Self-Improvement">
Postnatal Care
Postnatal Care
Postnatal Care
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Periode postnatal atau masa nifas/puerperium didefinisikan sebagai periode
dimulai sekitar satu jam setelah pengeluaran plasenta dan mencapai enam minggu
ke depan.1 Postnatal care (PNC) atau asuhan masa nifas/puerperium adalah
penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien mulai dari saat setelah
lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaaan seperti sebelum
hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil.2
Pelayanan pascapersalinan harus terselenggara pada masa nifas untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini,
pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan
pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi dan nutrisi
bagi ibu.1
Periode postnatal meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan
keluarganya secara fisiologi, emosional dan sosial. Jika ditinjau dari penyebab
kematian para ibu, perdarahan pascapersalinan merupakan penyebab utama dari
150.000 kematian ibu setiap tahun di dunia dan hampir 4 dari 5 kematian karena
perdarahan pascapersalinan terjadi dalam waktu 4 jam setelah persalinan. Infeksi
nifas merupakan penyebab kematian terbanyak nomor dua setelah perdarahan.
Komplikasi lain yang dapat ditemukan pada periode postnatal termasuk infeksi
saluran kemih, retensio urin, atau inkontinensia.1
Masalah psikologis pada masa postnatal juga merupakan komplikasi yang
tidak jarang ditemukan. Beberapa penelitian mengemukakan sebanyak 50 % ibu
setelah melahirkan mengalami depresi setelah melahirkan dan hampir 80% ibu
baru mengalami perasaan sedih setelah melahirkan atau sering disebut Post
Partum Blues.1
Adanya permasalahan pada ibu akan berimbas juga kepada kesejahtaraan
bayi yang dilahirkan karena bayi tersebut tidak akan mendapatkan perawatan
maksimal dari ibunya. Dengan demikian, angka morbiditas dan mortalitas bayi
pun akan semakin meningkat.
Dalam upaya meningkatkan keberhasilan pelayanan kesehatan, khususnya
pada kemandirian perawatan diri ibu dan bayinya selama masa nifas sangatlah
diperlukan pembentukan strategi yang lebih cepat. Ibu nifas harus diajarkan dan
dimotivasi untuk melakukan perawatan postpartum pada pusat pelayanan
kesehatan seperti rumah sakit, klinik bersalin dan tempat-tempat praktek bidan
dan pusat pelayanan kesehatan untuk memastikan bahwa ibu nifas memahami
pentingnya postnatal care (PNC) atau asuhan masa nifas.3
B.
TUJUAN
Tujuan postnatal care (PNC), atau asuhan masa nifas/pueperium adalah
untuk mendukung ibu dan keluarganya dalam masa transisi ke konstelasi keluarga
baru, dan menanggapi kebutuhan mereka.2,4,5
BAB II
ISI
A. DEFINISI
1. Postnatal atan Masa Nifas
tubuh ibu untuk mulai memproduksi ASI dalam jumlah cukup untuk
segera menyusui bayinya. Bayi baru lahir yang lahir sehat secara normal
akan terlihat sadar dan waspada, serta memiliki refleks rooting dan refleks
sucking untuk membantunya mencari puting susu ibu, mengisapnya dan
mulai minum ASI.
2. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini kita memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak
ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
Selama early postpartum, ibu sudah memiliki keinginan untuk
merawat dirinya dan bayinya. Kemandirian ibu nifas dalam merawat diri
dan bayinya dipengaruhi oleh usia ibu, tipe persalinan, dukungan,
pengetahuan ibu, kondisi bayi, jumlah persalinan, tingkat kelelahan
kondisi fisik ibu.
3. Periode late postpartum (1 minggu- periode postpartum selesai)
Pada periode ini dokter atau bidan tetap melakukan perawatan dan
pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB.
C. PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA MASA NIFAS
1. Sistem Reproduksi
Selama periode postnatal atau masa nifas alat-alat genitalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil. 7
a. Vagina dan Ostium Vagina
Pada awal masa nifas, vagina dan ostiumnya membentuk saluran yang
berdinding halus dan lebar yang ukurannya berkurang secara perlahan
namun jarang kembali ke ukuran nulipara. Rugae mulai muncul kembali
pada minggu ketiga namun tidak semenonjol sebelumnya. Hymen tinggal
berupa potongan-potongan kecil sisa jaringan, yang membentuk jaringan
parut disebut caruncula myrtiformes. Epitel vagina mulai berproliferasi
pada minggu ke-4 sampai ke-6, biasanya bersamaan dengan kembalinya
produksi estrogen ovarium. Laserasi atau peregangan perineum selama
pelahiran dapat menyebabkan relaksasi ostium vagina. Beberapa
kerusakan pada dasar panggul mungkin tidak dapat dihindari, kelahiran
merupakan predisposisi prolapsus uteri, inkontinensia uri dan alvi.
b. Uterus
1) Pembuluh Darah
Terdapatnya peningkatan aliran darah uterus massif yang penting
untuk mempertahankan kehamilan, dimungkinkan oleh adanya
hipertrofi dan remodeling signifikan yang terjadi pada semua
pembuluh darah pelvis. Setelah pelahiran, diameternya berkurang
kira-kira ke ukuran sebelum kehamilan. Pada uterus puerperal,
pembuluh darah membesar menjadi tertutup oleh perubahan hialin,
secara perlahan terabsorbsi kembali, kemudian digantikan oleh
yang lebih kecil. Akan tetapi sedikit sisa-sisa dari pembuluh darah
yang lebih besar tersebut tetap bertahan selama beberapa tahun. 7
2) Segmen Serviks dan Uterus Bagian Bawah
kadar
hormone
ekstrogen
dan
progesterone
Involusi
Bayi lahir
Plasenta lahir
1 minggu
2 minggu
6 minggu
Berat Uterus
1000 g
750 g
500 g
350 g
50 g
8 minggu
Sebesar normal
30 g
Gambar 2.2 Rahim setelah meahirka (A), rahim pada hari ke-6 (B), dan rahim
yang tidak hamil (C) 6
4) Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap
penurunan volume intra uteri yang sangat besar. Selama 1-2 jam
pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang
dan menjadi tidak teratur. Penting sekali untuk mempertahankan
kontraksi uterus pada masa ini, sehingga biasanya diberikan
suntikan oksitosin segera setelah plasenta lahir. Ibu yang
merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya
di payudara karena isapan bayi pada payudara merangsang
pelepasan oksitosin. 7
5) Nyeri Setelah Melahirkan
Pada primipara, uterus cenderung tetap berkontraksi secara tonik
setelah pelahiran. Akan tetapi, pada multipara, uterus sering
berkontraksi dengan kuat pada interval tertentu dan menimbulkan
nyeri setelah melahirkan, yang mirip dengan nyeri pada saat
8
kemungkinan
besar
karena
pelepasan
oksitosin.
10
c. Payudara
Payudara adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit dan diatas otot
dada, merupakan perubahan dari kelenjar keringat. Payudara dewasa
beratnya sekitar 500 gram, sedangkan pada waktu hamil payudara
membesar, mencapai 600 gram dan pada ibu menyusui mencapai 800
gram.7
1) Kolostrum
11
komplemen,
makrofag,
limfosit,
laktoferin,
12
ke
hipofisis
anterior,
sehingga
kelenjar
ini
13
b) Refleks Oksitosin
Rangsangan yang berasal dari papilla mammae diteruskan sampai
ke hipofisis posterior akibatnya terjadi pengeluaran oksitosin.
Hormon ini berfungsi memacu kontraksi otot polos yang ada di
dinding alveolus dan dinding saluran, sehingga ASI dipompa
keluar.
2. Sistem Gastrointestinal
Ibu akan sering haus dan lapar setelah melahirkan, akibat kehabisan
tenaga dan restriksi cairan selama persalinan. Pembatasan asupan nutrisi
dan cairan dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit serta keterlambatan pemulihan fungsi tubuh.
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini
disebabkan karena makanan padat dan kurang berserat selama persalinan.
Disamping itu rasa takut buang air besar, sehubungan dengan jahitan pada
perineum, jangan sampai lepas dan takut akan rasa nyeri. Buang air besar
harus dilakukan tiga sampai empat hari setelah persalinan. 7,8
3. Sistem Urinaria
Uretra, kandung kemih dan jaringan sekitar meatus urinarius dapat
mengalami trauma mekanik akibat desakan oleh bagian yang berpresentasi
selama persalinan kala II, Hal ini dapat menyebabkan kehilangan sensasi
untuk buang air kecil.
Saluran urinaria kembali normal dalam waktu 2-8 minggu, tergantung
pada keadaan sebelum persalinan, lamanya partus kala dua dilalui,
besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan. 7,8
14
4. Sistem Muskuloskeletal
Selama beberapa hari hormon relaxin menurun, dan ligamen kartilago
pelvis mulai kembali ke keadaan sebelum hamil. Pada sebagian ibu, otot
abdomen dapat melemah dan kendur. Hal ini mempengaruhi resiko
konstipasi selama postpartum karena penurunan tonus dinding abdomen
mempengaruhi motilitas usus. Stasis vena yang dapat terjadi selama hamil
tua, berkontribusi terhadap terbentuknya bekuan darah (trombosis) pada
ekstremitas bawah. Hal ini dapat dicegah dengan mobilisasi dini setelah
persalinan. 7
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluhpembuluh darah yang berada diantara anyaman otot-otot uterus akan
terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta
dilahirkan.
5. Sistem Sirkulasi dan Tanda Vital
Adanya hipervolemi, dimana terjadi peningkatan plasma darah saat
persalinan menyebabkan ibu toleran terhadap kehilangan darah saat
persalinan. Segera setelah kelahiran terjadi peningkatan cardiac output
yang dapat tetap ada selama 28 jam setelah kelahiran dan akan turun
secara perlahan pada keadaan normal sekitar 12 minggu setelah persalinan.
6. Sistem Endokrin
Level estrogen dan progesteron menurun setelah ekspulsi plasenta.
Jika ibu tidak menyusui, level estrogen akan kembali meningkat sekitar
tiga minggu setelah kelahiran yang diikuti dengan kembalinya menstruasi.
15
Pada ibu menyusui level estrogen dan progesteron lebih lambat kembali
pada level sebelum hamil.
D. PERAWATAN PADA POSTNATAL ATAU MASA NIFAS6
1. Perawatan di Rumah Sakit
a. Perawatan segera setelah persalinan
Selama beberapa jam pertama setelah persalinan tekanan darah
dan denyut nadi harus diukur tiap 15 menit sekali, atau lebih sering
bila ada indikasi tertentu. Jumlah perdarahan vagina terus dipantau,
dan fundus harus diraba untuk memastikan kontraksinya baik. Bila
teraba relaksasi, uterus hendaknya dimasase melalui dinding abdomen
sampai organ ini tetap berkontraksi. Darah mungkin terakumulasi di
dalam uterus tanpa ada bukti perdarahan luar. Kondisi ini dapat
dideteksi secara dini dengan menemukan pembesaran uterus melalui
palpasi fundus yang sering beberapa jam setelah persalinan. Karena
kemungkinan paling besar terjadi perdarahan berat setelah partus,
sekalipun pada kasus normal, seorang petugas yang terlatih hendaknya
tetap bersama ibu selama sekurang kurangnya 1 jam setelah
selesainya persalinan kala tiga. Identifikasi dan penatalaksanaan
perdarahan postpartum.7
b. Menyusui
Pemberian ASI yang dianjurkan pada bayi adalah sebagai berikut :
ASI eksklusif selama 6 bulan karena ASI saja dapat memenuhi 100% kebutuhan
bayi.
16
Dari 6-12 bulan ASI masih merupakan makanan utama bayi karena dapat
memenuhi 60-70% kebutuhan bayi dan perlu ditambahkan makanan pendamping
ASI berupa makanan lumat sampai lunak sesuai dengan usia bayi.
Diatas 12 bulan ASI saja hanya memenuhi sekitar 30% kebutuhan bayi dan
makanan padat sudah menjadi makanan utama. Namun ASI tetap dianjurkan
pemberiannya sampai paling kurang 2 tahun untuk manfaat lainnya.7
Untuk meningkatkan tingkat menyusui WHO mengeluarkan 10
langkah untuk keberhasilan menyusui pada bayi adalah sebagai
berikut9:
1) Mempunyai kebijakan menyusui tertulis yang secara teratur
dikomunikasikan kesemua staf pelayanan kesehatan.
2) Melatih semua staf untuk keahlian yang diperlukan untuk
mengimplementasikan kebijakan tersebut.
3) Menginformasikan kepada semua wanita tentang manfaat
menyusui dan manajemen laktasi.
4) Membantu ibu untuk memulai menyusui dalam satu jam setelah
kelahiran.
5) Menunjukkan kepada ibu bagaimana cara menyusui dan
mempertahanan laktasi.
6) Jangan memberi bayi makanan apapun kecuali ASI, jika tidak ada
indikasi medis, dan bagaimanapun juga jangan memberikan
pengganti ASI, botol susu, atau dot gratis maupun dengan harga
rendah.
7) Praktikkan rawat gabung, yang memungkinkan ibu dan bayi
untuk tetap bersama 24 jam sehari
8) Mennganjurkan pemberian ASI kapanpun dibutuhkan
9) Jangan menggunakan dot artifisial untuk menyusui bayi
10) Bantu pembentukan kelompok-kelompok pendukung ASI dan
rujuk ibu ke mereka.
17
18
bunyi menelan
Ibu tidak kesakitan
Bayi tenang
1) Aspek psikologis
Dengan rawat gabung antara ibu dan bayi akan terjalin proses
bonding. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan
19
Usia kehamilan > 34 mingu dan berat lahir >1800 gam, berarti
khusus
Tidak ada trauma lahir atau morbiditas lain yang berat
Bayi yang lahir dengan seksio sesarea yang menggunakan
pembiusan umum, rawat gabung dilakukan setelah ibu dan bayi
sadar. Apabila ibu masih diinfus, bayi tetap disusui dengan
bantuan petugas.
Ibu dalam keadaan sehat
d. Perawatan Vulva
Pasien dianjurkan untuk membasuh vulva dari anterior ke
posterior (dari arah vulva ke anus). Perineum dapat dikompres dengan
es untuk membantu mengurangi edema dan rasa tidak nyaman pada
beberapa jam pertama setelah reparasi episiotomi7.
e. Perawatan Payudara
Kedua payudara harus sudah dirawat selama masa kehamilan,
aerola mammae dan papilla mammae dicuci secara teratur dengn
sabun serta diberi minyak atau krim agar tetap lentur, jangan sampai
mudah lecet atau pecah-pecah.
f. Fungsi kandung Kemih
Kecepatan pengisian kandung kemih setelah persalinan mungkin
dapat bervariasi. Cairan intravena hampir selalu diberikan melalui
infus selama persalinan pervaginam. Sebagai akibat dari pemberian
cairan infus dan penghentian efek antidiuretik oksitosin secara
mendadak, sering terjadi pengisian kandung kemih secara cepat.
21
22
23
j. Kontrasepsi
Terdapat beberapa pilihan metode kontrasepsi yang dapat
digunakan setelah persalian karena tidak mengganggu proses
menyusui. Berikut penjelasan mengenai pilihan metode tersebut.11
1) Metode Amenorea Laktasi
24
adat/agama)
Perdarahan sebelum 56 hari pascasalin dapat diabaikan
bayi lahir
Kolostrum diberikan kepada bayi
Pola menyusui on demand (menyusui setiap saat bayi
25
sp
Meskipun angka ekspulsi pada pemasangan AKDR segera pascasalin
lebih tinggi dibandingkan teknik pemasangan masa interval (lebih dari
4 minggu setelah persalinan), angka ekspulsi dapat diminimalisasi
bila:
melahirkan plasenta
AKDR ditempatkan cukup tinggi pada fundus uteri
Pemasangan dilakukan oleh tenaga terlatih khusus
26
27
selama 7 hari.
Masa pakai dapat mencapai 3 tahun (3-keto-desogestrel)
pascasalin.
Jika ibu menggunakan MAL, suntikan dapat ditunda sampai 6
bulan.
Jika ibu tidak menyusui, dan sudah lebih dari 6 minggu
pascasalin, atau sudah dapat haid, suntikan dapat dimulai
28
29
hari setelah melahirkan; Perez dkk. (1992) pada 36 hari. Lebih lanjut,
korpus luteum telah dapat ditemukan pada minggu ke 6 setelah
melahirkan pada waktu dilakukan sterilisasi. Ovulasi lebih jarang
terjadi pada wanita menyusui dibandingkan pada mereka yang tidak
menyusui. Campbell dan Gray (1993) menggunakan spesimen urin
harian untuk menemukan ovulasi pada 92 wanita. Penelitian ini adalah
penelitian pertama yang mendeskripsikan kembalinya aktivitas
ovarium postpartum secara mendetail pada wanita menyusui di
Amerika Serikat. Jelas bahwa terjadi penundaan ovulasi pada ibu
menyusui, akan tetapi ovulasi dini tidak dihambat oleh laktasi yang
terus menerus, penemuan lain mencakup 7:
1) Kembalinya ovulasi sering ditandai oleh kembalinya perdarahan
menstruasi yang normal.
2) Menyusui tiap 15 menit selama 7 kali sehari dapat menunda
ovulasi.
3) Ovulasi dapat terjadi tanpa perdarahan (menstruasi).
4) Perdarahan (menstruasi) dapat bersifat anovulatorik.
3. Perawatan Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir dapat dibagi menjadi 2 sebagai berikut12:
a. Bayi normal (sehat) memerlukan perawatan biasa.
b. Bayi gawat (high risk baby) memerlukan penanggulan khusus,
misalnya bayi yang mengalami asfiksia dan perdarahan.
Pada umumnya, kelahiran bayi normal cukup ditolong oleh bidan
yang bertanggung jawab penuh terhadap keselamatan ibu dan bayi. Pada
30
31
32
menangis).
Pemeriksaan tidak harus berurutan, dahulukan menilai
pernapasan dan tarikan dinding dada bawah, denyut jantung
serta perut.
Selalu mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir
sebelum dan sesudah memegang bayi.
33
34
perdarahan berlanjut
Memberikan konseling pada ibu dan keluarganya cara mencegah
abnormal
Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan
istirahat
35
Memastikan
ibu
menyusui
dengan
baik
dan
tidak
Tabel 2.5 Elemen kunci pelayanan kesehatan postnatal atau masa nifas
Kunjungan I
(6-8 jam)
Kunjungan II
(3-6 hari)
Kunjungan III
(2 minggu)
Kunjungan IV
(6 minggu)
Sama dengan
kunjungan II
Minum
(feeding)
Infeksi
Tes rutin
Breast care
Suhu/infeksi
Lokia
mood
Sama dengan
kunjungan II
Bayi:
-
Napas
Kehangatan
Minum
Tali pusat
Imunisasi
Berat badan/
Pemberian
minuman
Imunisasi
pemulihan
anemia
kontrasepsi
Ibu:
-
Kehilangan
darah
Nyeri
Tekanan darah
Tanda bahaya
36
Berikut rekomendasi Postnatal Care (PNC) bagi Ibu & Bayi Baru
Lahir/Neonatus Berdasarkan WHO 2013:9
REKOMENDASI/SARAN
Ketetapan/syarat Postnatal Care untuk Ibu dan Bayi
REKOMENDASI 1: Waktu pulang dari fasilitas kesehatan
setelah melahirkan
Setelah kelahiran pervaginam yang tidak berkomplikasi di fasilitas
kesehatan, ibu sehat dan neonatus/bayi yang baru lahir harus
menerima perawatan di fasilitas tsb selama setidaknya 24 jam setelah
lahir.
REKOMENDASI 2: Jumlah dan waktu kontak postnatal
Jika lahir di fasilitas kesehatan, ibu dan bayi yang baru lahir harus
menerima perawatan postnatal di fasilitas selama paling sedikit 24
jam setelah lahir. Jika lahir di rumah, kontak postnatal pertama harus
sedini mungkin dalam 24 jam setelah lahir. Setidaknya tiga kontak
postnatal tambahan yang direkomendasikan untuk semua ibu dan
bayi baru lahir, pada hari ke-3 (48-72 jam), antara hari ke 7-14
setelah partus, dan minggu ke-enam setelah partus.
REKOMENDASI 3: Kunjungan rumah untuk perawatan
postnatal
Kunjungan rumah pada minggu pertama setelah kelahiran
direkomendasikan untuk perawatan ibu dan bayi baru lahir.
KEKUATAN
REKOMENDASI
& KUALITAS BUKTI
Rekomendasi
lemah
berdasarkan bukti kualitas
yang rendah
Rekomendasi
kuat
berdasarkan bukti kualitas
moderat untuk bayi yang
baru lahir dan bukti
kualitas rendah untuk ibu
Rekomendasi
kuat
berbasis
bukti kualitas
moderat untuk neonatus
dan bukti kualitas rendah
untuk ibu
Rekomendasi
kuat
berdasarkan bukti kualitas
rendah
Rekomendasi
kuat
berdasarkan bukti kualitas
moderat
37
Rekomendasi
kuat
berdasarkan bukti kualitas
moderat
Perawatan tali pusat yang kering dan bersih dianjurkan untuk bayi
yang baru lahir yang lahir di fasilitas kesehatan dan di rumah dalam
lingkungan dengan keadaan kematian neonatal rendah. Penggunaan
chlorhexidine dalam situasi ini dapat dianggap hanya untuk
menggantikan aplikasi zat tradisional yang berbahaya, seperti
kotoran sapi, dengan sisa tali pusat.
REKOMENDASI 7: perawatan postnatal lain untuk bayi baru
lahir
Mandi harus ditunda sampai 24 jam setelah lahir. Jika hal ini tidak
mungkin karena alasan budaya, mandi harus ditunda selama
setidaknya enam jam.
Konsensus
berdasarkan
WHO
GDG
pedoman
Pakaian bayi yang sesuai dengan suhu rektal dianjurkan. Ini berarti 1
hingga 2 lapis pakaian lebih banyak daripada orang dewasa, dan
penggunaan topi.
Ibu dan bayi tidak boleh dipisahkan dan harus tinggal di ruangan
yang sama 24 jam sehari.
Komunikasi dan bermain dengan neonatus harus didorong.
Imunisasi harus dipromosikan sesuai pedoman WHO.
Bayi prematur dan berat lahir rendah harus diidentifikasi segera
setelah lahir dan harus diberikan perawatan khusus sesuai pedoman
WHO.
Konten Postnatal Care untuk IBU
REKOMENDASI 8 : Penilaian ibu
24 jam pertama setelah melahirkan
Semua wanita postpartum harus memiliki penilaian rutin tentang
perdarahan vagina, kontraksi uterus, tinggi fundus, suhu dan nadi
selama 24 jam pertama mulai dari jam pertama setelah melahirkan.
Tekanan darah harus diukur segera setelah melahirkan. Jika normal,
pengukuran tekanan darah kedua harus diukur lagi setelah enam jam.
Pengosongan Urine harus dicatat dalam waktu enam jam.
Setelah 24 jam setelah lahir.
Pada setiap kontak postnatal berikutnya, pertanyaan harus
dilanjutkan tentang kesehatan umum dan penilaian yang dibuat
tentang hal berikut: berkemih dan inkontinensia urin, fungsi usus,
penyembuhan luka perineum, sakit kepala, kelelahan, nyeri
punggung, nyeri dan kebersihan perineum, nyeri payudara,
kelembutan uterus dan lokia.
Kemajuan menyusui harus dinilai pada setiap kontak postnatal.
Pada setiap kontak postnatal, perempuan harus ditanya tentang
keadaan emosional mereka, dukungan keluarga dan sosial yang
38
Konsensus
berdasarkan
WHO
GDG
pedoman
Tanda dan gejala PPH : kehilangan darah yang tiba-tiba dan banyak
atau peningkatan kehilangan darah yang persisten, pingsan, pusing,
palpitasi / takikardia
Tanda dan gejala pre-eclampsia/eclampsia: sakit kepala disertai satu
atau lebih gejala gangguan penglihatan, mual, muntah, atau nyeri
epigastrium dan hypochondrial, rasa lemas, kejang (dalam beberapa
hari pertama postpartum).
Tanda dan gejala infeksi: demam, menggigil, sakit perut dan / atau
keputihan pada vagina.
Tanda dan gejala tromboemboli: nyeri betis unilateral, kemerahan
atau bengkak pada betis, sesak napas atau nyeri dada.
Perempuan harus diberi konseling tentang gizi.
Perempuan harus diberi konseling tentang kebersihan, terutama
mencuci tangan.
Perempuan harus diberi konseling tentang jarak kelahiran dan
keluarga berencana. Kontraseptif pilihan harus dibahas, dan metode
39
Konsensus
berdasarkan
pedoman WHO
GDG
pada
Rekomendasi
kuat
berdasarkan bukti kualitas
sangat rendah
Rekomendasi
lemah
berdasarkan bukti kualitas
sangat rendah
Rekomendasi
lemah
berdasarkan bukti kualitas
rendah
Rekomendasi
lemah
berdasarkan bukti kualitas
sangat rendah
Konsensus
berdasarkan
WHO
GDG
pedoman
Konsensus
berdasarkan
WHO
GDG
pedoman
40
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Periode postnatal (nifas/puerperium) adalah masa setelah keluarnya
plasenta sampai alatalat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan
secara normal berlangsung selama enam minggu atau 42 hari. Tahapan
masa nifas dibagi menjadi periode immediate postpartum, periode early
postpartum, dan periode late postpartum.
41
42
DAFTAR PUSTAKA
2014
[cited
2015
Feb
01st.
Available
from
http://www.usaid.gov/news-information/frontlines/maternal-child
health/committed-ending-preventable-child-and-maternal
3. Sines E, et al. Postnatal care: a critical opportunity to save mother and
newborns. Population Reference Bureau, 2007
4. Siswosudarmo R. Puerperium Normal. Dalam: Obstetri Fisiologi, Yogyakarta:
Pustaka Cindekia Press, 2008:152-84
5. Demott K, dkk. Postnatal care: Routine postnatal pare of women and their
babies. London: University of Leicester, 2006
6. Hanretty KP. Masa Nifas Normal dan Abnormal. Dalam: Ilustrasi Obstetri,
edisi ke-7. Indonesa: Elsevier, 2014: 335-40.
7. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom S. William Obstetrics, edisi ke-23. New
York: McGraw-Hill, 2013: 674-89
8. Mochtar R. Sinopsis Obstetri, edisi ke-3. Jakarta: EGC, 2011: 87-91
9. World Health Organization. Recommendations on postnatal care of the mother
and newborn. Geneva : WHO 2013
10. Pressure point. Post natal care planning. Royal Collage of Midwive.
43
44