Wellness">
LP Perineum
LP Perineum
LP Perineum
2. Etiologi
Faktor penyebab luka jahitan perineum pada ibu nifas antara lain partus presipitatus
yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong, pasien tidak mampu berhenti mengejan, partus
diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus yang berlebih, edema dan
kerapuhan pada perineum, vasikositas vulva yang melemah jaringan perineum, arkus pubis
sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula sehingga menekan kepala bayi
kearah posterior, dan perluasan episiotomi (Oxorn, 2010). Faktor penyebab janinnya antara
lain bayi besar, posisi kepala yang abnormal, kelahiran bokong, ekstraksi forcep yang
sukar, dan distosia bahu (Oxorn, 2010).
3. Prognosis
Kemungkinan atau diagnosa potensial pada ibu nifas dengan luka jahitan perineum
adalah potensial terjadi infeksi luka jahitan perineum. Untuk mengantisipasi terjadinya
diagnosa potensial tersebut, bidan perlu mengobservasi keadaan fisik pada genetalia dan
perineum, perawatan luka jahitan perineum serta pemberian obat antibiotik. Hasil atau
evaluasi pada ibu nifas dengan luka jahitan perineum tidak ada nyeri, tidak oedema,
sembuh dan kering, tidak ada infeksi, serta ibu dapat melewati masa nifas dengan baik
(Ambarwati, 2010).
7. Penanganan
Penanganan luka jahitan perineum berdasarkan derajatnya menurut Wiknjosatro
(2008), yaitu :
a. Derajat I Penjahitan tidak diperlukan jika tidak ada perdarahan dan jika luka teraposisi
secara alamiah.
b. Derajat II Pada robekan perineum derajat II setelah diberi anesthesi lokal otot – otot
diafragma urogenitalis di hubungkan di garis tengah dengan jahitan dan kemudian luka
pada vagina dan kulit perineum di tutup dengan mengikutsertakan jaringan – jaringan
dibawahnya.
c. Derajat III Menjahit robekan perineum derajat III harus dilakukan dengan teliti, mula
– mula dinding depan rektum yang robek dijahit, kemudian fasia per rektal ditutup dan
muskulus sphingter ani eksternum yang dijahit. Selanjutnya dilakukan penutupan
robekan seperti diuraikan untuk robekan perineum derajat II. Untuk mendapat hasil
baik terapi pada robekan perineum total, perlu diadakan penanganan pasca pembedahan
yang sempurna.
d. Derajat IV Perbaikan segera dengan benang yang dapat diserap perlu dilakukan.
Robekan derajat ketiga dan keempat membutuhkan perhatian khusus supaya wanita
dapatmempertahankan kontinensia fekal.
8. Perawatan luka jahitan perineum
a. Tujuan perawatan luka jahitan perineum
Tujuan perawatan perineum adalah mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan
penyembuhan jaringan. Untuk mencegah terjadinya infeksi, menjaga kebersihan
perineum dan memberikan rasa nyaman pada pasien ( Rukiyah, 2011).
b. Lingkup perawatan
Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi organ-organ
reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme yang masuk melalui
vulva yang terbuka atau akibat dari perkembangbiakan bakteri pada peralatan
penampung lochea atau pembalut (Rukiyah, 2010).
c. Waktu perawatan
1) Perawatan yang dilakukan oleh bidan di rumah sakit, antara lain perawatan luka
laserasi atau episiotomi dengan cara dibersihkan dengan air hangat, bersih, dan
gunakan kasa steril (Anggraini, 2010). Kolaborasi dengan dokter spesialis obstetri
dan ginekologi dengan diberikan obat antibiotik, analgetik, uterotonika,
vitaminamin A 200.000 unit 1×1 (tablet), roboransia (Saleha, 2009; Thompson,
2008). Nasehati ibu untuk menjaga perineumnya selalu bersih dan kering, hindari
obat- obatan tradisional pada perineum, mencuci perineum dengan sabun dan air
bersih yang mengalir tiga sampai empat kali sehari, kembali dalam seminggu untuk
memeriksa penyembuhan lukanya (APN, 2007). KIE (Komunikasi Informasi dan
Edukasi) tentang rasa nyeri pada luka jahitan, anjurkan ibu untuk menjaga agar
perineum selalu bersih dan kering, anjurkan ibu untuk menghindari obat-obatan
tradisional, melakukan perawatan luka dengan teknik aseptik, menjaga personal
hygiene (Ambarwati, 2010).
2) Perawatan yang dilakukan oleh ibu saat di rumah, adalah saat mandi: ibu post
partum pasti melepas pembalut, setelah terbuka maka ada kemungkinan terjadi
kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut, untuk itu maka
perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu
diperlukan pembersihan perineum; setelah buang air kecil: pada saat buang air kecil
kemungkinan besar terjadi kontaminasi air seni pada rektum akibatnya dapat
memicu pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu diperlukan pembersihan
perineum; setelah buang air besar: diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran
disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke
perineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus
dan perineum secara keseluruhan (Rukiyah, 2011).