarak antar menyusui lebih dari 4 jam

Untuk mendukung keberhasilan menyusui dan MAL maka ibu


perlu mengerti cara menyusui yang benar meliputi posisi,
perlekatan dan menyusui secara efektif.
2) Kontrasepsi Mantap
Kontrasepsi mantap (sterilisasi) digunakan untuk yang tidak ingin
mempunyai anak lagi.
3) Alat Kontrasepsi dalam Rahim

25

AKDR merupakan pilihan kontrasepsi pascasalin yang aman dan


efektif untuk ibu yang ingin menjarangkan atau membatasi
kehamilan. AKDR dapat dipasang segera setelah bersalin ataupun
dalam jangka waktu tertentu. Angka ekspulsi AKDR berdasarkan
waktu pemasangan adalah sebagai berikut. P
Tabel 2.2 Angka ekspulsi AKDR berdasarkan waktu pemasangan

sp
Meskipun angka ekspulsi pada pemasangan AKDR segera pascasalin
lebih tinggi dibandingkan teknik pemasangan masa interval (lebih dari
4 minggu setelah persalinan), angka ekspulsi dapat diminimalisasi
bila:

Pemasangan dilakukan dalam waktu 10 menit setelah

melahirkan plasenta
AKDR ditempatkan cukup tinggi pada fundus uteri
Pemasangan dilakukan oleh tenaga terlatih khusus

26

Keuntungan pemasangan AKDR segera setelah lahir (pascaplasenta)


antara lain:

Biaya lebih efektif dan terjangkau.


Lebih sedikit keluhan perdarahan dibandingkan dengan

pemasangan setelah beberapa hari/minggu.


Tidak perlu mengkhawatirkan kemungkinan untuk hamil
selama menyusui dan AKDR pun tidak mengganggu produksi

air susu dan ibu yang menyusui.


Mengurangi angka ketidakpatuhan pasien.

Namun demikian, terdapat beberapa risiko dan hal-hal yang harus


diwaspadai saat pemasangannya:

Dapat terjadi robekan dinding rahim .


Ada kemungkinan kegagalan pemasangan.
Kemungkinan mengalami nyeri setelah melahirkan hingga

beberapa hari kemudian.


Kemungkinan terjadi infeksi setelah pemasangan AKDR
(pasien harus kembali jika ada demam, bau amis/anyir dari
cairan vagina dan sakit perut terus menerus).

AKDR juga dapat dipasang setelah persalinan dengan seksio sesarea.


Angka ekspulsi pada pemasangan setelah seksio sesarea kurang lebih
sama dengan pada pemasangan interval.13
4) Implan
Implan berisi progestin, dan tidak mengganggu produksi ASI.
Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pascasalin,
pemasangan implan dapat dilakukan setiap saat tanpa
kontrasepsi lain bila menyusui penuh (full breastfeeding).

27

Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid,


pemasangan dapat dilakukan kapan saja tetapi menggunakan
kontrasepsi lain atau jangan melakukan hubungan seksual

selama 7 hari.
Masa pakai dapat mencapai 3 tahun (3-keto-desogestrel)

hingga 5 tahun (levonogestrel).13


5) Suntikan Progestin
Suntikan progestin tidak mengganggu produksi ASI.
Jika ibu tidak menyusui, suntikan dapat segera dimulai.
Jika ibu menyusui, suntikan dapat dimulai setelah 6 minggu

pascasalin.
Jika ibu menggunakan MAL, suntikan dapat ditunda sampai 6

bulan.
Jika ibu tidak menyusui, dan sudah lebih dari 6 minggu
pascasalin, atau sudah dapat haid, suntikan dapat dimulai

setelah yakin tidak ada kehamilan.


Injeksi diberikan setiap 2 bulan (depo noretisteron enantat)

atau 3 bulan (medroxiprogesteron asetat).13


6) Minipil
Minipil berisi progestin dan tidak mengganggu produksi ASI
Pemakaian setiap hari, satu strip untuk 1 bulan.
7) Kondom
Pilihan kontrasepsi untuk pria.
Sebagai kontrasepsi sementara.
k. Waktu Pemulangan
Setelah persalinan pervaginam, bila tidak ada komplikasi, jarang
diperlukan rawat inap lebih dari 48 jam. Sebelum pulang, seorang
wanita bersalin harus menerima instruksi seputar perubahan
perubahan fisiologis normal pada masa nifas, termasuk pola lokia,
penurunan berat badan akibat diuresis, dan waktu pengeluaran ASI.

28

Wanita tersebut juga harus mendapatkan pengarahan mengenai apa


yang harus dilakukan bila ia mengalami demam, perdarahan per
vaginam dalam jumlah banyak, atau mengalami nyeri, pembengkakan
atau nyeri pada tungkai.7
2. Perawatan di Rumah
a. Senggama
Setelah melahirkan, tidak ada kejelasan mengenai waktu yang
diperbolehkan untuk kembali melakukan koitus. Kembali melakukan
aktifitas seksual terlalu dini mungkin akan terasa tidak nyaman, bila
tidak terasa sangat nyeri, yang diakibatkan oleh belum sempurnanya
involusi uterus dan penyembuhan luka episiotomi atau laserasi.
Median interval waktu antara melahirkan dengan hubungan seksual
adalah 5 minggu, tapi kisarannya berbeda antara 1 12 minggu.7
b. Kembalinya Menstruasi dan Ovulasi
Bila seorang wanita tidak menyusui anaknya, siklus menstruasi
biasanya akan kembali dalam waktu 6 8 minggu. Tetapi terkadang
sulit untuk menentukan secara klinis waktu spesifik terjadinya
menstruasi pertama setelah melahirkan. Sebagian kecil wanita
mengeluarkan darah sedikit sampai sedang secara intermiten, segera
setelah melahirkan. Menstruasi pertama dapat terjadi paling cepat
pada bulan kedua atau selambat lambatnya 18 bulan setelah
melahirkan
Sharman (1966), dengan menggunakan penetapan waktu
endometrium secara histologik, telah mengidentifikasi ovulasi pada 42

29

hari setelah melahirkan; Perez dkk. (1992) pada 36 hari. Lebih lanjut,
korpus luteum telah dapat ditemukan pada minggu ke 6 setelah
melahirkan pada waktu dilakukan sterilisasi. Ovulasi lebih jarang
terjadi pada wanita menyusui dibandingkan pada mereka yang tidak
menyusui. Campbell dan Gray (1993) menggunakan spesimen urin
harian untuk menemukan ovulasi pada 92 wanita. Penelitian ini adalah
penelitian pertama yang mendeskripsikan kembalinya aktivitas
ovarium postpartum secara mendetail pada wanita menyusui di
Amerika Serikat. Jelas bahwa terjadi penundaan ovulasi pada ibu
menyusui, akan tetapi ovulasi dini tidak dihambat oleh laktasi yang
terus menerus, penemuan lain mencakup 7:
1) Kembalinya ovulasi sering ditandai oleh kembalinya perdarahan
menstruasi yang normal.
2) Menyusui tiap 15 menit selama 7 kali sehari dapat menunda
ovulasi.
3) Ovulasi dapat terjadi tanpa perdarahan (menstruasi).
4) Perdarahan (menstruasi) dapat bersifat anovulatorik.
3. Perawatan Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir dapat dibagi menjadi 2 sebagai berikut12:
a. Bayi normal (sehat) memerlukan perawatan biasa.
b. Bayi gawat (high risk baby) memerlukan penanggulan khusus,
misalnya bayi yang mengalami asfiksia dan perdarahan.
Pada umumnya, kelahiran bayi normal cukup ditolong oleh bidan
yang bertanggung jawab penuh terhadap keselamatan ibu dan bayi. Pada

30

kelahiran abnormal, yang memerlukan pertolongan spesialis, bayi baru


lahir diurus oleh bidan atau, jika di rumah sakit yang dilengkapi dengan
unit kesehatan bayi, hendaknya ditangani oleh dokter anak.
a. Tatalaksana Bayi Baru Lahir
Tatalaksana bayi baru lahir meliputi13:
1) Asuhan bayi baru lahir pada 0 6 jam:

Asuhan bayi baru lahir normal, dilaksanakan segera setelah


lahir, dan diletakkan di dekat ibunya dalam ruangan yang
sama.

Asuhan bayi baru lahir dengan komplikasi dilaksanakan satu


ruangan dengan ibunya atau di ruangan khusus.

Pada proses persalinan, ibu dapat didampingi suami.

2) Asuhan bayi baru lahir pada 6 jam sampai 28 hari:

Pemeriksaan neonatus pada periode ini dapat dilaksanakan di


puskesmas/ pustu/ polindes/ poskesdes dan/atau melalui
kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan.

Pemeriksaan neonatus dilaksanakan di dekat ibu, bayi


didampingi ibu atau keluarga pada saat diperiksa atau
diberikan pelayanan kesehatan.

b. Jenis Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir


Pelaksanaan asuhan bayi baru lahir mengacu pada pedoman Asuhan
Persalinan Normal yang tersedia di puskesmas, pemberi layanan
asuhan bayi baru lahir dapat dilaksanakan oleh dokter, bidan atau

31

perawat. Pelaksanaan asuhan bayi baru lahir dilaksanakan dalam


ruangan yang sama dengan ibunya atau rawat gabung (ibu dan bayi
dirawat dalam satu kamar, bayi berada dalam jangkauan ibu selama 24
jam).13
Asuhan bayi baru lahir meliputi:

Pencegahan infeksi (PI)

Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi

Pemotongan dan perawatan tali pusat

Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6


jam, kontak kulit bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan
tubuh bayi.

Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1 dosis


tunggal di paha kiri

Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha


kanan

Pencegahan infeksi mata melalui pemberian salep mata


antibiotika dosis tunggal

Pemeriksaan bayi baru lahir

Pemberian ASI eksklusif

Pemeriksaan Bayi Baru Lahir

32

Pemeriksaan bayi baru lahir dilaksanakan di ruangan yang sama


dengan ibunya, oleh dokter/ bidan/ perawat. Jika pemeriksaan
dilakukan di rumah, ibu atau keluarga dapat mendampingi tenaga
kesehatan yang memeriksa.
Tabel 2.3 Waktu pemeriksaan bayi baru lahir

Langkah langkah pemeriksaan:

Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang (tidak

menangis).
Pemeriksaan tidak harus berurutan, dahulukan menilai
pernapasan dan tarikan dinding dada bawah, denyut jantung

serta perut.
Selalu mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir
sebelum dan sesudah memegang bayi.

33

Tabel 2.4 Pemeriksaan yang dilakukan pada bayi baru lahir

34

4. Frekuensi Kunjungan Postnatal atau Masa Nifas


Pada postnatal atau masa nifas dilakukan paling sedikit 4 kali
kunjungan, hal ini dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru
lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalahmasalah
yang terjadi.
a. Kunjungan I
Waktu 6- 8 jam setelah persalinan
Tujuan :
Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika

perdarahan berlanjut
Memberikan konseling pada ibu dan keluarganya cara mencegah

perdarahan masa nifas karena atonia uteri


Pemberian ASI awal
Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
Menjaga bayi tetap sehat dengan mencegah terjadinya hipotermi
Mendampingi ibu dan bayi baru lahir bagi petugas kesehatan
yang menolong persalinan ibu minimal 2 jam setelah lahir atau

sampai kondisi ibu dan bayi stabil


b. Kunjungan II
Waktu 6 hari setelah persalinan
Tujuan :
Memastikan involusi uterus berlangsung normal yaitu kontraksi
uterus baik, fundus uteri dibawah umbilicus dan tidak ada

perdarahan maupun bau yang abnormal


Menilai adanya tanda- tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal
Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan
istirahat

35

Memastikan

memperlihatkan tanda- tanda peyulit


Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi

ibu

menyusui

dengan

baik

dan

tidak

meliputi : perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan


merawat bayi sehari- hari
c. Kunjungan III
Waktu 2 minggu setelah persalinan
Tujuan sama dengan tujuan kunjungan 6 hari setelah bersalin
d. Kunjungan IV
Waktu 6 minggu setelah persalinan
Tujuan :

Mengidentifikasi tentang kemungkinan terjadinya penyulit pada

ibu dan bayinya


Memberikan konseling metode kontrasepsi/ KB secara dini

Tabel 2.5 Elemen kunci pelayanan kesehatan postnatal atau masa nifas
Kunjungan I
(6-8 jam)

Kunjungan II
(3-6 hari)

Kunjungan III
(2 minggu)

Kunjungan IV
(6 minggu)

Sama dengan
kunjungan II

Minum
(feeding)
Infeksi
Tes rutin

Breast care
Suhu/infeksi
Lokia
mood

Sama dengan
kunjungan II

Bayi:
-

Napas
Kehangatan
Minum
Tali pusat
Imunisasi

Berat badan/
Pemberian
minuman
Imunisasi

pemulihan
anemia
kontrasepsi

Ibu:
-

Kehilangan
darah
Nyeri
Tekanan darah
Tanda bahaya

36

Berikut rekomendasi Postnatal Care (PNC) bagi Ibu & Bayi Baru
Lahir/Neonatus Berdasarkan WHO 2013:9
REKOMENDASI/SARAN
Ketetapan/syarat Postnatal Care untuk Ibu dan Bayi
REKOMENDASI 1: Waktu pulang dari fasilitas kesehatan
setelah melahirkan
Setelah kelahiran pervaginam yang tidak berkomplikasi di fasilitas
kesehatan, ibu sehat dan neonatus/bayi yang baru lahir harus
menerima perawatan di fasilitas tsb selama setidaknya 24 jam setelah
lahir.
REKOMENDASI 2: Jumlah dan waktu kontak postnatal
Jika lahir di fasilitas kesehatan, ibu dan bayi yang baru lahir harus
menerima perawatan postnatal di fasilitas selama paling sedikit 24
jam setelah lahir. Jika lahir di rumah, kontak postnatal pertama harus
sedini mungkin dalam 24 jam setelah lahir. Setidaknya tiga kontak
postnatal tambahan yang direkomendasikan untuk semua ibu dan
bayi baru lahir, pada hari ke-3 (48-72 jam), antara hari ke 7-14
setelah partus, dan minggu ke-enam setelah partus.
REKOMENDASI 3: Kunjungan rumah untuk perawatan
postnatal
Kunjungan rumah pada minggu pertama setelah kelahiran
direkomendasikan untuk perawatan ibu dan bayi baru lahir.

Isi Postnatal Care untuk Bayi baru lahir


REKOMENDASI 4: Penilaian bayi
Tanda-tanda berikut ini harus dinilai selama kontak postnatal care
dan neonatus/bayi baru lahir harus dirujuk untuk evaluasi lebih lanjut
jika muncul tanda-tanda: malas makan/ menyusui, riwayat kejang,
bernapas cepat (pernapasan 60 x/menit), gambaran dada retraksi,
tidak ada gerakan spontan, demam (suhu 37.5 C), hipotermia
(suhu <35,5 C), penyakit ikterus dalam 24 jam pertama setelah
lahir, atau telapak tangan dan telapak kaki yang kuning.
Keluarga harus didorong untuk mencari perawatan kesehatan jika
mereka menemukan tanda-tanda bahaya di atas pada kunjungan
postnatal care.

KEKUATAN
REKOMENDASI
& KUALITAS BUKTI

Rekomendasi
lemah
berdasarkan bukti kualitas
yang rendah

Rekomendasi
kuat
berdasarkan bukti kualitas
moderat untuk bayi yang
baru lahir dan bukti
kualitas rendah untuk ibu

Rekomendasi
kuat
berbasis
bukti kualitas
moderat untuk neonatus
dan bukti kualitas rendah
untuk ibu
Rekomendasi
kuat
berdasarkan bukti kualitas
rendah

REKOMENDASI 5: ASI Eksklusif


Semua bayi harus mendapatkan ASI eksklusif sejak lahir hingga usia
6 bulan. Ibu harus diberi konseling dan diberi dukungan untuk
pemberian ASI eksklusif pada setiap kontak postnatal.

Rekomendasi
kuat
berdasarkan bukti kualitas
moderat

37

REKOMENDASI 6: Perawatan Tali Pusat


Aplikasi Chlorhexidine harian (7,1% larutan atau gel chlorhexidine
diglukonat, chlorhexidine 4%) ke tali pusat selama minggu pertama
kehidupan dianjurkan untuk bayi yang lahir di rumah dengan
lingkungan yang kematian neonatalnya tinggi (30 atau lebih
kematian neonatal per 1000 kelahiran hidup).

Rekomendasi
kuat
berdasarkan bukti kualitas
moderat

Perawatan tali pusat yang kering dan bersih dianjurkan untuk bayi
yang baru lahir yang lahir di fasilitas kesehatan dan di rumah dalam
lingkungan dengan keadaan kematian neonatal rendah. Penggunaan
chlorhexidine dalam situasi ini dapat dianggap hanya untuk
menggantikan aplikasi zat tradisional yang berbahaya, seperti
kotoran sapi, dengan sisa tali pusat.
REKOMENDASI 7: perawatan postnatal lain untuk bayi baru
lahir
Mandi harus ditunda sampai 24 jam setelah lahir. Jika hal ini tidak
mungkin karena alasan budaya, mandi harus ditunda selama
setidaknya enam jam.

Konsensus
berdasarkan
WHO

GDG
pedoman

Pakaian bayi yang sesuai dengan suhu rektal dianjurkan. Ini berarti 1
hingga 2 lapis pakaian lebih banyak daripada orang dewasa, dan
penggunaan topi.
Ibu dan bayi tidak boleh dipisahkan dan harus tinggal di ruangan
yang sama 24 jam sehari.
Komunikasi dan bermain dengan neonatus harus didorong.
Imunisasi harus dipromosikan sesuai pedoman WHO.
Bayi prematur dan berat lahir rendah harus diidentifikasi segera
setelah lahir dan harus diberikan perawatan khusus sesuai pedoman
WHO.
Konten Postnatal Care untuk IBU
REKOMENDASI 8 : Penilaian ibu
24 jam pertama setelah melahirkan
Semua wanita postpartum harus memiliki penilaian rutin tentang
perdarahan vagina, kontraksi uterus, tinggi fundus, suhu dan nadi
selama 24 jam pertama mulai dari jam pertama setelah melahirkan.
Tekanan darah harus diukur segera setelah melahirkan. Jika normal,
pengukuran tekanan darah kedua harus diukur lagi setelah enam jam.
Pengosongan Urine harus dicatat dalam waktu enam jam.
Setelah 24 jam setelah lahir.
Pada setiap kontak postnatal berikutnya, pertanyaan harus
dilanjutkan tentang kesehatan umum dan penilaian yang dibuat
tentang hal berikut: berkemih dan inkontinensia urin, fungsi usus,
penyembuhan luka perineum, sakit kepala, kelelahan, nyeri
punggung, nyeri dan kebersihan perineum, nyeri payudara,
kelembutan uterus dan lokia.
Kemajuan menyusui harus dinilai pada setiap kontak postnatal.
Pada setiap kontak postnatal, perempuan harus ditanya tentang
keadaan emosional mereka, dukungan keluarga dan sosial yang

38

mereka miliki dan strategi untuk menangani masalah sehari-hari.


Semua wanita dan keluarga/mitra mereka harus didorong untuk
memberitahu ahli kesehatan mereka tentang perubahan suasana hati,
keadaan emosional, dan perilaku yang berada di luar pola normal
wanita.
Pada hari ke 10-14 setelah partus, semua wanita harus ditanya
tentang resolusi/keputusan ringan, depresi postpartum sementara
("maternal blues"). Jika gejala belum bisa diatasi, kesehatan
psikologis wanita harus terus dikaji untuk depresi pasca melahirkan,
dan jika gejala terus berlangsung, maka dievaluasi.
Wanita diamati untuk setiap risiko, tanda, dan gejala kekerasan
dalam rumah tangga.
Wanita harus diberitahu siapa yang harus dihubungi untuk
mendapatkan saran dan manajemen.
Semua wanita harus diberitahukan tentang dimulainya kembali
hubungan seksual dan kemungkinan dispareunia sebagai bagian dari
penilaian keseluruhan kesehatan dua sampai enam minggu setelah
kelahiran.
Jika ada isu yang menjadi perhatian pada setiap kontak postnatal,
harus ditangani dan atau diarahkan sesuai dengan pedoman WHO
spesifik lainnya.
REKOMENDASI 9: Konseling
Semua wanita harus diberikan informasi tentang proses fisiologis
pemulihan postpartum, dan beberapa masalah kesehatan umum,
dengan saran untuk melaporkan masalah kesehatan ke ahli
kesehatan, khususnya :

Konsensus
berdasarkan
WHO

GDG
pedoman

Tanda dan gejala PPH : kehilangan darah yang tiba-tiba dan banyak
atau peningkatan kehilangan darah yang persisten, pingsan, pusing,
palpitasi / takikardia
Tanda dan gejala pre-eclampsia/eclampsia: sakit kepala disertai satu
atau lebih gejala gangguan penglihatan, mual, muntah, atau nyeri
epigastrium dan hypochondrial, rasa lemas, kejang (dalam beberapa
hari pertama postpartum).
Tanda dan gejala infeksi: demam, menggigil, sakit perut dan / atau
keputihan pada vagina.
Tanda dan gejala tromboemboli: nyeri betis unilateral, kemerahan
atau bengkak pada betis, sesak napas atau nyeri dada.
Perempuan harus diberi konseling tentang gizi.
Perempuan harus diberi konseling tentang kebersihan, terutama
mencuci tangan.
Perempuan harus diberi konseling tentang jarak kelahiran dan
keluarga berencana. Kontraseptif pilihan harus dibahas, dan metode

39

kontrasepsi harus disediakan jika diminta.


Perempuan harus diberi konseling tentang seks aman termasuk
penggunaan kondom.
Di daerah endemik malaria, ibu dan bayi harus tidur memakai
kelambu.
Semua wanita harus didorong untuk mobilisasi segera setelah
melahirkan. Mereka harus didorong untuk berolahraga ringan dan
memiliki waktu beristirahat selama periode postnatal.
REKOMENDASI 10: Suplementasi Besi dan asam folat
Suplemen Besi dan asam folat harus diberikan selama minimal tiga
bulan. *
* The GDG mencatat bahwa saat ini belum ada bukti untuk
mengubah rekomendasi ini dan bahwa WHO bekerja pada
pengembangan pedoman khusus intervensi gizi ibu setelah
melahirkan.

Konsensus
berdasarkan
pedoman WHO

GDG
pada

REKOMENDASI 11: Antibiotik profilaksis


Penggunaan antibiotik pada wanita dengan persalinan pervaginam
dan robekan perineum derajat tiga atau empat direkomendasikan
untuk pencegahan komplikasi luka.

Rekomendasi
kuat
berdasarkan bukti kualitas
sangat rendah

GDG menganggap bahwa ada bukti yang cukup untuk


merekomendasikan penggunaan rutin antibiotik pada semua wanita
berisiko rendah dengan persalinan pervaginam untuk pencegahan
endometritis
REKOMENDASI 12: Dukungan Psikososial
Dukungan psikososial oleh orang yang terlatih direkomendasikan
untuk pencegahan depresi postpartum pada wanita berisiko tinggi.

Rekomendasi
lemah
berdasarkan bukti kualitas
sangat rendah

GDG menganggap bahwa ada bukti yang cukup untuk


merekomendasikan wawancara formal yang rutin kepada semua
wanita untuk mengurangi terjadinya / risiko depresi postpartum.

Rekomendasi
lemah
berdasarkan bukti kualitas
rendah

GDG juga menyatakan bahwa ada bukti yang cukup untuk


merekomendasikan distribusi rutin, diskusi, cetakan tentang materi
pendidikan untuk pencegahan depresi postpartum.

Rekomendasi
lemah
berdasarkan bukti kualitas
sangat rendah

Profesional kesehatan harus memberikan kesempatan bagi


perempuan untuk mendiskusikan pengalaman melahirkan mereka
selama mereka tinggal di rumah sakit.

Konsensus
berdasarkan
WHO

GDG
pedoman

Seorang wanita yang telah kehilangan bayinya harus menerima


perawatan suportif tambahan.

Konsensus
berdasarkan
WHO

GDG
pedoman

40

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Periode postnatal (nifas/puerperium) adalah masa setelah keluarnya
plasenta sampai alatalat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan
secara normal berlangsung selama enam minggu atau 42 hari. Tahapan
masa nifas dibagi menjadi periode immediate postpartum, periode early
postpartum, dan periode late postpartum.

41

Pada masa ini terdapat banyak perubahan fisiologis maupun


psikologis. Perubahan fisiologis mencakup sistem reproduksi, sistem
gastrointestinal, sistem urinaria, sistem muskuloskeletal, sistem sirkulasi
dan tanda vital, dan sistem endokrin. Untuk itu dibutuhkan postnatal care
(PNC) atau asuhan masa nifas terdiri atas perawatan di rumah sakit dan
perawatan di rumah.
B. SARAN
Periode postnatal adalah fase penting dalam kehidupan ibu dan bayi
baru lahir. Perubahan besar terjadi selama periode ini yang menentukan
kesejahteraan ibu dan bayi baru lahir sehingga petugas kesehatan harus
diberikan penyuluhan dan pelatihan khusus terkait postnatal care (PNC)
dengan mengacu pada rekomendasi WHO.

42

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawiraharjo S. Asuhan Nifas Normal. Dalam: Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4.


Jakarta: Penerbit Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2012; 27: 356-88
2. Taylor K. Committed to ending preventable child and maternal deaths.
[online].

2014

[cited

2015

Feb

01st.

Available

from

http://www.usaid.gov/news-information/frontlines/maternal-child
health/committed-ending-preventable-child-and-maternal
3. Sines E, et al. Postnatal care: a critical opportunity to save mother and
newborns. Population Reference Bureau, 2007
4. Siswosudarmo R. Puerperium Normal. Dalam: Obstetri Fisiologi, Yogyakarta:
Pustaka Cindekia Press, 2008:152-84
5. Demott K, dkk. Postnatal care: Routine postnatal pare of women and their
babies. London: University of Leicester, 2006
6. Hanretty KP. Masa Nifas Normal dan Abnormal. Dalam: Ilustrasi Obstetri,
edisi ke-7. Indonesa: Elsevier, 2014: 335-40.
7. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom S. William Obstetrics, edisi ke-23. New
York: McGraw-Hill, 2013: 674-89
8. Mochtar R. Sinopsis Obstetri, edisi ke-3. Jakarta: EGC, 2011: 87-91
9. World Health Organization. Recommendations on postnatal care of the mother
and newborn. Geneva : WHO 2013
10. Pressure point. Post natal care planning. Royal Collage of Midwive.

43

11. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Pelayanan Kesehatan


Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta, 2013: 231-59
12. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Panduan Pelayanan Kesehatan
Bayi Baru Lahir Berbasis Perlindungan Anak. Jakarta: Direktorat Kesehatan
Anak Khusus, 2010: 18-28

44

Anda mungkin juga menyukai